Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
DOKUMEN LAPORAN
PEMERIKSAAN KELAIKAN FUNGSI BANGUNAN GEDUNG
PT. Acme Indonesia
:JL.Greenland IV AB.15, Greenland Industrial Park, Deltamas, Desa/Kelurahan Sukamahi, Kec.
Cikarang Pusat, Kab.Bekasi, Provinsi Jawa Barat
Disusun oleh:
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat yang diberikan sehingga setelah
melalui berbagai tahap pelaksanaan dan pemeriksaan baik dari dokumen yang diberikan
(dokumen administratif dan teknis) maupun dari hasil uji/pemeriksaan di lapangan, kami dari
Tim Kajian Teknis Bangunan Gedung dapat melakukan penyusunan dan menyelesaikan laporan
Uji/Pemeriksaan Kelaikan pada Bangunan Gedung PT. Acme Indonesia.
Laporan ini memuat hasil uji/pemeriksaan dokumen administratif dan dokumen teknis
atas Bangunan Gedung PT. Acme Indonesia berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor: 27/PRT/M/2018 Tanggal 27 Desember 2018 Tentang SERTIFIKAT LAIK FUNGSI
BANGUNAN GEDUNG. Hasil-hasil pemeriksaan yang meliputi parameter-parameter atas
subjek bangunan telah dilakukan.Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut hampir semua
parameter dan item telah memenuhi syarat kelaikan bangunan gedung.
Direktur Utama
ii
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I : PENDAHULUAN 1
1.1 GAMBARAN UMUM SUBYEK PEMERIKSAAN ...................................................... 1
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN .............................................................................................. 2
1.2.1 MAKSUD 2
1.2.2 TUJUAN 3
1.2.3 SASARAN 3
1.3 LANDASAN PELAKSANAAN KERJA ........................................................................ 3
1.3.1 LANDASAN HUKUM 3
1.3.2 LANDASAN ADMINISTRATIF DAN TEKNIS 4
1.4 LINGKUP PEKERJAAN ................................................................................................ 7
1.4.1 PEMERIKSAAN PERSYARATAN ADMINISTRASI 7
1.4.2 PEMERIKSAAN PERSYARATAN TEKNIS 7
1.5 KELUARAN PEKERJAAN ............................................................................................ 7
1.6 SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN .................................................................... 7
BAB II : PARAMETER DAN METODE 9
2.1 PARAMETER PEMERIKSAAN .................................................................................... 9
2.1.1 PARAMETER ADMINISTRATIF 11
2.1.2 PARAMETER TEKNIS 11
2.1.3 ANALISIS PEMBEBANAN 108
2.2 METODE PEMERIKSAAN ........................................................................................... 110
2.2.1 ON DESK EVALUATION 110
2.2.2 ON SITE EVALUATION/TEST 110
2.2.3 ON SITE TEST 110
BAB III : PEMERIKSAAN PERSYARATAN TATA BANGUNAN 113
3.1 PEMERIKSAAN BIDANG ARSITEKTUR ............................................................... 113
3.1.1. PEMERIKSAAN PERSYARATAN TATA BANGUNAN GEDUNG 114
3.1.2. PEMERIKSAAN PERSYARATAN PERUNTUKAN BANGUNAN GEDUNG
117
3.1.3. PEMERIKSAAN PERSYARATAN KEMUDAHAN BANGUNAN GEDUNG
123
3.1.4. PEMERIKSAAN PERSYARATAN PEMERIKSAAN KESEHATAN BANGUNAN
GEDUNG Error! Bookmark not defined.
iii
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
iv
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 GAMBARAN UMUM SUBYEK PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Dokumen Administratif dan Teknis atas Bangunan Gedung PT. Acme Indonesia
didasarkan atas surat perintah kerja dari Manajemen PT. Acme Indonesia tentang permohonan
uji Kelayakan Bangunan Gedung kepada PT. Geospasial Insan Mulia.
Subyek pemeriksaan adalah hasil lapangan dan laporan dari pelaksanaan pembangunan PT.
Acme Indonesia yang beralamatkan di :JL.Greenland IV AB.15, Greenland Industrial Park,
Deltamas, Desa/Kelurahan Sukamahi, Kec. Cikarang Pusat, Kab.Bekasi, Provinsi Jawa Barat
Secara umum lokasi bangunan berada seperti yang tampak pada citra satelit melalui google earth
pada Gambar 1.
1| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
2| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
1.2.2 TUJUAN
Tujuan kegiatan pemeriksaan kelaikan bangunan gedung adalah :
1. Terlaksananya pemeriksaan kelaikan fisik bangunan gedung dengan cara pengamatan
visual dan laboratoris serta kajian keilmuan.
2. Mengetahui tingkat keandalan fisik bangunan gedung dalam rangka memenuhi laik fungsi
bangunan gedung tersebut sehingga dapat ditindaklanjuti proses penerbitan Sertifikat Laik
Fungsi (SLF) bangunan gedung.
3. Memberikan hasil rekomendasi upaya perbaikan terhadap fisik bangunan gedung dalam
rangka memenuhi laik fungsi bangunan gedung tersebut sehingga dapat ditindaklanjuti
proses penerbitan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) bangunan gedung.
4. Terciptanya bangunan gedung yang laik fungsi dan andal sesuai yang diamanatkan dalam
UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
1.2.3 SASARAN
Sasaran yang diharapkan dari kegiatan Pemeriksaaan Kelaikan Fisik Bangunan PT. Acme
Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Obyek bangunan gedung yang diperiksa adalah seluruh bangunan gedung di PT. Acme
Indonesia
2. Pemeriksaan bangunan gedung diprioritaskan kepada bangunan yang sudah memiliki
IMB dan memiliki kelengkapan gambar terbangun as built drawings.
3. Menilai keandalan bangunan gedung PT. Acme Indonesia.
4. Membuat rekomendasi perbaikan secepatnya bila mendeteksi adanya
kelemahan/permasalahan pada aspek struktur bangunan, lingkungan, utilitas dan
arsitektur bangunan sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya bahaya atau hal buruk
lainnya.
3| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
4| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
9. Tata cara perencanaan akses bangunan dan akses lingkungan untuk pencegahan bahaya
kebakaran pada bangunan gedung (SNI 1735 - 2000)
10. Tata cara perencanaan dan pemasangan sarana jalan keluar untuk penyelamatan terhadap
bahaya kebakaran pada bangunan (SNI 1746 - 2000)
11. Tata Cara perancangan sistem transportasi vertikal dalam gedung (lift)
12. (SNI 6573 - 2001)
13. Tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung, Permen PU No:
29/PRT/M/2006.
14. Tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan, Permen PU No: 30/PRT/M/2006.
15. Tentang Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung, Permen PU No : 14/PRT/M/2017
16. Dokumen As Built Drawing.
6| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
7| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada Bab 1 ini dibahas tentang latar belakang, gambaran umum subyek pemeriksaan,
maksud, tujuan, keluaran, dan, sistematika pembahasan.
Pada Bab 2 akan dibahas tentang parameter pemeriksaan dan metodologi pelaksanaan
pekerjaan Pemeriksaan Kelaikan Bangunan Gedung PT. Acme Indonesia
Pada Bab 3 akan dibahas mengenai hasil pemeriksaan dan hasil penilaian kelaikan bangunan
yang telah dilakukan terhadap bangunan gedung PT. Acme Indonesia berdasarkan aspek
teknis arsitektur, struktur dan utilitas bangunan (mekanikal elektrikal dan plumbing).
Pada Bab 4 akan dibahas mengenai kesimpulan dan rekomendasi terhadap hasil survey dan
analisa, rekomendasi dinas/instansi terkait serta penilaian kelaikan bangunan gedung PT.
Acme Indonesia
8| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
9| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
1. Mewujudkan bangunan gedung yang fungsional dan sesuai dengan tata bangunan gedung
yang serasi dan selaras dengan lingkungannya;
2. Mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan gedung yang menjamin keandalan teknis
bangunan gedung dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan;
3. Mewujudkan kepastian hukum dalam penyelenggaraan bangunan gedung.
Tabel 1 Aspek Keandalan Bangunan
Aspek Keterangan
Kesehatan ● Penghawaan
● Pencahayaan
● Sanitasi
● Bahan bangunan
● Pandangan
● Getaran
● Kebisingan
10| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
11| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
a. Bangunan gedung harus diselenggarakan sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur
dalam ketentuan tata ruang dan tata bangunan dari lokasi yang bersangkutan.
b. Ketentuan tata ruang dan tata bangunan ditetapkan melalui:
- Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Daerah;
- Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR); dan
- Peraturan bangunan setempat dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
c. Peruntukan lokasi merupakan peruntukan utama sedangkan peruntukan penunjangnya
sebagaimana ditetapkan di dalam ketentuan tata bangunan yang ada di daerah setempat
atau berdasarkan pertimbangan teknis dinas yang menangani bangunan gedung.
d. Setiap pihak yang memerlukan keterangan atau ketentuan tata ruang dan tata bangunan
dapat memperolehnya secara terbuka melalui dinas yang terkait.
12| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
e. Keterangan atau ketentuan mengenai ketentuan tata ruang dan tata bangunan meliputi
keterangan tentang peruntukan lokasi dan intensitas bangunan, seperti kepadatan
bangunan, ketinggian bangunan, dan garis sempadan bangunan.
f. Dalam hal rencana-rencana tata ruang dan tata bangunan belum ada, Kepala Daerah
dapat memberikan pertimbangan atas ketentuan yang diperlukan, dengan tetap
mengadakan peninjauan seperlunya terhadap rencana tata ruang dan tata bangunan
yang ada di daerah.
g. Bagi daerah yang belum memiliki RTRW, RRTR, ataupun peraturan bangunan
setempat dan RTBL, maka Kepala Daerah dapat memberikan persetujuan membangun
bangunan gedung dengan pertimbangan:
1) Persetujuan membangun tersebut bersifat sementara sepanjang tidak bertentangan
dengan ketentuan-ketentuan tata ruang yang lebih makro, kaidah perencanaan kota
dan penataan bangunan;
2) Kepala Daerah segera menyusun dan menetapkan RRTR, peraturan bangunan
setempat dan RTBL berdasarkan rencana tata ruang yang lebih makro;
3) Apabila persetujuan yang telah diberikan terdapat ketidaksesuaian dengan rencana
tata ruang dan tata bangunan yang ditetapkan kemudian, maka perlu diadakan
penyesuaian dengan resiko ditanggung oleh pemohon/pemilik bangunan;
4) Bagi daerah yang belum memiliki RTRW Daerah, Kepala Daerah dapat memberikan
persetujuan membangun bangunan pada daerah tersebut untuk jangka waktu
sementara;
5) Apabila di kemudian hari terdapat penetapan RTRW daerah yang bersangkutan,
maka bangunan tersebut harus disesuaikan dengan rencana tata ruang yang
ditetapkan.
h. Pembangunan bangunan gedung diatas jalan umum, saluran, atau sarana lain perlu
mendapatkan persetujuan Kepala Daerah dengan pertimbangan sebagai berikut:
- Tidak bertentangan dengan rencana tata ruang dan tata bangunan daerah;
- Tidak mengganggu kelancaran arus lalu lintas kendaraan, orang, maupun barang;
- Tidak mengganggu fungsi sarana dan prasarana yang berada dibawah dan/atau diatas
tanah; dan
- Tetap memperhatikan keserasian bangunan terhadap lingkungannya.
13| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
i. Pembangunan bangunan gedung dibawah tanah yang melintasi sarana dan prasarana
jaringan kota perlu mendapatkan persetujuan Kepala Daerah dengan pertimbangan
sebagai berikut:
- Tidak bertentangan dengan rencana tata ruang dan tata bangunan Daerah;
- Tidak untuk fungsi hunian atau tempat tinggal;
- Tidak mengganggu fungsi sarana dan prasarana yang berada dibawah tanah;
- Penghawaan dan pencahayaan bangunan telah memenuhi persyaratan kesehatan
sesuai fungsi bangunan; dan
- Memiliki sarana khusus untuk kepentingan keamanan dan keselamatan bagi
pengguna bangunan.
14| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
2) Apabila KDB dan JLB/KLB belum ditetapkan dalam rencana tata ruang, rencana tata
bangunan dan lingkungan, peraturan bangunan setempat, maka Kepala Daerah dapat
15| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
- Setiap bangunan yang didirikan harus sesuai dengan rencana perpetakan yang telah
diatur di dalam rencana tata ruang;
- Apabila perpetakan tidak ditetapkan, maka KDB dan KLB diperhitungkan
berdasarkan luas tanah di belakang garis sempadan jalan (GSJ) yang dimiliki;
- Untuk persil-persil sudut bilamana sudut persil tersebut dilengkungkan atau
disikukan, untuk memudahkan lalu lintas, maka lebar dan panjang persil tersebut
diukur dari titik pertemuan garis perpanjangan pada sudut tersebut dan luas persil
diperhitungkan berdasarkan lebar dan panjangnya;
- Penggabungan atau pemecahan perpetakan dimungkinkan dengan ketentuan KDB
dan KLB tidak dilampaui, dan dengan memperhitungkan keadaan lapangan,
keserasian dan keamanan lingkungan serta memenuhi persyaratan teknis yang telah
ditetapkan;
- Dimungkinkan adanya pemberian dan penerimaan besaran KDB/KLB diantara
perpetakan yang berdekatan, dengan tetap menjaga keseimbangan daya dukung
lahan dan keserasian lingkungan.
5) Dimungkinkan adanya kompensasi berupa penambahan besarnya KDB. JLB/KLB
bagi perpetakan tanah yang memberikan sebagian luas tanahnya untuk kepentingan
umum.
6) Penetapan besarnya KDB, JLB/KLB untuk pembangunan bangunan gedung di atas
fasilitas umum adalah setelah mempertimbangkan keserasian, keseimbangan dan
persyaratan teknis serta mendengarkan pendapat teknis para ahli terkait.
16| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
c. Perhitungan KDB dan KLB Perhitungan KDB maupun KLB ditentukan dengan
pertimbangan sebagai berikut:
1) Perhitungan luas lantai bangunan adalah jumlah luas lantai yang diperhitungkan
sampai batas dinding terluar;
2) Luas lantai ruangan beratap yang sisi-sisinya dibatasi oleh dinding yang tingginya
lebih dari 1,20m di atas lantai ruangan tersebut dihitung penuh 100 %;
3) Luas lantai ruangan beratap yang bersifat terbuka atau yang sisi-sisinya dibatasi oleh
dinding tidak lebih dari 1,20 m di atas lantai ruangan dihitung 50 %, selama tidak
melebihi 10 % dari luas denah yang diperhitungkan sesuai dengan KDB yang
ditetapkan;
4) Overstek atap yang melebihi lebar 1,50 m maka luas mendatar kelebihannya tersebut
dianggap sebagai luas lantai denah;
5) Teras tidak beratap yang mempunyai tinggi dinding tidak lebih dari 1,20 m di atas
lantai teras tidak diperhitungkan sebagai luas lantai;
6) Luas lantai bangunan yang diperhitungkan untuk parkir tidak diperhitungkan dalam
perhitungan KLB, asal tidak melebihi 50 % dari KLB yang ditetapkan, selebihnya
diperhitungkan 50 % terhadap KLB;
7) Ram dan tangga terbuka dihitung 50 %, selama tidak melebihi 10 % dari luas lantai
dasar yang diperkenankan;
8) Dalam perhitungan KDB dan KLB, luas tapak yang diperhitungkan adalah yang
dibelakang GSJ;
9) Batasan perhitungan luas ruang bawah tanah (besmen) ditetapkan oleh Kepala
Daerah dengan pertimbangan keamanan, keselamatan, kesehatan, dan pendapat
teknis para ahli terkait;
10) Untuk pembangunan yang berskala kawasan (superblock), perhitungan KDB dan
KLB adalah dihitung terhadap total seluruh lantai dasar bangunan, dan total
keseluruhan luas lantai bangunan dalam kawasan tersebut terhadap total keseluruhan
luas kawasan;
11) Dalam perhitungan ketinggian bangunan, apabila jarak vertikal dari lantai penuh
ke lantai penuh berikutnya lebih dari 5 m, maka ketinggian bangunan tersebut
dianggap sebagai dua lantai;
12) Mezanin yang luasnya melebihi 50 % dari luas lantai dasar dianggap sebagai
lantai penuh.
17| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
18| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
terhadap batas persil, yang diatur di dalam rencana tata ruang, rencana tata bangunan
dan lingkungan, dan peraturan bangunan setempat.
2) Sepanjang tidak ada jarak bebas samping maupun belakang bangunan yang ditetapkan,
maka Kepala Daerah menetapkan besarnya garis sempadan tersebut dengan setelah
mempertimbangkan keamanan, kesehatan dan kenyamanan, yang ditetapkan pada
setiap permohonan perizinan mendirikan bangunan.
19| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
• Sisi bangunan yang didirikan harus mempunyai jarak bebas yang tidak dibangun
pada kedua sisi samping kiri dan kanan serta bagian belakang yang berbatasan
dengan pekarangan.
2) Pada dinding batas pekarangan tidak boleh dibuat bukaan dalam bentuk apapun.
3) Jarak bebas antara dua bangunan dalam suatu tapak diatur sebagai berikut:
• Dalam hal kedua-duanya memiliki bidang bukaan yang saling berhadapan, maka jarak
antara dinding atau bidang tersebut minimal dua kali jarak bebas yang ditetapkan;
• Dalam hal salah satu dinding yang berhadapan merupakan dinding tembok tertutup
dan yang lain merupakan bidang terbuka dan/atau berlubang, maka jarak antara
dinding tersebut minimal satu kali jarak bebas yang ditetapkan;
• Dalam hal kedua-duanya memiliki bidang tertutup yang saling berhadapan, maka jarak
dinding terluar minimal setengah kali jarak bebas yang ditetapkan.
20| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
9) Tinggi pagar batas pekarangan sepanjang pekarangan samping dan belakang untuk
bangunan renggang maksimal 3 m di atas permukaan tanah pekarangan, dan apabila
pagar tersebut merupakan dinding bangunan rumah tinggal bertingkat tembok
maksimal 7 m dari permukaan tanah pekarangan, atau ditetapkan lebih rendah setelah
mempertimbangkan kenyamanan dan kesehatan lingkungan.
10) Antara halaman belakang dan jalur-jalur jaringan umum kota harus diadakan
pemagaran. Pada pemagaran ini tidak boleh diadakan pintu-pintu masuk, kecuali jika
jalur-jalur jaringan umum kota direncanakan sebagai jalur jalan belakang untuk umum
.
11) Kepala Daerah berwenang untuk menetapkan syarat-syarat lebih lanjut yang berkaitan
dengan desain dan spesifikasi teknis pemisah di sepanjang halaman depan, samping,
dan belakang bangunan.
12) Kepala Daerah dapat menetapkan tanpa adanya pagar pemisah halaman depan,
samping maupun belakang bangunan pada ruas-ruas jalan atau kawasan tertentu,
dengan pertimbangan kepentingan kenyamanan, kemudahan hubungan (aksesibilitas),
keserasian lingkungan, dan penataan bangunan dan lingkungan yang diharapkan.
a) Bentuk denah bangunan gedung sedapat mungkin simetris dan sederhana, guna
mengantisipasi kerusakan yang diakibatkan oleh gempa.
21| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
b) Dalam hal denah bangunan gedung berbentuk T, L, atau U, maka harus dilakukan
pemisahan struktur atau dilatasi untuk mencegah terjadinya kerusakan akibat gempa
atau penurunan tanah.
c) Denah bangunan gedung berbentuk sentris (bujur sangkar, segi banyak, atau
lingkaran) lebih baik daripada denah bangunan yang berbentuk memanjang dalam
mengantisipasi terjadinya kerusakan akibat gempa.
d) Atap bangunan gedung harus dibuat dari konstruksi dan bahan yang ringan untuk
mengurangi intensitas kerusakan akibat gempa.
e) Penempatan bangunan gedung tidak boleh mengganggu fungsi prasarana kota, lalu
lintas dan ketertiban umum.
f) Pada lokasi-lokasi tertentu Kepala Daerah dapat menetapkan secara khusus arahan
rencana tata bangunan dan lingkungan.
g) Pada jalan-jalan tertentu, perlu ditetapkan penampang-penampang (profil) bangunan
untuk memperoleh pemandangan jalan yang memenuhi syarat keindahan dan
keserasian.
h) Bilamana dianggap perlu, persyaratan lebih lanjut dari ketentuan-ketentuan ini dapat
ditetapkan pelaksanaannya oleh Kepala Daerah dengan membentuk suatu panitia
khusus yang bertugas memberi nasehat teknis mengenai ketentuan tata bangunan dan
lingkungan.
22| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
2) Tapak Bangunan
a) Tinggi rendah (peil) pekarangan harus dibuat dengan tetap menjaga keserasian
lingkungan serta tidak merugikan pihak lain.
b) Penambahan lantai atau tingkat suatu bangunan gedung diperkenankan apabila masih
memenuhi batas ketinggian yang ditetapkan dalam rencana tata ruang kota, dengan
ketentuan tidak melebihi KLB, harus memenuhi persyaratan teknis yang berlaku dan
keserasian lingkungan.
c) Penambahan lantai/tingkat harus memenuhi persyaratan keamanan struktur.
d) Pada daerah/lingkungan tertentu dapat ditetapkan:
• Ketentuan khusus tentang pemagaran suatu pekarangan kosong atau sedang
dibangun, pemasangan nama proyek dan sejenisnya dengan memperhatikan
keamanan, keselamatan, keindahan dan keserasian lingkungan;
• Larangan membuat batas fisik atau pagar pekarangan;
23| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
3) Bentuk Bangunan
a) Bentuk bangunan gedung harus dirancang sedemikian rupa sehingga setiap ruang-
dalam dimungkinkan menggunakan pencahayaan dan penghawaan alami.
b) Ketentuan pencahayaan dan penghawaan alami di atas tidak berlaku apabila sesuai
fungsi bangunan diperlukan sistem pencahayaan dan penghawaan buatan.
c) Ketentuan pencahayaan dan penghawaan buatan harus tetap mengacu pada prinsip-
prinsip konservasi energi.
d) Untuk bangunan dengan lantai banyak, kulit atau selubung bangunan harus
memenuhi persyaratan konservasi energi.
e) Aksesibilitas bangunan harus mempertimbangkan kemudahan bagi semua orang,
termasuk para penyandang cacat dan lansia.
f) Suatu bangunan gedung tertentu berdasarkan letak, ketinggian dan penggunaannya,
harus dilengkapi dengan perlengkapan yang berfungsi sebagai pengaman terhadap
lalu lintas udara dan/atau lalu lintas laut.
24| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
c) Tinggi ruang adalah jarak terpendek dalam ruang diukur dari permukaan bawah
langit-langit ke permukaan lantai.
d) Ruangan dalam bangunan harus mempunyai tinggi yang cukup untuk fungsi yang
diharapkan.
e) Ketinggian ruang pada lantai dasar disesuaikan dengan fungsi ruang dan arsitektur
bangunannya.
f) Dalam hal tidak ada langit-langit, tinggi ruang diukur dari permukaan atas lantai
sampai permukaan bawah dari lantai di atasnya atau sampai permukaan bawah kaso-
kaso.
g) Bangunan atau bagian bangunan yang mengalami perubahan perbaikan, perluasan,
penambahan, tidak boleh menyebabkan berubahnya fungsi/penggunaan utama,
karakter arsitektur bangunan dan bagian-bagian bangunan serta tidak boleh
mengurangi atau mengganggu fungsi sarana jalan keluar/masuk.
h) Perubahan fungsi dan penggunaan ruang suatu bangunan atau bagian bangunan dapat
diizinkan apabila masih memenuhi ketentuan penggunaan jenis bangunan dan dapat
menjamin keamanan dan keselamatan bangunan serta penghuninya.
i) Ruang penunjang dapat ditambahkan dengan tujuan memenuhi kebutuhan kegiatan
bangunan, sepanjang tidak menyimpang dari penggunaan utama bangunan.
j) Jenis dan jumlah kebutuhan fasilitas penunjang yang harus disediakan pada setiap
jenis penggunaan bangunan ditetapkan oleh Kepala Daerah.
k) Tata ruang-dalam untuk bangunan tempat ibadah, bangunan monumental, gedung
serbaguna, gedung pertemuan, gedung pertunjukan, gedung sekolah, gedung olah
raga, serta gedung sejenis lainnya diatur secara khusus.
2) Perancangan Ruang-dalam
25| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
26| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
27| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
b) Ruang Terbuka Hijau yang berhubungan langsung dengan bangunan gedung dan
terletak pada persil yang sama disebut Ruang Terbuka Hijau Pekarangan (RTHP).
c) RTHP berfungsi sebagai tempat tumbuhnya tanaman, peresapan air, sirkulasi, unsur-
unsur estetik, baik sebagai ruang kegiatan dan maupun sebagai ruang amenity.
d) Sebagai ruang transisi, RTHP merupakan bagian integral dari penataan bangunan
gedung dan sub-sistem dari penataan lansekap kota.
e) Syarat-syarat RTHP ditetapkan dalam rencana tata ruang dan tata bangunan baik
langsung maupun tidak langsung, dalam bentuk ketetapan GSB, KDB, KDH, KLB,
parkir dan ketetapan lainnya.
f) RTHP yang telah ditetapkan dalam rencana tata ruang dan tata bangunan tidak boleh
dilanggar dalam mendirikan atau memperbaharui seluruhnya atau sebagian dari
bangunan.
g) Apabila RTHP belum ditetapkan dalam rencana tata ruang dan tata bangunan, maka
dapat dibuat ketetapan yang bersifat sementara untuk lokasi/lingkungan yang terkait
dengan setiap permohonan bangunan.
h) Ketentuan RTHP dapat dipertimbangkan dan disesuaikan untuk bangunan
perumahan dan bangunan sosial dengan memperhatikan keserasian dan arsitektur
lingkungan.
i) Setiap perencanaan bangunan baru harus memperhatikan potensi unsur-unsur alami
yang ada dalam tapak seperti danau, sungai, pohon-pohon menahun, tanah dan
permukaan tanah.
j) Dalam hal terdapat makro lansekap yang dominan seperti laut, sungai besar, gunung
dan sebagainya, terhadap suatu kawasan/daerah dapat diterapkan pengaturan khusus
untuk orientasi tata letak bangunan yang mempertimbangkan potensi arsitektural
lansekap yang ada.
k) Sebagai perlindungan atas sumber-sumber daya alam yang ada, dapat ditetapkan
persyaratan khusus bagi permohonan IMB dengan mempertimbangkan hal-hal
pencagaran sumber daya alam, keselamatan pemakai dan kepentingan umum.
l) Ketinggian maksimum/minimum lantai dasar bangunan dari muka jalan ditentukan
untuk pengendalian keselamatan bangunan, seperti dari bahaya banjir, pengendalian
bentuk estetika bangunan secara keseluruhan/ kesatuan lingkungan, dan aspek
aksesibilitas, serta tergantung pada kondisi lahan.
28| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
29| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
6) Tata Tanaman
a) Pemilihan dan penggunaan tanaman harus memperhitungkan karakter tanaman
sampai pertumbuhannya optimal yang berkaitan dengan bahaya yang mungkin
ditimbulkan. Potensi bahaya terdapat pada jenis-jenis tertentu yang sistem
perakarannya destruktif, batang dan cabangnya rapuh, mudah terbakar serta bagian-
bagian lain yang berbahaya bagi kesehatan manusia.
b) Penempatan tanaman harus memperhitungkan pengaruh angin, air, kestabilan
tanah/wadah sehingga memenuhi syarat-syarat keselamatan pemakai.
c) Untuk memenuhi fungsi ekologis khususnya di perkotaan, tanaman dengan struktur
daun yang rapat besar seperti pohon menahun harus lebih diutamakan.
d) Untuk pelaksanaan kepentingan tersebut pada butir i dan butir ii, Kepala Daerah
dapat membentuk tim penasehat untuk mengkaji rencana pemanfaatan jenis-jenis
tanaman yang layak tanam di RTHP berikut standar perlakuannya yang memenuhi
syarat keselamatan pemakai.
30| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
31| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
8) Pertandaan (Signage)
a) Penempatan pertandaan (signage), termasuk papan iklan/reklame, harus membantu
orientasi tetapi tidak mengganggu karakter lingkungan yang ingin
diciptakan/dipertahankan, baik yang penempatannya pada bangunan, kaveling, pagar,
atau ruang publik.
b) Untuk penataan bangunan dan lingkungan yang baik untuk lingkungan/kawasan
tertentu, Kepala Daerah dapat mengatur pembatasan-pembatasan ukuran, bahan,
motif, dan lokasi dari signage.
32| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
33| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
34| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
7) Perbaikan atau perkuatan struktur bangunan harus segera di1akukan sesuai rekomendasi
hasil pemeriksaan keandalan gedung, sehingga bangunan gedung selalu memenuhi
persyaratan keselamatan struktur.
8) Perencanaan dan pelaksanaan perawatan struktur bangunan gedung seperti halnya
Penambahan struktur dan/atau penggantian struktur, harus mempertimbangkan persyaratan
keselamatan struktur sesuai dengan pedoman dan standar teknis yang berlaku.
9) Pembongkaran bangunan gedung dilakukan apabila bangunan gedung sudah tidak laik dan
setiap pembongkaran, bangunan gedung harus dilaksanakan secara tertib dengan
mempertimbangkan keselamatan masyarakat dan lingkungannya.
10) Pemeriksaan keandalan bangunan gedung dilaksanakan secara berkala sesuai klasifikasi
bangunan dan harus dilakukan atau didampingi oleh ahli yang memiliki sertifikasi sesuai.
11) Untuk mencegah, terjadinya keruntuhan struktur yang tidak diharapkan pemeriksaan
keandalan bangunan harus dilakukan secara berkala sesuai dengan pedoman/ petunjuk
teknis yang berlaku.
2) Penentuan mengenai jenis, intensitas dan cara bekerjanya beban harus mengikuti
• SNI 03-1726-2002 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk rumah dan
gedung, atau edisi terbaru; dan
• SNI 03-1727-1989 Tata cara perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung,
atau edisi terbaru.
• SNI 1727-2013 Beban Minimum Untuk Perancangan Bangunan Gedung dan
Struktur lainnya.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang belum
mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.
35| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
2) Konstruksi Baja
Perencanaan konstruksi baja harus mengikuti:
• SNI 03-1729-2002 Tata cara perencanaan bangunan baja untuk gedung, atau edisi
terbaru
• SNI 1729 2015 Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung Baja Struktural
• Tata Cara dan/atau pedoman lain yang masih terkait dalam perencanaan konstruksi
baja;
• Tata Cara Pembuatan atau Perakitan Konstruksi Baja; dan
36| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
37| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
• Jumlah percobaan pembebanan pada pondasi dalam adalah 1 % dari jumlah titik
pondasi yang akan dilaksanakan dengan penentuan titik secara random, kecuali
ditentukan lain oleh perencana ahli serta disetujui oleh Dinas Bangunan.
• Pelaksanaan konstruksi bangunan gedung harus memperhatikan gangguan yang
mungkin ditimbulkan terhadap lingkungan pada masa pelaksanaan konstruksi.
• Dalam hal lokasi pemasangan tiang pancang terletak di daerah tepi laut yang dapat
mengakibatkan korosif harus memperhatikan pengamanan baja terhadap korosi.
• Dalam hal perencanaan atau metode pelaksanaan menggunakan pondasi yang belum
diatur dalam SNI dan/atau mempunyai paten dengan metode konstruksi yang belum
dikenal, harus mempunyai sertifikat yang dikeluarkan instansi yang berwenang.
• Apabila perhitungan struktur menggunakan perangkat lunak, harus menggunakan
perangkat lunak yang diakui oleh asosiasi terkait.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang belum
mempunyai SNI, digunakan standar baku dan atau pedoman teknis.
e. Keselamatan Struktur
1) Untuk menentukan tingkat keandalan struktur bangunan, harus dilakukan pemeriksaan
keandalan bangunan secara berkala sesuai dengan ketentuan dalam Pedoman/Petunjuk
Teknis Tata Cara Pemeriksaan Keandalan Bangunan Gedung.
2) Perbaikan atau perkuatan struktur bangunan harus segera dilakukan sesuai rekomendasi
hasil pemeriksaan keandalan bangunan gedung, sehingga bangunan gedung selalu
memenuhi persyaratan keselamatan struktur.
3) Pemeriksaan keandalan bangunan gedung dilaksanakan secara berkala sesuai klasifikasi
bangunan, dan harus dilakukan atau didampingi oleh ahli yang memiliki sertifikasi
sesuai.
• Keruntuhan Struktur
Untuk mencegah terjadinya keruntuhan struktur yang tidak diharapkan, pemeriksaan
keandalan bangunan harus dilakukan secara berkala sesuai dengan pedoman/ petunjuk
teknis yang berlaku.
• Persyaratan Bahan
- Bahan struktur yang digunakan harus sudah memenuhi semua persyaratan
keamanan, termasuk keselamatan terhadap lingkungan dan pengguna bangunan,
serta sesuai standar teknis (SNI) yang terkait.
38| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
- Bahan yang dibuat atau dicampurkan di lapangan, harus diproses sesuai dengan
standar tata cara yang baku untuk keperluan yang dimaksud.
- Bahan bangunan prefabrikasi harus dirancang sehingga memiliki sistem hubungan
yang baik dan mampu mengembangkan kekuatan bahan-bahan yang dihubungkan,
serta mampu bertahan terhadap gaya angkat pada saat pemasangan/pelaksanaan
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang belum
mempunyai SNI, digunakan standar baku dan atau pedoman teknis.
39| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Penerapan sistem proteksi aktif didasarkan pada fungsi, klasifikasi, luas, ketinggian,
volume bangunan, dan/atau jumlah dan kondisi penghuni dalam bangunan gedung.
Pada sistem proteksi aktif yang perlu diperhatikan meliputi:
1) Sistem Pemadam Kebakaran;
2) Sistem Deteksi & Alarm Kebakaran;
3) Sistem Pengendalian Asap Kebakaran; dan
4) Pusat Pengendali Kebakaran
Pusat Pengendali Kebakaran adalah sebuah ruang untuk pengendalian dan pengarahan
selama berlangsungnya operasi penanggungan kebakaran atau penanganan kondisi
darurat lainnya, dengan persyaratan sebagai berikut:
a) Dilengkapi sarana alat pengendali, panel kontrol, telepon, mebel, peralatan dan
sarana lainnya yang diperlukan dalam penanganan kondisi kebakaran;
b) Tidak digunakan bagi keperluan lain, selain:
• kegiatan pengendalian kebakaran
• kegiatan lain yang berkaitan dengan unsur keselamatan atau keamanan bagi penghuni
bangunan.
c) Konstruksi
Ruang Pusat Pengendali Kebakaran pada bangunan gedung yang tinggi efektifnya lebih
dari 50 meter harus merupakan ruang terpisah, dimana:
• konstruksi penutupnya dari beton, dinding atu sejenisnya mempunyai kekokohan
yang cukup terhadap keruntuhan akibat kebakaran dan dengan nilai TKA tidak
kurang dari 120/120/120;
• bahan lapis penutup, pembungkus atau sejenisnya harus memenuhi persyaratan
terhadap kebakaran;
• peralatan utilitas, pipa, saluran udara dan sejenisnya, yang tidak diperlukan untuk berfungsinya
ruang pengendali, tidak boleh lewat ruang tersebut;
• bukaan pada dinding, lantai atau langit-langit yang memisahkan ruang pengendali
dengan ruang-dalam bangunan dibatasi hanya untuk pintu, ventilasi dan lubang
perawatan lainnya, yang khusus untuk melayani fungsi ruang pengendali tersebut.
d) Proteksi pada bukaan
40| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Setiap bukaan pada ruang pengendali kebakaran, seperti pada lantai, langit-langit dan
dinding dalam, untuk jendela pintu, ventilasi, saluran, dan sejenisnya harus
mengikuti persyaratan teknis proteksi bukaan.
.
e) Pintu Keluar
• Pintu yang menuju ruang pengendali harus membuka ke arah dalam ruang tersebut,
dapat dikunci dan ditempatkan sedemikian rupa sehingga orang yang menggunakan rute
evakuasi dan dalam bangunan tidak menghalangi atau menutupi jalan masuk ke ruang
pengendali tersebut.
• Ruang pengendali haruslah dapat dimasuki dari dua arah, yaitu:
- arah pintu masuk di depan bangunan; dan
- arah langsung dan tempat umum atau melalui jalan terusan yang dilindungi
terhadap api, menuju ke tempat umum dan mempunyai nilai TKA tidak kurang
dari -/120/30.
f) Ukuran dan sarana
• Ruang pengendali kebakaran harus dilengkapi dengan sekurang-kurangnya:
- Panel indikator kebakaran, sakelar kontrol dan indikator visual yang diperlukan
untuk semua pompa kebakaran, kipas pengendali asap, dan peralatan pengamanan
kebakaran lainnya yang dipasang di dalam bangunan;
- Telepon sambungan langsung;
- Sebuah papan tulis dan sebuah papan tempel (pin-up board) berukuran cukup;
- Sebuah meja berukuran cukup untuk menggelar gambar dan rencana taktis, dan
- Rencana taktis penanggulangan kebakaran.
• Sebagai tambahan, di ruang pengendali dapat disediakan:
- Panel pengendali utama, panel indikator lift, sakelar pengendali jarak jauh untuk
gas atau satu daya listrik, genset darurat; dan
- Sistem keamanan bangunan, sistem pengamatan, dan sistem manajemen, jika
dikehendaki terpisah total dari sistem lainnya.
• Ruang pengendali harus:
- Mempunyai luas lantai tidak kurang dan 10 m2, dan salah satu panjangnya dan
sisi bagian dalam tidak kurang dan 2,50 m;
41| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
- Jika hanya menampung peralatan minimum, luas lantai bersih tidak kurang dan 8
m2 dan luas ruang bebas di depan panel indikator tidak kurang dan 1,50 m2;
- Jika dipasang peralatan tambahan, luas lantai bersih daerah tambahan adalah 2 m2
untuk setiap penambahan alat, ruang bebas di depan panel indikator tidak kurang
dari 1,50 m2 dan ruang untuk tiap rute evakuasi penyelamatan dan ruang
pengendali ke ruang lainnya harus disediakan sebagai tambahan persyaratan (2)
dan (3) di atas.
g) Pencahayaan darurat sesuai ketentuan yang berlaku harus dipasang dalam ruang pusat
pengendali, dan tingkat iluminasi diatas meja kerja tak kurang dan 400 Lux.
h) Beberapa peralatan seperti motor bakar, pompa pengendali sprinkler, pemipaan dan
sambungan-sambungan pipa tidak boleh dipasang dalam ruang pengendali, tetapi
boleh dipasang di ruangan yang dapat dicapai dari ruang pengendali tersebut.
i) Tingkat suara (ambient) dalam ruang pengendali kebakaran yang diukur pada saat
semua peralatan penanggulangan kebakaran beroperasi ketika kondisi darurat
42| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
43| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Persyaratan pencahayaan darurat, tanda arah keluar/exit, dan sistem peringatan bahaya
dimaksudkan untuk memberikan arahan yang jelas bagi pengguna bangunan gedung
dalam keadaan darurat untuk dapat menyelamatkan diri, yang meliputi:
- Sistem pencahayaan darurat;
- Tanda arah keluar/exit; dan
- Sistem Peringatan Bahaya.
Pencahayaan darurat, tanda arah keluar dan sistem peringatan bahaya dalam gedung
harus mengikuti SNI 03-6573-2001 Tata cara perancangan pencahayaan darurat, tanda
dan sistem peringatan bahaya ada bangunan gedung.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang belum
mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.
44| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
b) Instalasi Telepon
(1) Saluran masuk sistem telepon harus memenuhi persyaratan:
- Tempat pemberhentian ujung kabel harus terang, tidak ada genangan air, aman dan
mudah dikerjakan.
- Ukuran lubang orang (manhole) yang melayani saluran masuk ke dalam gedung
untuk instalasi telepon minimal berukuran 1,50 m x 0,80 m dan harus diamankan
agar tidak menjadi jalan air masuk ke bangunan gedung pada saat hujan dll.
- Diupayakan dekat dengan kabel catu di kantor telepon dan dekat dengan jalan besar.
(2) Penempatan kabel telepon yang sejajar dengan kabel listrik, minimal berjarak 0,10 m
atau sesuai ketentuan yang berlaku.
45| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung.atau yang belum
mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.
46| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
47| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
e. Pencahayaan buatan yang digunakan untuk pencahayaan darurat harus dipasang pada
bangunan gedung dengan fungsi tertentu, serta dapat bekerja secara otomatis dan
mempunyai tingkat pencahayaan yang cukup untuk evakuasi yang aman.
f. Semua sistem pencahayaan buatan, kecuali yang diperlukan untuk pencahayaan darurat,
harus dilengkapi dengan pengendali manual, dan/atau otomatis, serta ditempatkan pada
tempat yang mudah dicapai dan dibaca oleh pengguna ruang
g. Pencahayaan alami dan buatan diterapkan pada ruangan baik di dalam bangunan maupun
di luar bangunan gedung.
h. Persyaratan pencahayaan harus mengikuti:
- SNI 03-6197-2000 Konservasi energi sistem pencahayaan buatan pada bangunan
gedung, atau edisi terbaru;
- SNI 03-2396-2001 Tata cara perancangan sistem pencahayaan alami pada bangunan
gedung, atau edisi terbaru;
- SNI 03-6575-2001 Tata cara perancangan sistem pencahayaan buatan pada bangunan
gedung, atau edisi terbaru.
3. Persyaratan Sistem Penyediaan Air bersih/ Minum
Persyaratan Penyediaan Air bersih/ Minum Dalam Bangunan Gedung mencakup:
a. Sistem air minum harus direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan sumber
air minum, kualitas air bersih, sistem distribusi, dan penampungannya.
b. Sumber air minum dapat diperoleh dari sumber air berlangganan dan/atau sumber air
lainnya yang memenuhi persyaratan kesehatan sesuai pedoman dan standar teknis yang
berlaku.
c. Perencanaan sistem distribusi air minum dalam bangunan gedung harus memenuhi debit
air dan tekanan minimal yang disyaratkan.
d. Penampungan air minum dalam bangunan gedung diupayakan sedemikian rupa agar
menjamin kualitas air.
Kualitas air minum mengikuti Peraturan Pemerintah Nomor 122 Tahun 2015 tentang
Sistem Penyediaan Air Minum dan Permenkes Peraturan Menteri Kesehatan Nomor:
492/Menkes/Per/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
e. Penampungan air minum harus memenuhi persyaratan kelayakan fungsi bangunan
gedung.
Persyaratan plumbing dalam bangunan gedung harus mengikuti peraturan berikut:
48| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
49| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
50| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
51| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
1) Menghindari timbulnya efek silau dan pantulan bagi pengguna bangunan gedung lain,
masyarakat, dan lingkungan sekitarnya;
2) Menghindari timbulnya efek peningkatan temperatur lingkungan di sekitarnya;
3) Mempertimbangkan prinsip-prinsip konservasi energi; dan
4) Menggunakan bahan-bahan bangunan yang ramah lingkungan.
d. Harus menggunakan bahan bangunan yang menunjang pelestarian lingkungan.
D. Persyaratan Kenyamanan Bangunan Gedung
Persyaratan kenyamanan bangunan gedung meliputi kenyamanan ruang gerak dan hubungan
antar ruang, kenyamanan termal dalam ruang, kenyamanan pandangan (visual), serta
kenyamanan terhadap tingkat getaran dan kebisingan.
1. Persyaratan Kenyamanan Ruang Gerak dan Hubungan Antar ruang
Untuk mendapatkan kenyamanan ruang gerak dalam bangunan gedung, harus
mempertimbangkan:
a) Fungsi ruang, jumlah pengguna, perabot/peralatan, aksesibilitas ruang, di dalam bangunan
gedung; dan
b) Persyaratan keselamatan dan kesehatan.
Untuk mendapatkan kenyamanan hubungan antar ruang harus mempertimbangkan:
- Fungsi ruang, aksesibilitas ruang, dan jumlah pengguna dan perabot/peralatan di dalam
bangunan gedung;
- Sirkulasi antar ruang horizontal dan vertikal; dan
- Persyaratan keselamatan dan kesehatan.
2. Persyaratan Kenyamanan Kondisi Udara/Termal Dalam Ruang
a. Untuk kenyamanan termal dalam ruang di dalam bangunan gedung harus
mempertimbangkan temperatur dan kelembaban udara.
b. Untuk mendapatkan tingkat temperatur dan kelembaban udara di dalam ruangan dapat
dilakukan dengan alat pengkondisian udara yang mempertimbangkan:
1) Fungsi bangunan gedung/ruang, jumlah pengguna, letak geografis, orientasi bangunan,
volume ruang, jenis peralatan, dan penggunaan bahan bangunan;
2) Kemudahan pemeliharaan dan perawatan; dan
3) Prinsip-prinsip penghematan energi dan ramah lingkungan.
Persyaratan kenyamanan termal dalam ruang harus mengikuti:
52| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
• SNI 03-6389-2000 Konservasi energi selubung bangunan pada bangunan gedung, atau
edisi terbaru;
• SNI 03-6390-2000 Konservasi energi sistem tata udara pada bangunan gedung, atau edisi
terbaru;
• SNI 03-6196-2000 Prosedur audit energi pada bangunan gedung, atau edisi terbaru;
• SNI 03-6572-2001 Tata cara perancangan sistem ventilasi dan pengkondisian udara pada
bangunan gedung, atau edisi terbaru.
3. Persyaratan Kenyamanan Pandangan (Visual)
a. Untuk mendapatkan kenyamanan pandangan (visual) harus mempertimbangkan
kenyamanan pandangan dari dalam bangunan ke luar dan dari luar bangunan, ruang-ruang
tertentu dalam bangunan gedung.
b. Kenyamanan pandangan (visual) dan dalam bangunan ke luar harus mempertimbangkan:
- Gubahan massa bangunan, rancangan bukaan, tata ruang-dalam dan luar bangunan, dan
rancangan bentuk luar bangunan;
- Pemanfaatan potensi ruang luar bangunan gedung dan penyediaan RTH;
c. Kenyamanan pandangan (visual) dan luar ke dalam bangunan harus mempertimbangkan:
- Rancangan bukaan, tata ruang-dalam dan luar bangunan, dan rancangan bentuk luar
bangunan gedung;
- Keberadaan bangunan gedung yang ada/atau yang akan ada di sekitarnya; dan
- Pencegahan terhadap gangguan silau dan pantulan sinar.
d. Untuk kenyamanan pandangan (visual) pada bangunan gedung harus dipenuhi persyaratan
teknis, yaitu Standar kenyamanan pandangan (visual) pada bangunan gedung.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang belum mempunyai
SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.
53| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
• Kenyamanan terhadap getaran adalah suatu keadaan dengan tingkat getaran yang tidak
menimbulkan gangguan bagi kesehatan dan kenyamanan seseorang dalam melakukan
kegiatannya. Getaran dapat berupa getaran kejut, getaran mekanik atau seismik baik yang
berasal dan dalam bangunan maupun dan luar bangunan.
2) Sifat getaran
Respon subyektif juga merupakan fungsi dan sifat getaran. Sifatnya dapat ditentukan sesuai
dengan sifat getaran yang diukur:
• Getaran dapat menerus, dengan magnituda yang berubah, atau tetap terhadap waktu;
• Getaran dapat terputus-putus, dengan magnituda tiap kejadian yang berubah maupun
tetap terhadap waktu.
• Getaran dapat bersifat imulsif seperti dalam kejut.
3) Waktu paparan
Waktu paparan pada penghuni yang terpengaruh mungkin juga perlu dievaluasi.Waktu
penghunian bangunan gedung harus dicatat.
• Untuk mendapatkan tingkat kenyamanan terhadap kebisingan dan getaran pada
bangunan gedung harus mengikuti persyaratan teknis, yaitu Standar tata cara
perencanaan kenyamanan terhadap getaran pada bangunan gedung.
• Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang belum
mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.
b. Persyaratan Kebisingan
1) Umum
Kenyamanan terhadap kebisingan adalah keadaan dengan tingkat kebisingan yang tidak
menimbulkan gangguan pendengaran, kesehatan, dan kenyamanan bagi seseorang dalam
melakukan kegiatan.
Gangguan kebisingan pada bangunan gedung dapat berisiko cacat pendengaran.Untuk
memproteksi gangguan tersebut perlu dirancang lingkungan akustik di tempat kegiatan
dalam bangunan yang sudah ada dan bangunan baru.
2) Pertimbangan
Pertimbangan perancangan harus memasukkan seleksi dan penilaian terhadap:
• Bahan bangunan dan pelayanan yang digunakan di tempat ini;
• Komponen bangunan yang dapat menahan kebisingan eksternal ke dalam bangunan;
54| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
55| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
56| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Setiap Bangunan Gedung sesuai dengan fungsi dan klasifikasi bangunan gedungnya
harus memenuhi persyaratan kemudahan hubungan horizontal antarruang/antar bangunan
untuk menunjang terselenggaranya fungsi Bangunan Gedung.
Sarana hubungan horizontal antarruang/antar bangunan meliputi:
- Pintu;
- Selasar;
- Koridor;
- Jalur pedestrian;
- Jalur pemandu; dan/atau
- Jembatan penghubung antarruang/antar bangunan.
Persyaratan teknis, gambar, dan ukuran sarana hubungan horizontal antarruang/antar
bangunan adalah sebagai berikut:
1) Persyaratan Teknis Pintu
Kaca pada Pintu Jarak pemasangan kaca Min 75cm dari permukaan
Ayun lantai
Ruang bebas Perabot tidak boleh diletakan pada ruang bebas di Pada luar ruang
Dengan bukaan depan pintu ayun atau minimal berjarak 75 cm dari min. 170 cm x 170
pintu keluar bukaan pintu cm
Pada ruang dalam
min. 152,5 cm x
152,5 cm
Jika terdapat pintu yang berdekatan atau berhadapan
dengan tangga, maka antara ujung daun pintu dan
anak tangga perlu diberi jarak paling sedikit 80 cm
atau mengubah bukaan daun pintu tidak mengarah ke
anak tangga.
57| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Gambar 12 Jenis pegangan pintu harus tidak berupa tuas putar dan tidak licin
58| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
b. Peganganpintutipe c. Peganganpintutipe
dorong/tarik tuasdenganujungtuas
melengkungkedalam
Gambar 14Contoh warna kontras atau penanda lain pada pintu kaca
59| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Gambar 15Contohselasartanpadindingpembatas
60| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
- Proteksi kebakaran pada koridor harus menerus dari titik masuk hingga keluar dan
tidak terputus oleh ruang lainnya.
- Koridor yang berfungsi sebagai akses eksit harus dirancang tanpa jalan buntu yang
panjangnya lebih dari 6 m.
- Jika diperlukan akses terpisah pada koridor maka diperlukan kompartemenisasi
yang dirancang sesuai dengan kebutuhan.
- Bangunan Gedung yang digunakan oleh penyandang disabilitas dan lansia seperti
panti jompo/wreda/lansia, dan fasilitas kesehatan seperti puskesmas dan rumah
sakit, harus dilengkapi dengan pegangan rambat (railing) paling sedikit pada salah
satu sisi koridor.
- Koridor pada Bangunan Gedung dengan kriteria tertentu seperti rumah sakit dan
bandara mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
- Koridor yang berfungsi sebagai jalur evakuasi mengikuti ketentuan peraturan-
perundangan tentang kebakaran.
Gambar 16Lebarefektifkoridortanpapintuakses
Gambar 17 Lebarefektifkoridordenganpintuakses
61| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
62| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
i) Tangga dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail) yang menerus dan pagar
tangga untuk keselamatan dan pada tiap bagian ujung (puncak dan bagian bawah)
pegangan rambat dilebihkan paling sedikit 30 cm.
j) Pegangan rambat (handrail) harus memenuhi standar ergonomis yang aman, nyaman
untuk digenggam dan bebas dari permukaan tajam dan kasar.
k) Tangga yang berhimpitan dengan dinding harus dilengkapi dengan 2 lapis pegangan
rambat (handrail) dengan ketinggian 65 cm - 80 cm yang menerus paling sedikit pada
1 sisi dinding.
l) Jarak bebas antara dinding dengan pegangan rambat pada tangga yang berhimpitan
dengan dinding paling besar 8 cm.
m) Tangga dengan lebar lebih dari 220 cm harus dilengkapi dengan pegangan rambat
tambahan di bagian tengah tangga.
n) Tangga yang berfungsi sebagai koridor di antara tempat duduk misalnya pada gedung
pertunjukan tidak berlaku keharusan menyediakan pegangan rambat (handrail).
o) Tangga pada Bangunan Gedung yang juga digunakan oleh penyandang disabilitas
netra harus dilengkapi dengan penanda huruf braille pada sisi atas pegangan rambat
yang diletakkan paling sedikit pada kedua ujung pegangan rambat untuk
menunjukkan posisi dan arah tangga.
p) Bentuk profil pegangan rambat (handrail) harus mudah digenggam dengan diameter
penampang paling sedikit 5 cm.
q) Pada setiap ketinggian tertentu tangga harus dilengkapi dengan bordes (landing)
sebagai tempat beristirahat.
r) Jumlah anak tangga sampai dengan bordes (landing) paling banyak 12 anak tangga.
s) Setiap sisi tangga yang tidak dibatasi oleh dinding harus diberi pagar tangga
(baluster).
t) Pagar tangga (baluster) yang terdiri dari kisi-kisi harus dibuat cukup rapat untuk
menghindari risiko kecelakaan terutama pada anak-anak.
u) Tinggi anak tangga putar (optride/riser) direkomendasikan antara 15 cm – 22 cm atau
sesuai dengan klasifikasi tangga putar.
v) Lebar anak tangga putar (antride/tread) bagian dalam direkomendasikan antara 12 cm
– 15 cm, sedangkan lebar anak tangga putar bagian luar direkomendasikan antara 35
cm – 45 cm.
63| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Gambar 18Detailtanggayangdirekomendasikan
Gambar 19Potonganvertikaltanggayangdirekomendasikan
64| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Gambar 21Contohdetailpegangantangga
Gambar 22Peganganrambatan(handrail)yangdirekomendasikan
Gambar 23Anaktanggayangdirekomendasikan
65| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
66| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Gambar 27Bagian-bagianutamasaranaevakuasi
3. Akses eksit harus diberi penanda yang mudah terlihat agar mudah ditemukan dan
dikenali.
4. Akses eksit 1 arah menuju ke 1 eksit, lebar minimal akses eksit harus paling sedikit bisa
dilalui oleh kursi roda.
5. Akses eksit lebih dari 2 arah menuju ke 1 eksit, masing masing akses eksit harus
memiliki lebar yang cukup untuk jumlah orang yang dilayaninya.
6. Lebar akses eksit diukur dari titik tersempit dalam hal akses eksit memiliki lebar yang
tidak seragam.
67| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
7. Akses eksit di luar ruangan dapat melalui balkon, serambi atau atap.
8. Akses eksit di luar ruangan harus dilengkapi dengan kantilever, dinding pengaman dan
menggunakan material penutup lantai yang lembut dan solid.
11. Pintu akses eksit dari ruangan berkapasitas lebih dari 50 (lima puluh) orang yang
terbuka ke arah koridor umum tidak boleh melebihi setengah dari lebar koridor.
12. Jarak ayunan pintu akses ke tangga eksit tidak boleh melebihi setengah dari lebar
bordes tangga.
Gambar 28Jarakstandarkepintueksit
Gambar 29Contohpenerapanakseseksitpadakoridorbuntu
Gambar 30Contohpenerapanakseseksitpadakoridorterbuka
68| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
69| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
- Pintu eksit harus diberi penanda yang mudah terlihat agar mudah ditemukenali.
- Penanda eksit harus memiliki warna khusus dan kontras dengan dekorasi,
penyelesaian interior, dan penanda lainnya.
- Perletakan dekorasi, perabotan, dan penanda lain yang diberi pencahayaan tidak
boleh mengurangi visibilitas Pengguna Bangunan Gedung dan Pengunjung
Bangunan Gedung terhadap penanda eksit.
- Penanda eksit harus mengandung kata “EKSIT” yang mudah dibaca dengan tinggi
huruf paling kurang 15 cm dan lebar huruf paling kurang 1,875 cm.
- Penanda eksit bertuliskan “EKSIT” atau penanda sejenis dengan anak panah yang
menunjukkan arah eksit, harus ditempatkan pada akses eksit untuk mengarahkan
pada eksit terdekat.
- Pintu eksit harus menggunakan jenis pintu ayun (swinging door) yang dapat
menutup otomatis.
- Pintu eksit harus membuka ke arah perjalanan keluar untuk ruang yang dihuni oleh
lebih dari 50 orang atau digunakan untuk hunian dengan tingkat bahaya tinggi.
- Pintu eksit yang membuka ke arah lorong atau jalan terusan yang berfungsi sebagai
akses eksit tidak boleh membatasi lebar efektif akses eksit tersebut.
- Pintu eksit tidak diperbolehkan dilengkapi/berhadapan dengan cermin atau ditutup
dengan tirai/gorden.
- Untuk eksit yang melayani lebih dari 1 lantai, beban Pengguna Bangunan Gedung
dan Pengunjung Bangunan Gedung di setiap lantai dipertimbangkan secara
individual untuk menghitung kapasitas eksit di setiap lantai tersebut sehingga
kapasitas eksit tidak akan berkurang sepanjang arah perjalanan keluar.
- Jika terdapat pintu, bagian, atau tangga yang bukan sebagai eksit dan dapat
disalahtafsirkan sebagai sebuah eksit, perlu
- diberikan identifikasi dengan penanda “bukan jalan keluar” atau sesuai dengan
fungsi ruang sebenarnya seperti “menuju basement”.
- Beberapa perangkat deteksi seperti alarm dapat dipasang untuk membatasi
penyalahgunaan eksit yang dapat mengakibatkan kegagalan fungsi eksit,
menghambat atau menghalangi proses evakuasi Pengguna Bangunan Gedung dan
Pengunjung Bangunan Gedung.
70| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
- Eksit harus memiliki ruang yang cukup untuk menempatkan kursi roda saat terjadi
kebakaran atau keadaan darurat lainnya.
71| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
72| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
73| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
d) Sarana jalan keluar dipasang sesuai SNI 1746: 2000 tentang “Tata Cara
Perencanaan dan Pemasangan Sarana Jalan Keluar untuk Penyelamatan terhadap
Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung”.
e) Jalur evakuasi pada saat terjadi tsunami dipasang sesuai SNI 7766: 2012 tentang
“Jalur Evakuasi Tsunami”.
f) Jenis-jenis sensor yang dapat digunakan pada alarm kebakaran antara lain:
74| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
75| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Gambar 46Contohtombolperingatanbahaya
76| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
77| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
78| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
79| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
g) Jika terdapat perbedaan ketinggian lantai antara ruang wudhu dan ruang ibadah
dapat disediakan ram untuk pengguna kursi roda.
h) Pada ruang ibadah perlu disediakan loker untuk menyimpan sepatu atau barang
bawaan penggunanya.
i) Persentase rata-rata kebutuhan luasan ruang ibadah berdasarkan fungsi Bangunan
Gedung adalah sebagai berikut:
- Bangunan Gedung Fungsi Hunian Rumah susun/apartemen sebesar 5% dari luas
lantai Bangunan Gedung.
- Bangunan Gedung Fungsi Usaha sebesar 5% dari luas lantai Bangunan Gedung
kecuali gudang penyimpanan sebesar 3% dari luas lantai Bangunan Gedung.
- Bangunan Gedung Fungsi Sosial Budaya sebesar 5% dari luas Bangunan
Gedung kecuali tempat praktik dokter sebesar 2% dari luas lantai Bangunan
Gedung.
- Bangunan Gedung Fungsi Khusus sebesar 2% dari luas lantai Bangunan
Gedung.
- Bangunan Gedung yang memiliki lebih dari 1 fungsi sebesar 3% dari luas lantai
Bangunan Gedung.
80| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
81| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
82| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
83| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
- Jika daun pintu toilet penyandang disabilitas membuka ke arah dalam toilet, maka
harus memberikan ruang bebas yang cukup untuk pengguna kursi roda melakukan
manuver berputar 1800 dan membuka/menutup daun pintu.
- Pintu toilet penyandang disabilitas perlu dilengkapi dengan plat tendang di bagian
bawah pintu untuk pengguna kursi roda dan penyandang disabilitas netra.
- Pintu toilet penyandang disabilitas dilengkapi dengan engsel yang dapat menutup
sendiri.
- Pada bagian atas luar pintu toilet penyandang disabilitas disediakan lampu alarm
(panic lamp) yang akan diaktifkan oleh pengguna toilet dengan menekan tombol
bunyi darurat (emergency sound button) atau menarik tuas yang tersedia di dalam
toilet penyandang disabilitas ketika terjadi keadaan darurat.
- Tuas di dalam toilet penyandang disabilitas harus diletakkan pada tempat yang
mudah dijangkau oleh penyandang disabilitas.
- Toilet penyandang disabilitas harus dilengkapi dengan pegangan rambat untuk
memudahkan pengguna kursi roda berpindah posisi dari kursi roda ke atas kloset
ataupun sebaliknya.
- Toilet perlu diberi sirkulasi udara yang memadai melalui jendela atau bovenlicht.
- Pencahayaan di dalam toilet harus memadai dengan standar iluminasi paling
sedikit 100 lux.
- Kelembaban udara dalam ruangan harus memadai antara 40% - 50%.
- Lantai toilet memiliki kelandaian paling sedikit 1% dari panjang atau lebar lantai.
- Lantai toilet harus memiliki ketinggian yang lebih rendah daripada lantai ruangan
di luar toilet yang memadai.
- Setiap water closet harus ditempatkan pada kompartemen yang terpisah.
- Dinding dan lantai toilet diberi lapisan kedap air (waterproofing).
- Kelengkapan ruang yang perlu disediakan pada toilet yaitu:
- Bak cuci tangan; - Pengharum Ruangan;
- Cermin; - Penggantung pakaian;
- Tempat sampah; - Urinal;
- Pengering tangan; - Kloset;
- Tisu; - Jetshower;
- Sanitizer; - Bidet;
- Sabun, - Exzhaust fan
84| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
- Keran Air
- Toilet untuk anak-anak perlu dilengkapi dengan bak cuci tangan, WC, dan urinal
dengan ketinggian yang dapat dijangkau anak- anak.
- Persentase rata-rata kebutuhan luasan toilet berdasarkan fungsi Bangunan Gedung
adalah sebagai berikut:
• Bangunan fungsi hunian sebesar 1% dari luas lantai Bangunan Gedung;
• Bangunan Gedung fungsi keagamaan sebesar 2% dari luas lantai Bangunan
Gedung;
Gambar 56 Ruang dalam toilet dengan bukaan ke dalam dan tempat sampah
Gambar 57 Ruang dalam toilet dengan bukaan ke dalam, tempat sampah, dan tempat barang bawaan
Gambar 59 Contoh ruang dalam toilet penyandang disabilitas yang dilengkapi dengan pegangan rambat
86| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Gambar 60 Pintu toilet disabilitas dengan material daun pintu dari logam
Gambar 61 Pintu toilet disabilitas dengan material daun pintu dari kaca
87| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
88| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
89| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
90| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
e) Urinal harus dilengkapi dengan tombol flush dan/atau peralatan flush otomatis
untuk menyiram urinal setelah digunakan.
f) Tombol flush yang disarankan adalah dualflush dengan minimum penggunaan air
3,4 liter dan maksimal penggunaan air 6 liter.
g) Jarak antar urinal paling kurang 70 cm dengan sekat pemisah (modestyboard)
yang memiliki ukuran setidaknya 40 cm x 80 cm.
h) Urinal perlu dilengkapi dengan pelindung (urineprotector) untuk menjaga
kesucian badan atau pakaian dari cipratan urin.
i) Spray urinal harus dapat diaktivasi dengan sistem ganda (sensor dan manual) agar
pengguna dapat bersuci setelah menggunakan urinal.
j) Sekat pemisah harus menggantung dan tidak menyentuh lantai untuk menjaga
privasi pengguna dan menjamin kebersihan area di bawah urinal.
k) Ruang bebas untuk pengguna urinal setidaknya 60 cm dari tepi sekat pemisah
dengan sirkulasi 60 cm.
Gambar 73Dimensitinggimaksimalurinaldewasadananak-anak
Gambar 74Dimensiurinaldengansirkulasi
91| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
92| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
93| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
94| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Gambar 78Arearuangtunggukhususpenggunakursiroda
- karakter dan simbol harus kontras dengan latar belakangnya, apakah karakter
terang di atas gelap, atau sebaliknya;
- proporsi huruf atau karakter pada rambu harus mempunyai rasio lebar dan
tinggi antara 3:5 dan 1:1, serta ketebalan huruf antara 1: 5 dan 1:10; dan
- tinggi karakter huruf dan angka pada rambu harus diukur sesuai dengan jarak
pandang dari tempat rambu itu dibaca.
d) Jenis-jenis rambu dan marka
Jenis-jenis Rambu dan Marka yang dapat digunakan antara lain:
Alarm lampu darurat penyandang disabilitas rungu yang diletakkan pada dinding
diatas pintu dan lif.
- Audio untuk penyandang disabilitas rungu yang diletakkan di dinding utara-
barat-timur-selatan pada ruangan pertemuan, seminar, bioskop, dll.
- Fasilitas teletext/runningtext penyandang disabilitas rungu diletakkan/digantung
pada pusat informasi di ruang publik.
- Papan informasi dengan lampu indikitor (LightSign) diletakkan di atas
loket/pusat informasi pada ruang publik, ruang loket/pusat informasi dan di atas
pintu keberangkatan pada ruang tunggu airport bandara, KA, pelabuhan, dan
terminal.
- Fasilitas TV text bagi penyandang disabilitas rungu.
- Diletakkan/digantung di atas loket/informasi pada ruang lobby, atau pada
sepanjang koridor yang dilewati penumpang.
- Fasilitas bahasa isyarat (sign language).
- Diletakkan di loket/informasi, pos satuan pengaman yang menyediakan
komunikasi menggunakan bahasa isyarat.
e) Kriteria Rambu dan Marka
- Warna
(1) Warna latar pada rambu dan marka harus disesuaikan dengan standar rambu
keselamatan dan warna yaitu:
96| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Tabel 2StandarWarnaLataruntukRambudanMarka
2 Jingga neon 253;95;0 Label dan wadah untuk darah serta limbah
#FD5F00 infeksius. (Peringatan label harus berwarna
jingga neon atau jingga-merah dengan
lambang biosafety dalam warna yang
Biosafety kontras.)
Jingga-merah 255;69;0
#FF4500
7 Hitam 0;0;0 Penanda batas Penanda lalu lintas atau jalur servis. Tangga,
#000000 petunjuk arah dan batas.
Putih 255;255;255
#FFFFFF
Kuning 255;255;0
#FFFF00
Kombinasi warna
dari hitam dengan
putih atau kuning
97| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
(2) Warna latar dan huruf rambu dan marka harus kontras atau memiliki perbedaan
warna yang jelas.
- Jenis Huruf
Beberapa huruf yang biasa digunakan untuk rambu dan marka antara lain:
(1) Helvetica
(2) Futura
(4) Copperplate
98| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
(5) Trebuchet
(6) Braille
- Ukuran
Ukuran huruf pada rambu dan marka disesuaikan dengan jarak baca.
Tabel 3Standar Jarak Baca Huruf Rambu dan Marka
JarakBaca JarakBaca
TinggiHuruf (cm)
Efektif(m) Maksimum(m)
8 0,76 2,54
10 1,02 3,81
15 1,52 5,08
20 2,03 8,89
23 2,29 10,16
25 2,54 11,43
30 3,05 13,34
38 3,81 16
48 4,57 19,05
61 6,10 25,4
76 7,62 31,75
91 9,14 38,1
107 10,67 44,45
122 12,19 50,8
137 13,72 57,15
152 15,24 63,5
- Material
(1) Rambu dan marka harus terbuat dari material yang tahan cuaca seperti
aluminium, plastik, akrilik, stainlesssteel, aluminium composite panel, fiber
glass, atau batu bata.
99| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
(2) Untuk material aluminium dan material metal lainnya harus dilapisi dengan
cat anti karat, tidak mudah memudar atau berubah warna, mengelupas, dan
tidak mudah retak sehingga dapat bertahan setidaknya 4 (empat) tahun.
(3) Tepi rambu dan marka harus rata
(4) Proses pengecatan harus rata dan tidak boleh terdapat gelembung cat
11) Persyaratan Teknis Tempat Parkir
Persentase rata-rata kebutuhan luasan tempat parkir adalah 20% - 30% dari luas
lantai Bangunan Gedung.
1) Persyaratan Tempat Parkir Mobil
a) Lokasi tempat parkir sebaiknya mudah dijangkau dan diawasi.
b) Dilengkapi dengan penunjuk arah dan penandaan yang jelas serta tidak
tersembunyi.
c) Dilengkapi dengan kamera pengawas terutama pada lokasi yang sedikit
atau tidak mudah diawasi.
d) Pada tempat parkir yang luas perlu dilengkapi dengan huruf atau angka
untuk mempermudah pengemudi menemukan kendaraannya.
e) Memiliki penerangan dan penghawaan yang cukup.
f) Kelengkapan yang perlu disediakan pada tempat parkir diantaranya:
✓ marka parkir;
✓ stopper;
✓ APAR.
2) Persyaratan Tempat Parkir Motor
Satuan ruang parkir untuk sepeda motor yang direkomendasikan adalah
minimal 70 cm x 200 cm.
1) Gambar Tempat Parkir Mobil
100| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Gambar 82Dimensibentukruangparkir
0
Gambar 83Dimensiruang parkirdengansudut90
0
Gambar 84Dimensiruangparkir45 hanyadengan1(satu)arahlalulintas
101| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Gambar 85Ukuransatuanruangparkirsepedamotor
102| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Gambar 86SistemKameraPengawasNirkabel
104| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Jenis Bangunan Gedung berdasarkan fungsi sosial budaya paling sedikit meliputi:
- Sekolah dasar;
- Sekolah menengah pertama;
- Sekolah menengah atas;
- Perguruan tinggi;
- Museum;
- Gedung pameran;
- Gedung kesenian;
- Puskesmas;
- Klinik bersalin;
- Tempat praktik dokter bersama;
- Rumah sakit;
- Laboratorium (milik pemerintah); dan
- Pelayanan umum.
105| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
106| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
107| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Ruang pertemuan
Kursi tetap (terikat di lantai) 100 (4,79)a
Lobi 100 (4,79)a
Kursi dapat dipindahkan 100 (4,79)a
Panggung pertemuan 100 (4,79)a
Lantai podium 150 (7,18)a
Koridor
Lantai pertama 100 (4,79)
Lantai lain sama seperti pelayanan
hunian kecuali disebutkan
lain
Ruang mesin elevator (pada daerah 2 in.x 2 in. [50 300 (1,33)
mmx50 mm])
108| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Gedung perkantoran:
Ruang arsip dan komputer harus dirancang untuk
beban yang lebih berat berdasarkan pada perkiraan
hunian
Lobi dan koridor lantai pertama 100 (4,79) 2 000 (8,90)
Kantor 50 (2,40) 2 000 (8,90)
Koridor di atas lantai pertama 80 (3,83) 2 000 (8,90)
Atap
Atap datar, berbubung, dan lengkung 20 (0,96)n
Atap digunakan untuk taman atap 100 (4,79) i
Atap yang digunakan untuk tujuan lain Sama seperti hunian
dilayani
Atap yang digunakan untuk hunian lainnya a
Awning dan kanopi
Konstruksi pabrik yang didukung oleh
struktur rangka kaku ringan
5 (0,24) tidak boleh
Rangka tumpu layar penutup direduksi
Pinggir jalan untuk pejalan kaki, jalan lintas 250 8 000 (35,6)q
kendaraan, dan lahan/jalan untuk truk-truk (11,97)a,p
109| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Adapun apabila ada beban yang tidak terlampir pada standar tersebut, maka beban
ditentukan dari spesifikasi perhitungan material yang ada.
110| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
3
Tang Ampere Untuk mengukur arus listrik pada
sebuah kabel konduktor yang
dialiri arus listrik dengan
menggunakan dua rahang
penjepitnya (Clamp) tanpa harus
memiliki kontak langsung dengan
terminal listriknya.
4
Digital Earth untuk mengukur nilai resistansi
Grounding Tester dari grounding, baik grounding
instalasi listrik maupun grounding
untuk penangkal petir
5
Kamera / Untuk
Smartphone mengabadikan/mendokumentasikan
foto-foto peralatan
111| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
6
Meteran Laser, Untuk mengetahui jarak dan atau
Meteran dimensi (panjang, lebar, tinggi)
Roda/Meteran Jalan,
Meteran Manual
7
Leeb Hardness Test Pengujian mutu baja dengan cara
memantulkan permukaan baja yang
akan di uji
8
Cat Coating Untuk Mengetahui ketebalan Cat
Thickness Gauge
21
Environment Meter Alat untuk Mengukur Kebisingan,
pencahayaan, suhu, dan
kelembapan
112| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Lokasi PT. Acme Indonesia terletak :JL.Greenland IV AB.15, Greenland Industrial Park,
Deltamas, Desa/Kelurahan Sukamahi, Kec. Cikarang Pusat, Kab.Bekasi, Provinsi Jawa Barat
Area/ Kawasan PT. Acme Indonesia terlihat pada gambar memiliki 1 masa bangunan utama.
113| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Barat : JL.Greenland IV
114| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
115| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Pagar Tembok 26 m’ 26 m’
Panjang 41 m’ 41 m’
116| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Area/ Kawasan PT. Acme Indonesia terlihat pada gambar memiliki 2 masa
bangunan utama dan beberapa bangunan penunjang.
Sedangkan bangunan penunjangnya seperti, Parkiran, gardu listrik, Pos Security, dll.
memiliki bangunan tersendiri yang mengelilingi bangunan utamanya.
Area Gudang
117| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
118| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Gudang ✓ Toilet ✓
Teras ✓
Teras ✓ RTH ✓
119| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
120| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
As built
Klasifikasi Hasil Survey Keterangan
drawing
Area Office
Bentuk Implementasi
Bangunan Antara Survey
dan As Built
Sama
✓
✓ Denah dibentuk
dengan mengacu
pada kebutuhan
ruang dari
penggunanya.
Tampak Tampak
Bangunan bangunan sangat
mengedepankan
fungsi
dibandingkan
✓ desain.
121| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Profil, Penggunaan
Detail, dinding massif
material plaster+aci +
dan Warna finishing cat.
Bangunan
✓
122| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Pintu PVC
P = 90 cm T = 210 cm
123| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
124| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
125| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
126| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Fakto Jumlah
Are Luas Luas Bersih r Kapasit
a Existing (%) beba as (Org)
n
hunia
n
Area Gudang 262,5 210 80% 9.3 23
23
*Luas bersih bangunan yaitu luas eksisting dikurangi asumsi luas perabot dalam bangunan gedung
Berdasarkan perhitungan data tersebut, kebutuhkan ruang gerak terhadap kondisi eksisting belum
terpenuhi sesuai jumlah regulasi kapasitas toilet dengan jumlah karyawan diarea PT. Acme
Indonesia 31 karyawan.
127| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Kepadatan
128| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
PerMen PU Marka
14/PRT/M/2 khusus untuk
017 sirkulasi
Persyaratan manusia dan
Kemudahan kendaraan
Bangunan operasional
Gedung belum
tersedia.
Data Arsitek
Jilid 1
halaman 175
129| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
4. Parkir
Sesuai
Sesuai
130| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
5. Perabot Lansekap
Dasar
Hasil Survey Regulasi Keterangan
PerMen PU
14/PRT/M/201
7 Persyaratan
Kemudahan Tersedia
Bangunan
Gedung
RTH
RTH
PerMen PU
14/PRT/M/201
7 Persyaratan
Kemudahan Tersedia
Bangunan
Gedung
PerMen PU
14/PRT/M/201
7 Persyaratan
Kemudahan Tersedia
Bangunan
Gedung
TPS Apar
131| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Gambar : Foto penggunaan dinding kaca fixed dgn ukuran lebar dan transparan di area PT Acme Indonesia
Sumber: dokumentasi penyusun
Gambar : Foto penggunaan material kaca pada bukaan pintu dan jendela
Sumber: dokumentasi penyusun
132| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
133| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Hasil
Lokasi Standard
No. Pengukuran Keterangan Ref.
Pengukuran (Lux)
(Lux)
SNI 6575-2001
1 Area Gudang 315 ≥ 200-300 Sesuai Permen Ketenaga
kerjaan no.5 2018
134| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Penggunaan bukaan kaca, exhaust, dinding roster, dan pintu yang selalu terbuka
menjadi kombinasi untuk jalur ventilasi alami dan mekanik. Kombinasi ini membuat
jalur ventilasi untuk bangunan dengan bentang luas menjadi lebih optimal.
135| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Hasil
Lokasi Standard
No. Pengukuran Keterangan Ref.
Pengukuran (oC)
(oC)
Dari hasil pengukuran tidak melebihi dari nilai ambang batas suhu yang menjadi
standard. Pengkondisian udara yang optimal membuat kondisi temperature tidak
menunjukan nilai suhu yang tinggi.
136| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Nilai Ambang Batas pajanan getaran pada tangan dan lengan sebagaimana
tercantum pada Tabel di bawah merupakan nilai rata-rata akselerasi pada frekuensi
dominan (meter/detik2) berdasarkan durasi pajanan 8 jam per hari kerja yang mewakili
kondisi dimana hampir semua pekerja terpajan getaranberulang-ulang tanpa
menimbulkan gangguan kesehatan atau penyakit. Pekerja dapat terpajan getaran tangan
dan lengan pada saat menggunakan alat kerja seperti gergaji listrik, gerinda, jack
hammer dan lain-lain.
137| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Area Gudang
Sedikit
mengurangi
hawa panas dari
luar ruangan.
Denah dinding
cenderung
simetris.
Mengantisipasi
resiko
kerusakan
akibat gempa
PerMen PU
29/PRT/M/200
6 Dinding
bangunan
diusahakan
Dinding masif dengan plaster aci + Dinding masif dengan plaster aci + simetris
terhadap denah.
138| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
139| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Dasar Regulasi
140| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Dasar Regulasi
PerMen PU29/PRT/M/2006
Material atap bangunan
Baja Exposed ( Tidak terdapat Baja Exposed ( Tidak terdapat menggunakan konstruksi dan
Penutup plafond di area gudang) Penutup plafond di area gudang) bahan yang ringan, untuk
t= t= mengurangi intensitas
8 m) 8 m) kerusakan akibat gempa
141| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
BANGUNAN GEDUNG
a. Toilet
Toilet berdasarkan Permen PUPR No.14 Tahun 2017 merupakan fasilitas sanitasi berupa
ruangan yang dirancang khusus dan dilengkapi dengan kloset, persediaan air dan perlengkapan
lain bagi Pengguna Bangunan Gedung dan Pengunjung Bangunan Gedung sebagai tempat
buang air besar dan kecil dan/atau mencuci tangan dan muka.
Toilet merupakan persyaratan kebutuhan ruang yang harus ada pada bangunan. Penyediaan
toilet dapat dibedakan menjadi toilet karyawan/staff dan toilet umum.
Perancangan dan penyediaan toilet harus memperhatikan jumlah orang yang dilayani
berdasarkan kapasitas maksimal yang direncanakan pada bangunan. Toilet laki-laki dan wanita
harus terpisah pada ruang yang berbeda dan selalu dalam kondisi bersih dengan perawatan dan
maintenance secara berkala.
Berikut persyaratan kebutuhan Toilet berdasarkan PermenKes No.48 tahun 2016 tentang
Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran:
Tabel Persyaratan Kebutuhan Toilet untuk Karyawan Pria
Sumber: PermenKes No.48 Tahun 2016 Hal.54
142| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Berdasarkan PermenNaker No.5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan
Kerja, Kebutuhan Toilet menurut pasal 34 sebagai berikut;
• Untuk 1 (satu) s.d. 15 (lima belas) orang = 1 (satu) jamban
• Untuk 16 (satu) s.d. 30 (tiga puluh) orang = 2 (dua) jamban
• Untuk 31 (tiga puluh satu) s.d. 45 (empat puluh lima) orang = 3 (tiga) jamban
• Untuk 46 (empat puluh enam) s.d. 60 (enam puluh) orang = 4 (empat) jamban
• Untuk 61 (enam puluh satu) s.d. 80 (delapan puluh) orang = 5 (lima) jamban
• Untuk 81 (delapan puluh satu) s.d. 100 (seratus) orang = 6 (enam) jamban
• Setiap penambahan 40 (empat puluh) orang ditambahkan 1 (satu) jamban
Berikut adalah Data Kondisi Eksisting Jumlah Kamar Mandi, Jumlah Closet/jamban, Jumlah Urinoir dan
Jumlah Washtafel pada Bangunan Gedung PT. Acme Indonesia untuk Laki-laki, Perempuan, dan untuk
Umum:
Tabel Jumlah Kamar Mandi, Jamban, Urinoir, dan Washtafel pada kondisi eksisting
Sumber: Data dioleh Pengkaji
Total 1 1 - - 21
Dari data tersebut didapat total jumlah kamar mandi, jamban, urinoir dan washtafel sebagai berikut:
Tabel rekapitulasi jumlah kamar mandi, jaman, uriinoir, dan washtafel terhadap jumlah yang ditampung
Sumber: Data oleh Pengkaji
Umum 1 1 - - 15 karyawan
Total 1 1 - - 15 org
Dari data tersebut disimpulkan, Kebutuhan Toilet di PT. Acme Indonesia secara garis besar belum
terpenuhi dengan kapasitas eksisting 31 orang dengan jumlah karyawan yg difasilitasi berdasarkan standar
sebanyak 15 orang.
143| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Dasar
Bangunan Hasil Survey Keterangan
Regulasi
Area Gudang
- penambahan
setiap 40 orang
ditambahkan 1
jamban
144| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
b. Parkiran
Sesuai
Sesuai
145| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Jalan Akses
keluar
masuk Lebar akses keluar dan
kendaraan masuk kendaraan terpisah
Lebar jalan di sekeliling
bangunan-bangunan PT.
Acme Indonesia mulai dari
4– 6 m. Memudahkan
penjangkauan kendaraan
pemadam ke bangunan.
146| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
147| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Struktur bawah bangunan pondasi terdiri dari pondasi dan tanah pendukung
pondasi.pondasi berfungsi untuk mendukung seluruh beban bangunan dan meneruskan
beban bangunan tersebut kedalam tanah dibawahnya. Suatu sistem pondasi harus dapat
menjamin, harus mampu mendukung beban bangunan diatasnya, termasuk gaya-gaya luar
seperti gaya angin, gempa,dll. Untuk itu pondasi haruslah kuat, stabil, aman, agar tidak
mengalami penurunan, tidak mengalami patah, karena akan sulit untuk memperbaiki suatu
sistem pondasi. Akibat penurunan atau patahnya pondasi, maka akan terjadi:
148| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
a. Pondasi
Tabel 1 Hasil survey Pondasi
Sumber : diolah oleh Penyusun. Gambar : Dokumentasi oleh Penyusun
Pemeriksaan Kesesuaian
Pengamatan
Kondisi Faktual dengan Keterangan
Visual terhadap
Rencana Teknis dan
Kerusakan
Gambar Terbangun
Gambar 2: Denah Pondasi Pada Bangunan & Detail pondasi PT. Acme Indonesia
Sumber : As Build Drawing
149| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
☐ RusakBerat
150| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Gambar 3: Gambar Denah Kolom & Detail nya di PT. Acme Indonesia
Sumber : As Build Drawing
b. Balok
Tabel 3 Hasil survey balok
Sumber : diolah oleh Penyusun. Gambar : Dokumentasi oleh Penyusun
151| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Gambar 117: Gambar Denah Balok dan detail nya di PT. Acme Indonesia
Sumber : As Build Drawing
c. Pelat Lantai
Tabel 4 Hasil survey pelat lantai
Sumber : diolah oleh Penyusun
TidakRusak Sesuai Pelat lantai dalam keadaan baik dan tidak mengalami
retakan struktur
☐ Rusak Ringan ☐ TidakSesuai,
yaitu …
☐ Rusak Sedang
☐ RusakBerat
152| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
d. Rangka Atap
Tabel 5 Hasil survey rangka atap
Sumber : diolah oleh Penyusun.
☐ RusakBerat
153| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
No Tinjauan Deskripsi
Struktur
1 Pondasi Dari pengamatan visual segi pondasi tidak ada penurunan
pada bangunan gedung yang mengurangi kekuatan pada
struktur bangunan. Jika terjadi penurunan pada Pondasi akan
mengakibatkan pecahnya keramik, penurunan pada bangunan
juga akan berakibat pada retaknya dinding.
2 Kolom Keseluruhan kolom yang ada pada bangunan, kolom beton
dalam gedung semua dalam keadaan baik. Pengecekan
terhadap kolom dilakukan dengan uji hammer test, yang
hasilnya baik dan disajikan dalam Tabel Pengujian.
3 Balok Keseluruhan balok yang ada pada bangunan gedung semua
dalam keadaan baik, tidak mengalami lendutan ataupun
kerusakan pada beton.
4 Pelat Lantai Pelat lantai dalam keadaan baik tidak mengalami keretakan
dan dari hasil pengujian hammer test juga didapatkan nilai
kuat tekan beton yang baik.
5 Rangka Atap Rangka Atap bangunan menggunakan dak beton, yang masih
dalam kondisi sangat baik, tidak mengalami lendutan maupun
kebocoran pada beton.
154| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Dari hasil pengujian lapangan dengan Hammer Test selanjutnya diolah untuk
mendapatkan mutu kuat tekan beton rata-rata.
155| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
1 Factory 1 Kolom 40 40 40 40 42 44 40 44 42 38 A 0
2 Factory 1 Kolom 40 42 40 40 42 38 42 42 38 38 A 0
3 Factory 1 Kolom 32 32 36 34 34 34 30 36 30 42 A 0
4 Factory 1 Kolom 42 50 44 46 44 46 46 48 44 48 A 0
5 Factory 1 Kolom 38 38 36 36 40 34 36 36 38 44 A 0
6 Factory 1 Kolom 38 38 38 42 42 42 40 42 40 42 A 0
7 Factory 1 Kolom 48 55 55 46 46 48 50 48 40 50 A 0
8 Factory 1 Kolom 38 38 38 46 40 38 42 42 40 38 A 0
9 Factory 1 Kolom 40 42 38 40 38 36 40 38 38 40 A 0
10 Factory 1 Kolom 42 40 46 44 46 40 40 48 42 44 A 0
11 Factory 1 Pedestal 46 36 36 36 32 36 32 32 32 32 A 0
12 Factory 1 Pedestal 30 28 30 30 32 32 32 30 32 32 A 0
13 Factory 1 Pedestal 36 38 36 34 38 36 36 36 36 38 A 0
14 Factory 1 Pedestal 28 28 30 30 30 32 28 32 32 30 A 0
15 Factory 1 Pedestal 40 44 34 42 36 38 38 38 36 34 A 0
16 Factory 1 Pedestal 32 34 42 30 32 32 30 34 34 34 A 0
17 Factory 1 Pedestal 38 38 38 40 46 38 38 40 40 40 A 0
18 Factory 1 Pedestal 50 38 46 38 40 40 38 40 38 38 A 0
19 Factory 1 Pedestal 40 50 48 46 44 38 46 40 42 42 A 0
20 Factory 1 Pedestal 30 40 40 38 38 38 42 38 40 38 A 0
21 Factory 1 Plat Lantai 40 40 42 48 40 46 40 44 36 38 B -90
22 Factory 1 Plat Lantai 46 38 42 40 44 42 44 42 44 38 B -90
23 Factory 1 Plat Lantai 36 32 34 38 40 34 42 42 40 36 B -90
24 Factory 1 Plat Lantai 38 50 46 50 38 44 44 42 44 48 B -90
25 Factory 1 Plat Lantai 38 40 36 36 38 36 36 46 48 32 B -90
26 Factory 1 Plat Lantai 40 30 32 38 40 30 38 36 40 32 B -90
27 Factory 1 Plat Lantai 38 40 38 42 35 38 30 36 40 42 B -90
28 Factory 1 Plat Lantai 38 40 40 36 42 34 34 36 42 34 B -90
29 Factory 1 Plat Lantai 36 40 40 44 46 40 48 40 42 38 B -90
30 Factory 1 Plat Lantai 34 38 40 36 36 40 36 44 48 44 B -90
31 Factory 1 Kolom 34 30 32 38 32 28 34 28 26 28 A 0
32 Factory 1 Kolom 36 38 42 38 34 36 36 34 32 28 A 0
33 Factory 1 Kolom 38 36 32 34 32 42 34 36 42 34 A 0
34 Factory 1 Kolom 48 48 44 44 44 42 44 48 44 42 A 0
35 Factory 1 Kolom 44 46 44 44 44 44 46 44 48 44 A 0
156| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
157| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
(Xi-Xrt)²
No Lokasi Lantai Tinjauan Ukuran (cm)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Factory 1 Kolom 0 2.56 2.56 2.56 2.56 1.96 29.16 2.56 29.16 1.96 31.36
2 Factory 1 Kolom 0 0.00 9.00 0.00 0.00 9.00 16.00 9.00 9.00 16.00 16.00
3 Factory 1 Kolom 0 9.00 9.00 9.00 0.00 0.00 0.00 49.00 9.00 49.00 196.00
4 Factory 1 Kolom 0 57.76 70.56 12.96 0.16 12.96 0.16 0.16 19.36 12.96 19.36
5 Factory 1 Kolom 0 0.64 0.64 10.24 10.24 23.04 38.44 10.24 10.24 0.64 139.24
6 Factory 1 Kolom 0 18.49 18.49 18.49 7.29 7.29 7.29 0.09 7.29 0.09 7.29
7 Factory 1 Kolom 0 1.69 161.29 161.29 28.09 28.09 1.69 7.29 1.69 265.69 7.29
8 Factory 1 Kolom 0 13.69 13.69 13.69 127.69 0.09 13.69 10.89 10.89 0.09 13.69
9 Factory 1 Kolom 0 4.41 26.01 3.61 4.41 3.61 34.81 4.41 3.61 3.61 4.41
10 Factory 1 Kolom 0 7.29 32.49 28.09 1.69 28.09 32.49 32.49 86.49 7.29 1.69
11 Factory 1 Pedestal 0 404.01 1.21 1.21 1.21 24.01 1.21 24.01 24.01 24.01 24.01
12 Factory 1 Pedestal 0 2.89 22.09 2.89 2.89 5.29 5.29 5.29 2.89 5.29 5.29
13 Factory 1 Pedestal 0 0.81 9.61 0.81 15.21 9.61 0.81 0.81 0.81 0.81 9.61
14 Factory 1 Pedestal 0 10.89 10.89 0.09 0.09 0.09 13.69 10.89 13.69 13.69 0.09
15 Factory 1 Pedestal 0 16.00 121.00 49.00 49.00 16.00 0.00 0.00 0.00 16.00 49.00
16 Factory 1 Pedestal 0 4.41 0.81 222.01 37.21 4.41 4.41 37.21 0.81 0.81 0.81
17 Factory 1 Pedestal 0 9.61 9.61 9.61 0.81 141.61 9.61 9.61 0.81 0.81 0.81
18 Factory 1 Pedestal 0 324.00 25.00 100.00 25.00 1.00 1.00 25.00 1.00 25.00 25.00
19 Factory 1 Pedestal 0 42.25 156.25 72.25 20.25 0.25 110.25 20.25 42.25 12.25 12.25
20 Factory 1 Pedestal 0 210.25 12.25 12.25 0.25 0.25 0.25 42.25 0.25 12.25 0.25
21 Factory 1 Plat Lantai 0 8.41 8.41 1.21 171.61 8.41 82.81 8.41 26.01 98.01 47.61
22 Factory 1 Plat Lantai 0 64.00 64.00 0.00 16.00 16.00 0.00 16.00 0.00 16.00 64.00
23 Factory 1 Plat Lantai 0 5.76 88.36 40.96 0.36 21.16 40.96 73.96 73.96 21.16 5.76
24 Factory 1 Plat Lantai 0 163.84 125.44 10.24 125.44 163.84 0.64 0.64 23.04 0.64 51.84
25 Factory 1 Plat Lantai 0 3.24 4.84 23.04 23.04 3.24 23.04 23.04 201.64 331.24 139.24
26 Factory 1 Plat Lantai 0 59.29 86.49 39.69 13.69 59.29 86.49 13.69 0.49 59.29 39.69
27 Factory 1 Plat Lantai 0 0.09 13.69 0.09 59.29 28.09 0.09 176.89 10.89 13.69 59.29
28 Factory 1 Plat Lantai 0 0.09 18.49 18.49 7.29 68.89 44.89 44.89 7.29 68.89 44.89
29 Factory 1 Plat Lantai 0 98.01 8.41 8.41 26.01 82.81 8.41 171.61 8.41 1.21 47.61
30 Factory 1 Plat Lantai 0 112.36 12.96 0.16 43.56 43.56 0.16 43.56 70.56 268.96 70.56
31 Factory 1 Kolom 0 24.01 4.41 3.61 141.61 3.61 26.01 24.01 26.01 65.61 26.01
32 Factory 1 Kolom 0 0.36 21.16 134.56 21.16 5.76 0.36 0.36 5.76 29.16 153.76
33 Factory 1 Kolom 0 12.25 0.25 42.25 12.25 42.25 110.25 12.25 0.25 110.25 12.25
34 Factory 1 Kolom 0 40.96 40.96 2.56 2.56 2.56 31.36 2.56 40.96 2.56 31.36
35 Factory 1 Kolom 0 2.56 5.76 2.56 2.56 2.56 2.56 5.76 2.56 40.96 2.56
158| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Dilihat dari hasil uji Hammer Test di PT. Acme Indonesia , sudah memenuhi syarat
sebagai material struktur sesuai dengan SNI 6880:2016 pasal 1.2.43 yaitu diatas 17 Mpa.
159| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
BAB IV MECHANICAL
4.1 PEMERIKSAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH
A. Sumber Air
PT. Acme Indonesia mendapatkan pasokan air bersih dari Kawasan Greenlan Deltamas.
Pasokan air bersih dari kawasan dipergunakan hanya untuk kebutuhan domestic dan
sanitasi pada area gedung.
Gambar 132 GWT Penampungan air bersih terpasang di PT. Acme Indonesia
Sumber : Dokumentasi Penyusun
160| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Limbah Domestik
PT. Acme Indonesia merupakan gudang penyimpanan barang sementara yang hanya
menghasilkan limbah domestic sehingga limbah yang terdapat hanya berupa limbah
domestic hasil kegiatan operasional karyawan PT. Acme Indonesia sehari-hari.
161| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Gambar :136 Pipa tegak air hujan terpasang di PT. Acme Indonesia
Sumber : Dokumentasi Penyusun
162| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
A. Diesel pump.
B. Electric pump.
C. Jockey pump.
D. Panel control.
E. Box hydrant.
F. Pilar hudrant.
G. Seamesse conection
H. APAR
163| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Penempatan fire hydrant box di design dengan baik dan sudah sesuai SNI Nomor SNI 03-
1745-2000 tentang Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem pipa tegak dan selang
untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan Gedung.
164| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
H. APAR.
APAR Jenis Serbuk Kimia atau Dry Chemical Powder Fire Extinguisher terdiri dari serbuk
kering kimia yang merupakan kombinasi dari Mono-amonium dan ammonium sulphate.
Serbuk kering kimia yang dikeluarkan akan menyelimuti bahan yang terbakar sehingga
memisahkan Oksigen yang merupakan unsur penting terjadinya kebakaran. APAR Jenis Dry
Chemical Powder ini merupakan Alat pemadam api yang serbaguna karena efektif untuk
memadamkan kebakaran di hampir semua kelas kebakaran seperti Kelas A, B dan C. Pada
pabrik PT. Acme Indonesia Apar ber-Type dry chemical powder maupun CO2 dijumpai di
setiap area area dan ruangan di dalam kawasan pabrik dan main office, dengan sistem
penempatan yang mudah dijangkau dengan ketinggian 150 cm dari permukaan lantai dan
tidak terhalang oleh benda benda lain di sekitarnya. Hal ini sudah sesuai dengan Peraturan
Menteri nomor PER 04/MEN/1980 tentang Syarat-Syarat Pemasangan dan Pemeliharan
Alat Pemadam Api Ringan.
165| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Standarisasi yang digunakan dalam perencanaan dan instalasi sistem deteksi dan alarm
kebakaran yang berlaku di Indonesia adalah SNI 03-3985-
2000 Tentang Tata Cara Perencanaan, Pemasangan dan Pengujian Sistem Deteksi dan
Alarm Kebakaran Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung. Standar
tersebut mencakup persyaratan minimal, kinerja, lokasi, pemasangan, pengujian, dan
pemeliharaan system deteksi dan alarm kebakaran untuk memproteksi penghuni, bangunan,
ruangan, struktur, daerah, atau suatu obyek yang diproteksi sesuai dengan SNI tersebut.
166| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Bangunan PT. Acme Indonesia ini sudah terpasang detektor asap untuk mencegah adanya
kebakaran besar yang mengacu pada SNI 03-3985-2000 dan SNI 6571: 2001 Tentang
Sistem Manajemen Asap di dalam mal, atrium dan ruangan bervolume.
Pada Perusahaan PT. Acme Indonesia telah terpasang unit AC type Split dan AC Central.
167| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
BAB V ELECTRICAL
5.1 PEMERIKSAAN SISTEM KELISTRIKAN
A. Sumber Listrik
Sumber tenaga listrik yang digunakan untuk menunjang operasional PT. Acme Indonesia
berasal dari PT. Cikarang Listrindo. Listrik yang digunakan bersumber dari trafo PT.
Cikarang Listrindo yang berada di sekitar area Gedung dan dransmisi yang digunakan oleh
Cikarang Listrindo untuk memasok tenaga listrik ke PT. Acme Indonesia sebesar 16.500 Va
dan di salurkan ke panel Sub distribution Board.
Gambar :153 Panel Tegangan Rendah 220v/380v terpasang di PT. Acme Indonesia
Sumber : Dokumentasi Penyusun
168| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Dari hasil pengecekan masing masing fasa langsung pada SDP hasilnya semua panel
balancing R S T nya sangat baik dan panel dalam kondisi baik.
Gambar :159 Hasil Test R,S,T salah satu panel SDB di PT. Acme Indonesia
Sumber : Dokumentasi Penyusun
D. Instalasi Listrik
Instalasi lampu penerangan di PT. Acme Indonesiaterdiri dari berbagai type lampu sesuai
dengan fungsi dan peruntukannya di masing masing ruangan. Type TL 2 X 18W terpasang
pada kantin dan Lampu LED Ceiling setiap bangunan kantor, Down light LED 18W untuk
toilet dan canopy office, selain itu pada setiap factory baik gedung untuk produksi maupun
gudang penyimpanan material/ ware house juga terpasang lampu berjenis LED 100W Type
high bay / Lampu Industri.
Gambar :160 Lampu penerangan yang terpasang di area kantor di PT. Acme Indonesia
Sumber : Dokumentasi Penyusun
Pemasangan saklar dipasang pada tembok dengan ketinggian ± 150 cm di atas lantai, dekat
dengan pintu dan mudah dicapai tangan/sesuai kondisi tempat, arah posisi kontak (tuas) saklar
seragam bila pemasangan lebih dari satu sesuai dengan Peraturan Umum Instalasi Listrik
2011 (PUIL 2011) dan Tegangan Standar, (SNI 04-0227-2003).
Sedangkan untuk stop kontak itu sendiri aturan pemasangan aturan standar pemasangannya
adalah Tinggi pemasangan ± 150 cm di atas lantai, apabila kurang dari 150 cm harus
169| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
dilengkapi tutup, mudah dicapai tangan, di pasang sedemikian rupa, sehingga penghantar
netralnya berada disebelah kanan atau di sebelah bawah. Pada PT. Acme Indonesia.
Pemasangan Saklar dan stop kontak tersebut sudah memenuhi standar yang berlaku.
Gambar :161 Saklar dan stop kontak terpasang di PT. Acme Indonesia
Sumber : Dokumentasi Penyusun
a. PUIL 2011
b. SNI 04-0227-2003 tentang tegangan standard
Pada PT. Acme Indonesia menggunakan CCTV berjenis Dome sedangkan pada bagian sisi
luar menggunakan jenis Bullet Camera karena jenis ini sangat cocok digunakan pada lokasi
170| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
indoor pada suatu kawasan atau pabrik. Dan sudah mengacu pada SNI 04-6253-2003
tentang Peralatan Audio, Video, dan Electronic sejenis Persyaratan Keselamatan, baik di
dalam maupun di luar gedung. CCTV ini tersebar di seluruh area gedung PT. Acme
Indonesia.
Salah satu bagian dari system penangkal petir ini adalah batang/kepala penangkal
petir. Bagian ini berfunsi memperlancar proses Tarik menarik dengan muatan
listrik antara ditanah dengan di awan. Ujung dari batang/kepala penangkal petir ini
terbuat dari tembaga dengan ujung runcing bertujuan agar muatan listrik yang
punya sifat mudah berkumpul akan terlepas pada bagian logam yang runcing.
2. Kawat Konduktor/hantaran
Salah satu bagian dari system penangkal petir adalah kawat konduktor/hantaran
merupakan komponen yang sangat utama pada rangkaian system penangkal
petir.Kabel konduktor/penghantar penangkal petir adala Jalur logam elektris yang
menghubungkan antara ujung penerima sambaran petir ke dalam tanah dengan
tujuan menyalurkan muatan listrik yang disebabkan sebuah sambaran. Maka
secara fungsi kabel penyalur ini harus mampu menahan dan menerima beban
tegangan kejut dan arus yang melaluinya.Atau juga bisa didefinisikan bahwa kabel
penyalur petir adalah untaian kawat logam dengan luasan tertentu dan di desain
sesuai dengan kebutuhan sebagai penyalur arus yang sangat besar. Jemis kabel
yang biasa dipakai dalam system penangkal petir antara lain berjenis NYY, NYA,
COAXIAL, BC.
171| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
3. Pembumian.
a. Kadar air.
Bila air tanah dangkal atau musim penghujan maka nilai resistansi atau tahanan aka
mudah didapatkan ( Standart max 1 ohm )
b. Mineral logam.
Kandungan mineral tanah sangat mempengaruhi sebaran resistansi atau tahanan
karena jika tanah banyak mengandung logam, maka arus petir semakin mudah
menghantarkan.
c. Derajat keasaman.
Semakin asam PH tanah, maka arus petir akan semakin mudah menghantar.
d. Tekstur tanah.
Untuk tanah yang bertekstur pasir dan poros akan sulit mendapatkan tahanan
sebaran yang di inginkan karena jenis tanah yang seperti ini air dan mineral akan
mudah hamyut/hilang.
PT. Acme Indonesia telah terpasang penangkal petir menggunakan system berjenis
Radius dengan tinggi penerima 2 m dari tinggi bangunan dan tinggi bangunan 8 m.
Kabel penghantar menggunakan kabel BC.
172| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Pengecekan penangkap petir pada bangunan PT Acme Indonesia memiliki nilai 4,14 Ohm yang
mana nilai ini masih memenuhi standard nilai yang ditentukan yaitu dibawah 5 ohm.
173| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
A. Secara visual
Berdasarkan pengamatan secara visual terhadap komponen struktur pondasi,
kolom, balok, pelat lantai, dan Rangka atap maka didapatkan hasil keseluruhan baik.
Pada pondasi tidak terdapat penurunan dapat dilihat pada lantai dan dinding yang tidak
terjadi penurunan dan keretakan pada bagian bawah.Pada kolom, balok, dan rangka
atap tidak mengalami keretakan struktur. Pada pelat lantai tidak terdapat keretakan
sehingga disimpulkan secara visual struktur pada PT. ACME INDONESIA ini adalah
baik. Pengamatan secara langsung bisa dilakukan secara berkala untuk menjamin
keberlangsungan kekuatan struktur berjalan dengan baik.
174| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
6.1.2 REKOMENDASI
175| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
7.1.2 REKOMENDASI
Berdasarkan temuan sebagai berikut yang dilakukan selama melakukan kajian :
1 Melakukan pemeriksaan /
pemeliharaan / perawatan /
perbaikan dan atau pergantian setiap
material maupun fungsi ruang pada
bangunan. ( Dilakukan dokumentasi
dan Arsip )
176| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
Marka jalan.
177| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a
PT. Acme Indonesia
Laporan Kajian Laik Fungsi Bangunan Gedung
1. Dari pengamatan secara visual seluruh perlatan yang terpasang dan difungsikan di PT.
Acme Indonesia masih terawat dan berfungsi dengan baik .
2. Hasil pengecekan beberapa peralatan masih menunjukkan hasil yang baik dan sesuai
dengan standard dan peraturan yang berlaku.
8.1.2 REKOMENDASI
178| G e o s p a s i a l I n s a n M u l i a