Anda di halaman 1dari 19

BLOK 4.

3 KELAINAN MUSKULOSKELETAL
Pemeriksaan Sendi Leher
1. Inspeksi: Pasien duduk
a. Anterior :
Leher dan kepala: adakah tortikolis, miring ke satu arah, asimetri wajah, Pembengkakan di bagian anterior
leher pada thoracic outlet karena tumor.
Perubahan kulit: adakah inflamasi, sikatriks, sinus
b. Lateral : Lordosis? Pembengkakan? Perubahan kulit: adakah inflamasi, sikatriks, sinus
c. Posterior: Prominent m. trapezius, Wasting muscle, Pembengkakan, Perubahan kulit : adakah inflamasi,
sikatriks, sinus Prominent processus spinalis.

2. Palpasi
- Palpasi processus spinalis T1 (paling prominen). Meraba suhu kulit (hangat/ dingin).
- Adanya nyeri tekan: anterior, processus spinalis (dari C2 – T1).
- Adanya spasme otot (m. sternocleidomastoideus= pasien diminta melihat kiri-kanan, pemeriksa di belakang
pasien).

3. Range Of Movement (ROM)


- Fleksi anterior : Normal : 0 – (75-90o) dagu dapat menempel pada dinding dada.
- Ekstensi : Normal : 0 - 45o pasien diminta menengadahkan kepala (melihat langit-langit).
- Fleksi ke lateral dekstra : Normal : 0 – (45 – 60o)
- Fleksi ke lateral kiri : Normal : 0 – (45 – 60o)
- Rotasi ke lateral kanan atau kiri : Normal : 0 - 75o

4. Tes Khusus
a. Compression Test
Kedua tangan pemeriksa diletakkan di atas kepala pasien, tekan ke bawah. Pasien dalam keadaan duduk.
(+) bila pasien merasakan nyeri di sepanjang daerah cervical.
b. Distraction Test
Tangan pemeriksa bagian palmar diletakkan di bawah dagu pasien, dan tangan pemeriksa yang lain diletakkan
di bagian occiput pasien. (+) bila pasien merasa lebih nyaman/enak.

Distraction test Compression test


Pemeriksaan Vertebra
1. Inspeksi :
a. Posterior :
Apakah bentuk dinding thoraks dan lumbal normal/simetris? Shoulder tilt? Adakah skoliosis? Konveksitas? Rib
Hump? Perubahan kulit (inflamasi, sikatrik, sinus)? Pelvic Tilt (diperiksa ketinggian krista iliaka).
Adanya wasting otot-otot gluteus, hamstring muscles dan calf. Deformitas anggota gerak bawah (panjang kaki,
varus, valgus).

b. Lateral :
- Apakah bentuk dinding thoraks dan lumbal normal/simetris : dilihat adanya kifosis thorakal dan lordosis lumbal.
- Kyphosis : dilihat konveksitas posterior dari tulang belakang.
- Lordosis : dilihat konveksitas anterior dari tulang belakang.
- Gibbus: acute short angle kyphotic pada tuberkulosis spinal.

c. Anterior :
- Dilihat adanya asimetri dinding dada: penonjolan kosta.
- Short trunk: pasien dengan spondyloptosis dan severe osteoporosis tulang belakang dgn fraktur vertebra multipel.
- Pinggang: adanya inflamasi, sikatriks, sinus.
Deformitas anggota gerak bawah:
- Panggul: rotasi internal/ eksternal, fleksi/ekstensi ?
- Lutut :pada ekstensi penuh, dilihat adanya varus/ valgus.
- Tumit : dilihat adanya varus/ valgus.

2. Palpasi :
Sepanjang processus spinalis → adanya bony landmarks. Diraba suhu kulit.
Nyeri tekan: di antara vertebra lumbalis, pada lumbosacral junction, sendi-sendi sela iga. Pembengkakan, gibbus,
spasme paraspinal.

3. Range of Motion (ROM) :


a. Fleksi anterior : N=0 - 90º, b. Ekstensi :N=0-30º c. Fleksi lateral dex/sin: N=0–(30-40º), d. Rotasi dex/sin :N= 0 - 45º

4. Tes Khusus
a. Plumb line (dari processus spinosus C7, dengan menggunakan tali bandul untuk mengetahui keseimbangan tulang
belakang seimbang dengan mengukur kesegarisan T1 - S1)
b. Schober test
- Buat 2 titik di midline lumbal berjarak 10 cm.
- Pasien diminta membungkuk ke depan (fleksi anterior).
- Ukur penambahan jarak kedua titik tersebut indikasikan lumbal Excursion (normal : > 5 cm)

plumb line test


Inspeksi bahu dan ekstermitas superior

Tes fungsi sendi bahu


Tes Khusus sendi bahu
a. Yergason test
Untuk pemeriksaan kestabilan long head biceps tendon pada
bicipital groove
- Posisikan elbow fleksi
- Lakukan gerakan forearm supinasi, mintalah penderita untuk
melawannya
- Bersamaan dengan gerakan tersebut, lakukan manipulasi
menarik elbow ke bawah
- (+)= pasien nyeri pada bicipital groove

b. Drop arm test


Untuk pemeriksaan adakah robekan otot-otot rotator cuff
- Penderita melakukan abduksi shoulder 90°
- Secara gentle lakukan tepukan pada forearm
- Positif bila lengan jatuh dan penderita tidak bisa/kesulitan
melakukan gerakan abduksi shoulder lagi (mempertahankan).

c. Aprehension test
Untuk pemeriksaan adanya kronik dislokasi shoulder
- Posisikan shoulder penderita abduksi
- Pemeriksa melakukan gerakan gentle eksorotasi
- Positif bila penderita nyeri
Tes fungsi otot dan sendi siku

Pemeriksaan Regio Siku


SELALU BANDINGKAN KEDUA SISI
1. Inspeksi :
a. Anterior :
kontur regio siku, adanya perubahan kulit (inflamasi, sikatriks, pembengkakan). Rotasi internal/eksternal, Cubitus varus/valgus, Muscle
wasting : m. trapezius, biceps brachii, deltoideus.
b. Posterior: Kontur siku, Perubahan kulit (inflamasi, sikatriks, pembengkakan), Muscle wasting
2. Palpasi :
- Perubahan suhu kulit, Penonjolan tulang : epikondilus medialis, epikondilus lateralis, olecranon →membentuk segitiga sama sisi pada
posisi siku fleksi 90º, bila ekstensi menjadi garis lurus (normal), Jaringan lunak: nodul?
- Nyeri tekan: di epikondilus lateralis (Tennis elbow), epikondilus medialis (Golfer’s elbow).
3. Range of Motion (ROM) : Pasif dan aktif
Fleksi (0 - 140º), Ekstensi (0º), hiperekstensi (sampai -15º pada wanita muda) Pronasi (0 - 75º) dgn fleksi siku 90º; Supinasi (0 - 80º) dgn
fleksi siku 90º
4. Tes Khusus
a. Tennis elbow test
- Stabilkan lengan pasien dan pasien diminta untuk mengepalkan tangan
- Penderita posisi fleksi elbow, pronasi dan ekstensi wrist
- Tekan kepalan tangan tadi ke arah belakang dgn tangan pemeriksa sebagai usaha untuk memaksa pergelangan tangannya supaya fleksi
- (+): nyeri pd epicondilus lateralis

Tennis Elbow test


Tes fungsi sendi pergelangan tangan, metacarpal dan jari

Pemeriksaan regio wrist, mcp, jari


SELALU BANDINGKAN KEDUA SISI
1. Inspeksi
• Aspek dorsal :
- Kulit (tekstur, warna, inflamasi, pembengkakan), Kuku (warna,
bentuk), Deformitas jari :swan neck, Boutoniere deformation,
Mallet deformation, Heberden’s node, Bouchard’s node, Muscle
wasting, Adanya guttering first web space.
• Aspek palmar :
- Kulit (warna, tekstur, kontraktur), Pembengkakan.
- Muscle wasting : eminensia thenar/hypothenar
2. Palpasi :
Perubahan suhu (normal, menurun, meningkat ?)
Kulit : kering, lembab, Nyeri tekan
Pergelangan tangan: radiocarpal joint, distal radioulnar joint dan
intercarpal joint,
Telapak tangan: metacarpophalangeal joint, proximal
interphalangeal joint dan distal interphalangeal joint.
3. Pergerakan :
ROM Aktif ROM Pasif

4. Tes khusus
a. Carpal tunnel syndrome
Tes untuk penyakit entrapment/jepitan syaraf medianus terowongan carpal
- Phallen’s test
Gejala umum pada sindrom, seperti rasa geli pada jari-jari dapat juga
disebabkan oleh fleksi maksimum dari pegelangan tangan dan
mempertahankan posisi tersebut selama minimal satu menit. prayer test
Cara pemeriksaan : Provokasi test n. Medianus dilakukan dengan posisi fleksi
wrist s.d 90°. (+)= terasa nyeri/sensori penjalaran saraf n.medianus. phallen’s test
- Prayer test
Provokasi test n. Medianus dgn posisi ekstensi wrist s.d 90° /gerakan
menyembah

b. De Quervain’s syndrome
Sindrom yang menyebabkan inflamasi pada 2 tendon yang digunakan untuk
menggerakkan ibu jari, abductor pollicis longus dan extensor pollicis brevis
- Finkelstein test
Pasien disuruh membuat kepalan tangan,jempol masuk ke dalam kepalan.
Kemudian tangan kiri pemeriksa memegang antebrachii pasien, tangan
kanan pemeriksa menggerakkan wrist ke arah deviasi ulnar. (+) : nyeri.
Pengukuran panjang ekstremitas inferior

PANGGUL: Penilaian fleksi, ekstensi, adduksi,abduksi, dan rotasi

a. Inspeksi
Pasien Berdiri :
- Anterior tilting pelvis, scar, sinus, pembengkakan,muscle wasting,
rotasi.
- Lateral meningkat/menurunnya lordosis lumbal, fleksi/ekstensi
panggul,fleksi/ekstensi lutut, ankle equinus.
- Posterior tilting bahu/ pelvis, skoliosis, scar, sinus, gluteal muscle
wasting, deformitas tumit/ kaki.
- Trendelenburg’s Tes : Untuk mengetahui stabilitas level arm hip,
dilakukan oleh mekanisme abduktor
• Pasien supinasi :
- Kulit :scar, sinus, pembengkakan, muscle wasting (m. quadriceps
femoris, gluteal).
- Bandingkan kedua ekstremitas inferior adakah pemendekan ?
b. Palpasi
- Palpasi origo m. adductor longus, bila nyeri biasanya oleh karena
strain adductor longus & osteoarthritis panggul.
- Rotasi eksternal artikulasio coxae, palpasi trochanter minor. Bila
terasa nyeri, biasanya oleh karena strain m. illiopsoas.
c. ROM :ekstensi panggul : 0 – (5-20º); fleksi panggul (0-135º)
LUTUT: Penilaian ligament cruciate, ligament kollateral

Tes khusus
Anterior/Posterior drawer test:menilai ruptur
ligamentum cruciatum anterior/posterior (ACL/ PCL).
Anterior drawer test, :
- Penderita berbaring posisi knee fleksi, Pemeriksa fiksasi
kedua kaki dan kedua tangan memegang tulang tibia
dgn sendi lutut, Dengan gentle menarik tulang tibia ke
anterior
(+) = tulang tibia terasa bergerak/seperti lepas ke
anterior
Posterior drawer test
Sama spt anterior ,namun menarik tulang tibia ke
posterior, (+)= tulang tibia terasa bergerak/ seperti
terlepas ke posterior

a. Inspeksi :
d. Tes Khusus
- Aspek anterior dan posterior=
• Solomon’s test: mengangkat
genu valgum/ genu varum?
patella untuk mengetahui
- Aspek lateral= genu recurvatum?
adanya synovial thickening.
- Penderita jongkok.
• Patella tap test: tempatkan
b. Palpasi :
ibu jari dan telunjuk tangan
- Untuk mengetahui adanya wasting
kanan di samping patella,
otot dilakukan dengan cara
dengan tangan kiri lakukan
mengukur lingkar paha. Palpasi :
kompresi kantung suprapatella.
nyeri, suhu lutut
• Pemeriksaan pivot shift
c. ROM
lateral: tambahan untuk
Fleksi (0-150º) dan ekstensikan lutut,
mengetahui defisiensi
internal dan eksternal rotasi
ligamentum krusiatum anterior
Penilaian meniscus (Lutut)

• Uji Lachman: lutut difleksi 15-20°. Satu tangan memegang tungkai atas
pada kondilus femur, tangan lainnya memgang tibia proksimal. Kedua
tangan kemudian digerakkan ke depan dan ke belakang antara tibia
proksimal dan femur.
• McMurray Test: untuk mengetahui adanya robekan meniskus, lutut di
ekstensikan → eksorotasi maksimal (meniskus medial), endorotasi
maksimal (meniskus lateral). Penderita berbaring terlentang , tungkai
bawah dipegang, lutut difleksikan 90° dan dilakukan eksorotasi maksimal
dan kemudian tungkai diluruskan sambil mempertahankan eksorotasi.
• Apley Compression Test: Pasien tengkurap knee fleksi 90º, fiksasi paha
dengan menggunakan lutut/tangan pemeriksa. Lakukan gerakan rotasi
medial dan lateral dikombinasikan dengan kompresi
KAKI: Inspeksi Postur dan Bentuk

• Bandingkan kedua sisi.


• Tulang belakang selalu diperiksa → mencari adanya proses
patologis di collumna vertebralis.
• Lihat alignment & attitude ekstremitas inferior dekstra dan
sinistra.
1. Inspeksi
deformitas tungkai dan kaki (old fracture, deformitas Talipes,
hammer toe)
Plantar pedis : hyperhidrosis, infeksi (jamur,ex athlete’s foot),
ulserasi.
Pasien berdiri: tumit & kaki bagian depan sejajar?tidak?, cari
penyebab, ex: pemendekan kaki/ tendo calcaneus.
Intoeing (krn torsi tibia/ adduksi panggul/ adduksi kaki depan)
Genu Valgum/varum:krn ggn pertumbuhan lutut; inversi &
eversi kaki.
2. Palpasi: Sesuai checklist
3. ROM :Gaya berjalan (walking gait), Supinasi kaki (N: 0º- 35º).
Pronasi kaki (N : 0 - 20º), Dorsofleksi kaki (N : 0 - 15º),
plantarfleksi kaki (N : 0 - 45º). Metatarsophalangeal joint
(MTPJ) : ekstensi (N : 0 - 65º), fleksi (normal : 0 - 40º).
Interphalangeal joint (IPJ) : fleksi (N : 0 - 60º, ekstensi = 0º).

KAKI: Penilaian dorsal/plantarfleksi, inversi, eversi


Alat: Minor Set
1. Wadah dari besi/stanless 2. Needle holder/ pemegang jarum
3. Jarum dengan ujung segi tiga 4. Jarum dengan ujung bulat
5. Pinset anatomi 6. Pinset chirrurgis
7. Gunting Benang 8. Gunting jaringan
9. Klem arteria berujung lurus/ bengkok 10. Kain/doek steril. 11. Comb steril

Bahan yang dibutuhkan :


1. Handscoon steril no. 7 2. NaCl fisiologis. 3. Povidon Iodine 10%
4. Alkohol 70 % 5. Perhidrol 3% / H2O2 3%. 6. Lidocain 2%
7. Klorin 0,5% 8. Kasa steril. 9. Plester
10. Spuit 3cc 11. Benang side/silk no 3.0. 12. Benang catgut no. 3.0

- Mengidentifikasi jenis luka (luka robek/skin loss)


- Bentuk luka : teratur/tidak? Tepi luka : teratur/tidak? Luas luka : panjang, lebar (cm) Kedalaman

Checklist penjahitan luka


Tujuan
Pemasangan Bidai
1. mengurangi dan menghilangkan rasa nyeri;
2. mencegah gerakan patah tulang yg dpt mengakibatkan kerusakan jaringan lunak sekitar (pembuluh darah, otot, saraf,dll)
Prinsip Pembidaian :
1. Lakukan pembidaian pada bagian badan yang mengalamai cedera;
2. Lakukan juga pembidaian pada kecurigaan patah tulang, tanpa perlu dipastikan dulu ada atau tidaknya patah tulang;
3. Melewati minimal 2 sendi yang berbatasan (superior sendi proximal lokasi fraktur, inferior dari sendi distal lokasi fraktur)
Kontraindikasi: Jika terdapat gangguan sirkulasi dan atau gangguan persyarafan yang berat pada distal daerah fraktur, jika
ada resiko memperlambat sampainya penderita ke rumah sakit, sebaiknya pembidaian tidak perlu dilakukan.
Alat dan bahan: Bidai dengan berbagai ukuran sesuai ekstremitas yang cedera, Elastic perban no. 4 dan no.7, Kasaa
gulung, Kapas, Plester
Osteoartritis (3A): Penyakit sendi dengan kerusakan kartilago sendi, degeneratif.
Faktor Risiko ( >< OSTEOPOROSIS) : Tjd pd orang2 yg menempatkan beban >>> pd sendi2nya
UMUR, Wanita menopause>>, OBESITAS dan Kelainan Metabolik, Cedera sendi, pekerjaan, olahraga, Kelainan pertumbuhan

Anamnesis
Nyeri berangsur-angsur, Tidak disertai inflamasi (kaku sendi dirasakan < 30 menit, bila disertai inflamasi, umumnya perabaan
hangat, bengkak minimal, tidak disertai kemerahan), Tidak disertai gejala sistemik, Nyeri sendi saat beraktivitas, hambatan
gerakan sendi, krepitasi (gemertak sendi yg sakit), kaku sendi karena imobilitas yg lama (misal bangun pagi hari).
Predileksi : TENTUKAN OA DIMANA!!!
Sendi tangan: Carpometacarpal(CMC) 1, Metatarsophalangeal(MTP) 1, Distal interfalang (DIP),
Proksimal interfalang (PIP); Sendi kaki: MTP 1, Sendi lain: lutut, V. servikal, lumbal, hip.

Pemeriksaan fisik: LOOK, FEEL, MOVE


- Tentukan BMI - gaya berjalan/pincang? - kelemahan/atrofi otot?
- Tanda-tanda inflamasi/efusi sendi? - Lingkup gerak sendi (ROM)
- Nyeri saat pergerakan atau nyeri diakhir gerakan - Krepitus
- Deformitas/bentuk sendi berubah - Ggn fungsi/keterbatasan gerak sendi
- Nyeri tekan pada sendi dan periartikular
- Penonjolan tulang (Nodul Bouchard’s dan Heberden’s)
- Pembengkakan jaringan lunak - Instabilitas sendi

Pemeriksaan penunjang
Radiologis: Penyempitan celah sendi, peningkatan densitas (sklerosis) tulang
subkondral, kista tulang, osteofit pd pinggir sendi, perubahan struktur anatomi sendi

Diagnosis banding: Artritis gout, Rheumatoid artritis

Tatalaksana
Non farmakologis: reduksi, rehabilitasi, penurunan BB, olahraga teratur, edukasi nutrisi, diet rendah kalori
Farmakologis: OA nyeri ringan-sedang (Paracetamol 4x500mg/hari atau OAINS= Natrium Diclofenac 2x50mg/hari)
OA sedang-berat: injeksi glukokortikoid intraartikular (triamsinolone hexatonide 40 mg) penanganan jangka pendek, panjang:
OAINS/opioid ringan (tramadol oral 4x50mg/hari max. 400mg/hari)
Arthritis Gout:
Inflamasi sendi (nyeri sendi) akibat deposisi↑/↓Kristal MonoSodium Urat (MSU).

• Faktor risiko: ♂ ,Lanjut usia, asupan tinggi alkohol, daging merah dan fruktosa.
• Anamnesis: awalnya sering mengenai sendi MTP-1, onset tiba2, sendi eritema, hangat, bengkak, nyeri tekan,
kadang disertai gejala sistemik (demam, menggigil, malaise), biasanya 6 bulan-2tahun kemudian kena serangan lagi.
Tanyakan obesitas, hiperglikemia, hiperlipidemia, hipertensi, riwayat keluarga, riwayat batu ginjal. Riwayat konsumsi
jeroan/seafood, penyakit komorbid sbg pertimbangan pemberian obat

• Pemeriksaan fisik: LOOK, FEEL, MOVE pada area yg terlibat, lihat apakah ada tanda inflamasi (eritema, hangat,
bengkak, nyeri tekan, deformitas sendi, tofi). Predileksi: cuping telinga, MTP-1, olekranon, tendon achilles, jari
tangan.

• Pemeriksaan penunjang:
- Pemeriksaan darah rutin, asam urat, kreatinin.
- USG: double-contour sign (+), DECT: adanya deposisi urat, radiologis sendi bila perlu

DIAGNOSIS BANDING: Pseudogout, Artritis reumatoid, artritis septik


Diagnosis:
• Bukti klinis adanya kristal MSU di cairan sendi/ pada tofus
• 6 dari 12 kriteria:
1) Inflamasi max pd hari pertama, 2) serangan akut > 1kali, 3) serangan monoartikular, 4) sendi yg kena kemerahan,
5) bengkak dan sakit pd MTP-1, 6) serangan pd sendi MTP unilateral, 7) serangan pd sendi tarsal unilateral, 8) tofus (/suspek
tofus), 9) hiperurisemia, 10) pembengkakan sendi asimetris (radiologis), 11) kista subkortikal tanpa erosi (radiologis),
12) kultur bakteri cairan sendi (-)

Tatalaksana: Edukasi, diet rendah purin, istirahat sendi


• Obat std. akut: KOLKISIN+OAINS TDK BOLEH DIBERIKAN PD PASIEN GGN FUNGSI GINJAL BERAT
1. Kolkisin (akut onset <12 jam= dosis awal 1 mg lalu 1 jam kemudian 0.5 mg) atau bisa gunakan, OAINS/kortikosteroid
COX2 SELEKTIF (hindari pd pasien ggn cardiovascular)= Natrium Diclofenac 2x50mg/hari,
COX1 SELEKTIF (hindari pd ggn GI)= Piroxicam 40mg/hari dosis tunggal
• Obat penurun asam urat: JANGAN DIBERIKAN PD STD. AKUT, BERIKAN SETELAH 2 MINGGU SERANGAN AKUT.
1. Allopurinol: mulai dosis 100 mg/hari, bisa dinaikan bertahap hingga max. 900 mg/hari (jika fungsi ginjal baik). Apabila
dosis yg diberi >300 mg/hari, maka pemberian obat harus terbagi.

Rheumatoid Artritis (3A): Autoimun inflamatorik, kronik, sistemik.


• Anamnesis: radang sendi (merah, bengkak, nyeri) sering menyerang sendi2 kecil, >4sendi (poliartikular), simetris., Kaku pada pagi hari >
1jam, membaik dgn aktivitas, diikuti dengan kelemahan, kelelahan, anoreksia, demam ringan

• Pemeriksaan fisik:
LOOK, FEEL, MOVE

• Diagnosis: Kriteria ARA 1987: memenuhi 1-4 kriteria, > 6 minggu


1. Kaku pagi hari: kaku pd sendi dan sekitarnya, < 1jam sebelum perbaikan maskimal
2. Artritis pd > 3 daerah sendi/: pembengkakan jaringan lunak/ persendian/ efusi, >3 sendi
3. Artritis pd persendian tangan
4. Artritis simetris: sama spt kriteria 2, biasanya simetris (sendi PIP, MCP, MTP)
5. Nodul reumatoid: nodul subcutan pd penonjolan tulang (swanneck, boutonniere, ulnar deviation
6. Faktor reumatoid serum (+)
7. Perubahan gambaran radiologis: khas pd tangan posterior/ pergelangan tangan menunjukkan
adanya erosi atau deklasifikasi tulang di sendi atau daerah dekat sendi.

• Pemeriksaan penunjang
- Darah perifer lengkap: anemia, trombositosis
- Rheumatoid Factor [RF], anti-cyclic citrullinated peptide antibodies (ACPA/anti-CCP/anti-CMV)
- LED atau C-reactive protein [CRP] ↑; Fungsi hati, fungsi ginjal; Analisis cairan sendi (↑ leukosit > 2.000/mm3)
- Radiologis [foto polos/USG Doppler); Biopsi sinovium/nodul reumatoid.

Diagnosis Banding: Lupus eritematosus sistemik, gout, OA


Tatalaksana
• Non farmakologis: Edukasi, proteksi sendi pada stadium akut, foot orthotic/splint (opsional), terapi spa, latihan fisik (dynamic
strength training) 30 menit 2-3 kali seminggu intensitas sedang, suplemen minyak ikan, suplemen asam lemak esensial.
• Farmakologis: DMARD (Methotrexate 15-25mg/minggu lalu tingkatkan 30-35mg/minggu), sulfasalazine 500mg/hari, naikkan
hingga max 3g/hari, glukokortikoid, OAINS non selektif /selektif COX2
OSTEOPOROSIS
• Anamnesis: Tanyakan riwayat fraktur, penyakit predisposisi (endokrin, cushing sindrom,penyakit
tiroid, menopause dini), obat2an, haid, gizi, kebiasaan merokok, minum alkohol, jarang olahraga,
riwayat trauma, kelainan payudara, genitalia dan penyakit vaskular.

• Pemeriksaan fisik
- TTV Normal, Head to toe (ekstremitas/spine, lakukan look=swelling, deformitas,dsb ;
feel= nyeri tekan, move= rom ↓ krn nyeri)
- TB dan BB diukur, nilai gait, deformitas tulang, leng-length inequality, nyeri spinal (fraktur kompresi
vertebra), jaringan parut pd leher(bekas op tiroid) T-score <-2,5, bs jg osteomalasia
meskipun T-score >-2.5 bisa jg
Diagnosis Banding: Osteomalasia, osteopenia
osteoporosis bila ditemukan
fraktur vertebra traumatik
• Pemeriksaan Penunjang
- Radiologis: X-RAY pd daerah yg terkena, posisi AP/Lateral. Curiga fraktur, menilai struktur trabekula dan lusensi tulang (tulang lebih
lusen atau radiodensitas <<<), trabekulasi jarang dan kasar disertai penipisan korteks.
- Dual X-Ray Absorptiometry (DXA) →GOLD STANDARD BMD (dx osteoporosis, prediksi risiko fraktur, monitor terapi)
- Petanda biokimia tulang
RUJUK KE SPESIALIS
• Tatalaksana
1. Nonfarmakologis: Edukasi pasien tentang penyebab (kurangi aktivitas yg rentan spt mengangkat beban berat, bergerak yg ekstrem), kurangi
konsumsi glukokortikoid (/↓ dosis), atasi penyakit dasar utk kurangi nyeri dan ↓BMD, rehabilitasi (latihan supaya tdk mudah jatuh, beri ortosis),
penuhi kebutuhan kalsium >1200mg/hari, Vit D 800-1000 IU/hari, paparan sinar matahari yg cukup
2. Farmakologis: Bifosfonat= Alendronat p.o,10 mg/hari
• Selective Estrogen Receptor Modulator (SERM): Raloxifene (antiesterogen), dosis 60-120 mg/hari
• Terapi lainnya: Kalsitriol, Kalsium, Vitamin D, Hormon Paratiroid, Strontium Ranelat, Kalsitonin injeksi, Denosumab.
3. Pembedahan: dengan fraktur (terutama fraktur panggul)
Evaluasi hasil pengobatan: densitometri 1-2th pengobatan, petanda biokimia tulang setelah terapi 3-4 bln

TENOSINOVITIS SUPURATIF/PYOGENIC FLEXOR TENOSYNOVITIS (PFT)


Infeksi pd sarung tendon fleksi, Penyebab: sering krn ada trauma penetrasi, dengan
persebaran hematogenus. common isolates include.Etiologi: Staphylococcus aureus
• Diagnosis:
- Kanavel sign (Fusiform swelling of the finger, tenderness over the course of
the sheath, pain on passive extension, flexed posture of the digit)
- Laboratorium: Leukosit, sedimentasi eritrosit, CRP, bisa bantu dx tapi sensitif dgn
low negatif predictive value and specifity.
- USG
RUJUK KE SPESIALIS
• Tatalaksana
- Segera lakukan tindakan, <48 jam setelah infeksi: IV antibiotik dan elevasi tangan.
Tangan terkena terus dimonitor.
- Bila tdk ada perbaikan/ tambah buruk setelah 24 jam perlu Operasi drainase
(Perlu insisi 2 daerah di proximal dan distal sheath pake fine catgeter, sheath diirigasi
dgn RL dari proximal ke distal).

Ulkus Tungkai
• Anamnesis: Luka yang tak kunjung sembuh, nyeri, ada penyakit yg
mendasari, riwayat konsumsi obat2an, merokok, kemoterapi, dsb.
Luka Infeksi: Klasik (Nyeri ↑, Eksudat banyak, bau busuk, selulitis,
demam, formasi abses);

• Pemeriksaan fisik: Inspeksi (nilai bentuk luka, ukuran, tepi, dasar,


lokasi), Palpasi (tenderness, edge&margin, base, depth, bleeding,
surrounding skin), pembesaran KGB, pulsasi perifer, saraf, ROM sendi,

• Pem. penunjang: darah lengkap, tes urin, Fungsi ginjal dan hati, tes
kultur+tes sensitivitas bakteri, tes penyakit mendasari (gula darah, dll)

• Tatalaksana: obati penyakit yg mendasari


- Nonfarmakologis: Menjaga luka tetap bersih, diet, olahraga rutin,
hindari merokok, jaga TD,kolestrol, perawatan kaki (gunakan sepatu
yg profesional)
- Farmakologis: Dressing(NaCl polos/ NaCl+AB dan ditutup)
debridement(bersihkan jaringan nekrotik, slough,dsb), vaskularisasi,
eliminasi hipertensi vena, penutupan luka, pengobatan sistemik,
!Analgetik(PCT 3x500mg/hari atau Na diclofenac 2x50mg/hari),
AB broad spektrum hingga nunggu kultur (Cefadroxil 2x500mg/hari)
Lesi Meniscus
Fitur Klinis
- Nyeri, bengkak, locking (terhalang melakukan gerakan, mengganjal), lihat gait, tidak stabil, tidak nyaman di sendi lutut
- Biasanya dewasa muda (atlit,dsb), nyeri (sering di bagian medial), lutut tidak bisa fleksi, pembengkakan setelah
beberapa jam-hari.
- Pasien >40thn, nyeri daerah tibial, biasanya tidak jelas penyebab, keluhan seperti ada massa, tidak stabil, sulit
melakukan gerakan mendadak. Lututnya posisi fleksi sulit melakukan ekstensi, efusi dan atrofi m. quadriceps

Pemeriksaan fisik:
Look, Feel, Move. Periksa dari inguinal hingga kaki, lihat gait, saat pasien duduk, supinasi.
- Pemeriksaan khusus (lihat stabilitas) ligamen kolateral, ligamen cruciate, ligamen kompleks, meniscus
- Test Mcmurray(+) pasien merasa nyeri, saat eksorotasi maksimal (meniskus medial), endorotasi maksimal
(meniskus lateral), krepitasi, Test Thessaly, Tes Apley, Tes Lachman

Diagnosis Banding
Cedera ACL (Anterior cruciate ligament), Cedera PCL (Posterior)

Pemeriksaan Penunjang
- XRay, MRI (GOLD STANDARD), arthroscopy
RUJUK KE SPESIALIS
Terapi: analgetik (Natrium Diclofenac 2x50mg/hari)
- “unlocks” spontan dari meniscus
- Konservatif: memperbaiki daerah perifer spontan
- Setelah fase akut: perbaiki keadaan pasien, gunakan tongkat (ortostik)
- Operatif: Pembedahan (Menistektomi total, Menistektomi arthroscopik)
- Setelah Op: Pemberian OAINS dan pelurus quadriceps

Ruptur tendon achilles


• Anamnesis: nyeri pada tumit kaki, Sensasi ripping/popping: terdengar di belakang heel, Predileksi: daerah vaskular, 4cm
dari insersi tendon ke calcaneum, Sering krn kegagalan pemanasan, peregangan, injeksi steroid
• Pemeriksaan fisik: TTV Normal, Head to toe normal
Lokalis:ankle
- Look: terkesan ada ruang kosong pd ankle posterior, dorsifleksi ankle bertambah
- Feel: Nyeri+, adanya gap pd posterior angkle, pulsasi a.tibialis +,
pulsasi a. dorsalis pedis+
- Move: Plantarflexion:terhambat dan lemah, Thompson test +
(refleks plantar fleksi, saat betis diremas pd posisi pronasi)
• Pemeriksaan Penunjang: X-Ray ankle lateral

• Diagnosis Banding: Ankle sprain, cedera otot soleus


RUJUK KE SPESIALIS
• Tatalaksana: analgetik (Natrium Diclofenac 2x50mg/hari)
Awal: ujung tendon mungkin mendekati saat kaki di plantarfleksi pasif.
- Gips atau sepatu bot khusus di bagian equinus; Rehabilitasi dan fisioterapi bervariasi dalam 4-6 minggu, Sepatu dgn tumit
terangkat dipakai selama 6-8 minggu.
- Operatif
- Ruptur muncul terlambat: rekonstruksi menggunakan pengganti tendon lokal

Lipoma:tersering,pd obesitas,sering pd 50-70thn, muncul di lap.subkutan.


Diagnosa.
- Massa non-nyeri tekan yang membesar perlahan dan bergerak.
- Jika dilakukan di bawah kulit: rasa "pucat" yang khas pada palpasi.
- Lipoma tangan sulit dibedakan dari kista ganglion dgn palpasi.
Kista ganglion: lewatnya cahaya pada transiluminasi sementara lipoma tidak.
Pemeriksaan Penunjang
o Foto polos: area radiolusen karakteristik: "clear water density."
o USG: area hyperechoic yang homogen dan batas tegas.
o CT: lipoma menunjukkan tepi halus dengan margin berbeda, kepadatan seragam sebanding dgn
lemak normal, dan tidak meningkat dengan kontras intravena.
- MRI: sinyal intensitas tinggi yang homogen mirip dengan lemak subkutan dapat diamati.
Pengobatan
• Eksisi bedah diindikasikan jika terdapat nyeri, gangguan pada fungsi tangan, neuropati kompresi,
atau masalah kosmetik
FRAKTUR TERBUKA DAN TERTUTUP
Deskripsi fraktur
1. Terbuka/Tertutup
2. Tulang apa yang terkena
3. Posisi (Dextra/Sinistra) jika pd ekstremitas
4. Dimana (1/3 proximal, mid, distal?)
5. Konfigurasi (Transversal, oblique, fragmented, dsb)
6. Hubungan fragmen fraktur dgn lainnya (displace/tidak)

Manajemen prioritas:
BILA GAWAT DARURAT(biasanya pasien datang ke UGD)
1. PRIMARY SURVEY
Airway(airway bersih/tidak, fraktur cervical?),
Breathing(nafas spontan/tidak?frek. nafas),
Circulation(Kesadaran? Sianosis?TD, Nadi?),
Disability(nilai GCS= Alert, Verbal, Pain, Unresponsive),
Exposure (suhu)

2. SECONDARY SURVEY= pasien sudah stabil


- AMPLE (Allergy, Medication, Past illnes, Last meal, Event),
- HEAD TO TOE (Jika kondisi mengancam jiwa sudah terlewati,
Jika belum evaluasi status lokalis yg mengancam dulu)

KEADAAN PASIEN STABIL: TTV, HEAD TO TOE,


PEMERIKSAAN FISIK LOKALIS (Inspeksi, Palpasi, ROM, NVD)
Saat pemeriksaan ROM jangan memperburuk/membahayakan pasien

• Tatalaksana awal
Kontrol perdarahan, Pembebasan pasien (apabila tertimpa), Manajemen syok(resusitasi),
Stabilisasi fraktur (bila bisa), Transpor pasien)
• Prinsip: 4R (Recognize, Reduction, Retention, Rehabilitation
- Reduksi tdk perlu dilakukan, jika: tdk terjadi/ sedikit displacement, pergeseran tdk bermakna,
reduksi tdk dpt dilakukan)
Reduksi tertutup: menarik bag. distal searah sumbu tulang → reposisi fragmen ke tempat semula,
gaya berlawanan dgn gaya penyebab trauma → susun fragmen hingga tepat di masing2 bidang
Reduksi terbuka: Indikasi (reduksi tertutup gagal, fragmen artikular besar, traksi pd fraktur dgn
fragmen yg terpisah)

1. Fraktur tertutup: Tidak ada luka yg menghubungkan tulang dengan kulit


• Anamnesis: Nyeri di daerah yang terkena, riwayat trauma
• Pemeriksaan fisik: LIHAT DI MANAJEMEN PRIORITAS
• Pemeriksaan Penunjang: X-Ray AP/Lateral, Darah Rutin
KASUS RUJUK KE SPESIALIS

• Tatalaksana
- Nonfarmakologis: Pemasangan bidai (jelaskan prinsip, tujuan dan
cara melakukan di checklist pemasangan bidai)
- Farmakologis: Analgetik→ sementara (Asam Mefenamat 3x500mg/hari atau
Natrium Diclofenac 2x50mg/hari)
• Edukasi: pasien diminta melakukan rehabilitasi (latihan fisik, fisioterapi,
tetap melakukan gerakan sederhana, meminum obat antinyeri), apabila
karena trauma minta pasien menjaga keselamatan

2. Fraktur terbuka: luka yg menghubungkan tulang dgn kulit.


Tulang merupakan struktur paling dalam (Kulit →subkutis→lemak→otot),:
berarti bila tjd fraktur terbuka dpt merusak jaringan2 diluarnya.
• Anamnesis: Nyeri di daerah yang terkena, riwayat trauma, tampak luka terbuka
• Pemeriksaan fisik: LIHAT DI MANAJEMEN PRIORITAS

• Pemeriksaan Penunjang: X-Ray AP/Lateral, Darah Rutin


KASUS RUJUK KE SPESIALIS

Tatalaksana awal: Tangani sbg kasus Gawat darurat, evaluasi dan dx yg dpt
mengancam jiwa, Stabilisasi (lakukan pemasangan bidai, bidai jg bs membantu
menghentikan perdarahan, nyeri dan kerusakan jaringan lebih lanjut)

Lanjutan: beri antibiotik IV, debridemen dan irigasi yg baik, stabilisasi fraktur,
biarkan luka terbuka 5-7 hari, bone graft autogenous secepatnya, rehabilitasi diagnosis fraktur terbuka
tambahkan grade gustilo
Prinsip: Pembersihan Luka, debridement, pengobatan fraktur sesuai grade,
penutupan kulit, pemberian antibiotik, pencegahan tetanus.
Fraktur Clavicula
• Anamnesis- Pemeriksaan Penunjang sama spt fraktur tertutup/terbuka
• Tatalaksana Nonfarmakologis: Imobilisasi arm sling/figure of eight bandage
• Edukasi: bila akibat trauma/ kecelakaan bermotor
Konseling keamanan saat berkendara : menggunakan sepatu dan helm saat mengendarai sepeda motor. Perlengkapan
sepeda motor lengkap (spion, lampu, dll)

figure of eight bandage

arm sling

Osteomielitis: infeksi tulang


a. Osteomielitis hematogen akut
• Klinis: berkembang progresif, dapat memungkinkan infeksi bakterial pd kulit dan saluran napas atas. Nyeri konstan pd
daerah infeksi, nyeri tekan, gangguan fungsi anggota gerak bersangkutan, demam, malaise, nafsu makan kurang)

• Pemeriksaan fisik: nyeri tekan, ROM sendi terganggu dan bertambah berat bila spasme lokal. Dewasa: torako-lumbal
(Tanyakan riwayat: biasanya akibat torakosintesis/ prosedur urologis, dgn riwayat malnutrisi, DM, adiksi obat2an,
obat immunosupresan)

• Pemeriksaan penunjang:
Darah lengkap (WBC >30.000,↑LED,Titer staphylococcus) pemeriksaan feses(curiga bakteri salmonella), biopsi
Foto polos: > 10 hari= gambaran destruksi tulang (Rarefaksi tulang difus daerah metafisis dan pembentukan tulang baru
dibawah periosteum), USG: Untuk lihat efusi sendi

• Diagnosis banding: Selulitis, artritis supuratif akut, demam reumatik

• Tatalaksana: istirahat, istirahat lokal dengan bidai atau traksi


Farmakologis: Analgesik (Natrium Diclofenac 2x50mg/hari, dll), Resusitasi atau transfusi darah,
beri antibiotik empiris sambil menunggu hasil kultur, beri 3-6 minggu dgn melihat keadaan umum dan LED, AB ttp
diberikan hingga 2 minggu setelah LED normal
Pembedahan: bila >24jam pengobatan lokal dan sistemik AB gagal, pertimbangkan drainase bedah

b. Osteomielitis hematogen subakut


• Klinis: pada anak dan remaja, atrofi otot, nyeri lokal, sedikit pembengkakan, gait jadi pincang, nyeri sekitar sendi bbrp
minggu/bulan, suhu tubuh normal
• Pemeriksaan Laboratorium: Darah lengkap (Leukosit umumnya normal, LED ↑)
• Diagnosis: Rontgen (kavitas diameter 1-2cm terutama di daerah metafisis tibia dan femur, atau diafisis tulang panjang)
• Tatalaksana: AB adekuat 6 minggu, bila ragu lakukan biopsi dan kuretase

c. Osteomielitis Kronis: lanjutan dari yg akut yg tidak terobati dgn baik


• Klinis: Adanya cairan yg keluar dari luka/sinus setelah operasi, bersifat menahun. Kadang disertai demam, nyeri lokal
hilang timbul. Biasanya ada riwayat fraktur terbuka atau osteomielitis pd pasien.
• Pemeriksaan fisik: adanya sinus, fistel atau sikatriks bekas operasi dgn nyeri tekan. mungkin ada sekuestrum yg
menonjol keluar melalui kulit
• Pemeriksaan penunjang: Lab (↑LED, Leukositosis,↑titer antibodi anti-stafilokokus), kultur dan uji sensitivitas
Foto polos (tanda porosis, sklerosis tulang, penebalan periost, elevasi periosteum dan mungkin ada sekuestrum)
Radioisotop scanning: pake 99mTCHDP, CT+MRI: rencana pengobatan, menilai kerusakan
• Tatalaksana: Antibiotik, Operatif (setelah fase eksaserbasi akut dan setelah pemberian AB adekuat)

Osteomielitis pasca fraktur terbuka dan Operasi


d. Osteomielitis pasca fraktur terbuka
• Klinis: demam, nyeri, pembengkakan daerah fraktur dan sekresi pus pd luka,
• Pemeriksaan Penunjang: Darah lengkap (leukositosis dan↑ LED)
• Tatalaksana: sama spt osteomielitis lainnya. Fraktur terbuka: cegah infeksi= pembersihan+debrideman luka, AB adekuat

e. Osteomielitis pasca operasi: biasanya muncul segera setelah operasi atau beberapa bulan kemudian.

Anda mungkin juga menyukai