Anda di halaman 1dari 62

PENERAPAN MODEL GERAKAN LITERASI SEKOLAH MEMBACA

TIGA PULUH MENIT BAGI SISWA SMPN 14 PONTIANAK TIMUR

TUGAS AKHIR

OLEH
Dwi Artika
NIM: F0271191005

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 PERPUSTAKAAN JURUSAN


PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2022
PENERAPAN MODEL GERAKAN LITERASI SEKOLAH MEMBACA
TIGA PULUH MENIT BAGI SISWA SMPN 14 PONTIANAK TIMUR

TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Sains Informasi
(A.Md.S.I)

Program Studi Diploma 3 Perpustakaan

Jurusan Pendidikan Bahasa Dan Seni

OLEH

Dwi Artika

NIM F0271191005

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 PERPUSTAKAAN JURUSAN


PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2022
HALAMAN PERSETUJUAN

Naskah Tugas Akhir ini telah disetujui oleh Dosen Pembimbing dan siap

untuk diajukan di hadapan Tim Penguji Tugas Akhir Program Studi

Diploma 3 Perpustakaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Tanjungpura Pontianak, pada :

Hari : Jumat

Tanggal : 9 Desember 2022

Disetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Sahidi, M.IP Dr. Sisilya Saman Madeten, M.Pd.


NIP 198809212019031013 NIP 196011091989032003

Mengetahui

Atiqa Nur Latifa Hanum, S.Sos.,M.A.


NIP 198810112015042003

i
PENERAPAN MODEL GERAKAN LITERASI SEKOLAH MEMBACA
TIGA PULUH MENIT BAGI SISWA SMPN 14 PONTIANAK TIMUR

Dwi Artika

F0271191005

Disetujui

Pembimbing,

Pembimbing I Pembimbing II

Sahidi, M.IP Dr. Sisilya Saman Madeten, M.Pd.


NIP 198809212019031013 NIP 196011091989032003

Disahkan

Dekan,

Dr. H. Ahmad Yani T, M.Pd.


NIP 196604011991021001

Lulus tanggal : 9 Desember 2022

ii
PENERAPAN MODEL GERAKAN LITERASI SEKOLAH MEMBACA
TIGA PULUH MENIT BAGI SISWA SMPN 14 PONTIANAK TIMUR

DWI ARTIKA
NIM F0271191005

Pembimbing I Pembimbing II

Sahidi, M. IP Dr. Sisilya Saman Madeten, M.Pd.


NIP 198809212019031013 NIP 196011091989032003

Penguji I Penguji II

Atiqa Nur Latifa Hanum, S.Sos.,M.A. Drs. Nanang Heryana, M.Pd


NIP 198810112015042003 NIP 196107051988101001

Mengetahui,
Ketua Program Studi

Atiqa Nur Latifa Hanum, S.Sos., M.A.


NIP 198810112015042003

iii
PENERAPAN MODEL GERAKAN LITERASI SEKOLAH MEMBACA
TIGA PULUH MENIT BAGI SISWA SMPN 14 PONTIANAK TIMUR

Tanggung Jawab Yuridis Material pada :

Penulis

DWI ARTIKA
NIM F0271191005

No Nama Keterangan Tanda Tangan

1 Sahidi, M. IP Ketua

2 Dr. Sisilya Saman Madeten, M.Pd. Sekretaris

3 Atiqa Nur Latifa Hanum, S.Sos., M.A. Penguji I

4 Drs. Nanang Heryana, M.Pd Penguji II

Diketahui
Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Patriantoro, M.Hum.


NIP 196208241989031003

Lulus Tanggal : 9 Desember 2022

iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Dwi Artika
NIM : F0271191005
Jurusan/Prodi : Pendidikan Bahasa dan Seni/Diploma 3 Perpustakaan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil
alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui (clamet) sebagai tulisan saya
sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan tugas akhir ini
hasil jiplakan saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Pontianak, November 2022


Yang membuat pernyataan,

Dwi Artika
NIM F0271191005

v
ABSTRAK

Artika, Dwi. 2022, “Penerapan Model Gerakan Literasi Sekolah Membaca Tiga
Puluh Menit Bagi Siswa SMPN 14 Pontianak Timur”. Tugas Akhir.
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura.
Pembimbing pertama, Sahidi, M.IP. Pembimbing kedua, Dr. Sisilya Saman
Madeten, M.Pd.
Penelitian tentang Penerapan Model Gerakan Literasi Sekolah di SMPN 14
Pontianak Timur ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses penerapan model
gerakan literasi sekolah, kendala-kendala, dan faktor pendukung yang dihadapi di
SMPN 14 Pontianak Timur. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif
kualitatif dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Informan
penelitian ini terdiri atas 3 orang yaitu kepala sekolah, waka kesiswaan, dan
koordinator kegiatan literasi Al-Qur’an. Hasil penelitian ini adalah terdapat 3
tahapan dalam pelaksanaan kegiatan Gerakan Literasi Sekolah di SMPN 14
Pontianak Timur. Tahap pertama adalah pembiasaan, siswa melaksanakan
kegiatan membaca buku cerita rakyat 30 menit sebelum pembelajaran dimulai
serta melakukan pembiasaan membaca Al-Qur’an selama 15 menit setiap minggu
ke-4 bagi siswa muslim. Tahap kedua adalah pembelajaran, guru menerapkan
sistem diskusi dan tanya jawab setiap jam pelajaran berlangsung. Tahap ketiga
adalah pengembangan, sekolah melakukan kerjasama dengan organisasi FIM
(Forum Indonesia Menulis) sehingga siswa dapat membuat cerpen yang berjudul
Antologi Kapal Bajak Laut, Antologi Dua Pasang Sendal Jepit, Antologi Catatan
Kecil dari Jemari Sahabat, dan Antologi Kaca Mata yang diterbitkan oleh Pustaka
One. Kendala pelaksanaan kegiatan Gerakan Literasi Sekolah yaitu sekolah tidak
menyediakan buku bacaan sehingga siswa diminta untuk membeli buku cerita di
luar, padahal tidak semua siswa mau ataupun mampu untuk membeli buku cerita.
Kendala pelaksanaan kegiatan literasi Al-Qur’an adalah masih ada siswa yang
tidak lancar dan belum bisa membaca Al-Qur’an. Adapun faktor pendukung
pelaksanaan kegiatan Literasi membaca dan pelaksanaan literasi Al-Qur’an adalah
adanya guru-guru yang mendukung dan membantu sekolah dalam pelaksanaan
kegiatan tersebut.
Kata kunci: gerakan literasi sekolah, model, penerapan

vi
ABSTRACT
Artika, Dwi. 2022, "Implementation of the School Literacy Movement Model for
Thirty Minutes of Reading for Students of SMPN 14 East Pontianak".
Thesis. Faculty Tanjungpura University Teacher Training and Education.
The first advisor, Sahidi, M.IP. The second advisor, Dr. Sisilya Saman
Madeten, M.Pd.
This research on the Application of the School Literacy Movement Model at
SMPN 14 Pontianak Timur aims to describe the process of implementing the
school literacy movement model, the constraints, and the supporting factors
encountered at SMPN 14 Pontianak Timur. The research method used is
descriptive qualitative with observation, interview and documentation techniques.
The informants of this study consisted of 3 people, namely the school principal,
deputy student affairs, and the coordinator of Al-Qur'an literacy activities. The
results of this study are that there are 3 stages in the implementation of the School
Literacy Movement activities at SMPN 14 Pontianak Timur. The first stage is
habituation, students carry out reading activities of folklore books 30 minutes
before learning begins and make the habit of reading the Qur'an for 15 minutes
every 4th week for Muslim students. The second stage is learning, the teacher
applies a discussion and question and answer system every hour the lesson takes
place. The third stage is development, the school collaborates with the FIM
organization (Indonesian Writing Forum) so that students can make short stories
entitled Anthology of Pirate Ships, Anthology of Two Pairs of Sandals,
Anthology of Small Notes from Finger Friends, and Anthology of Glasses
published by Pustaka One . The obstacle to implementing the School Literacy
Movement activities was that schools did not provide reading books so that
students were asked to buy story books outside, even though not all students
wanted or could afford to buy story books. The obstacle to implementing Al-
Qur'an literacy activities is that there are still students who are not fluent and
cannot read the Al-Qur'an. The supporting factors for the implementation of
reading literacy activities and the implementation of Al-Qur'an literacy are the
presence of teachers who support and assist schools in carrying out these
activities.
Keywords: application, model, school literacy movement

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat meneliti dan
menyusun Tugas Akhir yang berjudul “Penerapan Model Gerakan Literasi
Sekolah Membaca Tiga Puluh Menit Bagi Siswa di SMPN 14 Pontianak Timur”.
Tugas akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli
Madya Perpustakaan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Tanjungpura. Penyusun tugas akhir ini penulis dapat bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak untuk itu penulis mengucapkan terimakasih banyak sebesar-
besarnya kepada:

1. Sahidi, M.IP selaku dosen pembimbing I tugas akhir, yang telah berkenan
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan yang
sangat membangun sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Dr. Sisilya Saman Madeten M.Pd selaku dosen pembimbing II tugas akhir,
yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk
memberikan bimbingan dan Nasehat serta dukungan yang sangat membangun
sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
3. Atiqa Nur Latifa Hanum, S.Sos., M.A selaku penguji I dan selaku dosen
Pembimbing Akademik yang selalu memberikan semangat, bimbingan,
arahan, dan motivasi mulai dari awal perkuliahan hingga akhir perkuliahan.
4. Drs. Nanang Heryana, M.Pd selaku penguji II tugas akhir, yang telah
memberikan masukan dan pengarahan dalam penyempurnaan tugas akhir ini.
5. Dr. Patriantoro, M.Hum. selaku ketua jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura yang telah
memberikan semangat dan bimbingan dalam penulisan tugas akhir.
6. Dr. H. Ahmad Yani T, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Tanjungpura Pontianak yang telah memberikan
kesempatan saya untuk menjadi mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Tanjungpura

viii
7. Terima kasih kepada alm ayahanda tercinta yang sudah membimbing saya
dan memberikan motivasi yang selalu memberikan nasehat dan arahan selama
saya menempuh pendidikan.
8. Terima kasih kepada ibunda tercinta yang selalu membantu saya dalam segala
hal memberikan dorongan, semangat dan motivasi untuk menyelesaikan tugas
akhir.
9. Terima kasih kepada kakak saya Eka Pratiwi yang selalu membantu dalam
segala hal yang selalu memberikan saya semangat untuk menyelesaikan tugas
akhir.
10. Terima kasih kepada adik saya Tri Aulia Melinda yang selalu membantu saya
dalam segala hal dan memberikan semangat untuk menyelesaikan tugas akhir.
11. Terima kasih kepada ibu Neti Herwati, S.Pd. M. M.Pd. Selaku kepala sekolah
SMPN 14 Pontianak Timur telah memberikan izin penelitian sehingga dapat
menyelesaikan Tugas Akhir.
12. Terima kasih kepada seluruh teman-teman pengurus Perpustakaan Umum
Bahagia Mendawai yang telah memberikan semangat, dukungan, serta tempat
untuk bercerita.
13. Terima kasih kepada teman terbaik saya Nurkarmila dan Rachmawaty
Ananda Putri yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan membantu
saya dari awal mulai perkuliahan hingga akhir perkuliahan.

ix
DAFTAR ISI

ABSTRAK..............................................................................................................vi
KATA PENGANTAR..........................................................................................viii
DAFTAR ISI............................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................3
D. Manfaat Penelitian........................................................................................3
E. Ruang Lingkup Penelitian.............................................................................4
BAB II KAJIAN TEORI DAN METODE..............................................................5
A. Kajian Teori..................................................................................................5
B. Metode Penelitian.......................................................................................16
C. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian.....................................................16
D. Data dan Sumber Data................................................................................16
E. Prosedur Pengumpulan Data.......................................................................17
F. Alat Pengumpulan Data..............................................................................18
G. Analisis Data...........................................................................................18
H. Teknik Pemeriksa Keabsahan Data.........................................................19
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................................21
BAB IV PENUTUP...............................................................................................31
A. Simpulan.....................................................................................................31
B. Saran............................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................33
LAMPIRAN...........................................................................................................35
RIWAYAT HIDUP................................................................................................48

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Wawancara Informan I..........................................................................46


Gambar 2 Wawancara Informan II........................................................................46
Gambar 3 Wawancara Informan III.......................................................................46
Gambar 4 Pelaksanaan Kegiatan Gerakan Literasi Sekolah..................................48
Gambar 5 Pelaksanaan Literasi Al-Qur’an............................................................48
Gambar 6 Pelaksanaan sistem diskusi saat jam pelajaran......................................49
Gambar 7 Karya siswa berupa cerpen....................................................................51
Gambar 8 Piagam Penghargaan.............................................................................52
Gambar 9 SK Pembimbing....................................................................................53
Gambar 10 SK Artikel...........................................................................................53
Gambar 11 Surat Pengantar Akademik..................................................................54
Gambar 12 Surat Balasan.......................................................................................54

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara.........................................................................43


Lampiran 2 Pedoman Observasi............................................................................45
Lampiran 3 Dokumentasi.......................................................................................46
Lampiran 4 Observasi............................................................................................47

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Programme for International Student Assessment (PISA)


angka literasi Indonesia berada di urutan ke-64 dari 72 Negara pada tahun
2015 (Solihin et. al., 2019). Pada saat yang sama, United Educational
Scientific and Cultural Organization (UNESCO) menyatakan bahwa Negara
Indonesia adalah yang kedua di dunia dalam hal literasi, artinya minat baca di
negara Indonesia masih sangat rendah. Dari data diatas, minat baca
masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001 dari 1000
penduduk Indonesia, hanya 1 orang yang gemar membaca (Turnadi, 2018).

Berdasarkan hasil kajian Perpusnas tahun 2017 menunjukkan bahwa


rata-rata orang Indonesia membaca buku 3-4 kali dalam seminggu, rata-rata
waktu membaca per hari adalah 30-59 menit dengan rata-rata jumlah buku
hanya 5-9 buku setahun (Samsara, 2020). Selain itu, sebuah penelitian yang
dilakukan oleh United Nations Educational and Cultural Organization
(UNESCO) menjelaskan bahwa perbandingan minat baca dan minat baca
adalah 1:1.000 berdasarkan indeks minat baca mulai dari 0,0001. Perlu dicatat
bahwa data ini menggambarkan minat baca saja. Tidak yakin seseorang
senang membaca, apalagi menjadikannya budaya, dan tidak yakin bahwa
yang dibacanya adalah tulisan yang berkualitas. Berdasarkan survei Most
Littered Nation in The World yang dilakukan oleh Central Connecticut State
University pada Maret 2016, Indonesia menempati peringkat ke-60 dari 61
negara untuk minat baca (Galuh Ayu Puspita dan Irwansyah, 2018)

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyatakan bahwa gerakan


membaca di sekolah adalah kegiatan atau upaya partisipatif yang melibatkan
masyarakat sekolah seperti (guru, kepala sekolah, siswa, guru sekolah, komite
sekolah, orang tua/wali siswa), peneliti, tokoh masyarakat, masyarakat,

1
2

media, dan pemangku kepentingan Pendidikan lainnya dan dikoordinasikan


oleh Dirjen Dikdasmen Kemenbudpar (Kemendikbud, 2019).

Dirjen Pendidikan Dasar menjelaskan bahwa gerakan membaca


sekolah merupakan gerakan sosial yang menggunakan dukungan kolaboratif
berbagai elemen untuk mewujudkan hal tersebut dalam bentuk kebiasaan
membaca siswa yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan membaca
agar pengetahuan terserap dengan baik. Bahan bacaan yang memasukkan
nilai-nilai etika berupa kearifan lokal, nasional, dan dunia disampaikan
seiring perkembangan siswa (Faizah & Adi, 2016).
Salah satu kegiatan program Gerakan Literasi Sekolah adalah
membacakan buku 15 menit sebelum pembelajaran dimulai. Tujuan dari
kegiatan ini adalah untuk meningkatkan minat baca siswa dan meningkatkan
keterampilan membaca sehingga informasi dapat dikuasai dengan baik.
Program literasi sekolah juga memiliki faktor pendukung dan penghambat.
Faktor pendukungnya adalah adanya dukungan penuh dari pemerintah
terhadap pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah, tidak hanya dari pemerintah
tetapi juga dari orang tua siswa dan masyarakat, yang tentunya mendukung
penuh segala kegiatan positif untuk mendorong siswa. Sementara itu, faktor
penghambat program Gerakan Literasi Sekolah adalah kurangnya minat
membaca dan suasana yang tidak dapat menciptakan budaya baca. Faktor
yang berkaitan dengan lingkungan atau kondisi sekolah yang kurang mampu
membangkitkan dan merangsang kemauan siswa untuk segera membuka dan
membaca buku (Hendrik et al., 2018).
Program Gerakan Literasi Sekolah juga dilaksanakan di SMP Negeri
14 Pontianak Timur. Implementasi program literasi SMP Negeri 14 Pontianak
timur diwujudkan dengan membacakan buku cerita berdurasi 30 menit. Setiap
minggu ke 4, siswa menyelesaikan kegiatan literasi Al-Qur'an. Sekolah tidak
mampu menyediakan buku cerita untuk kegiatan literasi sekolah, sehingga
setiap siswa harus memiliki buku cerita sendiri untuk kegiatan literasi
sekolah. Tidak semua siswa mampu membeli buku cerita untuk kegiatan
literasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan program Gerakan
3

Literasi Sekolah antara lain rendahnya minat baca siswa SMP Negeri 14
Pontianak Timur dan ketidakmampuan pihak sekolah dalam menyediakan
buku cerita bagi siswa untuk kelancaran penyelenggaraan Gerakan Literasi
Sekolah. Peneliti tertarik untuk melakukan kajian lebih dalam tentang
penerapan model gerakan literasi sekolah di SMP Negeri 14 Pontianak Timur
dengan judul penerapan model gerakan literasi 30 menit pada siswa SMP
Negeri 14 Pontianak Timur.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana model kegiatan gerakan literasi sekolah membaca tiga puluh


menit bagi siswa SMP Negeri 14 Pontianak Timur?
2. Apa faktor yang menjadi pendukung untuk melaksanakan program
gerakan literasi sekolah di SMP Negeri 14 Pontianak Timur?
3. Apa faktor yang menjadi kendala untuk melaksanakan program gerakan
literasi sekolah di SMP Negeri 14 Pontianak Timur?

C. Tujuan Penulisan

1. Mendeskripsikan upaya bagaimana model kegiatan gerakan literasi


sekolah membaca tiga puluh menit bagi siswa SMP Negeri 14 Pontianak
Timur
2. Mendeskripsikan faktor pendukung yang dihadapi dalam pelaksanaan
program gerakan literasi sekolah di SMP Negeri 14 Pontianak Timur
3. Mendeskripsikan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program
gerakan literasi sekolah di SMP Negeri 14 Pontianak Timur

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis
A. Kegunaan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan
gerakan literasi sekolah di SMP Negeri 14 Pontianak Timur
B. Kegunaan penelitian ini untuk mengetahui faktor apa saja yang
menjadi pendukung untuk melaksankan program gerakan literasi
sekolah di SMP Negeri 14 Pontianak Timur
4

C. Kegunaan penelitian ini untuk mengetahui faktor apa saja yang


menjadi kendala untuk melaksankan program gerakan literasi
sekolah di SMP Negeri 14 Pontianak Timur
2. Secara Praktis
A. Untuk melengkapi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Ahli
Madya pada fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, program studi
Diploma 3 Perpustakaan
B. Penelitian ini dapat menjadi evaluasi SMP Negeri 14 Pontianak
Timur faktor kendala dan faktor pendukung untuk melakukan
kegiatan gerakan literasi sekolah

E. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini yang akan dibahas mengenai penerapan model


gerakan literasi sekolah membaca 30 menit bagi siswa SMPN 14 Pontianak
Timur. Penulis memfokuskan penelitian pada penerapan model gerakan
literasi sekolah yang dilakukan di SMP Negeri 14 Pontianak Timur
BAB II

KAJIAN TEORI DAN METODE

A. Kajian Teori
1. Pengertian Literasi
Deklarasi Praha tahun 2003 menyatakan bahwa literasi mencakup cara
seseorang berinteraksi dengan masyarakat. UNESCO menyatakan bahwa
literasi juga berarti praktek dan hubungan sosial yang berkaitan dengan
pengetahuan, bahasa dan budaya (Kemendikbud, 2019). Kehidupan di era
globalisasi yang semakin dikenal dengan ilmu pengetahuan, seni dan
teknologi, mengakibatkan manusia membutuhkan keterampilan dasar untuk
bertahan hidup di tengah era globalisasi. Oleh karena itu, memiliki dan
memupuk budaya literasi menjadi sangat penting untuk menopang kehidupan
yang terus berkembang pesat menjadi multiliterat. Multiliterasi adalah
kemampuan mengungkapkan dan memahami gagasan dalam bentuk
informasi dengan cara yang berbeda, menggunakan format teks tradisional
maupun teks inovatif, simbol dan multimedia (Ramadhani, 2016).
Pengertian literasi di atas sesuai dengan yang menjelaskan bahwa
multiliterasi atau literasi di era digital saat ini adalah kemampuan membaca,
menulis, melukis, menari dan kemampuan bersosialisasi melalui berbagai
Media yang membutuhkan melek huruf (Novanda, 2018).
2. Komponen-komponen literasi
Beberapa komponen literasi diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Literasi dini adalah literasi dengan kemampuan mendengar, memahami
bahasa lisan, dan berkomunikasi melalui gambar dan kata-kata yang
muncul melalui pengalaman interaksi dengan lingkungan sosial dan
rumah seseorang.
b. Literasi dasar adalah kemampuan untuk mendengarkan, berbicara,
membaca, menulis dan menghitung, yang melibatkan penggunaan
keterampilan analitis untuk menghitung, memahami informasi,

5
6

berkomunikasi dan menggambarkan informasi berdasarkan pemahaman


dan penalaran langsung.
c. Literasi perpustakaan memberikan pemahaman tentang perbedaan
membaca fiksi dan nonfiksi, penggunaan koleksi referensi dan jurnal,
pemahaman tentang Sistem Desimal Dewey sebagai klasifikasi informasi
untuk memudahkan penggunaan perpustakaan, dan pemahaman tentang
penggunaan katalog dan pengindeksan ke. memfasilitasi informasi
seperti yang dibaca untuk memahami tulisan, meneliti, bekerja, atau
memecahkan masalah.
d. Literasi media adalah kemampuan untuk mengetahui berbagai media
seperti media cetak, media elektronik, media radio, media televisi, media
digital, media online dan memahami tujuan penggunaannya.
e. Literasi teknologi adalah kemampuan memahami kelengkapan teknologi,
seperti perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), serta
etika dan tata krama dalam menggunakan teknologi. Berikutnya adalah
kemampuan untuk memahami teknologi cetak, presentasi, dan akses
Internet. Praktik tersebut juga menerapkan pemahaman penggunaan
komputer (literasi komputer), yang meliputi menyalakan dan mematikan
komputer, menyimpan dan mengelola data, serta menggunakan perangkat
lunak. Berdasarkan informasi yang berlebihan akibat perkembangan
teknologi saat ini, diperlukan pemahaman yang baik untuk mengelola
informasi yang dibutuhkan masyarakat.
f. Literasi visual adalah pemahaman lanjutan antara literasi media dan
literasi teknologi yang mengembangkan keterampilan dan kebutuhan
belajar dengan menggunakan materi visual dan audio visual secara kritis
dan bernilai. Interpretasi gambar tanpa gangguan dalam format cetak,
audio, dan digital yang harus dikelola dengan baik. Namun, banyak
manipulasi dan hiburan yang sangat perlu disaring melalui etika dan
keputusan.
3. Arah Pembelajaran Literasi
7

Pembelajaran literasi di sekolah dilakukan untuk mencapai tujuan


tertentu. Tujuan pembelajaran literasi ini berkembang dari waktu ke waktu
seiring dengan berkembangnya definisi literasi itu sendiri. Pada awalnya,
penggunaan pembelajaran literasi sekolah hanya menyasar siswa
berkompeten yang memahami dimensi literasi linguistik. Tujuan literasi
hanya mengembangkan tiga komponen utama dalam dimensi bahasa, yaitu
komponen tataran kata, tataran kalimat, dan tataran teks (Solihin et. al.,
2019). Dengan perkembangan teknologi dan perkembangan zaman serta
tuntutan kebutuhan, tujuan literasi juga semakin komprehensif.
Pada abad ke-21, tujuan literasi adalah untuk mengajarkan dasar-dasar
membaca dan menulis kepada anak-anak, sambil mempertahankan kesadaran
bahasa dan motivasi untuk belajar. Siswa diajak untuk berinteraksi dengan
berbagai jenis teks dan teknologi untuk membantu mereka berkembang
sebagai komunikator yang aktif, kritis, kreatif dan bertanggung jawab untuk
memasuki abad ke-21 (Yuliyati dan Dafit, 2021).
Tujuan pembelajaran literasi abad 21 adalah memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berkembang melalui multi skill sebagai komunikator
yang kompeten dalam konteks multi literasi, multikulturalisme dan
multimedia (Turnadi, 2018). Belajar untuk belajar di abad 21 memiliki tujuan
sebagai berikut:
a. Membentuk peserta didik yang menjadi pembaca, penulis, serta
komunikator yang strategis.
b. Meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir serta mengembangkan
kebiasaan berpikir pada siswa.
c. Meningkatkan dan memperdalam motivasi peserta didik
d. Mengembangkan kemandirian peserta didik untuk menjadi seorang
pembelajar yang kreatif, inovatif, produktif, dan berkarakter The Ontario
Ministry of Education
4. Pengertian Gerakan Literasi Sekolah
Gerakan Membaca Sekolah adalah kegiatan atau upaya partisipatif
yang melibatkan warga sekolah seperti (guru, kepala sekolah, siswa, guru
8

sekolah, komite sekolah, orang tua/wali siswa), peneliti, tokoh masyarakat,


media dan lainnya serta pemangku kepentingan yang dikoordinir oleh
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud, 2019). Adapun gerakan literasi
sekolah merupakan gerakan sosial yang mendapat dukungan bersama dari
berbagai elemen untuk mencapai literasi peserta didik, yang tujuannya adalah
meningkatkan literasi agar pengetahuan yang diperoleh dengan baik. Bahan
bacaan yang memasukkan nilai-nilai etika berupa kearifan lokal, nasional,
dan global disampaikan seiring perkembangan siswa.
Selain itu, Gerakan Literasi Sekolah adalah sebuah upaya yang
dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi
pembelajaran yang literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik
(Ramadhani, 2016).
5. Prinsip-Prinsip Gerakan Literasi Sekolah
Prinsip-prinsip Gerakan Literasi Sekolah menekankan prinsip-prinsip
Gerakan Literasi Sekolah sebagai berikut (Faizah dan Adi, 2016):
a. Perkembangan Literasi berlangsung sesuai dengan tahap perkembangan
yang dapat diprediksi
Di antara tahap perkembangan tersebut adalah tahap perkembangan
anak belajar membaca dan menulis. Memahami tahapan literasi siswa
dapat membantu sekolah memilih strategi adaptasi literasi yang sesuai
dengan kebutuhan perkembangannya.
b. Program Literasi yang Baik Bersifat Berimbang
Sekolah yang menerapkan program literasi berimbang memahami
bahwa setiap siswa memiliki kebutuhan yang berbeda. Oleh karena itu,
strategi membaca dan jenis teks yang akan dibaca harus diubah dan
disesuaikan dengan jenjang pendidikan. Melalui penggunaan bacaan
kaya teks, karya sastra untuk anak dan remaja, program literasi yang
menarik dapat dilaksanakan.
c. Program Literasi Terintegrasi dengan Kurikulum
9

Pembiasaan dan pembelajaran literasi di sekolah menjadi tanggung


jawab semua guru mata pelajaran, karena belajar semua mata pelajaran
memerlukan bahasa, terutama membaca dan menulis. Oleh karena itu,
semua guru mata pelajaran harus ditawari pelatihan keaksaraan
profesional oleh guru.
d. Kegiatan Literasi mengembangkan Budaya lisan
Kelas yang sangat melek huruf diharapkan mencakup berbagai
kegiatan berbicara dalam bentuk diskusi buku di kelas. Kegiatan diskusi
ini juga dirancang untuk memberikan peluang ketidaksepakatan untuk
mengasah pemikiran kritis. Siswa harus belajar mengungkapkan perasaan
dan pendapatnya, saling mendengarkan dan saling menghargai pendapat
yang berbeda.
e. kegiatan Literasi Perlu mengembangkan kesadaran terhadap
keberagaman
Anak sekolah harus menghargai perbedaan melalui keahlian
sekolah. Bahan bacaan bagi siswa hendaknya mencerminkan kekayaan
budaya Indonesia sehingga terpapar pengalaman multikultural.
6. Tujuan Gerakan Literasi Sekolah
Aadapun tujuan dari Gerakan Literasi Sekolah yaitu (Faizah dan Adi,
2016):
a. Menumbuh kembangkan budaya literasi membaca dan menulis peserta
didik di sekolah
b. Meningkatkan kapasitas masyarakat dan lingkungan sekolah agar sadar
akan pentingnya budaya literasi
c. Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan
ramah anak
d. Menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi
membaca untuk mendukung keberlanjutan pembelajaran
Gerakan literasi sekolah memiliki tujuan umum dan tujuan khusus
(Fabiana Meijon Fadul, 2019). Tujuan akhir dari Gerakan Literasi Sekolah
(GLS) adalah untuk membina karakter siswa dengan mengembangkan
10

ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah


(GLS) agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat. Bertujuan untuk
mengembangkan budaya literasi sekolah, meningkatkan literasi warga dan
lingkungan sekolah, menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang
menyenangkan dan ramah, sehingga warga sekolah dapat mengelola
pengetahuan dan menjaga keberlangsungan pembelajaran, mengenalkan
berbagai. buku teks dan menyesuaikan strategi membaca yang berbeda.
7. Aspek-Aspek Gerakan Literasi Sekolah
Adapun Aspek-Aspek Gerakan Literasi Sekolah dibagi menjadi 3
aspek yaitu sebagai berikut (Rosen et al., 2015):
a. Tahapan pembiasaan
Pada tahap ini sekolah menawarkan berbagai buku dan bahan
bacaan yang diminati siswa serta melakukan kegiatan yang
meningkatkan minat baca siswa. Misalnya menata ruang dan area baca,
menciptakan lingkungan yang kaya teks, mendisiplinkan membaca 15
menit sebelum pembelajaran dimulai, melibatkan masyarakat dalam
Gerakan Literasi Sekolah (GLS).
b. Tahap Pengembangan
Sesuai dengan kebiasaan membaca anak sekolah tertentu, maka
sekolah dapat memasuki fase perkembangan yang bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan membaca siswa melalui berbagai kegiatan
literasi. misalnya membaca cerita intonasi, mendiskusikan bahan bacaan,
menulis cerita dan melakukan kegiatan festival literasi.
c. Tahap Pembelajaran
Pada tahap ini sekolah menyelenggarakan berbagai kegiatan
dengan tujuan memelihara minat baca dan meningkatkan kemampuan
membaca siswa dengan bantuan buku dan buku pelajaran untuk
pengayaan. misalnya kegiatan mengembangkan literasi, menulis cerita
dan mengintegrasikan literasi ke dalam tahapan pembelajaran.
8. Tahapan Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah
11

Adapun Tahapan Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah dibagi menjadi


3 tahapan yaitu (Rosen et al., 2015):
a. Tahap ke-1 : Pembiasaan dalam kegiatan membaca yang menyenangkan
dalam ekosistem sekolah
Tujuan dari metode ini adalah untuk mendorong minat baca siswa
dalam membaca dan membaca 15 menit di sekolah. Menumbuhkan minat
membaca merupakan fungsi mendasar dari pengembangan kemampuan
membaca siswa.
b. Tahap ke-2 : Pengembangan minat baca siswa untuk meningkatkan
kemampuan literasi siswa
Kegiatan literasi yang dilakukan pada fase ini bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami bacaan dan
menghubungkannya dengan pengalamannya sendiri, berpikir kritis dan
mengembangkan kemampuan komunikasi melalui kegiatan pengayaan
kreatif yang responsif terhadap bacaan.
c. Tahapan ke-3 : Pembelajaran berbasis literasi
Kegiatan yang dilakukan pada fase ini bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan memahami isi teks dan
menghubungkannya dengan pengalaman sendiri, mengembangkan
berpikir kritis dan mengembangkan keterampilan relasional kreatif.
Kegiatan fase ini dapat dilakukan dengan buku teks untuk pengayaan dan
kegiatan responsif membaca buku teks. Pada tahap ini terdapat usulan
legislasi yang bersifat akademik (profesional).
9. Faktor-Faktor Pendukung Gerakan Literasi Sekolah
Terdapat beberapa faktor pendukung literasi sekolah, sebagai berikut
(Fabiana Meijon Fadul, 2019):
a. Faktor Pendukung. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2015 tentang
Penumbuhan Karakter. Salah satu karakter yang akan dikembangkan
berdasarkan peraturan pemerintah ini adalah menghargai potensi unik
peserta didik yang gemar membaca dan mengembangkan minat baca
sesuai potensi kemampuannya untuk memperluas pandangan hidup
12

dalam pengembangan diri. Nilai tersebut bersumber dari nilai kebangsaan


dan kemanusiaan yang berakar pada Pancasila.
b. Dukungan penuh pemerintah terhadap pelaksanaan gerakan literasi
sekolah. Dalam hal ini, dukungan nyata pemerintah terhadap pelaksanaan
kegiatan literasi adalah pemberian dana BOS (Bantuan Operasional
Sekolah). Sebagian dana BOS akan dialokasikan untuk pengadaan sarana
dan prasarana pelaksanaan literasi di setiap satuan pendidikan, khususnya
di pendidikan dasar dan menengah. Sarana dan prasarana tersebut antara
lain pembelian buku, kepanitiaan pendanaan, dan pembuatan fasilitas
untuk mendukung siswa dalam membaca.
c. Sumber Daya Manusia (SDM) memimpin Gerakan Literasi Sekolah.
Sumber daya manusia yang bersangkutan adalah semua penyelenggara
negara dari tingkat penyelenggara negara, LPMP, provinsi, dinas
pendidikan kabupaten/kota, dan satuan pendidikan tingkat kota. Pada
tingkat satuan pendidikan, ujung tombak sumber daya manusia dalam
pelaksanaan kegiatan ini adalah kepala sekolah, pengawas, guru dan tim
literasi sekolah. Seluruh pemangku kepentingan dan sumber daya
manusia di tingkat satuan pendidikan mendukung gerakan literasi
sekolah.
d. Memberikan petunjuk teknis pelaksanaan gerakan literasi sekolah.
adalah, pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan sangat serius dan berharap agar gerakan literasi sekolah
dapat terwujud dengan baik. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
telah menerbitkan Rencana Induk Gerakan Literasi Sekolah dan Petunjuk
Gerakan Literasi Sekolah untuk setiap satuan pendidikan.
e. Orang tua siswa dan masyarakat, yang tentunya mendukung penuh
segala kegiatan positif untuk menyemangati siswa. Peran orang tua dan
masyarakat sangat penting bagi keberhasilan kegiatan ini, yang sangat
terkait dengan jenjang satuan pendidikan.
f. Faktor keenam adalah siswa. Faktor inilah yang menjadi penentu.
Berdasarkan perhitungan para ahli demografi (ahli kependudukan)
13

terhadap indikator dasar kependudukan (angka kelahiran dan angka


kematian), Indonesia akan mengalami pertumbuhan demografi hingga
tahun 2030. Kepala Pusat Penelitian Kependudukan (P2) menyimpulkan
bahwa penduduk Indonesia memiliki tingkat produktifitas yang tinggi.
khususnya kaum muda yang energik dan kreatif. Artinya, saat ini kita
memiliki sejumlah besar generasi muda (pelajar) yang berpotensi
menjadi sasaran gerakan literasi sekolah.
g. Faktor Penghambat
Terdapat beberapa faktor yang menjadi penghambat pelaksanaan
Gerakan Literasi di sekolah yaitu (Ramadhani, 2016):
1.) Faktor Internal
Faktor internal yang sangat mempengaruhi rendahnya minat
baca siswa (remaja) adalah usia mereka yang masih muda. Pubertas
adalah masa ketika kaum muda menemukan diri mereka dalam
situasi yang sulit. Perkembangan jiwa pada masa ini dipengaruhi
oleh faktor internal dan eksternal yaitu pendidikan dan interaksi
siswa dengan lingkungan. Proses pembiasaan dan peniruan ini dapat
dengan mudah dilakukan oleh siswa remaja. Pada tahap ini (usia 12
hingga 21 tahun) kaum muda mengalami masa-masa sulit dan
bermasalah, tidak hanya bagi kaum muda itu sendiri, tetapi juga bagi
orang tua, guru, dan masyarakat di sekitarnya. Pada tahap ini
individu berada di persimpangan dunia anak-anak dan orang dewasa.
Dalam konteks ini, hampir dapat dipastikan bahwa apapun yang
dilalui atau dilalui dari satu negara ke negara lain selalu
menimbulkan pergolakan, dan benturan, terkadang dengan akibat
yang mengerikan. Artinya, saat ini diperlukan pendekatan yang tepat
untuk menumbuhkan budaya literasi sehingga dapat mencerdaskan
generasi muda yang terdidik.
2.) Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang mampu mempengaruhi kebiasaan
membaca siswa adalah adanya media sosial sebagai akibat dari
14

perkembangan teknologi informasi. Twitter, Facebook, Line,


WhatsApp, Instagram. Hal ini merupakan ancaman serius terhadap
keberadaan dan fungsi buku sebagai sarana literasi. Media sosial
dianggap sebagai ancaman dan menghancurkan budaya membaca
ketika anak muda berlebihan beribadah bahkan melihat media
sosialnya setiap detik. Media sosial yang membuat mereka
ketagihan. Tingginya kualitas dan kuantitas menulis dan membaca
pesan di jejaring sosial bukanlah pencapaian yang membanggakan.
Kegiatan ini yang dapat mengubah budaya membaca di kalangan
siswa. Sangat sulit ketika sebuah buku harus bersaing untuk
mendapatkan posisi di jejaring sosial. Faktor eksternal lain yang
mempengaruhi penerapan GLS yaitu suasana yang kurang mampu
menciptakan budaya baca merupakan faktor lain yang menghambat
budaya baca. Faktor yang berkaitan dengan lingkungan atau kondisi
sekolah yang kurang mampu membangkitkan dan merangsang
kemauan siswa untuk segera membuka dan membaca buku. Siswa
didorong untuk tidak meminggirkan akal sehatnya menggunakan
media sosial dan lebih banyak meminggirkan cara mereka membaca
buku. Gaya membaca terpinggirkan oleh suasana membaca buku
yang tidak menarik dan membosankan.
10. Strategi Membangun Budaya Literasi Sekolah
Dalam buku A Principal’s Guide to Literacy Instruction terdapat
strategi untuk menciptakan budaya literasi di sekolah sebagai berikut
(Samsara, 2020):
a. Mengkondisikan lingkungan fisik ramah literasi
Lingkungan fisik merupakan hal pertama yang dilihat dan
dirasakan oleh warga sekolah. Oleh karena itu, lingkungan fisik harus
tampak mengundang dan kondusif untuk belajar. Sekolah yang
mendukung pengembangan budaya literasi harus memajang hasil karya
siswa di seluruh area sekolah, termasuk lorong, ruang kepala sekolah,
dan ruang guru. Selain itu, karya siswa digilir secara berkala untuk
15

memberikan kesempatan kepada semua siswa dan secara teratur agar


semua siswa memiliki kesempatan. Selain itu, siswa dapat mengakses
buku dan bahan bacaan lainnya di sudut baca di seluruh ruang kelas,
kantor, dan gedung sekolah lainnya. Tempat memajang hasil karya siswa,
memberikan gambaran positif tentang komitmen sekolah dalam
mengembangkan budaya literasi.
b. Mengupayakan lingkungan sosial dan efektif sebagai model komunikasi
dan interaksi yang literat
Dengan model komunikasi dan interaksi seluruh bagian sekolah,
tercipta lingkungan yang efektif dan sosial. Hal ini dapat dikembangkan
dengan mengakui prestasi siswa sepanjang tahun. Penghargaan dapat
diberikan pada upacara bendera setiap minggu untuk mengakui kemajuan
siswa dalam segala aspek. Prestasi tidak hanya dinilai secara akademik,
tetapi juga sikap dan tuntutan siswa. dengan demikian setiap siswa
memiliki kesempatan untuk menerima penghargaan sekolah. Selain itu,
literasi diharapkan mewarnai semua perayaan penting selama tahun
ajaran. Ini bisa berupa pesta buku, lomba poster, dongeng dan karnaval
buku bergambar. Kepala sekolah harus berperan aktif dalam
mempromosikan literasi, misalnya dengan membangun budaya
kolaborasi guru-guru. Dengan begitu setiap orang dapat berkontribusi
sesuai dengan keahliannya masing-masing. Peran orang tua sebagai
relawan dalam gerakan literasi memperkuat komitmen sekolah untuk
mengembangkan budaya literasi.
c. Mengupayakan sekolah sebagai lingkungan akademik yang literat
Lingkungan fisik, sosial dan efektif berkaitan erat dengan
lingkungan akademik. Hal ini tercermin dalam perencanaan dan
pelaksanaan gerakan literasi sekolah. Sekolah harus mengalokasikan
waktu yang cukup untuk mempelajari keterampilan literasi. Salah
satunya membaca senyap, dan guru membacakan buku dengan lantang
15 menit sebelum kelas. Untuk mengembangkan keterampilan guru dan
staf, mereka harus diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam program
16

guru yang meningkatkan pemahaman tentang program literasi,


implementasi dan implementasinya.

B. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini berjudul “Penerapan Model Gerakan Literasi


Sekolah pada Membaca 30 Menit Bagi Siswa SMPN 14 Pontianak Timur”.
Peneliti menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Melalui metode ini, peneliti berharap dapat menciptakan informasi yang
lengkap atau rinci dengan pemahaman yang mendalam tentang subjek.
Peneliti mengumpulkan informasi melalui wawancara, observasi, dan
dokumentasi untuk mendapatkan informasi yang detail dan akurat.
Memberikan gambaran secara sistematis, faktual, rasional dan akurat tentang
pelaksanaan latihan literasi 30 menit siswa SMPN 14 Pontianak.

C. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

a. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti memilih lokasi penelitian di SMPN
14 Pontianak Timur yang berlokasi Jl. Tani, Kel. Saigon, Kec. Pontianak
Timur.
b. Waktu Penelitian
Peneliti menggunakan waktu 3 minggu untuk penelitian yaitu
pertengahan bulan September dan awal Oktober.

D. Data dan Sumber Data

a. Data
Data merupakan hasil pengamatan baik melalui observasi,
wawancara dan lain-lain yang dilakukan secara langsung kepada objek
penelitian terbentuk menjadi sebuah informasi bedasarkan proses
pemahaman serta penarikan kesimpulan. Pada penelitian ini data yang
dikumpulkan berkaitan dengan rumusan masalah.
b. Sumber Data Primer
17

Sumber data primer merupakan sumber data utama yang


diberikan langsung kepada pengumpulan data. Data tersebut dapat berupa
hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti bersama informan untuk
mendapatkan informasi yang relevan di lapangan. Data tersebut dapat
berupa hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan.
c. Sumber data Sekunder
Sumber Data Sekunder merupakan data yang diperoleh atau
dikumpulkan dari sumber-sumber yang diperoleh secara tidak langsung
atau seperti dokumentasi.

E. Prosedur Pengumpulan Data

1. Teknik pengumpulan data


Dapat digunakan untuk mengumpulkan data sesuai dengan prosedur
penelitian sehingga memperoleh data informasi yang dibutuhkan. Dalam
penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah
observasi, wawancara, dan dokumentasi.
a. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
pengamatan langsung dengan cara turun langsung ke lapangan.
Dengan melakukan observasi maka peneliti akan melihat langsung
bagaimana penerapan model gerakan literasi yang dilakukan di
SMPN 14. Pada penelitian ini peneliti mengamati penerapan model
gerakan literasi sekolah yang dilakukan di SMPN 14 Pontianak
Timur.
b. Pendoman Wawancara
Wawancara merupakan suatu interaksi antara peneliti dan
narasumber atau orang yang akan diwawancarai secara langsung
untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk data
penelitian. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data wawancara terstruktur. Dalam melakukan
wawancara peneliti langsung bertatap muka dengan sumber
18

narasumber yang bersangkutan. Dalam penelitian ini peneliti


mewawancarai 3 informan yang terdiri dari Kepala Sekolah, waka
kesiswaan dan koordinator kegiatan literasi Al-Qur’an SMPN 14
Pontianak Timur.
2. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pelengkap dan pendukung hasil
penelitian agar semakin akurat. Pada penelitian ini peneliti
mengumpulkan dokumentasi mengenai penerapan model gerakan literasi
sekolah yang dilakukan di SMPN 14 Pontianak. Hal ini dilakukan untuk
menambah informasi dan melengkapi data-data yang diperoleh dari
teknik pengumpulan sebelumnya.

F. Alat Pengumpulan Data

1. Pendoman Observasi merupakan pengamatan yang dilakukan saat


melakukan penelitian melihat langsung kejadian yang ada dilapangan
dengan mengamati berbagai peristiwa dan juga informasi yang berkaitan
dengan penelitian.
2. Pendoman wawancara merupakan panduan pertanyaan-pertanyaan yang
digunakan peneliti untuk mendapatkan informasi melalui jawaban-
jawaban informan dan dibantu dengan menggunakan alat tulis dan
handphone yang digunakan untuk merekam suara saat melakukan
wawancara.
3. Dokumentasi
Alat pengumpulan data yang membantu dalam penelitian di smpn 14
adalah kamera handphone yang digunakan untuk mengambil gambar
untuk memperoleh data dokumentasi di SMPN 14 Pontianak Timur

G. Analisis Data

1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, perhatian melalui
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul
19

dari catatan-catatan tertulis di lapangan (Rostini, 2018). Pada penelitian


ini peneliti mengumpulkan data dari wawancara selain wawancara data
juga diperoleh dari hasil observasi di lapangan secara lansung. Reduksi
data dalam penelitian ini yang dilakukan setelah data-data yang
dibutuhkan selesai diperoleh dilapangan. Data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengelompokan jawaban dari narasumber yang telah
ditentukan.
2. Penyajian Data
Dalam penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, jelas hubungan antar kategori (Turnadi, 2018).
Dalam penyajian data peneliti menyajikan data berupa hasil analisis
mengenai penerapan model gerakan literasi sekolah yang dilakukan di
SMPN 14 Pontianak Timur.
3. Penarikan kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif dapat berubah apabila data
yang diperoleh dan ditemukan tidak sesuai dengan data awal yang telah
didapatkan oleh peneliti. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif ini dapat
menjawab yang ada pada rumusan masalah.

H. Teknik Pemeriksa Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif uji keabsahan data meliputi :

1. Credibility (validitas interval), dimana pengujian data hasil penelitian

dilakukan dengan pengamatan, triangulasi sumber, serta tekun dalam

penelitian. Penelitian ini menerapkan aturan-aturan tersebut agar

dinyatakan valid.

2. Transferability (validitas eksternal), pengujian ini diharapkan hasil

penelitian mudah dipahami dengan jelas, serta dapat dipercaya oleh

pembaca.
20

3. Dependability (reabilitas), pengujian ini dapat dilakukan oleh

pembimbing karena untuk mengetahui benar atau tidak data yang didapat

berasal dari lapangan langsung. Jika tidak, penelitian dilakukan tidak

langsung ke lapangan maka tidak dependable (Rostini, 2018).

4. Confirmability (objektivitas), pengujian ini tidak jauh beda dengan

pengujian dependability keduanya bisa dilakukan bersama untuk menguji

hasil penelitian yang dikaitkan dengan proses penelitian.


BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menyajikan hasil dan pembahasan penelitian yang telah
dilakukan mengenai Penerapan Model Gerakan Literasi Sekolah Membaca Tiga
Puluh Menit Bagi Siwa SMPN 14 Pontianak Timur. Setelah melakukan
penelitian, peneliti memperoleh data primer yang diperoleh peneliti melalui
wawancara yang dilakukan terhadap kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan
guru agama SMPN 14 Pontianak Timur. Selain itu peneliti juga menyajikan data-
data sekunder yang diperoleh dari dokumentasi dalam kegiatan Gerakan Literasi
Sekolah di SMPN 14 Pontianak Timur. Data yang dipaparkan pada penelitian ini
dan disusun beberapa kategori terkait Penerapan Model Gerakan Literasi Sekolah
di SMPN 14 Pontianak Timur yaitu:

A. Penerapan Model Gerakan Literasi Sekolah


Penerapan model Gerakan Literasi Sekolah membaca 30 menit saat ini
sudah berjalan di SMPN 14 Pontianak Timur. Adapun 3 tahapan yang
dilakukan di SMPN 14 dalam pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah yaitu:
1. Tahap Pembiasaan
Pada tahap ini, siswa di SMPN 14 Pontianak Timur melaksanakan
kegiatan membaca 30 menit sebelum pembelajaran dimulai setiap hari
selasa dan kamis mulai pukul 07.00-07.30. Penerapan Gerakan Literasi
Sekolah di SMPN 14 Pontianak Timur siswa melakukan kegiatan
membaca 30 menit dengan membaca buku cerita berupa buku cerita
rakyat. Setelah membaca mereka diwajibkan untuk meringkas dan
mengambil intisari dan pesan moralnya dari buku yang mereka baca.
Bedasarkan hasil wawancara dengan informan 1 yaitu selaku
kepala sekolah penerapan model Gerakan Literasi Sekolah di SMPN 14
Pontianak Timur adalah sebagai berikut:
“Kegiatan literasi yaitu dilaksanakan selama 30 menit sebelum
pelajaran dimulai. Jadi setiap hari selasa dan hari kamis akan
dilakukan kegiatan literasi mulai pukul 07.00-07.30. Guru yang
mendampingi yaitu guru yang mengajar di jam pertama jadi guru

21
22

tersebut wajib hadir mendampingi kegiatan literasi tersebut. Anak-


anak diminta untuk memiliki buku cerita dengan cara membeli
sendiri sesuai dengan kemampuan keuangan mereka buku tersebut
kemudian dibaca dan diambil inti sarinya, nilai moral dari buku
yang mereka baca. Selanjutnya jika buku mereka yang dibaca
sudah selesai bertukar dengan temannya diharapkan mereka
memiliki banyak wawasan yang luas dari berbagai cerita-cerita
yang mereka baca.”(19 September 2022).
Pembiasaan yang dilakukan kegiatan literasi Al-Qur’an yang
dilakukan setiap minggu ke 4 yaitu siswa melakukan kegiatan membaca
Al-Qur’an berupa sura-surah pendek secara bersama-sama dan
didampingi oleh guru pendamping. Setelah membaca, siswa diwajibkan
untuk membahas secara bersama-sama hikmah dan terjemah dari surah
yang siswa baca.
Bedasarkan hasil wawancara dengan informan 3 yaitu guru di
SMPN 14 Pontianak Timur penerapan model Literasi Al-Qur’an di
SMPN 14 Pontianak Timur adalah sebagai berikut:
“SMPN 14 Pontianak Timur selain melakukan kegiatan literasi
membaca buku, sekolah juga menerapkan kegiatan literasi Al-
Qur’an yang dilaksanakan setiap minggu ke 4 dan didampingi
oleh guru pendamping. Setiap siswa diwajibkan untuk membawa
Al-Qur’an atau bisa mendowload aplikasi Al-Qur’an
menggunakan handphone siswa masing-masing. Siswa diarahkan
untuk membaca surah-surah pendek. Kemudian setelah membaca
siswa diwajibkan untuk menerjemahkan surah yang mereka baca
arti dari surah tersebut dan dibahas secara bersama-sama”.(20
September 2022)
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diuraikan bahwa kegiatan
Gerakan Literasi Sekolah dilaksanakan seminggu 2 kali. Siswa
diwajibkan untuk membawa 1 buku cerita dan siswa diminta untuk
membeli sendiri sesuai dengan kemampuan masing-masing. Setelah
membaca siswa diminta untuk merangkum mengambil intisari dan pesan
moral yang mereka baca dari buku yang mereka baca. SMPN 14 juga
melaksanakan kegiatan literasi Al-Qur’an setiap minggu ke 4 siswa
melaksanakan kegiatan literasi Al-Qur’an dan didampingi oleh guru
pendamping.
23

Pembiasaan adalah proses menanamkan kebiasaan pada anak, yaitu


cara membesarkan anak (Sapendi, 2015). Pembiasaan juga merupakan
perilaku yang mempengaruhi seseorang dan dilakukan secara sadar,
sistematis atau berulang-ulang untuk membuat seseorang melakukan
sesuatu tanpa dipengaruhi (Marwiyati, 2020).
Pada masa adaptasi ini, sekolah menawarkan berbagai buku dan
bahan bacaan yang diminati siswa serta melakukan kegiatan yang
meningkatkan minat baca siswa (Novanda, 2018). Misalnya menata
ruang dan area baca, menciptakan lingkungan yang kaya teks,
mendisiplinkan membaca 15 menit sebelum pembelajaran dimulai,
melibatkan masyarakat dalam Gerakan Literasi Sekolah (GLS).
Perencanaan pokok gerakan literasi sekolah oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan merupakan gerakan sosial yang didukung
dengan kerjasama berbagai elemen (Suharti, 2017). Upaya yang
dilakukan untuk mengimplementasikannya berupa membiasakan siswa
dengan membacakan buku cerita selama 15 menit. Guru membacakan
buku dan siswa membacakan buku dalam hati sesuai dengan tujuan
sekolah.
2. Tahap Pembelajaran
Setelah kebiasaan membaca, siswa di SMPN 14 Pontianak Timur
masuk ke tahap pembelajaran yang bertujuan untuk mempertahankan dan
meningkatkan minat baca siswa melalui buku-buku pengayaan dan buku-
buku pembelajaran. Misalnya mendiskusikan suatu bahan bacaan. Setiap
jam pelajaran berlangsung guru di SMPN 14 menerapkan sistem diskusi
dan tanya jawab. Kemudian siswa di SMPN 14 Pontianak Timur wajib
membaca buku terlebih dahulu materi yang akan disampaikan oleh guru
tersebut. Setelah selesai membaca mereka akan melakukan presentasi
kemudian guru memberikan mereka pertanyaan sehingga siswa sudah
tidak kebingungan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan oleh guru. Pada tahapan ini, siswa di SMPN 14 Pontianak
Timur awalnya memiliki minat baca yang rendah setelah guru
24

menerapkan sistem diskusi setiap pelajaran berlangsung sehingga


menjadi terdorong untuk rajin membaca meskipun tidak semua siswa
memiliki minat baca yang tinggi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan 2 yaitu wakil
kepala sekolah di SMPN 14 Pontianak Timur penerapan kegiatan Literasi
membaca yang tidak terjadwalkan di SMPN 14 Pontianak Timur adalah
sebagai berikut:
”Jadi menumbuh kembangkan pembiasaan untuk mau membaca
dengan cara dijadwalkan kemudian juga guru-guru diminta
untuk memotivasi anak untuk rajin membaca melalui proses
pembelajaran yang menuntut anak untuk membaca. Misalnya
proses pembelajaran guru ada menerapkan sistem diskusi
sebelum dia tampil presentasi mereka harus membaca buku
mengerjakan tugasnya. Jadi proses pembelajaran itu sendiri
sudah ada unsur literasi setelah itu mereka bisa melakukan
presentasi. Jadi literasi itu tidak hanya terjadwalkan tersendiri di
dalam proses pembelajaran itu sebenarnya sudah ada unsur
literasi di dalamnya.”(21 September 2022).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diuraikan bahwa kegiatan
membaca tidak hanya terjadwalkan saja tetapi sebelum melakukan
pembelajaran berlangsung siswa juga diwajibkan untuk membaca materi
yang akan disampaikan oleh guru. Cara untuk menumbuh kembangkan
pembiasaan anak untuk membaca yaitu dengan cara memotivasi dan
mendorong anak untuk rajin membaca.
Metode diskusi adalah strategi pembelajaran yang diterapkan oleh
seorang guru yang dapat menghasilkan interaksi aktif antara guru dan
siswa atau antara siswa saling bertukar pendapat untuk menghasilkan
atau menghasilkan suatu gagasan atau gagasan yang hebat untuk
digunakan sebagaimana mestinya. dasar penyelesaian masalah (Rostini,
2018). Manfaat diskusi adalah dapat menemukan ide-ide baru yang
memberikan wawasan lebih luas. Sesuai dengan kebiasaan membaca
anak sekolah tertentu, sekolah dapat bergerak ke tahap pengembangan
yang tujuannya untuk mengembangkan kemampuan membaca siswa
melalui berbagai kegiatan literasi. misalnya membaca cerita dengan
25

intonasi, berdiskusi materi, menulis cerita dan melakukan kegiatan


festival literasi (Suharti, 2017).
Kegiatan literasi Al-Qur’an siswa yang belum bisa membaca Al-
Qur’an dan bacaan yang masih terputus-putus atau ejaannya masih salah
guru pendamping mengajarkan kembali sehingga siswa yang tidak bisa
membaca Al-Qur’an dan yang masih terputus-putus atau ejaannya masih
salah sampai siswa benar-benar lancar untuk membaca Al-Qur’an.
3. Tahap Pengembangan
Pada tahapan ini, sekolah melakukan kerjasama dengan organisasi
FIM yang bertujuan untuk mengembangkan literasi siswa melalui
berbagai kegiatan literasi. Misalnya, membuat cerita berupa cerpen yang
berjudul Antologi Kapal Bajak Laut, Antologi Dua Pasang Sendal Jepit,
Antologi Catatan Kecil dari Jemari Sahabat, Antologi Kaca Mata. Pada
tahun 2019, beberapa siswa di SMPN 14 dipilih sebagai perwakilan
untuk dilatih menulis oleh organisasi FIM di lap komputer. Kemudian
hasil tulisan mereka berupa cerpen yang diterbitkan dari percetakan
pustaka one.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan 1 yaitu selaku
kepala sekolah penerapan model Gerakan Literasi Sekolah di SMPN 14
Pontianak Timur adalah sebagai berikut:
“Sekolah juga pernah melakukan kerjasama dengan organisasi
FIM (Forum Indonesia Menulis). Pada tahun 2019 beberapa
siswa dilatih untuk menulis perwakilan dari FIM tersebut
memberikan sosialisasi kepada siswa-siswa SMP 14 yang dipilih
kemudian mereka menulis di lap komputer kemudian diterbitkan
jadi hasil mereka tersebut berupa cerpen”. (22 September 2022)
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diuraikan bahwa sekolah juga
pernah melakukan kerjasama dengan FIM (Forum Indonesia Menulis).
Siswa yang terpilih dilatih untuk menulis cerita kemudian diterbitkan dari
penerbit Pustaka One yang berisi cerpen siswa SMPN 14 Pontianak
Timur.
Pada fase ini sekolah menyelenggarakan berbagai kegiatan yang
bertujuan untuk memelihara minat baca dan meningkatkan kemampuan
26

membaca siswa melalui pengayaan buku dan buku pelajaran (Yuliyati &
Dafit, 2021) . Pelatihan literasi, menulis cerita dan mengintegrasikan
literasi ke dalam fase pembelajaran. Dengan dikeluarkannya SK
Kemendikbud, pemerintah Indonesia bermaksud untuk meningkatkan
budaya literasi siswa (Sapendi, 2015). Terkait dengan penumbuhan
karakter yang meliputi tanggung jawab membaca bagi siswa SMP dan
SMA dan dijabarkan dalam program GLS untuk meningkatkan minat
baca siswa dalam pertumbuhan Indonesia. Gerakan ini berfokus untuk
menjadi pusat pembelajaran dengan harapan membaca dapat
menciptakan budaya belajar selama berabad-abad. Kegiatan kegiatan
GLS adalah membaca buku di luar mata pelajaran, dilakukan 15 menit
sebelum pembelajaran selesai. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk
merangsang minat baca siswa dan meningkatkan keterampilan membaca
agar pengetahuan dapat dikelola dengan baik. Membaca dalam
pelaksanaan kegiatan ini adalah membaca yang mengandung nilai-nilai
moral berupa kearifan lokal, nasional, dan global, yang ditransmisikan
sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.
Pelaksanaan gerakan literasi sekolah yang akan memberikan
petunjuk pelaksanaannya, sehingga program GLS yang dilaksanakan
akan lebih jelas dan terarah. Tahapan penerapan GLS adalah tahap
sosialisasi, pengembangan dan pembelajaran. Ketiga tahapan tersebut
saling berhubungan. Fase pembiasaan dilakukan dengan latihan
membaca secara rutin untuk mencapai tahap perkembangan sampai pada
keinginan atau kecintaan membaca. Fase pengembangan adalah proses
lain dalam fase awal dengan strategi khusus tergantung pada keadaan.
Meskipun fase pembelajaran adalah istilah terakhir yang dapat kita
kaitkan dengan pembelajaran dan menerapkannya di kelas (Yuliyati dan
Dafit, 2021).
B. Faktor Kendala Dalam Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah
Dalam pelaksanaan penerapan model Gerakan Literasi Sekolah di
SMPN 14 Pontianak Timur terdapat beberapa kendala yaitu:
27

1. Sekolah tidak ada menyiapkan buku untuk melaksanakan kegiatan


literasi
2. Siswa diminta untuk membeli buku cerita sendiri
3. Siswa tidak mau untuk membeli buku untuk kegiatan literasi
4. Siswa kurang mampu membeli buku sendiri untuk kegiatan literasi
Bedasarkan hasil wawancara dengan informan 1 yaitu selaku kepala
sekolah SMPN 14 Pontianak Timur kendala dalam penerapan kegiatan
Gerakan Literasi Sekolah sebagai berikut:
“Faktor kendala yang pertama sudah pasti tidak semua anak
mempunyai minat membaca yang tinggi. Bedasarkan yang sudah
dialami mereka masih harus sering dimotivasi untuk rajin membaca
kemudian juga tidak semua siswa itu mau membeli buku untuk
kegiatan literasi. Ada yang membeli buku terlalu sederhana untuk
ukuran anak SMP sekolah memang meminta siswa menyediakan
buku sendiri memang disesuaikan dengan kemampuan mereka.
Harapan sekolah mereka dapat membeli buku cerita yang dapat
dibaca berkali-kali misalkan selesai membaca bisa bertukar dengan
teman jadi mereka juga memiliki banyak wawasan dari cerita-cerita
yang mereka baca.” (19 September 2022)
Dalam pelaksanaan kegiatan Literasi Al-Qur’an di SMPN 14
Pontianak Timur terdapat beberapa kendala yaitu:
1. Terdapat siswa yang belum bisa membaca Al-Qur’an
2. Terdapat siswa ejaan bacaannya masih salah atau masih terputus-putus
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan 3 yaitu selaku guru di
SMPN 14 Pontianak Timur kendala dalam penerapan kegiatan Literasi Al-
Qur’an sebagai berikut:
“Kendalanya yaitu ada siswa yang belum bisa membaca al-qur’an,
ada juga siswa yang bisa membaca al-qur’an tetapi ejaannya masih
salah atau terputus-putus”( 26 September 2022)
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diuraikan bahwa kendala yang
terjadi saat pelaksanaan GLS di SMP 14 adalah kebanyakan siswa belum
mempunyai buku cerita dan tidak semua siswa mau membeli buku.
Sedangkan kendala dalam pelaksanaan kegiatan literasi Al-Qur’an yaitu
masih ada siswa yang tidak bisa membaca Al-Qur’an dan masih ada siswa
membaca Al-Qur’an tetapi ejaannya masih salah atau masih terputus-putus
28

Faktor penghambat kegiatan literasi sekolah yaitu, semakin


berkembangnya teknologi yang semakin mengubah kebiasaan membaca pada
siswa (Faizah & Adi, 2016). Kehadiran media sosial berupa whatsApp,
instagram,twitter, maupun facebook. Semakin berkembangnya teknologi
semakin menjadi ancaman yang serius terhadap keberadaan buku sebagai
sarana literasi. Kehadiran media sosial dianggap sebagai ancaman yang
menghancurkan budaya membaca anak ketika anak muda berlebihan bahkan
melihat media sosialnya setiap detik tanpa henti. Pelaksanaan kegiatan literasi
sekolah ini yang diharapkan mengubah kebiasaan membaca dikalangan siswa.
Sangat sulit ketika buku harus bersaing untuk mendapatkan posisi jejaring
sosial.
C. Faktor Pendukung Dalam Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah
Dalam pelaksanaan penerapan model Gerakan Literasi Sekolah di
SMPN 14 Pontianak Timur terdapat beberapa kendala yaitu:
1. Beberapa siswa gemar membaca walaupun tidak semuanya gemar
membaca
2. Guru-guru juga mendukung adanya kegiatan Gerakan Literasi Sekolah
dan guru-guru juga membantu sekolah selama ada kegiatan literasi dan
guru-guru juga mendampingi siswa dalam pelaksanaan literasi sesuai
jadwal masing-masing.
3. Sekolah pernah melakukan kerjasama dengan organisasi FIM (Forum
Indonesia Menulis) perwakilan siswa SMPN 14 Pontianak Timur dipilih
untuk dilatih menulis dan hasil tulisan berupa cerpen dan diterbitkan di
percetakan pustakawan.
Bedasarkan hasil wawancara dengan informan 1 yaitu selaku kepala
sekolah SMPN 14 Pontianak Timur adalah sebagai berikut:
“Faktor pendukungnya adalah beberapa anak memang gemar membaca
walaupun tidak semuanya gemar membaca kemudian juga guru-guru
mendukung kalau ada kegiatan literasi guru-guru juga membantu
sekolah jadi selama ini kalau ada kegiatan literasi guru-guru
mendampingi sesuai dengan jadwalnya. Kemudian juga sekolah juga
pernah melakukan kerjasama dengan organisasi FIM (Forum
Indonesia Menulis). Pada tahun 2019 beberapa siswa dilatih untuk
29

menulis perwakilan dari FIM tersebut memberikan sosialisasi kepada


siswa-siswa SMP 14 yang dipilih kemudian mereka menulis di lap
komputer kemudian diterbitkan jadi hasil mereka tersebut berupa
cerpen. Ada 5 buku yang sudah diterbitkan dari percetakan
pustakawan yang berisi kumpulan cerpen dari anak-anak.” (19
September 2022)
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diuraikan bahwa faktor pendukung
dalam pelaksanaan GLS adalah sekolah juga pernah melakukan kerjasama
dengan FIM (Forum Indonesia Menulis). Siswa yang terpilih dilatih untuk
menulis cerita kemudian diterbitkan dari percetakan pustakawan yang berisi
cerpen anak-anak.
Dalam Pelaksanaan kegiatan Literasi Al-Qur’an di SMPN 14 Pontianak
Timur terdapat beberapa faktor pendukung yaitu beberapa siswa senang
membaca Al-Qur’an secara bersama-sama dan guru-guru di SMPN 14 juga
mendukung adanya kegiatan tersebut dan guru juga selalu mendampingi
siswa dalam kegiatan literasi Al-Qur’an. Bedasarkan hasil wawancara dengan
informan 3 yaitu selaku guru di SMPN 14 Pontianak Timur adalah sebagai
berikut:
“Dalam pelaksanaan literasi Al-Qur’an beberapa siswa memang suka
membaca Al-Qur’an meskipun tidak semuanya dan guru-guru juga
mendukung adanya kegiatan tersebut guru juga selalu mendampingi
siswa dalam kegiatan literasi sesuai dengan jadwalnya masing-
masing”. (27 September 2022)
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diuraikan bahwa faktor pendukung
dalam pelaksanaan kegiatan literasi Al-Qur’an adalah beberapa siswa
memang suka membaca Al-Qur’an dan guru juga mendukung adanya
kegiatan tersebut dan selalu mendampingi siswa dalam pelaksanaan kegiatan
literasi Al-Qur’an.
Faktor pendukung dalam pelaksanaan kegiatan literasi sekolah yaitu,
pemerintah mendukung dalam pelaksanaan tersebut (Fabiana Meijon Fadul,
2019). Dukungan nyata dari pemerintah yaitu pemberian dana bos yang
dialokasikan untuk sarana dan prasarana dalam pelaksanaan kegiatan literasi
sekolah. Pemerintah sudah mengeluarkan peraturan pemerintah nomor 23
tahun 2015 tentang pembangunan karakter. Salah satu pengembangan yang
bedasarkan peraturan ini merupakan menghargai potensi unik peserta didik
30

yang gemar membaca melalui penerapan kegiatan literasi sekolah.


Pemerintah juga mengeluarkan petunjuk teknis daalam pelaksanaan kegiatan
literasi sekolah agar pelaksanaan kegiatan tersebut berjalan atau terwujud
dengan baik dan lancar. Peran orang tua dan lingkungan masyarakat yang
dapat mendukung segala aktivitas siswa dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan
Bedasarkan data penelitian dan pembahasan yang telah peneliti
peroleh, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penerapan model kegiatan gerakan literasi sekolah di SMPN 14
Pontianak Timur yaitu, pelaksanaan kegiatan Gerakan Literasi Sekolah
ada beberapa tahapan yaitu tahapan yang pertama tahap pembiasaan.
Pada tahap ini, siswa di SMPN 14 Pontianak Timur melaksanakan
kegiatan membaca 30 menit sebelum pembelajaran siswa membaca buku
cerita berupa buku cerita rakyat. Tahapan pembelajaran Setelah
kebiasaan membaca, siswa di SMPN 14 Pontianak Timur masuk ke tahap
pembelajaran pada tahap ini, setiap jam pelajaran berlangsung guru di
SMPN 14 menerapkan sistem diskusi dan tanya jawab. Tahap
pengembangan pada tahapan ini, sekolah melakukan kerjasama dengan
organisasi FIM pada tahap ini, siswa dapat membuat cerita berupa cerpen
yang berjudul Antologi Kapal Bajak Laut, Antologi Dua Pasang Sendal
Jepit, Antologi Catatan Kecil dari Jemari Sahabat, Antologi Kaca Mata.
Diterbitkan oleh pustaka one. SMPN 14 Pontianak Timur tidak hanya
melakukan kegiatan literasi membaca buku cerita tetapi SMPN 14
Pontianak Timur juga melaksanakan kegiatan membaca Al-Qur’an
selama 15 menit yang dilakukan setiap minggu ke 4. Setiap siswa
diwajibkan membawa Al-Qur’an dan membaca surah-surah pendek dan
didampingi oleh guru.
2. Pelaksanaan kegiatan Gerakan Literasi Sekolah di SMPN 14 Pontianak
Timur juga memiliki kendala seperti sekolah tidak menyediakan buku
cerita untuk pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah. Kemudian tidak
semua siswa mampu membeli buku untuk pelaksanaan literasi. Dalam
pelaksanaan kegiatan literasi Al-Qur’an juga memiliki kendala seperti

31
32

siswa yang lupa membawa Al-Qur’an dan ada juga siswa tidak bisa
membaca Al-Qur’an atau bacaannya masih terputus-putus.
3. Pelaksanaan kegiatan Gerakan Literasi Sekolah di SMPN 14 Pontianak
Timur juga memiliki faktor pendukung beberapa siswa juga memang
gemar membaca walaupun tidak semuanya gemar membaca. Guru-guru
juga mendukung adanya kegiatan literasi dan guru-guru juga membantu
sekolah dalam pelaksanaan literasi. Sekolah juga pernah melakukan
kerjasama dengan organisasi FIM (Forum Indonesia Menulis).
Perwakilan siswa SMPN 14 Pontianak Timur dipilih untuk dilatih
menulis di lab komputer hasil tulisan siswa tersebut berupa cerpen
kemudian diterbitkan oleh pustaka one. Pelaksanaan kegiatan literasi Al-
Qur’an juga memiliki faktor pendukung beberapa anak bisa membaca Al-
Qur’an walaupun tidak semuanya dan guru-guru juga mendukung adanya
kegiatan literasi Al-Qur’an.

B. Saran
Bedasarkan pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti, maka
peneliti mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Sebaiknya sekolah menyediakan buku bacaan untuk pelaksanaan literasi,
agar siswa tidak membeli buku cerita di luar untuk pelaksanaan kegiatan
literasi sekolah.
2. Pelaksanaan kegiatan Gerakan Literasi Sekolah masih ada siswa yang
tidak mampu membeli buku cerita sebaiknya, siswa tersebut meminjam
buku secara online melalui aplikasi ikalbar, ipusnas.
3. Sebaiknya saat jam pelajaran agama, guru agama mengajarkan kembali
siswa yang belum bisa membaca Al-Qur’an atau ejaannya masih salah
dan terputus-putus sehingga siswa tersebut bisa untuk membaca Al-
Qur’an dan lancar untuk membaca Al-Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA

Fabiana Meijon Fadul. (2019). Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah.

Faizah, dewi susanti sufy, & Adi. (2016). Panduan Gerakan Literasi Sekolah Di
Sekolah Sekolah Dasar. In Journal of Chemical Information and Modeling
(Vol. 53, Issue 9).

Hendrik, H., Solihin, L., Noviyanti, N., Pratiwi, I., & Julizar, K. (2018).
Kebijakan Pemerintah Kota Surabaya Dalam Penumbuhan Budaya Baca Di
Kalangan Pelajar. Jurnal Ilmiah Mimbar Demokrasi, 17(1), 55–76.
https://doi.org/10.21009/jimd.v17i1.8762

Kemendikbud, D. (2019). Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah (Direktorat


Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan).
https://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/wp-content/uploads/2019/07/Desain-
Induk-Gerakan-Literasi-Sekolah-2019.pdf

Marwiyati, S. (2020). Penanaman Pendidikan Karakter Melalui Pembiasaan.


ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal, 8(2), 152.
https://doi.org/10.21043/thufula.v8i2.7190

Novanda, Y. (2018). Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah


Atas pada Tiga Kabupaten Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Pendidikan
Bahasa Dan Sastra Indonesia, 7(2), 88–96.
http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/pbsi/article/view/11463

Ramadhani, N. S. (2016). Kata Kunci : Program Gerakan literasi sekolah (GLS),


indikator ketercapaian pelaksanaan Program Gerakan literasi sekolah
(GLS).

Rosen, A., Trauer, T., Hadzi-Pavlovic, D., Parker, G., Patton, J. R., Cronin, M. E.,
Bassett, D. S., Koppel, A. E., Zimpher, N. L., Thurlings, M., Evers, A. T.,
Vermeulen, M., Obanya, P., Avsec, S., Nurzarina Amran, Liu, S. H., Petko,
D., Aesaert, K., Van Braak, J., … Brown, N. (2015). Implementasi Gerakan

33
34

Literasi Sekolah Tahap Pembiasaan di MI Muhammadiyah Gandatapa


Sumbang Banyumas. Teaching and Teacher Education, 12(1), 1–17.
http://dx.doi.org/10.1080/01443410.2015.1044943%0Ahttp://dx.doi.org/
10.1016/j.sbspro.2010.03.581%0Ahttps://publications.europa.eu/en/
publication-detail/-/publication/2547ebf4-bd21-46e8-88e9-f53c1b3b927f/
language-en%0Ahttp://europa.eu/.%0Ahttp://www.leg.st

Rostini, T. (2018). Konsep Globalisasi Dan Sikap Cinta Tanah Air Melalui
Metode Diskusi Pada Mata Pelajaran. 5(September), 157–170.

Samsara, L. (2020). Strategi Inovasi Dinas Perpustakaan dan Arsip Kabupaten


Banggai Untuk Meningkatkan Budaya Literasi Masyarakat Innovation
Strategy of Banggai District Library and Archive Office To Improve The
Culture of Community Literacy. 1–23.

Sapendi, S. (2015). Internalisasi Nilai-Nilai Moral Agama Pada Anak Usia Dini.
At-Turats, 9(2), 17. https://doi.org/10.24260/at-turats.v9i2.313

Solihin et. al. (2019). Indeks Aktivitas Literasi Membaca 34. In Pusat Penelitian
Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Penelitian dan
Pengembangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Issue 2).

Suharti. (2017). Pengembangan Koleksi Untuk Memenuhi Kebutuhan Informasi


Di Direktorat Perpustakaan Universitas Islam Indonesia. Buletin
Perpustakaan, 57, 55–72.
http://journal.uii.ac.id/Buletin-Perpustakaan/article/view/9101

Turnadi. (2018). Memaknai Peran Perpustakaan dan Pustakawan dalam


Menumbuhkembangkan Budaya Literasi. Media Pustakawan, 25(3), 69.

Yuliyati, D., & Dafit, F. (2021). Pelaksanaan Program Gerakan Literasi Sekolah
(GLS) di SDN 014 Kota Bangun. QALAMUNA: Jurnal Pendidikan, Sosial,
Dan Agama, 13(2), 601–616. https://doi.org/10.37680/qalamuna.v13i2.1045
LAMPIRAN

35
36

Lampiran 1 Pedoman Wawancara


1. Kepala Sekolah SMPN 14 Pontianak Timur
Nama : Neti Herwati, S.Pd. M. M.Pd.
Tanggal : 19 September 2021
1. Sejak kapan GLS ini pertama kali dilaksanakan di SMPN 14 Pontianak
Timur ?
2. Sudah berapa lama kegiatan GLS ini dilaksanakan di SMPN 14
Pontianak Timur ?
3. Apa alasan SMPN 14 Pontianak Timur memilih membaca 30 menit ?
4. Bagaimana pelaksanaan GLS di SMPN 14 Pontianak Timur ?
5. Siapa yang terlibat dalam pelaksanaan GLS ?
6. Apakah semua guru melakukan penerapan GLS ?
7. Bagaimana partisipasi siswa dalam pelaksanaan GLS ?
8. Siapa saja yang menjadi koordinator dalam pelaksanaan GLS ?
9. Kapan alokasi waktu pelaksanaan GLS dilakukan ?
10. Apa saja yang menjadi kendala dalam pelaksanaan GLS ?
11. Apa saja yang menjadi pendukung dalam pelaksanaan GLS ?
2. Waka Kesiswaan SMPN 14 Pontianak Timur
Nama : Siti Widya Lestari S.pd
Tanggal : 20 September 2022
1. Sejak kapan literasi dilaksanakan ?
2. Bagaimana pelaksanaan kegiatan literasi ?
3. Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan literasi ?
4. Apakah semua guru melakukan penerapan literasi ?
5. Bagaimana partisipasi siwa dalam pelaksanaan literasi ?
6. Apa saja media yang digunakan dalam pelaksanaan literasi ?
7. Apa saja yang menjadi kendala dalam pelaksanaan literasi ?
8. Bagaimana solusi dalam menghadapi masalah tersebut ?
37

3. Kordinator Kegiatan Literasi Al-Qur’an


Nama : Ainun
Tanggal : 27 September 2022
1. Sejak kapan literasi Al-Qur’an dilaksanakan ?
2. Bagaimana pelaksanaan kegiatan literasi Al-Qur’an ?
3. Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan literasi Al-Qur’an ?
4. Apakah semua guru melakukan penerapan literasi Al-Qur’an ?
5. Bagaimana partisipasi siwa dalam pelaksanaan literasi Al-Qur’an ?
6. Apa saja media yang digunakan dalam pelaksanaan literasi Al-Qur’an ?
7. Apa saja yang menjadi kendala dalam pelaksanaan literasi Al-Qur’an ?
8. Bagaimana solusi dalam menghadapi masalah tersebut Al-Qur’an ?
38

Lampiran 2 Pedoman Observasi


A. Tujuan
Untuk mengamati penerapan model Gerakan Literasi Sekolah yang
dilaksanakan di SMPN 14 Pontianak Timur
B. Akses diamati
1. Penerapan Model Gerakan Literasi Sekolah Membaca 30 Menit
2. Literasi Membaca Al-Qur’an selama 15 menit
3. Kendala pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah
4. Kendala pelaksanaan Gerakan Literasi Al-Qur’an
5. Faktor pendukung Gerakan Literasi Sekolah
6. Faktor Pendukung Gerakan Literasi Al-Qur’an
39

Lampiran 3 Dokumentasi

Gambar 1 Wawancara Informan I

Gambar 2 Wawancara Informan II

Gambar 3 Wawancara Informan III


40

Lampiran 4 Observasi
41

Gambar 4 Pelaksanaan Kegiatan Gerakan Literasi Sekolah

Gambar 5 Pelaksanaan Literasi Al-Qur’an


42

Gambar 6 Pelaksanaan sistem diskusi saat jam pelajaran


43
44

Gambar 7 Karya siswa berupa cerpen


45

Gambar 8 Piagam Penghargaan

Gambar 9 SK Pembimbing
46

Gambar 10 SK Artikel
47

Gambar 11 Surat Pengantar Akademik

Gambar 12 Surat Balasan


RIWAYAT HIDUP

Nama : Dwi Artika

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Pontianak, 28 September 2001

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. Tanjung Harapan, Gg. Karya II No.18

Email : dwiartika928@gmail.com

Nama Ayah : Mohtar, S.pd

Nama Ibu : Sapariah, S.pd

PENDIDIKAN

1. SD : SDN 06 Pontianak Timur (Tahun 2007-2013)


2. SMP : SMPN 14 Pontianak Timur (Tahun 2013-2016)
3. SMA : SMAN 9 Pontianak Timur (Tahun 2016-2019)
4. KULIAH : D3 Perpustakaan FKIP Universitas Tanjungpura (Tahun 2019-
2022)

48

Anda mungkin juga menyukai