Anda di halaman 1dari 75

PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN KESELARASAN

PENGGUNAAN LAHAN DENGAN POLA RUANG DI


KABUPATEN DHARMASRAYA, SUMATERA BARAT

MIDLE FOUR

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perubahan Penggunaan


Lahan dan Keselarasan Penggunaan Lahan dengan Pola Ruang di Kabupaten
Dharmasraya, Sumatera Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2019

Midle Four
NIM A14150036
ABSTRAK

MIDLE FOUR. Perubahan Penggunaan Lahan dan Keselarasan Penggunaan Lahan


dengan Pola Ruang di Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat. Dibimbing oleh
SANTUN R.P. SITORUS dan SETYARDI PRATIKA MULYA.

Kabupaten Dharmasraya merupakan kabupaten yang terus mengalami


penambahan luas lahan perkebunan yang cukup signifikan dan laju pertumbuhan
penduduk yang tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Provinsi
Sumatera Barat. Tingginya peningkatan jumlah penduduk berdampak pada
meningkatnya kebutuhan akan lahan untuk tempat tinggal, kegiatan pertanian dan
untuk kegiatan usaha lainnya. Namun di sisi lain luas lahan tidak bertambah dan
sasaran yang paling mudah untuk dikonversi adalah lahan hutan di kawasan hutan
yang ada. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi jenis penggunaan lahan
eksisting di Kabupaten Dharmasraya, menganalisis perubahan penggunaan lahan di
wilayah Kabupaten Dharmasraya, mengevaluasi keselarasan penggunaan lahan
dengan pola ruang RTRW Kabupaten Dharmasraya, dan menyusun arahan
penyempurnaan pola ruang RTRW Kabupaten Dharmasraya. Metode yang
digunakan adalah digitasi on screen untuk menginterpretasi jenis penggunaan
lahan, tumpang tindih untuk melihat perubahan penggunaan lahan tahun 2007
hingga tahun 2019, query untuk mengelompokkan keselarasan penggunaan lahan,
dan analisis decision rules untuk menyusun arahan penyempurnaan pola ruang
RTRW Kabupaten Dharmasraya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahun
2019 terdapat 8 jenis penggunaan lahan di Kabupaten Dharmasraya yaitu hutan
primer lahan kering, hutan sekunder lahan kering/bekas tebangan, ladang,
perkebunan campuran, permukiman/lahan terbangun, pertambangan, sawah, dan
sungai. Penggunaan lahan eksisting terluas adalah perkebunan campuran dengan
luas 227.093,9 ha (75,16%) sedangkan penggunaan lahan eksisting terkecil adalah
ladang dengan luas 230,5 ha (0,08%). Pada periode tahun 2007 dan tahun 2019 di
Kabupaten Dharmasraya terdapat 56 kombinasi perubahan penggunaan lahan.
Tingkat keselarasan penggunaan lahan di Kabupaten Dharmasraya menunjukkan
penggunaan lahan yang selaras seluas 213.687,9 ha (71,0%), tidak selaras seluas
61.011,6 ha (20,3%), dan transisi seluas 26.342,2 ha (8,8%). Penggunaan lahan
yang selaras disarankan untuk dipertahankan. Penggunaan lahan yang bersifat
transisi disarankan agar penggunaannya diarahkan sesuai dengan pola ruang.
Penggunaan lahan yang tidak selaras disarankan untuk dihentikan perluasannya.
Arahan penyempurnaan pola ruang disusun dengan decision rules berdasarkan
jenis-jenis ketidakselarasan penggunaan lahan dengan arahan pola ruang RTRW,
sehingga diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam
pemanfaatan ruang di Kabupaten Dharmasraya.

Kata Kunci: Keselarasan, Perubahan Penggunaan Lahan, Pola Ruang, RTRW


ABSTRACT

MIDLE FOUR. Land Use Change and Conformity of Land Use with Spatial Pattern
in Dharmasraya Regency, West Sumatera. Supervised by SANTUN R.P. SITORUS
and SETYARDI PRATIKA MULYA.

Dharmasraya Regency is a regency that continues to experience significant


increase in plantation area and a high population growth rate compared to other
regencies/cities in West Sumatra Province. The high increase in population has
impact of increasing demand of land for residence, agricultural activities, and other
business activities . On the other side land area does not increase and the easiest
targets to convert is existing forestland in forest area. This study aims: to identify
the existing land use of Dharmasraya Regency, to analyze land use change in
Dharmasraya Regency, to evaluate the conformity of land use with the spatial
pattern of Dharmasraya Regency spatial plan (RTRW), and to arrange directions
for improving spatial patterns of Dharmasraya Regency. The methods used are
digitizing on screen to interpret types of land use, overlap to see changes in land
use from 2007 to 2019, query to classify land use conformity, and analysis of
decision rules to compile directions for improving spatial patterns of Dharmasraya
Regency. The results of the research show that in 2019 there are 8 types of land use
in Dharmasraya Regency consisting of dryland primary forest, dryland secondary
forest/logged-over land, field or dry land agriculture, mixed plantations,
settlement/built land, mining, rice fields, and river. The largest existing land is
mixed plantations with an area of 227.093,9 ha (75,16%) while the smallest existing
land use is field with an area 230,5 ha (0,08%). There are 56 combinations of land
use changes in the Dharmasraya Regency from 2007 to 2019. The level of land use
alignment in Dharmasraya Regency shows that area of land use in harmony
213,687,9 ha (71,0%), the unconformed land use 61.011,6 ha (20,3%), the transition
land use 26.342,2 ha (8,8%). Adjusted land use is recommended to be maintained,
transitional land uses are recommended so that their use is directed according to
spatial patterns, Land use that is not aligned is recommended to stop the expansion.
The directions for improving spatial patterns are prepared by decision rules based
on the types of land use unconformed with the Spatial Plan direction so that it is
expected to increase efficiency and effectiveness in spatial use in Dharmasraya
Regency.

Keywords: Conformity, Land Use Change, RTRW, Spatial Patterns,


PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN KESELARASAN
PENGGUNAAN LAHAN DENGAN POLA RUANG DI
KABUPATEN DHARMASRAYA, SUMATERA BARAT

MIDLE FOUR

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian ini adalah Perubahan Penggunaan Lahan dan
Keselarasan Penggunaan Lahan dengan Pola Ruang di Kabupaten
Dharmasraya, Sumatera Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang terlibat dalam
pelaksanaan penelitian dan penulisan karya tulis ilmiah ini. Pada kesempatan kali
ini penulis ingin mengucapkan terima kasih khususnya kepada:
1. Bapak Drs. H. Yurnalis Tanjung, Ibu Mindra Oftarina, Abang Badhan
Vowel, Abang Yurnal Vanitra, ST, Kakak Tiska Permata Sari, S.Pd dan
seluruh keluarga atas doa, kasih sayang, semangat dan dukungan yang
diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan studi program
sarjana.
2. Prof. Dr Ir Santun R.P. Sitorus dan Setyardi Pratika Mulya, SP., MSi
selaku pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran
dalam penyusunan karya ilmiah ini.
3. Dr. Andrea Emma Pravitasari, SP., MSi selaku dosen penguji yang telah
banyak memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan karya
ilmiah ini.
4. Bapak Frinaldi, ST., MSc dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Dharmasraya, Ibu Misrihelen, SH dan keluarga yang telah
membantu selama pengumpulan data.
5. Sahabat-sahabat penulis yaitu Vinny Natasya Utari A.Md, Tiara
Aprimavista, S.K.M, dan Nahdya Nasri Ananda, S.Pi yang selalu
memberikan dukungan, doa dan motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
6. Rekan-rekan mahasiswa di Divisi Pengembangan Wilayah yaitu Deni,
Bella, Arum, Rido, Lia, Oday, Sinuraya, Hanifah, Hanif, Naya, Ummy
dan KOLOID angkatan 52 yang selalu memberikan dukungan, doa dan
motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
7. Seluruh staff Administrasi dan Laboratorium Departemen Ilmu Tanah
dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
8. Bripda Prayudha Gusfi yang selalu memberikan semangat dari awal
kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Bogor, Desember 2019

Midle Four
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA 3
Lahan dan Penggunaan Lahan 3
Perubahan Penggunaan Lahan 4
Tata Ruang dan Pemanfaatan Ruang 5
Keselarasan Penggunaan Lahan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah 6
Hasil Penelitian Terkait Sebelumnya 7
BAHAN DAN METODE 9
Lokasi dan Waktu Penelitian 9
Bahan dan Alat 9
Jenis dan Sumber Data 9
Prosedur Penelitian 10
Teknik Pengumpulan Data 13
Teknik Analisis Data 12
Analisis Penggunaan Lahan Eksisting 14
Analisis Perubahan Penggunaan Lahan 14
Analisis Keselarasan Penggunaan Lahan dengan Pola Ruang RTRW 15
Arahan Penyempurnaan Pola Ruang RTRW 17
KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 18
Letak Geografis dan Batas Administrasi 18
Iklim 20
Topografi 21
Jenis Tanah 22
Penggunaan Lahan 25
Kependudukan dan Ketenagakerjaan 26
Pendapatan Regional 28
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Dharmasraya
tahun 2016-2021 30
HASIL DAN PEMBAHASAN 34
Penggunaan Lahan di Kabupaten Dharmasraya 34
Perubahan Penggunaan Lahan Kabupaten Dharmasraya 38
Evaluasi Keselarasan Penggunaan Lahan dengan Pola Ruang RTRW 40
Arahan Penyempurnaan Pola Ruang RTRW 43
SIMPULAN DAN SARAN 46
Simpulan 46
Saran 46
DAFTAR PUSTAKA 47
LAMPIRAN 50
RIWAYAT HIDUP 59
DAFTAR TABEL
1 Jenis dan sumber data 10
2 Rincian titik pengecekan lapang setiap jenis penggunaan/penutupan
lahan 12
3 Matriks tujuan, jenis data, teknik analisis, dan output 13
4 Padanan jenis penggunaan lahan tahun 2019 terhadap 2007 15
5 Matriks transisi perubahan penggunaan lahan tahun 2007-2019 15
6 Padanan nomenklatur pola ruang RTRW dengan penggunaan lahan 16
7 Matriks logika keselarasan penggunaan lahan terhadap pola ruang
RTRW 16
8 Arahan penyempurnaan pola ruang RTRW Kabupaten Dharmasraya 17
9 Luas dan persentase wilayah Kabupaten Dharmasraya 19
10 Jumlah curah hujan dan hari hujan menurut bulan di Kabupaten
Dharmasraya 2017 20
11 Rata-rata suhu menurut bulan Kabupaten Dharmasraya tahun 2017 20
12 Kelembaban udara menurut bulan Kabupaten Dharmasraya tahun 2017 21
13 Rata-rata tekanan udara, kecepatan angin dan lama penyinaran matahari
menurut bulan di Kabupaten Dharmasraya tahun 2017 21
14 Kelerengan lahan di Kabupaten Dharmasraya 22
15 Delapan jenis tanah dirinci atas satuan peta tanah (SPT) berdasarkan
karakteristik: kelerengan, satuan fisiografi/bentuk wilayah, dan bahan
induk tanah 22
16 Jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk menurut kecamatan
di Kabupaten Dharmasraya 2016 dan 2017 27
17 Jumlah penduduk dan rasio jenis kelamin menurut kecamatan di
Kabupaten Dharmasraya 2017 27
18 Distribusi dan kepadatan penduduk menurut kecamatan di Kabupaten
Dharmasraya 2017 27
19 Jumlah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja selama
seminggu yang lalu menurut lapangan pekerjaan utama dan jenis kelamin
di Kabupaten Dharmasraya tahun 2017 28
20 Strategi, arah dan kebijakan Kabupaten Dharmasraya tahun 2016-2021
berdasarkan misi ketiga 30
21 Strategi, arah dan kebijakan Kabupaten Dharmasraya tahun 2016-2021
berdasarkan misi keempat 33
22 Jenis dan luas penggunaan lahan tahun 2019 36
23 Jenis dan luas perubahan penggunaan lahan tahun 2007-2019 38
24 Luas dan persentase keselarasan penggunaan lahan dengan pola ruang
RTRW Kabupaten Dharmasraya 42
DAFTAR GAMBAR
1 Peta lokasi penelitian 9
2 Lokasi titik pengecekan lapang penggunaan/tutupan lahan Kabupaten
Dharmasraya tahun 2019 12
3 Diagram alir penelitian 14
4 Peta administrasi Kabupaten Dharmasraya 19
5 Persentase penggunaan lahan utama pada Kabupaten Dharmasraya 25
6 Produk domestik regional bruto atas dasar harga berlaku menurut
lapangan usaha di Kabupaten Dharmasraya (Juta Rupiah) tahun 2014-
2017 29
7 Distribusi persentase produk domestik regional bruto atas dasar harga
berlaku menurut lapangan usaha di Kabupaten Dharmasraya (persen)
tahun 2014-2017 39
8 Peta penggunaan lahan Kabupaten Dharmasraya tahun 2019 36
9 Jenis penggunaan lahan eksisting 37
10 Peta perubahan penggunaan lahan Kabupaten Dharmasraya tahun 2007-
2019 39
11 Grafik 10 perubahan terbesar penggunaan lahan tahun 2007-2019 40
12 Peta keselarasan penggunaan lahan dengan pola ruang RTRW 41
13 Peta ketidakselarasan penggunaan lahan dengan pola ruang 41
14 Arahan penyempurnaan pola ruang RTRW Kabupaten Dharmasraya 45

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil pengecekan lapang penggunaan lahan eksisting di Kabupaten
Dharmasraya tahun 2019 50
2 Peta topografi Kabupaten Dharmasraya 53
3 Peta jenis tanah Kabupaten Dharmasraya 54
4 Produk domestik regional bruto atas dasar harga berlaku menurut
lapangan usaha di Kabupaten Dharmasraya (juta rupiah), 2014-2017 55
5 Distribusi persentase produk domestik regional bruto atas dasar harga
berlaku menurut lapangan usaha di Kabupaten Dharmasraya (%), 2014-
2017 56
6 Peta rencana pola ruang Kabupaten Dharmasraya periode 2011-2031 57
7 Matriks keselarasan jenis penggunaan lahan dengan pola ruang 58
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara agraris, sehingga mengandalkan sektor


pertanian baik sebagai sumber mata pencaharian maupun sebagai penopang
pembangunan. Pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat dominan sebagai
sumber pendapatan masyarakat di Indonesia karena mayoritas penduduk Indonesia
bekerja sebagai petani (Aziz et al. 2015). Namun sektor pertanian masih terdapat
banyak persoalan besar yang harus diselesaikan, salah satu diantaranya adalah
permasalahan perubahan penggunaan lahan yang saat ini terus mengalami
peningkatan. Perubahan penggunaan lahan adalah proses perubahan dari satu jenis
penggunaan lahan ke penggunaan lain yang bersifat permanen atau sementara
maupun untuk tujuan komersial (Muiz 2009).
Peningkatan perubahan penggunaan lahan di Indonesia juga terjadi di
Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat. Kabupaten Dharmasraya terus
mengalami penambahan luas lahan perkebunan. Berdasarkan data dari WWF
Indonesia yang merupakan hasil interpretasi Citra Landsat 8 OLI 2016, penggunaan
lahan di Kabupaten Dharmasraya yang paling dominan adalah perkebunan dengan
luas 191.653 ha, kemudian hutan dengan luas 57.288 ha, lahan kering dengan luas
30.148 ha, non pertanian dengan luas 14.665 ha, lahan sawah 5.048 ha, dan badan
air dengan luas 2.314 ha. Secara persentase, penggunaan lahan tertinggi adalah
sektor perkebunan terdiri dari perkebunan karet dan kelapa sawit mencapai 63,6 %
dari keseluruhan luas wilayah Kabupaten Dharmasraya. Jika dilihat tren perubahan
penggunaan lahan perkebunan dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2016 nampak
bahwa luas lahan perkebunan mengalami peningkatan yang cukup signifikan,
sedangkan lahan hutan mengalami penurunan (Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Dharmasraya 2016).
Selain itu, jumlah penduduk Kabupaten Dharmasraya juga terus mengalami
peningkatan dalam kurun lima tahun terakhir. Jumlah penduduk Dharmasraya pada
tahun 2017 mencapai 235,5 ribu jiwa meningkat dari tahun 2013 yang hanya
sebesar 210,7 ribu jiwa. Jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Sumatera
Barat, Dharmasraya merupakan salah satu kabupaten yang laju pertumbuhan
penduduknya tinggi, bahkan dengan kabupaten Sijunjung yang dulunya merupakan
kabupaten induk sebelum pemekaran. Sekitar 4,42% penduduk Sumatera Barat
terdapat di Dharmasraya (BPS Kabupaten Dharmasraya 2018). Peningkatan jumlah
penduduk yang tinggi mengandung konsekuensi meningkatnya kebutuhan akan
lahan untuk tempat tinggal, kegiatan pertanian dan tempat kegiatan usaha lainnya.
Namun di sisi lain luas lahan tidak bertambah dan sasaran yang paling mudah untuk
dikonversi adalah lahan hutan di kawasan hutan yang ada. Hal ini terjadi karena
prioritas perubahan penggunaan lahan akan dimenangkan oleh desakan kebutuhan
ekonomi dan sosial (Yudarwati et al. 2016). Oleh karena itu, pemanfaatan ruang
seharusnya mengacu pada penataan ruang yang komprehensif, agar ruang dapat
dimanfaatkan seoptimal mungkin dengan tetap menganut asas keberlanjutan.
Penataan ruang meliputi kegiatan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
2

Menurut Undang-Undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,


“Pengendalian pemanfaatan ruang merupakan upaya untuk mewujudkan
penggunaan lahan yang tertib tata ruang”. Instrumennya meliputi penetapan
peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan
sanksi (Kementerian.PU 2007). Walaupun dalam peraturan perundang-undangan
sudah ditetapkan beberapa instrumen pengendalian pemanfaatan ruang, tetapi pada
implementasinya masih terdapat ketidakselarasan pemanfaatan ruang dengan
RTRWnya. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian mengenai pengendalian
perubahan penggunaan lahan dan keselarasan penggunaan lahan khususnya di
Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat. Penelitian pengendalian
perubahan penggunaan lahan tidak hanya berguna untuk pengelolaan sumberdaya
alam berkelanjutan, tetapi juga dapat dijadikan suatu informasi dalam
merencanakan tata ruang di masa yang akan datang (As-syakur 2010).

Perumusan Masalah

Pembangunan wilayah merupakan suatu proses yang sulit untuk dihindari


sebagai akibat dari berkembangnya suatu daerah, tetapi masalahnya adalah semakin
pesat proses pembangunan maka kebutuhan lahan juga akan semakin meningkat.
Akibat dari peningkatan kebutuhan lahan ini, seringkali berimplikasi pada
perubahan penggunaan lahan serta penggunaan ruang yang tidak selaras dengan
rencana peruntukannya. Padahal, telah ditetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) baik pada tingkat nasional, provinsi bahkan sampai pada tingkat
kabupaten/kota. RTRW ini seharusnya menjadi suatu dasar dan acuan dalam
pemanfaatan ruang, karena di dalamnya telah memuat peruntukan ruang
berdasarkan struktur dan fungsi pola ruangnya.
Penggunaan lahan yang tidak selaras dengan peruntukannya akan
menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lahan dan mengancam kelestarian
lingkungan, serta tidak terciptanya pemanfaatan lahan yang optimum dan efisien.
Selain itu juga dapat menimbulkan berbagai permasalahan lebih lanjut, seperti alih
fungsi lahan yang tidak terkendali dan konflik kepentingan antar sektor (Azwar
2017).
Kabupaten Dharmasraya merupakan salah satu kabupaten yang tinggi laju
pertumbuhan penduduknya di Sumatera Barat. Pertumbuhan penduduk yang tinggi
tersebut akan berdampak pada tingginya laju perubahan penggunaan lahan serta
penggunaan lahan yang tidak selaras dengan pola ruang RTRW Kabupaten
Dharmasraya 2011-2031. Atas dasar perumusan masalah di atas disusun pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Apa jenis penggunaan lahan eksisting di Kabupaten Dharmasraya?
2. Bagaimana perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Kabupaten
Dharmasraya dari tahun 2007-2019?
3. Bagaimana keselarasan penggunaan lahan dengan pola ruang RTRW
Kabupaten Dharmasraya?
4. Bagaimana arahan penyempurnaan pola ruang RTRW Kabupaten
Dharmasraya?
3

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan


sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui jenis penggunaan lahan eksisting di Kabupaten Dharmasraya
2. Menganalisis perubahan penggunaan lahan di wilayah Kabupaten
Dharmasraya
3. Mengevaluasi keselarasan penggunaan lahan dengan pola ruang RTRW
Kabupaten Dharmasraya
4. Menyusun arahan penyempurnaan pola ruang RTRW Kabupaten
Dharmasraya

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan kepada


Pemerintah Daerah Kabupaten Dharmasraya mengenai sebaran perubahan
penggunaan lahan dan revisi keselarasan penggunaan lahan dengan pola ruang serta
acuan untuk kegiatan penelitian selanjutnya.

TINJAUAN PUSTAKA

Lahan dan Penggunaan Lahan


Lahan merupakan sesuatu yang mempunyai peran sangat penting dalam
kehidupan manusia baik untuk kebutuhan material, sosial, kultural maupun spiritual.
Lahan merupakan suatu lingkungan fisik yang meliputi berbagai faktor yaitu tanah,
iklim, relief, hidrologi, dan vegetasi dimana faktor-faktor tersebut hasil dari
kegiatan manusia yang mempengaruhi potensi penggunaannya (Hardjowigeno dan
Widiatmaka 2007). Menurut Vink dalam Gandasasmita (2001) lahan juga dapat di
artikan sebagai konsep yang dinamis. Lahan bukan hanya merupakan tempat dari
berbagai ekosistem tetapi juga merupakan bagian dari ekosistem-ekosistem tersebut.
Lahan dalam pengertian yang lebih luas termasuk yang telah dipengaruhi oleh
berbagai aktivitas fauna dan manusia baik di masa lalu maupun saat sekarang ini,
seperti tindakan konservasi tanah dan reklamasi pada suatu lahan tertentu. Setiap
aktivitas manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu terkait dengan
lahan, seperti untuk pertanian, pemukiman, transportasi, industri atau untuk rekreasi,
sehingga dapat dikatakan bahwa lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat
penting bagi kelangsungan hidup manusia. Dalam pertanian, lahan merupakan
suatu bentang tanah yang dimanfaatkan dan merupakan modal dasar dalam kegiatan
budidaya tanaman pertanian (Budiyanto 2014). Oleh sebab itu, lahan juga sangat
erat hubungannya dengan tanah dan pembentukannya.
Semua kegiatan yang berhubungan dengan permukaan bumi terkait
perencanaan dan pengelolaan lahan, terdapat dua istilah penting yaitu penutupan
lahan dan penggunaan lahan. Penutupan lahan dan penggunaan lahan mempunyai
arti yang berbeda. Penutupan lahan berkaitan dengan jenis kenampakan yang ada
di permukaan bumi seperti danau, lahan terbuka, bangunan, sedangkan penggunaan
4

lahan yaitu sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan manusia pada suatu lahan
tertentu seperti waduk, tegalan, permukiman (Lillesand et al. 2004).
Penggunaan lahan (land use) adalah setiap bentuk campur tangan manusia
terhadap sumberdaya lahan, baik sifatnya menetap (permanen) atau merupakan
daur (cyclic) yang bertujuan memenuhi kebutuhannya, baik kebendaan maupun
kejiwaan (spiritual) atau keduanya. Penggunaan lahan adalah hasil dari setiap upaya
manusia yang sifatnya terus menerus dalam memenuhi kebutuhannya terhadap
sumberdaya lahan yang tersedia. Oleh karena itu, penggunaan lahan sifatnya
dinamis, mengikuti perkembangan kehidupan manusia dan budayanya (Sitorus
2017). Sifat penggunaan lahan yang dinamis ini menyebabkan terjadinya perubahan
penggunaan lahan dari satu jenis penggunaan lahan berganti menjadi jenis
penggunaan lahan lainnya. Hal ini menyebabkan keputusan dalam penggunaan
lahan selalu menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia (Setiawati et al.
2016).

Perubahan Penggunaan Lahan

Perubahan penggunaan lahan adalah bertambahnya suatu penggunaan


lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lainnya dan diikuti dengan
berkurangnya tipe penggunaan lahan yang lain dari suatu waktu ke waktu
berikutnya, atau berubahnya fungsi suatu lahan pada kurun waktu yang berbeda
(As-syakur 2011). Perubahan penggunaan lahan dapat juga diartikan sebagai
perubahan fungsi dari satu penggunaan ke fungsi penggunaan lainnya, baik bersifat
sementara maupun permanen akibat semakin meningkatnya kebutuhan penduduk
(Suryani et al. 2015). Menurut Otsukei dan Blaschke (2010), perubahan
penggunaan lahan cenderung terjadi pada negara-negara yang baru berkembang
maupun negara berkembang, sebaliknya untuk negara-negara maju, laju perubahan
penggunaan lahan cenderung rendah karena telah mencapai tahap yang stabil.
Perubahan penggunaan lahan dapat disebabkan karena adanya keperluan
untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin meningkat jumlahnya dan
berkaitan dengan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik.
Sebagai contoh meningkatnya kebutuhan akan ruang tempat hidup, transportasi dan
tempat rekreasi yang mendorong terjadinya perubahan penggunaan lahan (Rosnila
2004). Menurut Barredo et al. (2003), terdapat lima penyebab perubahan
penggunaan lahan dalam suatu aktifitas perkotaan yaitu karakteristik lingkungan,
karakteristik ketetanggaan lokal, kebijakan perencanaan kota dan wilayah,
karakteristik spasial kota seperti aksesibilitas dan faktor yang berhubungan dengan
preferensi individu, tingkat pembangunan wilayah dan sistem politik. Sementara
menurut Irawan (2005) ada dua hal yang mempengaruhi perubahan penggunaan
lahan, yaitu:
1. Sejalan dengan pembangunan kawasan perumahan atau industri di suatu
lokasi alih fungsi lahan, maka aksesibilitas di lokasi tersebut semakin
kondusif untuk perkembangan industri dan pemukiman yang akhirnya
mendorong meningkatnya permintaan lahan oleh investor lain atau spekulan
tanah sehingga harga lahan di sekitarnya meningkat
2. Peningkatan harga lahan selanjutnya dapat merangsang petani lain di
sekitarnya untuk menjual lahan.
5

Perubahan penggunaan lahan terdiri atas dua kelompok yaitu 1) perubahan


penggunaan lahan yang bersifat musiman atau temporer. Biasanya dalam satu tahun
terjadi perubahan sebanyak dua kali atau lebih karena penyesuaian faktor iklim.
Contohnya pada pertanian tanaman pangan. Pada musim hujan lahan ditanami padi
dan pada musim kemarau ditanami tanaman palawija. 2) perubahan penggunaan
lahan yang bersifat permanen. Perubahan penggunaan lahan ini terjadi dalam
periode waktu yang relatif lama. Hal ini disebabkan karena faktor perubahan alam
ataupun faktor manusia (Sitorus 2017).
Menurut Utomo et al. (1992), lahan sebagai modal alami utama yang
melandasi kegiatan kehidupan dan penghidupan memiliki dua fungsi dasar, yaitu:
1. Fungsi kegiatan budidaya, memiliki makna bahwa lahan tersebut menjadi
suatu kawasan dengan fungsi utama budidaya yang dapat dimanfaatkan
untuk berbagai penggunaan, seperti pemukiman, baik sebagai kawasan yang
berada di perkotaan maupun perdesaan, selain itu juga dapat berupa
perkebunan, hutan produksi dan lain-lain
2. Fungsi lindung, bermakna bahwa kawasan tersebut ditetapkan dengan
fungsi utama untuk melindungi kelestarian lingkungan hidup, mencakup
sumber daya alam dan sumber daya buatan serta nilai sejarah dan budaya
bangsa yang bisa menunjang pemanfaatan budidaya.

Tata Ruang dan Pemanfaatan Ruang

Dewasa ini ruang menjadi suatu hal yang harus ditata dengan cermat dan
efektif, untuk menjamin keberlanjutan penggunaannya. Ruang adalah wadah yang
meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi
sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan
kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya (Pemerintah Republik Indonesia
UU Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang). Selain itu ruang merupakan
bagian dari alam yang jika tidak diatur dan direncanakan dengan baik dalam
penggunaan dan pengembangannya dapat menimbulkan suatu pertentangan
(Rustiadi et al. 2011). Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang
sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program
beserta pembiayaannya. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam
suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan
ruang untuk fungsi budidaya (Pemerintah Republik Indonesia UU Nomor 26 Tahun
2007 Tentang Penataan Ruang).
Perencanaan tata ruang mencakup perencanaan pola pemanfaatan ruang
yang meliputi tata guna lahan, air dan udara serta tata guna sumberdaya alam yang
menurut Undang-Undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960, negara mengatur
penggunaan tanah agar dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran
rakyat. Atas dasar penjelasan tersebut maka rencana tata ruang disusun melalui
proses perencanaan yang disertai kesadaran penuh akan aspek pemanfaatan ruang
dalam operasionalnya dan aspek pengendalian dalam implementasi dan evaluasinya
(Prayitno 2016). Perencanaan penggunaan lahan yang strategis bagi pembangunan
merupakan salah satu kegiatan dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan
sumberdaya lahan (Sitorus 2004).
6

Penataan ruang mempunyai tiga tujuan: (1) Optimasi pemanfaatan sumber


daya, (2) alat dan wujud distribusi sumber daya (mobilisasi dan alokasi
pemanfaatan sumber daya) dan (3) menjaga keberlanjutan pembangunan (Rustiadi
2007). Penyimpangan penggunaan lahan dari rencana tata ruang dikhawatirkan
akan menghambat tujuan tersebut. Untuk itu perlu dilakukan analisis keselarasan
penggunaan lahan dengan rencana tata ruang Kabupaten Dharmasraya sebagai
bahan pertimbangan dalam penyempurnaan kebijakan rencana tata ruang wilayah.
Pada umumnya penyimpangan terhadap rencana tata ruang justru berawal dari
kebijaksanaan pemerintah. Hal ini berarti pemerintah daerah sebagai penanggung
jawab rencana tata ruang dirasa kurang konsekuen dalam melaksanakan
pembangunan daerahnya (Prayitno 2016). Oleh sebab itu, dalam penataan ruang
perlu mendapat perhatian khusus, misalnya melalui penerapan zoning regulation,
mekanisme insensif dan disinsentif, dan sebagainya (Harianto dan Tukidi 2007).

Keselarasan Penggunaan Lahan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah

Rencana tata ruang adalah suatu produk kebijakan koordinatif dari berbagai
stakeholder atau pihak yang berkepentingan, baik itu pemerintah maupun
masyarakat, sehingga dalam penyusunannya harus berdasarkan ada data, informasi,
ilmu pengetahuan dan teknologi dengan memperhatikan ketentuan- ketentuan yang
berlaku (Sastrowihardjo et al. 2001). Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) terkait
dengan perencanaan diharapkan mampu mengakomodasikan berbagai perubahan
perkembangan di wilayah perencanaan tersebut. Selain itu, tujuan dari perencanaan
tata ruang wilayah adalah mewujudkan ruang wilayah yang dapat memenuhi
kebutuhan pembangunan dengan senantiasa berwawasan lingkungan, efisien dalam
alokasi investasi, bersinergi dan dapat dijadikan acuan dalam penyusunan program
pembangunan untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat. Namun demikian,
sampai saat ini dalam implementasinya, belum seluruhnya penggunaan ruang
selaras dengan RTRW dengan berbagai alasan. Hal tersebut antara lain dikarenakan
dokumen perencanaan belum efektif menjadi instrumen pengendali pemanfaatan
ruang dan pengelolaan sumberdaya (Rustiadi 2007).
Ketidakselarasan pemanfaatan ruang dapat dilihat dari semakin
meningkatnya permasalahan terkait konversi lahan akibat adanya penyimpangan
ilegal dan lemahnya aspek pengendalian. Ketidakselarasan dalam pemanfaatan
ruang dapat menyebabkan perbedaan kategori perkembangan wilayah (Wahyuni
2008) dan dikhawatirkan dapat menurunkan kemampuan fisik lahan serta dapat
mengancam keberlanjutan sumberdaya (Kurnianti 2015).
Secara umum faktor penyebab terjadinya penyimpangan penggunaan lahan
dengan RTRW adalah pemekaran wilayah, pengembangan infrastruktur wilayah,
pengembangan usaha perkebunan dan pertambangan (Basri et al. 2013). Faktor
lainnya juga dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti (1) kekeliruan dalam
penyusunan RTRW yang tidak mempertimbangkan faktor daya dukung dan daya
tampung lahan, terkait kesesuaian dan kelayakan lahannya; (2) meningkatnya laju
pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan pertambahan jumlah penduduk
sehingga memacu terjadinya peningkatan intensitas pemanfaatan lahan; (3) adanya
investasi atau penanaman modal sehingga Pemerintah Daerah yang memegang
kekuasaan otonominya memberikan izin penggunaan lahan di luar koridor kawasan
7

yang telah ditetapkan dalam Rencana Pola Ruang yang telah disepakati. Oleh sebab
itu, perlunya aspek evaluasi dalam penataan ruang (Fahmi et al. 2016).

Hasil Penelitian Terkait Sebelumnya

Beberapa hasil penelitian mengenai perubahan penggunaan lahan,


keselarasan penggunaan lahan dengan pola ruang, dan arahan penyempurnaan pola
ruang yang dilakukan di wilayah lain dan sudah dipublikasikan dikemukakan
berikut ini:
1. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan Arahan Penyempurnaan Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Palalawan, Provinsi Riau (Hartoko 2018). Jenis
penggunaan lahan di Kabupaten Pelalawan sebanyak 13 jenis yaitu: lahan
terbangun, hutan, perkebunan, hutan tanaman, mangrove, kebun campuran,
lahan terbuka, belukar, sawah, ladang, kawasan industri, tambak dan badan air.
Hasil prediksi perubahan penggunaan lahan tahun 2026 pada seluruh skenario
menunjukkan luas sawah, hutan tanaman, perkebunan, kawasan industri, tambak
dan lahan terbangun mengalami penambahan, sedangkan hutan, mangrove,
ladang, kebun campuran, belukar dan lahan terbuka mengalami pengurangan
luas. Analisis keselarasan penggunaan lahan eksisting dengan pola ruang,
penggunaan lahan eksisting yang selaras dengan pola ruang sebesar 988.504
hektar (77,9%) dan tidak selaras sebesar 280.954 hektar (22,1%). Ketidak
selarasan disebabkan karena adanya penggunaan lahan (misalnya permukiman)
yang sudah ada sebelum adanya RTRWK, alokasi ruang yang kurang, perbedaan
batas kawasan hutan, dan tumbuhnya permukiman karena mengikuti pembukaan
kebun-kebun baru. Arahan penyempurnaan pola ruang adalah lahan-lahan yang
tidak selaras dengan pola ruang terutama pada alokasi ruang pertanian dan
perkebunan, apabila berpotensi untuk pengembangan pertanian dan perkebunan
diarahkan untuk dialokasikan untuk lahan pertanian dan perkebunan dalam pola
ruang yang disempurnakan. Lahan yang tidak selaras dengan pola ruang tetapi
tidak berpotensi untuk pertanian dan perkebunan, diarahkan untuk alokasi ruang
penggunaan non pertanian yang lebih sesuai. Lahan terbangun dan kawasan
industri yang sudah eksisting di lapangan seyogianya diakomodir dalam pola
ruang yang disempurnakan dengan mempertimbangkan lokasinya berada di
kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan sesuai Rencana Struktur Ruang
Wilayah Kabupaten Pelalawan.
2. Analisis Status Kepemilikan, Perubahan Penggunaan Lahan, dan Kesesuaian
Penggunaan Lahan terhadap Pola Ruang di Cibinong Ibukota Kabupaten Bogor
(Pertiwi 2017). Terdapat 9 faktor yang berpangaruh nyata terhadap perubahan
pengunaan lahan yaitu, luas lahan terbangun, pertambahan fasilitas pendidikan,
pertambahan fasilitas kesehatan, pertambahan fasilitas sosial, pertumbuhan
penduduk, jarak kelurahan ke ibu kota kabupaten/kota, rata-rata jarak
aksesibilitas ke fasilitas sosial, rata-rata jarak aksesibilitas ke fasilitas ekonomi,
jarak kelurahan ke ibu kota kabupaten/kota lain, pertambahan fasilitas ekonomi.
Luas penggunaan lahan yang sesuai dengan rencana pola ruang RTRW adalah
sebesar 1.967,54 ha (43%) sedangkan luas penggunaan lahan yang tidak sesuai
dengan rencana pola ruang RTRW adalah sebesar 2.608,6 ha (57%). Hasil
analisis menunjukkan daerah yang sesuai lebih kecil luasannya dibandingkan
daerah yang tidak sesuai. Hal tersebut merupakan hal yang perlu diperhatikan
8

karena semakin banyak daerah yang tidak sesuai terhadap pola ruang akan
menyebabkan ketidakseimbangan pemanfaatan sumberdaya dimasa sekarang
dan masa yang akan datang (perkembangan berkelanjutan) dapat juga
menyebabkan kerusakan lahan.
3. Analisis Keselarasan Penggunaan Lahan dan Arahan Peningkatan Pengendalian
Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Bogor (Nasuta 2018). Jenis penggunaan
lahan pada tiga kecamatan di Kabupaten Bogor terdiri dari 14 jenis penggunaan
lahan yaitu hutan jati, hutan, indutri, kebun campuran, lahan terbuka,
permukiman, sawah, semak belukar dan rerumputan, tegalan, tubuh air,
perkantoran, sarana olahraga, perkebunan, dan pertambangan. Keselarasan
penggunaan lahan dengan pola ruang RTRW tertinggi dijumpai di Kecamatan
Cibinong dengan persentase 67,17% sedangkan dua kecamatan lainnya memiliki
keselarasan penggunaan lahan masih dibawah 50%. Pengendalian pemanfaatan
ruang yang sudah dilaksanakan di Kabupaten Bogor masih terbatas pada dua
instrumen yaitu perizinan dan pengenaan sanksi. Izin lokasi sebagai salah satu
komponen perizinan sudah memiliki keselarasan yang tinggi dengan pola ruang
RTRWnya. Arahan peningkatan pengendalian pemanfaatan ruang adalah segera
menyusun peraturan zonasi dan melaksanakan insentif dan disinsentif agar
pemanfaatan ruang kedepan bisa lebih selaras dengan pola ruang RTRW.
4. Analisis Perubahan Penggunaan dan Pemanfaatan Lahan terhadap Rencana Tata
Ruang Wilayah tahun 2009 dan 2017 (Kusumaningrat et al. 2017). Pertumbuhan
Kabupaten Boyolali atau perubahan penggunaan lahan Kabupaten Boyolali
selama 8 tahun terjadi paling tinggi di Kecamatan Sawit dengan presentase
kenaikan penggunaan permukiman sebesar 5,57%, sedangkan untuk perubahan
penggunaan lahan paling rendah terdapat di Kecamatan Selo dengan presentase
kenaikan penggunaan permukiman sebesar 0,30%. Perubahan penggunaan lahan
paling luas terdapat di Kecamatan Simo dengan kenaikan penggunaan lahan
permukiman sebesar 248,24 ha, sementara perubahan penggunaan lahan paling
kecil berada di Kecamatan Selo dengan kenaikan penggunaan lahan
permukiman sebesar 12,10 ha. Perubahan ini menandakan bahwa pembangunan
di Kabupaten Boyolali tidak hanya berpusat di ibukota kabupaten saja tetapi
merata ke setiap kecamatan. Perubahan pemanfaatan lahan yang ada di
Kabupaten Boyolali selama 8 tahun terjadi peningkatan pada klasifikasi kegiatan
sosial dengan sosial mengalami peningkatan sebesar 91,41 ha dan pemanfaatan
tempat tinggal naik 1.363,16 ha, sementara kelas tidak ada pemanfaatan
mengalami penurunan sebesar 210,61 ha, kegiatan ekonomi juga mengalami
penurunan sebesar 1.275,9 ha, hal ini disebabkan karena kebutuhan akan tempat
tinggal dan sarana dan prasarana umum di Kabupaten Boyolali mulai meningkat.
Hasil dari kesesuaian penggunaan lahan di Kabupaten Boyolali tahun 2009
sebesar 92,25%, tahun 2012 sebesar 92,83% dan tahun 2017 sebesar 93,43% dari
luas kabupaten penggunaan lahannya. Data tersebut menunjukan progres
kesesuaian penggunaan lahan Kabupaten Boyolali selalu naik dan mendekati
rencana pola ruangnya.
9

BAHAN DAN METODE


Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat.
Lokasi penelitian disajikan pada Gambar 1. Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan
pada periode bulan Juni 2019 sampai dengan Desember 2019 meliputi tahap studi
pendahuluan, penyusunan usulan penelitian, pengumpulan dan tabulasi data,
analisis data, penyusunan skripsi, seminar, ujian skripsi, perbaikan dan
perbanyakan skripsi. Tabulasi dan analisis data dilakukan di Studio Perencanaan
Pengembangan Wilayah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Gambar 1 Peta lokasi penelitian


Bahan dan Alat
Peta yang digunakan pada penelitian ini adalah peta penggunaan lahan
Kabupaten Dharmasraya tahun 2007, 2017 dan 2019, peta batas administrasi, citra
google earth 2019, peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Dharmasraya. Secara rinci data yang digunakan dalam penelitian untuk mencapai
setiap tujuan penelitian disajikan pada Tabel 1.
Peralatan yang digunakan yaitu komputer dengan perangkat lunak berupa
software ArcGis 10.6, Microsoft office, Microsoft Excel, Global Positioning System
(GPS), Avenza Maps, kamera untuk pengamatan dan alat-alat tulis.
Jenis dan Sumber Data
Data penelitian terdiri dari data primer dan sekunder. Dua jenis data tersebut
digunakan dalam menganalisis, mengidentifikasi dan menjawab tujuan penelitian
yang telah ditentukan. Data primer berupa jenis penggunaan lahan eksisting
10

Kabupaten Dharmasraya hasil interpretasi citra dan pengecekan lapang yang


dilakukan dengan menggunakan alat global positioning system (GPS), Avenza
Maps dan dokumentasi berupa foto dengan menggunakan kamera smartphone.
Jenis data sekunder antara lain peta batas administrasi wilayah Kabupaten
Dharmasraya, peta penggunaan lahan Kabupaten Dharmasraya tahun 2007 dan
2017, peta rencana pola ruang RTRW Kabupaten Dharmasraya tahun 2011-2031.
Data sekunder dikumpulkan dari berbagai instansi sesuai dengan substansi yang
akan dikaji, yaitu dari Bappeda Kabupaten Dharmasraya dan Badan Pusat Statistik
Kabupaten Dharmasraya. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian
ini tertera pada Tabel 1.
Tabel 1 Jenis dan sumber data
No Jenis Data Sumber Keterangan
1 Citra Google Earth tahun 2019 Google Earth Pro Tif File
2 Peta batas administrasi wilayah Bappeda Kabupaten Shapefile
Kabupaten Dharmasraya skala 1:50.000 Dharmasraya
3 Peta penggunaan lahan Kabupaten Bappeda Kabupaten Shapefile
Dharmasraya tahun 2007 dan 2017 Dharmasraya
skala 1:50.000
4 Peta Rencana Pola Ruang RTRW Bappeda Kabupaten Shapefile
Kabupaten Dharmasraya tahun 2011- Dharmasraya
2031 skala 1:50.000
5 Dokumen Kabupaten Dharmasraya BPS PDF Document
dalam angka 2018
6 Dokumen RTRW Kabupaten Bappeda Kabupaten PDF Document
Dharmasraya 2011-2031 Dharmasraya
7 Hasil pengecekan lapang Pengecekan lapang Titik pengecekan lapang

Prosedur Penelitian
Penelitian dilaksanakan dalam beberapa tahapan. Tahapan-tahapan yang
dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Tahap persiapan
Tahap persiapan meliputi pemilihan topik penelitian, studi pendahuluan,
dan penyusunan proposal penelitian. Tahap persiapan mempermudah tahap
pelaksanaan yang meliputi tahap pengumpulan data, pengamatan lapang, dan
interpretasi hasil.
2. Tahap pengumpulan data
Tahap pengumpulan data dilakukan setelah proposal penelitian disetujui.
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data, baik data primer maupun sekunder.
Data-data tersebut dapat berupa data spasial, statistik, dokumen perundang-
undangan, dan dokumen perencanaan.
3. Tahap pengamatan lapang
Pengamatan lapang dilakukan untuk memverifikasi dan memperbaharui
peta penggunaan lahan sesuai dengan kondisi eksisting. Hasil akhir data yang
diperoleh diharapkan mempunyai tingkat akurasi yang tinggi dan sesuai dengan
yang dibutuhkan dalam proses analisis data penelitian. Pengecekan lapang
dilakukan pada titik yang dianggap mewakili masing-masing jenis penggunaan
lahan.
Jumlah titik pengecekan lapang ditentukan berdasarkan Rumus Slovin
sebagai berikut:
n = N (1 + N e2)
11

Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah seluruh populasi
e = Toleransi error
Berhubung waktu penelitian yang terbatas maka jenis penggunaan lahan yang
tidak terlalu luas menggunakan standar error 20% dan penggunaan lahan yang
luas menggunakan standar error berkisar dari 30-40%. Dari hasil perhitungan
tersebut diperoleh jumlah titik pengecekan lapang sebanyak 83 titik.
Jika terdapat penggunaan lahan yang tidak sesuai antara hasil pengamatan
lapang dengan interpretasi citra maka dilakukan perbaikan data. Alat yang
digunakan selama melakukan pengamatan lapang, yaitu Global Positioning
System (GPS) dan Avenza Maps untuk melihat kesesuaian koordinat di peta
dengan kondisi yang sebenarnya di lapangan. Pengambilan gambar kondisi
lapang dilakukan dengan menggunakan kamera smartphone.
4. Tahap analisis data
Tahap analisis data dilakukan setelah semua data yang diperlukan telah
terkumpul. Data tersebut dianalisis sesuai tujuan yang ingin dicapai. Teknik
pengolahan dan analisis data yang digunakan adalah interpretasi dan digitasi
citra menggunakan ArcGIS 10.6 dan analisis spasial untuk menganalisis
penggunaan lahan eksisting, perubahan penggunaan lahan, dan keselarasan
penggunaan lahan. Hasil pengolahan data digunakan sebagai dasar penyusunan
arahan penyempurnaan pola ruang RTRW di Kabupaten Dharmasraya.
5. Tahap interpretasi hasil analisis
Pada tahap ini dilakukan interpretasi data yang telah diolah, untuk kemudian
didapatkan informasi yang bermanfaat sebagai bahan dalam penulisan skripsi.
6. Tahap penulisan skripsi
Tahapan ini merupakan tahapan akhir dalam pelaksanaan penelitian. Semua
informasi dan data yang telah diperoleh disajikan dalam skripsi, sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Teknik Pengumpulan Data


Data penelitian terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh
dari hasil interpretasi dan digitasi citra, dan pengamatan lapang dengan
menggunakan kamera smartphone, Global Positioning System (GPS) dan Avenza
Maps. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi terkait, perpustakaan dan
internet. Sumber data ini dapat berupa dokumen perencanaan, peraturan perundang-
undangan, data spasial (peta-peta dan citra satelit), buku, jurnal, laporan penelitian,
serta data sekunder lain berupa data statistik dari Badan Pusat Statistik Kabupaten
Dharmasraya.
Pengambilan data primer berupa pengecekan lapang dilakukan dengan
mengamati jenis penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan RTRW untuk
memastikan kebenaran hasil interpretasi spasial di peta dengan keadaan asli di
lapang. Pengecekan lapang dilakukan untuk pengambilan koordinat lokasi dengan
alat Global Positioning System (GPS) dan pengambilan dokumentasi dengan
kamera. Hasil pengecekan digunakan untuk memverifikasi dan memperbaharui
peta penggunaan lahan sesuai dengan kondisi eksisting. Jenis penggunaan lahan
yang digunakan dalam pengecekan lapang sebanyak 13 jenis, yaitu danau, empang,
hutan primer lahan kering, hutan sekunder lahan kering /bekas tebangan, hutan
12

tanaman industri, ladang, lahan terbuka, perkebunan campuran, permukiman/lahan


terbangun, rawa, sawah, semak belukar, dan sungai.
Titik pengecekan lapang terkait jenis penggunaan lahan sebanyak 83 titik.
Titik pengecekan lapang tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Dharmasraya.
Distribusi penyebaran titik pengecekan lapang sesuai dengan jalur jalan raya karena
mempertimbangkan aksesibilitas lokasi jenis penggunaan lahan. Hasil identifikasi
penutupan lahan dari interpretasi citra selanjutnya diverifikasi kondisi sebenarnya
dilapang melalui pengecekan lapang. Rincian titik pengecekan lapang setiap jenis
penggunaan/tutupan lahan disajikan pada Tabel 2 dan Lampiran 1 dan lokasi titik
pengecekan lapang pada setiap jenis penggunaan/tutupan lahan disajikan pada
Gambar 2.
Tabel 2 Rincian titik pengecekan lapang setiap jenis penggunaan/tutupan lahan
No Penggunaan Lahan Titik Pengecekan Lapang
1 Danau 2
2 Empang 3
3 Hutan Primer Lahan Kering 3
4 Hutan Sekunder Lahan Kering/Bekas Tebangan 5
5 Hutan Tanaman Industri (HTI) 5
6 Ladang 10
7 Lahan Terbuka 10
8 Perkebunan Campuran 10
9 Permukiman / Lahan Terbangun 10
10 Rawa 3
11 Sawah 10
12 Semak Belukar 7
13 Sungai 5
Jumlah 83

Gambar 2 Lokasi titik pengecekan lapang pada setiap jenis penggunaan/tutupan


lahan Kabupaten Dharmasraya tahun 2019
13

Teknik Analisis Data


Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis penggunaan lahan
eksisting, analisis perubahan penggunaan lahan, analisis keselarasan penggunaan
lahan dengan pola ruang RTRW, serta arahan penyempurnaan pola ruang RTRW.
Hasil analisis tersebut akan dijadikan dasar untuk menentukan arahan pengendalian
pemanfaatan ruang kedepannya. Jenis dan teknik analisis data serta output yang
diharapkan dari setiap tujuan penelitian disajikan pada Tabel 3 dan bagan alir
penelitian ditampilkan pada Gambar 3.
Tabel 3 Matriks tujuan, jenis data, teknik analisis, dan output
No Tujuan Jenis Data Teknik Analisis Output
1 Mengetahui - Peta batas administrasi - Digitasi on screen Peta penggunaan
penggunaan lahan wilayah Kabupaten (interpretasi lahan Kabupaten
eksisting di Dharmasraya skala visual) Dharmasraya tahun
Kabupaten 1:50.000 - Validasi data 2019 skala 1:50.000
Dharmasraya - Peta penggunaan lahan dengan
Kabupaten pengecekan
Dharmasraya tahun lapang
2017 skala 1:50.000 - Overlay
- Citra Google Earth
2019
- Hasil pengecekan
lapang
2 Menganalisis - Peta penggunaan lahan - Overlay Peta Perubahan
perubahan Kabupaten penggunaan lahan
penggunaan lahan Dharmasraya tahun Kabupaten
di wilayah 2007 dan 2019 skala Dharmasraya tahun
Kabupaten 1:50.000 2007-2019 skala
Dharmasraya 1:50.000
3 Mengevaluasi - Output: peta - Overlay Peta keselarasan
keselarasan penggunaan lahan penggunaan lahan
penggunaan lahan eksisting Kabupaten - Validasi data dengan pola ruang
dengan pola Dharmasraya tahun dengan RTRW Kabupaten
ruang RTRW 2019 skala 1:50.000 pengecekan Dharmasraya skala
Kabupaten - Peta Pola Ruang lapang 1:50.000
Dharmasraya RTRW Kabupaten - Analisis matriks
Dharmasraya skala logika
1:50.000 keselarasan

4 Menyusun arahan - Output: Peta - Analisis ketidak Arahan


penyempurnaan keselarasan selarasan dan penyempurnaan
pola ruang penggunaan lahan tabulasi dengan pola ruang RTRW
RTRW dengan pola ruang menggunakan Kabupaten
RTRW Kabupaten pedoman/ Dharmasraya
Dharmasraya skala decision rules
1:50.000
- Peta penggunaan lahan
eksisting Kabupaten
Dharmasraya tahun
2019 skala 1:50.000
- Peta Pola Ruang
RTRW Kabupaten
Dharmasraya skala
1:50.000
14

Persiapan dan
pengumpulan data

Peta Penggunaan lahan


Peta Administrasi wilayah
Kabupaten Dharmasraya tahun Citra Google Earth 2019
Kabupaten Dharmasraya
2017 skala 1:50.000

Peta Tutupan Lahan Kabupaten


Dharmasraya tahun 2019 skala
1:50.000

Pengecekan lapang

Peta Penggunaan Lahan Peta Pola Ruang RTRW


Penggunaan lahan eksisting di
Kabupaten Dharmasraya tahun Kabupaten Dharmasraya tahun
Kabupaten Dharmasraya
2007 skala 1:50.000 2011-2031

Keselarasan penggunaan lahan


Perubahan Penggunaan Lahan
dengan pola ruang RTRW
Kabupaten Dharmasraya
Kabupaten Dharmasraya

Arahan penyempurnaan pola


ruang RTRW Kabupaten
Dharmasraya

Gambar 3 Diagram alir penelitian

Analisis Penggunaan Lahan Eksisting


Penggunaan lahan yang dimaksud adalah penggunaan lahan dan tutupan
lahan. Peta penggunaan lahan eksisting diperoleh dari analisis spasial di ArcGIS,
yang diawali dengan melakukan overlay peta batas administrasi wilayah Kabupaten
Dharmasraya dengan peta penggunaan lahan tahun 2017. Peta penggunaan lahan
Kabupaten Dharmasraya tahun 2019 didapatkan dengan mengupdate peta
penggunaan lahan tahun 2017 melalui digitasi on screen citra Google Earth 2019
yang sudah terkoreksi geometrik lalu dilakukan pengecekan lapang seluruh jenis
penggunaan lahan yang ada. Selain proses tersebut, analisis spasial yang dilakukan
adalah overlay data spasial yang telah diolah pada analisis sebelumnya, menghitung
luas setiap jenis penggunaan lahan, dan konversi bentuk data. Klasifikasi
penggunaan lahannya mengacu pada SNI 7645:2010 dan SNI 7645-1:2014 tentang
Klasifikasi Penutupan lahan.

Analisis Perubahan Penggunaan Lahan


Analisis perubahan penggunaan lahan dilakukan pada dua titik tahun yaitu
tahun 2007 dan 2019. Proses analisis perubahan penggunaan lahan dilakukan
dengan menumpangtindihkan peta penggunaan lahan di wilayah penelitian tahun
2007 dan 2019 yang telah dikoreksi geometrik. Tumpang tindih peta dilakukan
menggunakan software ArcGIS 10.6 sehingga menghasilkan peta perubahan
penggunaan lahan di wilayah penelitian pada periode tahun 2007-2019. Berhubung
jumlah jenis penggunaan lahan tahun 2007 dan 2019 yang berbeda maka diperlukan
adanya padanan untuk memudahkan dalam mendefinisikan berubah atau tidak
berubah dari kedua tahun tersebut. Padanan jenis penggunaan lahan tahun 2019
terhadap 2007 disajikan pada Tabel 4 dan matriks transisi perubahan penggunaan
lahan tahun 2007-2019 disajikan pada Tabel 5.
15

Tabel 4 Padanan jenis penggunaan lahan tahun 2019 terhadap 2007


No Penggunaan Lahan 2019 Penggunaan Lahan 2007
1 Hutan Primer Lahan Kering Hutan Primer
Hutan sekunder
2 Hutan Sekunder Lahan Kering/Bekas Tebangan
Hutan tanaman industri
Padang rumput/sabana
3 Ladang Semak belukar
Tegalan/Ladang
Perkebunan besar
4 Perkebunan Campuran
Perkebunan rakyat
Kampung
5 Permukiman/Lahan Terbangun
Perumahan
6 Pertambangan Tanah terbuka sementara
7 Sawah Sawah Beririgasi
8 Sungai Sungai Besar

Tabel 5 Matriks transisi perubahan penggunaan lahan tahun 2007-2019


Penggunaan Penggunaan Lahan 2019
No
Lahan 2007 HPLK HSLK L PC P PT S SU
T B B B B B B B
1 HP
(..) (..) (..) (..) (..) (..) (..) (..)
B T B B B B B B
2 HS
(..) (..) (..) (..) (..) (..) (..) (..)
B T B B B B B B
3 HTI
(..) (..) (..) (..) (..) (..) (..) (..)
B B B B T B B B
4 K
(..) (..) (..) (..) (..) (..) (..) (..)
B B T B B B B B
5 Par
(..) (..) (..) (..) (..) (..) (..) (..)
B B B T B B B B
6 PB
(..) (..) (..) (..) (..) (..) (..) (..)
B B B T B B B B
7 PR
(..) (..) (..) (..) (..) (..) (..) (..)
B B B B T B B B
8 P
(..) (..) (..) (..) (..) (..) (..) (..)
B B B B B B T B
9 SWB
(..) (..) (..) (..) (..) (..) (..) (..)
B B T B B B B B
10 SB
(..) (..) (..) (..) (..) (..) (..) (..)
B B B B B B B T
11 SUB
(..) (..) (..) (..) (..) (..) (..) (..)
B B B B B T B B
12 TTS
(..) (..) (..) (..) (..) (..) (..) (..)
B B T B B B B B
13 L
(..) (..) (..) (..) (..) (..) (..) (..)
Keterangan: T (..)= Tidak Berubah (Luas (Ha)), B (..)= Berubah (Luas (Ha))
Penggunaan Lahan 2007:
HP= Hutan Primer, HS= Hutan Sekunder, HTI=Hutan Tanaman Industri, K= Kampung, Par= Padang Rumput/
Sabana, PB= Perkebunan Besar, PR= Perkebunan Rakyat, P= Pemukiman, SWB= Sawah Beririgasi, SB=
Semak/Belukar, SUB= Sungai Besar, TTS= Tanah Terbuka Sementara, L= Tegalan/Ladang.
Penggunaan Lahan 2019:
HPLK= Hutan Primer Lahan Kering, HSLK= Hutan Sekunder Lahan Kering, L= Ladang, PC= Perkebunan
Campuran, P= Permukiman, PT= Pertambangan, S= Sawah, SU= Sungai.

Analisis Keselarasan Penggunaan Lahan dengan Pola Ruang RTRW


Peta keselarasan penggunaan lahan terhadap pola ruang RTRW didapat dari
hasil analisis spasial di ArcGIS 10.6. Peta Penggunaan Lahan tahun 2019
16

dioverlaykan dengan peta pola ruang RTRW Kabupaten Dharmasraya tahun 2011-
2031. Analisis keselarasan dilakukan dengan teknik query berdasarkan matriks
logika. Analisis keselarasan pemanfaatan ruang dengan rencana pola ruang dan
pengendaliannya telah bayak dilakukan antara lain di Kota Jakarta Timur (Sejati
2018). Dalam nomenklatur penggunaan lahan dan pola ruang RTRW biasa terjadi
ketidaksinkronan, oleh karena itu diperoleh padanan untuk memudahkan definisi
masing-masing nomenklatur dan mendefinisikan selaras atau tidak selarasnya
kedua hal tersebut. Padanan nomenklatur pola ruang RTRW dengan penggunaan
lahan disajikan pada Tabel 6 dan matriks logika keselarasan penggunaan lahan
terhadap pola ruang RTRW disajikan pada Tabel 7.

Tabel 6 Padanan nomenklatur pola ruang RTRW dengan penggunaan lahan


Pola Ruang (RTRW Kabupaten Dharmasraya Jenis Penggunaan Lahan Tahun
No
tahun 2011-2031) 2019
1 Kawasan Hutan Lindung
Kawasan Hutan Produksi
Hutan Primer Lahan Kering
Kawasan Hutan Produksi Terbatas
Hutan Sekunder Lahan Kering/Bekas
Kawasan Hutan Produksi Konversi
Tebangan
Kawasan Hutan Rakyat
Kawasan Suaka Alam/Kawasan Pelestarian Alam
2 Pemukiman
Kawasan Pusat Pelayanan Masyarakat
Pemukiman/Lahan Terbangun
Kawasan Transmigrasi
Kawasan Cagar Budaya
3 Persawahan Sawah
4 Pertanian Tanah Kering
Ladang
Pertanian Hortikultura
5 Kawasan Perkebunan
Perkebunan Campuran
Kebun Plasma Nuftah
6 Embung Dan Kolam
Sungai
Kawasan Sempadan Sungai
7 Pertambangan Pertambangan

Tabel 7 Matriks logika keselarasan penggunaan lahan terhadap pola ruang RTRW
Pola Ruang (RTRW Kabupaten Dharmasraya tahun 2011-2031)
No PL 2019
HPK

PPM

KPN
PTK
HPT

HR

EK
HL

PH
HP

KP
CB

PT
SA

P1

P2

SS
T

1 HPLK O O O O O O * * * O * * * * * * O X
2 HSLK O O O O O O * * * O * * * * * * O X
3 P X X X X O X O O O O X X X X X X X X
4 S X X X X O X * * * X O * X * * * * X
5 L X X X X O X * * * X * O O * * X * X
6 PC X X X X O X * * * X X * * O O X X X
7 SU X X X X X X X X X X X X X X X O O X
8 PT X X X X X X X X X X X X X X X X X O
Keterangan: O = Selaras, X = Tidak Selaras, * = Transisi
Pola Ruang RTRW:
HL= Hutan Lindung, HP= Hutan Produksi, HPT= Hutan Produksi Terbatas, HPK= Hutan Produksi Konversi,
HR= Hutan Rakyat, SA= Kawasan Suaka Alam/Kawasan Pelestarian Alam, P1= Pemukiman, PPM= Pusat
Pelayanan Masyarakat, T= Transmigrasi, CB= Cagar Budaya, P2= Persawahan, PTK= Pertanian Tanah Kering,
PH= Pertanian Hortikultura, KP= Kawasan Perkebunan, KPN= Kebun Plasma Nuftah, EK= Embung dan
Kolam, SS= Sempadan Sungai, PT= Pertambangan
Penggunaan Lahan (PL):
HPLK= Hutan Primer Lahan Kering, HSLK= Hutan Sekunder Lahan Kering/Bekas Tebangan, P= Permukiman,
S= Sawah, L= Ladang, PC= Perkebunan Campuran, SU= Sungai, PT= Pertambangan.
17

Arahan Penyempurnaan Pola Ruang RTRW


Penyusunan arahan penyempurnaan pola ruang RTRW di Kabupaten
Dharmasraya dilakukan dengan mempertimbangkan jenis-jenis ketidakselarasan
penggunaan lahan dengan arahan pola ruang RTRW wilayah tersebut. Untuk itu,
disusun decision rules/aturan dalam menyusun arah penyempurnaan. Arahan
penyempurnaan pola ruang RTRW berdasarkan status transisi dan ketidakselarasan
penggunaan lahan eksisting dengan pola ruang RTRW Kabupaten Dharmasraya
disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8 Arahan penyempuraan pola ruang RTRW Kabupaten Dharmasraya
Pola Ruang Penggunaan Status Arahan
Keterangan
RTRW Lahan Tahun 2019 keselarasan Penyempurnaan
L Tidak Selaras CB -
CB PC Tidak Selaras CB -
S Tidak Selaras CB -
SU Tidak Selaras SU -
PC Tidak Selaras EK -
EK
P Tidak Selaras P Enclave
S Transisi EK -
PC Tidak Selaras HL Perhutanan sosial,
HL Agroforestry
P Tidak Selaras P Enclave
S Tidak Selaras HL -
PC Tidak Selaras HP Perhutanan sosial,
HP
Agroforestry
P Tidak Selaras P Enclave
S Tidak Selaras HP -
PC Tidak Selaras HPK Perhutanan sosial,
HPK Agroforestry
P Tidak Selaras P Enclave
S Tidak Selaras HPK -
PC Tidak Selaras HPT Perhutanan sosial,
HPT Agroforestry
P Tidak Selaras P Enclave
S Tidak Selaras HPT -
P Tidak Selaras P Enclave
PT Tidak Selaras KP -
KP SU Tidak Selaras SU -
HSLK Transisi KP -
L Transisi KP -
S Transisi KP -
KPN L Transisi KPN
S Transisi KPN -
PC Transisi P1 -
S Transisi P1 -
P1
HSLK Transisi P1 -
PT Tidak Selaras P1 -
SU Tidak Selaras SU -
PC Tidak Selaras P2 -
P Tidak Selaras P Enclave
P2
HSLK Transisi P2 -
L Transisi P2 -
SU Tidak Selaras SU -
18

Tabel 8 (Lanjutan)
Pola Ruang Penggunaan Status Arahan
Keterangan
RTRW Lahan Tahun 2019 keselarasan Penyempurnaan
P Tidak Selaras P Enclave
S Tidak Selaras PH -
PH
HSLK Transisi PH -
PC Transisi PH -
PC Transisi PPM -
PPM
S Transisi PPM -
L Tidak Selaras PT -
PT PC Tidak Selaras PT -
P Tidak Selaras P Enclave
P Tidak Selaras P Enclave
PT Tidak Selaras PTK -
PTK
HSLK Transisi PTK -
PC Transisi PTK -
S Transisi PTK -
PC Tidak Selaras SA -
SA
S Tidak Selaras SA -
PC Tidak Selaras SS -
P Tidak Selaras SS -
SS
L Transisi SS -
S Transisi SS -
T HSLK Transisi T -
PC Transisi T -
Keterangan: Pola Ruang RTRW:
HL= Hutan Lindung, HP= Hutan Produksi, HPT= Hutan Produksi Terbatas, HPK= Hutan Produksi Konversi,
HR= Hutan Rakyat, SA= Kawasan Suaka Alam/Kawasan Pelestarian Alam, P1= Pemukiman, PPM= Pusat
Pelayanan Masyarakat, T= Transmigrasi, CB= Cagar Budaya, P2= Persawahan, PTK= Pertanian Tanah Kering,
PH= Pertanian Hortikultura, KP= Kawasan Perkebunan, KPN= Kebun Plasma Nuftah, EK= Embung dan
Kolam, SS= Sempadan Sungai, PT= Pertambangan
Penggunaan Lahan (PL):
HPLK= Hutan Primer Lahan Kering, HSLK= Hutan Sekunder Lahan Kering/Bekas Tebangan, P= Permukiman,
S= Sawah, L= Ladang, PC= Perkebunan Campuran, SU= Sungai, PT= Pertambangan.

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Letak Geografis dan Batas Administrasi

Kabupaten Dharmasraya dengan Ibu Kota Pulau Punjung merupakan salah


satu kabupaten di Sumatera Barat yang berada di persimpangan Jalur Lintas
Sumatera yang menghubungkan antara Padang, Pekanbaru hingga Jambi. Secara
geografis Kabupaten Dharmasraya berada pada posisi 00 47' 07" - 10 41' 56" LS dan
1010 09' 21"- 1010 54' 27" BT. Luas wilayah Kabupaten Dharmasraya berdasarkan
Perda No 10 Tahun 2012 yaitu 3.025,99 Km² (302.599 ha) dengan jumlah penduduk
tahun 2017 berdasarkan hasil estimasi Badan Pusat Statistik (BPS) sebanyak
235.476 jiwa yang terdiri dari 122.116 laki-laki dan 113.360 perempuan. Secara
administratif, Kabupaten Dharmasraya terdiri dari 11 kecamatan dan 52 nagari,
dengan batas wilayah adalah sebagai berikut:
• Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Sijunjung, serta Kabupaten
Kuantan Singingi Provinsi Riau,
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bungo dan Kabupaten
Kerinci Provinsi Jambi,
19

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bungo dan Kabupaten Tebo


Provinsi Jambi,
• Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok
Selatan Provinsi Sumatera Barat.
Data spasial wilayah administrasi disajikan pada Gambar 4. Luas dan
persentase masing-masing kecamatan di Kabupaten Dharmasraya disajikan pada
Tabel 9.

Sumber: Bappeda Kabupaten Dharmasraya (2018)


Gambar 4 Peta administrasi Kabupaten Dharmasraya

Tabel 9 Luas dan persentase wilayah Kabupaten Dharmasraya


Luas Wilayah Persentase
No Kecamatan
(Km2) (%)
1 Sungai Rumbai 51,06 1,69
2 Koto Besar 560,57 18,53
3 Asam Jujuhan 485,41 16,04
4 Koto Baru 221,20 7,31
5 Koto Salak 121,45 4,01
6 Tiumang 134,43 4,44
7 Padang Laweh 60,62 2,00
8 Sitiung 124,57 4,12
9 Timpeh 323,01 10,67
10 Pulau Punjung 443,16 14,65
11 Sembilan Koto 500,50 16,54
Kabupaten Dharmasraya 3025,99 100,00
Sumber: BPS Kabupaten Dharmasraya (2018)
20

Iklim
Kabupaten Dharmasraya tergolong memiliki iklim tropis berdasarkan iklim
Koppen. Suhu udara tertinggi sepanjang tahun 2017 tercatat pada bulan Mei,
sebesar 31,70 derajat celsius dan terendah pada bulan Juli, sebesar 21,70 derajat
celsius. Rata-rata suhu udara tertinggi pada tahun 2017 tercatat pada bulan Mei
dengan 26,30 derajat celsius dan terendah pada bulan Juni dengan 24,90 derajat
celsius. Curah hujan tertinggi pada tahun 2017 tercatat pada bulan Maret dengan
409 mm3 dan terendah pada bulan Januari dengan 136 mm3 (BPS Kabupaten
Dharmasraya 2018). Jumlah curah hujan, rata-rata suhu, kelembaban udara, rata-
rata tekanan udara Kabupaten Dharmasraya 2017 masing-masing disajikan pada
Tabel 10 sampai Tabel 13.

Tabel 10 Jumlah curah hujan dan hari hujan menurut bulan di Kabupaten
Dharmasraya 2017
Bulan Curah Hujan (mm3) Hari Hujan
Januari 136 8
Februari 280 12
Maret 409 16
April 314 16
Mei 249 11
Juni 217 11
Juli 149 7
Agustus 195 11
September 301 11
Oktober 185 8
November 349 14
Desember 285 11
Sumber: BPS Kabupaten Dharmasraya (2018)

Tabel 11 Rata-rata suhu menurut bulan Kabupaten Dharmasraya tahun 2017


Bulan Maks Min Rata-rata
Januari 30,60 22,20 25,40
Februari 31,20 22,30 25,90
Maret 31,60 22,30 25,80
April 30,70 22,70 25,60
Mei 31,70 23,30 26,30
Juni 31,50 22,30 24,90
Juli 31,30 21,70 25,40
Agustus 30,80 22,20 25,40
September 30,70 22,40 25,30
Oktober 31,30 22,20 26,10
November 30,30 22,70 25,10
Desember 30,60 22,40 25,30
Sumber: BPS Kabupaten Dharmasraya (2018)
21

Tabel 12 Kelembaban udara menurut bulan Kabupaten Dharmasraya tahun 2017


Bulan Maks Min Rata-rata
Januari 95,00 75,00 85,00
Februari 97,00 67,00 83,00
Maret 95,00 79,00 86,00
April 95,00 83,00 88,00
Mei 95,00 84,00 88,00
Juni 95,00 80,00 83,00
Juli 97,00 74,00 85,00
Agustus 96,00 76,00 87,00
September 95,00 83,00 88,60
Oktober 95,00 79,00 86,00
November 96,00 79,00 89,00
Desember 95,00 78,00 88,00
Sumber: BPS Kabupaten Dharmasraya (2018)

Tabel 13 Rata-rata tekanan udara, kecepatan angin dan lama penyinaran matahari
menurut bulan di Kabupaten Dharmasraya tahun 2017
Tekanan Udara Kecepatan Angin Penyinaran
Bulan
(mb) (knot) Matahari (%)
Januari 996,40 1,60 39,00
Februari 996,60 1,70 54,00
Maret 996,40 1,40 57,00
April 996,80 0,60 47,00
Mei 995,60 0,20 56,00
Juni 996,30 0,60 67,00
Juli 964,80 0,50 53,00
Agustus 996,10 0,40 46,00
September 996,80 0,50 43,00
Oktober 996,70 0,30 62,00
November 995,00 0,80 33,00
Desember 996,10 1,00 45,00
Sumber: BPS Kabupaten Dharmasraya (2018)

Topografi
Wilayah Kabupaten Dharmasraya terletak pada ketinggian 100-1500 m
diatas permukaan laut (mdpl). Ketinggian dari permukaan laut mulai dari 100 mdpl
pada bagian kawasan yang mengarah ke sebelah timur, hingga 1.500 mdpl pada
bagian kawasan yang menjadi bagian dari gugusan Bukit Barisan di sebelah barat.
Kelerengan lahan bervariasi dari datar, landai sampai sangat curam (Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Dharmasraya tahun 2005-2025).
Berdasarkan hasil interpretasi dan analisis terhadap Peta Digitasi Citra Spot 5
Provinsi Sumatera Barat (2007), diperoleh data kelerengan lahan bervariasi dari
datar-landai (54,29%), agak curam-curam (34,29%) sampai sangat curam (11,42%)
seperti terlihat pada Tabel 14. Peta topografi Kabupaten Dharmasraya disajikan
pada Lampiran 2.
22

Tabel 14 Kelerengan lahan di Kabupaten Dharmasraya


Klasifikasi Lereng Luas
Kelerengan Lahan (%) (Ha) (%)
Datar 0-3 23.155 7,65
Agak Landai >3-8 68.786 22,73
Landai >8-15 72.339 23,91
Agak Curam >15-25 74.730 24,70
Curam >25-40 29.023 9,59
Sangat Curam >40-60 34.567 11,42
Jumlah Luas 302.599 100,00
Sumber: BPS Kabupaten Dharmasraya (2018)

Jenis Tanah
Jenis tanah di Kabupaten Dharmasraya ini terdiri atas 8 jenis tanah yaitu
Aluvial, Kambisol, Gleisol, Nitosol, Latosol, Podsolik, Andosol, dan Litosol
(RTRW Kabupaten Dharmasraya 2011-2031). Kedelapan jenis tanah tersebut
dirinci atas satuan peta tanah (SPT) berdasarkan karakteristik: kelerengan, satuan
fisiografi/bentuk wilayah, dan bahan induk tanah seperti terlihat pada Tabel 15. Peta
jenis tanah Kabupaten Dharmasraya disajikan pada Lampiran 3.

Tabel 15 Delapan jenis tanah dirinci atas satuan peta tanah (SPT) berdasarkan
karakteristik: kelerengan, satuan fisiografi/bentuk wilayah, dan bahan
induk tanah
Jenis Lereng Satuan Luas
No Bahan Induk Tanah SPT
Tanah (%) Fisiografi (ha) (%)
Jalur
Endapan Liat, Pasir
Aliran/Bekas
1 Aluvial 0-3 atau 1 22.993 7,60
Jalur Aliran
campurannya
Sungai
Lereng Bawah Abu Volkan dan
2 Andosol 15-25 Volkan Agak Batuan 43 2.671 0,88
Tertoreh Andesit
Tufa dan batu apung
Lereng Tengah menutupi batuan
3 Andosol 25-40 42 4.527 1,50
Volkan Tertoreh andesit,
breksi.
Tufa dan batu apung
Lereng atas
menutupi batuan
4 Andosol >40 Volkan Agak 41 3.375 1,12
andesit,
tertoreh
dan breksi.
Bahan Eluvio-
Daerah
5 Geisol 3-8 Koluvium 3 8.313 2,75
Cekungan
dari tufa masam
Bahan Endapan
Teras Sungai
6 Kambisol 0-3 Aluvium 10 20.063 6,63
Bagian Bawah
(Liat)
Dataran antar Bahan Aluvio-
7 Kambisol 3-8 perbukitan Koluvium 2 10.087 3,33
(Datar) (Liat)
Bahan Endapan
Teras Sungai
8 Kambisol 3-8 Aluvium 11 4.227 1,40
Bagian Bawah
(Liat)
23

Tabel 15 (Lanjutan)
Jenis Lereng Satuan Luas
No Bahan Induk Tanah SPT
Tanah (%) Fisiografi (ha) (%)
Kompleks Batuan
sedimen dan
Perbukitan
metamorf
9 Kambisol 3-8 Sangat 35 1.528 0,50
(batuan pasir, arkose,
Tertoreh
slate, dan slate
berkapur)
Perbukitan
10 Kambisol 8-15 Batuan Granit 17 8.009 2,65
Agak tertoreh
Batua, sediment (batu
Perbukitan
11 Kambisol 8-15 liat, batu pasir, dan 21 10.069 3,33
Agak tertoreh
shale)
Perbukitan 18,1
12 Kambisol 15- 25 Batuan Granit 10.755 3,55
Agak tertoreh 9
Batua, sediment (batu
Perbukitan
13 Kambisol 15-25 liat, batu pasir, dan 22 3.668 1,21
Agak tertoreh
shale)
Dataran Volkan Tuf dan Batu Apung
14 Kambisol 15-25 44 35.922 11,87
(Bergelombang) serta Batuan Andesit.
Perbukitan
15 Kambisol 25-40 Batuan Granit 20 5.791 1,91
Agak tertoreh
Batua, sediment (batu
Perbukitan
16 Kambisol 25-40 liat, batu pasir, dan 23 2.871 0,95
Agak tertoreh
shale)
Kompleks Batuan,
sedimen dan
Perbukitan metamorf
17 Kambisol 25-40 28 1.248 0,41
Tertoreh (batu liat, kwarsit,
shale,
dan slate)
Kompleks Batuan,
sedimen dan
Perbukitan metamorf
18 Kambisol 25-40 29 4.522 1,49
Tertoreh (batu liat, kwarsit,
shale,
dan slate)
Kompleks Batuan,
sedimen dan
Perbukitan metamorf
19 Kambisol 25-40 30 612 0,20
Tertoreh (batu liat, kwarsit,
shale,
dan slate)
Kompleks Batuan
sedimen dan
Perbukitan
metamorf
20 Kambisol 25-40 Sangat 36 4.034 1,33
(batuan pasir, arkose,
Tertoreh
slate, dan slate
berkapur)
Kompleks Batuan
Perbukitan sedimen, metamorf
21 Kambisol >40 15 2.170 0,72
terpisah (shale, slate) dan
granit.
24

Tabel 15 (Lanjutan)
Jenis Lereng Satuan Luas
No Bahan Induk Tanah SPT
Tanah (%) Fisiografi (ha) (%)
Kompleks Batuan,
sedimen dan
Perbukitan metamorf
22 Kambisol >40 31 4.661 1,54
Tertoreh (batu liat, kwarsit,
shale,
dan slate)
Kompleks Batuan
sedimen dan
Perbukitan
metamorf 37,3
23 Kambisol >40 Sangat 5.610 1,85
(batuan pasir, arkose, 8
Tertoreh
slate, dan slate
berkapur)
Tufa Masam dan
Teras Sungai Bahan
24 Latosol 3-8 13 13.778 4,55
Bagian Atas Aluvio dan Koluvium
(Liat)
Tufa Masam dan
Teras Sungai Bahan
25 Latosol 15-25 14 4.355 1,44
Bagian Atas Aluvio dan Koluvium
(Liat)
Perbukitan
26 Litosol >40 Karst Paralel Batu Kapur 47 2.422 0,80
Tertoreh
Bahan Aluvio-
Teras Sungai
27 Nitosol 3-8 Koluvium 12 7.759 2,56
Bagian Tengah
(Liat)
Dataran
4,5a
28 Nitosol 8-15 berombak Tufa Masam 23.360 7,72
,6a
bergelombang
Dataran
29 Nitosol 8-15 Tufa Masam 7,8 13.503 4,46
Bergelombang
Dataran
30 Nitosol 8-15 Perbukitan Batuan Granit 9 2.687 0,89
(Hillock)
Dataran
5b,6
31 Nitosol 15-25 berombak Tufa Masam 16.492 5,45
b
bergelombang
Perbukitan
32 Nitosol 15-25 Batuan Granit 16 5.490 1,81
Bergelombang
Perbukitan 24,2
33 Nitosol 15-25 Batuan Granit 10.974 3,63
Tertoreh 5,26
Perbukitan
34 Nitosol 25-40 Batuan Granit 27 4.879 1,61
Tertoreh
Kompleks Batuan,
Perbukitan granit, batuan
35 Nitosol 25-40 Sangat sedimen 39 2.843 0,94
Tertoreh dan metamorf, (shale
dan slate)
Perbukitan
36 Nitosol >40 Batuan Granit 32 6.360 2,10
Tertoreh
Perbukitan
37 Nitosol >40 Sangat Batuan Granit 33 1.238 0,41
Tertoreh
25

Tabel 15 (Lanjutan)
Jenis Lereng Satuan Luas
No Bahan Induk Tanah SPT
Tanah (%) Fisiografi (ha) (%)
Kompleks Batuan,
Perbukitan granit, batuan
38 Nitosol >40 Sangat sedimen 40 2.462 0,81
Tertoreh dan metamorf, (shale
dan slate)
Pergunungan
39 Padsolik >40 Sangat Batuan Granit 45,46 2.384 0,79
Tertoreh
Perbukitan
Batuan Metamorf
40 Podsolik >40 Sangat 34 3.883 1,28
(kwarsit, slate)
Tertoreh
Luas Lahan 302.599 100
Sumber: RTRW Kabupaten Dharmasraya 2011-2031

Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Kabupaten Dharmasraya digunakan pada sektor non
pertanian, sawah, lahan kering, perkebunan, hutan dan badan air. Penggunaan lahan
utama yang paling dominan adalah untuk perkebunan dengan luas 191.653 ha,
kemudian hutan dengan luas 57.288 ha, lahan kering dengan luas 30.148 ha, non
pertanian dengan luas 14.665 ha, lahan sawah 5.048 ha, dan badan air dengan luas
2.314 ha. Secara persentase penggunaan lahan tertinggi yakni sektor perkebunan
terdiri dari perkebunan karet dan kelapa sawit mencapai 63,6 % dari keseluruhan
luas wilayah Kabupaten Dharmasraya, dan penggunaan lahan terendah adalah
badan air yakni mencapai 0,8% dari luas wilayah Kabupaten Dharmasraya (Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Dharmasraya 2016). Persentase penggunaan lahan
utama Kabupaten Dharmasraya di sajikan pada Gambar 5.

70 63,6
60

50

40

30
19,0
20
10,0
10 4,9
1,7 0,8
0

Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Dharmasraya (2016)


Gambar 5 Persentase penggunaan lahan utama pada Kabupaten Dharmasraya
26

Kependudukan dan Ketenagakerjaan

Jumlah penduduk suatu wilayah dipengaruhi oleh faktor kelahiran,


kematian dan migrasi/perpindahan penduduk. Jumlah penduduk Kabupaten
Dharmasraya terus mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan 2,69 persen
per tahun hingga pada tahun 2017 jumlah penduduk Kabupaten Dharmasraya
sebanyak 235.476 orang yang terdiri dari 122.116 laki-laki dan 113.360 perempuan.
Hal ini dapat dilihat oleh besarnya angka/nilai sex ratio pada tahun 2017, sex ratio
sebesar 107,72 menunjukkan bahwa untuk setiap 100 penduduk perempuan
terdapat 107 sampai 108 penduduk laki-laki. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk
dari tahun 2010 hingga 2017 adalah sebesar 2,95 persen (BPS Kabupaten
Dharmasraya 2018).
Distribusi penduduk adalah pola persebaran penduduk di suatu wilayah,
baik berdasarkan batas-batas geografis maupun berdasarkan batas-batas
administrasi pemerintahan. Distribusi jumlah penduduk menurut kecamatan,
terbanyak berdomisili di Kecamatan Pulau Punjung sebanyak 47.401 orang dan
distribusinya sebesar 20,13 % dari total penduduk Dharmasraya. Selanjutnya kedua
terbanyak di Kecamatan Koto Baru sebesar 14,36 %. Jumlah penduduk paling
sedikit berada di Kecamatan Padang Laweh yang hanya menyumbang 3,30 % dari
total penduduk Dharmasraya. Jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk
2016 dan 2017, rasio jenis kelamin, distribusi dan kepadatan penduduk Kabupaten
Dharmasraya 2017 masing- masing disajikan pada Tabel 16, 17 dan 18.
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang paling menentukan dalam
proses pembangunan di suatu wilayah. Semakin besar jumlah tenaga kerja dengan
keahlian yang cukup memadai akan semakin pesat pula perkembangan
pembangunan wilayah tersebut. Angkatan kerja di Dharmasraya sebesar 107.013
jiwa dan bukan angkatan kerja sebesar 58.824 jiwa. Dari 107.013 angkatan kerja,
103.060 orang diantaranya bekerja dan 3.953 orang sebagai pengangguran terbuka
(BPS Kabupaten Dharmasraya 2018). Jika dilihat dari segi pendidikan, penduduk
yang bekerja di Dharmasraya lebih banyak didominasi oleh penduduk yang
memiliki pendidikan Sekolah Dasar (SD). Sementara itu, penduduk yang paling
banyak tercatat sebagai pengangguran terbuka adalah mereka yang memiliki
pendidikan minimal sarjana. Hal ini sangat memprihatinkan karena standar
pekerjaan di Dharmasraya belum optimal menyerap lulusan sarjana. Sementara itu,
penduduk yang bukan angkatan kerja kebanyakan adalah mereka yang
berpendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Jika dilihat dari kelompok umur, maka jumlah penduduk yang bekerja
selama seminggu yang lalu banyak didominasi oleh kelompok laki-laki yang
berusia 35 sampai 39 tahun dan perempuan pada kelompok umur yang sama. Secara
keseluruhan, kelompok umur dengan jumlah penduduk yang bekerja selama
seminggu yang lalu yang paling besar adalah pada kelompok umur 35 hingga 39
tahun. Jumlah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja selama seminggu
yang lalu menurut lapangan pekerjaan utama dan jenis kelamin di Kabupaten
Dharmasraya tahun 2017 disajikan pada Tabel 19.
27

Tabel 16 Jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk menurut kecamatan


di Kabupaten Dharmasraya 2016 dan 2017
Jumlah penduduk Laju pertumbuhan
Kecamatan
2016 2017 penduduk 2016-2017
Sungai Rumbai 23.561 24.533 4,13
Koto Besar 25.305 25.617 1,23
Asam Jujuhan 16.325 17.482 7,09
Koto Baru 33.173 33.811 1,92
Koto Salak 16.603 16.797 1,17
Tiumang 11.687 11.736 0,42
Padang Laweh 7.408 7.781 5,04
Sitiung 25.984 26.394 1,58
Timpeh 15.033 15.244 1,40
Pulau Punjung 45.727 47.401 3,66
Sembilan Koto 8.507 8.680 2,03
Kabupaten Dharmasraya 229.313 235.476 2,69
Sumber: BPS Kabupaten Dharmasraya (2018)

Tabel 17 Jumlah penduduk dan rasio jenis kelamin menurut kecamatan di


Kabupaten Dharmasraya 2017
Jenis kelamin Rasio
Kecamatan
Laki-laki Perempuan Jumlah kelamin
Sungai Rumbai 12.855 11.678 24.533 110,08
Koto Besar 13.268 12.349 25.617 107,44
Asam Jujuhan 9.488 7.994 17.482 118,69
Koto Baru 17.332 16.479 33.811 105,18
Koto Salak 8.539 8.258 16.797 103,40
Tiumang 6.074 5.662 11.736 107,28
Padang Laweh 4.119 3.662 7.781 112,48
Sitiung 13.581 12.813 26.394 105,99
Timpeh 7.864 7.380 15.244 106,56
Pulau Punjung 24.603 22.798 47.401 107,92
Sembilan Koto 4.393 4.287 8.680 102,47
Kabupaten Dharmasraya 122.116 113.360 235.476 107,72
Sumber: BPS Kabupaten Dharmasraya (2018)

Tabel 18 Distribusi dan kepadatan penduduk menurut kecamatan di Kabupaten


Dharmasraya 2017
Kepadatan Penduduk per
Kecamatan Persentase Penduduk
km2
Sungai Rumbai 10,42 480,47
Koto Besar 10,88 45,70
Asam Jujuhan 7,42 36,01
Koto Baru 14,36 152,85
Koto Salak 7,13 138,30
Tiumang 4,98 87,30
Padang Laweh 3,30 128,36
Sitiung 11,21 211,88
Timpeh 6,47 47,19
Pulau Punjung 20,13 106,96
Sembilan Koto 3,69 17,34
Kabupaten Dharmasraya 100,00 77,82
Sumber: BPS Kabupaten Dharmasraya (2018)
28

Tabel 19 Jumlah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja selama


seminggu yang lalu menurut lapangan pekerjaan utama dan jenis kelamin
di Kabupaten Dharmasraya tahun 2017
Lapangan Jenis Kelamin
Pekerjaan
Laki-laki Perempuan Jumlah
Utama1
1 35.664 13.481 49.145
2 4.753 687 5.440
3 8.722 10.027 18.749
4 7.967 9.231 17.198
5 11.681 847 12.528
Jumlah 68.787 34.273 103.060
Sumber: BPS Kabupaten Dharmasraya (2018)
Keterangan 1:1 Pertanian, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan
2 Industri Pengolahan
3 Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan dan Hotel
4 Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan
5 Lainnya (Pertambangan dan Penggalian, Listrik, Gas dan Air, Bangunan,
Angkutan, Pergudangan, Komunikasi, Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan
Bangunan, Tanah, dan Jasa Perusahaan)

Pendapatan Regional

Pendapatan Daerah Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai


tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah tertentu, atau
merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit
ekonomi seperti pertanian, pertambangan, industri pengolahan, sampai dengan jasa.
Pendapatan Daerah Regional Bruto Dharmasraya dari tahun ke tahun selalu
mengalami peningkatan, baik PDRB atas dasar harga konstan maupun PDRB atas
dasar harga berlaku. Peningkatan PDRB atas dasar harga berlaku mengindikasikan
adanya pertumbuhan ekonomi pada tahun berjalan yang juga diiringi peningkatan
harga-harga barang dan jasa. PDRB Dharmasraya atas dasar harga berlaku pada
tahun 2017 adalah sebesar 9.282 miliar rupiah meningkat dari tahun 2016 yang
hanya sebesar 8.437 miliar rupiah. Sedangkan PDRB Dharmasraya atas dasar harga
konstan (2010=100) pada tahun 2017 adalah sebesar 6.843 miliar rupiah dan
meningkat dari tahun 2016 yang hanya sebesar 6.490 miliar rupiah (BPS Kabupaten
Dharmasraya 2018). Produk domestik regional bruto atas dasar harga berlaku
menurut lapangan usaha di Kabupaten Dharmasraya (juta rupiah), 2014-2017
disajikan pada Gambar 6 dan Lampiran 4. Distribusi persentase produk domestik
regional bruto atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha di Kabupaten
Dharmasraya (%), 2014-2017 disajikan pada Gambar 7 dan Lampiran 5.
29

3000000

PDRB ADHB (juta rupiah)


2500000

2000000

1500000

1000000

500000

0
A B C D E F G H I J K L M N O P Q
Lapangan usaha

2014 2015 2016 2017

Keterangan: A=Pertanian, kehutanan, dan perikanan, B= Pertambangan dan penggalian, C= Industri


pengolahan, D= Pengadaan listrik dan gas, E= Pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan
daur ulang, F= Konstruksi, G= Perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor,
H= Transportasi dan pergudangan, I= Penyediaan akomodasi dan makan minum, J= Informasi
dan komunikasi, K= Jasa keuangan dan asuransi, L= Real estat, M= Jasa perusahaan,
N=Administrasi pemerintahan pertahanan dan jaminan sosial wajib, O= Jasa pendidikan, P= Jasa
kesehatan dan kegiatan sosial, Q= Jasa lainnya.

Gambar 6 Produk domestik regional bruto atas dasar harga berlaku menurut
lapangan usaha di Kabupaten Dharmasraya (juta rupiah) tahun 2014-
2017
35
30
25
20
15
10
5
0
A B C D E F G H I J K L M N O P Q
Lapangan usaha

2014 2015 2016 2017

Keterangan: A=Pertanian, kehutanan, dan perikanan, B=Pertambangan dan penggalian, C= Industri


pengolahan, D= Pengadaan listrik dan gas, E= Pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan
daur ulang, F= Konstruksi, G= Perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor,
H= Transportasi dan pergudangan, I= Penyediaan akomodasi dan makan minum, J= Informasi
dan komunikasi, K= Jasa keuangan dan asuransi, L= Real estat, M= Jasa perusahaan, N=
Administrasi pemerintahan pertahanan dan jaminan sosial wajib, O= Jasa pendidikan, P=Jasa
kesehatan dan kegiatan sosial, Q= Jasa lainnya.

Gambar 7 Distribusi persentase produk domestik regional bruto atas dasar harga
berlaku menurut lapangan usaha di Kabupaten Dharmasraya (persen)
tahun 2014-2017
30

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Dharmasraya


tahun 2016-2021

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan arah


pembangunan yang ingin dicapai daerah dalam kurun waktu masa bhakti Kepala
Daerah terpilih, yang disusun berdasarkan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah,
dimana program dan kegiatan yang direncanakan sesuai urusan pemerintah yang
menjadi batas kewenangan daerah dengan memperhatikan kemampuan/kapasitas
keuangan daerah. RPJMD Kabupaten Dharmasraya tahun 2016-2021 adalah
dokumen perencanaan daerah Kabupaten Dharmasraya untuk periode 5 (lima)
tahun, merupakan penjabaran Visi, Misi, dan Program Bupati/ Wakil Bupati, yang
penyusunannya berpedoman pada RPJPD Kabupaten Dharmasraya tahun 2005-
2025 dan RTRW Kabupaten Dharmasraya tahun 2011-2031, serta memperhatikan
RPJM Nasional, dan RPJM Provinsi Sumatera Barat (Pemerintah Daerah
Kabupaten Dharmasraya 2016)
Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Rumusan misi disusun untuk memberikan
kerangka bagi tujuan dan sasaran serta arah kebijakan yang ingin dicapai dan
menentukan jalan yang akan ditempuh untuk mencapai visi. Rumusan misi RPJMD
Kabupaten Dharmasraya 2016-2021 yaitu: 1) meningkatkan kualitas sumberdaya
manusia melalui peningkatan kesehatan, kecakapan, keahlian, sikap dan moralitas
sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, inovasi dan keharmonisan
masyarakat, 2) meningkatkan kualitas infrastruktur daerah sebagai pelayanan dasar
daerah secara merata dan sumber kemajuan ekonomi, 3) mengelola kekayaan
sumber daya alam pertanian, pertambangan, peternakan, perikanan dan pariwisata
secara optimal dan bernilai tambah besar mensejahterakan masyarakat, 4)
memelihara kualitas lingkungan Kabupaten Dharmasraya untuk mendukung
pembangunan yang berkelanjutan, 5) mewujudkan tata kelola pemerintahan yang
andal dan maju sehingga mampu membangun berbagai potensi daerah, 6)
memberdayakan nagari dan kelompok masyarakat sebagai pelaku pembangunan
dalam bidang sosial dan ekonomi, 7) menegakkan kehidupan beragama, beradat
dan berbudaya sebagai norma sosial dan semangat membangun. Dari ketujuh misi
tersebut terdapat dua misi yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu misi ketiga
mengelola kekayaan sumber daya alam pertanian, pertambangan, peternakan,
perikanan dan pariwisata secara optimal dan bernilai tambah besar mensejahterakan
masyarakat dan misi keempat memelihara kualitas lingkungan Kabupaten
Dharmasraya untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan. Strategi, Arah
dan Kebijakan Kabupaten Dharmasraya tahun 2016-2021 berdasarkan misi ketiga
disajikan pada Tabel 20 dan berdasarkan misi keempat disajikan pada Tabel 21.

Tabel 20 Strategi, arah dan kebijakan Kabupaten Dharmasraya tahun 2016-2021


berdasarkan misi ketiga.
Misi 3: Mengelola kekayaan sumber daya alam pertanian, pertambangan, peternakan,
perikanan dan pariwisata secara optimal dan bernilai tambah besar
mensejahterakan masyarakat
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
1. Mewujudkan 1. Meningkatkan Intensifikasi dan 1. Meningkatkan
ketahana ketersediaan ekstensifikasi sawah dan produksi padi sawah
pangan pangan, produk pangan lainnya di dan produk pangan
keamanan lainnya
31

Tabel 20 (Lanjutan)
Tujuan hhhhh
Sasaran Hhhhh Strategi Arah Kebijakan
pangan, kabupaten; peningkatan 2. Menambah luas lahan
keterjangkauan kapasitas SDM sawah D.I. Batanghari
pangan, dan kelompok
pemanfaatan 3. Meningkatkan
pengairan D.I
kabupaten yang
tersebar pada
kecamatan di
Kabupaten
Dharmasraya
2. Meningkatkan Memberi bantuan 1. Bantuan ternak
produksi dan stimulasi bibit kepada seperti sapi dan
produstifitas kelompok masyarakat; kambing untuk
ternak membuat lembaga kelompok masyarakat
pembibitan ternak; 2. Pengembangan sentra
pengembangan sentra peternakan rakyat/
atau kampung ternak; kampung ternak
memberi bantuan 3. Pengembangan
ternak, pakan sarana dan integrasi sawit-sapi
prasarananya; potong
peningkatan kapasitas 4. Bantuan ternak,
SDM kelompok. pakan, sarana dan
prasarana bagi
kelompok peternakan
5. Peningkatan sarana
dan prasarana
pendukung
peternakan
3. Meningkatkan 1. Memberi bantuan Meningkatkan produksi
produksi stimulus benih, perikanan
perikanan pakan, obat-obatan
dan mengembangkan
lebih lanjut kawasan
minapolitan
2. Meningkatkan fungsi Mengembangkan dan
penyuluh perikanan; membangun prasarana
peningkatan sarana pendukung
kapasitas SDM kawasan minipolitan
kelompok.
4. Peningkatan Mengolah dan 1. Pembangunan
nilai tambah pemasaran lebih lanjut industri olahan
hasil pertanian hasil pertanian berbasis bahan baku
lokal;
2. Pembentukan dan
peningkatan peran
dan fungsi
kelembagaan petani;
3. Membangun jaringan
pemasaran hasil
pertanian
2. Peningkatan 1. Meningkatnya 1. Memberi bantuan 1. Ditingkat petani,
ekonomi diversifikasi stimulus bibit dan meragamkam jenis
petani tanaman kebun.
32
Tabel 20 (Lanjutan)
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
budidaya peningkatan balai 2. Mengembangkan
pertanian pendidikan keragaman budidaya
komoditi potensial
perkebunan seperti
salak, jeruk, kakao
dan kopi untuk
mendukung
ketahanan ekonomi
daerah.
2. Memfasilitasi Mengembangkan
peningkatan kinerja industri rakyat skala
kelompok mikro dan kecil berbasis
pengolahan hasil pengolahan sumberdaya
pertanian. pertanian (sawit, karet,
kopi dan kakao, dll).

2.Meningkatnya 1. Mengaktifkan 1. Intensifikasi padi


intensifikasi pengadaan bibit padi sawah, hortikultura,
budidaya dan saprodi di tingkat palawija
pertanian petani; pengadaan 2. Peremajaan tanaman
bibit sawit dan karet perkebunan.
bermutu.
2. Meningkatkan peran Pemberdayaan penyuluh
penyuluh pertanian pertanian
3. Meningkatnya Mempermudah Mengolah bahan hasil
nilai tambah pendirian dan kerjasama tambang di Kabupaten
hasil tambang pengolahan hasil Dharmasraya untuk
rakyat tambang rakyat memberi nilai tambah
3. Peningkatan Meningkatnya Bantuan modal usaha, Meningkatnya kualitas
produksi nilai produksi fasilitas kemitraan, dan pemasaran industri
industri industri pembinaan produksi, dengan prioritas pada
lokal pelatihan manajemen UKMK komoditi
industri, promosi, spesifik daerah dan
penyediaan wadah komoditi yang menyerap
promosi UMKM tenaga besar.
(UMKM center)
4. Peningkatan 1. Meningkatnya 1. Membuat aturan 1. Meningkatkan
kegiatan kegiatan perlindungan pasar, perlindungan pasar
perdagangan ekonomi menata pasar dan mengefisienkan
perdagangan tradisional/rakyat, rantai distribusi
rakyat di pusat pembelanjaan perdagangan,
sektor dan toko modern komoditi serta
perdagangan meningkatkan pasar
eceran dan komoditi
perdagangan
komoditi 2. Memperkuat 2. Meningkatkan peran
perekonomian rakyat koperasi
dengan koperasi
sebagai soko guru
33

Tabel 21 Strategi, arah dan kebijakan Kabupaten Dharmasraya tahun 2016-2021


berdasarkan misi keempat
Misi 4: Memelihara kualitas lingkungan Kabupaten Dharmasraya untuk
mendukung pembangunan yang berkelanjutan
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
1. Pengelolaan dan 1. Terwujudnya Mengaktifkan Fasilitas pembentukan
pemanfaatan pemanfaatan kelompok kelompok masyarakat
hutan melalui perhutanan sosial masyarakat dalam perhutanan sosial
perhutanan mengelola hutan
sosial dan membuat
pilot project
perhutanan sosial
2. Peningkatan 1. Tersedianya Melengkapi Menyusun dan
kinerja penataan pedoman rencana tata merevisi rencana tata
ruang daerah pemanfaatan dan ruang daerah dan ruang;
pengendalian meningkatkan mengkoordinasikan
ruang kabupaten fungsi BKPRD perencanaan,
pemanfaatan dan
sebagai lembaga
koordinasi pengendalian
penataan ruang. pembangunan.
2. Aparatur Penyediaan Meningkatkan
pemerintah Penyidik Pegawai kapasitas aparatur
daerah yang Negri Sipil dalam penyelenggaraan
semakin (PPNS) tata ruang penataan daerah
kompeten dalam
penyelenggaraan
penataan ruang
daerah
3. Penghijauan Berkurangnya lahan Penghijauan Menanam tanaman
lahan kritis kritis lahan kritis bernilai ekologis dan
dengan ekonomis dalam
melibatkan rangka penghijaun
masyarakat lahan kritis
4. Pelestarian Tertanganinya flora Sosialisasi, Melindungi flora dan
keanekaragaman dan fauna terancam fasilitasi kegiatan, fauna yang terancam
hayati menyusun kepunahan
peraturan dan
percontohan
penangkaran
5. Pengendalian Berkurangnya Pengendalian Mengarahkan
pencemaran dampak pencemaran perijinan; pemanfaatan dan
lingkungan pada DAS Batang mencegah pengendalian kegiatan
Hari penyimpangan sesuai dengan tata
pemanfaatan ruang
ruang.
6. Penanggulangan Peningkatan tanggap 1. Peningkatan Menyediakan sarana
bencana bencana sarana dan dan prasaran bencana
prasarana
bencana
2. Pemetaan Meningkatkan kualitas
daerah rawan dan kuantitas SDM
bencana bencana
34

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penggunaan Lahan di Kabupaten Dharmasraya

Penggunaan lahan di Kabupaten Dharmasraya tahun 2007 terdiri dari 13 jenis


penggunaan lahan. Pada tahun 2007 didominasi oleh hutan sekunder sebesar
157.169,7 ha (52,17%) dan luasan terkecil pada tanah terbuka sementara yaitu 39,7
ha (0,01%). Penggunaan lahan hutan primer umumnya terdapat pada bagian sebelah
barat Kecamatan Sembilan Koto dan sebelah selatan Kecamatan Asam Jujuhan
sedangkan penggunaan lahan sawah beririgasi umumnya terdapat di sepanjang
daerah pengairan air sungai Batanghari.
Peta penggunaan lahan Kabupaten Dharmasraya tahun 2019 diperoleh dari
hasil interpretasi dan update peta penggunaan lahan Kabupaten Dharmasraya tahun
2017 yang diperoleh dari Bappeda Kabupaten Dharmasraya melalui digitasi on
screen citra Google Earth 2019 lalu dilakukan pengecekan lapang sebanyak 83 titik.
Setelah dilakukan pengecekan lapang, diperoleh 42 titik yang sesuai dengan
interpretasi citra dan 41 titik yang tidak sesuai dengan interpretasi citra.
Hasil proses interpretasi citra dan pengecekan lapang menunjukkan terdapat
8 jenis penggunaan lahan di Kabupaten Dharmasraya tahun 2019. Penggunaan
lahan terbesar adalah perkebunan campuran dengan luas 227.093,9 ha (75,16%)
diikuti kawasan hutan sekunder lahan kering/bekas tebangan dengan luas 53.901,2
ha (17,84%), dan sawah dengan luas 9.487,2 ha (3,14%) sedangkan penggunaan
lahan terkecil pada ladang dengan luas 230,5 ha (0,08%) diikuti pertambangan
dengan luas 325,4 ha (0,11%). Luas penggunaan lahan di Kabupaten Dharmasraya
tahun 2019 disajikan pada Tabel 22 dan peta penggunaan lahan Kabupaten
Dharmasraya tahun 2019 disajikan pada Gambar 8.
Analisis penggunaan lahan yang digunakan yaitu kombinasi dari
nomenklatur yang ditetapkan oleh BSN (2010) dan BSN (2014). Kedua
nomenklatur tersebut dikombinasikan karena ada beberapa penggunaan lahan yang
tidak terdapat pada BSN (2010) namun terdapat pada BSN (2014) begitu sebaliknya.
Penjabaran 10 jenis penggunaan lahan dan keadaan aktual di lapangan adalah
sebagai berikut:
1. Hutan Primer Lahan Kering
Hutan yang tumbuh berkembang pada habitat lahan kering yang dapat berupa
hutan dataran rendah, perbukitan dan pegunungan atau hutan tropis dataran
tinggi yang masih kompak dan belum mengalami intervensi manusia atau
belum menampakkan bekas penebangan. Hutan Primer Lahan Kering di
Kabupaten Dharmasraya kondisinya masih heterogen dan alami yang salah
satunya terdapat pada Nagari Banai, Kecamatan Sembilan Koto dengan
koordinat x = 101,191567, y = -1,029452 (Gambar 6 (a))
2. Hutan Sekunder Lahan Kering /Bekas Tebangan
Hutan yang tumbuh berkembang pada habitat lahan kering yang dapat berupa
hutan dataran rendah, perbukitan dan pegunungan atau hutan tropis dataran
tinggi yang telah mengalami intervensi manusia atau telah menampakkan
bekas penebangan (kenampakan alur dan bercak bekas tebangan). Hutan
sekunder lahan kering /bekas tebangan di Kabupaten Dharmasraya kondisinya
terlihat masih heterogen namun terdapat bekas tebangan salah satunya
35

terdapat pada Nagari Koto Nan IV Dibawah, Kecamatan Sembilan Koto


dengan koordinat x = 101,331866, y = -1,000820 (Gambar 6 (b))
3. Ladang
Area yang digunakan untuk kegiatan pertanian dengan jenis tanaman selain
padi, tidak memerlukan pengairan secara ekstensif, vegetasinya bersifat
artificial dan memerlukan campur tangan manusia untuk menunjang
kelangsungan hidupnya. Ladang merupakan bentuk pertanian budidaya
pertanian lahan kering dengan komoditas yang beragam dan biasanya
dominan tanaman palawija pada satu petak lahan. Ladang di Kabupaten
Dharmasraya umumnya digunakan untuk budidaya tanaman jagung, kakao,
dan lain-lain yang salah satunya terdapat pada Nagari Padang Laweh,
Kecamatan Padang Laweh dengan koordinat x = 101,728018, y = -1,020164
(Gambar 6 (c))
4. Pertambangan
Lahan terbuka sebagai aktivitas pertambangan, dimana penutup lahan, batu
ataupun material bumi lainnya dipindahkan oleh manusia. Pertambangan di
Kabupaten Dharmasraya salah satunya yaitu tambang emas yang terletak pada
Nagari Tabing Tinggi, Kecamatan Pulau Punjung dengan titik koordinat x =
101,736454, y = -1,222948 (Gambar 6 (d))
5. Perkebunan Campuran
Perkebunan campuran adalah suatu areal lahan kering yang ditanami dengan
tanaman tahunan (pepohonan) maupun tanaman semusim. Pepohonan yang
dimaksud misalnya pohon yang menghasilkan buah, getah, dan lain-lain.
Biasanya berasosiasi dengan permukiman tidak teratur terutama permukiman
berkepadatan rendah. Perkebunan campuran di Kabupaten Dharmasraya di
dominasi oleh kebun kelapa sawit dan karet yang salah satunya terdapat pada
Nagari Tabek, Kecamatan Timpeh dengan koordinat x = 101,600424, y = -
0,907564 (Gambar 6 (e))
6. Permukiman/Lahan Terbangun
Permukiman adalah penutupan lahan buatan manusia berupa bangunan
yang dimanfaatkan untuk lingkungan tempat tinggal dan beraktivitas.
Kawasan pemukiman di Kabupaten Dharmasraya di dominasi oleh perumahan
warga sebagai tempat tinggal pribadi yang salah satunya terdapat pada Nagari
Sei Duo, Kecamatan Sitiung dengan koordinat x = 101,685474, y = -1,026225
(Gambar 6 (f))
7. Sawah
Sawah adalah suatu areal budidaya pertanian di lahan basah yang ditanami
padi. Sumber pengairannya dapat berasal dari irigasi mata air atau sungai, air
hujan dan lain-lain. Sawah di Kabupaten Dharmasraya terdiri atas lahan sawah
beririgasi teknis dan lahan sawah tadah hujan yang salah satunya terdapat pada
Nagari Sikabau, Kecamatan Pulau Punjung dengan koordinat x = 101,536149,
y = -1,041686 (Gambar 6 (g))
8. Sungai
Tubuh air yang mengalir pada cekungan memanjang, dan terbentuk secara
alami. Biasanya membentuk kerapatan alur yang relatif tinggi pada medan
yang kasar, berelevasi tinggi dan kerapatan alur yang relatif rendah, lebih lebar,
pada medan yang lebih landai dan berelevasi rendah. Sungai di Kabupaten
Dharmasraya terdiri dari banyak sungai dengan lebar, kedalaman, dan alur
36

yang panjang salah satunya terdapat pada Nagari IV Koto Pulau Punjung,
Kecamatan Pulau Punjung dengan koordinat x = 101,499089, y = -0,963888
(Gambar 6(h))

Tabel 22 Jenis dan luas penggunaan lahan tahun 2019


No Penggunaan Lahan Luas (ha) %
1 Hutan Primer Lahan Kering 3.725,5 1,23
Hutan Sekunder Lahan Kering/Bekas
2 53.901,2 17,84
Tebangan
3 Ladang 230,5 0,08
4 Perkebunan Campuran 227.093,9 75,16
5 Permukiman / Lahan Terbangun 6.250,8 2,07
6 Pertambangan 325,4 0,11
7 Sawah 9.487,2 3,14
8 Sungai 1.144,5 0,38
Jumlah 302.158,9 100,00

Gambar 8 Peta penggunaan lahan Kabupaten Dharmasraya tahun 2019


b e

Gambar 9 Jenis penggunaan lahan eksisting: (a) hutan primer lahan kering, (b) hutan sekunder lahan kering/bekas tebangan, (c) ladang, (d)
37

pertambangan, (e) perkebunan campuran, (f) permukiman/lahan terbangun, (g) sawah, (h) sungai
38

Perubahan Penggunaan Lahan Kabupaten Dharmasraya


Analisis perubahan penggunaan lahan dilakukan pada dua titik tahun yaitu
tahun 2007 dan tahun 2019. Luas perubahan penggunaan lahan di Kabupaten
Dharmasraya tahun 2007-2019 disajikan pada Tabel 23.
Tabel 23 Jenis dan luas perubahan penggunaan lahan tahun 2007-2019
2007 2019 Luas
Jenis Penggunaan Perubahan
No
Lahan Luas (ha) % Luas (ha) % (+/-ha)
1 Hutan Primer Lahan
7.253,3 2,41 3.725,5 1,23 -3.527,80
Kering
2 Hutan Sekunder Lahan
163.243,5 54,19 53.901,2 17,84 -109.342,30
Kering/Bekas Tebangan
3 Ladang 25.113,7 8,34 230,5 0,08 -24.883,20
4 Perkebunan Campuran 93.248,8 30,95 227.093,9 75,16 +133.845,10
5 Permukiman/Lahan
5.174,4 1,72 6.250,8 2,07 +1.076,40
Terbangun
6 Pertambangan 39,7 0,01 325,4 0,11 +285,7
7 Sawah 5.597,5 1,86 9.487,2 3,14 +3.889,70
8 Sungai 1.577,7 0,52 1.144,5 0,38 -433,20
Jumlah 301.248,6 100,00 302.158,9 100,00 +910,30
Keterangan: + = ada penambahan luas (ha)
- = ada pengurangan luas (ha)
Jenis penggunaan lahan yang mengalami penambahan luas terdapat pada
perkebunan campuran, sawah, permukiman/lahan terbangun, dan pertambangan
dengan penambahan luas berturut-turut yaitu 133.845,10 ha, 3.889,70 ha, 1.076,40
ha, dan 285,7 ha. Jenis penggunaan lahan yeng mengalami pengurangan luas
terdapat pada hutan sekunder lahan kering/bekas tebangan, ladang, hutan primer
lahan kering, dan sungai dengan pengurangan luas berturut-turut yaitu 109.342,30
ha, 24.883,20 ha, 3.527,80 ha, dan 433,20 ha.
Perkebunan campuran merupakan penggunaan lahan utama yang paling
dominan di Kabupaten Dharmasraya yang terdiri dari perkebunan karet dan kebun
kelapa sawit. Perkebunan campuran yang paling luas berada di Kecamatan Koto
Besar dengan luas 49.076,91 ha dan paling sedikit berada di Kecamatan Sungai
Rumbai dengan luas 4.346,16 ha. Penggunaan lahan permukiman/lahan terbangun
yang paling luas berada di Kecamatan Pulau Punjung yang merupakan ibu kota
kabupaten Dharmasraya yaitu seluas 1.144,25 ha. Di kecamatan Pulau Punjung
pada saat ini banyak lahan yang dibuka untuk kebutuhan pembangunan perumahan.
Luas lahan permukiman yang paling sedikit berada di Kecamatan Sembilan Koto
dengan luas 78,84 ha. Penambahan luasan pada perkebunan campuran dan
permukiman/lahan terbangun berbanding terbalik dengan penggunaan lahan hutan
yang mengalami penurunan luasan baik hutan sekunder lahan kering/bekas
tebangan maupun hutan primer lahan kering. Hutan sekunder lahan kering/bekas
tebangan mengalami penurunan luasan sebesar 109.342,30 ha dan hutan primer
lahan kering mengalami penurunan luasan sebesar 3.527,80 ha. Hal ini sejalan
dengan pendapat Rustiadi dan Panuju (1999) yang menyatakan bahwa seiring
meningkatnya jumlah penduduk mengakibatkan kebutuhan untuk bermukim dan
melakukan kegiatan menjadi lebih tinggi.
39 39

Luas wilayah Kabupaten Dharmasraya tahun 2007 hingga 2019 mengalami


peningkatan sebesar 910,30 ha, hal ini disebabkan karena adanya pergeseran garis
batas dengan keluarnya Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 44
tahun 2013 tentang batas daerah Provinsi Riau dengan Provinsi Sumatera Barat.
Namun saat ini luas Kabupaten Dharmasraya masih mengacu pada Dokumen Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Dharmasraya tahun 2011-2031 yaitu seluas 302.599 ha.
Terdapat 56 kombinasi perubahan penggunaan lahan dari tahun 2007 hingga
2019 di Kabupaten Dharmasraya. Dari 10 perubahan penggunaan lahan terbesar
terdapat 5 jenis penggunaan lahan yang berubah menjadi perkebunan campuran
yaitu jenis penggunaan lahan hutan sekunder, semak belukar, hutan tanaman
industri, ladang, dan sawah beririgasi. Perubahan penggunaan lahan yang terbesar
terjadi pada penggunaan lahan hutan sekunder menjadi perkebunan campuran
sebesar 114.950,23 ha. Faktor utama terjadinya perubahan penggunaan lahan
tersebut yaitu tingginya kebutuhan akan perluasan area perkebunan. Faktor lainnya
seperti masih luasnya ketersediaan lahan di wilayah hutan, mudahnya akses dan
topografi hutan sebelumnya yang cukup landai sehingga banyaknya masyarakat
membuka perkebunan di dalam hutan. Peta perubahan penggunaan lahan disajikan
pada Gambar 10 dan diagram 10 perubahan penggunaan lahan terbesar pada
Gambar 11.

Keterangan: Penggunaan Lahan 2007:


HP= Hutan Primer, HS= Hutan Sekunder, HTI=Hutan Tanaman Industri, K= Kampung, Par= Padang Rumput/
Sabana, PB= Perkebunan Besar, PR= Perkebunan Rakyat, P= Pemukiman, SWB= Sawah Beririgasi, SB=
Semak/Belukar, SUB= Sungai Besar, TTS= Tanah Terbuka Sementara, L= Tegalan/Ladang.
Penggunaan Lahan 2019:
HPLK= Hutan Primer Lahan Kering, HSLK= Hutan Sekunder Lahan Kering, L= Ladang, PC= Perkebunan
Campuran, P= Permukiman, PT= Pertambangan, S= Sawah, SU= Sungai.

Gambar 10 Peta perubahan penggunaan lahan Kabupaten Dharmasraya tahun


2007-2019
40

114950,23
LUAS (HA)

17162,81

9057,85

4789,25

4532,06

3525,49

2410,50

2292,05

2120,12

1894,51
HS>PC SB>PC PB>HSLK HTI>PC HP>HSLK L>PC SWB>PC HS>P PB>S SB>HSLK

Gambar 11 Diagram 10 perubahan terbesar penggunaan lahan tahun 2007-2019

Evaluasi Keselarasan Penggunaan Lahan dengan Pola Ruang RTRW

Pola ruang RTRW Kabupaten Dharmasraya diatur dalam Peraturan Daerah


Kabupaten Dharmasraya Nomor 10 Tahun 2012. Data pola ruang diperoleh dari
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Dharmasraya.
Dalam penelitian ini dilakukan analisis untuk mengetahui adanya daerah selaras,
tidak selaras dan transisi penggunaan lahan terhadap pola ruang tahun 2011-2031
di Kabupaten Dharmasraya. Menurut UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. Periode berlakunya
pola ruang suatu wilayah dalam jangka waktu 20 tahun. Struktur ruang memiliki
arti susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana
yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara
hirarki memiliki hubungan fungsional. Pola ruang RTRW Kabupaten Dharmasraya
periode 2011-2031 selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6.
Analisis keselarasan penggunaan lahan terhadap pola ruang RTRW
Kabupaten Dharmasraya dilakukan dengan melakukan overlay peta penggunaan
lahan tahun 2019 dengan peta pola ruang RTRW Kabupaten Dharmasraya tahun
2011-2031. Kelompok penggunaan lahan yang selaras, transisi, dan tidak selaras
dengan pola ruang Kabupaten Dharmasraya didasarkan pada matriks keselarasan
jenis penggunaan lahan dengan pola ruang merupakan modifikasi matriks logik
Mustamei (2018). Matriks logika tersebut terdiri dari tabulasi silang pola ruang di
Kabupaten Dharmasraya periode 2011-2031 dan penggunaan lahan di Kabupaten
Dharmasraya tahun 2019. Terdapat 8 jenis penggunaan lahan eksisting tahun 2019
dengan 18 jenis pola ruang RTRW. Indikasi selaras, transisi dan tidak selaras
dilakukan dengan melihat penyimpangan yang terjadi di lapangan terhadap wilayah
yang telah dialokasikan dan diatur dalam pola ruang RTRW Kabupaten
Dharmasraya. Hasil analisis keselarasan penggunaan lahan dengan pola ruang
RTRW disajikan pada Gambar 12 dan peta ketidakselarasan penggunaan lahan
dengan pola ruang disajikan pada Gambar 13.
41

9%
20%
71%

Gambar 12 Peta keselarasan penggunaan lahan dengan pola ruang RTRW

Keterangan: Pola Ruang RTRW: HL= Hutan Lindung, HP= Hutan Produksi, HPT= Hutan Produksi Terbatas, HPK= Hutan
Produksi Konversi, SA= Kawasan Suaka Alam/Kawasan Pelestarian Alam, P1= Pemukiman, CB= Cagar
Budaya, P2= Persawahan, PTK= Pertanian Tanah Kering, PH= Pertanian Hortikultura, KP= Kawasan
Perkebunan, EK= Embung dan Kolam, SS= Sempadan Sungai, PT= Pertambangan
Penggunaan Lahan (PL): P= Permukiman, S= Sawah, L= Ladang, PC= Perkebunan Campuran, SU= Sungai,
PT= Pertambangan.

Gambar 13 Peta ketidakselarasan penggunaan lahan dengan pola ruang


42

Apabila penggunaan lahan eksisting tahun 2019 sesuai dengan pola


ruangnya maka lahan tersebut disebut selaras, misalnya pada pola ruang
diperuntukkan sebagai permukiman dan penggunaan lahan eksistingnya juga
permukiman. Penggunaan lahan eksisting tahun 2019 yang tidak sesuai dengan pola
ruangnya disebut tidak selaras, contohnya pada pola ruang diperuntukkan sebagai
permukiman tetapi penggunaan lahan eksistingnya adalah hutan primer lahan
kering. Penggunaan lahan eksisting yang belum sesuai dengan pola ruang tetapi
masih memungkinkan untuk disesuaikan dengan pola ruang disebut transisi,
contohnya pada pola ruang diperuntukkan sebagai persawahan tetapi penggunaan
lahan eksistingnya adalah lahan terbuka. Luasan keselarasan penggunaan lahan
dengan pola ruang Kabupaten Dharmasraya disajikan pada Tabel 24. Matriks
keselarasan jenis penggunaan lahan dengan pola ruang disajikan pada Lampiran 7.

Tabel 24 Luas dan persentase keselarasan penggunaan lahan dengan pola ruang
RTRW Kabupaten Dharmasraya
Penggunaan Lahan Luas (ha) %
Selaras 213.687,9 71,0
Tidak Selaras 61.011,6 20,3
Transisi 26.342,2 8,8
Jumlah 301.041,7 100,0

Berdasarkan Tabel 24 dan analisis keselarasan penggunaan lahan dengan


pola ruang RTRW Kabupaten Dharmasraya menunjukan bahwa penggunaan lahan
yang selaras seluas 213.687,9 ha (71,0%), penggunaan lahan yang tidak selaras
seluas 61.011,6 ha (20,3%), dan penggunaan lahan yang transisi seluas 26.342,2 ha
(8,8%) dari luas wilayah. Hasil analisis keselarasan Kabupaten Dharmasraya
proporsi keselarasannya lebih luas dibandingkan yang tidak selaras. Hal tersebut
perlu diperhatikan karena rentan mengalami konversi lahan yang tidak sesuai
peruntukannya. Penggunaan lahan yang sesuai dengan peruntukannya dapat
menjaga kelestarian lingkungan dan mencegah terjadinya penurunan kualitas
lingkungan, sedangkan penggunaan lahan yang tidak sesuai dapat menjadi
malapetaka bagi kehidupan manusia (Trimarmanti 2014).
Ketidakselarasan penggunaan lahan tidak lepas dari faktor perilaku serta
latar belakang masyarakat yang menempatinya (Khaerani 2017). Latar belakang
dengan pendidikan yang rendah tersebut membuat orang-orang cenderung untuk
mengabaikan bahkan melanggar aturan yang telah ditetapkan, sedangkan bagi
masyarakat yang berpendidikan lebih tinggi mengetahui resiko yang ada apabila
terjadi penyimpangan penggunaan lahan terhadap RTRW. Dengan kata lain,
seseorang yang memiliki pendidikan tinggi memiliki pengetahuan untuk tidak
menggunakan lahan yang tidak sah. Sastraprateja dalam Restina (2009)
mengemukakan bahwa pengetahuan menghasilkan nilai untuk menentukan atau
memilih.
Pengetahuan masyarakat yang rendah mengenai rencana tata ruang dapat
menyebabkan masyarakat tersebut tidak menyadari bahwa telah menempati tempat
yang salah atau tidak sesuai. Oleh karena itu, pentingnya sosialisasi dari pemerintah
kepada masyarakat mengenai RTRW sehingga masyarakat tahu rencana apa yang
akan dibangun di lokasi tempat tinggalnya, sesuai pernyataan Rustiadi et al. (2011)
43

yaitu penataan ruang harus disesuaikan dengan kapasitas pemerintah dan


masyarakat untuk mengimplementasikan perencanaan yang telah disusun.
Berdasarkan hasil analisis, penggunaan lahan yang selaras dengan pola
ruang disarankan penggunaan lahannya dilanjutkan kedepannya, sedangkan
penggunaan lahan yang tidak selaras dan bersifat permanen sebaiknya
diakomodasikan kedepannya dalam revisi penyempurnaan RTRW Kabupaten
Dharmasraya. Penggunaan lahan yang tidak selaras dengan pola ruang disarankan
pengembangan lebih lanjut untuk dihentikan. Penggunaan lahan yang bersifat
transisi adalah penggunaan lahan yang belum permanen dan masih bisa kembali
dan selaras dengan pola ruang RTRW. Oleh karena itu, pembangunan pada
kawasan dengan penggunaan lahan transisi dengan pola ruang disarankan untuk
dialokasikan tetap sesuai dengan pola ruang RTRW Kabupaten Dharmasraya atau
penggunaan lahan kedepan disarankan supaya mengikuti arahan penyempurnaan
pola ruang RTRW.

Arahan Penyempurnaan Pola Ruang RTRW

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten memuat tujuan,


kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten (penataan kabupaten)
meliputi rencana struktur ruang, rencana pola ruang wilayah kabupaten, penetapan
kawasan strategis kabupaten, arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten
dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten. Dalam
penelitian ini disusun arahan penyempurnaan pola ruang dengan menyusun
decision rules/aturan dalam menyusun arah penyempurnaan pola ruang
berdasarkan pertimbangan jenis-jenis ketidakselarasan penggunaan lahan dengan
arahan pola ruang RTRW wilayah tersebut. Adapun arahan penyempurnaan pola
ruang berdasarkan decision rules/aturan dalam menyusun arah penyempurnaan
pola ruang tertera pada Tabel 8 terdahulu.
Tabel 8 menunjukkkan banyaknya kawasan hutan di Kabupaten
Dharmasraya mengalami perubahan penggunaan lahan eksisting. Perubahan HL,
HP, HPK, dan HPT menjadi sawah, arahan penyempurnaan pola ruangnya adalah
tetap seperti sebelumnya yaitu kawasan hutan. Berdasarkan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.81/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10
/2016 tentang Kerjasama Penggunaan dan Pemanfaatan Kawasan Hutan untuk
Mendukung Ketahanan Pangan, diatur bahwa penyelenggaraan usaha
pengembangan tanaman pangan dan ternak yang dilakukan di kawasan hutan
dilaksanakan untuk mendukung ketahanan pangan dan menjamin pencapaian
produksi pangan nasional, dengan menerapkan prinsip tata kelola hutan yang baik
tanpa merubah status dan fungsi kawasan hutan. Luas kawasan HL, HP, HPK, dan
HPT yang berubah menjadi sawah yaitu berturut-berturut seluas 24,01 ha, 70,48 ha,
0,63 ha, dan 132,61 ha. Kawasan sawah tersebut pada umumnya merupakan
kawasan yang diusahakan oleh masyarakat setempat.
Interaksi masyarakat dengan hutan tentu tidak mungkin dapat dipisahkan.
Oleh karena itu, pendekatan yang dilakukan dalam pengelolaan hutan harus
memperhatikan keberlanjutan ekosistem hutan dan peduli dengan masyarakat di
sekitar hutan tersebut. Salah satu program yang diterapkan oleh Perhutani adalah
sistem agroforestry. Sistem agroforestry adalah sistem penggarapan tanah atau
penggunaan lahan di mana kegiatan kehutanan, pertanian, dan peternakan
44

dikombinasikan secara bersama-sama yang dilakukan dalam waktu bersamaan atau


bergiliran pada suatu periode tertentu sehingga terbentuk interaksi ekologi, sosial,
dan ekonomi di dalamnya. Agroforestry memiliki beberapa ciri khas dibandingkan
sistem penggunaan lahan lainnya, yaitu: 1) adanya interaksi kuat antara komponen
pepohonan dan bukan pepohonan, 2) integrasi dua atau lebih jenis tanaman (salah
satunya tanaman berkayu), 3) memberikan dua atau lebih hasil dari penggunaan
sistem agroforestry, 4) siklusnya lebih dari satu tahun, 5) dapat digunakan pada
lahan berlereng curam, berbatu, berawa, ataupun tanah marginal di mana sistem
penggunaan lahan lain kurang cocok (Hairiah dalam Rendra et al. 2016).
Pengelolaan hutan dengan masyarakat juga dapat dilakukan dengan sistem
perhutanan sosial yang saat ini sedang diterapkan oleh Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan. Berdasarkan Permen LHK Nomor P.83 tahun 2016
perhutanan sosial adalah sistem pengelolaan hutan lestari yang dilaksanakan dalam
kawasan hutan negara atau hutan hak/hutan adat yang dilaksanakan oleh
masyarakat setempat atau masyarakat hukum adat sebagai pelaku utama untuk
meningkatkan kesejahteraannya, keseimbangan lingkungan dan dinamika sosial
budaya dalam bentuk hutan desa, hutan kemasyarakatan, hutan tanaman rakyat,
hutan rakyat, hutan adat dan kemitraan kehutanan. Tujuan dari program ini adalah
memberikan pedoman pemberian hak pengelolaan, perizinan, kemitraan dan Hutan
Adat di bidang perhutanan sosial. Program ini juga bertujuan untuk menyelesaikan
permasalahan tenurial dan keadilan bagi masyarakat setempat dan masyarakat
hukum adat yang berada di dalam atau sekitar kawasan hutan dalam rangka
kesejahteraan masyarakat dan pelestarian fungsi hutan.
Penggunaan lahan terbangun seperti permukiman yang berada pada
kawasan hutan (HL, HP, HPK, HPT), kawasan perkebunan maupun pertanian tanah
kering arahan penyempurnaan pola ruangnya adalah tetap menjadi kawasan
permukiman namun pada lahan terbangun tersebut tidak boleh dilakukan
penambahan atau perluasan kavling maupun bangunan. Hal ini sesuai dengan
Peraturan Presiden Nomor 88 Tahun 2017 tentang Penyelesaian Penguasaan Tanah
dalam Kawasan Hutan. Salah satu pola penyelesaian untuk bidang tanah yang telah
dikuasai dan dimanfaatkan yang ditunjuk sebagai kawasan hutan, dalam Perpres ini
dilakukan dengan mengeluarkan bidang tanah tersebut dari kawasan hutan melalui
perubahan batas kawasan hutan.
Pada umumnya penggunaan lahan terbangun yang berada di penggunaan
lahan perkebunan campuran dinyatakan selaras. Berdasarkan hasil pengecekan
lapang, lahan terbangun tersebut dominan merupakan bangunan pabrik dan
perumahan staf pabrik tersebut yang dapat dikatakan bagian dari kawasan
perkebunan. Namun juga terdapat beberapa permukiman penduduk biasa di
kawasan perkebunan campuran, dengan arahan pernyempurnaan pola ruang nya
tetap menjadi kawasan permukiman. Penggunaan lahan yang bersifat permanen,
seperti lahan terbangun yang masuk pada kawasan tersebut tentu sulit untuk
dianggap sebagai pelanggaran dalam pemanfaatan lahan kemudian digusur, karena
akan menimbulkan konflik di masyarakat. Kebijakan dalam menyusun pola ruang
akan lebih baik memperhatikan penggunaan lahan di lapangan, karena mungkin
saja penggunaan lahan sudah ada sebelum peraturan dibuat. Mempertimbangkan
penggunaan lahan di lapangan berarti perencanaan memperhatikan faktor sosial dan
psikis masyarakat dalam penyusunan rencana tata ruang (Zulkaidi dan Natalivan
2005).
45

Penggunaan lahan sempadan sungai tidak dapat dipisahkan dengan badan


sungainya (alur sungai) karena secara hidrologis dan ekologis merupakan satu
kesatuan. Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kanan kiri sungai, yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.
Kawasan sempadan sungai yang penggunaan lahan eksistingnya adalah lahan
terbangun dan sawah, arahan pola ruangnya akan tetap menjadi kawasan sempadan
sungai. Oleh karena itu, diharapkan pemerintah daerah dapat menyediakan alokasi
lahan pengganti bagi masyarakat yang telah menetap di kawasan ini. Pemanfaatan
ruang pada sempadan sungai dapat digunakan untuk Ruang Terbuka Hijau. Selain
itu sempadan sungai juga dapat berfungsi sebagai taman rekreasi dengan tetap
mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Arahan penyempurnaan pola ruang
RTRW Kabupaten Dharmasraya disajikan pada Gambar 14.

Keterangan: CB= Cagar Budaya, EK= Embung dan Kolam, HL= Hutan Lindung, HP= Hutan
Produksi, HPK= Hutan Proruksi Konversi, HPT= Hutan Produksi Terbatas, KP=
Kawasan Perkebunan, KPN= Kebun Plasma Nuftah, P= Pemukiman, P2= Persawahan,
PH= Pertanian Hortikultura, PPM= Pusat Pelayanan Masyarakat, PT= Pertambangan,
PTK= Pertaniaan Tanah Kering, SA= Kawasan Suaka Alam/Kawasan Pelestarian Alam,
SS= Sempadan Sungai, SU= Sungai,T= Transmigrasi.

Gambar 14 Arahan penyempurnaan pola ruang RTRW Kabupaten Dharmasraya


46

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan uraian pada bab hasil dan pembahasan dapat ditarik empat
simpulan sebagai berikut:
1. Penggunaan lahan eksisting di Kabupaten Dharmasraya terdiri dari 8 jenis
penggunaan lahan yaitu hutan primer lahan kering, hutan sekunder lahan
kering/bekas tebangan, ladang, perkebunan campuran, permukiman/lahan
terbangun, pertambangan, sawah, dan sungai. Luas penggunaan lahan eksisting
terbesar adalah perkebunan campuran dengan luas 227.093,9 ha (75,16%)
diikuti kawasan hutan sekunder lahan kering/bekas tebangan dengan luas
53.901,2 ha (17,84%), dan sawah dengan luas 9.487,2 ha (3,14%) sedangkan
penggunaan lahan eksisting terkecil adalah ladang dengan luas 230,5 ha
(0,08%) diikuti pertambangan dengan luas 325,4 ha (0,11%).
2. Terdapat 61 kombinasi perubahan penggunaan lahan dari tahun 2007 hingga
tahun 2019 di Kabupaten Dharmasraya. Perubahan penggunaan lahan terbesar
selang waktu 12 tahun adalah hutan sekunder lahan kering/bekas tebangan
menjadi perkebunan campuran seluas 114.950,23 ha.
3. Sebagian besar penggunaan lahan eksisting sudah selaras dengan rencana pola
ruang RTRW, namun masih terdapat penggunaan lahan yang transisi bahkan
tidak selaras dengan pola ruangnya sehingga masih perlu dipertimbangkan
dalam penyusunan penyempurnaan pola ruang. Total luas penggunaan lahan
eksisting yang selaras dengan pola ruang di Kabupaten Dharmasraya seluas
213.687,9 ha (71,0%), total luas penggunaan lahan eksisting yang tidak selaras
dengan pola ruang di Kabupaten Dharmasraya seluas 61.011,6 ha (20,3%), dan
total luas penggunaan lahan eksisting yang berada pada keadaan transisi
dengan pola ruang di Kabupaten Dharmasraya seluas 26.342,2 ha (8,8%).
4. Arahan penyempurnaan pola ruang RTRW Kabupaten Dharmasraya pada
lokasi yang berada pada keadaan transisi dan tidak selaras adalah: 1) apabila
penggunaan lahan eksistingnya perkebunan campuran dan sawah di kawasan
hutan (HL, HP, HPK, HPT), pola ruangnya akan tetap menjadi kawasan hutan;
2) apabila penggunaan lahan eksistingnya lahan terbangun di kawasan hutan,
perkebunan, sawah, pertambangan dan pertanian tanah kering, arahan pola
ruangnya menjadi kawasan permukiman; 3) apabila penggunaan eksistingnya
sungai di kawasan industri, cagar budaya, perkebunan, permukiman, arahan
pola ruangnya menjadi sungai; 4) apabila penggunaan lahan eksistingnya lahan
terbangun, perkebunan, ladang dan sawah di kawasan sempadan sungai, pola
ruangnya tetap sempadan sungai.

Saran

1. Penggunaan lahan yang selaras dengan pola ruang RTRW disarankan


penggunaannya dapat dipertahankan. Penggunaan lahan yang bersifat transisi
disarankan agar penggunaanya di arahkan sesuai dengan pola ruang.
Penggunaan lahan yang tidak selaras dengan pola ruang RTRW harus
dihentikan perluasannya.
47

2. Perlunya peningkatan pengawasan dan pengendalian dalam pemanfaatan ruang


dari pemerintah agar penyimpangan penggunaan lahan terhadap rencana tata
ruang dapat di kendalikan.
3. Arahan penyempurnaan pola ruang RTRW Kabupaten Dharmasraya dari hasil
penelitian ini disarankan untuk dipertimbangkan sebagai arahan
penyempurnaan pola ruang yang sedang berlangsung saat ini.

DAFTAR PUSTAKA

As-syakur AR. 2011. Perubahan penggunaan lahan di Provinsi Bali. Jurnal


Ecotrophic. 6(1): 1-7 Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH)
Universitas Udayana.
As-syakur AR, Suama IW, Adnyana IWS, Rusna IW, Laksmiwati IAA, Diara IW.
2010. Studi perubahan penggunaan lahan di DAS Bandung (ID). Jurnal
Bumi Lestari. 10(2): 200-207.
Aziz IA, Yantu MR, Lamusa A. 2015. Peran sektor pertanian dalam perekonomian
Kabupaten Morowali. Jurnal Agrotekbis. 3 (2): 212 – 221.
Azwar SM. 2017. Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kabupaten Lampung
Selatan [Skripsi]. Bandar Lampung (ID): Universitas Lampung.
Barredo J, Kasanko M, McCormick N, Lavalle C.2003. Modelling dynamic
spatial processes: simulation of urban future scenarios through cellular
automata. Lanscape and Urban Planning. 64: 145-160.
Basri H, Syakur, Marta A. 2013. Penyimpangan penggunaan lahan berdasarkan
rencana tata ruang wilayah Kabupaten Aceh Barat. Rona Teknik
Pertanian. 6(1): 383-397.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2018. Kabupaten Dharmasraya Dalam Angka.
Dharmasraya (ID): Badan Pusat Statistik Kabupaten Dharmasraya.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2010. Standar Nasional Indonesia (SNI)
7645:2010 Klasifikasi Penutup Lahan. Jakarta (ID): Badan Standarisasi
Nasional.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2014. Standar Nasional Indonesia (SNI)
7645-1:2014 Klasifikasi Penutup Lahan. Jakarta (ID): Badan Standarisasi
Nasional.
Budiyanto G. 2014. Manajemen Sumber Daya Lahan. Yogyakarta (ID): LP3M
UMY.
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Dharmasraya. 2016. Dokumen Informasi
Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (DIKPLHD) Kabupaten
Dharmasraya Tahun 2016. Dharmasraya (ID): Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Dharmasraya.
Fahmi F, Sitorus SRP, Fauzi A. 2016. Evaluasi pemanfaatan penggunaan lahan
berbasis rencana pola ruang Kota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Jurnal Tata Loka. 18 (1): 27-39.
Gandasasmita K. 2001. Analisis Penggunaan Lahan Sawah dan Tegalan di Daerah
Aliran Sungai Cimanuk Hulu Jawa Barat. [Disertasi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Hardjowigeno S, Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan
Tata Guna Lahan. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.
48

Harianto, Tukidi. 2007. Konsep pengembangan wilayah dan penataan ruang


Indonesia di era otonomi daerah. Jurnal Geografi. 4 (1): 1 -10.
Hartoko SI. 2018. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan Arahan
Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pelalawan,
Provinsi Riau. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Irawan B. 2005. Konversi lahan sawah. Jurnal Potensi Dampak, Pola
Pemanfaatan, dan Faktor Determinan. Bogor (ID): Pusat Analisis Sosial
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. 23 (1): 1-12.
[Kemen.PU] Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia. 2007. Undang
Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang. Jakarta (ID): Kementerian Pekerjaan Umum.
Khaerani R. 2017. Analisis Penggunaan Lahan dan Arahan Penyempurnaan
Rencana Tata Ruang wilayah Kabupaten Sumedang [Tesis]. Bogor (ID):
Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Kurnianti DN. 2015. Proyeksi Penggunaan Lahan untuk Konsistensi Tata Ruang di
Kawasan Jabodetabek [Tesis]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.
Kusumaningrat MD, Subiyanto S, Yuwono BD. 2017. Analisis perubahan
penggunaan dan pemanfaatan lahan terhadap rencana tata ruang
wilayah tahun 2009 dan 2017. Jurnal Geodesi Undip. 6 (4): 443- 452.
Lillesand MT, Kiefer RW, Chipman JW. 2004. Remote Sensing and Image
Interpretation. Las Vegas [USA]: John Wiley & Sons.
Muiz A. 2009. Analisis perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Sukabumi.
[Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Mustamei E. 2018. Keselarasan Penggunaan Lahan dengan Pola Ruang dan
Arahan Pengembangan Ruang Terbuka Hijau di Kabupaten Bengkulu
Selatan. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Nasuta AV. 2018. Analisis Keselarasan Penggunaan Lahan dan Arahan
Peningkatan Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kabupaten Bogor.
[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Otsukei JR, Blaschke. 2010. Land cover change assessment using decision trees,
support vector machines and maximum likelihood classification algorithms.
International Journal of Applied Earth Observation and Geoinformation 12
(1): 27 – 31
Pemerintah Daerah Kabupaten Dharmasraya. 2016. Peraturan Daerah Kabupaten
Dharmasraya tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Tahun 2016 – 2021. Dharmasraya (ID): Pemerintah Daerah Kabupaten
Dharmasraya.
Pemerintah Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Jakarta (ID): Sekretariat
Negara.
Pemerintah Republik Indonesia. 1960. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria. Jakarta (ID).
Pemerintah Republik Indonesia.
Pertiwi SI. 2017. Analisis Status Kepemilikan, Perubahan Penggunaan Lahan,
dan Kesesuaian Penggunaan Lahan Terhadap Pola Ruang Di Cibinong
Ibukota Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
49

Prayitno S. 2016. Sinkronisasi Tata Ruang Wilayah dengan Program


Pembangunan Kota Bogor. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rendra PR, Sulaksana N, Alam BY. 2016. Optimalisasi pemanfaatan sistem
agroforestri sebagai bentuk adaptasi dan mitigasi tanah longsor.
Bulletin of Scientific Contribution. 14(2): 117-126.
Restina N. 2009. Evaluasi Penggunaan Lahan Eksisting dan Arahan Penyusunan
Rencana Tata Ruang Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat. [Tesis].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rosnila. 2004. Perubahan Penggunaan Lahan dan Pengaruhnya Terhadap
Keberadaan Situ (Studi Kasus Kota Depok). [Tesis]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Rustiadi E. 2007. Penataan Ruang sebagai Pengelolaan Kepentingan dan
Sumberdaya Bersama. Dialog Publik Tata Ruang Nasional: Antara
Kepentingan Publik dan Ekonomi, Jakarta 6 Maret 2007.
Rustiadi E, Saefulhakim S, Panuju DR. 2011. Perencanaan dan Pengembangan
Wilayah. Jakarta (ID): Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Rustiadi R, Panuju DR. Suburbanisasi Kota Jakarta. Makalah. Disampaikan pada
Seminar Nasional Tahunan VII Persada, 6 Desember 1999.
Sastrowihardjo M, Napitupulu H. 2001. Kebijakan Pertanahan dan Pembangunan.
Jakarta (ID): Pusdiklat BPN.
Sejati AP. 2018. Analisis Keselarasan Pemanfaatan Ruang dengan Rencana Pola
Ruang dan Pengendaliannya di Kota Jakarta Timur [Tesis]. Bogor (ID):
Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Setiawati AR, Sitorus SRP, Widiatmaka. 2016. Perencanaan penggunaan lahan
komoditas unggulan perkebunan di Kabupaten Tanah Datar. Jurnal Tata
Loka. 18 (3): 131-140.
Sitorus SRP. 2004. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Bandung (ID): Penerbit Tarsito.
Sitorus SRP. 2017. Perencanaan Penggunaan Lahan. Bogor (ID): IPB Press.
Suryani L, Sitorus SRP, Munibah K. 2015. Analisis komoditas perkebunan
unggulan dan arahan pengembangannya di Kabupaten Bungo, Provinsi
Jambi. Jurnal Littri. 21(4): 175-188.
Trimarmanti TKE. 2014. Evaluasi perubahan penggunaan lahan kecamatan di
daerah aliran sungai cisadane kabupaten bogor. Jurnal Pembangunan
Wilayah dan Kota. 10(1): 43-58.
Utomo M, Rifai E, Thahir A. 1992. Pembangunan dan Pengendalian Alih Fungsi
Lahan. Lampung (ID): Universitas Lampung.
Wahyuni E. 2008. Analisis model perkembangan wilayah dan konsistensi
perencanaan inter-regional context dalam tata ruang Kota Bandar
Lampung. Jurnal Sains dan InovasiI. 5(2):165-175.
Yudarwati R, Sitorus SRP, Munibah K. 2016. Arahan pengendalian perubahan
penggunaan lahan menggunakan Markov–Cellular Automata di
Kabupaten Cianjur. Jurnal Tata Loka. 18(4):211-221.
Zulkaidi D, Natalivan P. 2005. Zoning regulation dan building code dalam
pembangunan kembali pasca gempa dan tsunami di Provinsi Nangroe
Aceh Darussalam. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. 16(1): 1-20.
50

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil pengecekan lapang penggunaan/tutupan lahan di Kabupaten


Dharmasraya tahun 2019
Titik Koordinat Penggunaan Lahan Eksisting
Hasil
Interpretasi PL Hasil
No Kecamatan Keterangan
X Y 2017 dan Pengecekan
Google earth Lapang
2019
Semak Perkebunan
1 Asam Jujuhan 101,641607 -1,481982 Tidak sesuai
belukar campuran
Hutan primer Hutan primer
2 Asam Jujuhan 101,641598 -1,483891 Sesuai
lahan kering lahan kering
Hutan primer Hutan primer
3 Asam Jujuhan 101,641521 -1,484531 Sesuai
lahan kering lahan kering
Perkebunan
4 Asam Jujuhan 101,697019 -1,378637 Danau Tidak sesuai
campuran
Perkebunan
5 Asam Jujuhan 101,695607 -1,378206 Danau Tidak sesuai
campuran
Hutan primer Hutan primer
6 Ix Koto 101,191567 -1,029452 Sesuai
lahan kering lahan kering
Hutan
Perkebunan
7 Ix Koto 101,409492 -0,999976 Tanaman Tidak sesuai
campuran
Industri
Hutan Hutan
8 Ix Koto 101,331866 -1,000820 sekunder sekunder Sesuai
lahan kering lahan kering
Hutan
Perkebunan
9 Ix Koto 101,363648 -0,997067 Tanaman Tidak sesuai
campuran
Industri
Lahan Perkebunan
10 Ix Koto 101,372296 -0,993172 Tidak sesuai
terbuka campuran
Semak Perkebunan
11 Ix Koto 101,390026 -1,011947 Tidak sesuai
belukar campuran
Lahan Perkebunan
12 Ix Koto 101,306046 -0,992558 Tidak sesuai
terbuka campuran
13 Koto Baru 101,719805 -1,125898 Permukiman Permukiman Sesuai
14 Koto Baru 101,719307 -1,065435 Sawah Sawah Sesuai
Lahan Perkebunan
15 Koto Baru 101,616680 -1,083344 Tidak sesuai
Terbuka campuran
16 Lahan Perkebunan
Koto Baru 101,654630 -1,101173 Tidak sesuai
Terbuka campuran
17 Koto Baru 101,670920 -1,062090 Sawah Sawah Sesuai
18 Perkebunan
Koto Besar 101,624871 -1,163349 Sawah Tidak sesuai
campuran
Hutan
Perkebunan
19 Koto Besar 101,616340 -1,179012 Tanaman Tidak sesuai
campuran
Industri
20 Koto Besar 101,571437 -1,251894 Empang Pertambangan Tidak sesuai
Perkebunan Perkebunan
21 Koto Besar 101,681976 -1,200735 Sesuai
campuran campuran
Hutan
Perkebunan
22 Koto Besar 101,693195 -1,216392 Tanaman Tidak sesuai
campuran
Industri
23 Koto Salak 101,816215 -1,116061 Permukiman Permukiman Sesuai
24 Koto Salak 101,883926 -1,115379 Sungai Sungai Sesuai
25 Koto Salak 101,892052 -1,106177 Sungai Sungai Sesuai
51

Lampiran 1 (Lanjutan)
Penggunaan Lahan
Titik Koordinat
Eksisting
Hasil
No Kecamatan Interpretasi Hasil Keterangan
X Y PL 2017 dan Pengecekan
Google earth Lapang
2019
26 Koto Salak 101,856333 -1,107602 Sungai Sungai Sesuai
27 Koto Salak 101,856785 -1,116412 Sawah Sawah Sesuai
Perkebunan
28 Padang Laweh 101,707408 -1,016009 Semak belukar Tidak sesuai
campuran
29 Padang Laweh 101,744038 -0,999151 Empang Pertambangan Tidak sesuai
30 Padang Laweh 101,728018 -1,020164 Ladang Ladang Sesuai
Perkebunan
31 Padang Laweh 101,708370 -0,999601 Ladang Tidak sesuai
campuran
Perkebunan Perkebunan
32 Padang Laweh 101,711009 -0,988706 Sesuai
campuran campuran
33 Padang Laweh 101,694671 -1,004643 Sungai Sungai Sesuai
34 Padang Laweh 101,751065 -0,987165 Permukiman Permukiman Sesuai
Perkebunan
35 Padang Laweh 101,760726 -0,976473 Empang Tidak sesuai
campuran
Hutan
Perkebunan
36 Pulau Punjung 101,511846 -0,948645 Sekunder Tidak sesuai
campuran
Lahan Kering
Perkebunan
37 Pulau Punjung 101,469917 -0,874720 Semak belukar Tidak sesuai
campuran
38 Pulau Punjung 101,499089 -0,963888 Sungai Sungai Sesuai
39 Pulau Punjung 101,497480 -0,948937 Permukiman Permukiman Sesuai
40 Pulau Punjung 101,557443 -0,989712 Permukiman Permukiman Sesuai
41 Pulau Punjung 101,566759 -1,004690 Sawah Sawah Sesuai
Perkebunan Perkebunan
42 Pulau Punjung 101,546181 -1,009271 Sesuai
campuran campuran
Lahan Perkebunan
43 Pulau Punjung 101,541707 -1,003425 Tidak sesuai
Terbuka campuran
44 Pulau Punjung 101,536149 -1,041686 Sawah Sawah Sesuai
45 Pulau Punjung 101,530263 -0,966140 Sawah Sawah Sesuai
Perkebunan
46 Pulau Punjung 101,537587 -0,993142 Semak belukar Tidak sesuai
campuran
Perkebunan
47 Pulau Punjung 101,501900 -0,974478 Ladang Tidak sesuai
campuran
Perkebunan
48 Pulau Punjung 101,446451 -0,979735 Semak belukar Tidak sesuai
campuran
Hutan
Perkebunan
49 Pulau Punjung 101,449258 -1,047925 Tanaman Tidak sesuai
campuran
Industri
Perkebunan
50 Pulau Punjung 101,486665 -0,955484 Sawah Tidak sesuai
campuran
Hutan
Perkebunan
51 Pulau Punjung 101,457879 -0,957150 Sekunder Tidak sesuai
campuran
Lahan Kering
Perkebunan Perkebunan
52 Pulau Punjung 101,443058 -0,974079 Sesuai
campuran campuran
Perkebunan
53 Pulau Punjung 101,437913 -0,975187 Ladang Tidak sesuai
campuran
Lahan Lahan
54 Pulau Punjung 101,568811 -1,026703 Sesuai
Terbuka Terbuka
Perkebunan Perkebunan
55 Sitiung 101,606617 -1,031238 Sesuai
campuran campuran
52

Lampiran 1 (Lanjutan)
Titik Koordinat Penggunaan Lahan Eksisting
Hasil
Interpretasi PL Hasil
No Kecamatan Keterangan
X Y 2017 dan Pengecekan
Google earth Lapang
2019
Hutan
Hutan Sekunder
56 Sitiung 101,620219 -1,035720 Sekunder Sesuai
Lahan Kering
Lahan Kering
Perkebunan
57 Sitiung 101,614655 -1,047302 Lahan Terbuka Tidak sesuai
campuran
Perkebunan Perkebunan
58 Sitiung 101,683028 -1,033918 Sesuai
campuran campuran
59 Sitiung 101,685474 -1,026225 Permukiman Permukiman Sesuai
Perkebunan Perkebunan
60 Sitiung 101,686932 -1,023902 Sesuai
campuran campuran
61 Sitiung 101,607584 -0,979697 Ladang Ladang Sesuai
Perkebunan
62 Sitiung 101,586854 -0,963971 Rawa Tidak sesuai
campuran
Perkebunan
63 Sitiung 101,594833 -0,965480 Rawa Tidak sesuai
campuran
Perkebunan
64 Sitiung 101,584868 -0,963633 Rawa Tidak sesuai
campuran
65 Sitiung 101,580977 -0,964250 Sawah Sawah Sesuai
Perkebunan
66 Sitiung 101,556937 -0,955070 Ladang Tidak sesuai
campuran
67 Sitiung 101,630971 -0,992235 Permukiman Permukiman Sesuai
68 Sitiung 101,614548 -0,985059 Sawah Sawah Sesuai
Sungai Lahan
69 101,736454 -1,222948 Lahan Terbuka Sesuai
Rumbai Terbuka
Perkebunan
70 Timpeh 101,675173 -0,971188 Ladang Tidak sesuai
campuran
Perkebunan Perkebunan
71 Timpeh 101,672625 -0,969376 Sesuai
campuran campuran
Hutan Sekunder Perkebunan
72 Timpeh 101,641984 -0,978201 Tidak sesuai
Lahan Kering campuran
Perkebunan
73 Timpeh 101,610519 -0,972765 Semak belukar Tidak sesuai
campuran
Perkebunan
74 Timpeh 101,689227 -0,951840 Lahan Terbuka Tidak sesuai
campuran
Perkebunan
75 Timpeh 101,627979 -0,922767 Ladang Tidak sesuai
campuran
76 Timpeh 101,612348 -0,907254 Permukiman Permukiman Sesuai
Perkebunan Perkebunan
77 Timpeh 101,600424 -0,907564 Sesuai
campuran campuran
Perkebunan
78 Timpeh 101,535331 -0,839623 Lahan Terbuka Tidak sesuai
campuran
79 Timpeh 101,511602 -0,826838 Permukiman Permukiman Sesuai
Perkebunan
80 Timpeh 101,570478 -0,880865 Ladang Tidak sesuai
campuran
Perkebunan Perkebunan
81 Tiumang 101,782001 -1,094249 Sesuai
campuran campuran
Perkebunan
82 Tiumang 101,795030 -1,086262 Ladang Tidak sesuai
campuran
83 Tiumang 101,792930 -1,083853 Permukiman Permukiman Sesuai
36

Lampiran 2 Peta topografi Kabupaten Dharmasraya


53

Sumber: Bappeda Kabupaten Dharmasraya (2018)


37

Lampiran 3 Peta jenis tanah Kabupaten Dharmasraya


54

Sumber: Bappeda Kabupaten Dharmasraya (2018)


36 55

Lampiran 4 Produk domestik regional bruto atas dasar harga berlaku menurut
lapangan usaha di Kabupaten Dharmasraya (juta rupiah) tahun
2014-2017
PDRB ADHB (juta rupiah)
Lapangan usaha
2014 2015 2016 2017
Pertanian, kehutanan,
2.227.638,69 2.400.594,59 2.646.716,98 2.852.087,92
dan perikanan
Pertambangan dan
782.141,90 762.109,02 684.589,75 674.407,94
penggalian
Industri pengolahan 430.231,75 468.344,95 511.194,95 564.907,91
Pengadaan listrik dan
1.154,15 1.666,85 1.901,47 2.200,50
gas
Pengadaan air,
pengelolaan sampah,
930,30 1.047,66 1.155,37 1.265,30
limbah dan daur
ulang
Konstruksi 847.271,37 984.511,83 1.113.105,74 1.242.481,06
Perdagangan besar
dan eceran; reparasi
905.204,22 1.017.082,34 1.159.040,84 1.309.136,86
mobil dan sepeda
motor
Transportasi dan
414.210,09 449.949,54 494.720,46 556.334,00
pergudangan
Penyediaan
akomodasi dan 58.735,13 67.558,79 80.131,22 90.275,81
makan minum
Informasi dan
389.940,76 400.236,26 447.286,33 546.480,60
komunikasi
Jasa keuangan dan
160.529,90 177.984,51 194.795,27 208.172,57
asuransi
Real estat 150.886,17 169.449,64 186.751,97 204.116,27
Jasa perusahaan 1.442,24 1.630,58 1.800,81 1.921,52
Administrasi
pemerintahan
445.414,19 450.372,60 492.819,73 540.821,72
pertahanan dan
jaminan sosial wajib
Jasa pendidikan 176.585,97 196.627,02 224.760,10 262.198,82
Jasa kesehatan dan
114.071,62 123.177,80 135.148,05 154.792,33
kegiatan sosial
Jasa lainnya 48.945,19 53.125,66 61.726,42 70.837,91
Produk Domestik 7.155 7.725 8.437 9.282
Regional Bruto 333,64 469,65 645,50 389,03
Sumber: BPS Kabupaten Dharmasraya (2018)
56 37

Lampiran 5 Distribusi persentase produk domestik regional bruto atas dasar


harga berlaku menurut lapangan usaha di Kabupaten Dharmasraya
(persen) tahun 2014-2017
Lapangan usaha 2014 2015 2016 2017
Pertanian, kehutanan, dan
31,13 31,07 31,37 30,73
perikanan
Pertambangan dan penggalian 10,93 9,86 8,11 7,27
Industri pengolahan 6,01 6,06 6,06 6,09
Pengadaan listrik dan gas 0,02 0,02 0,02 0,02
Pengadaan air, pengelolaan
sampah, limbah dan daur 0,01 0,01 0,01 0,01
ulang
Konstruksi 11,84 12,74 13,19 13,39
Perdagangan besar dan eceran;
reparasi mobil dan sepeda 12,65 13,17 13,74 14,10
motor
Transportasi dan pergudangan 5,79 5,82 5,86 5,99
Penyediaan akomodasi dan
0,82 0,87 0,95 0,97
makan minum
Informasi dan komunikasi 5,45 5,18 5,30 5,89
Jasa keuangan dan asuransi 2,24 2,30 2,31 2,24
Real estat 2,11 2,19 2,21 2,20
Jasa perusahaan 0,02 0,02 0,02 0,02
Administrasi pemerintahan
pertahanan dan jaminan sosial 6,22 5,83 5,84 5,83
wajib
Jasa pendidikan 2,47 2,55 2,66 2,82
Jasa kesehatan dan kegiatan
1,59 1,59 1,60 1,67
sosial
Jasa lainnya 0,68 0,69 0,73 0,76
Produk Domestik Regional
100,00 100,00 100,00 100,00
Bruto
Sumber: BPS Kabupaten Dharmasraya (2018)
36

Lampiran 6 Peta pola ruang RTRW Kabupaten Dharmasraya periode 2011-2031


57

Sumber: Bappeda Kabupaten Dharmasraya (2018)


37 58

Lampiran 7 Matrik keselarasan jenis penggunaan lahan dengan pola ruang


Pola Ruang (RTRW Kabupaten Dharmasraya tahun 2011-2031)
No PL 2019
HL HP HPT HPK HR SA P1 PPM T CB P2 PTK PH KP KPN EK SS PT
1 HPLK 3.360,92 0 155,13 0 114,86 84,77 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 HSLK 5.686,92 4.405,79 16.923,32 13.125,74 1.914,85 4.674,75 0,18 0 1.204,89 0 11,53 66,22 2.099,89 3.615,82 0 0 0 0
3 P 0 15,86 2,17 11,61 109,01 0 3.842,20 45,94 0 34,15 393,47 70,02 11,88 0 0 2,71 126,94 11,68
4 S 24,01 70,48 132,61 0,63 385,01 4,44 870,51 60,40 0 363,93 4.377,77 175,07 41,62 0 30,5 65,4 280,9 0
5 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 67,66 55,34 0 0 61,72 2,26 0 40,28 3,24
6 PC 3.139,86 21.875,83 14.500,49 2.336,18 27.575,41 459,08 5.795,01 343,05 102,00 442,93 9.742,58 4.713,43 4.177,84 125.058,24 735,97 65,52 2.806,51 2.350,81
7 SU 0 0 0 0 0 0 15,14 0 0 6,516 8,408 0 0 0 0 0 1.084,21 0
8 PT 0 0 0 0 0 0 65,63 0 0 0 0 184,70 0 0 0 0 0 15,48
Keterangan: O = Selaras, X = Tidak Selaras, * = Transisi
Pola Ruang RTRW:
HL= Hutan Lindung, HP= Hutan Produksi, HPT= Hutan Produksi Terbatas, HPK= Hutan Produksi Konversi, HR= Hutan Rakyat, P1= Pemukiman, PPM=
Pusat Pelayanan Masyarakat, T=Transmigrasi, SA= Kawasan Suaka Alam/Kawasan Pelestarian Alam, CB= Cagar Budaya, P2= Persawahan, PTK=
Pertanian Tanah Kering, PH= Pertanian Hortikultura, KP= Kawasan Perkebunan, KPN= Kebun Plasma Nuftah, EK= Embung dan Kolam, SS= Sempadan
Sungai.
Penggunaan Lahan (PL):
HPLK= Hutan Primer Lahan Kering, HSLK= Hutan Sekunder Lahan Kering, P= Pemukiman, S= Sawah, L= Ladang PC= Perkebunan Campuran, KLS=
Kolam Limbah Sawit, KBT=Kolong/Kolam Bekas Tambang, SU= Sungai, PT=Pertambangan
41 59

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera
Barat pada tanggal 28 Agustus 1996 sebagai anak keempat dari empat
bersaudara dari pasangan Yurnalis Tanjung dan Mindra Oftarina.
Penulis menempuh jalur pendidikan di TK Darmawanita (2003),
kemudian melanjutkan di SD Negeri 1 Sijunjung (2009), SMP Negeri
7 Sijunjung (2012), kemudian menjadi lulusan SMA Negeri 1
Sijunjung (2015). Pada tahun 2015 penulis lulus seleksi masuk di
Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (undangan) dan di terima di Program Studi
Manajemen Sumberdaya Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan,
Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai staf Departemen Kreasi dan
Seni Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian masa jabatan 2016/2017.
Selain itu juga aktif mejadi panitia acara dalam dan luar kampus, seperti menjadi anggota
panitia Seri A dan Action Fakultas Pertanian pada tahun 2017, panitia Mahakarya IPB
Fakultas Pertanian pada tahun 2017 dan panitia try out masuk kampus chapter Depok
pada tahun 2018. Prestasi yang pernah diraih Juara 3 Basket Putri PPKU Cup tahun 2016,
Juara 1 Futsal dan Basket Putri Pesta Portan tahun 2018, Pemain terbaik futsal putri Pesta
Portan tahun 2018 dan Uni Duta Wisata Kabupaten Sijunjung tahun 2019. Penulis juga
pernah diamanahkan menjadi asisten mata kuliah Perencanaan Pengembangan Wilayah
dan mata kuliah Perencanaan Tata Ruang dan Penatagunaan Lahan pada tahun 2019.

Anda mungkin juga menyukai