Pedoman Pelayanan KB PKM Kayen News 2023
Pedoman Pelayanan KB PKM Kayen News 2023
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta memperoleh pelayanan
kesehatan merupakan amanah yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945
Pasal 28 H ayat (1). Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu,
menyeluruh, dan berkesinambungan. Penyelenggaraan upaya kesehatan ini dalam
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan termasuk didalamnya
adalah pelayanan Keluarga Berencana (KB) yang juga memperhatikan fungsi
sosial, nilai, norma agama, sosial budaya, moral, dan etika profesi.
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan yang paling dasar
dan terdepan dalam mewujudkan komitmen peningkatan mutu pelayanan
kesehatan. Melalui program pelayanan puskesmas, diharapkan akan tercapai
masyarakat yang mandiri menuju sehat sesuai dengan visi Departemen Kesehatan.
Program puskesmas terdiri dari program kesehatan dasar yaitu Program Promosi
Kesehatan, Program Kesehatan Ibu dan Anak, Program keluarga Berencana,
Program Pemberantasan Penyakit Menular, Program Peningkatan Gizi, Program
Kesehatan Lingkungan, Program Pengobatan, dan program kesehatan
pengembangan yaitu Program Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, program
Laboratorium, Program Kesehatan Sekolah, Program Perawatan Kesehatan
Masyarakat, Program Kesehatan Jiwa, dan Program Kesehatan Gigi (Mubarak,
2009).
Salah satu program pokok pelayanan kesehatan di puskesmas adalah
pelayanan keluarga berencana ( KB ). Pelayanan KB yaitu program pelayanan
kesehatan di Puskesmas yang ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada PUS
(Pasangan Usia Subur) untuk berpartisipasi sebagai peserta KB, pelayanan ibu
hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan bayi dan balita. (Konas, 2003; WHO,
2002).
Pelayanan Keluarga Berencana yang merupakan salah satu didalam paket
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial perlu mendapatkan perhatian yang
serius, karena dengan mutu pelayanan Keluarga Berencana berkualitas diharapkan
akan dapat meningkatkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan. Dengan telah
1
berubahnya paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan dan
pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas
menjadi pendekatan yang berfokus pada kesehatan reproduksi serta hak
reproduksi. Maka pelayanan Keluarga Berencana harus menjadi lebih berkualitas
serta memperhatikan hak-hak dari klien/ masyarakat dalam memilih metode
kontrasepsi yang diinginkan (Prof. dr. Abdul Bari Saifuddin, 2003).
Guna menunjang sistem pelayanan KB yang berkualitas perlu dibangun
sistem pelayanan yang prima. Dalam hal ini sistem pelayanan KB setidaknya harus
memenuhi standar minimal pelayanan yang harus ada. Untuk itu perlu adanya
pedoman pelayanan yang harus mendasari pelayanan keluarga berencana.
Sebagai dasar dan pedoman pelayanan KB untuk bisa mewujudkan sistem
pelayanan KB prima dan berkualitas.
b. Tujuan Pedoman
Meningkatkan akses, kualitas, dan keamanan pelayanan keluarga
berencana di puskesmas
a. Tersedianya tatalaksana administrasi dan manajemen pelayanan keluarga
berencana di Puskesmas Kayen.
b. Tersedianya sistem pelayanan KB dan komunikasi informasi edukasi ( KIE ) di
fasilitas kesehatan tingkat pertama ( FKTP ).
c. Terwujudnya koordinasi dan kerjasama dalam penyelenggaraan pelayanan KB
d. Tersedianya panduan dalam peydiaan fasilitas, sarana dan prasarana yang
dibutuhkan dalam pelayanan KB.
e. Tersedianya panduan kebutuhan dan kompetensi tenaga pelayanan KB.
f. Tersedianya panduan pola pembiayaan pelayanan KB.
c. Sasaran Pedoman
Sasaran program pelayanan KB di puskesmas adalah :
1. Pasangan usia subur
2. Klien pasca persalinan dan pasca keguguran
3. Pasangan yang infertil
4. PUS dengan 4T
5. PUS dengan ALKI
d. Ruang lingkup pelayanan KB di puskesmas
1. Semua jenis pelayanan kontrasepsi berikut penanganan efek samping,
komplikasiDan kegagalan pelayanan kontrasepsi,aborsi aman sesuai indikasi
medis sertaPenanganan infertilitas sesuai dengan ketersediaan sumber daya
puskesmas seperti SDM, Fasilitas, Sarana Prasarana, dsb.
2. Pengorganisasian;
2
3. Advokasi dan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) KB dan kesehatan
reproduksi;
4. Tertib mekanisme pembiayaan pelayanan KB;
5. Penggerakan kesertaan ber-KB;
6. Jaminan ketersediaan alat dan obat kontrasepsi;
7. Pencatatan dan pelaporan pelayanan KB;
8. Monitoring dan evaluasi pelayanan KB.
e. Batasan Operasional Pedoman
1. Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sehat baik secara fisik, mental
dan sosial serta bukan semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan
dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem fungsi dan proses
reproduksi.
2. Kontrasepsi dasar adalah jenis, metode alat dan obat kontrasepsi yang
diberikan di fasilitas kesehatan tingkat pertama dan atau jejaringnya yang
meliputi Pil, Suntik, Kondom, Intra Uterine Device (IUD), dan Implan.
3. Alat dan Obat Kontrasepsi adalah alat dan obat kontrasepsi yang disediakan
oleh pemerintah dan atau pemerintah daerah sesuai dengan formularium
nasional.
4. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) adalah metode kontrasepsi
yang masa efektifnya relatif lama dan terdiri dari Tubektomi/Metode Operasi
Wanita (MOW) dan Vasektomi/Metode Operasi Pria (MOP); IUD/Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) dengan masa berlaku 8 (delapan) sampai 10
(sepuluh) tahun dan Implan/Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) dengan masa
berlaku 3 (tiga) tahun.
5. Fasilitas Kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan/ atau Masyarakat yang telah teregister dalam sistem
BKKBN.
6. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama adalah fasilitas kesehatan yang
termasuk didalamnya berupa Puskesmas atau yang setara, praktik dokter, klinik
pratama atau yang setara dan rumah sakit kelas D pratama atau setara.
7. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan, memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang memerlukan kewenangan didalam menjalankan
pelayanan kesehatan. Dalam pedoman ini tenaga kesehatan yang dimaksud
adalah dokter, bidan, perawat dan tenaga promosi kesehatan.
3
8. Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan
perorangan yang bersifat non spesialistik (primer) meliputi pelayanan rawat
jalan dan rawat inap.
9. Rawat Jalan Tingkat Pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan yang
non spesialistik yang dilaksanakan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama
untuk keperluan observasi, diagnosis, pengobatan dan/atau pelayanan
kesehatan lainnya.
10. Rawat Inap Tingkat Pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan yang
bersifat nonspesialistik dan dilaksanakan pada fasilitas kesehatan tingkat
pertama untuk keperluanobservasi, perawatan, diagnosis, pengobatan,
dan/atau pelayanan medis lainnya, dimanapeserta dan/atau anggota
keluarganya dirawat inap paling singkat 1 (satu) hari.
11. Pelayanan kesehatan darurat medis adalah pelayanan kesehatan yang harus
diberikan secepatnya untuk mencegah kematian, keparahan, dan/atau
kecatatan sesuai dengan kemampuan fasilitas kesehatan.
12. Sarana medis pelayanan Keluarga Berencana (KB) MKJP adalah sarana
medis yang menunjang pelayanan KB MKJP termasuk IUD kit, implan kit,
Vasektomi Tanpa Pisau (VTP) kit, laparoskopi, obgyn bed, minilap kit dan dry
sterilization;
13. Sarana non-medis pelayanan KB MKJP adalah sarana non medis yang
menunjang pelayanan KB MKJP termasuk Alat Bantu Pengambilan Keputusan
(ABPK) dan Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi (BP3K);
14. Informed choice adalah proses pemilihan metode kontrasepsi oleh klien yang
didasari pada pemahaman tentang beberapa pilihan metode KB dan hal-hal
yang terkait dengan metode yang dipilihnya;
15. Informed consent adalah suatu persetujuan tindakan medis tertulis yang
menyatakan kesediaan dan kesiapan klien untuk ber-KB dengan metode suntik
KB, IUD, implan, Tubektomi dan Vasektomi setelah mendapatkan informed
choice;
16. KIP/Konseling atau Komunikasi Inter-Personal/Konseling adalah proses
komunikasi dua arah antara konselor dengan klien yang bertujuan untuk
membantu klien dalam mengambil keputusan secara sukarela untuk memilih
dan menggunakan kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhannya;
17. Sistem Rujukan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara
timbal balik baik vertikal maupun horizontal.
4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
D III
1 Pelaksana KB PNS 8 8
Kebidanan
1. Dokter Umum 1 3 -
2. DIII Kebidanan 8 8 -
3. Administrasi 1 2 -
Minimal D 3
1 Pelaksana Program KB D3 sesuai
Kesehatan.
Konseling PPIA
(Pencegahan Belum
3 Pelaksana Program KB Belum sesuai
Penularan Ibu dan pelatihan
anak)
c. Jadwal kegiatan
Pelayanan KB di puskesmas dilaksanakan sesuai jadwal yang sudah ditetapkan.
Berikut jadwal pelayanan KB di Puskesmas Kayen:
No Hari Jenis Pelayanan
1. Senin s/d Sabtu KB Pil, KB kondom, KB suntik,Implant,IUD
2. Rabu KB Pil, KB kondom, KB
suntik,Implant,IUD,IVA
3. Senin s/d Sabtu Konseling
7
BAB III
STANDAR FASILITAS
Kursi Bidan
Kursi Pasien
Meja Tempat
Komputer tidur
pasien
Pintu masuk
Timbangan
b. Standar Fasilitas
Dalam pelaksanaan pelayanan KB di puskesmas Kayen, standar minimal fasilitas
sarana dan prasarana yang harus ada diantaranya :
1. IUD kit
2. Implant kit
3.
8
Obgyn bed 1 buah 2 buah
Implant removal kit 1 buah 1 buah
Tempat cuci tangan 1 buah 1 buah
Sterilisator 1 buah 1 buah
9
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Lingkup Kegiatan
Pelayanan KB di Puskesmas Kayen meliputi berbagai kegiatan, diantaranya :
1. Identifikasi Klien
2. KIE
3. Pelayanan kontrasepsi
B. Metode pelayanan
1. Identifikasi klien
Kegiatan identifikasi klien dilakukan anamnesis pada klien terkait riwayat
kesehatan klien
2. KIE
Kegiatan ini dilakukan dengan metode penyuluhan pada klien terkait informasi
mengenai alat kontrasepsi yang tersedia di Puskesmas Kayen.
3. Pelayanan kontrasepsi
Pelayanan kontrasepsi dilakukan sesuai dengan standar prosedur operasional
(SPO) alat kontrasepsi yang dipilih oleh klien.
C. Langkah
1. Identifikasi Klien
Klien/ calon akseptor yang datang untuk dilayani KB di puskesmas Kayen pada
tahap awal akan melalui prosedur sebagai berikut :
a. Pasien baru :
1) Dapat berasal dari rujukan luar maupun dalam puskesmas serta datang
sendiri
2) Dilakukan anamnesis penyakit dan keikutsertaan dalam KB oleh
petugas
3) Pada status/rekam medis akan diberikan cap/stempel KB
4) Apabila mendapat KIE akan dilakukan KIE terlebih dahulu
b. Pasien lama
1) Dapat berasal dari rujukan luar maupun dalam puskesmas serta datang
sendiri
2) Dilakukan anamnesis penyakit dan keikutsertaan dalam KB oleh
petugas
3) Apabila telah dilakukan KIE dan konseling sebelum ke puskesmas,
maka konseling yang diberikan berupa pemantapan pilihan.
4) Pada rekam medis diberi cap KB
10
c. Pasien dengan kasus khusus ( misalnya : efek samping, komplikasi, pasca
persalinan/keguguran) sebelum dilakukan KIE dan konseling maka
permasalahannya harus ditangani dengan baik terlebih dahulu.
d. Dalam rangka meningkatkan cakupan peserta KB aktif, pelayanan KB
pasca persalinan di Puskesmas harus menjadi prioritas utama. Hal ini
berarti sebelum pasien pulang sudah diberi konseling KB.
2. Komunikasi informasi edukasi
a. Setelah dilakukan identifikasi pasien maka dilakukan kegiatan KIE.
b. Dalam KIE tersebut akan diberikan informasi mengenai berbagai metode
kontrasepsi yang tersedia di puskesmas.
c. KIE dapat diberikan oleh bagian promkes atau tenaga kesehatan yang
sudah terlatih dalam memberikan KIE.
3. Pelayanan kontrasepsi
Dalam pelayanan kontrasepsi ini, prosedur yang dilakukan sesuai dengan SOP
pemasangan atau pencabutan alat kontrasepsi yang dipilih klien.
11
BAB V
LOGISTIK
12
3. Penyimpanan
Tujuan penyimapanan ialah agar obat dan alkon yang diterima aman (tidak hilang),
terhindar dari keerusakan, mutu terjamin dan mempermudah pengaturan atau
administrasi.
4. Distribusi
5. Pencatatan dan Pelaporan
13
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN
Patient safety (keselamatan pasien) adalah pasien bebas dari harm (cedera)
yang termasuk didalamnya adalah penyakit, cedera fisik, psikologis, sosial,
penderitaan, cacat, kematian, dan lain-lain yang seharusnya tidak seharusnya terjadi
atau cedera yang potensial, terkait dengan pelayanan kesehatan. Untuk meningkatakan
keselamatan pasien perlu dilakukan pengukuran terhadap sasaran – sasaran
keselamatan pasien. Diamana hal tersebut sudah menjadi ketetapan kepala
puskesmas.
Indikator pengukuran sasaran keselamatan pasien seperti pada tabel berikut ini:
No Indikator Sasaran Keselamatan Pasien Target
1. Ketepatan Identifikasi Pasien 100%
2. Ketepatan Pemberian Obat Kepada Paien 100%
3. Ketepatan Prosedur Tindakan Medis dan Keperawatan ≥80%
4. Pengurangan Terjadinya Risiko Infeksi di Puskesmas ≥90%
5. Tidak Terjadinya Pasien Jatuh 100%
Tabel 1. Indikator Sasaran Keselamatan Pasien
1. Ketepatan Identifikasi Pasien
Identifikasi pasien yang tepat dan mendetail meliputi: nama, umur, alamat,
nomor rekam medis pasien.
Pengukuran indikator dilakukan dengan cara menghitung jumlah pasien yang
teridentifikasi tepat dibagi jumlah seluruh pasien yang dilayani.
14
3. Ketepatan Prosedur Tindakan Medis dan Keperawatan
Dalam melaksanakan tindakan medis dan keperawatan, petugas harus
selalu melaksanakannya sesuai prosedur yang telah ditetapkan. Identifikasi
pasien yang akan mendapatkan tindakan medis dan keperawatan perlu
dilakukan sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pemberian prosedur.
Pengukuran indikator dilakukan dengan cara menghitung pelaksanaan tindakan
medis dan keperawatan yang tepat sesuai prosedur dibagi dengan seluruh
tindakan medis yang dilakukan.
15
b. Memberikan intervensi kepada pasien yang beresiko serta memberikan
lingkungan yang aman.
Pengukuran terhadap tidak terjadinya pasien jatuh dilakukan dengan cara
menhitung jumlah pasien yang jatuh dibagi dengan jumlah semua pasien yang
dirawat.
Jumlah pasien yang jatuh
X 100%
Jumlah semua pasien yang dirawat
16
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
17
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU PELAYANAN
18
BAB IX
PENUTUP
19