Anda di halaman 1dari 20

ANALISA PENERAPAN BUDAYA K3 DALAM PRAKTIKUM TARUNA

DI LABORATORIUM WORKSHOP GEDUNG TEKNIK PENERBANGAN


POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA CURUG

TUGAS PENELITIAN
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktikum Program Studi D IV Teknik
Navigasi Udara Angkatan Ke-28

Disusun Oleh :
KELOMPOK 1

PROGRAM STUDI TEKNIK NAVIGASI UDARA


JURUSAN TEKNIK PENERBANGAN
POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA CURUG
INDONESIA CURUG – TANGERANG
2022
ABSTRAK

ANALISA PENERAPAN BUDAYA K3 DALAM PRAKTIKUM TARUNA


DI LABORATORIUM WORKSHOP GEDUNG TEKNIK PENERBANGAN
POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA CURUG
oleh :
ACHMAD NAUFAL NIT 16032010001
ANISTAZKIA MIFTAHUL JANNAH NIT 16032010002
ANNISA BRIANNA FIRMANSYAH NIT 16032010003
ARYO TEGSADAMA NIT 16032010004
BRAHMANTYA ADI ATMAJA NIT 16032010005
DEWA PUTU KIDANG ARITAMA NIT 16032010006
DITHA SARI PUSPITA NINGRUM NIT 16032010007
ELDO TRI RAHMADHANI NIT 16032010008
ERLINA DWI SANTHIKA SN NIT 16032010009
FARIS MUHAMMAD FAHREZI NIT 16032010010
I MADE OKTA DWIPAYANA NIT 16032010011
IMMANUEL KIYAN PRANATA RINOTO NIT 16032010012

Program Studi DIV Teknik Navigasi Udara

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan taruna dalam menerapkan


keselamatam dan keamanan kerja pada Taruna Program Studi Teknik Navigasi Udara
Angkatan ke 28. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Instrumen yang
digunakan adalah lembar observasi. Teknik analisis data yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan data yang terkumpul. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa budaya K3 yang dimiliki oleh para tarun termasuk ke dalam
kategori cukup dengan presentasi 62%. Budaya keselmatan dan keamanan kerja di
laboratorium sangat penting untuk diterapkan guna untuk menghasilkan laboratorium
yang aman dan sehat. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi penerapan
K3.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
K3 adalah singkatan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja, yang dalam
Bahasa asing K3 disebut dengan OSH (Occupational Safety and Health) merupakan
segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga
kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Tujuan
dari K3 yaitu untuk memberikan perlindungan terhadap tenaga kerja dan orang lain
yang berada di tempat kerja agar terjamin keselamatannya. Tetapi juga untuk
mengendalikan resiko terhadap peralatan, aset, dan sumber produksi sehingga dapat
digunakan secara aman dan efisien agar terhindar dari kecelakaan dan penyakit akibat
kerja. Pemahaman akan K3 sangat diperlukan ketika sedang bekerja agar terhindar
dari adanya kecelakaan dalam bekerja. Banyak sekali kasus kecelakaan dalam bekerja
yang timbul akibat kurang pahamnya akan penerapan K3.
Politeknik Penerbangan Indonesia Curug merupakan sekolah kedinasan yang
mengharuskan para Taruna bekerja di lapangan. Sekolah ini memiliki sistem
pembelajaran 30% teori dan 70% praktek. Oleh karena itu, Politeknik Penerbangan
Indonesia Curug menyediakan laboratorium untuk melaksanakan praktek, sehingga
penerapan K3 sangat diperlukan pada sekolah ini. Sejalan dengan pelaksaan kegiatan
pendidikan, penelitian, dan analisis informasi yang jelas dan terperinci tentang bahaya
di laboratorium perlu kiranya terus diupyakan agar mengurangi kecelakaan dalam
bekerja di Laboratorium. Salah satu upaya untuk menciptakan tempat kerja yang
aman dan sehat yaitu dengan penerapan K3 secara baik dan sesuai dengan prosedur.
Sehingga dapat dapat mengurangi dan bebas dari kecelakaan kerja yang pada
akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Oleh karena itu
penerapan K3 sangat diperlukan dala segala bentuk kegiatan apapun termasuk di
Laboratorium.
Kesadaran akan pentingnya penerapan Kesehatan dan keselamatan kerja di
lingkungan Laboratorium sangat penting bagi Taruna. Program Studi sangat berperan
sebagai penyelenggara mempunyai kewajiban untuk memberikan perlindungan
kepada para Taruna. Untuk itu para Taruna wajib mendapatkan pelatihan dan
pembelajaran tentang arti, tujuan, dan manfaat dari Kesehatan dan keselamatan kerja.
Pelatihan dan Pembelajaran K3 ini juga berguna agar Taruna memiliki pengetahuan
dan kemapuan mencegah kecelakaan saat praktek. Akan tetapi, belakangan ini
masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja kerap diabaikan oleh sebagian Taruna.
Taruna kerap lalai akan penerapan K3 dalam melaksanakan praktek, sehingga banyak
sekali kerugian-kerugian yang ditimbulkan. Taruna kerap lalai akan mengenakan
safety property dalam melaksanakan praktek. Baik dalam hal kecil yaitu mengenakan
sarung tangan saat bekerja Taruna sering kali tidak mengindahkan aturan tersebut.
Selain itu juga Taruna sering kali mengabaikan masalah safety terhadap diri sendiri
sehingga menyebabkan kerugian dalam diri sendiri. Safety yang dimaksud disini yaitu
bekerja sesuai dengan prosedur yang ada. Taruna kerap bekerja sesuai dengan
keinginan mereka sendiri. Apa yang mereka anggap baik dan instan untuk mereka,
mereka akan melakukannya walaupun itu belum tentu baik dan aman untuk
keselamatan diri sendiri.
Upaya untuk mengatasi kerugian-kerugian tersebut yaitu dengan menerapkan
program keselamatan dan Kesehatan kerja di dalam melaksanakan praktek. Manfaat
dari merapkan K3 dalam pelaksanaan praktek sangat banyak diantaranya, melindungi
dan memelihara keselamatan para taruna, menjaga dan memastikan keselamatan dan
Kesehatan semua taruna di lingkungan laboratorium, serta memastikan tidak
terjadinya kerusakan peralatan karena kesalahan penggunaan yang tidak sesuai
dengan SOP. Dari beberapa manfaat tersebut terdapat beberapa aspek yang harus
diperhatikan oleh para taruna dalam pelaksanaan K3. Aspek-aspek inilah yang dapat
mebantu taruna agar terhindar dari kecelakaan.
Berdasarkan contoh kasus yang ada maka diperlukan komitmen dalam
mewujudkan budaya keselamatan kerja di Laboratorium. Oleh karena itu, diperlukan
pengetahuan K3 baik untuk tenaga pengajar maupun Taruna sendiri. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Irawan (2018) menunjukkan bahwa masih ada
penerapan K3 yang kurang baik dalam menerapkan keterampilan di Laboratorium.
Notoadmodjo (2007) menyebutkan bahwa kecelakaan kerja dalam Laboratorium
banyak disebabkan oleh factor manusia dan factor fisik. Contohnya yaitu kelengahan,
kecerobohan, mengantuk, kelelahan dan sebagainya termasuk faktor manusia yang
menjadi pemicu kecelakaan dalam bekerja. Ementara itu, lantai licin, pencahayaan
yang kurang, silau, dan lain sebagainya merupakan factor fisik yang dipengaruhi oleh
kondisi sekitar.
Dari penjelasan diatas maka penulis mengambil judul “Analisa Penerapan
Budaya K3 Dalam Praktikum Taruna di Laboratorium Workshop Gedung
Teknik Penerbangan Politeknik Penerbangan Indonesia Curug” untuk dibahas
lebih lanjut dan lebih terperinci.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka penulis mencoba menguraikan
permasalahan yang timbul, antara lain :
1. Kurangnya pemahaman tentang K3 oleh Taruna.
2. Masih ditemukan kecelakaan dalam bekerja di Laboratorium milik TNU.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan dari pokok utama pembahasan yang telah disebutkan di atas, penulis
membatasi permasalahan, yaitu : upaya yang akan dilakukan dalam mencegah
kecelakaan dalam bekerja di Laboratorium serta bagaimana penerapan K3 dapat
diterapkan dengan baik oleh Taruna pada saat melaksanakan praktek.
D. Rumusan Masalah
Dari identifikasi dan pembatasan masalah, maka penulis membuat perumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apakah penerapan K3 sudah diterapkan dengan baik di Laboratorium milik TNU
oleh taruna?
2. Apakah Laboratorium milik TNU sudah memiliki alat untuk menunjang
penerapan K3?
3. Bagaimana cara agar seluruh Taruna dapat menerapkan K3 dengan baik agar
tidak adanya kecelakaan di Laboratorium?
E. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan Taruna dalam
menerapkan keselamatan dan Keamanan Kerja. Selain itu juga untuk mengetahui
apakah sudah berjalan dengan lancar penerapan dari K3 di Laboratorium.
F. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu untuk mengevaluasi agar penerapan
K3 di Laboratorium dapat dilaksanakan dengan baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Dalam upaya pemecahan masalah yang telah dikemukakan pada BAB 1, maka
dibutuhkan pembahasan teori – teori yang mendukung dalam pembuatan rancangan.
Terkait dengan hal tersebut, maka dalam BAB ini akan diuraikan beberapa teori yang
berhubungan dengan analisis ini. Adapun beberapa teori yang akan digunakan sebagai
berikut:
1. Laboratorium Workshop
a. Definisi Laboratorium
Laboratorium adalah tempat penunjang akademik pada lembaga pendidikan, dapat
berupa ruang terbuka atau tertutup (Vendamawan, 2015). Laboratorium dapat bersifat
permanen atau sementara, dikelola dikelola secara sistematis dalam rangka
melaksanakan penelitian atau pendidikan. Berdasarakan pengertian Vendamawa
(2015) dan Sitorus (2012) laboratorium adalah tempat melakukan berbagai percobaan
sebagai sarana belajar siswa.
Menurut PERMENPAN No. 3 Tahun 2010 laboratorium adalah unit penunjang
akademik pada lembaga pendidikan, berupa ruangan tertutup atau terbuka, bersifat
permanen atau bergerak, dikelola secara sistematis untuk kegiatan pengujian,
kalibrasi, dan/atau produksi dalam skala terbatas, dengan menggunakan peralatan dan
bahan berdasarkan metode keilmuan tertentu, dalam rang kapelaksanaan pendidikan,
penelitian, dan/atau pengabdian kepada masyarakat.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa laboratorium (lab) adalah
suatu bangunan yang di dalamnya dilengkapi dengan peralatan dan bahan-
bahanberdasarkan metode keilmuan tertentu untuk melakukan percobaan ilmiah,
penelitian, praktek pembelajaran, kegiatan pengujian, kalibrasi, dan/atau produksi
bahan tertentu.
Dengan adanya laboratorium mempermudah mahasiswa dalam melakukan
percobaan. Jumlah siswa atau mahasiswa yang melebihi kapasitas ruangan
laboratorium dalam satu kali percobaan akan mengganggu kenyamanan dan jalannya
percobaan atau aktivitas lainnya. Kadang-kadang atas pertimbangan efisiensi, suatu
ruangan laboratorium difungsikan juga sebagai tempat memberikan teori-teori
pembelajaran sebelum melakukan percobaan.
b. Fungsi dan Tujuan Penggunaan Laboratorium

Laboratorium dalam proses pembelajaran sains memiliki fungsi dalam mencapai


beberapa tujuan pembelajaran. Menurut Mastika, Adnyana, & Setiawan (2014, hlm.
2-3) menjelaskan tujuan kognitif berkaitan dengan belajar proses pengembangan,
keterampilan, konsep-konsep, dan meningkatkan pemahaman tentang metode ilmiah.

Menurut Depdikbud tujuan pengadaan laboratrium adalah


meningatkankemampuan praktik peserta didik di laboratorium. Adapun tujuan
penggunaan laboratorium bagi peserta didik antara lain:

1. Mengembangkan keterampilan (pengamatan, pencatatan data, penggunaan


alat, dan pembuatan alat sederhana).
2. Melatih bekerja cermat, serta mengenal batas-batas kemampuan pengukuran
laboratorium.
3. Melatih ketelitian mencatat dan kejelasan melaporkan hasil percobaan.
4. Melatih daya berpikir kritis, analitis melalui penfsiran eksperimen.
5. Memperdalam pengetahuan.
6. Mengembangkan kejujuran dan rasa tanggung jawab.
7. Melatih merencanakan dan melaksanakan percobaan lebih lanjut dengan
menggunakan bahan-bahan dan alat yang ada.

Dari pengertian dan tujuan adanya laboratorium yang telah dijelaskan, berikut
merupakan fungsi dari laboratorium.

1. Menyeimbangkan antara teori dan praktik ilmu dan menyatukan antara teori
dan praktik.
2. Memberikan keterampilan kerja ilmiah bagi para peneliti, baik dari kalangan
siswa, mahasiswa, dosen, atau peneliti lainnya. Hal ini disebabkan
laboratorium tidak hanya menuntut pemahaman terhadap objek yang dikaji,
tetapi juga menuntut seorang untuk melakukan eksperimentasi.
3. Memberikan dan memupuk keberanian para peneliti (yang terdiri dari
pembelajar, peserta didik, mahasiswa, dosen dan seluruh praktisi
keilmuanlainnya) untuk mencari hakikat kebenaran ilmiah dari suatu obyek
keilmuwan dalam lingkungan alam dan sosial.
4. Menambah keterampilan dan keahlian para peneliti dalam mempergunakan
alat media yang tersedia di dalam laboratorium untuk mencari dan
menentukan kebenaran ilmiah sesuai dengan berbagai macam riset atau
eksperimentasi yang akan dilakukan.
5. Memupuk rasa ingin tahu kepada para peneliti mengenai berbagai macam
keilmuwan sehingga akan mendorong mereka untuk selalu mengkaji dan
mencari kebenaran ilmiah dengan cara penelitian, uji coba, maupun
eksperimentasi.
6. Laboratorium dapat memupuk dan membina rasa percaya diri para peneliti
dalam keterampilan yang diperoleh atau terhadap penemuan yang didapat
dalam proses kegiatan kerja di laboratorium.
7. Laboratorium dapat menjadi sumber belajar untuk memecahkan
berbagaimasalah melalui kegiatan praktik, baik itu masalah dalam
pembelajaran, masalah akademik, maupun masalah yang terjadi ditengah
masyarakat yang membuatuhkan penanganan dengan uji laboratorium.
8. Laboratorium dapat menjadi sarana belajar bagi para siswa, mahasiswa, dosen,
aktivis, dan peneliti untuk memahami segala ilmu pegetahuan yang masih
bersifat abstrak sehigga menjadi sesuatu yang bersifat konkret dan nyata

Selain itu, laboratorium memiliki fungsi sebagai sarana siswa dalam


mengembangkan konsep (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik).

2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Keselamatan dan Kesehatan Kerja memiliki tujuan utama untuk melindungi


keselamatan dan kesehatan pekerja dalam menjalankan pekerjaan, dengan upaya
pengendalian semua potensi bahaya yang ada di lingkungan tempat kerja. Ditinjau dari
keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja merupakan ilmu pengetahuan dan sebuah
penerapan dalam upaya mencegah terjadinya kecelakaan, penyakit, pencemaran dan
sebagainya yang merugikan pekerja.

a. Definisi Keselamatan Kerja


Keselamatan kerja memiliki arti upaya yang ditujukan untuk melindungi
pekerja, menjaga keselamatan pekerja dan orang lain, melindungi peralatan kerja,
tempat kerja, dan bahan produksi serta menjaga ekosistem lingkungan hidup
tempat kerja dan melancarkan proses produksi. Keselamatan kerja merupakan
upaya untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para pekerja
yang bekerja di perusahaan. Dalam proses usaha menciptakan suasana kerja yang
aman dan tentram harus dilaksanakan oleh para pekerja itu sendiri, dibantu dengan
pengawas atau kelompok kerja serta perusahaan. Tanpa kerja sama yang baik dari
semua unsur tujuan keselamatan kerja tidak akan tercapai secara maksimal.
Adapun sasaran keselamatan kerja secara ternci adalah:
• Mencegah terjadinya kecelakaan ditempat kerja
• Mencega timbulnya penyakit akibat kerja
• Mencegah/mengurangi kematian akibat kerja
• Mencega atau mengurangi cacat tetap
• Mengamankan material, konstruksi, pemakaian,pemeliharaan bangunan
• Meningkatkan produktivitas kerja tanpa memeras tenaga kerja dan menjamin
kehidupan produktifnya
• Mencega pembrsian tenaga kerja, modal, alat dan sumber-sumber prdouksi
sewaktu kerja
• Menjamin tempat kerja yang sehat, bersi,nyaman, dan aman sehingga dapat
menimbulkan kegembiraan dan smangat kerja
• Mempelancar, meningkatkan dan mengamankan produks, industri, serta
pembangunan.

Kesemuan itu menuju pada peningkatan taraf kehidupan dan kesejahteraan


umat manusia (Bamban Enroyo, 1998).

b. Definisi Kesehatan Kerja


Kesehatan diartikan sebagai derajat/tingkat keadaan fisik dan psikologi
individu (the degree of physiological and psychological well being of the
individual). Secara umum, pengertian dari kesehatan adalah upaya-upaya yang
ditujukan untuk memperoleh kesehatan yang setinggi-tingginya dengan cara
mencegah dan memberantas penyakit yang diidap oleh pekerja, mencegah
kelelahan kerja, dan menciptakan lingkungan kerja yang sehat

Jadi Kesimpulan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatuh usaha
dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan
dan bahaya fisik, mental, maupun emosional terhapad pekera, perusahaan,
masyarakat dan lingkungan. Dengan demikian, tenaga kerja dapat merasa aman
melakukan pekerjaannya guna meningkatkan produktivitas kerja.
3. Jenis-jenis Keselamatan dan Keamanan Kerja

Sebelum melakukan praktikum di laboratorium workshop, praktikan harus mengenal


dan memahami cara penggunaan semua peralatan dasar yang biasa digunakan dalam
laboratorium workshop serta menerapkan K3 di laboratorium. Penyebab terjadinya bahaya di
dalam laboratorium terkadang dikarenakan kurang mengetahui cara penggunaan alat dan
bahan laboratorium. Keselamatan dan Kesehatan kerja di laboratorium serta penanganan
diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Alat Perlindungan Diri

APD (Alat Perlindungan Diri) merupakan peralatan yang harus disediakan saat
bekerja di laboratorium. Cahyono (2010, hlm. 94), menyatakan bahwa APD adalah
peralatan yang harus digunakan oleh praktikan bila berada pada suatu tempat yang
berbahaya. Menurut Occuupational safety and Healthy Administration (2011), APD
adalah peralatan yang dibutuhkan untuk menjaga agar tetap aman dan bersifat protective.
Alat perlindungan diri yang digunakan untuk bahan berbahaya, diantaranya sebagai
berikut:

1) Pelindung kepala
Pelindung kepala atau safety helmet terdapat beberapa jenis:
a. Hard hat kelas A dapat melindungi kepala dari arus listrik sampai 2200 volt.
b. Bump cap terbuat dari plastic untuk melindungi kepala dari gesekan benda yang
menonjol.
2) Pelindung Wajah
Pelindung wajah atau goggles melindungi lebih baik dari kaca mata. Goggles
melindungi dari terjadi percikan cairan, uap, serbuk, uap logam, dan debu. Pelindung
Wajah dapat dilihat pada gambar.
3) Pelindung Tangan
Kontak fisik dengan bahan kimia dapat menyebabkan iritasi atau membakar
tangan. Salah satu APD yang cukup penting adalah pelindung tangan atau safety glove
dengan berbagai jenis penggunaannya. Berikut ini jenis-jenis sarung tangan dan
penggunaannya.
a) Sarung tangan neoprene melindungi terhadap bahan kimia beracun.

Sarung tangan Neoprene


b) Sarung tangan heat resistant mencegah terkena panas dan api

Sarung tangan Heat resistant


c) Sarung tangan Latex dipakai untuk melindungi dari bakteri

Sarung tangan Latex


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Laboratorium Workshop Gedung Teknik
Penerbangan Politeknik Penerbangan Indonesia Curug. Pelaksanaan tugas akhir ini
dikerjakan selama kurang lebih satu bulan, yaitu pada bulan Juli 2022.
B. Metode Penelitian
Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui penerapan K3 (Keselamatan dan
Keamanan Kerja) ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Metode penelitian
deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hal, misalnya keadaan, kondisi,
situasi, peristiwa, kegiatan, dan lain-lain (Arikunto, 2010). Penelitian ini akan
mendeskripsikan bagaimana penerapan keselamatan dan keamanan kerja di
laboratorium workshop oleh tauna Program Studi Teknik Navigasi Udara yang sedang
melaksanakan praktek di laboratorium tersebut.
C. Prosedur Penelitian
Secara garis besar, penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahap yaitu :
1. Tahap persiapan, meliputi :
a. Studi literatur, untuk merumuskan masalah.
b. Analisis kebutuhan, untuk menganalisis seluruh modul praktikum yang
digunakan di laboratorium workshop
2. Tahap penyusunan instrument, meliputi :
a. Penyusunan instrument penelitian berupa lembar observasi berdasarkan analisis.
b. Melakukan validasi instrument penelitian kepada para ahli.
c. Melakukan reabilitas instrument
3. Tahap pelaksanaan, meliputi :
a. Pengumpulan data, menggunakan lembar observasi yang dilakukan oleh
beberapa taruna yang sebelumnya sudah dijelaskan instruksi mengenai cara
pengisian pada instrument lembar observasi
b. Data yang terkumpul berdasarkan lembar observasi diolah dan dibahas untuk
menjawab rumusan masalah penelitian. Sajian data yang diperoleh dibuat
dalam bentuk grafik dan analisis.
c. Hasil analisis selanjutnya dibuat kesimpulan, lalu dibuat dalam bentuk laporan
penelitian.
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan objek atau subjek yang memiliki kualitas atau karakteristik
tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari (Sugiyono, 2011). Populasi yang
dimaksudkan dalam penelitian ini yaitu Taruna Program Studi Teknik Navigasi Udara
Politeknik Penerbangan Indonesia Curug. Sampel menurut Arikunto (2010) adalah
sebagian dari populasi yang akan diteliti. Sampel yang akan diteliti yaitu Taruna
Program Studi Teknik Naavigasi Udara Angkatan 28 sebanyak 24 orang. Teknik
sampling yang digunakan yaitu dengan melakukan pertimbangan mengenai
kemampuan Taruna Program Studi Teknik Navigasi Udara Angkatan 28 dalam
melaksanakan seluruh kegiatan praktek dan diangga[ telah memahami prinsip-prinsip
K3.
E. Teknik Pengumpulan Data
Data yang akan didapatkan dalam penelitian in berasal dari pengamatan penerapan
keselamtan dan keamanan kerja di laboratorium. Sumber data adalah subjek darimana
data itu diperoleh (Arikunto, 2010). Subjek yang dimaksudkan disini yaitu Taruna
Program Studi Teknik Navigasi Udara Angkatan 28. Teknik yang dilakukan yaitu
dengan cara observasi.
F. Teknik Analisis Data
Lembar observasi yang diisi berdasarkan pengamatan observer terhadap K3 di
laboratorium yang digunakan taruna pada kegiatan praktikum menggunakan tanda
check list. Data lembar observasi dihitung menggunakan langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Mengisi lembar observasi menggunakan tanda check list (V) pada kolom yang
tersedia pada instrument sesuai dengan aspek dan kriteria K3 di laboratorium.
2. Menjumlahkan skor yang didapat pada setiap kolom pada lembar observasi
3. Menghitung presentase setiap aspek K3 di laboratorium yang dimiliki,
berdasarkan perhitungan :

Keterangan :
NP = nilai persen yang dicari
R= skor mentah yang diperoleh
SM = skor maksimum ideal
100 = bilangan tetap
4. Menghitung skor rata-rata setiap sub-indikator K3 laboratorium yang diukur :

Hasil perhitungan dari hasil observasi taruna terhadap setiap sub-indikator K3


laboratorium, kemudian dianalisis berdasarkan kriteria interpretasi skor tabel berikut:

Interval Skor Kategori


81 – 100 % Sangat baik
61 – 80 % Baik
41 – 60 % Cukup
21 – 40 % Kurang
0 – 20 % Sangat kurang
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Observasi dilakukan untuk menganalisis penerapan keselamatan dan
keamanan kerja di laboratorium Workshop TNU. Berdasarkan lembar observasi,
diperoleh informasi mengenai kemampuan penerapan keselamatan dan keamanan
kerja oleh taruna di laboratorium Workshop TNU. Laboratorium workshop adalah
suatu bangunan yang di dalamnya dilengkapi dengan peralatan dan komponen untuk
kepentingan pelaksanaan praktek prodi TNU. Laboratorium memiliki fungsi utama
yaitu untuk melaksanakan kerja laboratorium (laboratory work), eksperimen
(experiments), praktikum (practicals), dan pelaksanaan didaktik pendidikan. Sebelum
mulai melakukan praktikum di laboratorium, praktikan harus mengenal dan
memahami cara penggunaan semua peralatan dasar yang biasa digunakan dalam
laboratorium kimia serta menerapkan K3 di laboratorium.

No. Kriteria Aspek Keselamatan dan Keamanan % K3 Laboratorium


Kerja Laboratorium Rata - rata Kategori
A. Persiapan Alat perlindungan diri (Menggunakan
Kurang
sarung tangan khusus, kaca mata 40
baik
googles, dan bump cap )
Rata - rata Kurang
40
baik
Pemanasan solder (Menggunakan
sarung tangan khusus anti panas, kaca 45 Baik
mata googles, bump cap )
Membersihkan solder dari timah yang
menggumpal 70 Baik
Kegiatan
B.
Inti
Pengaplikasian timah yang
dipanaskan dengan solder pada 60 Cukup
rangkaian
Membersihkan sisa timah pada Kurang
50
rangkaian jika terjadi kesalahan baik
pengsolderan dengan alat desolder
Rata - rata Kurang
56
baik
C. Kegiatan Tempat Penyimpanan Bahan
akhir dan Komponen (Bahan seperti
timah, sisa komponen yang 70 Baik
digunakan dikembalikan sesuai
klasifikasinya masing- masing )
Tempat Penyimpanan Alat (alat
dikembalikan ke ruang alat, Sangat
85
mengetahui kualifikasi masing- baik
masing alat )
Rata - rata 77 Baik
D. Perlakuan Kebakaran (Basahi anduk dan
jikaterjadi kurungkan ke atas api yang
kecelakaan
menyala, siapkan tabung pemadam
76 Baik
kebakaran dan jauhkan bahan –
bahan lain yang mudah terbakar
dari api)
Tersengat listrik (Matikan sumber
listrik, cabut sambungkan dari Sangat
82
sumber, jangan memegang korban baik
saat tersengat listrik)

Terkena luka bakar (Letakkan


handuk basah pada luka,
hindari mengoleskan sesuatu
yang dapat menimbulkan 64 Cukup
iritasi seperti pasta gigi,
mengonsumsi paracetamol jika
rasa sakit tidak tertahankan )

Rata - rata 74 Baik

Total rata - rata 62 Cukup


Diketahui bahwa penerapan K3 di laboratorium yang dimiliki taruna Prodi
TNU dikategorikan cukup dengan perolehan sebesar 62%. Hasil ini didapatkan karena
adanya faktor penghambat dan pendukung dalam penerapan K3 di laboratorium
workshop. Beberapa faktor yang mendukung penerapan K3 di laboratorium
diantaranya para taruna sebelumnya telah diberikan pemahaman tentang CSS
(Chemical Safety and Security) pada saat awal pertemuan praktikum, serta mendapat
pengetahuan mengenai K3 dari sumber lain, seperti internet dan buku.
Faktor pendukung lainnya adalah budaya akan pentingnya K3 dari orang-
orang yang terjun langsung dalam kegiatan praktikum di laboratorium.
Pengembangan budaya keselamatan dan keamanan menghasilkan laboratorium yang
aman dan sehat bagi lingkungan tempat kita mengajar, belajar, dan bekerja.
Berdasarkan persentase yang diperoleh, masih ada 38% taruna yang belum
penerapakan K3 dengan baik. Beberapa faktor yang dapat menghambat dalam
penerapan K3 antara lain karena fasilitas yang kurang memadai dan para taruna
melupakan dan kurang peduli untuk keselamatan dirinya yang dapat menyebabkan
potensi bahaya yang cukup besar. Potensi bahaya merupakan sesuatu yang dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan, kerugian, kecelakaan, cedera, sakit, atau bahkan
dapat menyebabkan kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja. Ada
beberapa faktor yang menghambat perkembangan keterampilan laboratorium taruna,
diantaranya keragaman kemampuan taruna, keterbatasan waktu, dan panduan
praktikum masih berupa model resep.
Pada penelitian kali ini indikator yang digunakan untuk K3 (keselamatan dan
keamanan kerja) yaitu persiapan, preparasi, kegiatan inti, kegiatan akhir, dan
perlakuan jika terjadi kecelakaan. Peneliti kemudian menentukan indikator yang akan
diukur, sampel penelitian merupakan taruna prodi TNU tingkat 2 atau sudah pernah
melakukan praktek di lab workshop, maka selanjutnya peneliti menganalisis
kesesuaian K3 yang digunakan dengan menganalisis semua modul praktikum yang
digunakan di laboratorium workshop Teknik Penerbangan PPI Curug. Analisis
tersebut bertujuan untuk menentukan judul praktikum yang akan diambil untuk
melakukan penelitian.
Setelah menuliskan judul-judul praktikum, peneliti menganalisis langkah kerja
dari setiap judul untuk menentukan keterampilan laboratorium pada setiap judul. Hal
ini dilakukan peneliti untuk menentukan judul praktikum apa yang membutuhkan
keterampilan laboratorium yang memiliki penanganan khusus. Jika praktikum
mempunyai keterampilan laboratorium tersebut maka mempunyai penanganan K3
yang banyak dan khusus juga. Oleh karena itu, dalam pengambilan data observasi,
peneliti memutuskan menggunakan judul “Analisa Penerapan Budaya K3 dalam
Praktikum Taruna di Laboratorium Workshop TNU”.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan yang telah dilakukan, secara
keseluruhan kemampuan penerapan K3 di laboratorium workshop masuk dalam
kategori cukup yaitu dengan presentase sebsar 62%. Kesadaran budaya K3 di
laboratorium workshop ini harus diperhatikan dan diikuti dengan benar. Resiko kerja
dapat terjadi dari alat dan instrumentasi. Penggunaan alat yang tidak sesuai dengan
fungsinya ataupun kondisi alat yang tidak layak juga menjadi penyebab kecelakaan
kerja. Bahaya listrik dan mekanik juga menjadi potensi kecelakaan yang mungkin
terjadi di laboratorium. Resiko lain yang mungkin terjadi adalah resiko bahaya
kebakaran. Kebakaran terjadi akibat adanya bahan kimia yang mudah terbakar,
sumber api dan adanya oksigen di udara. Pengendalian dan pencegahan bahaya
kebakaran perlu mendapat perhatian penting bagi seluruh taruna, dosen dan
laboratorium. Taruna juga perlu menyadari pentingnya menggunakan alat
perlindungan diri seperti pakaian kerja (jas lab), menggunakan sepatu tertutup tidak
menggunakan lensa kontak dan perhiasan berlebihan, selalu menyediakan masker dan
sarung tangan, menggunakan kaca mata pengaman dalam pekerjaan khusus dapat
memberikan perlindungan yang aman dalam bekerja di laboratorium.
B. Saran
Keselamatan dan Keamanan Kerja di laboratorium workshop mempunyai tujuan agar
taruna, dosen, dan lingkungan pengguna laboratorium saat bekerja selalu dalam
keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai
tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua
pihak. Pengguna laboratorium harus menaati berbagai peraturan, petunjuk teknis dan
pedoman K3 di laboratorium.
Daftar Pustaka

[1] Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Paktik, Jakarta: Rineka
Cipta, hlm 3
[2] Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung: CV
Alfabeta, hlm 119
[3] Yudiono. (2015). Alat Keselamatan Kerja di Laboratorium Kimia. Jakarta: PT
Gunung Agung

Anda mungkin juga menyukai