Anda di halaman 1dari 6

Vol: 3 No.

1 Maret 2014 ISSN: 2302 - 2949

EVALUASI KESTABILAN PERALIHAN MESIN TUNGGAL


DENGAN METODA RUNGE KUTTA ORDE 4
(Studi Kasus : Sistem Kelistrikan Sumatera)

Heru Dibyo Laksono1, Alrino Rizki Ramadhan2


Jurusan Teknik Elektro, Universitas Andalas Padang, Kampus Limau Manis,
Padang, Sumatera Barat
Email : heru_dl@ft.unand.ac.id

Abstrak—Jurnal ini membahas tentang evaluasi dan perhitungan waktu pemutusan kritis dari sistem
kelistrikan Sumatera melalui studi kestabilan peralihan dengan menggunakan metoda Runge-Kutta Orde 4.
Untuk jenis gangguan peralihan yang digunakan adalah gangguan tiga fasa simetris dengan bantuan
perangkat lunak Matlab. Hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai waktu pemutusan kritis terkecil terjadi
antara PLTGU Belawan – GI Binjai dan PLTU Ombilin – GI Batusangkat sebesar 0.24 detik. Sedangkan
waktu pemutusan kritis terbesar terjadi pada PLTG Pauh Limo – GI Indarung sebesar 1.14 detik..

Kata Kunci : Stabilitas peralihan, runge – kutta orde 4, waktu kritis pemutusan

Abstract—The journal discusses the evaluation and calculation of the termination time of the critical
electrical system stability studies Sumatra through the transient stability by using the Runge-Kutta method
Order 4. For this type of disorder transition used is a three-phase symmetrical disorder with the help of
MATLAB software. The calculation result shows that the value of the smallest critical time termination
occurs between PLTGU Belawan - GI Ombilin Binjai and power plant - GI Batusangkat at 0:24 seconds.
While the most critical time of termination occurs at a power plant Pauh Limo - GI Indarung at 1:14
seconds.

Keywords : Stabilitas peralihan, runge – kutta orde 4, waktu kritis pemutusan .

dan frekuensi konstan. Agar dapat bekerja


I. PENDAHULUAN dengan baik, maka sistem tenaga listrik harus
memiliki kemampuan untuk menjaga
Kebutuhan listrik di masyarakat semakin kestabilannya. Kemampuan sistem tenaga
meningkat seiring dengan meningkatnya listrik untuk menjaga kestabilannya dapat
pemanfaatan tenaga listrik pada peralatan- dinyatakan sebagai stabilitas sistem tenaga.
peralatan rumah tangga, kantor dan sebagainya, Stabilitas sistem tenaga merupakan sifat dari
sehingga pasokan listrik harus ditambah yakni suatu sistem tenaga yang memungkinkannya
dengan pembangunan pembangkit listrik baru. tetap berada pada keseimbangan pada kondisi
Selain tersedianya pembangkitan yang cukup, operasi normal dan mampu untuk kembali
hal lain yang juga harus ditentukan adalah seimbang setelah mengalami suatu gangguan.
apakah kondisi peralihan jika terjadi gangguan Gangguan pada sistem tenaga listrik dapat
pada pembangkit akan mengganggu operasi disebabkan oleh berbagai hal dengan tingkat
normal sistem atau tidak. Hal ini akan pengaruh yang beragam pula. Diantara
berhubungan dengan kualitas listrik yang gangguan yang dapat terjadi diantaraya
sampai ke konsumen berupa kestabilan perubahan kondisi sistem yang seketika, yang
frekuensi dan tegangan. biasanya terjadi akibat adanya gangguan
Suatu sistem tenaga listrik dapat dinyatakan hubung singkat pada sistem tenaga listrik dan
bekerja dengan baik jika sistem tersebut mampu pelepasan atau penambahan beban yang besar
melayani beban secara kontinu pada tegangan

Jurnal Nasional Teknik Elektro 89


Vol: 3 No.1 Maret 2014 ISSN: 2302-2949

secara tiba-tiba dapat mengganggu kestabilan kelistrikan Sumatera melalui studi


yang dimiliki sistem tenaga listrik. peralihan. Adapun batasan dari penelitian
Jika sistem tidak dapat menangani gangguan ini adalah
yang terjadi tepat pada waktunya, maka sistem  Perhitungan aliran daya dilakukan dengan
dapat dinyatakan tidak stabil dan menggunakan metoda Newton Raphson.
ketidakstabilan akan mempengaruhi seluruh  Dalam menentukan nilai daya masukan
sistem yang ada. Ketidakstabilan yang terjadi maksimum dan sudut kritis pemutusan
pada suatu sistem pembangkitan tenaga listrik gangguan menggunakan metoda kriteria
mengakibatkan generator kehilangan sama luas yang diterapkan pada satu
keserempakannya (tidak sinkron). Diperlukan pembangkit..
suatu analisa kestabilan untuk menentukan
 Model dinamik pembangkit sebagian
karakteristik suatu sistem tenaga sehingga dapat
merupakan data tipikal.
dilakukan upaya untuk menjaga sinkronisasi
suatu sistem. Kondisi peralihan dari sistem II. TINJAUAN PUSTAKA
tenaga listrik pada saat gangguan dinyatakan
secara matematis melalui persamaan linear Stabilitas sistem tenaga listrik dinyatakan
diferensial. Salah satu metoda yang digunakan sebagai sifat dari suatu sistem tenaga listrik
untuk menyelesaikan persamaan linear yang memungkinkannya tetap berada pada
diferensial adalah Metoda Runge-Kutta Orde 4. keseimbangan operasi pada kondisi operasi
Meskipun metoda ini hanya dapat diaplikasikan normal dan mampu untuk kembali seimbang
pada satu pembangkit, namun metoda ini secara setelah mengalami suatu gangguan. Suatu
cepat dapat menentukan nilai waktu kritis generator dapat bekerja pada operasi yang stabil
pemutusan (critical clearing time). Beberapa saat terdapat keseimbangan antara daya
studi stabilitas dengan metoda Runge Kutta masukan mekanis dengan daya keluaran listrik
Orde 4 telah dilakukan diantaranya oleh [1] pada sistem dan saat kondisi operasi stabil
dimana studi kestabilan peralihan yang tersebut, generator berputar pada kecepatan
dilakukan untuk menentukan waktu pemutusan sinkron. Ketidakseimbangan antara daya
dari suatu model sistem tenaga listrik dengan masukan mekanis dan daya keluaran listrik
menggunakan metoda Runge Kutta Orde 4 dapat menyebabkan sinkronisasi generator
dengan bantuan prangkat lunak Matlab. [2] hilang dan dapat mengganggu sistem yang lain.
melakukan prediksi tentang waktu kritis Ketidakstabilan dapat disebabkan oleh
pemutusan dari sistem kelistrikan Jawa-Bali perubahan yang terjadi pada sumber penggerak
500 KV dengan menggunakan metoda Runge utama, perubahan pada beban dan gangguan-
Kutta Orde 4. [3] melakukan studi kestabilan gangguan lainnya. Perubahan-perubahan yang
dengan menggunakan matlab menggunakan terjadi mengakibatkan ketidakseimbangan
metoda Runge Kutta Orde 4. [4] melakukan antara daya mekanis dan listrik. Kelebihan daya
penentuan sudut kritis dan waktu kritis pada mekanis terhadap daya listrik mengakibatkan
pembangkit dengan dua generator. percepatan pada putaran rotor generator atau
Sistem kelistrikan Sumatera merupakan sebaliknya, bila gangguan tersebut tidak
sistem yang menyediakan kebutuhan energi dihilangkan segera maka percepatan dan
listrik untuk para konsumen di Pulau Sumatera. perlambatan putaran rotor generator akan
Sistem kelistrikan Sumatera ini terdiri dari mengakibatkan hilangnya sinkronisasi dalam
berbagai jenis pembangkit yang tersebar di sistem. Berdasarkan sifat gangguan, stabilitas
berbagai lokasi di Pulau Sumatera mulai dari sistem tenaga listrik dibedakan atas beberapa
Aceh sampai Lampung. Agar sistem kelistrikan bagian diantaranya:
Sumatera ini mempuyai performansi yang baik
dan andal maka perlu dilakukan berbagai 1. Stabilitas keadaan mantap (steady state).
kajian, salah satunya kajian kestabilan peralihan 2. Stabilitas keadaan peralihan (transient).
untuk menentukan waktu kritis pemutusan jika 3. Stabilitas sub peralihan (dinamis).
terjadi gangguan. Dengan demikian penelitian
ini bertujuan untuk menentukan waktu
kritis pemutusan gangguan sistem

Jurnal Nasional Teknik Elektro 90


Vol: 3 No.1 Maret 2014 ISSN: 2302-2949

Stabilitas keadaan mantap adalah Orde 4, dimana untuk menentukan harga x(t),
kemampuan suatu sistem tenaga listrik tentukan terlebih dahulu empat konstanta
mempertahankan sinkronisasi antara mesin- dalam bentuk persamaan (1) s/d (4) berikut
mesin dalam sistem setelah mengalami k1 = f  t i ,x i  Δt (1)
gangguan kecil. Stabilitas keadaan peralihan
adalah kemampuan suatu sistem tenaga listrik  1 1 
k 2 = f  t i + Δt, x i + k1  Δt (2)
mempertahankan sinkronisasi setelah  2 2 
mengalami gangguan besar yang bersifat  1 1 
mendadak sekitar satu ayuna pertama dengan k3 = f  t i + Δt, x i + k 2  Δt (3)
asumsi bahwa pengatur tegangan otomatis  2 2 
belum bekerja. Stabilitas dinamis adalah bila k 4  f  t i +Δt, x i + k 3  Δt (4)
setelah kondisi peralihan sistem mampu Sehingga algoritma perhitungan untuk harga x
mempertahankan sinkronisasi sampai sistem berturut-turut dapat dicari dengan persamaan
dalam keadaan seimbang yang baru. berikut
1
2.1 Stabilitas Sistem Tenaga Listrik x i+1  x i   k1 + 2k 2 + 2k 3 + k 4  (5)
6
Suatu generator dapat bekerja pada operasi Untuk menentukan penyelesaian persamaan
yang stabil saat terdapat keseimbangan antara ayunan dimana daya masukan Pm diasumsikan
daya masukan daya mekanis dengan daya konstan, pada operasi keadaan mantap dimana
keluaran elektrik pada sistem. Saat kondisi Pe = Pm dan sudut daya mula-mula dinyatakan
operasi stabil, generator berputar pada
dalam bentuk persamaan (6) berikut
kecepatan sinkron. Perubahan yang terjadi pada
sumber penggerak utama, perubahan pada  Pm 
δ0 = sin 1   (6)
beban, dan gangguan-gangguan lainnya dapat  P1max 
mengakibatkan ketidakseimbangan antara daya
Dimna
mekanis dan elektrik. Kelebihan daya mekanis
terhadap daya elektrik mengakibatkan |E' ||V|
P1max = (7)
percepatan pada putaran rotor generator atau X1
sebaliknya [5]. Bila gangguan tersebut tidak
dan X1 adalah reaktansi transfer sebelum
dihilangkan segera maka percepatan atau
perlambatan putaran rotor generator akan gangguan. Rotor berputar pada kecepatan
mengakibatkan hilangnya sinkronisasi dalam sinkron dan kemudian kecepatan putar berubah
sistem [6]. Selain itu beberapa teori pendukung menjadi nol, sehingga diperoleh persamaan (8)
yang digunakan dalam penelitian ini berikut
diantaranya persamaan ayunan [5], pemodelan ω0 = 0 (8)
mesin sinkron dalam studi kestabilan [6], Gangguan tiga fasa terjadi salah satu
kriteria sama luas untuk menentukan stabilitas pertengahan saluran sehingga persamaan sudut
peralihan [5] dan aplikasi kriteria sama luas daya dinyatakan dalam bentuk persamaan (9)
untuk kasus gangguan tiga fasa [7] dan metoda berikut
Runge-Kutta Orde 4 [5].
|E' ||V|
P2max = (9)
2.2 Metoda Runge Kutta Orde 4 X2
dan X2 adalah reaktansi transfer selama
Metode Runge-Kutta dikembangkan untuk gangguan. Dengan demikian persamaan ayunan
menghindari penghitungan turunan-turunan dinyatakan dalam bentuk persamaan (10)
yang berorde lebih tinggi. Sebagai ganti dari berikut
turunan-turunan ini maka digunakan nilai-nilai
d 2δ πf0 πf
tambahan dari fungsi
f  x,y 
Kesederhanaanya 2
  Pm - P2max sin δ  0 Pa (10)
dt H H
telah membuat metoda ini menjadi sangat Persamaan (10) ditransformasikan kedalam
populer. Dengan Penyelesaian Runge-Kutta bentuk persamaan (11) dan (12) berikut

Jurnal Nasional Teknik Elektro 91


Vol: 3 No.1 Maret 2014 ISSN: 2302-2949

dδ III. METODOLOGI PENELITIAN


=ω (11)
dt
Adapun prosedur dari penelitian ini adalah
dω πf0 1. Pengumpulan data yang diperlukan terdiri
 Pa (12)
dt H data saluran, data pembangkitan dan data
Untuk menentukan harga δ dan ω dengan pembebanan sistem kelistrikan Sumatera.
penyelesaian metoda Runge-Kutta orde 4, 2. Penentuan nilai pembangkitan daya aktif dan
terlebih dahulu tentukan harga-harga K1 , K 2 , reaktif yang diperoleh dengan melakukan
perhitungan aliran daya menggunaka metoda
K 3 , K 4 , l1 , l2 , l3 dan l4 sebagai berikut: Newton Raphson.
3. Penerapan metoda kriteria sama luas untuk
k1 = f  δi , ωi  Δt = ωi Δ t (13) memperhitungkan kondisi stabilitas
πf peralihan pembangkit untuk gangguan tiga
l1 = g  δi , ωi  Δ t =  Pm - Pe  Δt (14) fasa simetris.
H 4. Penentuan waktu kritis pemutusan gangguan
 1 1   1  dengan menggunakan metoda Runge-Kutta
k 2 = f  δi + k1 , ωi + l1  Δt =  ωi + li  Δ t
 2 2   2  Orde 4.
(15)
 1 1  IV. HASIL PEMBAHASAN
l2 = g  δi + k1 , ωi + li  Δ t
 2 2 
(16) Hasil perhitungan untuk nilai waktu
πf  1 
l2 =  Pm - Pesin(δi + k1 )  Δ t pemutusan kritis critical clearing time (CCT)
H 2  pada pembangkit – pembangkit yang ada pada
 1 1  sistem kelistrikan Sumatera diperlihatkan pada
k 3 = f  δi + k 2 , ωi + l2  Δ t Tabel 1. berikut
 2 2 
(17)
 1  Tabel 1. Hasil Perhitungan Waktu Pemutusan
k 3 =  ωi + l2  Δ t Kritis Sistem Kelistrikan Sumatera
 2 
Saluran CCT
Pembagki
 1 1  t
Bus Tujuan Terganggu (detik)
l3 = g  δi + k 2 , ωi + l2  Δ t
 2 2  GI Binjai 1 0.2400
(18) PLTGU 2 0.2400
πf  1  Belawan GI Sei Rotan 1 0.2500
l3 =  Pm - Pesin (δi + k 2 )  Δ t
H 2  2 0.2500
PLTU GI Paya Pasir 1 0.3900
k 4 = f  δi + k 3 , ωi + l3  Δ t Belawan 2 0.3900
(19) PLTA GI Payakumbuh 1 0.6200
k 4 = (ωi + l3 )Δ t Koto 2 0.6200
l4 = g  δi + k 3 , ωi + l3  Δ t Panjang
PLTA GI Lubuk 1 0.9200
πf (20) Maninjau Alung 2 0.9200
l4 =  Pm - Pesin (δi + k 3 )  Δ t PLTA GI Lubuk 1 0.5000
H Singkarak Alung 2 0.5000
Selanjutnya harga δ dan ω dapat ditentukan PLTG GI Indarung 1 1.0400
dengan menggunakan persamaan (21) dan (22) Pauh 2 1.0400
berikut Limo
GI Batu 1 0.2400
1
δi+1 = δi +  k1 + 2k 2 + 2k 3 + k 4  (21) PLTU Sangkar 2 0.2400
6 Ombilin GI Kiliran Jao 1 0.2500
2 0.2500
1
ωi+1 = ωi +  l1 + 2l2 + 2l3 + l4  (22) PLTA GI Pekalongan 1 0.3700
6 Musi 2 0.3700
PLTU GI Lahat 1 0.4500
Bukit 2 0.4500
Asam

Jurnal Nasional Teknik Elektro 92


Vol: 3 No.1 Maret 2014 ISSN: 2302-2949

PLTG
GI Bukit 1 0.2600 Gambar 2. Kurva Ayunan Sudut Pemutusan
Siguntung 2 0.2600 Saat Terjadi Gangguan Antara PLTU Ombilin –
Keramasa
GIBungaran 1 0.2700
n GI Batusangkar
2 0.2700
PLTA GI Keramasan 1 0.4800
Besai 2 0.4800 Untuk kurva ayunan sudut pemutusan saat
Berdasarkan hasil perhitungan nilai pemutusan terjadi gangguan antara PLTG Pauh Limo – GI
gangguan dengan metoda Runge-Kutta orde 4 Indarung diperlihatkan pada Gambar 3. Berikut
didapatkan bahwa nilai waktu pemutusan kritis
terkecil terjadi jika terjadi gangguan antara
PLTGU Belawan – GI Binjai dan PLTU
Ombilin – GI Batusangkar yaitu sebesar 0.24
detik. Untuk waktu pemutusan kritis terbesar
terjadi jika terjadi gangguan antara PLTG Pauh
Limo – GI Indarung sebesar 1.0400 detik.
Untuk kurva ayunan sudut pemutusan saat
terjadi gangguan antara PLTGU Belawan – GI
Binjai diperlihatkan pada Gambar 1. berikut

Gambar 3. Kurva Ayunan Sudut Pemutusan


Saat Terjadi Gangguan Antara PLTG Pauh
Limo– GI Indarung

V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari


penelitian ini adalah:
Gambar 1. Kurva Ayunan Sudut Pemutusan
Saat Terjadi Gangguan Antara PLTGU  Nilai waktu pemutusan kritis terkecil terjadi
Belawan – GI Binjai jika ada gangguan antara PLTGU Belawan –
GI Binjai sebesar 0.24 detik.
Untuk kurva ayunan sudut pemutusan saat  Nilai waktu pemutusan kritis terbesar terjadi
terjadi gangguan antara PLTU Ombilin – GI jika ada gangguan antara PLTG Pauh Limo
Batusangkar diperlihatkan pada Gambar 2. – GI Indarung, sebesar 1.04 detik.
berikut

DAFTAR PUSTAKA

[1] Ulum, Misbahul, Studi Stabilitas Transient


Tenaga Listrik dengan Metode Kriteria
Luas Sama Menggunakan Matlab,
Universitas Negeri Surabaya, (2007).
[2] Irrine Budi Sulistiawati, Muhammad
Abdillah, Adi Soeprijanto, Prediksi Waktu
Kritis Pemutusan Sistem Kelistrikkan Jawa
– Bali 500 KV Dengan Menggunakan
Metoda Runge – Kutta Orde 4,
Procedding, Seminar Sistem Tenaga

Jurnal Nasional Teknik Elektro 93


Vol: 3 No.1 Maret 2014 ISSN: 2302-2949

Listrik, Institute Teknologi Sepuluh


November (ITS), (2006)
[3] Basu, Pranamita & Aiswarya Harichandan,
Power System Stability Studies Using
Matlab, National Institute of Technology
Rourkela, (2008)
[4] Sudibya, Bambang, Penentuan Sudut
Kritis dan Waktu Kritis Pada Pembangkit
Dengan Dua Generator, Jurnal Litek Vol.
6, (2009)
[5] Hadi Saadat, Power System Analysis,
McGraw Hill, New York (1999)
[6] Kundur, Prabha, Power System Stability
and Control, Prentice Hall, New
Jersey,(1993)
[7] Jha Ankit, Transient Stability Analysis
Using Equal Area Criterion Using
Simulink Model, National Institute of
Technology Rourkela, (2008)

Biodata Penulis

Heru Dibyo Laksono ST, MT, Lahir di


Sawah Lunto, 7 Januari 1977, Menamatkan S1
di Jurusan Teknik Elektro Universitas Andalas
(Unand) Padang tahun 2000 bidang Teknik
Tenaga Listrik. Pendidikan S2 bidang Kendali
dan Sistem diselesaikan di Institute Teknologi
Bandung (ITB) tahun 2004. Masuk sebagai
dosen Teknik Elektro Universitas Andalas
sejak tahun 2005.

Alrino Rizki Ramadhan ST, terdaftar pada


bulan Agustus 2007 dan menyelesaikan
program sarjana di Jurusan Teknik Elektro
Universitas Andalas tahun 2012 dengan bidang
keahlian kendali sistem tenaga listrik.

Jurnal Nasional Teknik Elektro 94

Anda mungkin juga menyukai