Anda di halaman 1dari 17

Metode Story Telling Terhadap Efikasi Diri Anak Tuananetra

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS

METODE STORY TELLING BERMEDIA AUDIO TERHADAP EFIKASI


DIRI ANAK TUNANETRA

Diajukan kepada Universitas Negeri Surabaya


untuk Memenuhi Persyaratan Penyelesaian
Program Sarjana Pendidikan Luar Biasa

Oleh:
Titis Sari Dwi Mukti
NIM:15010044015

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA

2019

Metode Story Telling Terhadap Efikasi Diri Anak Tuananetra

1
METODE STORY TELLING BERMEDIA AUDIO TERHADAP EFIKASI
DIRI ANAK TUNANETRA

Titis Sari Dwi Mukti dan Murtadlo


(Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya)

Abstrak : Dilatarbelakangi oleh kemampuan dalam efikasi diri anak tunanetra dalam pembelajaran yang
masih perlu dikembangkan. Dalam penelitian ini kemampuan efikasi diri anak tunanetra ditingkatkan
melalui metode story telling bermedia audio. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh
metode story telling bermedia audio terhadap efikasi diri anak tunanetra di SLB-A YPAB Tegalsari Surabaya.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan penelitian kuantitatif dengan jenis pre eksperimen
dan rancangan one group pre test-post test design. Teknik statistik yang digunakan dalam analisis data adalah
wilcoxon. Teknik pengumpulan data berupa tes, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian diperoleh dari
hasil pre-test dan post-test. Hasil pre-test 35.35, dan hasil post-test 86.78. Diperoleh hasil Zh=2.36 lebih besar
dibanding Zt=1,96 dengan nilai krisis 5%. Jadi ada pengaruh metode story telling bermedia audio terhadap
efikasi diri siswa tunanetra di SLB-A YPAB Tegalsari Surabaya.
yang telah dijalaninya. Bandura dalam
Kata kunci: story telling, efikasi diri, tunanetra Alwisol (2009:287), efikasi diri
merupakan sumber pengontrol tingkah
PENDAHULUAN laku tersebut antara lingkungan,
Keyakinan diri seseorang penting tingkah laku dan pribadi.
agar dapat mencapai tujuan yang Menurut Somantri (2012:65),
diharapkan secara optimal. Efikasi diri tunanetra merupakan individu yang tidak
membantu seseorang dalam menentukan berfungsi sempurna dalam indera
pilihan, kegigihan dan ketekunan yang penglihatannya (kedua-duanya) sebagai
mereka tunjukkan dalam menghadapi saluran penerima informasi dalam kegiatan
kesulitan, dan derajat kecemasan atau sehari-hari seperti halnya orang awas.
ketenangan yang mereka alami saat mereka Efikasi diri pada anak tunanetra terutama
mempertahankan tugas-tugas yang di muncul sebagai akibat langsung maupun
kehidupan mereka (Bandura, 2001:189). tidak langsung dari ketunanetraan.
Dengan efikasi diri siswa akan mampu Menurut Bahar (2015:171), kurangnya
merencanakan tindakan, menampilkan motivasi, ketakutan menghadapi
perilaku baru, merespon dengan aktif dan lingkungan sosial yang lebih luas atau
kreatif serta mampu memberikan solusi baru, perasaan rendah diri, malu, sikap-
atau memecahkan masalah terhadap sikap masyarakat yang seringkali tidak
persoalan hidup yang sedang dialami siswa menguntungkan seperti penolakan,
maupun tugas yang diberikan, (Harahap, penghinaan, sikap tak acuh, ketidakjelasan
2016:54). tuntutan sosial, serta terbatasnya
Seharusnya siswa usia 8 sampai 9 kesempatan bagi anak untuk belajar
tahun menunjukkan kemampuan dalam tentang pola-pola tingkah laku yang
menghadapi dan memecahkan masalah diterima maupun kecenderungan tunanetra
yang ada disekitarnya adalah dasar utama yang dapat mengakibatkan perkembangan
dari tindakan dalam efikasi diri, sosialnya menjadi terhambat. Hal ini
(Syaefullah, 2015:2). Dalam perkembangan mengakibatkan efikasi diri anak tunanetra
Efikasi dalam diri berkembang sesuai rendah, karena keyakinan diri anak kurang
dengan masa perkembangan dalam diri dalam mengerjakan tugas.
masing-masing siswa. Efikasi dapat Hasil observasi dan wawancara
berkurang maupun bertambah sesuai pada tanggal 12 November 2018 di
dengan kemampuan individu melakukan SDLB-A YPAB Tegalsari Surabaya,
evaluasi terhadap setiap fase kehidupan menemukan anak tunanetra yang

2
Metode Story Telling Terhadap Efikasi Diri Anak Tuananetra

kurang aktif dalam pembelajaran terutama meningkatkan efikasi diri pada siswa
dalam bersosialisasi pada saat tunadaksa mampu meningkatakan efikasi
pembelajaran. Anak cenderung lebih diam diri pada siswa. Penelitian ini juga
atau mengalah dengan temannya saat dijadikan dasar empiris karena memiliki
proses pembelajaran berlangsung. Anak persamaan untuk meningkatkan efikasi diri
kurang aktif saat pembelajaran dan pada siswa. Penelitian konseling individu
keyakinan diri anak dalam mengerjakan tersebut digunakan untuk meningkatkan
tugas kurang. efikasi diri anak tunadaksa dan metode
Berdasarkan uraian di atas efikasi penelitian yang dipakai metode kualitatif.
diri anak tunanetra perlu ditingkatkan, Sedangkan penelitian yang akan dilakukan
dalam penelitian ini akan diterapkan adalah metode story telling bermedia
metode story telling bermedia can (cerita aplikasi android untuk meningkatkan
anak nusantara) yang bermanfaat untuk efikasi diri anak tunanetra dengan metode
melatih ketrampilan berbicara, dan berani penelitian kuantitatif.
untuk mengungkapkan pendapat di depan Metode story telling terlebih dahulu
orang banyak. Meningkatkan keyakinan harus menetapkan pembicara dan
diri anak dalam berinteraksi dengan, dan pendengar, pembicara membacakan
bermanfaat untuk mengembangkan aspek- ringkasannya selengkap mungkin, dengan
aspek efikasi diri anak berupa keyakinan memasukkan ide-ide pokok dalam
diri melaksanakan tugas dan bersosialisasi ringkasannya. Sementara pendengar
dalam pembelajaran (Frank dalam Yulia, menyimak ide-ide pokok yang kurang
2007:98). Metode Story telling bermedia can lengkap dan membantu mengingat ide-ide
(cerita anak nusantara) yang akan pokok dengan menghubungkan materi
diterapkan berisi cerita dongeng anak sebelumnya atau dengan materi lainnya,
nusantara. (Hasbiyah, 2017:46). Sedangkan metode
Penelitian menggunakan metode story telling bermedia can (cerita anak
story telling berkaitan dengan penelitian nusantara) ini berbentuk suara berasal
terdahulu relevan yang dijadikan dasar dari aplikasi android disambungkan
penelitian ini yaitu penelitian yang dengan speaker sehingga suara terdengar
dilakukan oleh Pratiwi (2016). Hasil dengan jelas menceritakan tentang kegiatan
penelitian menyatakan bahwa setelah seharihari anak. Hal ini sesuai dengan
dilakukan metode story telling untuk pendapat (Kurniawan, 2015:1051),
meningkatkan keterampilan berbicara berkaitan dengan karakteristik anak
meningkat secara signifikan. Penelitian tunanetra karena dalam pembelajaran anak
Pratiwi (2016) memiliki variabel bebas yang tunanetra lebih mengandalkan fungsi indra
sama yaitu metode story telling. Penelitian pendengarannya, anak tunanetra akan
tersebut digunakan untuk meningkatkan lebih mudah memahami pelajaran ketika
ketrampilan berbicara anak, subyek pembelajaran tersebut disampaikan berupa
penelitian siswa kelas II dan menggunakan suara. Manfaat metode story telling
metode penelitian tindakan kelas. bermedia can (cerita anak nusantara)
Sedangkan penelitian yang akan dilakukan adalah pendengar akan lebih tertarik,
adalah metode story telling bermedia pendengar dapat menggambarkan secara
aplikasi android untuk meningkatkan detail
efikasi diri dengan subyek anak tunanetra
dan menggunakan metode kuantitatif.
Penelitian lain yang dijadikan acuan
penelitian ini berdasarkan penelitian Sari
(2017). Hasil penelitian menunjukan bahwa
konseling pribadi dalam upaya untuk

3
Metode Story Telling Terhadap Efikasi Diri Anak Tuananetra

keadaan yang sedang diceritakan, pendengar Sugiyono (2016:74) bahwa Pre-


dapat memahami makna yang terkandung Experimental Design belum merupakan
dalam cerita dongeng, media dapat diputar eksperimen yang sunguh- sungguh atau
ulang (Sartika, 2018:3). karena masih terdapat variabel luar yang
Berdasarkan latar belakang yang telah berpengaruh pada terbentuknya variabel
diuraikan di atas mengenai permasalahan dependen
dalam kemampuan efikasi diri anak (terikat). hal ini terjadi karena tidak
tunanetra perlu dioptimalkan agar anak adanya variabel kontrol, dan sampel yang
tunanetra yakin dalam melaksanakan tugas digunakan tidak dipilih secara random.
dan bersosialisasi saat pembelajaran di SLBA Penelitian ini menggunakan jenis
YPAB Tegalsari Surabaya serta manfaat dari penelitian pre-experimental design, karena
metode story telling bermedia audio yang penelitian ini digunakan untuk mencari
telah dipaparkan. Berkaitan dengan hal suatu perubahan dengan adanya suatu
tersebut, maka telah dilakukan penelitian perlakuan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengenai pengaruh metode story telling menguji pengaruh metode story telling
bermedia audio terhadap efikasi diri anak bermedia audio terhadap efikasi diri
tunanetra di SLB-A YPAB Tegalsari Surabaya. anak tunanetra di SLB-A YPAB Tegalsari
Surabaya
TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini yakni untuk C. Desain Penelitian
untuk menguji pengaruh metode story telling Penelitian ini menggunakan
bermedia audio terhadap efikasi diri anak rancangan pre-eksperimen dengan jenis
tunanetra di SLB-A YPAB Tegalsari Surabaya. onegroup pre test-post test design karena
tidak adanya variabel kontrol dan subjek
METODE A. Pendekatan Penelitian tidak diambil secara acak selain itu
Penelitian ini tentang Pengaruh Metode subjek diberikan pre-tes terlebih dahulu
Story Telling Bermedia audio sebelum diberikan perlakuan atau
Terhadap Efikasi Diri Anak Tunanetra di treatment kemudian baru dilakukan post-
SLB-A YPAB Tegalsari Surabaya test. Hal ini bertujuan untuk
menggunakan pendekatan kuantitatif karena membandingkan keadaan sebelum dan
data yang digunakan menghubungkan antara sesudah diberi perlakuan. Hal ini dapat
variabel dependent (terikat) dan variabel digambarkan sebagai berikut (Sugiyono,
independent (bebas) dan menguji hipotesis 2016:74):
yang telah dirumuskan. Metode kuantitatif
menurut Sugiyono, (2016:10) metode ini 𝐎𝟏 × 𝐎𝟐
berlandaskan filsafat positivisme, yaitu
sesuatu yang konkrit, dapat diamati, dapat Keterangan:
dikategorikan, tidak berubah, dapat diukur, O1 : Pre tes /observasi
dan diverifikasi. Penelitian ini menggunakan awal, merupakan langkah
pendekatan penelitian kuantitatif yang dilakukan untuk
dikarenakan data yang digunakan variabel mengetahui kemampuan awal
bebas (variabel independen) dan variabel anak tunanetra berkaitan
terikat (variabel dependen) serta untuk kemampuan efikasi diri pada
menguji rumus yang telah ditetapkan terlebih siswa tunanetra sebelum
dahulu dan hasil pada penelitian ini berupa pemberian metode Story telling
angka bermedia audio. Pre-tes dilakukan
pada pertemuan pertama atau awal.
Pre-tes dilakukan dengan observasi
B. Jenis Penelitian menggunakan lembar
pengamatan/observasi dan tes unjuk
Penelitian ini menggunakan jenis
kerja/ perbuatan.
PreExperimental Design. Menurut

4
Metode Story Telling Terhadap Efikasi Diri Anak Tuananetra

X : Treatment/ pemberian perlakuan pada


siswa tunanetra berupa pemberian E. Subjek penelitian
metode Story telling bermedia audio Subyek yang dipakai dalam
untuk meningkatkan efikasi diri penelitian ini berjumlah 7 orang anak
siswa. Subyek diberikan 6x kelas II totally blind (buta total) di SLB-A
pertemuan pemberian perlakuan YPAB Surabaya, dengan karakteristik
(1x30 menit) memerlukan pengembangan efikasi diri
O2 : Post test/ obervasi akhir untuk dalam
mengembangkan kemampuan keyakinan diri melaksanakan tugas
setelah diberi treatment/perlakuan. seharihari.
Post-test dilakukan di akhir
pertemuan setelah diberikan Berikut tabel subjek penelitian:
perlakuan/ treatment menggunakan Tabel 3.1
metode Story telling bermedia audio Identitas Subjek Penelitian
terhadap efikasi diri anak tunanetra. No Nama Jenis Kelamin
(L/P)
Post-test dilakukan pada pertemuan 1 KA L
akhir. Post-test dilakukan dengan 2 NA P
Hambatan
observasi menggunakan lembar 3 NL P
Efikasi diri anak
pengamatan/observasi dan tes unjuk 4 IS P
tunanetra
kerja/ perbuatan. 5 FK L

- = pengaruh metode story telling 6 BP L

bermedia audio terhadap efikasi diri anak 7 RS L

tunanetra.
Pada desain penelitian ini, yang dimaksud F. Variabel Penelitian Dan Definisi
(O) dan (X) adalah pemberian perlakuan Operasional 1. Variabel Penelitian
pada kemampuan efikasi diri pada anak Variabel penelitian merupakan suatu
tunanenetra di SLB-A YPAB Tegalsari kondisi atau keadaan yang memiliki
Surabaya. Observasi yang dimaksud dalam karakteristik yang berbeda antara satu
penelitian ini yaitu observasi sebelum diberi sama lain hal ini sependapat dengan
perlakuan dan setelah perlakuan. Observasi kerlinger (dalam sugiyono, 2016:39)
sebelum perlakuan ) yaitu observasi awal, variabel merupakan sesuatu yang
kemampuan efikasi diri pada anak bervariasi. Kidder (dalam sugiyono,
tunananetra di SLB-A YPAB Tegalsari 2016:29) menyatakan bahwa suatu
Surabaya sebelum diberi perlakuan melalui variabel adalah suatu kualitas dimana
metode story telling bermedia audio. peneliti mempelajari dan menarik
Sedangkan observasi setelah perlakuan ) kesimpulan darinya. Variabel dalam
yaitu observasi akhir, kemampuan efikasi diri penelitian ini adalah:
anak tunanetra di SLB-A YPAB a. Independent variable merupakan variabel
Tegalsari Surabaya setelah diberi perlakuan yang mempengaruhi atau yang menjadi
melalui metode story telling bermedia audio sebab perubahannya atau timbulnya
terhadap efikasi diri. Perbedaan antara - dependent variable (Sugiyono, 2016:39).
yakni diasumsikan sebagai efek dari Variabel bebas pada penelitian ini ialah
perlakuan yang telah diberikan sehingga metode story telling yang dimaksud
menunjukkan adanya pengaruh metode story
Dalam penelitian ini yang termasuk
telling bermedia audio terhadap efikasi diri
variabel bebas adalah metode story telling
anak tunanetra di SLB-A YPAB
bermedia audio. Metode story telling
Tegalsari Surabaya.
bermedia audio dalam penelitian ini
terbatas pada cara meningkatkan efikasi
D. Lokasi Penelitian
diri dengan memanfaatkan media
Penelitian ini dilaksanakan di SLB-A YPAB
aplikasi android yang berupa audio yang
Tegalsari Surabaya.

5
Metode Story Telling Terhadap Efikasi Diri Anak Tuananetra

berisi tentang kegiatan melaksanakan d) Mengawali cerita dengan


tugas dalam kegiatan sehari-hari. menggambarkan tempat,
b. Dependent variable merupakan variabel menggambarkan waktu, ekspresi
yang dipengaruhi atau yang menjadi emosi dengan diringi nyanyian atau
akibat karena adanya variabel bebas dengan memunculkan suara-suara
(Sugiyono, 2016:39). Dalam penelitian ini seperti suara binatang
yang termasuk variabel terikat adalah 4) Tahapan saat bercerita mencakup kegiatan:
efikasi diri yang dimaksud adalah a) Mendorong siswa untuk merespon
keyakinan dalam melaksanakan tugas atau mengomentati pada bagian
sehari-hari. tertentu
b) Memantau anak dengan pertanyaan
2. Definisi Operasional Variabel untuk memperdalam pemahaman
Penelitian cerita
Menghindari adanya kesalah
c) Mengajak anak untuk membuat
pahaman pengertian dalam penelitian ini,
praduga, apa yang akan terjadi
maka diuraikan definisi dari istilah yang
sebelum cerita dilanjutkan
dipakai dalam penelitian ini yaitu:
d) Memberi kesempatan untuk
a. Metode Story Telling
menginterpretasi cerita
Bermedia Audio
Metode story telling merupakan aktivitas e) Menterjemahkan kata-kata yang
mengatakan sesuatu yang mengisahkan masih dirasa sulit diterima oleh anak.
tentang perbuatan, pengalaman, atau 5) Tahapan menutup cerita dan evaluasi sebagai
kejadian yang telah terjadi maupun hasil berikut:
dari anganangan. Metode story telling a) Tanya jawab (diskusi) seputar tokoh-
bermedia audio merupakan media yang tokoh dan perbuatan yang harus
berbentuk suara dimana dalam dincontoh dan ditinggalkan
penggunaan media menggunakan b) Mendorong siswa untuk mencoba
materi cerita atau dongeng anak menceritakan kembali atau bercerita
nusantara yang diputar menggunakan dengan kreasi sendiri dan
Smartphone yang dilengkapi dengan memberikan reward kepada siswa
pengeras speaker. Suara yang keluar yang mau bercerita.
dari speaker akan nampak lebih jelas
dan anak-anak dalam ruangan akan bisa b. Efikasi Diri
mendengarkan semua. Langkahlangkah Efikasi diri merupakan suatu
dalam metode story telling sebagai keyakinan atau kepercayaan pada diri
berikut: sendiri yang mendorong individu untuk
1) Memilih tema dan judul cerita yang akan semakin berfikir, berperilaku, dan
dibawakan. termotivasi. Efikasi memegang peran yang
2) Mengkondisikan anak dengan posisi yang sangat penting dalam kehidupan sehari-
sesuai hari, seseorang akan mampu
3) Tahapan membuka atau mengawali menggunakan potensi dirinya secara
mencakup kegiatan: optimal apabila efikasi diri
a) Menanyakan kesiapan untuk mendukungnya. Individu yang memiliki
mendengarkan cerita efikasi diri yang tinggi cenderung
mengerjakan suatu tugas tertentu, atau
b) Menyampaikan sinopsis isi cerita
meskipun tugas-tugas tersebut dirasa sulit.
secara singkat
Mereka tidak memandang tugas sebagai
c) Memberikan informasi tentang
suatu ancaman yang harus mereka
tokoh-tokoh yang akan
hindari. Mereka yang gagal dalam
muncul dalam cerita melaksanakan sesuatu, biasanya cepat

6
Metode Story Telling Terhadap Efikasi Diri Anak Tuananetra

mendapatkan kembali efikasi diri setelah efikasi diri siswa tunanetra di SLB-A
mengalami kegagalan tersebut. YPAB Tegalsari Surabaya. Observasi
dilakukan ketika kegiatan
G. Teknik Pengumpulan Data pembelajaran berlangsung. Di mana
Agar diperoleh suatu data maka perlu peneliti akan terlibat dalam kegiatan
bagi peneliti untuk menggunakan suatu siswa yang diamati. Hasil observasi
metode yang tepat serta mengumpulkan digunakan sebagai data pendukung
data-data yang berkaitan erat dengan efikasi diri siswa tunanetra.
penelitian. Teknik pengumpulan data yang
akan digunakan: H. Instrumen Penelitian
1. Tes Adapun instrumen penelitian yang
Menurut (Arikunto, 2013:193) tes digunakan dalam penelitian ini terdiri
adalah serentetan pertanyaan atau dari: 1. Kisi-kisi pengembangan
latihan serta alat lain yang digunakan instrumen
untuk mengukur keterampilan, 2. Lembar tes awal/Pre Test dan lembar tes
pengetahuan, intelegensi, kemampuan akhir/Post Test.
atau bakat yang dimilki individu atau 3. Lembar Observasi
kelompok.
Penelitian ini melakukan dua kali I. Teknik Analisis Data
tes yaitu pre tes dan pos tes. Pre tes Menurut Sugiyono (2016:243), teknik
dilakukan di awal sebelum intervensi analisis data adalah proses menganalisa
dengan dilakukan, sedangkan pos tes data yang telah dikumpulkan untuk
dilakukan setelah dilakukan intervensi. menjawab rumusan masalah atau
Tujuan pre tes dan pos tes pada menguji hipotesis yang telah dirumuskan
penelitian untuk mengetahui kemajuan dalam proposal. Dalam penelitian
efikasi diri anak dalam melaksanakan ini menggunakan teknik analisis data
tugas sehari-hari pada anak tunanetra. statistik non parametrik yaitu pengujian
Tes berupa tugas sederhana yang telah statistik yang dilakukan karena salah satu
disesuaikan dengan kemampuan anak. asumsi normalitas tidak dapat dipenuhi.
Tes ini dilakukan dengan menggunakan Hal ini diakibatkan oleh jumlah sampel
tes perbuatan yang kecil. Subjek penelitiannya kurang
2. Observasi dari 30 anak. Selain itu statistik non
Menurut Arikunto (2013:199) parametrik juga digunakan untuk
menyatakan bahwa, observasi menganalisis data yang berskala nominal
adalah dasar semua ilmu dan ordinal (berjenjang), sehingga rumus
pengetahuan. Data yang akan yang digunakan adalah rumus Wilcoxon
digunakan dalam penelitian akan Match Pairst Test.
diperoleh melalui kegiatan
observasi. Data observasi dilakukan Tabel. 1.
mulai dari pre tes dan pos tes dan Tabel penolong untuk Tes Wilcoxon
dilakukan selama anak diberikan
treatmen berupa metode story telling
bermedia can (cerita anak
nusantara) untuk meningkatkan
kemampuan efikasi diri anak dalam
penelitian ini sebagai penunjang
data hasil tes.
Dalam penelitian ini metode
observasi berperan serta untuk
mengumpulkan data aktual dalam
memperoleh informasi tentang

7
Metode Story Telling Terhadap Efikasi Diri Anak Tuananetra

jenjang dari setiap sampel untuk


memperoleh nilai positif (+) dan nilai
negative (-) pada tabel 4.4.
4. Setelah hasil penilaian (nilai pre-test dan
nilai post-test) dimasukkan kedalam tabel
kerja perubahan, langkah berikutnya
adalah mengolah dengan menggunakan
rumus wilcaxon dengan mencari nilai
mean dan standar deviasi, nilai mean= 10,5
dan standar deviasi= 4,77.
5. Setelah nilai mean dan standar deviasi
diperoleh, selanjutnya memasukkan nilai
Sumber (Sugiyono, 2016:136)
mean dan standar deviasi tersebut kedalam
Keterangan: rumus Z= 2,20.
O1 : Nilai sebelum diberi perlakuan 6. Setelah memperoleh hasil perhitungan,
O2 : Nilai srsudah diberi perlakuan O2- langkah terakhir adalah menentukan hasil
O1 : Nilai beda antara sebelum diberi analisis data atau hipotesis dengan
perlakuan dan setealah diberi perlakuan membandingkan Zhitung dengan Ztabel
dengan menggunakan nilai krisis 5% = 0,05
Z = dengan menggunakan uji tanda dua sisi
karena tujuan dalam penelitian ini untuk
Keterangan: menguji ada atau tidak pengaruh antara
Z:Nilai hasil pengujian statistik Wilcoxon variabel X dengan variabel Y, maka nilai
match pairs test kritis ± = 1,96, jadi Zhitung2,36
T:Jumlah jenjang/ rangking yang >Ztabel1,96.
kecil X:Hasil pengamatan langsung Intepretasi hasil analisis data dari penelitian ini
yakni jumlah tanda (+)p (0,5) µT adalah:
:Mean (nilai rata-rata) = n (n+1)
1. Jika Z hitung (Zh) ≤ Z tabel (Zt), maka
Ho diterima dan Ha ditolak yang
T
artinya, “tidak ada pengaruh metode
story telling bermedia audio terhadap
24
efikasi diri di SLB-A YPAB Tegalsari
P:Probabilitas untuk memperoleh tanda
Surabaya”.
(+) atau (-) = 0,5 karena nilai kritis 5%
2. Jika Z hitung (Zh) > Z tabel (Zt), maka
n:Jumlah sampel
Ho ditolak dan Ha diterima yang
artinya, “ada pengaruh metode story
Adapun Langkah-langkah analisis
telling bermedia audio terhadap efikasi
data antara lain:
diri di SLB-A YPAB Tegalsari
1. Mengumpulkan hasil observasi awal/pre- Surabaya”.
test dan hasil observasi akhir/post-test pada
tabel 4.1 dan 4.2.
2. Mentabulasi hasil observasi awal/pre-test
dan hasil observasi akhir/post-test pada HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil
tabel 4.3. Penelitian
3. Membuat tabel penolong atau tabel Penelitian ini dilaksanakan di
perubahan dengan mencari nilai beda pada SLB-A YPAB Tegalsari Surabaya pada
setiap sampel, dengan menggunakan tanggal 10 juni- 19 juli 2019. Subyek yang
rumus observasi digunakan pada penelitian adalah siswa
akhir/post-test (O2) – observasi tunanetra kelas II sekolah dasar sebanyak
awal/pretest (O1). Kemudian menghitung tujuh yang memerlukan pengembangan

8
Metode Story Telling Terhadap Efikasi Diri Anak Tuananetra

dalam melaksanakan tugas dan efikasi


diri dalam bersosialisasi dalam
pembelajaran. Berdasarkan hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa
metode story telling bermedia audio
berpengaruh terhadap efikasi diri siswa
tunanetra.
Hal tersebut nampak dari melaksanakan
tugas dan efikasi diri dalam bersosialisasi
dalam pembelajaran siswa tunanetra
melalui metode story telling bermedia Berdasarkan hasil dari tabel tersebut
audio menjadi lebih baik. Aspek menunjukkan bahwa efikasi diri siswa
keterampilan yang dinilai dari penelitian tunanetra di SLB-A YPAB Tegalsari Surabaya
ini yaitu melaksanakan tugas dan efikasi masih kurang. Hal tersebut dapat dilihat
diri dalam bersosialisasi dalam melalui nilai ratarata siswa tunanetra dalam
pembelajaran siswa tunanetra. Penyajian efikasi diri yaitu 35,35. Nilai rata-rata pre tes
data diwujudkan dalam bentuk table tersebut menunjukkan bahwa efikasi diri
bertujuan agar data yang diperoleh siswa tunanetra masih kurang. Kategori
mudah dipahami. Uraian tentang hasil penilaian tersebut menentukan efikasi diri
pelaksanaan penelitian sebagai berikut : siswa berkembang atau tidak berdasarkan
1. Hasil pre-test efikasi diri melalui metode analisis menggunakan uji Wilcoxon dan skala
story telling bermedia audio penilaian menurut pendapat Arikunto
Hasil pre tes adalah nilai untuk (2010:245) tentang skala penilaian adalah
mengetahui kemampuan awal siswa sebagai berikut, nilai 80-100 masuk dalam
tunanetra sebelum mendapatkan suatu kategori nilai baik sekali, 66-79 masuk
perlakuan menggunakan metode story kategori nilai baik, 56-65 masuk dalam
telling bermedia audio terhadap efikasi kategori cukup, 40-55 masuk kategori kurang,
diri anak. Tes diberikan sebanyak 1 kali dan 30-39 masuk kategori gagal. Dalam nilai
yaitu berupa tes perbuatan yang ratarata pre tes menunjukkan bahwa efikasi
dilaksanakan pada tanggal 10 juni 2019. diri siswa tunanetra adalah 35,35 yang
Peneliti melakukan kegiatan observasi termasuk kategori gagal,
subyek unuk menilai kemampuan awal dalam sehingga dikatakan bahwa siswa tunanetra di
melaksanakan tugas dan efikasi diri dalam SLB-A YPAB Tegalsari Surabaya belum
bersosialisasi dalam pembelajaran siswa memilki efikasi diri yang baik.
tunanetra sebelum diberikan perlakuan. 2. Hasil Pos Tes efikasi diri melalui metode
Kegiatan pre test dilakukan sesuai dengan story telling bermedia audio
aspek-aspek yang telah ditentukan. Berikut Hasil pos tes adalah nilai untuk
data pre tes efikasi diri siswa tunanetra kelas mengetahui kemampuan efikasi diri
II di SLB-A YPAB Tegalsari Surabaya terdapat setelah diberikan perlakuan
pada tabel.2. Data Hasil Observasi Awal/Pre- menggunakan metode story telling
Test bermedia audio. Tes yang diberikan
Efikasi Diri pada pos tes ini sama dengan halnya tes
yang diberikan pada saat pre tes yaitu
sebanyak 1 kali tes
berupa tes perbuatan. Data pos
tes efikasi diri pada siswa tunanetra
kelas II SLB-A YPAB
Tegalsari Surabaya terdapat pada tabel
4.2.

Tabel. 3.

9
Metode Story Telling Terhadap Efikasi Diri Anak Tuananetra

Data Hasil Observasi Akhir/Post-Test rekapitulasi Tes awal/ pre tes dan Tes
Efikasi Diri akhir/ pos tes efikasi diri pada siswa
tunanetra kelas II SLB-A YPAB Tegalsari
Surabaya terdapat pada tabel. 4.
Hasil Rekapitulasi Pre Testdan Post-Test
Kemampuan Orientasi dan Mobilitas
(Melindungi Diri)

Berdasarkan hasil pos tes


efikasi diri yang ada pada tabel
4.2 dapat disimpulkan bahwa
efikasi diri siswa tunanetra kelas
II SLB-A YPAB Tegalsari
Surabaya mengalami
peningkatan setelah diberikan
perlakuan menggunakan metode
story telling bermedia audio yang
awalnya 35,35 menjadi 86.78. Hal Berdasarkan data dalam tabel di atas
tersebut diketahui berdasarkan menunjukkan bahwa Nilai rata-rata tujuh
pendapat Arikunto (2010:245), siswa sebelum diterapkan metode story
tentang skala adalah sebagai telling bermedia audio adalah 35,35 dan
berikut, nilai 80-100 masuk sesudah diterapkan metode story telling
dalam kategori nilai baik sekali, bermedia audio dalam pembelajaran
66-79 masuk kategori nilai baik, bercerita diperoleh nilai rata-rata 86.78.
56-65 masuk dalam kategori Hasil perbedaan nilai tersebut dapat
cukup, digambarkan pada grafik agar mudah
dibaca dan dipahami dalam efikasi diri
40-55 masuk kategori kurang, dan 30-
dengan cara siswa belajar bercerita
39 masuk kategori gagal. Dengan skala
sebelum dan sesudah diberikannya
nilai tersebut dapat diketahui bahwa
metode story telling bermedia audio.
efikasi diri pada anak tunanetra masuk
dalam kategori baik dengan nilai rata-
rata post tes 86.78.
3. Rekapitulasi Hasil Efikasi Diri Siswa
Tunanetra Sebelum dan Sesudah
Diberikan Perlakuan Metode story telling
bermedia audio
Rekapitulasi bertujuan untuk
mengetahui perbandingan tingkat
kemampuan efikasi diri pada siswa
tunanetra di SLB-A YPAB Tegalsari
Surabaya, sebelum dan sesudah diberikan
perlakuan menggunakan metode story
telling bermedia audio. Oleh sebab itu
dapat diketahui angka peningkatan atau
penurunan tingkat kemampuan efikasi
diri siswa tunanetra. Data hasil

10
Metode Story Telling Terhadap Efikasi Diri Anak Tuananetra

150 tunanetra setelah diberikan


97.5
9
90
85 85
perlakuan atau treatment dengan
5
100
77.5 77.5 hasil terendah 77.5 dan hasil
tertinggi 97.5.
47.5 45 Pretes
50 37.5 t
25 30 30 32.5 4. Hasil Analisis Data
0 Berdasarkan hasil
MF BS AF RP MC HS FR kemampuan efikasi diri siswa
tunanetra sebelum dan sesudah
Grafik. 1. diberikannya perlakuan
Hasil Rekapitulasi Pre test dan dengan metode story telling
Post bermedia audio di SLB-A YPAB
Test Efikasi Diri Tegalsari Surabaya kemudian
dianalisis menggunakan
Berdasarkan grafik di atas statistik non parametrik dengan
mengenai hasil sebelum dan menggunakan rumus uji
setelah diberikan perlakuan atau peringkat bertanda wilcoxon
treatment metode story telling untuk menjawab rumusan
bermedia audio, terhadap masalah dan menguji hipotesis
efikasi diri siswa tunanetra di yang diartikan ada pengaruh
SLB-A YPAB Tegalsari Surabaya metode story telling bermedia
menunjukkan adanya audio terhadap efikasi diri
perbedaan. siswa tunanetra di SLB-A
Kemampuan efikasi diri siswa YPAB Tegalsari Surabaya.
tunanetra sebelum diberikan Berikut ini adalah
perlakuan atau treatment metode langkahlangkah yang
story telling bermedia audio dilakukan dalam analisis data:
diperoleh hasil terendah 30 dan Berikut adalah tahap dalam analisis
hasil tertinggi 47.5. Hal tersebut data:
menunjukkan kemampuan a. Membuat tabel kerja analisis data
efikasi diri siswa tunanetra yang digunakan untuk menyajikan
masih kurang dan perlu untuk perubahan hasil pos tes (O2) – pre
dikembangkan. Oleh sebab itu tes (O1) kemampuan efikasi diri
peneliti memberikan sebuah siswa tunanetra kelas II SLB-A
pembelajaran yang menarik YPAB Tegalsari Surabaya. Serta
minat siswa yaitu dengan untuk menentukan nilai T (jumlah
bercerita yang menyenangkan jenjang atau rangking terkecil).
bagi siswa tunanetra untuk
mengembangkan kemampuan Tabel. 5.
efikasi diri dengan metode story Tabel Perbandingan Pre Test dan Post Test
telling bermedia audio.
Efikasi Diri
Setelah diberikan
perlakuan atau treatment metode
story telling bermedia audio,
kemampuan efikasi diri siswa
tunanetra meningkat terutama
dalam melaksanakan tugas dan
keyakinan diri dalam
bersosialisasisaat pembelajaran.
Hal ini ditunjukkan pada hasil
kemampuan efikasi diri siswa

11
Metode Story Telling Terhadap Efikasi Diri Anak Tuananetra

4
= 56= 14
4

T: Simpangan baku =

Hasil pre test dan post test yang telah


dianlisis dan merupakan data yang
=√
diperoleh dalam penelitian diolah
kembali menggunakan teknik analisis
data dengan tujuan untuk memperoleh =√
kesimpulan dan penelitian. Analisis data
= = 5,91
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis data dengan
menggunakan rumus wilcoxon, dengan mean ( T) =14 dan simpangan
perhitungan sebagai berikut: baku ( T) = 5,91 jika dimasukkan
kedalam rumus maka didapat
hasil sebagai berikut:
𝑇 − 𝜇𝑇
𝑍=
𝜎𝑇
Z =
Keterangan:
Z: Nilai hasil pengujian statistik uji
peringkat
Bertanda

T: Jumlah tanda terkecil


X: jumlah jenjang/ranking yang
kecil
Berdasarkan analisis di atas maka
T : Mean (nilai rata-rata) =
hipotesis pada hasil perhitungan dengan nilai
krisis 5% dengan pengambilan keputusan
Simpangan baku = √
T:
menggunakan penguji dua sisi karena tujuan
n: Jumlah sampel p: probabilitas
dalam penelitian ini untuk mengetahui ada
untuk memperoleh tanda (+) dan
atau tidak hubungan antara variabel X dengan
(-) = 0,5 karena nilai krisis 5%
variabel Y, maka α 5%=1,96 adalah:
Adapun perolehan data sebagai
Ho ditolak apabila Z hitung > Z tabel 1,96. Ho
berikut
diterima apabila Z hitung ≤ Z tabel 1,96.
:
Berikut gambar perbandingan kurva
Diketahui : n = 6, maka :
pengujian dua pihak dengan nilai tabel dan
T: Mean (nilai rata-rata) = nilai hitung:

12
Metode Story Telling Terhadap Efikasi Diri Anak Tuananetra

dengan menggunakan metode story


H o Diterima telling bermedia audio dan peningkatan
Ho Ditolak H o Ditolak
H o Ditolak Ha Diterima tersebut dapat dilihat dengan rata-rata
+1 ,96 +2, 20
nilai sebelum diberikannya metode story
Menurut Sugiyono (2016:163), uji dua telling bermedia audio adalah 35,35
pihak digunakan bila hipotesis nol (Ho) menjadi 86.78 setelah melalui kegiatatan
berbunyi “sama dengan” dan hipotesis bercerita melalui metode story telling
alternatifnya (Ha) berbunyi“tidak sama bermedia audio. Keunggulan dalam story
dengan” (Ho= Ha≠). Pada penelitian ini telling sebagai cara yang efektif untuk
menggunkan pengujian dua pihak atau dua mengembangkan aspekaspek kognitif
sisi dikarenakan menguji dua sisi yaitu Zh (pengetahuan), afektif (perasaan), sosial,
(nilai Z hitung) dan Zt (nilai Z tabel). Selain dan aspek konatif (penghayatan) anak
itu uji tanda pun juga menghasilkan tanda menurut Frank dalam Yulia (2007:98).
positif pada semua subjek dan tanpa ada Efikasi diri memegang peran yang sangat
tanda negatif. penting dalam kehidupan sehari-hari
5. Interprestasi Analisis Data Hasil analisis individu, seseorang individu akan
data di atas menggunakan uji non mampu menggunakan potensi dirinya
parametrik dengan rumus uji peringkat secara optimal apabila efikasi diri
bertanda wilcoxon, karena data bersifat mendukungnya, dalam penelitian ini
kuantitatif yaitu dalam bentuk angka dan akan diterapkan metode story telling
subjek yang digunakan relative kecil bermedia audio yang bermanfaat untuk
kurang dari 30 anak. Menunjukkan hasil melatih ketrampilan berbicara, dan
Zh = 2,36 dan nilai (-) tidak diperhitungkan berani untuk mengungkapkan pendapat
karena harga mutlak lebih besar dari nilai di depan orang banyak. Meningkatkan
Z tabel (Zt) dengan nilai kritis 5% (untuk keyakinan diri anak dalam berinteraksi
pengujian dua sisi) = 1,96. Maka dapat dengan, dan bermanfaat untuk
disimpulkan bahwa nilai Zh = 2,36 lebih mengembangkan aspek-aspek efikasi diri
besar dari pada nilai Zt = 1,96 dengan nilai anak berupa keyakinan diri
krisis 5% (Zh > Zt) sehingga Ho ditolak melaksanakan tugas dan bersosialisasi
dan Ha diterima. Hal ini berarti ada dalam pembelajaran .
pengaruh signifikan antara metode story Penelitian Pratiwi (2016) yang berjudul
telling bermedia audio terhadap efikasi diri “penerapan metode story telling untuk
siswa tunanetra di SLBA YPAB Tegalsari meningkatkan keterampilan berbicara
Surabaya. siswa kelas II sdn s4 bandung”. Hasil
penelitian menyatakan bahwa setelah
dilakukan metode story telling untuk
B. PEMBAHASAN meningkatkan ketrampilan berbicara
meningkat secara signifikan. Penelitian
Berdasarkan hasil analisis data dengan Pratiwi (2016) memiliki variabel bebas
menggunakan rumus wilcoxon match yang sama yaitu metode story telling.
pairs test, diketahui bahwa hipotesis kerja Penelitian tersebut digunakan untuk
(Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) meningkatkan ketrampilan berbicara
ditolak. Hal tersebut menunjukkan anak, subyek penelitian siswa kelas II
bahwa terdapat pengaruh yang dan menggunakan metode penelitian
signifikan dari penggunaan metode story tindakan kelas. Sedangkan penelitian
telling bermedia audio terhadap efikasi yang akan dilakukan adalah metode
diri pada siswa tunentra kelas II di SLB- story telling bermedia aplikasi android
A YPAB Tegalsari Surabaya. Hasil untuk meningkatkan efikasi diri dengan
penelitian menunjukkan adanya subyek anak tunanetra dan
peningkatan nilai siswa tunanetra menggunakan metode kuantitatif.
melalui kegiatan bercerita modifikasi

13
Metode Story Telling Terhadap Efikasi Diri Anak Tuananetra

Penelitian Azizah pada tahun 2018 yang (Zh > Zt) sehingga Ho ditolak dan Ha
berjudul pengaruh penerapan metode diterima. Hal ini berarti ada pengaruh
pembelajaran snowball throwing terhadap signifikan antara metode story telling bermedia
peningkatan prestasi belajar matematika siswa audio terhadap efikasi diri pada siswa
tunarungu ditinjau dari efikasi diri akademik. tunanetra di SLB-A YPAB Tegalsari Surabaya.
Penelitian ini membuktikan bahwa metode
pembelajaran snowball throwing dianggap PENUTUP A. Simpulan
berhasil dalam B. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
meningkatkan prestasi belajar dengan metode story telling bermedia audio
selfefficacy akademik yang tinggi pada siswa berpengaruh secara signifikan
tunarungu. Penelitian ini dijadikan dasar terhadap efikasi diri siswa tunanetra.
empiris karena memiliki persamaan untuk Hal tersebut berdasarkan hasil
meningkatkan efikasi diri pada siswa. Subyek penelitian sebelum diterapkan
penelitian ini adalah siswa kelas VII, analisis metode story telling bermedia audio
data menggunakan uji data Wilcoxon. diperoleh nilai rata-rata 35.35 dan
Berdasarkan rata-rata nilai hasil post-test setelah diterapkannya metode story
efikasi diri siswa tunanetra kelas II di SLB-A telling bermedia audio diperoleh nilai
YPAB Tegalsari Surabaya diperoleh ratarata rata-rata 86.78. Selain itu hasil
nilai 86.78 hal tersebut terlihat perbedaan nilai penelitian juga menunjukkan bahwa
yang diperoleh dari ratarata nilai pre-test Zh=2.36 lebih besar dari pada nilai
dengan nilai 35.35. Terjadi peningkatan krisis Z tabel 5% (pengujian dua sisi)
dengan pencapaian beda ratarata antara pre- yaitu 1,96, berarti Zh=2.36 > Zt =
test dan post-test 51.43. 1,96. Berdasarkan hasil tersebut
Berdasarkan hasil penelitian efikasi diri pada terbukti bahwa ada pengaruh
siswa tunanetra melalui metode story telling metode story telling bermedia audio
bermedia audio didapatkan nilai Zh=2.36 terhadap efikasi diri pada siswa
lebih besar dari nilai Z tabel, suatu kenyataan tunanetra di SLB-A YPAB Tegalsari
bahwa nilai Z yang diperoleh dalam hitungan Surabaya.
adalah 2,36 lebih besar dari pada nilai krisis Z
tabel 5% (pengujian dua sisi) yaitu 1,96 C. SARAN
(Zh>Zt). Hal ini berarti ada pengaruh
signifikan dari metode story telling bermedia Berdasarkan hasil penelitian yang
audio terhadap efikasi diri pada siswa telah dilaksanakan diketahui bahwa
tunanetra di SLB-A YPAB metode story telling bermedia audio dapat
Tegalsari Surabaya. meningkatkan efikasi diri pada siswa
Berdasarkan hasil penelitian yang telah tunanetra. Berdasarkan pernyataan
dilakukan dapat menjawab rumusan masalah tersebut maka peneliti dapat memberikan
dan tujuan penelitian bahwa ada pengaruh saran sebagai berikut:
metode story telling bermedia audio terhadap
efikasi diri pada siswa tunanetra di SLB-A 1. Bagi guru
YPAB Tegalsari Surabaya. Hal ini dikarenakan a. Metode story telling bermedia
dalam kegiatan bercerita menggunakan audio dapat digunakan sebagai
metode story telling bermedia audio terdapat salah satu alternative metode
situasi dimana siswa tertarik dengan pembelajaran di kelas yang dapat
pembelajaran yang sedang berlangsung, siswa diterapkan untuk meningkatkan
merasa tidak terbebani serta selama proses efikasi diri anak dalam
pembelajaran siswa ikut terlibat semua. melaksanakan tugas dan
Sehingga kemampuan efikasi diri siswa bersosialisasi dalam pembelajaran,
tunanetra dapat berkembang dengan baik. selain itu pembelajaran yang
melibatkan guru bersama siswa
disimpulkan bahwa nilai Zh = 2,36 lebih besar
mempraktikkan langsung dan
dari pada nilai Zt = 1,96 dengan nilai krisis 5%

14
Metode Story Telling Terhadap Efikasi Diri Anak Tuananetra

mengikuti langkah-langkah pada Ditinjau Dari Efikasi Diri Akademik”.


metode story telling. Jurnal
b. Hasil penelitian ini dapat autentik. Vol 2 (1)
digunakan untuk meningkatkan
efikasi diri siswa tunanetra pada Bahar, M. 2015. “Efikasi Diri Akademik
aspek melaksanakan tugas dan Mahasiswa Tunanetra”. Jurnal RAP
bersosialisasi dalam pembelajaran. UNP. Vol 6 (2). hal 171
Dengan demikian sebaiknya guru
senantiasa selalu menambah Bandura, A. 2001. “Self-Efficacy Beliefs as
Shapers of Children’s Aspirations and
wawasan guna menunjang
Career Trajectories”.
pengembangan kemampuan
Journal Child Development. Vol
efikasi diri siswa tunanetra. 72 (1). hal 189.
2. Bagi peneliti selanjutnya Hasil
penggunaan metode story telling Cahya, Laili S. 2015. Buku Anak untuk ABK.
bermedia audio terhadap efikasi Yogyakarta: Familia
siswa tunanetra berpengaruh
terhadap melaksanakan tugas dan Harahap, D. 2016. “Analisis Hubungan antara
bersosialisasi dalam pembelajaran, Efikasi Diri Siswa dengan Hasil
bagi penelitian selanjutnya dapat Belajar Kimianya”. Jurnal Jurusan
digunakan sebagai salah satu Pendidikan Kimia UMTS. Vol 2 (1). hal
referensi penelitian terkait dengan 54.
penggunaan sebagai salah satu
referensi penelitian yang terkait Hasbiyah, St. 2017. “Penerapan Pembelajaran
dengan metode pembelajaran serta Pendekatan Story Telling Untuk
dapat dikembangkan menjadi Meningkatkan Penguasaan Mata
penelitian selanjutnya dengan aspek Pelajaran Pai Materi Kisah Khalifah
dan sampel penelitian yang lebih Abu Bakar As-Siddiq R.A. Dan Umar
bervariasi, serta dapat dikembangkan Bin Khattab R.A”. Jurnal Ilmu
Pendidikan Dasar. Vol 3 (2). hal 46
menjadi penelitian dengan subjek
Hidayat, R. 2013. Pengaruh Berbagi Pengetahuan
lebih banyak, lokasi yang lebih luas.
Dengan Metode Storytelling
Untuk Meningkatkan Kesiapan
DAFTAR PUSTAKA Untuk Berubah Pada Karyawan.
Anggraini, N.F. 2016. “pengaruh Disertasi Tidak
metode storytelling Diterbitkan. Yogyakarta: PPs
terhadap peningkatan Universitas Gajah Mada.
perilaku prososial anak usia 4-5 tahun
di taman kanak – kanak islamiyah
Komariya, F. 2017. “Storytelling
pontianak”. Jurnal Pendidikan Anak
Untuk Meningkatkan
Usia Dini. Vol 4 (1). hal 24.
Penerimaan Sosial Siswa Reguler
Terhadap Siswa Berkebutuhan
Alwisol . 2009. Psikologi Kepribadian. Malang: Khusus Di Sekolah Dasar Inklusi”.
UMM Press Jurnal Psikologi. Vol 1 (1). hal (5)

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian, Suatu Kurniawan, I. 2015. “Implementasi


Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Pendidikan Bagi Siswa Tunanetra Di
Cipta.
Sekolah Dasar Inklusi”. Jurnal
Pendidikan Islam. Vol 4 (1). hal. 1051.
Azizah, L. 2018. “Pengaruh Penerapan Metode
Pembelajaran Snowball Mahnun, N. 2012. “Media Pembelajaran
Throwing Terhadap (Kajian Terhadap Langkah-Langkah
Peningkatan Prestasi Belajar Pemilihan Media Dan
Matematika Siswa Tunarungu Implementasinya Dalam

15
Metode Story Telling Terhadap Efikasi Diri Anak Tuananetra

Pembelajaran)”. Jurnal Pemikiran 55-59.


Islam, Vol. 37 (1). hal. 30.
Rachmawati, Y, dan Kuniati, E. 2010. Strategi
Muhson, A. 2010. Pengembangan Kreativitas Pada Anak.
“Pengembangan Media Jakarta: Kencana
Pembelajaran Berbasis
Teknologi Informasi”. Jurnal Rustika, I, M. 2012. “Efikasi Diri: Tinjauan
Pendidikan Akuntansi Indonesia. Vol 8 Teori Albert Bandura. Jurnal
(2). hal 6. Psikologi. Vol 20
(1). hal 22
Murtie, Afin. 2016. Ensiklopedi Anak
Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta:
Sari, T. 2017. “Konseling Individu Untuk
Redaksi Maxima
Meningkatkan Efikasi Diri Pada
Siswa Tuna Daksa Di Balai Besar
Nugraha, P. 2016. “Game Edukasi Berbasis
Rehabilitasi Sosial Bina Daksa
Android Sebagai Media Pembelajaran
(Bbrsbd)Prof. Dr.
Untuk Anak Usia Dini”. Jurnal
Informatika Merdeka Pasuruan. Vol. 1 Soeharso Surakarta”.
(1).
hal. 47. Sartika, Y. 2018. “Pengaruh Metode Bercerita
Bermedia Audio Dongeng Terhadap
Nursito, S dan Nugroho, A. J. S. 2013. “analisis Keterampilan Menyimak Siswa
pengaruh interaksi Tunanetra Kelas V Di Sekolah Luar
pengetahuan kewirausahaan Biasa”. Jurnal Pendidikan Khusus. Vol
dan efikasi diri terhadap 10 (2). hal 3.
intensi kewirausahaan”. Jurnal Kiat
BISNIS. Vol. 5 (3). hal. 205-206. Sastraningrat, Frans Harsono. 2013. Metodik
Khusus Tunanetra.
Nurseto, T. 2011. “Membuat Media Yogyakarta: Federasi
Pembelajaran Yang Menarik”. Jurnal Kesejahteraan Tunanetra
Ekonomi dan Indonesia.
Pendidikan. Vol 8 (1). hal 22
Syaefullah, I. 2015. “Upaya Meningkatkan
Paramitha, A. A. I. I, Kesiman, M. W. A, dan
Arthana, I. K.R . 2014. Efikasi
“pengembangan digital interactive Diri Akademik Melalui Diskusi
storyteller berbasis android untuk Kelompok Pada Siswa Kelas VIII A
tunanetra”. Jurnal Nasional di Smp Negeri 3 Bukateja
Pendidikan Informatika. Vol (3) 3. Purbalingga”.
hal 144.
Silangit, E. V dan Haryanto. 2014.
Pratiwi, R. R. 2016. “penerapan metode story “Penggunaan story telling untuk
telling untuk meningkatkan meningkatkan kesiapan
keterampilan berbicara siswa kelas ii berubah karyawan”. Jurnal
sdn s4 bandung”. Jurnal Pendidikan Intervensi Psikologi. Vol (6) 2. hal 198.
Guru Sekolah Dasar. Vol (1) 1. hal 205-
206. Simons, D. J, & Levin, D. T. 1997. “Change
blindness”. Journal Cognitive Sciences.
Purnama, H, Harahap, F dan Astuti, B. 2016. Vol 1 (7)
“Hubungan antara efikasi diri
dengan kecemasan dalam Somantri, Sutjihati. 2012. Psikologi Anak Luar
menghadapi ujian pada siswa kelas Biasa. Bandung: PT Reflika Aditama.
ix di mts al hikmah brebes”. Jurnal
Hisbah. Vol. 13 (1): hal.

16
Metode Story Telling Terhadap Efikasi Diri Anak Tuananetra

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

Suroso. 2014. “Efikasi Diri, Dukungan Sosial


dan Penyesuaian Diri Dalam
Belajar”. Jurnal Psikologi Pendidikan.
Vol 3 (2). hal 187.

Tim Penyusun. 2014. Pedoman Penulisan


Skripsi. Surabaya: UNESA

Widajati, W, Setyosari, P, Degeng, I. N. S dan


Sumarmi. 2018. “self-efficacy in
learning to solve social problems in
inclusive middle school”. European
Journal of
Education Studies. Vol. 5 (6). hal 3-4.

Widjaya, A. 2012. Seluk-Beluk Tunanetra dan


Strategi Pembelajarannya. Jogjakarta:
JAVALITERA.

Wijaya, P. 2012. “Efikasi Diri


Akademik, Dukungan Sosial
Orangtua Dan
Penyesuaian Diri Mahasiswa Dalam
Perkuliahan”. Jurnal Psikologi
Pendidikan. Vol 1(1). hal 43
Yaumi, M dan Ibrahim, N. 2013. Pembelajaran
Berbasis Kecerdasan Jamak
(Multiple Intelligences). Jakarta:
Kencana.

Yulia, E. 2007. “Pengaruh Efikasi Diri Dan


Lingkungan Keluarga Terhadap
Minat Berwirausaha Siswa”. Jurnal
Pendidikan
Bisnis dan Manajemen. Vol 1 (1). hal 98

17

Anda mungkin juga menyukai