Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Generator adalah mesin yang dapat mengubah tenaga mekanis menjadi tenaga

listrik melalui proses induksi elektromagnetik. Generator memperoleh energi

mekanis dari prime mover. Generator arus bolak-balik (AC) dikenal dengan

sebutan alternator. Generator sinkron mengkonversikan energi mekanik menjadi

energi listrik. Adapun sumber dari energi mekanik tersebut adalah prime mover,

baik mesin diesel, turbin uap, turbin gas, turbin air atau perangkat sejenis lainnya.

Tegangan output dari generator sinkron adalah tegangan bolak-balik, karena itu

generator sinkron disebut juga generator AC. Prinsip generator ini secara

sederhana dapat dijelaskan bahwa tegangan akan diinduksikan pada konduktor

apabila konduktor tersebut bergerak pada medan magnet sehingga memotong

garis-garis gaya (E. Sorrentino, P. Villafuerte, 2016).

Dalam pembangkitan tenaga listrik, kestabilan tegangan merupakan hal yang

sangat penting untuk diperhatikan karena dapat mempengaruhi sistem tegangan.

Perubahan kondisi sistem yang tiba-tiba biasanya terjadi karena adanya gangguan

hubung singkat pada sistem tenaga listrik dan pelepasan atau penambahan beban

yang benar secara seketika. Akibat adanya perubahan kondisi kerja dari sistem

tenaga ini, maka keadaan sistem akan berubah dari keadaan lama menuju keadaan

baru. Periode singkat di antara kedua keadaan tersebut dinamakan periode

peralihan atau transient. Maka dari itu diperlukan suatu analisis sistem tenaga

listrik bertujuan menentukan apakah sistem tersebut stabil atau tidak saat terjadi

gangguan. Stabilitas transient didasarkan pada kondisi kestabilan ayunan pertama

1
2

(first swing) dengan periode waktu penyelidikan pada detik pertama terjadi

gangguan (Frietz Andrew Rotisulu, 2015).

Dampak generator sinkron yang didorong konverter pada stabilitas transien

sistem daya dieksplorasi dengan pengontrol arus aktif ketika masing-masing

pengontrol sistem diatur agar berfungsi dan tidak aktif. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ketika pengontrol saat ini tidak aktif, respon jaringan listrik

tidak stabil atau berosilasi. Mengaktifkan pengontrol saat ini menghasilkan

jaringan daya yang stabil untuk semua skenario kontrol yang dieksplorasi terkait

dengan pengontrol sistem (Moloantoa Khomari, 2019).

Suatu sistem dapat dinyatakan stabil jika daya yang dihasilkan untuk

mempertahankan mesin dalam keadaan sinkron cukup untuk mengatasi gangguan

(Indra Adi dkk, 2015). Distribusi beban dan pembangkitan yang tidak merata

menimbulkan potensi masalah stabilitas tegangan transien yang serius karena

kurangnya dukungan daya reaktif dinamis di pusat-pusat beban (Jian Zuo, 2017).

Sistem tenaga listrik yang baik adalah sistem tenaga listrik yang mampu

melayani beban secara kontinyu, tegangan dan frekuensi yang konstan. Fluktuasi

tegangan dan frekuensi yang terjadi harus berada pada batas toleransi yang

diizinkan (Ontoseno Penangsang, dkk, 2016).

Kestabilan sistem tenaga didasarkan pada kecenderungannya yaitu untuk

mengembangkan daya penstabilan yang setara atau lebih besar dari pada daya

yang mengganggu kestabilan sistem tenaga listrik. Masalah stabilitas dapat

diklasifikasikan menjadi dua kategori utama yaitu keadaan stabil dan stabilitas

transien. Studi stabilitas keadaan stabil meliputi gangguan kecil dan berlangsung

lama, sedangkan stabilitas transien berkaitan dengan gangguan besar, gangguan


3

tiba-tiba seperti kesalahan sistem (kontingensi) atau hilangnya suatu beban

berkapasitas besar (Gum Tae Son, dkk, 2012).

Pada sebagian besar kasus memasukkan kontrol eksitasi generator berarti

peningkatan waktu pembersihan kritis. Namun, ada beberapa kasus di mana

dimasukkannya beberapa kontrol eksitasi mengingat model transien untuk

generator menyebabkan ketidakstabilan sistem untuk setiap waktu pembersihan.

Hasil ini menunjukkan bahwa tidak jelas bahwa dimasukkannya kontrol eksitasi

dalam simulasi menyiratkan peningkatan stabilitas sistem tenaga (E. Sorrentino,

P. Villafuerte, 2016).

Batas daya stabilitas transien sangat penting untuk operasi sistem daya terkait

keamanan sistem. Lebih mudah dan langsung ke pengiriman keamanan dan

kontrol pencegahan.Namun, dengan pergantian kekuatan bus injeksi, titik operasi

sistem berubah. Ini membuat lintasan sistem berubah dalam proses transien

(Zhang Wenchao, 2010).

Ketidakstabilan sistem dapat terjadi karena berbagai faktor, tergantung dari

konfigurasi sistem dan model operasinya. Sistem akan masuk pada kondisi

ketidakstabilan tegangan ketika adanya gangguan, peningkatan daya atau beban,

atau pada saat terjadi perubahan kondisi sistem yang disebabkan oleh turunnya

tegangan yang tidak bisa dikontrol. Begitu juga dalam suatu kondisi generator

dalam keadaan stabil lalu output atau daya yang dikeluarkan akan dinaikkan

sesuai dengan permintaan atau kondisi tertentu akan menyebabkan sistem menjadi

tidak stabil. Sehingga pada saat peralihan tegangan harus distabilkan kembali agar

sistem tegangan tidak mengalami gangguan.

Frietz Andrew Rotinsulu, dkk (2015), melakukan analisa stabilitas transien


4

STL Minahasa menggunakan metode kriteria luas sama. Kesimpulan dari metode

ini adalah jika diperoleh muatan A2 lebih besar dari A1 (A2>A1) maka sistem

akan mengalami gangguan permanen yang tidak dapat dicapai suatu kestabilan

kembali oleh suatu sistem, tetapi sebaliknya jika diperoleh luasan A1 lebih kecil

atau sama dengan A2 (A2<A1) maka sistem akan didapatkan kestabilan kembali

dalam sistem tenaga listrik tersebut.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Prima Prahasta dan kawan-kawan,

menganalisa stabilitas transien sistem Jamali 500 kV setelah masuknya

pembangkit Paiton 1000 MW pada tahun 2021 menggunakan metode simulasi

flow chart dengan software ETAP 12.6.0. Dalam hasil simulasi dan analisis yang

dilakukan dapat disimpulkan bahwa untuk kasus generator lepas dan saluran lepas

respon sudut rotor, frekuensi 1 tegangan sistem masih dalam batas kestabilan

karena salah satu generator lepas sistem Jawa - Madura-Bali hanya kehilangan 2%

daya dari keseluruhan daya yang dibangkitkan pada sistem dan masih mencukupi

daya beban.

Banyak metode yang telah digunakan dalam menganalisis stabilitas transien

pembebanan pada generator. Adapun kali ini saya menggunakan metode simulasi

dan analisis yang perlu dilakukan pemeriksaan longitudinal yang mendalam

terhadap suatu keadaan atau kejadian yang disebut sebagai kasus dengan

menggunakan cara-cara yang sistematis dalam melakukan pengumpulan data,

pemodelan simulasi, analisis informasi, dan pelaporan hasilnya. Pada penelitian

ini menggunakan software ETAP 12.6 untuk mensimulasikan stabilitas transien

khususnya pada kasus kenaikkan beban generator kapasitas 6,4 MW PLTA Jelok.

Hasil yang diperoleh dari menggunakan simulasi software ETAP 12,6 adalah
5

waktu yang diperlukan agar sistem yang mengalami gangguan tegangan menjadi

stabil kembali.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang penelitian ini kita dapat mengetahui bahwa

ketika suatu sistem tenaga listrik terjadi pelepasan dan penambahan beban, akan

terjadi selisih perubahan antara daya mekanik dan daya elektrik, hal ini

diindikasikan sebagai penyebab adanya loss sinkron pada generator. Kestabilan

sistem perlu diketahui menyangkut kemampuan dari generator untuk

mempertahankan sinkronasi dan keseimbangan sistem. Gangguan transien sangat

memengaruhi kontinuitas stabilitas dari suatu sistem tenaga listrik dan

memengaruhi kontinuitas penyaluran energi listrik ke konsumen, maka dari itu

perlu dilakukan studi tentang kestabilan transien saat terjadi variasi beban pada

generator.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai pada penelitian skripsi ini adalah mengetahui

waktu yang diperlukan suatu sistem untuk kembali stabil saat terjadi variasi beban

pada generator melalui simulasi untuk mendapatkan respon transien sistem.

Dengan demikian dapat diketahui perlu tidaknya melakukan pelepasan beban

(Load Shedding) agar sistem kelistrikan dapat mempertahankan kestabilannya.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan ini diharapkan member manfaat bagi peneliti,

pembangunan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Dengan mengetahui analisis

kestabilan sistem maka dapat mengatasi dan meminimalisi dampak

ketidakstabilan sistem dan dapat tercapai tujuan keandalan.


6

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah:

BAB I : Pendahuluan

Berisi Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan,

Manfaat, dan Sistematika Penulisan.

BAB II : Tinjauan Pustaka dan LandasanTeori

Berisi dasar teori yang membahas tentang kestabilan

sistem tenaga, kestabilan transien, dan pelepasan beban.

BAB III : Metode Penelitian

Berisi tentang sistem simulasi yang dipergunakan untuk

menyelesaikan permasalahan atau gangguan kestabilan

transien akibat pelepasan dan penambahan beban.

BAB IV : Hasil dan Analisis

Bab ini membahas tentang analisis hasil simulasi.

BABV : Penutup

Berisi kesimpulan dan saran penelitian.

Anda mungkin juga menyukai