Anda di halaman 1dari 13

BLOK 4.

1 KELAINAN KARDIOVASKULAR
Checklist Pemeriksaan Fisik Jantung

• Inspeksi
1. Kulit : Sianosis atau Asianosis ?
2. Leher : Perhatian Ada Webbing ? Bendungan pada Vena Jugularis ? Refluks Hepato Jugular ? Pulsasi
Arteri Karotis ?
3. Dinding Dada : Simetris kanan dan kiri? deformitas bentuk dada? apa ada barrel chest? pigeon
chest? dsb
4. Iktus Kordis : Normal: ICS 5 sebelah medial garis Midklavikularis sinistra.
Lihat dari sudut tangensial. Jika tidak tampak, minta pasien untuk sedikit miring ke kiri. Bisa tidak
tampak pada wanita.
5. Ekstremitas : Ada deformitas jari dan persendian jari, sianosis dan Clubbing Finger?edema tungkai,
edema pretibial, edema pergelangan kaki (Ankle Edema) ?ada varises dan tromboflebitis ?

• Palpasi
1. Palpasi Denyut Karotis: untuk menilai ejeksi ventrikel kiri. Letakan tiga jari pertama pada
a.karotis, perhatikan intensitas bisa meningkat dan menurun tiba2
2. Palpasi Iktus Cordis: Letakkan telapak tangan dan jari di daerah iktus kordis saat inspeksi.
- Tentukan lokasi iktus kordis. Normal: ICS V kira2 1 jari medial dari garis midklavikula sinistra
- Tentukan lebar iktus kordis. Normal lebar 2-3 ujung jari (1-2cm)
- Tekanan iktus kordis dgn kedua ujung jari. Normal jari tidak terangkat
• Perkusi: tentukan batas dari suara pekak jantung (absolut),
kalau suara redup batas relatif.
Kiri Normal :
Atas : ICS II linea parastrenalis kiri (pinggang jantung)
perubahan suara sonor ke redup.
Bawah : ICS V medial linea midklavikularis kiri (tempat iktus)
Kanan Normal:
Atas: ICS II linea parasternalis kanan.
Bawah: ICS III-IV linea parasternalis kanan
Lakukan perkusi sampe batas organ lain, naik lagi 2 jari, lakukan
perkusi lagi hingga redup (batas relatif) lalu perkusi lagi hingga pekak untuk memastikan

• Auskultasi
Pasien dalam posisi berbaring dengan kepala dinaikkan 30 °.
- Identifikasi BJ I dan II : Auskultasi dapat dimulai dari apeks
ataupun basis jantung.
- Auskultasi daerah keempat katup
Aorta: ICS 2 parasternalis kanan;
Pulmonal: sepanjang parasternalis kiri dari ICS 2;
Tricuspid: ICS 3-5 parasternalis kiri;
Mitral: ICS 5 midklavikula kiri (daerah apeks jantung)

Cara Pemeriksaan Tekanan Vena Jugularis :


Tujuan: mengetahui apakah ada kelainan tekanan vena jugularis.
1. Pemeriksa berada di sebelah kanan si penderita.
2. Penderita dalam posisi santai, kepala sedikit terangkat dgn
bantal, dan m. strenomastoideus dalam keadaan relaks.
3. Naikkan ujung tempat tidur setinggi 30º, atau sesuaikan
sehingga pulsasi vena jugularis tampak paling jelas.
4. Temukan titik teratas dimana pulsasi vena jugularis interna
tampak, kemudian dengan penggaris ukurlah jarak vertikal antara
titik ini dengan angulus sternalis.
5. Apabila tak dapat menemukan pulsasi vena jugularis interna,
dapat mencari pulsasi vena jugularis externa. Sudut ketinggian
dimana penderita berbaring harus diperhitungkan karena ini
mempengaruhi hasil pemeriksaan.
6. Perhatikan apakah ada bendungan pada Vena Jugularis

• Pembendungan(Meningkat)= hipertensi vena, ukur besar


tekanan vena jugularis.
• Bendungan vena bilateral= umumnya pd gagal jantung kanan
dan timbulnya bersamaan dengan pembengkakan hati, edema
perifer, dan asites. Refluks hepato jugular, ditemukan pada gagal
jantung kanan. Pengisian vena jugularis paradoksal pada waktu
inspirasi dapat terjadi misalnya pada pernafasan Kussmaul akibat
efusi perikardial dan perikarditis konstriktif

Hasil pemerisaan JVP Normal 5 ± 2 H2O


Checklist Pemasangan EKG

Sejajar
t
v6 ¥ ¥4
RANGKUMAN SINGKAT EKG

Septal :V V2 ,

Ante : V3 V4
Late : V5 V6
lnfe : 11,111 AVF
,

AXIS menentukan iskemi/ infark:


Kompleks QRS di Lead I dan aVF, Harus kelainan di minimal 2 lead yg berdekatan.
bandingkan Gelombang R dan S kelainan di inferior: berarti tidak boleh hanya kelainan di Lead II,
Jika masih ragu liat LEAD II DAN III
harus terjadi kelainan di Lead II,III, dan aVF

HARUS KELAINAN DI MINIMAL


ACUTE INFARK MIOCARD (INJURY)
2 LEAD BERDEKATAN
- Limb Lead ELEVASI ST SEGMEN > 1 KOTAK KECIL
- Lead Precordial ELEVASI ST >2 KOTAK KECIL
STEMI
- ST Elevasi Cembung: disadapan V1 V3
>2mm : pria >40thn
>2,5mm : pria <40thn
UNSTABLE ANGINA NSTEMI >0,15mm: wanita
ST Depresi, inversi ST Depresi, Inversi gelombang - ST Elevasi : >1mm di lead lainnya
T, tanpa Gelombang Q - LBBB baru
gelombang T

PR
segment

PR

Paling baik Ymenentukaniskemi

RBBB DAN LBBB


- Complete R/LBBB durasi QRS ≥ 0,12s
A RRO - Incomplete R/LBBB durasi QRS 0,10-0,12s
RBBB : Marrow
R µ

illia
LBBB :
William
Hipertensi
Anamnesis:
BIASANYA TIDAK BERGEJALA, tp sering dikeluhkan NYERI KEPALA.
1. Durasi hipertensi,
2. Riwayat terapi hipertensi sebelumnya, efek sampingnya
3. Riwayat hipertensi dan kardiovaskular pada keluarga
4. Kebiasaan makan dan psikososial
5. Faktor risiko: merokok, perubahan BB, dislipidemia, diabetes,
inaktivitas fisik
6. Bukti hipertensi sekunder:riwayat penyakit ginjal, perubahan penampilan,
kelemahan otot [palpitasi, keringat berlebih, tremor), tidur tidak teratur, mengorok, somnolen di siang hari, gejala hipo-/
hipertiroidisme, riwayat konsumsi obat yang dapat menaikkan tekanan darah
7. Bukti kerusakan organ target: riwayat TIA, stroke, buta sementara, penglihatan kabur tiba-tiba, angina, infark miokard,
gagal jantung, disfungsi seksual

Pemeriksaan Fisik: TTV, penyakit penyerta, kerusakan organ target kemungkinan adanya hipertensi sekunder, Palpasi
leher apabila terdapat pembesaran kelenjar tiroid, Palpasi pulsasi arteri femoralis, pedis, Auskultasi bruit(pelebaran)
karotis, bruit abdomen, Funduskopi, Evaluasi gagal jantung dan pemeriksaan neurologis

Diagnosis Banding: Hipertensi sekunder, Hipertensi refrakter, Krisis hipertensi

Pemeriksaan penunjang: test darah rutin, Urinalisis, tes fungsi ginjal, ekskresi albumin, serum BUN, kreatinin, gula darah,
elektrolit, profil lipid, foto toraks, EKG.

Tatalaksana: MODIFIKASI GAYA HIDUP PERLU DILAKUKAN PADA SETIAP DERAJAT HIPERTENSI (↓ BB, Diet rendah
garam, perbanyak konsumsi buah sayur, produk rendah lemak jenuh, hindari konsumsi alkohol, aktivitas fisik rutin spt
aerobik, jalan cepat 30menit/hari)
Farmakologis: PERTIMBANGKAN PADA TD NORMAL TINGGI (130-139/85-89), LEBIH DARI ITU BERI OBAT
Stage 1 TD 140-159/90-99 (ACEI = Captopril 2x12,5mg/hari + CCB= Amlodipine 1x5mg/hari)
Stage 2 TD ≥160/100 (sama spt kombinasi diatas, bila perlu tambah Thiazide= HCT 1x12,5mg/hari)
OBATI HINGGA SEHAT

Angina Pektoris Stabil


• Anamnesis
NYERI DADA <20 MENIT,♂ >50 tahun/ ♀ > 60 tahun, keluhan chest
discomfort (berat, tertekan,diremas, terdesak, jarang nyeri nyata),
lokasi di dada (menjalar ke bahu,kedua lengan, punggung, interscapular,
leher; rahang, gigi,epigastrium) crescendo-decrescendo, berlangsung
2-5 menit, muncul karena latihan/ emosi, dapat saat istirahat dan
membaik setelah istirahat, terbangun malam hari karena chest
discomfort dan dispnea.
• Pemeriksaan Fisik: TTV, ukur BB (nilai IMT),
cek apakah ada komorbid seperti DM, ginjal, dsb
Pemeriksaan Fisik Jantung: Auskultasi baiknya posisi lateral dekubitus,
dapat ditemukan bruit arteri, BJ III/ IV, murmur sistolik di apikal (tapi belum pasti)

Diagnosis Banding
Infark miokard, Unstable Angina Pektoris

• Pemeriksaan Penunjang
- EKG: tidak spesifik, dapat ditemukan hipertrofi ventrikel, Stress testing dengan EKG
- Darah (mengetahui faktor yang pemberat): GDS, profil lipid, hemoglobin A1C, fungsi ginjal
- Biokimia jantung
- Rontgen dada:pembesaran cor, aneurisma ventrikular (tdk khas)
- Pencitraan jantung: SPECT, MSCT; Arteriografi koroner

Tatalaksana: stop rokok, alkohol, diet, ↓ BB, rutin olahraga 30-60 menit/hari
Farmakologis: Nitrogliserin sublingual 0,3-0,6mg tiap 5 menit hingga nyeri hilang (maksimal konsumsi 1,2mg dalam
15 menit) + CCB(Amlodipine 10mg/hari) atau ß -blocker (Propanolol 2x20-80mg/hari)
RUJUK KE SPESIALIS
Acute coronary syndrome
Angina Tidak Stabil (UAP)/ NSTEMI
1. saat istirahat (Iatihan ringan), >10 menit,
2. Gejala berat dan baru pertama kali timbul
3. Muncul dgn pola crescendo (lebih berat, panjang, dan sering
drpd sebelumnya).

• Anamnesis: Nyeri dada angina tipikal, sesak napas, epigastric


discomfort
• Pemeriksaan Fisik: Nilai TTV, Jika iskemi miokard meluas ditemukan
diaforesis, pucat, kulit dingin, sinus takikardi, bunyi jantung III/IV, ronki NSTEMI Inferior

basal paru, kadang hipotensi


Diagnosis Banding: STEMI, Perikarditis

• Pemeriksaan penunjang:
- EKG (ST depresi dan atau inversi T);
- Cardiac biomarker: NSTEMI: CK-MB & Troponin↑;UAP: NORMAL
(N: cTnI <1,0; cTnT: <0,1, CKMB <16IU)
- Stress testing; CT angiography

RUJUK KE SPESIALIS


Antiplatelet

ONAM
STEMI (GAWAT DARURAT)
• Anamnesis: NYERI DADA >20 menit, Nyeri viscera spt
terbakar/tertusuk, letak di dada tengah/epigastrium,saat istirahat,
kdg menjalar ke lengan, perut, punggung, rahang bawah, leher,
nyeri dibarengi dgn lemah, nausea, keringat, muntah, ansietas.

• Pemeriksaan Fisik: NILAI TTV, Pucat, ekstremitas dingin,


takikardi dan/ hipertensi (anterior MI), bradikardi dan/hipotensi
(posterior MI), bunyi jantung III, dan IV, penurunan intensitas bunyi
jantung, paradoxical splitting pd bunyi jantung II, dapat ditemukan
transient midsystolic atau late systolic apical systolic murmur krn
disfungsi katup mitral. Pericardial friction rub (transmural STEMI).
Pulsasi karotis menurun dlm volume
Diagnosis Banding: NSTEMI/UAP

• Pemeriksaan penunjang:
1. EKG: ST Elevasi dgn gelombang Q
2. ↑ Lab Biomarkers: NORMAL CKMB <16IU, cTnT dan cTnI ↑
>20x dari normal tertinggi, bertahan 7-10 hari setelah STEMI,
3. Radiologis: Echocardiografi (infark RV, aneurisma ventrikel,
efusi perikardia, trombus LV).
Doppler Echocardiografi utk deteksi dan kuantitas defek septum
ventrikel dan regurgitasi mitral. Cardiac MRI
RUJUK KE SPESIALIS
SEMUANYA RUJUK KE SPESIALIS

THROMBOFLEBITIS
Penyakit dgn peradangan+ ggn pembentukan bekuan darah, umumnya di tungkai
Gejala
Bengkak pada jalur vena permukaan kulit, berupa rasa sakit atau tidak nyaman
spt keram, gejala perlahan mereda selama 1-2minggu, tapi meninggalkan
gumpalan keras yg bisa dirasakan sepanjang PD

Diagnosis Banding : DVT

Tatalaksana:
• Nonfarmakologis: mengangkat tungkai yg terserang scr teratur, dan kompres hangat bagian yg sakit
• Farmakologis: obat antiinflamasi oral/krim/gel

INSUFISIENSI VENA KRONIK


Hipertensi vena persisten terutama pd ekstremitas bawah

•Klinis: Nyeri, edema, kram, perubahan warna kulit, ulserasi

• Anamnesis dan pemeriksaan fisik mulai dari inspeksi dan palpasi tungkai pasien, penilaian ankle
brachial index untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab arteri
• Hasil pemeriksaan klinis ini ditunjang dengan pemeriksaan Doppler/ MRI/ CT scan

• Tatalaksana: Menghindari posisi berdiri dan duduk terlalu lama, Elevasi tungkai secara periodik
NONINVASIF: gradient compression stocking (tekanan 30-40 atau 40-50 mmHg pada pergelangan kaki)
dgn tekanan yang semakin kurang ke arah proksimal tungkai → ada gradien tekanan pd proximal dan distal
INVASIF: Injeksi obat, Radiofrequency ablation atau RFA, Pembedahan

LYMPHEDEMA
Akumulasi cairan berlebihan dari cairan ekstraseluler, biasanya pd tungkai

• Anamnesis : Asimptomatik atau tungkai terasa berat, chronic dull.

• Pemeriksaan Fisik
Edema yang dimulai dari kaki dan menyebar sampai tungkai atas. Awalnya edema
bersifat halus dan pitting, selanjutnya men jadi indurasi dan fibrosis. Dermatitis stasis dan hiperpigmentasi dapat ditemui.

• Pemeriksaan Penunjang
- USG, MRI/CT,
- Lymphoscintigraphy dan lymphangiography (dx limfaedema primer/sekunder), Lymphoscintigraphy (suntik plasma
protein radioaktif ke ekstremitas yg kena), Lymphangiography (melihat kelainan anatomis saluran limfe)

Diagnosis Banding: DVT, Myxedema pretibial, lipedema


• TATALAKSANA: Perawatan kaki, jaga kebersihan kaki, massage utk ↑ drainase, Aktivitas fisik, Compression
stocking(menekan cairan scr aktif keluar dari jaringan), diuretik, antibiotik (apabila akibat infeksi), pembedahan
(rekonstruksi saluran limfatik)

LYMPHADENITIS : Infeksi nodus limfe, komplikasi sering dari infeksi


bacterial. Terjadi krn kelenjar bekerja terlalu berlebihan akibat mikroorganisme,
sel kanker (kelenjar yg bengkak biasanya di tempat infeksi,tumor, inflamasi).

• MANIFESTASI KLINIS: nodus limfe bengkak, nyeri dan terasa keras,


kemerahan

• TATALAKSANA: Terapi segera, antibiotik lihat etiologi, analgesik sbg pereda


nyeri, antiinflamasi utk kurangi inflamasi dan pembengkakan, kompres air
hangat utk kurangi inflamasi dan nyeri, pembedahan utk drainase cairan abses.
Gagal Jantung
• Anamnesis: SESAK NAFAS, BENGKAK, Fatigue, dyspnea,
Napas pendek, Keluhan bs spt keluhan digestiv spt anoreksia,
nausea, dan rasa penuh.
Jika berat bisa konfusi, disorientasi, gangguan pola tidur, mood.

• Pemeriksaan Fisik
- Posisi pasien tidur terlentang/ duduk jika sesak.
- TD normal/ ↑ pada tahap awal, lalu akan ↓ karena disfungsi LV
- Nilai perfusi perifer, suhu kulit, peninggian tekanan pengisian vena,
adanya murmur sistolik, murmur diastolik, dan irama gallop
- Kongesti paru ditandai ronki basah pada kedua basal paru.
- Penilaian vena jugular normal saat istirahat tetapi dapat ↑
dgn adanya abdominojugular reflux positif. JVP ↑ 2 MAYOR/ 1 MAYOR 2 MINOR

- Abdomen: hepatomegali, asites, ikterus


- Edema ekstremitas yang umumnya simetris dapat ditemukan.

• DD: Acute respiratory distress syndrome, gagal ginjal.

• Pemeriksaan Penunjang
- Lab:DPL,elektrolit,urea,kreatinin,gula darah,albumin, enzim hati.
- Analisa gas darah
- Natriuretic peptide(BNatriureticPeptides/BNP atau NT-pro BNP),
- EKG (bisa STEMI/NSTEMI/ Hipertrofi, bundle branch block,
interval QT memanjang, disritmia, dll),
- Foto toraks, Ekokardiografi, Exercise Testing

RUJUKK PASIEN KE SPESIALIS


Tatalaksana Gagal Jantung Akut
• Oksigen
• Ventilasi non invasif (PEEP/positive end-expiratory pressure)
• Morfin : pasien gelisah/nyeri dada, 2.5-5 mg IU bolus IV.
• Diuretik loop: Furosemid 20-40mg IV
• Vasodilator( edem TD>90mmHg= Nitrogliserin 10-20ug/menit)
• Nesiritide : menurunkan tekanan pengisisan LV
•inotropik: (Dobutamin, Dopamin, Milrinone, enoximone, Levosimendan)

Tatalaksana Gagal Jantung Kronis


Nonfarmakologis: Diet (hindari obesitas,diet rendah garam, konsumsi air secukupnya), berhenti merokok dan
alkohol, lakukan aktivitas fisik, istirahat
Farmakologis
a. Diuretik, utk mencapai JVP normal, menghilangkan edema=
loopdiuretic/thiazide, bila tdk ada respon baik dosis naikkan atau IV
b. ACEI:menekan aktivasi neurohormonal,pd HF krn disfungsi sistolik LV
c.Beta blocker sama spt ACEI
d. Angiotensin II antagonis reseptor= bila Kontraindikasi ACEI
e. Hidralazin+ isosorbide dinitrat= hasil baik pd pasien intoleran ACEI
f. Digoksin= simptomatik gagal jantung disfungsi sistolik LV dan
terutama yang dengan fibrilasi atrial, digunakan bersama diuretik,
ACEI, Beta blocker. Dosis : 0.1,25 qd, max: 0.375 qd.
g. Antikoagulan dan antiplatelet. Aspirin untuk pencegahan emboli
serebral penderita fibrilasi atrial dengan fungsi ventrikel yang buruk.
Antikoagulan diberikan pada fibrilasi atrial kronis, riwayat emboli,
trombosis dan transient ischemic attacks, trombus intrakardiak dan
aneurisma ventrikel.
h. Antiaritmia tidak direkomendasikan. Antiaritmia klas I harus dihindari
kecuali pada aritmia yang mengancam nyawa. Antiaritmia kelas III
terutama amiodaron digunakan terapi aritmia atrial dan tidak digunakan mencegah kematian mendadak.
i. CCB dihindari.
SYOK SEPTIK: akibat dari cedera klinis berat (trauma, Iuka bakar, pankreatitis, infeksi, dsb). Sepsis ditegakkan
bila curiga atau terbukti bakteremia pada pasien-pasien dengan SIRS
Manifestasi Klinis
a. Kondisi hiperdinamik ("warm shock"): takikardia, ↑ cardiac output (atau normal) ,↓resistensi pembuluh darah
sistemik.
b. Kondisi hipodinamik ("cold shock"). lanjutan setelah hiperdinamik, di mana telah terjadi ↓ cardiac output.

Tatalaksana: GAWAT DARURAT, golden hours=6 jam pertama.


PRINSIP: Resusitasi awal dan kontrol infeksi, terapi dukungan hemodinamik, serta terapi suportif lainnya.
A. Resusitasi Awai dan Kontrol Infeksi
I. Resusitasi cairan(6 JAM PERTAMA). Sesegera mungkin pada kondisi hipotensi/↑ laktat serum >4 mmol/L. Resusitasi
pake cairan fisiologis: kristaloid (NaCl, RL)/ koloid. Beri cairan kristaloid minimal 30 mL/KgBB bolus cepat selama 30 menit
dengan prinsip fluid challenge techniques.
Target resusitasi: CVP 8-12 mmHg, MAP <: 65 mmHg, produksi urin <:0.5 mL/KgBB/ jam, saturasi oksigen vena cava
superior (ScvO,) atau vena campuran/mixed vein (SvO,) 65·70%, serta normalisasi kadar laktat serum.
2. Antibiotik. sesuai etiologi hasil kultur darah. Sambil nunggu hasil, beri antibiotik IV empiris dalam jam pertama; sesuai
lokasi atau sumber infeksi.
B. Terapi dukungan hemodinamik
1. Pemberian agen vasopresor dan inotropik: Noerpinefrin 1-40ug/ menit IV
2. Kortikosteroid: Hidrokortison IV (50mg/ 6jam 7 hari)
C. Terapi Suportif lainnya
Transfusi darah (PRC kalo Hb <7g/dL), Kontrol glikemik, Profilaksis DVT,Profilaksis stress ulcer, Manajemen nutrisi

SYOK HIPOVOLEMIK: akibat kurang/hilangnya volume intravaskular secara signifikan


Klinis:
1. Std awal (<20% volume darah): perubahan tingkat kesadaran (agitasi dan gelisah, depresi SSP, fisik: kulit dingin,
lembab, hipotensi ortostatik, takikardi ringan)
2. Std sedang (20-40%): gelisah, agitasi, takikardia, hipotensi postural tp bs jg TD relatif normal pd posisi terlentang
3. Std berat (>40%): TD↓ , takikardi jelas, oliguria,↓ kesadaran (agitasi/ confusion)
Tatalaksana: STABILISASI C, A, B, atasi sumber perdarahan bila ada
1. Pastikan jalan napas dan pernapasan dalam kondisi baik (PaO2 >80mmHg)
2. Posisi kaki pasien lebih tinggi, resusitasi IV
3. Cairan yg diberi: RL, bolus 2-4L 20-30 menit
4. Nilai ketat hemodinamik, amati tanda perbaikan syok (TTV, kesadaran, perfusi perifer, urine output, pulse oximetry)
5. Atasi sumber perdarahan bila ada
6. Kehilangan darah dengan kadar Hb ≤10g/dL= tranfusi darah
7. Bila kondisi berat berkepanjangan= inotropik dgn dopamin, vasopresin atau dobutamin

SYOK KARDIOGENIK: Akibat ↓ curah jantung → hipoksia jaringan dgn volume intravaskular yg adekuat
KRITERIA HEMODINAMIK SYOK KARDIOGENIK:
1. ↓ curah jantung (<2,2L/menit/m2)
2. Hipotensi sistolik arteri (90mmHg) atau mean arterial pressure (MAP) kurang lebih dari 30mmHg nilai normal
3. ↑ Tekanan diastolik akhir LV (Pulmonary capillary wedge pressure/PCWP>18mmHg)/ Tekanan Diastolik RV >10-15mmHg
Klinis: Sesuai etiologi
Bisa nyeri dada, sesak napas, ataupun perubahan status mental (somnolen, kebingungan, agitasi). TTV (nadi teraba lemah,
cepat atau bradikardia pd kasus blok konduksi jantung berat), Sistolik↓ (<90mmHg) dgn TD yg menyempit (<30mmHg).
Tatalaksana: sesuai AHA
PRINSIP: • Terapi dilakukan bersama dgn perbaikan frekuensi jantung dan volume intravaskular
• Koreksi penyulit: hipoksia, hipoglikemia, keracunan obat
• Perbaiki kontraksi: baik dgn medikamentosa, alat bantu mekanik atau pembedahan
Manajemen:
1. Airway dan breathing stabil, posisikan pasien setengah duduk, pasang akses vena dan kateter urin, serta beri O2 hingga
8L/menit mll nasal kanul
2. Pasang kateter arteri pulmonalis utk lihat tekanan pengisian dan curah jantung, terutama pd pasien hipotensi berat. (Bila
ragu hipovolemik/kardiogenik: bisa lakukan fluid challenge test, beri RL 500ml 10 menit, nilai tanda perfusi jaringan
3. Medikamentosa: inotropik dan vasopresor
4. Tidak ada perbaikan adekuat: Intraaortic ballon couterpulsation (IABP)
5. Syok kardiogenik akibat IM: Pertimbangkan prosedur reperfusi segera dgn fibrinolik, PCI, CABG

Perbedaan:
• Syok hipovolemik (hipotensi, takikardi, ekstremitas dingin/basah). Berikan cairan kristaloid atau koloid
• Syok neurogenik (hipotensi, bradikardi, esktremitas hangat/ kering). Berikan vasopresor (dopamin, adrenalin 0,2
mg subkutan). Target MAP>70 mmHg

Anda mungkin juga menyukai