Anda di halaman 1dari 10

A.

Pendahuluan
Sejarah merupakan salah satu bagian penting yang tidak bisa lepas dari kehidupan
manusia. Sejarah sangat berkaitan erat dengan manusia karena masa lalu menjadi
pedoman untuk melangkah di masa yang akan datang. Sejarah bangsa Indonesia bukan
hanya sebagai pengingat untuk generasi masa sekarang namun juga untuk mengetahui
dan menghargai usaha para pejuang pada masa lalu dimana mereka berjuang untuk
kemerdekaan Indonesia dari masa penjajahan. Menurut Moedjanto, ada beberapa alasan
yang melatarbelakangi pembelajaran sejarah dijadikan sebagai kurikulum pendidikan di
setiap negara. Pertama, keingintahuan manusia untuk mengetahui masa lalu peradaban
mereka. Kedua, dorongan eksistensial, yaitu adanya hasrat yang sangat kuat untuk
menanyakan asal-usulnya. Ketiga, dorongan karena ingin memperoleh pengabsahan atas
kedudukannya. Ketiga dorongan inilah yang telah membuktikan bahwa bagaimanapun
manusia selalu mempunyai keinginan untuk mencari akar jati dirinya sebagai pemenuhan
status sosial dalam kehidupannya.
Pendidikan sejarah di Indonesia mulai diberikan pada saat berada di bangku
Sekolah Dasar (SD) hingga bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Berdasarkan hasil
observasi pada penelitian ke SD Negeri 71 Pontianak dalam menanamkan pentingnya
mempelajari pengenalan nama-nama Pahlawan Nasional pada pelajaran IPS saat ini
masih berpusat pada guru yang berperan aktif di dalam kelas. Kebanyakan tugas yang
diberikan oleh siswa/i bangku SD yaitu dengan menghafal nama para tokoh pahlawan
Indonesia. Metode hafalan ini merupakan metode untuk membentuk memori anak
sehingga mengingat nama para pahlawan dan anak akan tertarik untuk mencari tahu lebih
dalam lagi tentang jasa para pahlawan yang sudah diberikan untuk Indonesia. Memang
sangat penting pada masa ini untuk mengenalkan kepada anak-anak betapa pentingnya
sejarah dan para tokoh pahlawan Indonesia dengan menggunakan sebuah metode belajar
yang baik dengan menunjukkan gambar para pahlawan sehingga belajar lebih
menyenangkan. Dari proses belajar yang menyenangkan, otak anak akan membentuk
memori yang baik sehingga memori anak bisa menerima pelajaran tersebut dengan baik.
Memori merupakan elemen yang pokok dalam sebagian besar proses kognitif.
Menurut William James bahwa memori dibedakan menjadi dua yaitu memori primer atau
biasa disebut dengan memori jangka pendek atau short-term memory/ STM dan memori
sekunder atau biasa disebut dengan memori jangka panjang atau long-term memory/
LTM (Solso, 2008).
Struktur memori (Atkinson & Shiffrin)
Memori sensori mencatat informasi atau stimuli yang masuk melalui salah satu
atau kombinasi dari panca indra, yaitu secara visual melalui mata, pendengaran
melalui telinga, bau melalui hidung, rasa melalui lidah, dan rabaan melalui kulit. Bila
informasi atau stimuli tersebut tidak diperhatikan akan langsung terlupakan, namun bila
diperhatikan maka informasi tersebut ditransfer ke sistem ingatan jangka pendek.
Sistem ingatan jangka pendek menyimpan informasi atau stimuli selama sekitar 30
detik, dan hanya sekitar tujuh bongkahan informasi (chunks) dapat disimpan dan
dipelihara di sistem memori jangka pendek dalam suatu saat (Bhinnety, 2015)
Setelah berada di sistem memori jangka pendek, informasi tersebut dapat
ditransfer lagi dengan proses pengulangan ke sistem ingatan jangka panjang untuk
disimpan, atau dapat juga informasi tersebut hilang/terlupakan karena tergantikan oleh
tambahan bongkahan informasi baru (displacement) (Solso dalam Bhinnety, 2015).
Selanjutnya setelah berada di sistem memori jangka panjang, informasi tersebut
dapat diperoleh kembali melalui strategi tertentu, atau informasi tersebut terlupakan
(gagal atau tidak dapat diperoleh kembali) karena adanya kekurangan dalam sistem
pengarsipannya (Bhinnety, 2015)
Secara umum metode encoding yang dilakukan yaitu melalui asosiasi verbal dan
gambaran visual. Kedua metode tersebut dikenal dengan sebutan Dual Coding Theory
(DCT). Melakukan Coding dengan menggunakan asosiasi verbal adalah mengingat
sebuah kata dengan cara memberikan makna dari kata tersebut atau secara umum dapat
dijelaskan sebagai proses menyimpan sebuah informasi dengan memberikan makna pada
informasi tersebut. Sedangkan metode dengan gambaran visual adalah proses menyimpan
informasi dengan cara menggambarkan secara visual hal yang terkait informasi tersebut
dalam hal ini seperti membayangkan hal yang terkait dengan informasi (Adni, 2014).
Recognition memory merupakan proses yang sangat berpengaruh dalam
pemrosesan informasi karena proses recall informasi diawali oleh recognition atau
pengenalan terhadap informasi yang telah diproses. Ketika individu akan memanggil
kembali informasi yang masuk dalam memori akan diawali oleh pengenalan. Individu
akan terlebih dahulu mengenali apakah informasi tersebut telah atau belum diproses
sebelumnya. Pentingnya recognition memory tersebut sehingga dilakukan penelitian
mengenai perbedaan recognition memory kata dan gambar (Adni, 2014)
Allan Paivio (dalam Woolfolk, 2005) menyatakan bahwa informasi disimpan
dalam Long term memory sebagai gambar visual atau unit verbal, atau keduanya. Sebuah
penelitian menunjukkan bahwa memori terhadap gambar secara konsisten memiliki nilai
lebih dibandingkan dengan memori secara verbal (Standing dalam Adni, 1973). Beberapa
gagasan akan lebih baik dan lebih mudah direpresentasikan dalam bentuk gambar,
sementara yang lain dalam bentuk kata-kata (Sternberg dalam Wardani, 2010).
Dalam model hubungan Farah & McCelelland (Brown, 2007) sistem visual dan
verbal dihubungkan oleh sebuah sistem semantik yang memberi arti dan mengarahkan
pada rekognisi. Demikian sebuah representasi visual dibuat dan nama objek dikodekan
dalam sistem verbal. Rekognisi objek berjalan melalui serangkaian tingkatan, dari visual
ke semantik dan kemudian sistem verbal. Kuncinya disini adalah sistem semantik, ketika
menghubungkan karakteristik visual dengan fungsi dari objek.
Warna pada gambar adalah sebuah media yang sangat kuat, dengan elemen
esensial yang memungkinkan kedua mata untuk membentuk makna dari lapangan visual
adalah kekontrasan, kemiringan, lekukan, ujung garis, warna, dan ukuran. Unsur tersebut
dipersepsikan bahkan sebelum si pembelajar secara sadar memahami apa yang telah
dilihat, unsur-unsur ini juga dapat memberikan masukan kepada praktik pengajaran dan
memberikan sebuah kerangka untuk menarik atensi belajar (Jensen, 2008).
Showen (Zoelandri, 2007) menyatakan akan pentingnya pembelajaran visual atau
visual learning bagi proses penyerapan informasi serta pembelajaran anak. Sama halnya
yang dikemukakan oleh Amstrong (2005) yang menyatakan melihat berarti memahami,
bahwa pembentukkan image mental merupakan langkah penting dalam pembelajaran
menuju pemikiran abstrak yang lebih tinggi bagi anak-anak.
Gambar lebih jelas dan unik daripada kata-kata yang melabelinya, yang membuat
gambar lebih dapat diingat (Klinger, n.d). jika gambar dikodekan secara konseptualitas
melalui proses perseptual maka ingatan untuk keduanya dapat ditingkatkan. Klinger (n.d)
mengatakan bahwa visualisasi adalah cara yang efektif untuk meningkatkan kemampuan
mengingat.
Para ahli teori kognisi menekankan pentingnya siswa melihat dan mempunyai
pengalaman langsung dengan konsep dan kemampuan. Gambaran visual disimpan dalam
daya ingat jangka Panjang dengan jauh lebih cepat daripada info yang hanya didengar
(Hiebert et al 1991; Sousa, 2001 dalam Slavin, 2008).

B. Deskripsi Alat Peraga


a. Tujuan alat peraga
Untuk mengetahui kemampuan memori pada anak usia 7 - 8 tahun serta
mengenalkan sebagian pahlawan bangsa Indonesia.
b. Sasaran alat peraga (audiens/kelompok individu)
Sasaran alat peraga ini untuk anak usia 7 - 8 tahun.
Edukasi adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang
melalui teknik praktik belajar atau instruksi, dengan tujuan untuk mengingat fakta
atau kondisi nyata, dengan cara memberi dorongan terhadap pengarahan diri (self
direction), aktif memberikan informasi-informasi atau ide baru (Craven dan
Hirnle, 1996 dalam Suliha, 2002). Selain itu edukasi juga merupakan serangkaian
upaya yang ditujukan untuk mempengaruhi orang lain, mulai dari individu,
kelompok, keluarga dan masyarakat agar terlaksananya perilaku hidup sehat
(Setiawati, 2008).
Masa usia dini merupakan fase yang unik karena anak - anak berada pada
masa perubahan dan juga penyempurnaan baik jasmani maupun rohani. Masa ini
juga merupakan sesuatu yang penting bagi si anak karena menentukan
terbentuknya kepribadian anak itu sendiri, oleh karena itu menanamkan edukasi
tentang karakter positif ( pahlawan ) sebaiknya dilakukan dari dini. Hal ini
didasarkan pada penelitian yang dilakukan Bloom dan kawan - kawan yang
mengemukakan bahwa perkembangan intelektual anak terjadi sangat pesat pada
tahun - tahun awal kehidupan anak.
Perkembangan kecerdasan anak usia kelas awal SD ditunjukkan dengan
kemampuannya dalam melakukan seriasi, mengelompokkan objek, berminat
terhadap angka dan tulisan, senang berbicara, memahami sebab akibat dan
berkembangnya pemahaman ruang dan waktu ( Papalia 2007 ).
Sejalan memasuki usia sekolah, anak - anak dapat menghasilkan kemajuan
dalam kemampuan untuk memproses dan menyimpan informasi. Waktu reaksi
dan kecepatan memproses tugas, seperti mencocokan gambar, penjumlahan, dan
mengingat kembali meningkat cepat. Proses yang lebih cepat, lebih efisien
meningkatkan jumlah informasi yang dapat disimpan oleh anak dalam working
memory, mengingat menjadi lebih baik dan kompleks, dan tingkat berpikir juga
menjadi lebih tinggi ( Flavel 2002 dalam Papala 2007 ). Melalui anak sekolah
diajar untuk meningkatkan kemampuan menyimbolkan informasi dalam bentuk
kata, gambar, angka, diagram, dan lainya.
c. Komponen pembentuk alat peraga
➢ 10 foto pahlawan nasional disertai nama dan tempat asal

No. Foto Pahlawan Keterangan

1. Nama : Soetomo

Asal : Jawa Timur

2. Nama : Frans Kaisiepo

Asal : Papua

3. Nama : Imam Bonjol

Asal : Sumatra Barat


4. Nama : Jenderal Soedirman

Asal : Jawa Tengah

5. Nama : I Gusti Ngurah Rai

Asal : Bali

6. Nama : Oto Iskandar Dinata

Asal : Jawa Barat

7. Nama : Patimura

Asal : Maluku
8. Nama : Sam Ratulangi

Asal : Sulawesi Utara

9. Nama : R. A. Kartini

Asal : Jawa Tengah

10. Nama : Sultan Hasanuddin

Asal : Sulawesi Selatan


➢ Papan spin yang terdapat 10 foto pahlawan

d. Tahapan/ prosedur pemberian alat peraga


1. Diberikan 10 foto pahlawan yang disertai nama dan tempat asal, kemudian
memberikan waktu 3 menit kepada subjek untuk menghafalkan 10 nama serta
tempat asal pahlawan tersebut.
2. Setelah waktu menghafal telah selesai, foto untuk proses menghafal akan diambil
kembali.
3. Memberikan permainan berbentuk spin yang terdapat 10 foto pahlawan
didalamnya.
4. Menjelaskan cara kerja permainan yakni papan spin akan diputar dan bila jarum
spin berhenti disalah satu foto maka subjek menyebutkan nama dan tempat asal
pahlawan tersebut.
5. Menjelaskan maksud dan tujuan alat peraga.
C. Daftar Pustaka

Sibarani, F. F. M., Tursina, & Perwitasari, A. (2018). Aplikasi Pembelajaran Pengenalan


Nama Pahlawan Indonesia berbasis Computer Assisted Instruction (CAI). Jurnal
Sistem dan Teknologi Informasi, 6(2), 84-87.

Bhinnety, M. (2015). Struktur dan Proses Memori. Buletin Psikologi, 16(2), 74 – 88.

Solos, R. L., Maclin, O H., & Maclin, K. (2008). Psikologi Kognitif (8th Ed.). Jakarta:
Erlangga.

Adni, A., & Hidayati, D. S. (2014). Perbedaan Recognition Memory Kata Dan Gambar
Pada Media Narasi Bergambar. Jurnal Psikologi, 10 (1).

Maria Wahyu Tri Wardani. 2010. Efektivitas Ilustrasi Gambar Berwarna dalam
Mengingat Kembali Kosakata Bahasa Inggris Pada Siswa kelas III Sekolah Dasar.
Psikologi. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Pratiwi, Wiwik. (2017). Konsep Bermain Pada Anak Usia Dini. Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam. 5(2). 108.

Septian, Eka Dyta. (2013). Rancang Bangun Aplikasi Game Edukasi Anak Untuk
Mengenal Bentuk Dan Warna Benda. Skripsi. Fakultas Ilmu Komputer.

Anda mungkin juga menyukai