Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI


PADA NY. A UMUR 25 TAHUN P1A0 FLOUR ALBUS
DENGAN TERAPI REBUSAN DAUN SIRIH
DI ___________________________________

TAHUN 2022

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan

Praktik Profesi Bidan

Disusun oleh:

Nama : ______________

NIM : ______________

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM PROFESI BIDAN

POLITEKNIK KESEHATAN BHAKTI PERTIWI HUSADA

CIREBON

2021
HALAMAN PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI


PADA NY. A UMUR 25 TAHUN P1A0 FLOUR ALBUS
DENGAN TERAPI REBUSAN DAUN SIRIH
DI _______________________

TAHUN 2022

LAPORAN KASUS

Disusun oleh:

Nama :

NIM :

Disetujui:

Pembimbing Ketua Program Studi

_____________________ Laily Rachmawati, S.SiT.,M.KM


NIK. NIK. 042948304

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan

karuniaNya Penulis dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Asuhan Kebidanan

Kesehatan Reproduksi Pada Ny. A Umur 25 Tahun P1A0 Flour Albus dengan

Terapi Rebusan Daun Sirih Di __________________________” tepat waktu.

Selain itu makalah ini juga bertujuan supaya pembaca dapat mengetahui dan

memahami secara jelas mengenai asuhan kebidanan keluarga berencana

Trimakasih penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi dalam

pembuatan laporan kasus ini, diantaranya:

1. Pembimbing Lapangan

2. Pembimbing institusi

3. Teman-teman yang membantu dan mendukung makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak mungkin dapat

terselesaikan dengan baik tanpa adanya dorongan dan bimbingan dari beberapa

pihak.

TTD

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ........................................................................................... i

Kata Pengantar .................................................................................................... ii

Daftar Isi................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................. 1

B. Tujuan ............................................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................ 6

A. Kesehatan Reproduksi...................................................................................... 6

B. Flour Albus ..................................................................................................... 8

C. Manajemen Asuhan Kebidanan ...................................................................... 16

D. Model Dokumentasi ....................................................................................... 21

BAB III TINJAUAN KASUS .............................................................................. 25

A. Data Subjektif................................................................................................... 25

B. Data Objektif .................................................................................................... 28

C. Analisis............................................................................................................. 30

D. Penatalaksanaan ............................................................................................... 31

BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................... 33

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 36

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 36

B. Saran ............................................................................................................... 36

Daftar Pustaka ..................................................................................................... 38

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sehat mental, fisik dan

kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan

sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang

bebas dari penyakit dan kecacatan serta dibentuk berdasarkan perkawinan

yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan material yang layak,

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, spiritual yang memiliki hubungan

yang serasi, selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan antara

keluarga dengan masyarakat dan lingkungan (Prijatini & Rahayu, 2016).

Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan reproduksi

perempuan sebagaimana dimaksud, bidan berwenang melakukan komunikasi,

informasi, edukasi, konseling, dan memberikan pelayanan asuhan kesehatan

reproduksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

(Kepmenkes RI, 2020).

Daun sirih mengandung minyak atsiri yang terdiri dari estragol,

eugenol, hidroksikavikol, cavibetol, betlephenol, kavikol, seskuiterpan, dan

dan karvakol. Literature yang lain menyatakan bahwa daun sirih juga

mengandung tannin, enzim diastase dan gula. Daun sirih yang muda

mengandung diastase, gula, dan minyak atsiri lebih banyak dibandingkan

dengan daun sirih tua. Sementara inti kandungan taninnya relative sama.

1
Senyawa Eugenol pada daun sirih, terbukti mematikan jamur Candida

albicans penyebab keputihan, sementara tannin, merupakan astringen, yang

mengurangi sekresi cairan pada liang vagina.12 Berdasarkan hal tersebut,

banyak sekali manfaat daun sirih merah, untuk itu kami ingin meneliti

pengaruh daun sirih merah (Piper crocatum) terhadap kejadian fluor albus.

Oleh karena itu dalam laporan ini pengkaji mengambil judul “Asuhan

Kebidanan Kesehatan Reproduksi Pada Ny. 25 Tahun Flour Albus dengan

Terapi Rebusan Daun Sirih Di ____________”.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Dengan menggunakan manajemen asuhan kebidanan dapat

memperoleh informasi dan pelayanan nyata tentang proses Manajemen

Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi Pada Ny. 25 Tahun Flour

Albus dengan Terapi Rebusan Daun Sirih Di____________________.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian data subjektif secara lengkap dan sistematis

pada Ny. A Umur 25 tahun, Flour Albus di _____________

b. Melakukan pengkajian data objektiff secara lengkap dan sistematis

pada Ny. A Umur 25 tahun, Flour Albus di ___________

c. Menginterpretasikan data pada Ny. A Umur 25 tahun, Flour Albus

dengan Terapi Rebusan Daun Sirih di _______________

2
d. Melakukan penatalaksanaan Kunjungan Awal pada Ny. A Umur 25

tahun dengan dengan Terapi rebusan daun Sirih di

____________________

e.

3
BAB II

TINJAUAN KASUS

A. Kesehatan Reproduksi

1. Pengertian

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan

sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran

dan system reproduksi. Kesehatan reproduksi ditujukan bagi pria

maupun wanita namun dalam hal ini wanita mendapatkan perhatian

lebih karena begitu kompleksnya alat reproduksi wanita. Kesehatan

reproduksi membahas berbagai hal yang berhubungan dengan

kesehatan alat reproduksi seseorang, selain itu kesehatan reproduksi

juga membahas tentang siklus hidup serta permasalahan yang

dihadapi oleh pria. Dalam setiap fase atau masanya wanita memiliki

masalah yang berbeda-beda. Pada umumnya orang beranggapan

bahwa siklus menstruasi seseorang adalah teratur. Tapi fakta

menunjukkan sebaliknya. Dari hasil penyelidikan terhadap 4 ribu

wanita ternyata hanya 3% yang memiliki siklus menstruasi yang

teratur, bahkan ini merupakan suatu kekecualian yang jarang terjadi.

Pada umumnya wanita mengalami siklus menstruasi yang kurang

teratur; dari siklus yang satu dengan siklus berikutnya ada sedikit

perubahan. Jangka waktu yang normal yang berkisar antara 20 hari

hingga 36 hari, atau rata-rata 2hari.Namun hanya sekitar 30% wanita

4
yang mempunyai siklus dengan kisaran satu atau dua hari dari statistik

rata-rata 28 hari. Siklus menstruasi yang tidak teratur pada remaja

putri adalah suatu hal yang normal. Karena sedang berkembang

menuju arah kedewasaan. Secara berangsur-angsur siklus akan

menjadi teratur menjelang usia 20 tahun (Irianto, 2015).

2. Macam – macam gangguan reproduksi

Menurut (Varney, 2007) gangguan reproduksi terdiri dari :

a. Amenore

Amenore merupakan perubahan umum yang terjadi pada

beberapa titik dalam sebagian besar siklus menstruasi.

b. Disminore

Menstruasi yang menyakitkan, terutama terjadi pada perut bagian

bawah dan punggung serta biasanya terasa seperti kram.

c. Menoragi

Menoragi merupakan salah satu dari beberapa keadaan

menstruasi yang pada awalnya berada di bawah label perdarahan

uterus disfungsional.

d. Metroragi

Metroragi apabila menstruasi terjadi dengan interval tidak teratur

atau jika terdapat insiden bercak darah atau perdarahan diantara

menstruasi.

5
e. Oligomenore

Oligomenore adalah aliran menstruasi yang tidak sering atau

hanya sedikit.

f. Sindrom Pramenstruasi

Perubahan siklik fisik, fisiologi dan perilaku (misalnya perut

mengembung, perubahan suasana hati, perubahan nafsu makan)

yang dicerminkan saat siklus menstruasi terjadi hampir pada

semua wanita beberapa waktu antara menarche dan menopause.

g. Flour Albus

Flour Albus adalah keluarnya cairan dari vagina yang

menimbulkan perasaan kurang nyaman (Jamaan, 2013).

B. Flour Albus

1. Pengertian Flour Albus

Flour Albus adalah cairan yang keluar berlebihan dari vagina

bukan merupakan darah (Sibagariang, 2016). Flour Albus merupakan

sekresi vaginal abnormal pada wanita. Keputihan yang disebabkan

oleh infeksi biasanya disertai dengan rasa gatal di dalam vagina dan di

sekitar bibir vagina bagian luar, kerap pula disertai bau busuk, dan

menimbulkan rasa nyeri sewaktu berkemih atau bersenggama

(Shadine, 2012).

6
C. Daun Sirih

1. Pengertian

Daun sirih merah (piper crocatum) termasuk dalam famili

Piperaceae, tumbuh merambat dengan bentuk daun menyerupai hati dan

bertangkai, yang tumbuh berselang-seling dari batangnya serta

penampakan daun yang berwarna merah keparakan serta mengkilap.

Tanaman ini sangat mudah di dapatkan, karna daun sirih merah ini

merupakan daun yang multifungsi. Dalam daun sirih merah (piper

crocatum) terdapat kandungan senyawa fitokimia yakni alkaloid,

saponin, tannin, dan flavonoid (Werdhany dkk, 2008).

2. Kandungan Kimia Daun Sirih

Daun sirih merah (piper crocatum) ini mempunyai aroma yang

khas karena memiliki kandungan minyak atsiri 1-4,2%, air, protein,

lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, vitamin A, B, C, yodium, gula dan

pati. Di antara kandungan tersebut, dalam minyak atsiri terdapat fenol

alam yang mempunyai daya antiseptik 5 kali lebih kuat dibandingkan

fenol biasa (Bakterisid dan Fungisid). Minyak atsiri merupakan minyak

yang mudah menguap dan mengandung aroma atau wangi yang khas.

Minyak atsiri dari daun sirih mengandung 30% fenol dan beberapa

derivatnya. Minyak atsiri terdiri dari hidroksi kavikol, kavibetol,

estragol, eugenol, metileugenol, karbakrol, terpen, seskuiterpen,

fenilpropan, dan tannin. Kavikol merupakan komponen paling banyak

dalam minyak atsiri yang memiliki bau khas pada sirih. Kavikol bersifat

7
mudah teroksidasi dan bisa menyebabkan perubahan warna (Manoi,

2007).

3. Manfaat daun sirih

Kegunaan daun sirih merah (piper crocatum) yaitu untuk

kewanitaan biasanya berguna untuk mengencangkan oragan

kewanitaan. Tetapi pada umumnya penggunaan sebagai mencuci atau

membersihkan organ intim, dan bisa digunakan setelah melahirkan.

Menurut pengobatan tradisional, daun sirih merah (piper crocatum)

dapat menegmbalikan organ intim menjadi lebih kencang dan

mengatasi kekeringan pada genitalia. Selain itu,daun sirih merah (piper

crocatum) mengatasi bau organ kewanitaan yang menyebabkan gatal-

gatal dan bau (Manoi, 2007).

D. Manajemen Asuhan Kebidanan

1. Definisi

Manajemen asuhan kebidanan adalah pendekatan yang digunakan

Bidan dalam memberikan asuhan kebidanan mulai dari pengkajian,

perumusan diagnosis kebidanan, perencanaan, implementasi, evaluasi dan

pencatatan asuhan kebidanan (Menteri Kesehatan, 2020).

Manajemen Kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan

berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam

rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan

8
yang berfokus pada klien (Asrinah et al., 2017)

Bidan adalah seorang perempuan yang telah menyelesaikan

program pendidikan kebidanan baik di dalam negeri maupun di luar negeri

yang diakui secara sah oleh Pemerintah Pusat dan telah memenuhi

persyaratan untuk melakukan praktik kebidanan. Praktik Kebidanan adalah

kegiatan pemberian pelayanan yang dilakukan oleh Bidan dalam bentuk

asuhan kebidanan (Menteri Kesehatan, 2020).

Kompetensi Bidan adalah kemampuan yang dimiliki oleh lulusan

pendidikan profesi Bidan yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan

sikap dalam memberikan pelayanan kebidanan pada bayi baru

lahir/neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah, remaja, masa sebelum

hamil, masa kehamilan, masa persalinan, masa pasca keguguran, masa

nifas, masa antara, pelayanan keluarga berencana, masa klimakterium,

kesehatan reproduksi dan seksualitas perempuan, serta keterampilan dasar

praktik klinis kebidanan (Menteri Kesehatan, 2020).

Asuhan Kebidanan adalah rangkaian kegiatan yang didasarkan pada

proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh Bidan

sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu

dan kiat kebidanan (Menteri Kesehatan, 2020).

Asuhan adalah bantuan yang diberikan oleh bidan kepada individu,

klien. Kebidanan adalah bentuk pelayanan kesehatan yang komperhensif

dan karakteristik berdasarkan ilmu dan seni kebidanan yang ditujukan

pada wanita atau khususnya dalam masa prakonsepsi, masa kehamilan,

9
masa nifas dan bayi baru lahir, upaya masa interval dengan upaya

promotif, preventative dan rehabilitatif baik secara individu, keluaarga,

kelompok masyarakat sesuai wewenang, tanggung jawab dan kode etik

profesi bidan.

Macam-macam asuhan itu sendiri terdiri dari asuhan komprehensif

dan continuity of care. Asuhan komprehensif adalah suatu pemeriksaan

yang dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan laboratorium

dan konseling, mencakup 4 kegiatan pemeriksaan berkesinambungan

diantaranya adalah asuhan antenatal care, intranatal care, postnatal care

dan neonatal care. Continuity of care dalam kebidanan adalah serangkaian

kegiatan peladenan yang berkelanjutan dan menyeluruh mulai dari

kehamilan, persalinan, nifas, pelayanan bayi baru lahir serta pelayanan

keluarga berencana yang menghubungkan kebutuhan kesehatan

perempuan khususnya dan keadaan pribadi setiap individu (Homer et al.,

2014).

Continuity of midwifery care adalah pelayanan yang dicapai ketika

terjalin hubungan yang terus-menerus antara seorang wanita dan bidan.

Asuhan yang berkelanjutan berkaitan dengan kualitas pelayanan dari

waktu kewaktu yang membutuhkan hubungan terus menerus antara pasien

dengan tenaga profesional kesehatan. Layanan kebidanan harus disediakan

mulai prakonsepsi, awal kehamilan, selama semua trimester, kelahiran dan

melahirkan sampai enam mingggu pertama postpartum (Pratami, 2014).

10
2. Langkah Manajemen Asuhan Kebidanan

Menurut Helen Varney (2007) bahwa manajemen asuhan kebidanan

adalah proses pemecahan masalah yang ditemukan, dalam metode Varney

terdapat proses majamen tersebut terdiri 7 langkah, yaitu:

a. Mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk menilai keadaan

klien secara keseluruhan.

b. Menginterpretasikan data untuk identifikasi diagnosa/masalah.

c. Mengidentifikasikan diagnosa/masalah potensial dan mengantisipasi

penanganannya.

d. Menetapkan kebutuhan klien/terhadap tindakan segera, konsultasi,

kolaborasi dengan nakes lain dirujukan.

e. Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan

rasional. Berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah

sebelumnya.

f. Mengevaluasi asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali

pelaksanaan proses untuk aspek-aspek asuhan yang efektif.

Langkah-langkah manajemen varnet dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Langkah I (Pengumpulan Data Dasar)

Pengumpulan data dasar dilakukan untuk mengevaluasi keadaan pasien

termasuk didalamnya, riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, catatan

rumah sakit sebelum atau baru, data laboratorium. Pada langkah

pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data

yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap

11
b. Langkah II (Interprestasi Data Dasar)

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis

atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar

atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah

dikumpulkan dinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau

diagnosis yang spesifik (Asrinah et al., 2017)

c. Langkah III (Antisipasi Masalah atau Diagnosa Potensial)

Setelah didapatkan masalah atau diagnosa, maka masalah tersebut

dirumuskan mencakup masalah potensial yang berkaitan dengan

diagnosa kebidanan adalah merupakan masalah yang mungkin timbul

apabila tidak segera ditanggulangi maka dapat mempegaruhi

keselamatan hidup pasien/klien. Oleh sebab itu masalah potensial

haruslah segera diatasi, dicegah dan diawasi serta segera dipersiapkan

untuk mengatasinya. Pada langkah ini Kita mengidentifikasi masalah

atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan

diagnosis yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan

antisispasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan (Asrinah et al.,

2017).

d. Langkah IV (Tindakan segera atau Kolaborasi)

Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi dan

menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnose dan masalah

ditegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi,

kolaborasi, dan melakukan rujukan (Sari et al., 2015). Langkah

12
keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen

kebidanan. Jadi manajemen kebidanan bukan hanya selama asuhan

primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama

perempuan tersebut bersama bidan terusmenerus (Asrinah et al., 2017).

e. Langkah V (Rencana Manajemen)

Setelah beberapa kebutuhan pasien ditetapkan, diperlukan perencanaan

secara menyeluruh terhadap masalah dan diagnosa yang ada (Sari,

2012). Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa

yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien, atau dari setiap masalah

yang berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap

perempuan tersebut (Asrinah et al., 2017).. Semua keputusan yang

dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-

benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta

sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak dilakukan oleh

klien (Sari et al., 2015).

f. Langkah VI (Pelaksanaan)

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang

telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efiensi dan

aman (Asrinah et al., 2017). Pelaksaan ini dapat dilakukan oleh bidan

secara mandiri maupun berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.

Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung

jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (Sari et al., 2015).

g. Langkah VII (Evaluasi)

13
Pada langkah ke 7 ini dilakukan evaluasi efektivitas dari asuhan yang

telah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan telah

apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan apa yang telah

diidentifikasi dalam masalah dan diagnosis. Rencana tersebut bisa

dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya. Ada

kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang

sebagian belum efektif (Asrinah et al., 2017).

E. Model Dokumentasi

Dokumentasi Kebidanan adalah proses pencacatan dan penyimpanan

data-data yang bermakna dalam pelaksanaan kegiatan asuhan kebidanan dan

pelayanan kebidanan (Surtinah et al., 2019).

Dalam melakukan pencatatan asuhan kebidanan ada beberapa metode

pendokumentasian yang dapat dilakukan oleh bidan, salah satunya yaitu

dengan model SOAP. SOAP merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas,

logis dan tertulis. Bidan hendaknya menggunakan dokumentasi SOAP setiap

kali bertemu pasien. Alasan catatan SOAP dipakai dalam pendokumentasian

adalah karena metoda SOAP merupakan kemajuan informasi yang sistematis

yang mengorganisir penemuan dan kesimpulan dalam rencana asuhan, metoda

SOAP dapat dipakai sebagai penyaring inti sari proses penatalaksanaan

kebidanan dalam tujuannya penyediaan dan pendokumentasian asuhan, dan

dengan SOAP dapat membantu bidan dalam mengorganisir pikiran dan

asuhan yang menyeluruh. Prinsip dari metode SOAP adalah sama dengan

14
metode dokumntasi yang lain seperti yang telah dijelaskan diatas. Sekarang

kita akan membahas satu persatu langkah metode SOAP (Surtinah et al.,

2019).

1. Data Subjektif

Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang

klien. Ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat

sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung

dengan diagnosis. Pada klien yang menderita tuna wicara, dibagian data

dibagian data dibelakang hruf “S”, diberi tanda huruf “O” atau”X”. Tanda

ini akan menjelaskan bahwa klien adalah penederita tuna wicara. Data

subjektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan disusun

(Surtinah et al., 2019).

2. Data Objektif

Data objektif merupakan data yang diperoleh dari hasil

pemeriksaan/observasi bidan atau tenaga kesehatan lain. Yang termasuk

dalam data objektif meliputi pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan

laboratorium, atapu pemeriksaan diagnostik lainnya (Surtinah et al., 2019).

3. Analisis/Assesment

Langkah selanjutnya adalah analysis. Langkah ini merupakan

pendokumentasian hasil analisis dan intrepretasi (kesimpulan) dari data

subjektif dan objektif. Karena keadaan klien yang setiap saat bisa

15
mengalami perubahan, dan akan ditemukan informasi baru dalam data

subjektif maupun data objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi

sangat dinamis. Saudara-saudara, di dalam analisis menuntut bidan untuk

sering melakukan analisis data yang dinamis tersebut dalam rangka

mengikuti perkembangan klien. Analisis yang tepat dan akurat mengikuti

perkembangan data klien akan menjamin cepat diketahuinya perubahan

pada klien, dapat terus diikuti dan diambil keputusan/tindakan yang tepat.

Analisis data adalah melakukan intrepretasi data yang telah dikumpulkan,

mencakup diagnosis, masalah kebidanan, dan kebutuhan (Surtinah et al.,

2019).

4. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan adalah mencatat seluruh perencanaan dan

penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,

tindakan segera, tindakan secara komprehensif; penyuluhan, dukungan,

kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan. Tujuan penatalaksanaan untuk

mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan

mempertahan kesejahteraanya (Surtinah et al., 2019).

16
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI

PADA NY. UUMUR 25 TAHUN FLOUR ALBUS

DENGAN TERAPI REBUSAN DAUN SIRIH

DI __________________

KUNJUNGAN 1
Tempat Praktek/Ruang :
Pengkajian Tanggal :
Oleh :

A. Pengkajian Data

1. Identitas

Identitas Istri Identitas Suami

Nama : Ny. A Tn. S


Umur : 25 Th 27 Th
Gol darah : O -
Pendidikan : SMA S1
Pekerjaan : IRT Guru
Agama : Islam Islam
Suku Bangsa :
Alamat :

No Telpon :

17
2. Data Subyektif

Ny. A mengatakan mengalami keputihan sejak 1 minggu yang lalu sering

keluar lendir kental yang berlebihan, berwarna putih keruh, berbau dan

merasa gatal pada alat genetalianya.

3. Riwayat Obstetri:

Lama menikah : 3 tahun

Jumlah anak : 0 orang

Abortus : 1 x (blighted ovum 2 tahun yang lalu)

Riwayat Menstruasi

Menarche :10 Tahun Konsistensi : cair

Siklus : 28 hari Teratur : ya

Lama : 6 hari Jumlah : ± 100 cc

Warna : Merah kecoklatan. Keluhan : kadang dismenorea

4. Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang : Tidak ada
b. Riwayat penyakit sistemik
1) Jantung : Pasien mengatakan tidak merasa jantung
berdebar debar dalam menjalankan
aktifitas
2) Ginjal : Pasien mengatakan tidak ada keluhan
dalam perkemihan
3) Asma / TBC : Pasien mengatakan tidak merasa sesak dan
batuk-batuk pada malam hari

18
4) Hepatitis : Pasien mengatakan tidak merasa mual
maupun nyeri pada perut bagian atas
kanan.
5) DM : Pasien mengatakan tidak merasa sering
lapar, sering haus dan buang air kecil pada
waktu tertentu
6) Hipertensi : Pasien mengatakan tidak mengalami tensi
tinggi pada saat diukur tekanan darahnya
7) Epilepsi : Pasien mengatakan tidak pernah
mengalami kejang-kejang secara
mendadak
8) Lain-lain : Tidak ada
c. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan adanya riwayat hipertensi dari ibu kandung
d. Riwayat keturunan kembar:
Dalam keluarga tidak ditemukan adanya keturunan kembar
e. Riwayat operasi:
Tidak ditemukan adanya riwayat operasi dalam keluarga baik ringan
maupun berat

5. Riwayat Keluarga Berencana


No Jenis Pasang Lepas
Kontrasepsi Mulai Lama Keluhan Tanggal Alasan
Pemakaian Pemakaia Berhenti
n
1 - - - - - -

6. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu


Hamil ke Tgl Usia Jenis Penolo Penyulit/ masalah ASI JK BB Keada
lhr Hamil partus ng Hamil Bersali Nifas an
n
1 2 th 6 Blight Curret
yang mingg ed age
lalu u ovum

19
7. Pola kebiasaan sehari-hari
No Pola kebiasaan
a. Nutrisi Makan 3 kali sehari dengan porsi sedang, dan
: lauk beraneka ragam Minum air putih 8-9
gelas sehari. Tidak ada pantangan/ alergi
makanan.
b. Eliminasi BAB 1 hari sekali, tidak ada keluhan sakit saat
: BAB. BAK 2-3 kali sehari, tidak nyeri saat
berkemih, warna kuning jernih.
c. Aktivitas Ibu rumah tangga
:
d. Istirahat Pada siang hari tidur 1-2 jam dan pada malam
: hari tidur 7-8 jam.
e. Seksualitas Seminggu 3-4 kali
:
f. Hygiene Mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari,
: ganti celana dalam 2-3 kali/hari atau setiap
kali basah.

8. Data Psikologis
Ny. A mengatakan merasa cemas dan khawatir dengan keadaannya.

B. Data Obyektif

1. Status Generalis
a. KU : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda Vital
TD : 110 / 70 mmHg
Nadi : 84 x / menit

20
Pernafasan : 24 x / menit
Suhu : 36, 80C
d. BB : 59 kg
e. Tinggi Badan : 153 cm
f. LILA : 25 cm

2. Pemeriksaan Fisik Sistematis


a. Kepala
1) Rambut : Bentuk simetris, tidak tampak ada lesi, normal,
tidak nyeri saat perabaan.
2) Muka : Wajah tidak pucat
3) Mata
a) Oedema : Tidak ada oedema
b) Conjungtiva : Tidak anemis (-/-)
c) Sklera : Putih tidak ikterik (-/-)
4) Hidung : Bersih, tidak ada polip
5) Telinga : Simetris, bersih, tidak ada kelainan.
6) Mulut/gigi/gusi : Bibir tidak pucat, lembab tidak kering, gigi
bersih tidak berlubang, tidak ada caries gigi,
gusi tidak bengkak.
b. Leher
1) Kelenjar Gondok : Tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid
2) Tumor : Tidak teraba benjolan lunak
3) Pembesaran Kelenjar Limfe : Tidak ada pembesaran kelenjar
limfe
c. Dada dan Axilla
1) Mammae
a) Tumor : Tidak teraba benjolan lunak
b) Simetris : Simetris kanan dan kiri
c) Puting susu : Menonjol

21
2) Axilla
a) Benjolan : Tidak teraba benjolan
b) Nyeri : Tidak teraba nyeri tekan

d. Ekstermitas
1) Atas : Normal, jari lengkap, tidak ada kelainan,
tidak ada oedema
2) Bawah
a) Varices : Tidak ditemukan adanya varices
b) Oedema : Tidak ditemukan adanya oedema
c) Reflek Patella : Kanan kiri positif (+/+)
d) Kuku : Bersih

3. Pemeriksaan Khusus Obstetri (Lokalis)


a. Abdomen : tidak ada pembesaran perut, tidak ada luka
bekas operasi, tidak teraba nyeri tekan
b. Anogenital
1) Vulva Vagina
a) Varises : Tidak ditemukan adanya varises
b) Luka : Tidak ditemukan adanya luka
c) Kemerahan : Tidak ditemukan adanya kemerahan
d) Nyeri : Tidak ditemukan adanya nyeri
e) Kelenjar Bartolini : Tidak ditemukan adanya pembesaran
kelenjar bartolini
f) Pengeluaran : Ada cairan kental, putih keruh, berbau
2) Perineum
a) Bekas luka : Tidak ada
b) Lain-lain : Tidak ada

22
3) Anus
a) Haemorhoid : Tidak ditemukan adanya pembengkakan
haemorhoid
b) Lain-lain : Tidak ada

4. Pemerikaan Penunjang
IVA Test : negatif

C. Analisis Data

Ny. A umur 25 tahun P0A1 dengan gangguan reproduksi Flour Albus.

Masalah potensial : Infeksi genetalia seperti bengkak pada vagina, nyeri dan

terdapat jaringan luka.

Antisipasi : KIE, pemberian asam folat 400 mg 2 x 1 (10 tablet)

diminum pagi dan sore, Metronidazole 500 mg 2 x 1 (10

tablet) diminum pagi dan sore. Terapi non famakologi

D. Penatalaksanaan

1. Memberitahu Ny. A tentang hasil pemeriksaan, yaitu TTV: TD : 110/70

mmHg, R: 24 x/menit, N : 84 x/menit, S : 36,8 C dan mengalami

keputihan yaitu keluarnya cairan kental yang berlebihan, berwarna putih

keruh, berbau dan gatal didaerah kewanitaan.

2. Memberikan KIE tentang cara menjaga kebersihan daerah kewanitaannya

yaitu cebok dengan benar dari depan kebelakang agar kuman yang ada di

anus tidak berpindah ke vagina, menggunakan celana yang pas, berbahan

23
katun, selalu mengganti celana dalam minimal 2 kali sehari / celana dalam

basah dan menghindari handuk yang berganti – ganti dengan orang lain.

3. Memberikan support mental pada Ny. A supaya tidan cemas bahwa

keputihannya akan sembuh.

4. Memberikan penjelasan pada Ny. A agar tidak menggaruk apabila

kewanitaannya terasa gatal, hal ini dimaksudkan untuk menghindari

terjadinya luka agar terhindar dari infeksi.

5. Memberikan terapi obat oral yaitu Asam folat 400 mg 2 x 1 (10 tablet)

diminum pagi dan sore Metronidazole 500 mg 2 x 1 (10 tablet) diminum

pagi dan sore

6. Menganjurkan ibu untuk melakukan terapi nonfarmakolgi dengan teratur

cebok menggunakan air rebusan daun sirih 2 x sehari. Cara penggunaan air

daun sirih untuk menanggulangi keputihan yaitu dengan menyiapkan daun

sirih segar 7-10 lembar, kemudian daun sirih direbus dalam 2,5 liter air,

dan dalam kondisi agak dingin atau hangat – hangat kuku, air rebusan

dipakai mencuci vagina 2 x sehari. Pembasuhan rebusan air daun sirih

dilaksanakan selama 5 hari berturut - turut sehingga dapat diketahui

efektifitas terhadap keputihan fisiologis (Saraswati, 2010 dalam (Wayan et

al., 2014).

7. Menganjurkan pada Ny. A untuk kontrol ulang 5 hari lagi

24
25
BAB IV

PEMBAHASAN

Dari pengkajian data pada tanggal 15 Desember 2021 Ny. A Umur 25

Tahun P0A1 melakukan pemeriksaan di _____________, dengan keluhan

mengalami keputihan sejak 1 minggu yang lalu sering keluar lendir kental yang

berlebihan, berwarna putih keruh, berbau dan merasa gatal pada alat genetalianya.

Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan alat

genetalia tampak adanya pengeluaran cairan kental, putih keruh, berbau. Ny. A

mengatakan merasa gatal pada alat genetalianya.

Masalah yang dialami Ny. A umur 25 tahun P0A1 adalah gangguan

reproduksi Flour Albus. Flour Albus adalah cairan yang keluar berlebihan dari

vagina bukan merupakan darah (Sibagariang dkk, 2010). Flour Albus merupakan

sekresi vaginal abnormal pada wanita. Keputihan yang disebabkan oleh infeksi

biasanya disertai dengan rasa gatal di dalam vagina dan di sekitar bibir vagina

bagian luar, kerap pula disertai bau busuk, dan menimbulkan rasa nyeri sewaktu

berkemih atau bersenggama (Shadine, 2012)

Menurut Sibagariang salah satu gejala Flour Albus, antara lain timbulnya

sekret yang berlebihan seperti susu dan dapat menyebabkan labia menjadi terasa

gatal, umumnya disebabkan oleh infeksi jamur kandida. Sekret yang berlebihan

berwarna putih kehijauan atau kekuningan dan berbau tak sedap, kemungkinan

disebabkan oleh infeksi trikomonas atau ada benda asing di vagina.

26
Sebenarnya didalam alat genital wanita terdapat mekanisme pertahanan

tubuh berupa bakteri yang menjaga kadar keasaman pH vagina. Normalnya angka

keasaman pada vagina berkisar antara 3,8 – 4,2. Sebagian besar, hingga 95%

adalah bakteri laktobasilus dan selebihnya adalah bakteri pathogen (yang

menimbulkan penyakit). Biasanya ketika ekosistem didalam keadaan seimbang

bakteri patogen tidak akan mengganggu. Masalah baru ketika kondisi asam ini

turun alias lebih besar dari 4,2. Bakteri – bakteri laktobasilus gagal menandingi

bakteri patogen. Ujungnya, jamur akan berjaya dan terjadilah keputihan. Data

penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita menunjukkan 75% wanita di dunia

pasti menderita keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya

bisa mengalaminya sebanyak dua kali atau lebih (Shadine, 2012).

Penatalaksanaan Flour Albus tergantung dari penyebab infeksi seperti

jamur, bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat – obatan untuk mengatasi

keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Obat –

obatan yang digunakan dalam mengatasi keputihan biasanya berasal dari

golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi candida dan golongan metronidazol

untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit. Sediaan obat dapat berupa sediaan

oral (tablet, kapsul), topikal seperti krem yang dioleskan dan vulva yang

dimasukkan langsung ke dalam liang vagina. Untuk keputihan yang ditularkan

melalui hubungan seksual, terapi juga diberikan kepada pasangan seksual dan

dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual selama masih dalam pengobatan

(Shadine, 2012).

27
Pada Ny. A juga diberikan terapi asam folat 400 mg 2 x 1 (10 tablet)

diminum pagi dan sore, Metronidazole 500 mg 2 x 1 (10 tablet) diminum pagi dan

sore. Selain itu, dianjurkan untuk menjaga kebersihan daerah intim sebagai

tindakan pencegahan sekaligus mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan

menjaga pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga ringan, istirahat

cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan. Ny. A juga

diberikan edukasi agar selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan

menjaganya agar tetap kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan

celana dengan bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu

ketat. Biasanya untuk mengganti pembalut, panty liner pada waktunya untuk

mencegah bakteri berkembang biak, membasuh dengan cara yang benar tiap kali

buang air yaitu dari arah depan ke belakang, dan sedapat mungkin tidak duduk di

atas kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum

menggunakannya.

Pengkaji juga menyarankan Ny. A agar dapat menggunakan air rebusan

daun sirih saat cebok secara teratur 2 x sehari. Hasil literatur menyebutkan bahwa

daun pemberian air rebusan daun sirih untuk membasuh vagina dapat mengurangi

keputihan fisiologis. Cara penggunaan air daun sirih untuk menanggulangi

keputihan yaitu dengan menyiapkan daun sirih segar 7-10 lembar, kemudian daun

sirih direbus dalam 2,5 liter air, dan dalam kondisi agak dingin atau hangat –

hangat kuku, air rebusan dipakai mencuci vagina 2 x sehari. Pembasuhan rebusan

air daun sirih dilaksanakan selama 5 hari berturut - turut sehingga dapat diketahui

28
efektifitas terhadap keputihan fisiologis (Saraswati, 2010 dalam (Wayan et al.,

2014).

Daun sirih mengandung minyak atsiri yang terdiri dari betlephenol, kavikol,

seskuiterpan, hidroksikavikol, cavibetol, estragol, eugenol, dan karvakol.

Beberapa literature menyatakan bahwa daun sirih juga mengandung enzim

diastase, gula, dan tannin. Biasanya, daun sirih muda mengandung diastase, gula,

dan minyak atsiri lebih banyak dibandingkan dengan daun sirih tua. Sementara

inti kandungan taninnya relative sama. Senyawa Eugenol pada daun sirih, terbukti

mematikan jamur Candida albicans penyebab keputihan, sementara tannin,

merupakan astringen, yang mengurangi sekresi cairan pada vagina (Gunawan,

2004 dalam Wayan et al., 2014).

Daun sirih mempunyai banyak kandungan yang sangat bermanfaat bagi

kesehatan antara lain mengandung arecoline di seluruh bagian tanaman yang

bermanfaat untuk merangsang saraf pusat dan daya pikir, meningkatkan gerakan

peristaltik. Dengan peningkatan peristaltik, berarti dapat memperlancar peredaran

darah sehingga kandungan oksigen juga menjadi lebih baik sehingga sangat

membantu proses penyembuhan luka. Daunnya mengandung eugenol yang

mampu mencegah ejakulasi dini, membasmi jamur Candida albicans, dan bersifat

analgesik sehingga dapat meredakan rasa nyeri pada luka. Sedangkan kandungan

karvakrol bersifat disinfektan dan antijamur sehingga bisa digunakan sebagai

antiseptik untuk menghilangkan bau dan keputihan serta mencegah infeksi.

Kandungan kimia minyak atsiri dalam daun sirih bertindak sebagai antiseptik dan

penghilang bau badan seperti, kadinen, kavikol, sineol, eugenol, karvanol dan zat

29
samak. Selain sebagai ramuan secara eksternal, daun sirih juga bisa digunakan

sebagai ramuan penghilang bau badan secara internal atau dengan diminum

(Damarini et al., 2013).

Hasil penelitian mustika juga dapat disimpulakan bahwa penggunaan air

rebusan daun sirih pada responden yang berumur 18 tahun sebanyak 103 orang

(28,93%), berumur 19 tahun sebanyak 169 orang (47,47%) dan umur 20 tahun

sebanyak 84 orang (23,60%) setelah menggunakan air rebusan daun sirih 94,38%

mengalami perubahan, dengan hasil analisis nilai Z = -4,000, dengan p=0,000

(p<0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa rebusan air daun sirih efektif mengatasi

keputihan fisiologis (Wayan et al., 2014).

30
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ny. A umur 25 tahun P0A1 dengan gangguan reproduksi Flour Albus.

Penatalaksanaan yang diberikan pada Ny. A adalah KIE terkait personal

hygine dan pemberian obat-obatan farmakologi yaitu asam folat 400 mg 2 x 1

(10 tablet) diminum pagi dan sore, Metronidazole 500 mg 2 x 1 (10 tablet)

diminum pagi dan sore dan terapi nonfarmakologi dengan cebok

menggunakan daun sirih. Secara keseluruhan pemeriksaan serta asuhan yang

diberikan oleh bidan untuk masalah pada klien Ny. A sudah sesuai dengan

teori yang diajarkan dan tidak ditemukan kesenjangan antara yang terjadi

dilapangan dengan teori yang ada.

B. Saran

1. Bagi Klien

Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi dengan banyak membaca dan mempraktekkan pola hidup

yang sehat terutama dalam menjaga kebersihan alat genetalia.

2. Bagi Profesi

Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kebidanan dan

mengembangkan asuhan kebidanan pada kasus gangguan reproduksi

dengan Flour Albus.

1
3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat menambah referensi bacaan untuk institusi

pendidikan, terutama asuhan kebidanan dalam penanganan Flour Albus.

2
DAFTAR PUSTAKA

Asrinah, Putri, S. S., Sulistyorini, D., Muflihah, I. S., & Sari, D. N. (2017).

Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. In Graha Ilmu. Graha Ilmu.

Damarini, S., Eliana, & Mariati. (2013). Efektivitas Sirih Merah dalam Perawatan

Luka Perineum di Bidan Praktik Mandiri The Effectiveness of Red Betel in

Healing Perineal Wound in Independent. Jurnal Kesehatan Masyarakat

Nasional, 8(3), 39–44.

Homer, C. S. E., Friberg, I. K., Dias, M. A. B., Ten Hoope-Bender, P., Sandall, J.,

Speciale, A. M., & Bartlett, L. A. (2014). The projected effect of scaling up

midwifery. In The Lancet (Vol. 384, Issue 9948).

https://doi.org/10.1016/S0140-6736(14)60790-X

Irianto, K. (2015). Kesehatan Reproduksi , Teori & Praktikum. In Reproductive

Health.

Jamaan, T. (2013). Panduan Praktis Mengatasi Penyakit Pada Wanita. Onbloss

Creative.

Manuaba. (2012). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. EGC.

Menteri Kesehatan. (2020). Standar Profesi Bidan. Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia.

Pratami, E. (2014). Konsep Kebidanan Berdasarkan Kajian Filosofi dan Sejarah

(1st ed.). Forum Ilmiah Kesehatan.

Prijatini, I., & Rahayu, S. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Kebidanaan

Kesehatan Reproduksi Dan Keluarga Berencana (Vol. 148, Issue 2).

1
BPPSDM Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

Sari, A., Ulfa, I. M., & Ramalida, D. (2015). Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan.

In Media.

Shadine, M. (2012). Penyakit Wanita. Citra Pustaka.

Sibagariang, E. E. (2016). Kesehatan Reproduksi Wanita. Trans info media.

Surtinah, N., Sulikhah, & Nuryani. (2019). Dokumemtasi Kebidanan. Prodi

Kebidanan Poltekkes Kemenkes Surabaya.

Trisnawati, I. (2018). Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Keputihan

Patologis pada Wanita Usia Subur yang Bekerja di PT Unilever Cikarang

Bekasi. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes, 9(1), 45–50.

Wayan, M., Astini, P. S., & Yunianti, N. P. (2014). PENGGUNAAN AIR

REBUSAN DAUN SIRIH TERHADAP KEPUTIHAN FISIOLOGIS DI

KALANGAN REMAJA PUTRI MAHASISWA POLTEKES DENPASAR.

Jurnal Skala Husada, 11(1), 101–106.

Anda mungkin juga menyukai