Anda di halaman 1dari 8

JOB 5

LAPORAN PRATIKUM

Disusun Oleh :
Kelompok 5
Bela Oktavia (062040340383)
Jhofy Ricardo P Sitindaon (062040342178)
Monica Ulandari (062040342175)
Kelas : 4ELB
Dosen Pengampu : Amperawan, S.T.,M.T

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


PROGRAM STUDI D4 TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
PALEMBANG
I. JUDUL
ADC (Analog to Digital Coverter)

II. TUJUAN
• Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis dari ADC
• Mahasiswa dapat memahami aplikasi ADC dalam sistem instrumentasi
• Mahasiswa mampu membuat aplikasi ladder diagram untuk ADC
• Mahasiswa mampu memahami prinsip kerja ADC

III. ALAT DAN BAHAN


• PC (destop/computer)
• Seperangkat PLC
• Software berupa aplikasi twido

IV. TEORI DASAR


Analog To Digital Converter (ADC) adalah pengubah input analog menjadi kode – kode
digital. ADC banyak digunakan sebagai Pengatur proses industri, komunikasi digital dan
rangkaian pengukuran/ pengujian. Umumnya ADC digunakan sebagai perantara antara sensor
yang kebanyakan analog dengan sistim komputer seperti sensor suhu, cahaya, tekanan/ berat,
aliran dan sebagainya kemudian diukur dengan menggunakan sistim digital (komputer). ADC
(Analog to Digital Converter) memiliki 2 karakter prinsip, yaitu kecepatan sampling dan resolusi.
Kecepatan sampling suatu ADC menyatakan seberapa sering sinyal analog dikonversikan ke
bentuk sinyal digital pada selang waktu tertentu. Kecepatan sampling biasanya dinyatakan
dalam sample per second (SPS).

Resolusi Analog to Digital Converter menentukan kerapatan dan ketelitian nilai hasil
konversi. Perhatikan gambar berikut ini.
Gambar di atas adalah ilustrasi nilai analog yang dicacah atau disampling dengan kode
digital. Garis merah sebagai nilai analog, yaitu 0 hingga 5. Saat dicacah dengan 1 bit, nilai
analog hanya punya 2 kelompok kondisi, sehingga hanya akan ada 2 titik yang dapat
dicuplik yaitu 0 dan 1 sehingga nilai yang dapat terwakili hasil cuplikan adalah 2,5V (5/2).
Kerapatan nilainya akan semakin tinggi dan teliti saat jumlah bit digital yang digunakan
semakin tinggi. Misalnya pada pencacah 4 bit, nilai analog 0 – 5 volt akan dibagi menjadi
16 bagian sehingga cuplikan nilainya akan semakin banyak yaitu 0 hingga 15. Dengan
demikian 1 nilai digital akan dapat mewakili 0,3125V (5/16) dari nilai analog.

 ADC 8 bit, maka akan memiliki output 8 bit data digital, ini berarti sinyal input
dapat dicuplik dalam 256 nilai diskrit.
 ADC 12 bit, maka akan memiliki 12 output bit data digital, ini berarti sinyal
input dapat dicuplik dalam 4096 nilai diskrit.

Sehingga dari contoh di atas kita dapat menarik kesimpulan semakin tinggi nilai bit ADC
yang digunkanan, maka jumlah kotak-kotak kecil (seperti pada gambar) akan semakin
banyak, sehingga memberikan ketelitian nilai hasil konversi yang jauh lebih baik.

Kecepatan sampling suatu ADC adalah seberapa sering sinyal analog dikonversikan ke
bentuk sinyal digital pada selang waktu tertentu. Kecepatan sampling biasanya dinyatakan
dalam sample per second (SPS) atau Hz. Gambar di bawah menunjukkan semakin
cepat sampling maka nilai yang akan terwakili semakin rapat dan teliti.

JENIS-JENIS ADC

PLC memiliki beberapa jenis ADC, untuk saat ini yang akan dicontohkan ADC Modular
yang dipasang pada Omron CJ Series, yaitu Modul CJ1W AD081. Gambar modul ADC yang
terinstal pada PLC adalah sebagai berikut.
Modul tersebut memiliki 8 buat channel input yang memungkinkan kita menyambung 8
buah sensor analog. Nilai referensi analog yang dapat disambung pada modul ADC umunya
memiliki standar, yaitu untuk tegangan 0 – 5 V, 1 – 5 V, 0 – 10 V, -10 – +10 V sedangkan
untuk arus adalah 4 mA hingga 20 mA. Jika resolusi dari modul adalah 4000, artinya nilai
referensi analog yang masuk akan dikonversi menjadi nilai digital 0 – 4000. Nilai ini masih
dapat ditingkatkan menjadi 8000, dapat diatur saat setting parameter. Ilustrasi dari
pembacaan sensor analog hingga menjadi nilai digital adalah sebagai berikut.

PRINSIP KERJA ADC

Prinsip kerja ADC adalah mengkonversi sinyal analog ke dalam bentuk besaran yang
merupakan perbandingan perbandingan sinyal input dan tegangan referensi. Sebagai
contoh, modul di atas disambung pada sensor dengan tegangan referensi 5 volt, kemudian
sensor mendeteksi objek sehingga mengeluarkan tegangan sinyal 3 volt, maka nilai yang
akan diubah menjadi digital adalah 3/5 dikali 4000, yaitu 2400. Atau dalam bentuk tampilan
binernya adalah 1001 0110 0000.
V. LANGKAH PERCOBAAN
Langkah – langkah untuk menambah expansion I/O Modul Analog:
1.Buka Aplikasi Twido
2. Pilih menu Describe pada TwidoSuite. Pilih jenis PLC yang akan digunakan pada
Catalog Bases Compact/Modular.
3.Tarik dan letakan jenis PLC yang dipilih pada Graphic Panel.
4. Tambahkan expansion analog yang digunakan pada PLC di bagian ini, dengan cara
memilih pada Catalog Expansions modules Analog Expansions, lalu pilih
jenis expansion yang digunakan.
5. Jika sudah selesai, pilih menu Program, untuk keluar dari menu Describe.

Langkah – langkah untuk konfigurasi expansion I/O Modul Analog:


1. Pilih menu Program pada TwidoSuite.
2. Klik pada expansion modul Analog yang sudah ditambahkan sebelumnya.
3. Lakukan pengaturan pada bagian I/O Analog yang akan digunakan.
4. Klik Apply apabila konfigurasi sudah dilakukan.

Adapun langkah – langkah untuk konfigurasi Parameter Modul Analog

Module Name Address

TWDALM3LT 2 Inputs (%IWi.0, %IWi.1), 1 Output


(%QWi.0)
TWDAMM3HT 2 Inputs (%IWi.0, %IWi.1), 1 Output
(%QWi.0)
TWDAMI12HT 2 Inputs (%IWi.0, %IWi.1)

TWDAMI01HT 1 Output (%QWi.0)


VI. HASIL PERCOBAAN

VII. TABEL PERCOBAAN


Percobaan 1
INPUT OUTPUT
%IW0.2.0 < 500 (50℃) %Q0.0 ( nyala)
%Q0.1 (mati)
%IW0.2.0 > 500 (50℃) %Q0.0 (mati)
%Q0.1 (nyala)

Percobaan 2
INPUT OUTPUT
%IW0.1.0 < 0 %Q0.0 ( nyala)
%Q0.1 (mati)
%IW0.1.0 >= 0 %Q0.0 ( mati)
%Q0.1 (nyala)
VIII. ANALISA DATA
Pada percobaan 1 didapatkan beberapa Analisa data yaitu
• Ketika input %IW0.2.0 yang bernilai kurang dari 500 atau sama dengan 50℃
maka output % Q0.0 lampu akan menyala sedangkan pada %Q0.1 lampu akan padam
• Ketika input %IW0.2.0 yang bernilai lebih dari 500 atau sama dengan 50℃ maka
output % Q0.0 lampu akan padam sedangkan pada %Q0.1 lampu akan nyala
• Dari kedua data diatas menunjukkan bahwa nilai dari input sangat mempengaruhi
keadaan nyala atau padamnya lampu pada output
• Ketika nilai input kurang dari 500 maka lampu pada output %Q0.0 menyala tetapi
pada %Q0.1 lampu akan padam.
• Ketika nilai input lebih dari 500 maka lampu pada output %Q0.0 padam tetapi pada
%Q0.1 lampu akan nyala.

Pada percobaan Latihan 2 didapatkan beberapa Analisa data yaitu


• Ketika input %IW0.2.1 yang bernilai kurang dari 0 maka output % Q0.0 lampu
akan menyala sedangkan pada %Q0.1 lampu akan padam
• Ketika input %IW0.2.1 yang bernilai lebih dari 0 maka output % Q0.0 lampu
akan padam sedangkan pada %Q0.1 lampu akan nyala).

• Dari kedua data diatas menunjukkan bahwa nilai dari input sangat mempengaruhi
keadaan nyala atau padamnya lampu pada output
• Ketika nilai input kurang dari 0 maka lampu pada output %Q0.0 menyala tetapi
pada %Q0.1 lampu akan padam

• Ketika nilai input lebih dari 0 maka lampu pada output %Q0.0 padam tetapi pada
%Q0.1 lampu akan nyala.

IX. KESIMPULAN

Analog Input PLC adalah suatu sinyal masukan yang terdiri dari banyak kondisi (kondisi
berkelanjutan), berasal dari peralatan analog yang diteruskan ke PLC. Kondisi input analog
digambarkan dengan nilai atau angka seperti 0 Volt – 10 Volt, 4 mA – 12 mA, 50 ohm – 100 ohm
dan beberapa kondisi analog lainnya. PLC sendiri merupakan singkatan dari Programmable Logic
Controller artinya adalah suatu mikroprosesor yang digunakan untuk otomasi proses industri
seperti pengawasan dan pengontrolan mesin di jalur perakitan suatu pabrik. Secara umum fungsi
PLC adalah sebagai berikut: 1. Sekuansial Kontrol, PLC memproses input sinyal biner menjadi
output yang digunakan untuk keperluan pemprosesan teknik secara berurutan (sekuansial),
disini PLC menjaga agar semua step atau langkah dalam proses sekuansial berlangsung dalam
urutan yang tepat.

Ada tiga tipe ADC yang populer digunakan dalam sistem instrumentasi, data akuisisi,
telekomunikasi, dan pengukuran; yang masing-masing memiliki karak- teristik dengan kelebihan
dan kekurangannya. Ketiga tipe tersebut adalah Flash ADC, Successive Approxi- mation Register
(SAR) ADC, dan Sigma-Delta ADC. Nilai ADC menunjukkan ratio perbandingan dengan tegangan
yang terbaca. Berikut persamaannya ialah nilai ADC terukur ialah nilai ADC maximum dikalikan
tegangan terbaca, kemudian dibagi dengan nilai tegangan sumber. Nilai ADC tergantung dengan
tegangan yang menjadi catu daya sistem mikrokontroler.

Anda mungkin juga menyukai