D DENGAN FRAKTUR
TIBIAATASINDIKASI POST OPERASI ORIF DENGAN PENERAPAN
APLIKASI GUIDED IMAGERYMENGGUNAKAN MUSIK
RELAKSASI UNTUK MENGURANGI NYERI
DI RUANGAN TRAUMA CENTER
RSUP Dr.M.DJAMIL PADANG
oleh
TAHUN 2022
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. D DENGAN FRAKTUR
TIBIAATASINDIKASI POST OPERASI ORIF DENGAN PENERAPAN
APLIKASI GUIDED IMAGERYMENGGUNAKAN MUSIK
RELAKSASI UNTUK MENGURANGI NYERI
DI RUANGAN TRAUMA CENTER
RSUP Dr.M.DJAMIL PADANG
2114901041
TAHUN 2022
PERNYATAAN LAPORAN ILMIAH AKHIR
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. D DENGAN FRAKTUR
TIBIAATASINDIKASI POST OPERASI ORIF DENGAN PENERAPAN
APLIKASI GUIDED IMAGERYMENGGUNAKAN MUSIK
RELAKSASI UNTUK MENGURANGI NYERI
DI RUANGAN TRAUMA CENTER
RSUP Dr.M.DJAMIL PADANG
2114901041
Agustus 2022
Oleh :
Pembimbing
Mengetahui,
Ketua
i
PERNYATAAN PENGUJI LAPORAN ILMIAH AKHIR
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. D DENGAN FRAKTUR
TIBIAATASINDIKASI POST OPERASI ORIF DENGAN PENERAPAN
APLIKASI GUIDED IMAGERYMENGGUNAKAN MUSIK
RELAKSASI UNTUK MENGURANGI NYERI
DI RUANGAN TRAUMA CENTER
RSUP Dr.M.DJAMIL PADANG
2114901041
Laporan ilmiah akhir ini telah di uji dan dinilai oleh penguji
Program Studi Pendidikan Profesi Ners
Oktober 2022
Oleh :
TIM PENGUJI
Mengetahui,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alifah Padang
Ketua
ii
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan karya tulis
ilmiah saya yang berjudul :
“Asuhan Keperawatan Pada Tn.D Dengan Fraktur Tibia Atas Indikasi Post
Operasi ORIF Dengan Penerapan Aplikasi Guided Imagery Menggunakan
Musik Relaksasi Untuk Mengurangi Nyeri Di Ruangan Trauma Center
RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2022”
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat dalam penulisan
karya ilmiah elektif ini, maka saya akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Selvi Radiatul Mardiah
NIM : 2114901041
Program Studi : Profesi Ners
Tempat Lahir : Pakandangan
Tanggal Lahir : 08 Januari 1999
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Anak Ke : 1
Jumlah Bersaudara : -
Daerah Asal : Padang Pariaman
Kebangsaan : Indonesia
Alamat : Pasa Jambu, Koto Tinggi, Kec. Enam Lingkung,
Kab. Padang Pariman
C. RIWAYAT PENDIDIKAN
TK Aisyah Pakandangan : Lulusan tahun 2005
SD Negeri 07 Enam Lingkung : Lulusan tahun 2011
SMP Negeri 01 Enam Lingkung : Lulusan tahun 2014
SMA Negeri 01 Enam Lingkung : Lulusan tahun 2017
Program pendidikan S-1 Keperawatan : Lulusan tahun 2021
iv
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
Elektif, Agustus 2022
Asuhan Keperawatan Pada Tn.D Dengan Fraktur Tibia Atas Indikasi Post Operasi
ORIF Dengan Penerapan Aplikasi Guided Imagery Menggunakan Musik
Relaksasi untuk Mengurangi Nyeri di Ruangan Trauma Center RSUP Dr. M.
Djamil Padang
xv + 117 Halaman + 13tabel + 3 Gambar + 1 skema + 10 Lampiran
RINGKASAN EKSLUSIF
v
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
Elektif, Agust 2022
Nursing Care Mr. D Fracture of the tibia in postoperative ORIF indications with
the application of Guided Imagery Applications Using Relaxation Music to
Reduce Pain in the Trauma Center Room RSUP Dr. M. Djamil Padang
xv + 117 pages + 13 tables + 3picture + 1 scheme + 10attachment
EXCLUSIVE SUMMARY
Bibliography : 22 (2013-2021)
Keywords: Post operation ORIF, pain scale, guided imagery therapy, tibial
fracture
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadiran Allah SWT yang telah
Laporan Ilmiah Akhir Ners dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn.D
Dengan Fraktur Tibia Atas Indikasi Post Operasi ORIF Dengan Penerapan
kesulitan dan hambatan, namun berkat bimbingan, bantuan dan penjelasan dari
berbagai pihak akhirnya Laporan Ilmiah Akhir Ners ini dapat diselesaikan.
2. Ibu Dr. Ns. Asmawati M. Kep, selaku Ketua STIKes Alifah Padang.
3. Ibu Ns. Amelia Susanti, M.Kep, Sp.Kep, J selaku ketua program Studi
vii
viii
ini.
6. Orang tua yang selalu mendoakan dan menjadi penyemangat bagi penulis,
ide dan pikiran kepada penulis dalam penyelesaian Laporan Ilmiah Akhir
Ners ini.
Penulis menyadari bahwa Laporan Ilmiah Akhir Ners ini masih jauh dari
ilmu dan kemampuan penulis, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis
menerima masukan, kritikan, dan saran demi kesempurnaan di masa yang akan
datang.
DAFTAR ISI
x
xi
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR SKEMA
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
penopang utama pada tubuh manusia (Rosyidi, 2013).Selain itu, tulang bersifat
rapuh, tetapi cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas yang menahan, apabila
tekanan dari luar lebih kuat, maka terjadilah trauma pada tulang, sehingga
kejadian fraktur atau patah tulang di dunia pada tahun 2020 terjadi kurang lebih
13 juta orang dengan angka pravalensi sebesar 2,7%. Indonesia merupakan negara
terbesar di asia tenggara yang mengalami kasus patah tulang (fraktur) terbanyak
yaitu sebesar 1,3 juta jiwa setiap tahunnya dari jumlah penduduk berkisar 238 juta
bahwasanya proporsi tempat terjadinya cedera yang paling banyak terjadi di jalan
raya dengan persentase 31,4% serta penyebab utama cedera akibat kecelakaan lalu
lintas di posisi puncak adalah mengendarai sepeda motor (72,7%). Selain itu,
proporsi bagian tubuh yang paling banyak dijumpai cedera yaitu anggota gerak
1
2
paling tinggi terjadinya cedera yaitu fraktur dengan persentase yaitu sebesar
67,9% dari92,976. Orang dengan kasus fraktur pada tibia sebanyak 3.775, orang
femur sebanyak 19.754, orang yang mengalami fraktur pada tulang tulang kecil
dikaki sebanyak 970 dan orang yang mengalami fraktur fibula sebanyak
337.Berdasarkan klasifikasi fraktur tibia dibagi menjadi dua yaitu fraktur tertutup
masih sulit untuk ditemukan. Pada tahun 2018 menyatakan cedera secara nasional
Kejadian fraktur pada tubuh manusia menyebabkan nyeri atau sensasi yang
tidak menyenangkan dan bervariasi pada setiap tubuh manusia serta dapat
(Oktaviani dan Afni 2021).Oleh sebab itu, nyeri perlu dilakukan penanganan yang
tepat sesuai dengan keadaan nyeri yang dirasakan, sehingga perlu tindakan
berupa upaya untuk mengurangi rasa nyeri tidak dengan obat-obatan melainkan
dengan tindakan keperawatan berupa tarik nafas dalam, distraksi dan guided
2021).
3
yang tujuannya agar pasien menjadi lebih tenang dan rileks. Selama latihan
relaksasi ini seseorang dipandu untuk rileks dengan situasi yang tenang dan sunyi.
parasimpatis (Potter & Perry, 2006 dalam Astuti dan Respati, 2018).
Selain itu, tata cara pelaksanaan terapi guided imagery diawali dengan
kedua mata serta fokus pada pernafasannya, lalu pasien dianjurkan untuk relaksasi
untuk mengosongkan pikiran dengan bayangan untuk membuat damai dan tenang
Hafid, 2020).
perhatian yang memanfaatkan cerita atau narasi yang mempengaruhi pikiran dan
sering dikombinasikan dengan latar belakang musik seperti musik alam, sehingga
nyeri yang dirasakan pasien atau seseorang berkurang. Selain itu, mekanisme
respon stress, hal tersebut berkaitan dengan teori Gate Control bahwasanya hanya
satu impuls yang dapat berjalan hingga ke sumsum tulang belakang lalu ke otak
pada satu waktu dan jika ini terisi dengan pikiran lain, sehingga sensasi rasa sakit
tidak dapat terkirim ke otak, hal ini terjadi karena rasa sakit atau nyeri berkurang.
4
Terapi guided imagery mampu mengatasi kecemasan, stress dan nyeri serta
menurunkan tekanan darah, nadi serta respirasi (Smelter & Bare, 2008 dalam
Ayu, 2017).
frekuensi dasar tubuh manusia melalui vibrasi musik, sebab memadukan pola
getar dasar tubuh manusia yang membuat pengobatan yang begitu bagus bagi
tubuh, pikiran serta jiwa manusia, karena musik membantu otak kiri memimpin
untuk meningkatkan proses belajar. Selain itu, musik telah tumbuh dengan baik di
dunia sebagai terapi non farmakologi untuk menurunkan nyeri post operasi dan
telah terbukti dapat mengurangi nyeri, penggunaan analgesik serta efek samping
2021).
hasil penelitian dari Astuti & Respati (2018) mengenai pengaruh terapi guided
imagery terhadap nyeri pada pasien post operasi fraktur hari kedua dan pasien
post operasi pada fraktur terbuka didapatkan dengan nilai signifikan 0,000
(p<0,05) terhadap pemberian terapi guided imagery dengan data dari 14 pasien
Hasil penelitian Nur Meity Sulistia Ayu (2017) mengenai efektifitas terapi
audio recorded guided imagery dengan nafas dalam terhadap penurunan nyeri
mendapatkan hasil bahwasanya tingkat nyeri pada pasien dengan pasca operasi
fraktur yang terdiri dari 18 responden (18 pasien) semuanya berada pada tingkat
nyeri sedang (100%). Namun, setelah dilakukan terapi audio recordeed guided
imagery dengan nafas dalam, tingkat nyeri pasien berubah yaitu terdapat 14
ruangan Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil Padang terdapat 15 orang dengan
diagnosa medis yang berbeda-beda pula yaitu 2 orang dengan cidera kepala, 2
orang dengan fraktur clavikula, 2 orang dengan cidera kepala disertai dengan
fraktur femur, 2 orang dengan fraktur femur, 3 orang dengan fraktur fibula dan 4
pembedahan ORIF dan OREF. Pasien yang menjalani operasi ORIF sebanyak 10
orang dan OREF 3 orang.Penulis tertarik dengan fraktur tibia dikarenakan kasus
mengurangi nyeri pasien post operasi, perawat hanya mengajarkan teknik napas
Keperawatan pada Tn. D dengan Fraktur Tibia Post Operasi ORIF dengan
menurunkan skala nyeri di ruangan Trauma Center RSUP Dr. M. Djamil Padang
Tahun 2022”.
6
1. Tujuan Umum
Penulismampu melaksanakan asuhan keperawatan profesional pada Tn. D
dengan Fraktur Tibia Post Operasi ORIF dengan Penerapan Aplikasi Guided
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada Tn. D dengan Fraktur Tibia Post
1. Bagi Penulis
skala nyeri pada pasien ORIF dan meningkatkan analisa kasus sebagai
Penulisan laporan akhir ini dapat memberikan referensi dan masukan bagi
Diharapkan hasil penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini dapat menjadi salah
Diharapkan hasil penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini dapat menjadi
penanganan bagi pasien dan keluarga baik dirumah sakit maupun dirumah.
A. Konsep Fraktur
1. Definisi Fraktur
maupun tulang rawan yang biasanya ditimbulkan dari trauma, baik trauma
langsung serta tidak langsung. Oleh sebab itu, akibat dari suatu trauma pada
Fraktur merupakan suatu gangguan yang lengkap atau tidak lengkap dalam
9
10
2. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi :
Tulang ini termasuk tulang panjang, sehingga terdiri dari tiga bagian:
b) Diaphysis (corpus)
(incisura fibularis).
2) Fibula
fibulae, untuk bersendi dengan tibia. Pada corpus terdapat empat buah
crista yaitu, crista lateralis, crista anterior, crista medialis dan crista
b. Fisiologi
bergerak).
posfor)
tulang).
hormon :
1) Kalsium dan posfor tulang mengandung 99% kalsium tubuh dan 90%
keseimbangan.
terlihat dalam kadar hormon paratiroid yang tinggi. Bila tidak ada
halus.
tulang dan penentuan jumlah matriks tulang yang dibentuk pada masa
sebelum pubertas.
tulang dan membantu dalam regulasi absorbsi kalsium dan posfor dari
usus kecil.
(Manurung, 2018).
14
3. Etiologi
4. Klasifikasi
dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih
tulang seperti : hair line fraktur, buckle atau torus fraktur dan green
stick fraktur.
15
trauma
juga
3) Fraktur spiral yaitu fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral
1) Fraktur komunitif yaitu fraktur dimana garis patah lebih dari satu
2) Fraktur segmental yaitu fraktur dimana garis patah lebih dari satu
3) Fraktur multiple yaitu fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi
1) 1/3 proksimal
2) 1/3 medial
5. Patofisiologi
Fraktur bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan. Namun, apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar
dari yang diserap tulang, sehingga terjadilah trauma pada tulang yang
serta saraf dalam korteks, marrow dan jaringan lunak yang membungkus
dan infiltrasi sel darah putih. Maka, proses tersebut diatas merupakan dasar
7. Manifestasi Klinis
a. Nyeri terlokalisasi pada satu area tibia atau beberapa area jika terdapat
fraktur multiple
beban
hilangnya suplai darah ke daerah yang terluka dan akan meluas kearea
sebagai respon akumulasi sel-sel mati dan debris pada lokasi fraktur,
dan eksudasi dari plasma kaya fibrin akan mendorong migrasi dari sel-
sel fagositik kearea cedera. Jika suplai vaskular kelokasi fraktur tidak
granulasi kan menciptakan sabuk dari sekitar ujung dari tiap fragmen
kartilago baru dan matriks tulang tersebar melalui kalus primer. Pro-
kalus besar dan longgar. Biasanya lebih lebar dari pada diameter
fraktur, meluas hingga diluar lokasi fraktur agar dapat menjadi bidai,
walaupun tidak cukup kuat. Jika sel-sel terletak jauh dari suplai
Kalus yang tidak dibutuhkan akan diresorbsi atau dibuang dari lokasi
stress yang diberikan pada tulang oleh otot, berat badan dan usia
9. Komplikasi
a. Komplikasi awal
1) Kerusakan arteri
2) Kompartement sindrom
menekan otot, saraf dan pembuluh darah. Selain itu, karena tekanan
terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel
demam.
23
4) Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
ke dalam. Biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga
plat
5) Avaskuler nekrosis
6) Shock
1) Delayed Union
tulang
2) Nonunion
3) Malunion
(Rosyidi 2013).
10. Penatalaksanaan
atau tidak, pemeriksaan kreatinin untuk melihat trauma otot apakah ada
b. Retensi
2013).
c. Rehabilitasi
(Rosyidi, 2013).
26
d. Reduksi
tulang yang dapat dicapai dengan reduksi tertutup atau reduksi terbuka.
tulang menjadi solid. Alat untuk fiksasi internal antara lain pen, kawat,
B. Konsep Nyeri
1. Pengertian Nyeri
2. Penyebab Nyeri
a. Nyeri fisik
Nyeri fisik merupakan nyeri yang disebabkan oleh faktor fisik berkaitan
tertentu yang terletak lebih dalam. Penyebab nyeri secara fisik, antara
lain :
1) Trauma mekanik
ataupun luka
2) Trauma termis
3) Trauma kimiawi
Trauma kimiawi terjadi karena tersentuh zat asam atau basa yang kuat
28
4) Trauma elektrik
5) Neoplasma
b. Nyeri psikologis
3. Klasifikasi nyeri
2) Deep pain yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih
3) Refered pain yaitu nyeri dalam yang disebabkan penyakit organ atau
4) Central pain yaitu nyeri yang terjadi akibat rangsangan pada sistem
menghilang
2) Steady pain yaitu nyeri timbul dan menetap serta dirasakan dalam
waktu lama
sangat kuat. Nyeri ini biasanya menetap selama 10-15 menit, lalu
1) Nyeri Akut
Nyeri akut yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan
berakhir kurang dari enam bulan, sumber dan daerah nyeri dapat
2) Nyeri Kronis
Nyeri kronis merupakan nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan.
Nyeri kronis ini memiliki pola yang beragam dan bisa berlangsung
yang neyeri dalam periode yang diselingi dengan interval bebas dari
nyeri, lalu nyeri akan timbul kembali. Ada pula nyeri kronis yang
lebih objektif. Skala pendeskripsian verbal atau VDS yaitu sebuah faris
yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsian yang tersusun
Skala analog visual adalah suatu garis lurus atau horizontal sepanjang
sepanjang garis tersebut. Skala VAS terdiri dari 6 wajah dengan foto
terapi atau gejala menjadi buruk untuk menilai apakah nyeri mengalami
5. Penatalaksanaan nyeri
rasa nyeri. Rasa nyeri akan menghilang lewat ujung saraf perifer di
jenis, yaitu :
Opioids adalah zat aktif untuk mengatasi nyeri akut. Jenis obat
2) Bius lokal
dengan namanya, bius lokal ini hanya akan memetaikan rasa pada
keadaan sadar.
3) Adjuvents
4) Sukrase
nyeri ringan dan hebat dengan dosis tertentu. Dosis yang disarankan
2021).
dalam kesan tersebut sehingga secara bertahap rasa nyeri akan berkurang
(Ayu, 2017).
Namun, guided imagery ini tidak dapat memusatkan perhatian pada banyak
hal dalam satu waktu, sebab seseorang harus membayangkan satu imajinasi
efek rileks pada tubuh dengan menurunkan ketegangan otot (Noviaji, 2018).
substansi sejenis morfin yang disuplai oleh tubuh, sehingga endorphin akan
nyeri pada pasien post operasi fraktur berkurang (Astuti dan Respati 2018).
ini merupakan analgesik alamiah dari tubuh yang terdapat pada otak, spinal,
kecemasan, stres dan nyeri yang dirasakan oleh seseorang serta menurunkan
dengan guided imagery pada klien post operasi fraktur cruris mendapatkan
4. Musik Relaksasi
serta hati melalui melodi, harmoni, ritme dan timbre. Secara psikologis,
dan rileks, mengurangi stress serta dapat melepaskan rasa gembira dan
sedih(Hidayat, 2020).
bebas dari ketegangan apapun dan tidak adanya stres yang dimunculkan
relaksasi yang pada umumnya digunakan adalah suara alam seperti suara
ombak di pantai, kicauan burung, air hujan dan sebagainya (Hidayat, 2020).
musik relaksasi.
38
relaksasi yaitu :
a. Tahap persiapan
dilakukan
b. Tahap kerja
relaksasi.
dapat dinikmati
39
c. Tahap terminasi
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama
rasa nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dari lamanya
pasien digunakan :
40
1) Provoking inciden
2) Quality of pain
Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan ataupun yang digambarkan oleh
Apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar atau menyebar
5) Time
Pada pasien fraktur atau patah tulang pengumpulan data yang dilakukan
kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena, atau dengan
penyembuhan tulang.
e. Penyakit keluarga
yang sering terjadi pada beberapa keturunan, serta kanker tulang yang
Pada kasus fraktur akan terjadinya kecacatan pada dirinya dan harus
3) Pola eliminasi
Pada kasus fraktur tidak ada gangguan pada pola eliminasi feses,
warna, bau dan jumlah urin serta pada pola eliminasi urin dan feses
sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur pasien.
5) Pola aktivitas
kebutuhan pasien perlu banyak bantuan oelh orang lain. Hal yang
gangguan.
lamanya perkawinan.
tidak efektif.
Hal ini bisa disebabkan oleh nyeri serta keterbatasan gerak pasien.
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
a) Kesadaran pasien
pasien
Pada pasien fraktur perlu dikaji nyeri pasien apakah nyeri akut,
nyeri akut.
c) Tanda-tanda vital
Pada pasien dengan fraktur perlu dikaji karena ada gangguan baik
terganggu.
45
tidak ada perubahan fungsi maupun bentuk, tidak ada lesi, simetris,
hidung.
8) Thoraks
a) Paru-paru
dnegan paru-paru
b) Jantung
9) Abdomen
b) Palpasi : turgor baik, tidak ada defands muskuler atau nyeri tekan
10) Ekstermitas
a) Inspeksi
ekstermitas
b) Palpasi
c) Perkusi
Reflek patella
47
d) Auskultasi
h. Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan radiologi
2) Pemeriksaan laboratorium
penyembuhan tulang.
3) Pemeriksaan lain-lain
2. Diagnosa Keperawatan
paru, kongesti)
tulang)
49
3. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.3
Intervensi Keperawatan
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan teknik non-
farmakologi untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
51
meningkat mobilisasi
3. Nyeri menurun 4. Monitor kondisi umum
4. Kaku sendi menurun selama melakukan
5. Gerakan terbatas mobilisasi
menurun
6. Kelemahan fisik Terapeutik
menurun 1. Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan alat
bantu
2. Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu
3. Libatkan keluarga
untuk membantu pasien
dalam meningkatkan
pergerakan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
2. Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis: duduk
di tempat tidur)
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
klien. Pada pasien dengan fraktur diharapkan nyeri berkurang atau hilang,
based yang terindeks seperti google scholar (n=3) dan garuda (n=1). Hasil
kajian literature review jurnal dan pembahasan akan dijabarkan pada tabel
berikut ini.
56
Tabel 2.4
Instrumen
57
t:
Lembar
observasi
pengkajia
n nyeri
NRS dan
MP3
rekaman
audio
recorded
guided
imagery
dipantai
Data
Analysis:
NRS
(Numeric
Rating
Scale)
SOP
terapi
guided
imagery
dan
pengukur
an skala
nyeri
visual aid
scale
Data
analysis:
Uji Mann
Whitney
Variable:
Kelompo
k
eksperime
n dan
kelompok
kontrol
Instrumen
t:
Wawanca
ra,
observasi,
asuhan
keperawat
an dan
mp3
rekaman
audio
guided
imagery
pada pasien dengan fraktur post operasi ORIF. Penurunan skala nyeri dari
nyeri ringan ke nyeri sedang sebanyak (75%) dan penurunan skala nyeri
dari skala nyeri berat ke nyeri sedang dan nyeri berat ke nyeri ringan
sebanyak (25%).
cerita yang dibawakan oleh seseorang (Oktaviani & Afni, 2021). Terapi
kategori dari usia tahap remaja hingga dewasa akhir dengan kondisi pasien
Sampel yang diambil dari jurnal Ayu (2017) dalam judul penelitian
terhadap penurunan nyeri pasien pasca operasi fraktur yaitu usia tahap
Kemudian, pada tahun 2018 menurut jurnal Astuti & Respati dengan judul
penelitian pengaruh terapi guided imagery terhadap nyeri pada pasien post
operasi fraktur, didapatkan hasil bahwa sampel yang diambil pada usia
Berbeda dari hasil penelitian dari 2 jurnal diatas, jurnal Noviaji (2018)
operasi fraktur kruris yang berfokus pada dua orang pasien kelolaan
dengan jenis kelamin perempuan dan laki-laki dengan usia dewasa awal.
kepada satu pasien kelolaan dengan usia dewasa pasca operasi fraktur
Pasien post operasi fraktur akan merasakan nyeri, pengukuran nyeri yang
dirasakan oleh pasien ada berbagai metode, salah satunya dengan alat ukur
skala numerical rating scale (NRS) yaitu skala nyeri yang terdiri dari skala
nyeri 1-10, dimana skala nyeri 7-10 dikategorikan sebagai nyeri berat,
skala nyeri 4-6 dikategorikan sebagai nyeri sedang dan 1-3 dikategorikan
sebagai nyeri ringan. Hal ini sesuai dengan keempat jurnal yang ditelaah
tingkat nyeri sedang ke tingkat nyeri ringan. Sesuai dengan teori Potter &
Perry (2006) dalam Astuti & Respati (2018) guided imagery atau imajinasi
mengurangi nyeri.
Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Astuti & Respati (2018)
mengenai Pengaruh terapi guided imagery terhadap nyeri pada pasien post
Hasil penelitian pada tahun yang sama oleh Noviaji (2018) bahwasanya
dari hasil kedua pasien yaitu kedua pasien dengan fraktur post operasi
pada Ny.S dari skala nyeri 7 hari pertama menjadi skala 3 pada hari ke
tiga. Sedangkan pada Tn.M pada hari pertama skala nyeri 7 menjadi skala
Hal ini sejalan dengan penelitian Oktaviani & Afni (2021) mengenai
kebutuhan rasa aman dan nyaman, didapatkan hasil pada pasien dengan
terdapat penurunan skala nyeri dari skala nyeri 5 ke skala nyeri 2. Hal ini
dengan guided imagery pada klien post operasi fraktur kruris, didapatkan
hasil pada kedua pasien yang diteliti peneliti terdapat penurunan intensitas
utuk membebaskan mental dan fisik dari ketegangan dan stress, sehingga
2. Kesimpulan
pada pasien fraktur. Terapi ini diberikan selama 10-15 menit dengan musik
adalah pasien dengan post operasi fraktur, jenis kelamin laki-laki dan
perempuan serta usia responden dari keseluruhan banyak dari tahap usia
dewasa awal hingga akhir. Pada hasil penelitian Noviaji (2018) jenis
nyeri pasca operasi fraktur, dimana kedua pasien Ny.S dan Tn. M dengan
merasakan nyeri dengan kriteria nyeri berat. Hal ini sesuai dengan teori
merasakan nyeri.
terapi non farmakologi dengan terapi guided imagery yang diiringi dengan
musik alam seperti suara ombak atau kicauan burung serta dengan
ini tentu diiringi dengan terapi farmakologi yang diresepkan oleh dokter.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Nama : Ny. O
Pendidikan : SMA
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
terjatuh dari sepeda motor lalu diantar warga ke IGD RSUP Mdjamil
Padang pada tanggal 31-10-2021 sekitar pukul 13:48 WIB dengan GCS
63
64
pasien mengalami patah tulang terbuka pada kaki kiri dengan keluar
alkohol 1 jam yang lalu, muntah tidak ada, kejang tidak ada, riwayat
keluar darah dari hidung, mulut, telinga tidak ada. Terdapat luka fraktur
terbuka pada kaki kiri (Tibia sinistra) dan edema pada wajah bagian kiri
(zygomaticus sinistra).
memiliki luka post operasi ORIF di kaki sebelah kiri (tibia) dengan
kemerahan, tidak ada keluar push (nanah), tidak ada pendarahan. Selain
itu, pada tangan sebelah kiri terdapat luka gores dengan panjang ± 3 cm
dengan luka tampak sudah kering, push tidak ada dan pendarahan tidak
ada. Pasien memiliki berat badan 70 kg dan tinggi 170 cm tidak ada
sering terbangun pada malam hari karena nyeri yang dirasakan di tibia
37◦C. Pasien BAB 1x sehari dengan karakteristik feses lunak dan BAK
karena keadaan rahang kiri sakit dan makanan yang dihabiskan hanya
(ML).
Kekuatan otot :
5555 5555
5555 2222
udang.
Genogram
66
Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Menikah
= Pasien
= Tinggal serumah
4. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda vital
TD : 132/97 mmHg
N : 110x/i
RR : 21x/i
S : 37◦C
Kesadaran : Composmetis
GCS : 14 E3V5M6
b. Kepala
rontok
Palpasi : Saat di raba kepala pasien tidak ada massa atau luka pada
kepala
c. Facial
d. Mata
periorbital).
e. Hidung
f. Telinga
Inspeksi : Telinga pasien tampak simetris kiri dan kanan, tidak ada
digerakkan
68
h. Leher
kesulitan menelan
Palpasi : Saat di raba tidak ada teraba kelenjar tyroid dan massa
pada leher
i. Thorax
1) Paru-paru
2) Kardiovaskuler
3) Payudara
kedua payudara
j. Abdomen
Perkusi : Tympani
Tabel 3.1
Pemeriksaan Syaraf Kranial
l. Ektremitas
edema
panjang ± 3 cm
digerakkan
bawah (tibia)
S: Skala nyeri 8
Kekuatan otot :
5555 5555
55552222
m. Genetalia
n. Kulit
I : warna kulit pasien tampak kuning langsat, tidak terdapat lesi, turgor
5. Pola Nutrisi
a. Berat Badan
Sebelum sakit : 72 kg
Saat sakit : 70 kg
b. Frekuensi makan
c. Jenis makanan
nasi lunak.
digerakkan
6. Pola eliminasi
Tabel 3.2
Pola Eliminasi BAB dan BAK
Pola BAB dan BAK Sebelum Sakit Saat Sakit
BAB
Frekuensi 1 x 2 hari Belum BAB
Konsistensi feses Keras Tidak ada
Warna feses Coklat Tidak ada
Masalah dalam BAB Tidak ada Tidak ada
BAK
Frekuensi BAK/ Volume 6-7 x/ hari Terpasang kateter dengan
urine produksi urin 1000 cc/ 8
jam
Warna urine Kuning Kuning
Masalah dalam BAK Tidak ada Tidak ada
Penggunaan alat bantu Tidak ada Kateter
73
Tabel 3.3
Pola Tidur dan Istirahat
9. Pola Bekerja
10 jam
menentu
yang dialami
b. Persepsi diri
Tabel 3.4
Persepsi Diri
Hal yang amat Pasien mengatakan hal yang amat dipikirkan saat
dipikirkan saat ini ini adalah bagaimana bisa cepat pulih kembali
dan beraktifitas seperti biasanya
Harapan setelah Pasien mengatakan harapan setelah menjalani
menjalani perawatan perawatan berharap kaki kiri cepat pulih kembali
danbisa bekerja mencari nafkah untuk istri
Perubahan yang dirasa Pasien mengatakan perubahan yang dirasa setelah
setelah sakit sakit adalah kaki kiri tidak bisa digerakkan, jika
digerakkan atau berubah posisi nyeri.
c. Hubungan/komunikasi
Kehidupan keluarga :
komunikasi musyawarah
mufakat
keluarganya
keluarga rukun
d. Spiritual
1. Laboratorium
Tabel 3.5
Hasil Laboratorium
3. Pengobatan
Tabel 3.6
Pengobatan pasien
B. ANALISA DATA
Tabel 3.7
Analisa Data Keperawatan
DO : Kontinuitas jaringan
a. Tampak luka post terputus
operasi ORIF pada
kaki sebelah kiri Gangguan integritas
dengan panjang ± 15 kulit/jaringan
cm
b. Balutan luka tampak
tidak ada rembesan
c. Luka post operasi
tampak tidak ada
push
d. Jahitan luka post
operasi tampak masih
basah
e. Luka pada kaki kiri
tampak memerah
f. Luka pada lengan
kiri tampak terbuka
dengan panjang ± 3
cm
g. Luka pada lengan
kiri tampak belum
kering dan memerah
80
3. DS : Fraktur Gangguan
a. Keluarga pasien mobilitas fisik
mengatakan aktivitas Diskontinuitas tulang
pasien selalu dibantu
oleh keluarga Perubahan jaringan
b. Keluarga pasien sekitar
mengatakan pasien
banyak berbaring Pergeseran fragmen
saja tulang
c. Pasien mengatakan
tidak bisa Depormitas
menggerakkan kaki
kiri karena sakit Gangguan fungsi
DO :
a. Pasien hari pertama
post operasi ORIF Gangguan mobilitas
b. Kaki sebelah kiri fisik
pasien tampak
terpasang tansocrote
c. Kekuatan otot
5555 5555
5555 2222
d. Pasien tampak selalu
dibantu oleh perawat
dan keluarga pasien
dalam melakukan
aktivitas
e. Pasien tampak
membatasi aktivitas
f. Vital Sign klien
TD : 132/97 mmHg
N : 110 x/i
RR : 20 x/i
S : 37◦C
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tabel 3.8
Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Keperawatan Hasil (SIKI)
(SDKI) (SLKI)
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Manajemen nyeri
agen intervensi selama 1 x Observasi
pencedera 24 jam, maka tingkat 1. Identifikasi lokasi,
fisik nyeri menurun dengan karakteristik, durasi,
(trauma)d.d kriteria hasil : frekuensi, kualitas,
pasien 1. Keluhan nyeri intensitas nyeri
mengeluh menurun 2. Identifikasi skala nyeri
nyeri, tampak 2. Meringis menurun 3. Identifikasi respon nyeri
meringis, 3. Sikap protektif non-verbal
gelisah, menurun 4. Identifikasi faktor yang
bersikap 4. Kesulitan tidur memperberat dan
protektif, menurun memperingan nyeri
tekanan darah 5. Muntah menurun 5. Monitor skala nyeri
meningkat 6. Mual menurun sebelum dan sesudah
7. Frekuensi nadi dilakukan terapi guided
membaik imagery dengan musik
8. Pola nafas membaik relaksasi
9. Tekanan darah Terapeutik
membaik 1. Berikan teknik non-
10. Nafsu makan farmakologi yaitu terapi
membaik guided imagery dengan
11. Pola tidur membaik musik relaksasi :
a. Berikan salam
terapeutik
b. Jelaskan kepada
pasien dan keluarga
mengenai terapi
guided imagery
dengan musik
relaksasi
c. Tunjukkan dan
praktekkan teknik
relaksasi guided
imagery
d. Sebelum melakukan
terapi guided imagery
ukur skala nyeri
menggunakan NRS
e. Anjurkan pasien untuk
menutup mata
f. Nyalakan musik
relaksasi
g. Minta pasien menarik
nafas dalam dengan
82
perlahan
h. Minta Pasien untuk
menggunakan semua
panca indera dalam
menjelaskan bayangan
dan lingkungan
bayangan tersebut
i. Minta pasien
membayangkan
tempat yang
menyenangkan dan
dapat dinikmati
j. Minta pasien
menjelaskan perasaan
fisik dan emosional
yang ditimbulkan dari
bayangannya dan
bantu pasien untuk
mengeksplorasi
respon terhadap
bayangannya
k. Dorong pengulangan
teknik praktik-praktik
tertentu secara berkala
2. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu nyeri
2. Anjurkan melatih terapi
guided imagery 2x sehari
terutama sebelum tidur
pada malam hari dengan
MP3
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
83
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
2. Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis: duduk di
tempat tidur)
85
E. Catatan Perkembangan
Tabel 3.9
Catatan Perkembangan
Nama Pasien : Tn. D
Diagnosa Medis : Fraktur Tibia Sinistra 1/3 Tengah
Hari/Tanggal : Rabu/ 03-11-2021
No Diagnosa Implementasi Evaluasi TTD
keperawatan
1. Nyeri akut b.d 1. Mengidentifikasi Pukul 16:00 WIB
Agen
skala nyeri
pencedera fisik S:
(trauma) d.d 2. Mengidentifikasi Pasien mengatakan
pasien respon nyeri non nyeri pada luka
mengeluh post operasi
nyeri, tampak verbal Pasien mengatakan
meringis, 3. Mengidentifikasi nyeri menetap
gelisah, karena tidak fokus
faktor yang setelah diberikan
bersikap
memperberat dan terapi guided
protektif, imagery dengan
tekanan darah memperingan nyeri musik relaksasi,
meningkat sebelum diberikan
4. Mengajarkan
terapi guided
teknik non imagery dengan
farmakologi : musik relaksasi
skala nyeri 6,
guided imagery setelah diberikan
dengan musik terapi guided
imagery dengan
relaksasi musik relaksasi
a. Menjelaskan skala nyeri 6
Pasien mengatakan
kepada pasien nyeri bertambah
dan keluarga saat kaki
digerakkan
mengenai terapi Pasien mengatakan
guided imagery nyeri terasa terus-
menerus
dengan musik O:
relaksasi Pasien tampak
dalam posisi tidur
b. Mengukur skala semi fowler
nyeri pasien Pasien tampak
meringis
dengan skala
Pasien bergerak
NRS sebelum hati-hati untuk
melindungi area
86
melakukan nyeri
Pasien
terapi guided
mendapatkan
imagery dengan keterolac 3x1 drip
Nacl 500 ml habis
musik relaksasi
dalam 8 jam
c. Menunjukkan P : Fraktur tibia 1/3
dan tengah post operasi
pemasangan ORIF
mempraktekkan Q : Nyeri terasa
teknik relaksasi seperti ditusuk-
tusuk
guided imagery
d. Menganjurkan R : Nyeri terasa
pada daerah luka
pasien untuk post operasi
menutup mata pemasangan ORIF
fraktur tibia
e. Menyalakan S : Skala nyeri 6
musik relaksasi T : Nyeri hilang
timbul 3-5 menit
f. Meminta pasien Pemeriksaan
menarik nafas Tanda-tanda vital
TD : 132/97 mmHg
dalam dengan N : 110x/i
perlahan RR : 21x/i
S : 37◦C
g. Meminta Pasien
untuk A:
Masalah belum teratasi
menggunakan P:
semua panca Intervensi dilanjutkan:
Manajemen nyeri
indera dalam
dengan terapi
menjelaskan guided imagery
bayangan dan dengan musik
lingkungan relaksasi
Lanjutkan terapi
bayangan
farmakologi
tersebut Anjurkan pasien
h. Meminta pasien untuk mendapatkan
istirahat yang
membayangkan
cukup
tempat yang
menyenangkan
dan dapat
dinikmati
87
i. Meminta pasien
menjelaskan
perasaan fisik
dan emosional
yang
ditimbulkan
dari
bayangannya
dan membantu
pasien untuk
mengeksplorasi
respon terhadap
bayangannya
j. Mendorong
pengulangan
teknik praktik-
praktik tertentu
secara berkala
5. Memonitor skala
nyeri sebelum dan
sesudah dilakukan
terapi guided
imagery dengan
musik relaksasi
6. Menganjurkan
melatih terapi
guided imagery 2x
sehari terutama
sebelum tidur pada
malam hari
dengan MP3
7. Melakukan
pemeriksaan tanda-
tanda vital
88
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan :
Perawatan luka
Lanjutkan
pemberian
antibiotik
89
pada pasien O:
5. Membantu pasien Pasien tampak
paham dan jelas
melakukan atas penjelasan
mobilisasi (ROM) yang diberikan
Pasien post operasi
hari pertama
Pasien tampak
takut saat
menggerakkan
kakinya
Pasien tampak
terpasang
tensocrepe
Aktivitas pasien
tampak dibantu
oleh keluarga
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan :
Terapi latihan
Mobilisasi dini
90
Catatan Perkembangan
Nama Pasien : Tn. D
Diagnosa Medis : Fraktur Tibia Sinistra 1/3 Tengah
Hari/ Tanggal : Kamis/ 04-11-2021
No Diagnosa Implementasi Evaluasi TTD
keperawatan
1. Nyeri akut b.d 1. Mengevaluasi Pukul 09 : 00 WIB
Agen
nyeri dengan
pencedera fisik S:
(trauma) pengkajian secara Pasien mengatakan
nyeri pada luka post
komprehensif
operasi
2. Mengobservasi Pasien mengatakan
respon nyeri non sebelum tidur hari
kemaren
verbal mendengarkan
3. Mengajarkan rekaman terapi
guided imagery
teknik non dengan musik
farmakologi : relaksasi
Pasien mengatakan
guided imagery setelah terapi guided
dengan musik imagery dengan
musik relaksasi nyeri
relaksasi berkurang sebelum
a. Menjelaskan skala nyeri 6
menjadi skala nyeri
kepada pasien 5
dan keluarga pasien mengatakan
perasaan menjadi
mengenai rileks setelah terapi
terapi guided guided imagery
dengan musik
imagery relaksasi
dengan musik O:
Pasien masih
relaksasi meringis
b. Mengukur Pasien tampak fokus
melakukan terapi
skala nyeri guided imagery
pasien dengan dengan musik
relaksasi
skala NRS
P : Fraktur tibia post
sebelum pemasangan ORIF
Q : Nyeri terasa
melakukan
seperti ditusuk-tusuk
terapi guided R : Nyeri dirasakan
dibagian luka post
91
d. Menganjurkan A:
pasien untuk Masalah belum teratasi
P:
menutup mata Intervensi dilanjutkan :
e. Menyalakan Manajemen nyeri
Ajarkan teknik non
musik farmakologi : terapi
relaksasi guided imagery
dengan musik
f. Meminta relaksasi
pasien Monitor TTV
menarik nafas
dalam dengan
perlahan
g. Meminta
Pasien untuk
menggunakan
semua panca
indera dalam
menjelaskan
bayangan dan
lingkungan
bayangan
tersebut
h. Meminta
pasien
membayangka
n tempat yang
92
menyenangka
n dan dapat
dinikmati
i. Meminta
pasien
menjelaskan
perasaan fisik
dan emosional
yang
ditimbulkan
dari
bayangannya
dan membantu
pasien untuk
mengeksplora
si respon
terhadap
bayangannya
j. Mendorong
pengulangan
teknik praktik-
praktik
tertentu secara
berkala
4. Memonitor skala
nyeri sebelum
dan sesudah
dilakukan terapi
guided imagery
dengan musik
relaksasi
5. Menganjurkan
melatih terapi
guided imagery
2x sehari
93
terutama sebelum
tidur pada malam
hari dengan MP3
6. Menganjurkan
pasien untuk
istirahat
7. Memonitor
tanda-tanda vital
P:
Intervensi dilanjutkan:
Perawatan luka
Monitor tanda-tanda
94
infeksi
Monitor karakteristik
luka
dalam melakukan A:
pergerakan Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan:
Aktivitas perawatan
diri
Mobilisasi dini
95
Catatan Perkembangan
Nama Pasien : Tn. D
Diagnosa Medis : Fraktur Tibia Sinistra 1/3 Tengah
Hari/ Tanggal : Sabtu/ 06-11-2021
Tang Diagnosa Implementasi Evaluasi TTD
gal keperawatan
06/1 Nyeri akut b.d 1. Mengevaluasi Pukul 15 : 00 WIB
1/20 Agen
skala nyeri
21 pencedera fisik S:
(trauma) 2. Mengobservasi Pasien
mengatakan
respon nyeri non
masih terasa
verbal nyeri pada luka
3. Menjelaskan post operasi
Pasien
penyebab, periode mengatakan
dan pemicu nyeri selalu
mendengarkan
4. Mengajarkan rekaman terapi
teknik non guided imagery
dengan musik
farmakologi : relaksasi sebelum
guided imagery tidur
Pasien
dengan musik mengatakan
relaksasi setelah terapi
guided imagery
a. Menjelaskan dengan musik
kepada pasien relaksasi nyeri
berkurang dari
dan keluarga sebelum skala
mengenai terapi nyeri 4, setelah
skala nyeri 3
guided imagery O:
dengan musik Pasien masih
meringis
relaksasi Pasien tampak
b. Mengukur skala tenang
Pasien tampak
nyeri pasien meringis saat
dengan skala menggerakkan
kaki kiri
NRS sebelum
Pasien tampak
melakukan tenang
mendengarkan
terapi guided
terapi
imagery dengan Skala nyeri 3
TD : 115/82
96
yang
ditimbulkan
dari
bayangannya
dan membantu
pasien untuk
mengeksplorasi
respon terhadap
bayangannya
j. Mendorong
pengulangan
teknik praktik-
praktik tertentu
secara berkala
5. Memonitor skala
nyeri sebelum dan
sesudah dilakukan
terapi guided
imagery dengan
musik relaksasi
6. Menganjurkan
melatih terapi
guided imagery 2x
sehari terutama
sebelum tidur pada
malam hari
dengan MP3
98
A:
Masalah belum
teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan:
Perawatan luka
Monitor tanda-
tanda infeksi
Monitor
karakteristik luka
99
A:
Masalah belum
teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan:
Mobilisasi dini
Monitor frekuensi
jantung dan
tekanan darah
sebelum dan
sesudah
mobilisasi (ROM)
100
Catatan Perkembangan
Nama Pasien : Tn. D
Diagnosa Medis : Fraktur Tibia Sinistra 1/3 Tengah
Hari/ Tanggal : Minggu/ 07-11-2021
Tang Diagnosa Implementasi Evaluasi TTD
gal keperawatan
07/1 Nyeri akut b.d 1. Mengidentifikasi Pukul 15 : 00 WIB
1/20 Agen
skala nyeri
21 pencedera fisik S:
(trauma) 2. Mengidentifikasi Pasien
mengatakan
respon nyeri non
terapi guided
verbal membuat badan
3. Mengajarkan menjadi rileks
Pasien
teknik non mengatakan
farmakologi : terapi guided
imagery dapat
guided imagery menurunkan
dengan musik skala nyeri dari
skala 3 ke 2
relaksasi
a. Menjelaskan O:
Pasien tampak
kepada pasien tenang
dan keluarga Pasien tampak
fokus melakukan
mengenai terapi terapi guided
guided imagery imagery dengan
musik relaksasi
dengan musik P : Fraktur tibia
relaksasi post operasi
pemasangan
b. Mengukur skala ORIF
nyeri pasien Q : Nyeri terasa
seperti ditusuk-
dengan skala tuduk
NRS sebelum R : Nyeri
dirasakan
melakukan dibagian luka
terapi guided fraktur tibia post
operasi
imagery dengan
pemasangan
musik relaksasi ORIF
S : Skala nyeri 2
c. Menunjukkan
T : Nyeri terasa
dan hilang timbul ± 1
menit
101
mempraktekkan Pemeriksaan
tanda-tanda vital
teknik relaksasi
TD : 122/76
guided imagery mmHg
N : 83x/i
d. Menganjurkan
RR :20x/i
pasien untuk S : 36,7◦C
menutup mata
A:
e. Menyalakan Masalah teratasi
P:
musik relaksasi
Intervensi dihentikan
f. Meminta pasien Pasien
menarik nafas
dalam dengan
perlahan
g. Meminta Pasien
untuk
menggunakan
semua panca
indera dalam
menjelaskan
bayangan dan
lingkungan
bayangan
tersebut
h. Meminta pasien
membayangkan
tempat yang
menyenangkan
dan dapat
dinikmati
i. Meminta pasien
menjelaskan
perasaan fisik
dan emosional
yang
ditimbulkan
dari
102
bayangannya
dan membantu
pasien untuk
mengeksplorasi
respon terhadap
bayangannya
j. Mendorong
pengulangan
teknik praktik-
praktik tertentu
secara berkala
4. Memonitor skala
nyeri sebelum dan
sesudah dilakukan
terapi guided
imagery dengan
musik relaksasi
5. Menganjurkan
melatih terapi
guided imagery 2x
sehari terutama
sebelum tidur pada
malam hari
dengan MP3
6. Memeriksa tanda-
tanda vital pasien
103
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
dirumah
Pasien pulang
104
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
dirumah
Pasien pulang
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Pengkajian
dengan keluhan nyeri di tungkai bagian bawah sebelah kiri dengan GCS
keluar darah dari hidung dan telinga, tidak ada kuluhan muntah serta mual.
Pada bagian tulang kering pada kaki sebelah kiri terdapat luka post operasi
serta luka gores di bagian lengan sebelah kiri dengan panjang luka ± 3 cm.
Pasien masuk dengan diagnosa medis Fraktur Tibia 1/3 tengah serta pasien
juta jiwa. Selain itu, penyebab terjadinya kasus fraktur di negara Indonesia
(Kemenkes, 2018).
106
107
oleh cedera dari trauma langsung seperti benda keras yang mengenai kaki.
dan humerus) dengan cara memasukkan paku, pen, screw kedalam tempat
analgesik keterolac 3 x 1 hari yang sudah di drip dalam cairan NaCl 500
ml, pasien tampak meringis, gelisah, skala nyeri 6 serta kaki kiri sakit jika
132/97 mmHg disertai dengan peningkatan nadi yaitu 110x/i diatas nilai
normal. hal tersebut dikarenakan nyeri yang dirasakan pasien. Hal ini
dapat terjadi akibat respon terhadap nyeri yang dirasakan dan nyeri dapat
hari pertama dengan panjang luka post operasi ±15cm. Hal ini
menimbulkan keluhan nyeri yang dirasakan pasien akibat dari sayatan saat
operasi dapat menimbulkan nyeri atau rasa sakit yang dirasakan oleh
dilakukan di atas tempat tidur dan aktivitas ditolong oleh keluarga seperti
menggunakan kateter dan BAB belum ada sejak pertama kali masuk ke
alat fiksasi internal seperti pen, kawat, skrup dan plat yang dimasukkan ke
(Noviaji, 2018).
2. Diagnosa Keperawatan
Pada kasus kelolaan di rumah sakit RSUP Dr. M. Djamil Padang yang
tiga masalah keperawatan pada Tn. D yaitu nyeri akut, gangguan integritas
pada data langsung dari pasien berupa data subjektif dan data objektif atau
akut, harus melihat tanda dan gejala mayor dan minor. Tanda dan gejala
diperhatikan juga data tanda dan gejala minor dengan data objektif
gangguan integritas kulit / jaringan ada gejala serta tanda mayor dan
jaringan atau lapisan kulit. Sedangkan pada tanda dan gejala minor
Berdasarkan analisa peneliti, hal ini sesuai dengan data yang didapatkan
dari Tn.D, dimana pasien mengalami fraktur dan terdapat luka terbuka
pada daerah fraktur. Keadaan luka post operasi masih tampak memerah
dan belum kering, panjang luka ± 15 cm. Selain itu, terdapat luka pada
mobilitas fisik terdapat tanda dan gejala mayor serta minor. Tanda dan
merasa cemas saat bergerak. Selain itu, data objektifnya pasien tampak
lemah.
112
3. Intervensi Keperawatan
perlu ditegakkan diagnosa dengan tujuan yang akan dicapai serta kriteria
Intervensi yang dilakukan pada diagnosa pertama yaitu nyeri akut dengan
obat.
kulit / jaringan yaitu monitor dan mengobservasi keadaan luka yang terdiri
tanda infeksi pada luka pasien, berikan posisi untuk menghindari tekanan
dilakukan setiap pagi hari yang dilakukan 2 hari sekali pada Tn. D, namun
jika terdapat balutan pada luka merembes, maka diberikan perawatan luka
113
segera agar terhindar dari infeksi, serta perawatan luka dilakukan dengan
gerak sendi (ROM), anjurkan pasien untuk merubah posisi, miring kiri
mandiri.
4. Implementasi
a. Nyeri akut b.d Agen pencedera fisik d.d pasien mengeluh nyeri
berhubungan dengan agen pencedera fisik seperti luka fraktur dan luka
Pada Tn. D posisi tidur yang nyaman adalah dengan posisi semi fowler.
mata.
Pada hasil penelitian pada hari pertama pada Tn.D dengan hari pertama
tanda-tanda vital tekanan darah (TD) 132/97 mmHg, nadi (N) 110x/i,
pernafasan 21x/i dan suhu tubuh pasien 37◦C. Walaupun pasien telah
setelah terapi guided imagery diberikan, hal ini disebabkan oleh faktor
lingkungan pada saat itu jam besuk jadi tidak kondusif dan pasien
rasa nyeri yang berat yang dirasakan oleh pasien mengalami penurunan
ke skala nyeri sedang pada hari ketiga disebabkan oleh pemberian terapi
evaluasi pada hari kedua hingga hari keempat diberikan terapi guided
Tn.D dengan skala nyeri awal 6 menjadi skala nyeri 3. Pasien telah
guided imagery dengan musik relaksasi dengan baik. Selain itu, pasien
dimasukkan melalui selang infus dan habis selama 8 jam. Oleh sebab
pasien post operasi fraktur atau ORIF dalam mengurangi nyeri yang
dengan memegang prinsip steril dengan cairan NaCl 0,9% dan betadine
cm. Hal tersebut disebabkan adanya plate dan screw yang dipasang
117
seperti pen, kawat, skrup dan plat ke dalam tulang yang terjadi patahan.
miring kanan terlebih dahulu, duduk di tempat tidur dan beralih duduk
yang dialami pasien, dan berguna agar aktivitas sehari-hari pasien bisa
Hal ini didukung oleh teori dari buku Muttaqin (2012) bahwasanya
5. Evaluasi
a. Nyeri akut b.d Agen pencedera fisik d.d pasien mengeluh nyeri
pada hari kedua dengan skala nyeri pasien 6menurun menjadi skala
adanya obat analgesik keterolac untuk mengurangi nyeri dan terapi non
penurunan skala nyeri. Hal ini, terjadi karena pasien tidak kooperatif
tidak kondusif.
119
hari serta didukung dengan keluarga yang selalu ikut mengingatkan dan
sehari pada saat pagi hari dan malam hari sebelum tidur. Selain itu,
terapi guided imagery selain dapat mengurangi skala nyeri Tn.D tetapi
juga mampu membuat badan Tn.D rileks. Hal ini sesuai dengan teori
yaitu dilakukan dengan perawatan luka pada luka terbuka pada lengan
kiri dibersihkan dengan larutan NaCl 0,9% lalu diperban. Setelah itu
balutan luka lalu membersihkan luka dengan NaCl 0,9% dengan dioles
120
empat hari, kedaan luka pada lengan kiri sudah kering pada hari ke 3
masih tampak memerah dan belum kering. Hal tersebut terjadi, karena
setelah dilakukan latihan mobilisasi setiap 2 kali sehari pagi dan sore
lebih bisa digerakkan dari biasanya, tampak pasien merubah posisi tidur
mandiri.
A. Kesimpulan
Tn. D dengan fraktur atas indikasi post operasi ORIF di ruangan Trauma
sebagai berikut :
muskuloskeletal.
dalam asuhan keperawatan, disusun sesuai dengan teori yang ada menurut
dilakukan peneliti kepada pasien adalah hari pertama sampai hari ke enam
mendengarkan musik relaksasi selama 10-15 menit dan diberikan satu kali
121
122
kenyamanan seperti perasaaan rileks pada pasien fraktur tibia terbuka post
operasi ORIF.
mengurangi nyeri pada pasien fraktur tibia post operasi ORIF, karena
berkurang.
keperawatan kepada Tn.D dengan fraktur tibia pre dan post operasi ORIF
B. Saran
pada :
1. Bagi Mahasiswa
dengan musik relaksasi pada pasien fraktur tibia post pemasangan ORIF
Diharapkan hasil karya ilmiah akhir ners ini akan memberikan manfaat
untuk menurunkan nyeri yang dirasakan oleh pasien fraktur tibia post
pemasangan ORIF.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Novia Dwi, dan Conventie Ari Respati. 2018. “Pengaruh Terapi Guided
Imagery terhadap Nyeri pada Pasien Post Operasi Fraktur di Ruang
Bougenvil RSUD Dr. R. Koesma Tuban.” Jurnal Midpro 10(2):52–63. doi:
10.30736/midpro.v10i2.81.
Ayu, Nur Meity Sulistia. 2017. “Efektifitas Terapi Audio Recorded Guided
Imagery dengan Nafas Dalam terhadap Penurunan Nyeri Pasien Pasca
Operasi Fraktur.”Jurnal Keperawatan 7:25–38.
Budiono, Budiono, dan Sumrah Budi Pertami. 2015. Konsep Dasar Keperawatan.
Jakarta: Bumi Medika.
Haryono, Rudi, dan Maria Putri Sari Utami. 2019. Keperawatan Medikal Bedah 2.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Mahogany, Cesa Sekar, Meri Oktariani, dan Atiek Murhayati. 2021. “Asuhan
Keperawatan pada Pasien Post Operasi Fraktur dalam Pemenuhan
Kebutuhan Rasa Aman dan Nyamam : Nyeri.”Study Program of Nursing
Diploma Three Program University of Kusuma Husada Surakarta 2021.
Noviaji, Eka Suci. 2018. “Manajemen Nyeri dengan Guided Imagery pada Klien
Post Operasi Fraktur Kruris di RSUD H Soewondo Kendal.”Politeknik
Kesehatan Bakti Husada Semarang 62.
Oktaviani, Janice, dan Annisa Cindy Nurul Afni. 2021. “Asuhan Keperawatan
pada Pasien Pasca Operasi Fraktur dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa
Aman dan Nyaman.” Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga
Universitas Kusuma Husada Surakarta 2021.
Smith Lori. (2018). What to know about a tibia fracture. Article Medical New
Todey
Sutanto, Andina Vita, dan Yuni Fitriani. 2017. Kebutuhan Dasar Manusia Teori
dan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Defenisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Defenisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Defenisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Lampiran 1
Monitoring skala nyeri setelah pemberian terapi guided imagery dengan musik
relaksasi
Sebelum Sesudah
02-11- Tn.D 1 8 7
2021
03-11- 2 8 8
2021
04-11- 3 7 6
2021
06-11- 4 6 5
2021
07-11- 5 5 4
2021
Lampiran 2
Keterangan :
0 : Tidak nyeri
PROFESI NERS
STIKES ALIFAH
PADANG
PROSEDUR
TETAP
1 PENGERTIAN Imajinasi terbimbing menggunakan teknik dengam
. memanfaatkan narasi atau cerita untuk mempengaruhi pikiran
seseorang yang biasanya dikombinasikan dengan latar
belakang musik.
2 TUJUAN Mengarahkan seseorang secara lembut ke dalam keadaan
. dimana pikiran menjadi tenang, tetap rileks sehingga
menjauhkan rasa nyeri.
3 MANFAAT 1. Mengurangi nyeri
. 2. Mengurangi stress
3. Mengurangi kecemasan
4. Membuat badan rileks
4 INDIKASI 1. Pasien post operasi
. 2. Pasien yang mengeluh nyeri
3. Pasien yang mengeluh cemas
e. Tahapkerja
11) Memberikansalamterapeutik, perkenalkandiri
12) Jelaskanpadapasiendankeluargatentangrencanapembe
rianterapi guided imagery dengan music relaksasi
13) Kajiskalanyerimenggunakanskalanyeri NRS
(numeric rating scale)
sebelumdilakukanimplementasi
14) Anjurkan klien untuk menutup mata dengan lembut
15) Nyalakan music relaksasi
16) Minta klien menarik nafas dalam dan perlahan untuk
menimbulkan relaksasi.
17) Minta klien untuk menggunakan seluruh panca
indarnya dalam menjelaskan bayangan dan
lingkungan bayangan tersebut.
18) Mulailah untuk membayangkan tempat yang
menyenangkan dan dapat dinikmati
19) Minta klien untuk menjelaskan perasaan fisik dan
emosionalyang ditimbulkandaribayangannyadan
bantu klien untuk mengeksplorasi respon terhadap
bayangannya.
20) Ulangi 10 sampai 15 menit
f. Tahapterminasi
3) Mengucapkansalampenutupkepadapasien
4) Dokumentasikantindakankesehatan yang
sudahdilakukandanpenurunanskalanyeri
Sumber :(Ayu 2017);(Darmadi dan Hafid, 2020);(Oktaviani dan Afni, 2021).
Lampiran 4
Dokumentasi pada Tn. D dalam pemberian terapi guided imagery dengan musik
relaksasi
Lampiran 5
Lembar Bimbingan
Lampiran 6