A19 Mfo
A19 Mfo
MIDLE FOUR
Midle Four
NIM A14150036
ABSTRAK
MIDLE FOUR. Land Use Change and Conformity of Land Use with Spatial Pattern
in Dharmasraya Regency, West Sumatera. Supervised by SANTUN R.P. SITORUS
and SETYARDI PRATIKA MULYA.
MIDLE FOUR
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian ini adalah Perubahan Penggunaan Lahan dan
Keselarasan Penggunaan Lahan dengan Pola Ruang di Kabupaten
Dharmasraya, Sumatera Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang terlibat dalam
pelaksanaan penelitian dan penulisan karya tulis ilmiah ini. Pada kesempatan kali
ini penulis ingin mengucapkan terima kasih khususnya kepada:
1. Bapak Drs. H. Yurnalis Tanjung, Ibu Mindra Oftarina, Abang Badhan
Vowel, Abang Yurnal Vanitra, ST, Kakak Tiska Permata Sari, S.Pd dan
seluruh keluarga atas doa, kasih sayang, semangat dan dukungan yang
diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan studi program
sarjana.
2. Prof. Dr Ir Santun R.P. Sitorus dan Setyardi Pratika Mulya, SP., MSi
selaku pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran
dalam penyusunan karya ilmiah ini.
3. Dr. Andrea Emma Pravitasari, SP., MSi selaku dosen penguji yang telah
banyak memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan karya
ilmiah ini.
4. Bapak Frinaldi, ST., MSc dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Dharmasraya, Ibu Misrihelen, SH dan keluarga yang telah
membantu selama pengumpulan data.
5. Sahabat-sahabat penulis yaitu Vinny Natasya Utari A.Md, Tiara
Aprimavista, S.K.M, dan Nahdya Nasri Ananda, S.Pi yang selalu
memberikan dukungan, doa dan motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
6. Rekan-rekan mahasiswa di Divisi Pengembangan Wilayah yaitu Deni,
Bella, Arum, Rido, Lia, Oday, Sinuraya, Hanifah, Hanif, Naya, Ummy
dan KOLOID angkatan 52 yang selalu memberikan dukungan, doa dan
motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
7. Seluruh staff Administrasi dan Laboratorium Departemen Ilmu Tanah
dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
8. Bripda Prayudha Gusfi yang selalu memberikan semangat dari awal
kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Midle Four
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA 3
Lahan dan Penggunaan Lahan 3
Perubahan Penggunaan Lahan 4
Tata Ruang dan Pemanfaatan Ruang 5
Keselarasan Penggunaan Lahan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah 6
Hasil Penelitian Terkait Sebelumnya 7
BAHAN DAN METODE 9
Lokasi dan Waktu Penelitian 9
Bahan dan Alat 9
Jenis dan Sumber Data 9
Prosedur Penelitian 10
Teknik Pengumpulan Data 13
Teknik Analisis Data 12
Analisis Penggunaan Lahan Eksisting 14
Analisis Perubahan Penggunaan Lahan 14
Analisis Keselarasan Penggunaan Lahan dengan Pola Ruang RTRW 15
Arahan Penyempurnaan Pola Ruang RTRW 17
KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 18
Letak Geografis dan Batas Administrasi 18
Iklim 20
Topografi 21
Jenis Tanah 22
Penggunaan Lahan 25
Kependudukan dan Ketenagakerjaan 26
Pendapatan Regional 28
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Dharmasraya
tahun 2016-2021 30
HASIL DAN PEMBAHASAN 34
Penggunaan Lahan di Kabupaten Dharmasraya 34
Perubahan Penggunaan Lahan Kabupaten Dharmasraya 38
Evaluasi Keselarasan Penggunaan Lahan dengan Pola Ruang RTRW 40
Arahan Penyempurnaan Pola Ruang RTRW 43
SIMPULAN DAN SARAN 46
Simpulan 46
Saran 46
DAFTAR PUSTAKA 47
LAMPIRAN 50
RIWAYAT HIDUP 59
DAFTAR TABEL
1 Jenis dan sumber data 10
2 Rincian titik pengecekan lapang setiap jenis penggunaan/penutupan
lahan 12
3 Matriks tujuan, jenis data, teknik analisis, dan output 13
4 Padanan jenis penggunaan lahan tahun 2019 terhadap 2007 15
5 Matriks transisi perubahan penggunaan lahan tahun 2007-2019 15
6 Padanan nomenklatur pola ruang RTRW dengan penggunaan lahan 16
7 Matriks logika keselarasan penggunaan lahan terhadap pola ruang
RTRW 16
8 Arahan penyempurnaan pola ruang RTRW Kabupaten Dharmasraya 17
9 Luas dan persentase wilayah Kabupaten Dharmasraya 19
10 Jumlah curah hujan dan hari hujan menurut bulan di Kabupaten
Dharmasraya 2017 20
11 Rata-rata suhu menurut bulan Kabupaten Dharmasraya tahun 2017 20
12 Kelembaban udara menurut bulan Kabupaten Dharmasraya tahun 2017 21
13 Rata-rata tekanan udara, kecepatan angin dan lama penyinaran matahari
menurut bulan di Kabupaten Dharmasraya tahun 2017 21
14 Kelerengan lahan di Kabupaten Dharmasraya 22
15 Delapan jenis tanah dirinci atas satuan peta tanah (SPT) berdasarkan
karakteristik: kelerengan, satuan fisiografi/bentuk wilayah, dan bahan
induk tanah 22
16 Jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk menurut kecamatan
di Kabupaten Dharmasraya 2016 dan 2017 27
17 Jumlah penduduk dan rasio jenis kelamin menurut kecamatan di
Kabupaten Dharmasraya 2017 27
18 Distribusi dan kepadatan penduduk menurut kecamatan di Kabupaten
Dharmasraya 2017 27
19 Jumlah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja selama
seminggu yang lalu menurut lapangan pekerjaan utama dan jenis kelamin
di Kabupaten Dharmasraya tahun 2017 28
20 Strategi, arah dan kebijakan Kabupaten Dharmasraya tahun 2016-2021
berdasarkan misi ketiga 30
21 Strategi, arah dan kebijakan Kabupaten Dharmasraya tahun 2016-2021
berdasarkan misi keempat 33
22 Jenis dan luas penggunaan lahan tahun 2019 36
23 Jenis dan luas perubahan penggunaan lahan tahun 2007-2019 38
24 Luas dan persentase keselarasan penggunaan lahan dengan pola ruang
RTRW Kabupaten Dharmasraya 42
DAFTAR GAMBAR
1 Peta lokasi penelitian 9
2 Lokasi titik pengecekan lapang penggunaan/tutupan lahan Kabupaten
Dharmasraya tahun 2019 12
3 Diagram alir penelitian 14
4 Peta administrasi Kabupaten Dharmasraya 19
5 Persentase penggunaan lahan utama pada Kabupaten Dharmasraya 25
6 Produk domestik regional bruto atas dasar harga berlaku menurut
lapangan usaha di Kabupaten Dharmasraya (Juta Rupiah) tahun 2014-
2017 29
7 Distribusi persentase produk domestik regional bruto atas dasar harga
berlaku menurut lapangan usaha di Kabupaten Dharmasraya (persen)
tahun 2014-2017 39
8 Peta penggunaan lahan Kabupaten Dharmasraya tahun 2019 36
9 Jenis penggunaan lahan eksisting 37
10 Peta perubahan penggunaan lahan Kabupaten Dharmasraya tahun 2007-
2019 39
11 Grafik 10 perubahan terbesar penggunaan lahan tahun 2007-2019 40
12 Peta keselarasan penggunaan lahan dengan pola ruang RTRW 41
13 Peta ketidakselarasan penggunaan lahan dengan pola ruang 41
14 Arahan penyempurnaan pola ruang RTRW Kabupaten Dharmasraya 45
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil pengecekan lapang penggunaan lahan eksisting di Kabupaten
Dharmasraya tahun 2019 50
2 Peta topografi Kabupaten Dharmasraya 53
3 Peta jenis tanah Kabupaten Dharmasraya 54
4 Produk domestik regional bruto atas dasar harga berlaku menurut
lapangan usaha di Kabupaten Dharmasraya (juta rupiah), 2014-2017 55
5 Distribusi persentase produk domestik regional bruto atas dasar harga
berlaku menurut lapangan usaha di Kabupaten Dharmasraya (%), 2014-
2017 56
6 Peta rencana pola ruang Kabupaten Dharmasraya periode 2011-2031 57
7 Matriks keselarasan jenis penggunaan lahan dengan pola ruang 58
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
lahan yaitu sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan manusia pada suatu lahan
tertentu seperti waduk, tegalan, permukiman (Lillesand et al. 2004).
Penggunaan lahan (land use) adalah setiap bentuk campur tangan manusia
terhadap sumberdaya lahan, baik sifatnya menetap (permanen) atau merupakan
daur (cyclic) yang bertujuan memenuhi kebutuhannya, baik kebendaan maupun
kejiwaan (spiritual) atau keduanya. Penggunaan lahan adalah hasil dari setiap upaya
manusia yang sifatnya terus menerus dalam memenuhi kebutuhannya terhadap
sumberdaya lahan yang tersedia. Oleh karena itu, penggunaan lahan sifatnya
dinamis, mengikuti perkembangan kehidupan manusia dan budayanya (Sitorus
2017). Sifat penggunaan lahan yang dinamis ini menyebabkan terjadinya perubahan
penggunaan lahan dari satu jenis penggunaan lahan berganti menjadi jenis
penggunaan lahan lainnya. Hal ini menyebabkan keputusan dalam penggunaan
lahan selalu menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia (Setiawati et al.
2016).
Dewasa ini ruang menjadi suatu hal yang harus ditata dengan cermat dan
efektif, untuk menjamin keberlanjutan penggunaannya. Ruang adalah wadah yang
meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi
sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan
kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya (Pemerintah Republik Indonesia
UU Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang). Selain itu ruang merupakan
bagian dari alam yang jika tidak diatur dan direncanakan dengan baik dalam
penggunaan dan pengembangannya dapat menimbulkan suatu pertentangan
(Rustiadi et al. 2011). Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang
sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program
beserta pembiayaannya. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam
suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan
ruang untuk fungsi budidaya (Pemerintah Republik Indonesia UU Nomor 26 Tahun
2007 Tentang Penataan Ruang).
Perencanaan tata ruang mencakup perencanaan pola pemanfaatan ruang
yang meliputi tata guna lahan, air dan udara serta tata guna sumberdaya alam yang
menurut Undang-Undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960, negara mengatur
penggunaan tanah agar dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran
rakyat. Atas dasar penjelasan tersebut maka rencana tata ruang disusun melalui
proses perencanaan yang disertai kesadaran penuh akan aspek pemanfaatan ruang
dalam operasionalnya dan aspek pengendalian dalam implementasi dan evaluasinya
(Prayitno 2016). Perencanaan penggunaan lahan yang strategis bagi pembangunan
merupakan salah satu kegiatan dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan
sumberdaya lahan (Sitorus 2004).
6
Rencana tata ruang adalah suatu produk kebijakan koordinatif dari berbagai
stakeholder atau pihak yang berkepentingan, baik itu pemerintah maupun
masyarakat, sehingga dalam penyusunannya harus berdasarkan ada data, informasi,
ilmu pengetahuan dan teknologi dengan memperhatikan ketentuan- ketentuan yang
berlaku (Sastrowihardjo et al. 2001). Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) terkait
dengan perencanaan diharapkan mampu mengakomodasikan berbagai perubahan
perkembangan di wilayah perencanaan tersebut. Selain itu, tujuan dari perencanaan
tata ruang wilayah adalah mewujudkan ruang wilayah yang dapat memenuhi
kebutuhan pembangunan dengan senantiasa berwawasan lingkungan, efisien dalam
alokasi investasi, bersinergi dan dapat dijadikan acuan dalam penyusunan program
pembangunan untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat. Namun demikian,
sampai saat ini dalam implementasinya, belum seluruhnya penggunaan ruang
selaras dengan RTRW dengan berbagai alasan. Hal tersebut antara lain dikarenakan
dokumen perencanaan belum efektif menjadi instrumen pengendali pemanfaatan
ruang dan pengelolaan sumberdaya (Rustiadi 2007).
Ketidakselarasan pemanfaatan ruang dapat dilihat dari semakin
meningkatnya permasalahan terkait konversi lahan akibat adanya penyimpangan
ilegal dan lemahnya aspek pengendalian. Ketidakselarasan dalam pemanfaatan
ruang dapat menyebabkan perbedaan kategori perkembangan wilayah (Wahyuni
2008) dan dikhawatirkan dapat menurunkan kemampuan fisik lahan serta dapat
mengancam keberlanjutan sumberdaya (Kurnianti 2015).
Secara umum faktor penyebab terjadinya penyimpangan penggunaan lahan
dengan RTRW adalah pemekaran wilayah, pengembangan infrastruktur wilayah,
pengembangan usaha perkebunan dan pertambangan (Basri et al. 2013). Faktor
lainnya juga dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti (1) kekeliruan dalam
penyusunan RTRW yang tidak mempertimbangkan faktor daya dukung dan daya
tampung lahan, terkait kesesuaian dan kelayakan lahannya; (2) meningkatnya laju
pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan pertambahan jumlah penduduk
sehingga memacu terjadinya peningkatan intensitas pemanfaatan lahan; (3) adanya
investasi atau penanaman modal sehingga Pemerintah Daerah yang memegang
kekuasaan otonominya memberikan izin penggunaan lahan di luar koridor kawasan
7
yang telah ditetapkan dalam Rencana Pola Ruang yang telah disepakati. Oleh sebab
itu, perlunya aspek evaluasi dalam penataan ruang (Fahmi et al. 2016).
karena semakin banyak daerah yang tidak sesuai terhadap pola ruang akan
menyebabkan ketidakseimbangan pemanfaatan sumberdaya dimasa sekarang
dan masa yang akan datang (perkembangan berkelanjutan) dapat juga
menyebabkan kerusakan lahan.
3. Analisis Keselarasan Penggunaan Lahan dan Arahan Peningkatan Pengendalian
Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Bogor (Nasuta 2018). Jenis penggunaan
lahan pada tiga kecamatan di Kabupaten Bogor terdiri dari 14 jenis penggunaan
lahan yaitu hutan jati, hutan, indutri, kebun campuran, lahan terbuka,
permukiman, sawah, semak belukar dan rerumputan, tegalan, tubuh air,
perkantoran, sarana olahraga, perkebunan, dan pertambangan. Keselarasan
penggunaan lahan dengan pola ruang RTRW tertinggi dijumpai di Kecamatan
Cibinong dengan persentase 67,17% sedangkan dua kecamatan lainnya memiliki
keselarasan penggunaan lahan masih dibawah 50%. Pengendalian pemanfaatan
ruang yang sudah dilaksanakan di Kabupaten Bogor masih terbatas pada dua
instrumen yaitu perizinan dan pengenaan sanksi. Izin lokasi sebagai salah satu
komponen perizinan sudah memiliki keselarasan yang tinggi dengan pola ruang
RTRWnya. Arahan peningkatan pengendalian pemanfaatan ruang adalah segera
menyusun peraturan zonasi dan melaksanakan insentif dan disinsentif agar
pemanfaatan ruang kedepan bisa lebih selaras dengan pola ruang RTRW.
4. Analisis Perubahan Penggunaan dan Pemanfaatan Lahan terhadap Rencana Tata
Ruang Wilayah tahun 2009 dan 2017 (Kusumaningrat et al. 2017). Pertumbuhan
Kabupaten Boyolali atau perubahan penggunaan lahan Kabupaten Boyolali
selama 8 tahun terjadi paling tinggi di Kecamatan Sawit dengan presentase
kenaikan penggunaan permukiman sebesar 5,57%, sedangkan untuk perubahan
penggunaan lahan paling rendah terdapat di Kecamatan Selo dengan presentase
kenaikan penggunaan permukiman sebesar 0,30%. Perubahan penggunaan lahan
paling luas terdapat di Kecamatan Simo dengan kenaikan penggunaan lahan
permukiman sebesar 248,24 ha, sementara perubahan penggunaan lahan paling
kecil berada di Kecamatan Selo dengan kenaikan penggunaan lahan
permukiman sebesar 12,10 ha. Perubahan ini menandakan bahwa pembangunan
di Kabupaten Boyolali tidak hanya berpusat di ibukota kabupaten saja tetapi
merata ke setiap kecamatan. Perubahan pemanfaatan lahan yang ada di
Kabupaten Boyolali selama 8 tahun terjadi peningkatan pada klasifikasi kegiatan
sosial dengan sosial mengalami peningkatan sebesar 91,41 ha dan pemanfaatan
tempat tinggal naik 1.363,16 ha, sementara kelas tidak ada pemanfaatan
mengalami penurunan sebesar 210,61 ha, kegiatan ekonomi juga mengalami
penurunan sebesar 1.275,9 ha, hal ini disebabkan karena kebutuhan akan tempat
tinggal dan sarana dan prasarana umum di Kabupaten Boyolali mulai meningkat.
Hasil dari kesesuaian penggunaan lahan di Kabupaten Boyolali tahun 2009
sebesar 92,25%, tahun 2012 sebesar 92,83% dan tahun 2017 sebesar 93,43% dari
luas kabupaten penggunaan lahannya. Data tersebut menunjukan progres
kesesuaian penggunaan lahan Kabupaten Boyolali selalu naik dan mendekati
rencana pola ruangnya.
9
Prosedur Penelitian
Penelitian dilaksanakan dalam beberapa tahapan. Tahapan-tahapan yang
dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Tahap persiapan
Tahap persiapan meliputi pemilihan topik penelitian, studi pendahuluan,
dan penyusunan proposal penelitian. Tahap persiapan mempermudah tahap
pelaksanaan yang meliputi tahap pengumpulan data, pengamatan lapang, dan
interpretasi hasil.
2. Tahap pengumpulan data
Tahap pengumpulan data dilakukan setelah proposal penelitian disetujui.
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data, baik data primer maupun sekunder.
Data-data tersebut dapat berupa data spasial, statistik, dokumen perundang-
undangan, dan dokumen perencanaan.
3. Tahap pengamatan lapang
Pengamatan lapang dilakukan untuk memverifikasi dan memperbaharui
peta penggunaan lahan sesuai dengan kondisi eksisting. Hasil akhir data yang
diperoleh diharapkan mempunyai tingkat akurasi yang tinggi dan sesuai dengan
yang dibutuhkan dalam proses analisis data penelitian. Pengecekan lapang
dilakukan pada titik yang dianggap mewakili masing-masing jenis penggunaan
lahan.
Jumlah titik pengecekan lapang ditentukan berdasarkan Rumus Slovin
sebagai berikut:
n = N (1 + N e2)
11
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah seluruh populasi
e = Toleransi error
Berhubung waktu penelitian yang terbatas maka jenis penggunaan lahan yang
tidak terlalu luas menggunakan standar error 20% dan penggunaan lahan yang
luas menggunakan standar error berkisar dari 30-40%. Dari hasil perhitungan
tersebut diperoleh jumlah titik pengecekan lapang sebanyak 83 titik.
Jika terdapat penggunaan lahan yang tidak sesuai antara hasil pengamatan
lapang dengan interpretasi citra maka dilakukan perbaikan data. Alat yang
digunakan selama melakukan pengamatan lapang, yaitu Global Positioning
System (GPS) dan Avenza Maps untuk melihat kesesuaian koordinat di peta
dengan kondisi yang sebenarnya di lapangan. Pengambilan gambar kondisi
lapang dilakukan dengan menggunakan kamera smartphone.
4. Tahap analisis data
Tahap analisis data dilakukan setelah semua data yang diperlukan telah
terkumpul. Data tersebut dianalisis sesuai tujuan yang ingin dicapai. Teknik
pengolahan dan analisis data yang digunakan adalah interpretasi dan digitasi
citra menggunakan ArcGIS 10.6 dan analisis spasial untuk menganalisis
penggunaan lahan eksisting, perubahan penggunaan lahan, dan keselarasan
penggunaan lahan. Hasil pengolahan data digunakan sebagai dasar penyusunan
arahan penyempurnaan pola ruang RTRW di Kabupaten Dharmasraya.
5. Tahap interpretasi hasil analisis
Pada tahap ini dilakukan interpretasi data yang telah diolah, untuk kemudian
didapatkan informasi yang bermanfaat sebagai bahan dalam penulisan skripsi.
6. Tahap penulisan skripsi
Tahapan ini merupakan tahapan akhir dalam pelaksanaan penelitian. Semua
informasi dan data yang telah diperoleh disajikan dalam skripsi, sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Persiapan dan
pengumpulan data
Pengecekan lapang
dioverlaykan dengan peta pola ruang RTRW Kabupaten Dharmasraya tahun 2011-
2031. Analisis keselarasan dilakukan dengan teknik query berdasarkan matriks
logika. Analisis keselarasan pemanfaatan ruang dengan rencana pola ruang dan
pengendaliannya telah bayak dilakukan antara lain di Kota Jakarta Timur (Sejati
2018). Dalam nomenklatur penggunaan lahan dan pola ruang RTRW biasa terjadi
ketidaksinkronan, oleh karena itu diperoleh padanan untuk memudahkan definisi
masing-masing nomenklatur dan mendefinisikan selaras atau tidak selarasnya
kedua hal tersebut. Padanan nomenklatur pola ruang RTRW dengan penggunaan
lahan disajikan pada Tabel 6 dan matriks logika keselarasan penggunaan lahan
terhadap pola ruang RTRW disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Matriks logika keselarasan penggunaan lahan terhadap pola ruang RTRW
Pola Ruang (RTRW Kabupaten Dharmasraya tahun 2011-2031)
No PL 2019
HPK
PPM
KPN
PTK
HPT
HR
EK
HL
PH
HP
KP
CB
PT
SA
P1
P2
SS
T
1 HPLK O O O O O O * * * O * * * * * * O X
2 HSLK O O O O O O * * * O * * * * * * O X
3 P X X X X O X O O O O X X X X X X X X
4 S X X X X O X * * * X O * X * * * * X
5 L X X X X O X * * * X * O O * * X * X
6 PC X X X X O X * * * X X * * O O X X X
7 SU X X X X X X X X X X X X X X X O O X
8 PT X X X X X X X X X X X X X X X X X O
Keterangan: O = Selaras, X = Tidak Selaras, * = Transisi
Pola Ruang RTRW:
HL= Hutan Lindung, HP= Hutan Produksi, HPT= Hutan Produksi Terbatas, HPK= Hutan Produksi Konversi,
HR= Hutan Rakyat, SA= Kawasan Suaka Alam/Kawasan Pelestarian Alam, P1= Pemukiman, PPM= Pusat
Pelayanan Masyarakat, T= Transmigrasi, CB= Cagar Budaya, P2= Persawahan, PTK= Pertanian Tanah Kering,
PH= Pertanian Hortikultura, KP= Kawasan Perkebunan, KPN= Kebun Plasma Nuftah, EK= Embung dan
Kolam, SS= Sempadan Sungai, PT= Pertambangan
Penggunaan Lahan (PL):
HPLK= Hutan Primer Lahan Kering, HSLK= Hutan Sekunder Lahan Kering/Bekas Tebangan, P= Permukiman,
S= Sawah, L= Ladang, PC= Perkebunan Campuran, SU= Sungai, PT= Pertambangan.
17
Tabel 8 (Lanjutan)
Pola Ruang Penggunaan Status Arahan
Keterangan
RTRW Lahan Tahun 2019 keselarasan Penyempurnaan
P Tidak Selaras P Enclave
S Tidak Selaras PH -
PH
HSLK Transisi PH -
PC Transisi PH -
PC Transisi PPM -
PPM
S Transisi PPM -
L Tidak Selaras PT -
PT PC Tidak Selaras PT -
P Tidak Selaras P Enclave
P Tidak Selaras P Enclave
PT Tidak Selaras PTK -
PTK
HSLK Transisi PTK -
PC Transisi PTK -
S Transisi PTK -
PC Tidak Selaras SA -
SA
S Tidak Selaras SA -
PC Tidak Selaras SS -
P Tidak Selaras SS -
SS
L Transisi SS -
S Transisi SS -
T HSLK Transisi T -
PC Transisi T -
Keterangan: Pola Ruang RTRW:
HL= Hutan Lindung, HP= Hutan Produksi, HPT= Hutan Produksi Terbatas, HPK= Hutan Produksi Konversi,
HR= Hutan Rakyat, SA= Kawasan Suaka Alam/Kawasan Pelestarian Alam, P1= Pemukiman, PPM= Pusat
Pelayanan Masyarakat, T= Transmigrasi, CB= Cagar Budaya, P2= Persawahan, PTK= Pertanian Tanah Kering,
PH= Pertanian Hortikultura, KP= Kawasan Perkebunan, KPN= Kebun Plasma Nuftah, EK= Embung dan
Kolam, SS= Sempadan Sungai, PT= Pertambangan
Penggunaan Lahan (PL):
HPLK= Hutan Primer Lahan Kering, HSLK= Hutan Sekunder Lahan Kering/Bekas Tebangan, P= Permukiman,
S= Sawah, L= Ladang, PC= Perkebunan Campuran, SU= Sungai, PT= Pertambangan.
Iklim
Kabupaten Dharmasraya tergolong memiliki iklim tropis berdasarkan iklim
Koppen. Suhu udara tertinggi sepanjang tahun 2017 tercatat pada bulan Mei,
sebesar 31,70 derajat celsius dan terendah pada bulan Juli, sebesar 21,70 derajat
celsius. Rata-rata suhu udara tertinggi pada tahun 2017 tercatat pada bulan Mei
dengan 26,30 derajat celsius dan terendah pada bulan Juni dengan 24,90 derajat
celsius. Curah hujan tertinggi pada tahun 2017 tercatat pada bulan Maret dengan
409 mm3 dan terendah pada bulan Januari dengan 136 mm3 (BPS Kabupaten
Dharmasraya 2018). Jumlah curah hujan, rata-rata suhu, kelembaban udara, rata-
rata tekanan udara Kabupaten Dharmasraya 2017 masing-masing disajikan pada
Tabel 10 sampai Tabel 13.
Tabel 10 Jumlah curah hujan dan hari hujan menurut bulan di Kabupaten
Dharmasraya 2017
Bulan Curah Hujan (mm3) Hari Hujan
Januari 136 8
Februari 280 12
Maret 409 16
April 314 16
Mei 249 11
Juni 217 11
Juli 149 7
Agustus 195 11
September 301 11
Oktober 185 8
November 349 14
Desember 285 11
Sumber: BPS Kabupaten Dharmasraya (2018)
Tabel 13 Rata-rata tekanan udara, kecepatan angin dan lama penyinaran matahari
menurut bulan di Kabupaten Dharmasraya tahun 2017
Tekanan Udara Kecepatan Angin Penyinaran
Bulan
(mb) (knot) Matahari (%)
Januari 996,40 1,60 39,00
Februari 996,60 1,70 54,00
Maret 996,40 1,40 57,00
April 996,80 0,60 47,00
Mei 995,60 0,20 56,00
Juni 996,30 0,60 67,00
Juli 964,80 0,50 53,00
Agustus 996,10 0,40 46,00
September 996,80 0,50 43,00
Oktober 996,70 0,30 62,00
November 995,00 0,80 33,00
Desember 996,10 1,00 45,00
Sumber: BPS Kabupaten Dharmasraya (2018)
Topografi
Wilayah Kabupaten Dharmasraya terletak pada ketinggian 100-1500 m
diatas permukaan laut (mdpl). Ketinggian dari permukaan laut mulai dari 100 mdpl
pada bagian kawasan yang mengarah ke sebelah timur, hingga 1.500 mdpl pada
bagian kawasan yang menjadi bagian dari gugusan Bukit Barisan di sebelah barat.
Kelerengan lahan bervariasi dari datar, landai sampai sangat curam (Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Dharmasraya tahun 2005-2025).
Berdasarkan hasil interpretasi dan analisis terhadap Peta Digitasi Citra Spot 5
Provinsi Sumatera Barat (2007), diperoleh data kelerengan lahan bervariasi dari
datar-landai (54,29%), agak curam-curam (34,29%) sampai sangat curam (11,42%)
seperti terlihat pada Tabel 14. Peta topografi Kabupaten Dharmasraya disajikan
pada Lampiran 2.
22
Jenis Tanah
Jenis tanah di Kabupaten Dharmasraya ini terdiri atas 8 jenis tanah yaitu
Aluvial, Kambisol, Gleisol, Nitosol, Latosol, Podsolik, Andosol, dan Litosol
(RTRW Kabupaten Dharmasraya 2011-2031). Kedelapan jenis tanah tersebut
dirinci atas satuan peta tanah (SPT) berdasarkan karakteristik: kelerengan, satuan
fisiografi/bentuk wilayah, dan bahan induk tanah seperti terlihat pada Tabel 15. Peta
jenis tanah Kabupaten Dharmasraya disajikan pada Lampiran 3.
Tabel 15 Delapan jenis tanah dirinci atas satuan peta tanah (SPT) berdasarkan
karakteristik: kelerengan, satuan fisiografi/bentuk wilayah, dan bahan
induk tanah
Jenis Lereng Satuan Luas
No Bahan Induk Tanah SPT
Tanah (%) Fisiografi (ha) (%)
Jalur
Endapan Liat, Pasir
Aliran/Bekas
1 Aluvial 0-3 atau 1 22.993 7,60
Jalur Aliran
campurannya
Sungai
Lereng Bawah Abu Volkan dan
2 Andosol 15-25 Volkan Agak Batuan 43 2.671 0,88
Tertoreh Andesit
Tufa dan batu apung
Lereng Tengah menutupi batuan
3 Andosol 25-40 42 4.527 1,50
Volkan Tertoreh andesit,
breksi.
Tufa dan batu apung
Lereng atas
menutupi batuan
4 Andosol >40 Volkan Agak 41 3.375 1,12
andesit,
tertoreh
dan breksi.
Bahan Eluvio-
Daerah
5 Geisol 3-8 Koluvium 3 8.313 2,75
Cekungan
dari tufa masam
Bahan Endapan
Teras Sungai
6 Kambisol 0-3 Aluvium 10 20.063 6,63
Bagian Bawah
(Liat)
Dataran antar Bahan Aluvio-
7 Kambisol 3-8 perbukitan Koluvium 2 10.087 3,33
(Datar) (Liat)
Bahan Endapan
Teras Sungai
8 Kambisol 3-8 Aluvium 11 4.227 1,40
Bagian Bawah
(Liat)
23
Tabel 15 (Lanjutan)
Jenis Lereng Satuan Luas
No Bahan Induk Tanah SPT
Tanah (%) Fisiografi (ha) (%)
Kompleks Batuan
sedimen dan
Perbukitan
metamorf
9 Kambisol 3-8 Sangat 35 1.528 0,50
(batuan pasir, arkose,
Tertoreh
slate, dan slate
berkapur)
Perbukitan
10 Kambisol 8-15 Batuan Granit 17 8.009 2,65
Agak tertoreh
Batua, sediment (batu
Perbukitan
11 Kambisol 8-15 liat, batu pasir, dan 21 10.069 3,33
Agak tertoreh
shale)
Perbukitan 18,1
12 Kambisol 15- 25 Batuan Granit 10.755 3,55
Agak tertoreh 9
Batua, sediment (batu
Perbukitan
13 Kambisol 15-25 liat, batu pasir, dan 22 3.668 1,21
Agak tertoreh
shale)
Dataran Volkan Tuf dan Batu Apung
14 Kambisol 15-25 44 35.922 11,87
(Bergelombang) serta Batuan Andesit.
Perbukitan
15 Kambisol 25-40 Batuan Granit 20 5.791 1,91
Agak tertoreh
Batua, sediment (batu
Perbukitan
16 Kambisol 25-40 liat, batu pasir, dan 23 2.871 0,95
Agak tertoreh
shale)
Kompleks Batuan,
sedimen dan
Perbukitan metamorf
17 Kambisol 25-40 28 1.248 0,41
Tertoreh (batu liat, kwarsit,
shale,
dan slate)
Kompleks Batuan,
sedimen dan
Perbukitan metamorf
18 Kambisol 25-40 29 4.522 1,49
Tertoreh (batu liat, kwarsit,
shale,
dan slate)
Kompleks Batuan,
sedimen dan
Perbukitan metamorf
19 Kambisol 25-40 30 612 0,20
Tertoreh (batu liat, kwarsit,
shale,
dan slate)
Kompleks Batuan
sedimen dan
Perbukitan
metamorf
20 Kambisol 25-40 Sangat 36 4.034 1,33
(batuan pasir, arkose,
Tertoreh
slate, dan slate
berkapur)
Kompleks Batuan
Perbukitan sedimen, metamorf
21 Kambisol >40 15 2.170 0,72
terpisah (shale, slate) dan
granit.
24
Tabel 15 (Lanjutan)
Jenis Lereng Satuan Luas
No Bahan Induk Tanah SPT
Tanah (%) Fisiografi (ha) (%)
Kompleks Batuan,
sedimen dan
Perbukitan metamorf
22 Kambisol >40 31 4.661 1,54
Tertoreh (batu liat, kwarsit,
shale,
dan slate)
Kompleks Batuan
sedimen dan
Perbukitan
metamorf 37,3
23 Kambisol >40 Sangat 5.610 1,85
(batuan pasir, arkose, 8
Tertoreh
slate, dan slate
berkapur)
Tufa Masam dan
Teras Sungai Bahan
24 Latosol 3-8 13 13.778 4,55
Bagian Atas Aluvio dan Koluvium
(Liat)
Tufa Masam dan
Teras Sungai Bahan
25 Latosol 15-25 14 4.355 1,44
Bagian Atas Aluvio dan Koluvium
(Liat)
Perbukitan
26 Litosol >40 Karst Paralel Batu Kapur 47 2.422 0,80
Tertoreh
Bahan Aluvio-
Teras Sungai
27 Nitosol 3-8 Koluvium 12 7.759 2,56
Bagian Tengah
(Liat)
Dataran
4,5a
28 Nitosol 8-15 berombak Tufa Masam 23.360 7,72
,6a
bergelombang
Dataran
29 Nitosol 8-15 Tufa Masam 7,8 13.503 4,46
Bergelombang
Dataran
30 Nitosol 8-15 Perbukitan Batuan Granit 9 2.687 0,89
(Hillock)
Dataran
5b,6
31 Nitosol 15-25 berombak Tufa Masam 16.492 5,45
b
bergelombang
Perbukitan
32 Nitosol 15-25 Batuan Granit 16 5.490 1,81
Bergelombang
Perbukitan 24,2
33 Nitosol 15-25 Batuan Granit 10.974 3,63
Tertoreh 5,26
Perbukitan
34 Nitosol 25-40 Batuan Granit 27 4.879 1,61
Tertoreh
Kompleks Batuan,
Perbukitan granit, batuan
35 Nitosol 25-40 Sangat sedimen 39 2.843 0,94
Tertoreh dan metamorf, (shale
dan slate)
Perbukitan
36 Nitosol >40 Batuan Granit 32 6.360 2,10
Tertoreh
Perbukitan
37 Nitosol >40 Sangat Batuan Granit 33 1.238 0,41
Tertoreh
25
Tabel 15 (Lanjutan)
Jenis Lereng Satuan Luas
No Bahan Induk Tanah SPT
Tanah (%) Fisiografi (ha) (%)
Kompleks Batuan,
Perbukitan granit, batuan
38 Nitosol >40 Sangat sedimen 40 2.462 0,81
Tertoreh dan metamorf, (shale
dan slate)
Pergunungan
39 Padsolik >40 Sangat Batuan Granit 45,46 2.384 0,79
Tertoreh
Perbukitan
Batuan Metamorf
40 Podsolik >40 Sangat 34 3.883 1,28
(kwarsit, slate)
Tertoreh
Luas Lahan 302.599 100
Sumber: RTRW Kabupaten Dharmasraya 2011-2031
Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Kabupaten Dharmasraya digunakan pada sektor non
pertanian, sawah, lahan kering, perkebunan, hutan dan badan air. Penggunaan lahan
utama yang paling dominan adalah untuk perkebunan dengan luas 191.653 ha,
kemudian hutan dengan luas 57.288 ha, lahan kering dengan luas 30.148 ha, non
pertanian dengan luas 14.665 ha, lahan sawah 5.048 ha, dan badan air dengan luas
2.314 ha. Secara persentase penggunaan lahan tertinggi yakni sektor perkebunan
terdiri dari perkebunan karet dan kelapa sawit mencapai 63,6 % dari keseluruhan
luas wilayah Kabupaten Dharmasraya, dan penggunaan lahan terendah adalah
badan air yakni mencapai 0,8% dari luas wilayah Kabupaten Dharmasraya (Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Dharmasraya 2016). Persentase penggunaan lahan
utama Kabupaten Dharmasraya di sajikan pada Gambar 5.
70 63,6
60
50
40
30
19,0
20
10,0
10 4,9
1,7 0,8
0
Pendapatan Regional
3000000
2000000
1500000
1000000
500000
0
A B C D E F G H I J K L M N O P Q
Lapangan usaha
Gambar 6 Produk domestik regional bruto atas dasar harga berlaku menurut
lapangan usaha di Kabupaten Dharmasraya (juta rupiah) tahun 2014-
2017
35
30
25
20
15
10
5
0
A B C D E F G H I J K L M N O P Q
Lapangan usaha
Gambar 7 Distribusi persentase produk domestik regional bruto atas dasar harga
berlaku menurut lapangan usaha di Kabupaten Dharmasraya (persen)
tahun 2014-2017
30
Tabel 20 (Lanjutan)
Tujuan hhhhh
Sasaran Hhhhh Strategi Arah Kebijakan
pangan, kabupaten; peningkatan 2. Menambah luas lahan
keterjangkauan kapasitas SDM sawah D.I. Batanghari
pangan, dan kelompok
pemanfaatan 3. Meningkatkan
pengairan D.I
kabupaten yang
tersebar pada
kecamatan di
Kabupaten
Dharmasraya
2. Meningkatkan Memberi bantuan 1. Bantuan ternak
produksi dan stimulasi bibit kepada seperti sapi dan
produstifitas kelompok masyarakat; kambing untuk
ternak membuat lembaga kelompok masyarakat
pembibitan ternak; 2. Pengembangan sentra
pengembangan sentra peternakan rakyat/
atau kampung ternak; kampung ternak
memberi bantuan 3. Pengembangan
ternak, pakan sarana dan integrasi sawit-sapi
prasarananya; potong
peningkatan kapasitas 4. Bantuan ternak,
SDM kelompok. pakan, sarana dan
prasarana bagi
kelompok peternakan
5. Peningkatan sarana
dan prasarana
pendukung
peternakan
3. Meningkatkan 1. Memberi bantuan Meningkatkan produksi
produksi stimulus benih, perikanan
perikanan pakan, obat-obatan
dan mengembangkan
lebih lanjut kawasan
minapolitan
2. Meningkatkan fungsi Mengembangkan dan
penyuluh perikanan; membangun prasarana
peningkatan sarana pendukung
kapasitas SDM kawasan minipolitan
kelompok.
4. Peningkatan Mengolah dan 1. Pembangunan
nilai tambah pemasaran lebih lanjut industri olahan
hasil pertanian hasil pertanian berbasis bahan baku
lokal;
2. Pembentukan dan
peningkatan peran
dan fungsi
kelembagaan petani;
3. Membangun jaringan
pemasaran hasil
pertanian
2. Peningkatan 1. Meningkatnya 1. Memberi bantuan 1. Ditingkat petani,
ekonomi diversifikasi stimulus bibit dan meragamkam jenis
petani tanaman kebun.
32
Tabel 20 (Lanjutan)
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
budidaya peningkatan balai 2. Mengembangkan
pertanian pendidikan keragaman budidaya
komoditi potensial
perkebunan seperti
salak, jeruk, kakao
dan kopi untuk
mendukung
ketahanan ekonomi
daerah.
2. Memfasilitasi Mengembangkan
peningkatan kinerja industri rakyat skala
kelompok mikro dan kecil berbasis
pengolahan hasil pengolahan sumberdaya
pertanian. pertanian (sawit, karet,
kopi dan kakao, dll).
yang panjang salah satunya terdapat pada Nagari IV Koto Pulau Punjung,
Kecamatan Pulau Punjung dengan koordinat x = 101,499089, y = -0,963888
(Gambar 6(h))
Gambar 9 Jenis penggunaan lahan eksisting: (a) hutan primer lahan kering, (b) hutan sekunder lahan kering/bekas tebangan, (c) ladang, (d)
37
pertambangan, (e) perkebunan campuran, (f) permukiman/lahan terbangun, (g) sawah, (h) sungai
38
114950,23
LUAS (HA)
17162,81
9057,85
4789,25
4532,06
3525,49
2410,50
2292,05
2120,12
1894,51
HS>PC SB>PC PB>HSLK HTI>PC HP>HSLK L>PC SWB>PC HS>P PB>S SB>HSLK
9%
20%
71%
Keterangan: Pola Ruang RTRW: HL= Hutan Lindung, HP= Hutan Produksi, HPT= Hutan Produksi Terbatas, HPK= Hutan
Produksi Konversi, SA= Kawasan Suaka Alam/Kawasan Pelestarian Alam, P1= Pemukiman, CB= Cagar
Budaya, P2= Persawahan, PTK= Pertanian Tanah Kering, PH= Pertanian Hortikultura, KP= Kawasan
Perkebunan, EK= Embung dan Kolam, SS= Sempadan Sungai, PT= Pertambangan
Penggunaan Lahan (PL): P= Permukiman, S= Sawah, L= Ladang, PC= Perkebunan Campuran, SU= Sungai,
PT= Pertambangan.
Tabel 24 Luas dan persentase keselarasan penggunaan lahan dengan pola ruang
RTRW Kabupaten Dharmasraya
Penggunaan Lahan Luas (ha) %
Selaras 213.687,9 71,0
Tidak Selaras 61.011,6 20,3
Transisi 26.342,2 8,8
Jumlah 301.041,7 100,0
Keterangan: CB= Cagar Budaya, EK= Embung dan Kolam, HL= Hutan Lindung, HP= Hutan
Produksi, HPK= Hutan Proruksi Konversi, HPT= Hutan Produksi Terbatas, KP=
Kawasan Perkebunan, KPN= Kebun Plasma Nuftah, P= Pemukiman, P2= Persawahan,
PH= Pertanian Hortikultura, PPM= Pusat Pelayanan Masyarakat, PT= Pertambangan,
PTK= Pertaniaan Tanah Kering, SA= Kawasan Suaka Alam/Kawasan Pelestarian Alam,
SS= Sempadan Sungai, SU= Sungai,T= Transmigrasi.
Simpulan
Berdasarkan uraian pada bab hasil dan pembahasan dapat ditarik empat
simpulan sebagai berikut:
1. Penggunaan lahan eksisting di Kabupaten Dharmasraya terdiri dari 8 jenis
penggunaan lahan yaitu hutan primer lahan kering, hutan sekunder lahan
kering/bekas tebangan, ladang, perkebunan campuran, permukiman/lahan
terbangun, pertambangan, sawah, dan sungai. Luas penggunaan lahan eksisting
terbesar adalah perkebunan campuran dengan luas 227.093,9 ha (75,16%)
diikuti kawasan hutan sekunder lahan kering/bekas tebangan dengan luas
53.901,2 ha (17,84%), dan sawah dengan luas 9.487,2 ha (3,14%) sedangkan
penggunaan lahan eksisting terkecil adalah ladang dengan luas 230,5 ha
(0,08%) diikuti pertambangan dengan luas 325,4 ha (0,11%).
2. Terdapat 61 kombinasi perubahan penggunaan lahan dari tahun 2007 hingga
tahun 2019 di Kabupaten Dharmasraya. Perubahan penggunaan lahan terbesar
selang waktu 12 tahun adalah hutan sekunder lahan kering/bekas tebangan
menjadi perkebunan campuran seluas 114.950,23 ha.
3. Sebagian besar penggunaan lahan eksisting sudah selaras dengan rencana pola
ruang RTRW, namun masih terdapat penggunaan lahan yang transisi bahkan
tidak selaras dengan pola ruangnya sehingga masih perlu dipertimbangkan
dalam penyusunan penyempurnaan pola ruang. Total luas penggunaan lahan
eksisting yang selaras dengan pola ruang di Kabupaten Dharmasraya seluas
213.687,9 ha (71,0%), total luas penggunaan lahan eksisting yang tidak selaras
dengan pola ruang di Kabupaten Dharmasraya seluas 61.011,6 ha (20,3%), dan
total luas penggunaan lahan eksisting yang berada pada keadaan transisi
dengan pola ruang di Kabupaten Dharmasraya seluas 26.342,2 ha (8,8%).
4. Arahan penyempurnaan pola ruang RTRW Kabupaten Dharmasraya pada
lokasi yang berada pada keadaan transisi dan tidak selaras adalah: 1) apabila
penggunaan lahan eksistingnya perkebunan campuran dan sawah di kawasan
hutan (HL, HP, HPK, HPT), pola ruangnya akan tetap menjadi kawasan hutan;
2) apabila penggunaan lahan eksistingnya lahan terbangun di kawasan hutan,
perkebunan, sawah, pertambangan dan pertanian tanah kering, arahan pola
ruangnya menjadi kawasan permukiman; 3) apabila penggunaan eksistingnya
sungai di kawasan industri, cagar budaya, perkebunan, permukiman, arahan
pola ruangnya menjadi sungai; 4) apabila penggunaan lahan eksistingnya lahan
terbangun, perkebunan, ladang dan sawah di kawasan sempadan sungai, pola
ruangnya tetap sempadan sungai.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1 (Lanjutan)
Penggunaan Lahan
Titik Koordinat
Eksisting
Hasil
No Kecamatan Interpretasi Hasil Keterangan
X Y PL 2017 dan Pengecekan
Google earth Lapang
2019
26 Koto Salak 101,856333 -1,107602 Sungai Sungai Sesuai
27 Koto Salak 101,856785 -1,116412 Sawah Sawah Sesuai
Perkebunan
28 Padang Laweh 101,707408 -1,016009 Semak belukar Tidak sesuai
campuran
29 Padang Laweh 101,744038 -0,999151 Empang Pertambangan Tidak sesuai
30 Padang Laweh 101,728018 -1,020164 Ladang Ladang Sesuai
Perkebunan
31 Padang Laweh 101,708370 -0,999601 Ladang Tidak sesuai
campuran
Perkebunan Perkebunan
32 Padang Laweh 101,711009 -0,988706 Sesuai
campuran campuran
33 Padang Laweh 101,694671 -1,004643 Sungai Sungai Sesuai
34 Padang Laweh 101,751065 -0,987165 Permukiman Permukiman Sesuai
Perkebunan
35 Padang Laweh 101,760726 -0,976473 Empang Tidak sesuai
campuran
Hutan
Perkebunan
36 Pulau Punjung 101,511846 -0,948645 Sekunder Tidak sesuai
campuran
Lahan Kering
Perkebunan
37 Pulau Punjung 101,469917 -0,874720 Semak belukar Tidak sesuai
campuran
38 Pulau Punjung 101,499089 -0,963888 Sungai Sungai Sesuai
39 Pulau Punjung 101,497480 -0,948937 Permukiman Permukiman Sesuai
40 Pulau Punjung 101,557443 -0,989712 Permukiman Permukiman Sesuai
41 Pulau Punjung 101,566759 -1,004690 Sawah Sawah Sesuai
Perkebunan Perkebunan
42 Pulau Punjung 101,546181 -1,009271 Sesuai
campuran campuran
Lahan Perkebunan
43 Pulau Punjung 101,541707 -1,003425 Tidak sesuai
Terbuka campuran
44 Pulau Punjung 101,536149 -1,041686 Sawah Sawah Sesuai
45 Pulau Punjung 101,530263 -0,966140 Sawah Sawah Sesuai
Perkebunan
46 Pulau Punjung 101,537587 -0,993142 Semak belukar Tidak sesuai
campuran
Perkebunan
47 Pulau Punjung 101,501900 -0,974478 Ladang Tidak sesuai
campuran
Perkebunan
48 Pulau Punjung 101,446451 -0,979735 Semak belukar Tidak sesuai
campuran
Hutan
Perkebunan
49 Pulau Punjung 101,449258 -1,047925 Tanaman Tidak sesuai
campuran
Industri
Perkebunan
50 Pulau Punjung 101,486665 -0,955484 Sawah Tidak sesuai
campuran
Hutan
Perkebunan
51 Pulau Punjung 101,457879 -0,957150 Sekunder Tidak sesuai
campuran
Lahan Kering
Perkebunan Perkebunan
52 Pulau Punjung 101,443058 -0,974079 Sesuai
campuran campuran
Perkebunan
53 Pulau Punjung 101,437913 -0,975187 Ladang Tidak sesuai
campuran
Lahan Lahan
54 Pulau Punjung 101,568811 -1,026703 Sesuai
Terbuka Terbuka
Perkebunan Perkebunan
55 Sitiung 101,606617 -1,031238 Sesuai
campuran campuran
52
Lampiran 1 (Lanjutan)
Titik Koordinat Penggunaan Lahan Eksisting
Hasil
Interpretasi PL Hasil
No Kecamatan Keterangan
X Y 2017 dan Pengecekan
Google earth Lapang
2019
Hutan
Hutan Sekunder
56 Sitiung 101,620219 -1,035720 Sekunder Sesuai
Lahan Kering
Lahan Kering
Perkebunan
57 Sitiung 101,614655 -1,047302 Lahan Terbuka Tidak sesuai
campuran
Perkebunan Perkebunan
58 Sitiung 101,683028 -1,033918 Sesuai
campuran campuran
59 Sitiung 101,685474 -1,026225 Permukiman Permukiman Sesuai
Perkebunan Perkebunan
60 Sitiung 101,686932 -1,023902 Sesuai
campuran campuran
61 Sitiung 101,607584 -0,979697 Ladang Ladang Sesuai
Perkebunan
62 Sitiung 101,586854 -0,963971 Rawa Tidak sesuai
campuran
Perkebunan
63 Sitiung 101,594833 -0,965480 Rawa Tidak sesuai
campuran
Perkebunan
64 Sitiung 101,584868 -0,963633 Rawa Tidak sesuai
campuran
65 Sitiung 101,580977 -0,964250 Sawah Sawah Sesuai
Perkebunan
66 Sitiung 101,556937 -0,955070 Ladang Tidak sesuai
campuran
67 Sitiung 101,630971 -0,992235 Permukiman Permukiman Sesuai
68 Sitiung 101,614548 -0,985059 Sawah Sawah Sesuai
Sungai Lahan
69 101,736454 -1,222948 Lahan Terbuka Sesuai
Rumbai Terbuka
Perkebunan
70 Timpeh 101,675173 -0,971188 Ladang Tidak sesuai
campuran
Perkebunan Perkebunan
71 Timpeh 101,672625 -0,969376 Sesuai
campuran campuran
Hutan Sekunder Perkebunan
72 Timpeh 101,641984 -0,978201 Tidak sesuai
Lahan Kering campuran
Perkebunan
73 Timpeh 101,610519 -0,972765 Semak belukar Tidak sesuai
campuran
Perkebunan
74 Timpeh 101,689227 -0,951840 Lahan Terbuka Tidak sesuai
campuran
Perkebunan
75 Timpeh 101,627979 -0,922767 Ladang Tidak sesuai
campuran
76 Timpeh 101,612348 -0,907254 Permukiman Permukiman Sesuai
Perkebunan Perkebunan
77 Timpeh 101,600424 -0,907564 Sesuai
campuran campuran
Perkebunan
78 Timpeh 101,535331 -0,839623 Lahan Terbuka Tidak sesuai
campuran
79 Timpeh 101,511602 -0,826838 Permukiman Permukiman Sesuai
Perkebunan
80 Timpeh 101,570478 -0,880865 Ladang Tidak sesuai
campuran
Perkebunan Perkebunan
81 Tiumang 101,782001 -1,094249 Sesuai
campuran campuran
Perkebunan
82 Tiumang 101,795030 -1,086262 Ladang Tidak sesuai
campuran
83 Tiumang 101,792930 -1,083853 Permukiman Permukiman Sesuai
36
Lampiran 4 Produk domestik regional bruto atas dasar harga berlaku menurut
lapangan usaha di Kabupaten Dharmasraya (juta rupiah) tahun
2014-2017
PDRB ADHB (juta rupiah)
Lapangan usaha
2014 2015 2016 2017
Pertanian, kehutanan,
2.227.638,69 2.400.594,59 2.646.716,98 2.852.087,92
dan perikanan
Pertambangan dan
782.141,90 762.109,02 684.589,75 674.407,94
penggalian
Industri pengolahan 430.231,75 468.344,95 511.194,95 564.907,91
Pengadaan listrik dan
1.154,15 1.666,85 1.901,47 2.200,50
gas
Pengadaan air,
pengelolaan sampah,
930,30 1.047,66 1.155,37 1.265,30
limbah dan daur
ulang
Konstruksi 847.271,37 984.511,83 1.113.105,74 1.242.481,06
Perdagangan besar
dan eceran; reparasi
905.204,22 1.017.082,34 1.159.040,84 1.309.136,86
mobil dan sepeda
motor
Transportasi dan
414.210,09 449.949,54 494.720,46 556.334,00
pergudangan
Penyediaan
akomodasi dan 58.735,13 67.558,79 80.131,22 90.275,81
makan minum
Informasi dan
389.940,76 400.236,26 447.286,33 546.480,60
komunikasi
Jasa keuangan dan
160.529,90 177.984,51 194.795,27 208.172,57
asuransi
Real estat 150.886,17 169.449,64 186.751,97 204.116,27
Jasa perusahaan 1.442,24 1.630,58 1.800,81 1.921,52
Administrasi
pemerintahan
445.414,19 450.372,60 492.819,73 540.821,72
pertahanan dan
jaminan sosial wajib
Jasa pendidikan 176.585,97 196.627,02 224.760,10 262.198,82
Jasa kesehatan dan
114.071,62 123.177,80 135.148,05 154.792,33
kegiatan sosial
Jasa lainnya 48.945,19 53.125,66 61.726,42 70.837,91
Produk Domestik 7.155 7.725 8.437 9.282
Regional Bruto 333,64 469,65 645,50 389,03
Sumber: BPS Kabupaten Dharmasraya (2018)
56 37
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera
Barat pada tanggal 28 Agustus 1996 sebagai anak keempat dari empat
bersaudara dari pasangan Yurnalis Tanjung dan Mindra Oftarina.
Penulis menempuh jalur pendidikan di TK Darmawanita (2003),
kemudian melanjutkan di SD Negeri 1 Sijunjung (2009), SMP Negeri
7 Sijunjung (2012), kemudian menjadi lulusan SMA Negeri 1
Sijunjung (2015). Pada tahun 2015 penulis lulus seleksi masuk di
Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (undangan) dan di terima di Program Studi
Manajemen Sumberdaya Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan,
Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai staf Departemen Kreasi dan
Seni Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian masa jabatan 2016/2017.
Selain itu juga aktif mejadi panitia acara dalam dan luar kampus, seperti menjadi anggota
panitia Seri A dan Action Fakultas Pertanian pada tahun 2017, panitia Mahakarya IPB
Fakultas Pertanian pada tahun 2017 dan panitia try out masuk kampus chapter Depok
pada tahun 2018. Prestasi yang pernah diraih Juara 3 Basket Putri PPKU Cup tahun 2016,
Juara 1 Futsal dan Basket Putri Pesta Portan tahun 2018, Pemain terbaik futsal putri Pesta
Portan tahun 2018 dan Uni Duta Wisata Kabupaten Sijunjung tahun 2019. Penulis juga
pernah diamanahkan menjadi asisten mata kuliah Perencanaan Pengembangan Wilayah
dan mata kuliah Perencanaan Tata Ruang dan Penatagunaan Lahan pada tahun 2019.