Anda di halaman 1dari 2

Nama : Esa Tri Rara, 2010103010084

Mata Kuliah : Pemikiran Politik Indonesia 02

PERBEDAAN IDEOLOGI MARHAEINISME SOEKARNO DAN SULTAN SYAHRIR

Soekarno sulit untuk dikategorikan ke dalam satu bidang pemikiran tunggal. Namun,
beberapa pemikiran yang sering dikaitkan dengan Soekarno meliputi nasionalisme,
marhaenisme, demokrasi terpimpin, anti-imperialisme, dan sebagian kecil elemen Islam. Sebagai
presiden pertama Indonesia, Soekarno memiliki visi untuk mempersatukan dan memajukan
bangsa Indonesia. Ia menekankan persatuan nasional dan kesetaraan sosial dan ekonomi, serta
memandang bahwa kemerdekaan dan kejayaan bangsa Indonesia hanya bisa dicapai melalui
perjuangan dan solidaritas nasional. Sedangkan Sutan Syahrir termasuk ke dalam bidang
pemikiran sosial demokratis. Ia adalah seorang intelektual dan politisi Indonesia yang terkenal
sebagai tokoh penting dalam gerakan kemerdekaan Indonesia dan sebagai perdana menteri
pertama Indonesia setelah kemerdekaan. Sutan Syahrir adalah pendiri Partai Sosialis Indonesia
(PSI), yang mempromosikan gagasan tentang sosialisme demokratis di Indonesia. Ia memandang
bahwa pemerintahan sosialis dapat menjadi alternatif yang lebih baik daripada sistem
kapitalisme atau komunisme.

Marhaenisme adalah sebuah ideologi politik yang dicetuskan oleh Presiden Indonesia
pertama, Soekarno, yang menekankan pada nasionalisme, demokrasi, dan sosialisme. Soekarno
memandang bahwa negara Indonesia harus merdeka secara politik, ekonomi, dan budaya dari
kekuatan asing, dan bahwa rakyat harus memiliki akses yang sama terhadap kekayaan nasional.
Dalam pandangan Soekarno, Marhaenisme harus diimplementasikan melalui program-program
sosial yang kuat dan redistribusi kekayaan dari kelas atas ke kelas bawah. Sementara itu, Sultan
Syahrir adalah seorang tokoh politik yang juga berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan
Indonesia. Ia adalah pendiri Partai Sosialis Indonesia dan mengusulkan ideologi sosialisme
demokratis sebagai panduan bagi partainya. Syahrir memandang bahwa sosialisme dapat dicapai
dengan cara demokratis dan bahwa pemerintah harus memastikan kesejahteraan sosial bagi
seluruh rakyat. Ia juga menekankan pada pentingnya hak asasi manusia dan kebebasan
berpendapat dalam suatu negara sosialis.
Perbedaan mendasar antara Marhaenisme Soekarno dan sosialisme demokratis Sultan
Syahrir terletak pada pendekatan mereka terhadap sosialisme. Soekarno lebih memilih
pendekatan yang lebih otoriter dan mengutamakan peran pemerintah dalam
mengimplementasikan program-program sosialnya, sedangkan Syahrir lebih memilih pendekatan
yang lebih demokratis dan menekankan pentingnya partisipasi aktif rakyat dalam proses politik.
Meskipun keduanya memiliki visi yang sama untuk mencapai keadilan sosial dan kesejahteraan
rakyat, pendekatan dan metodenya berbeda.

Selain itu, Marhaenisme Soekarno juga menekankan pada konsep kepribadian Marhaen
atau Martabat Rakyat yang tinggi. Konsep ini mengacu pada pandangan bahwa rakyat Indonesia
memiliki martabat yang tinggi dan harus dihargai oleh pemerintah dan negara. Soekarno juga
menekankan pada pentingnya kepemimpinan karismatik dalam menggerakkan masyarakat untuk
mencapai tujuan Marhaenisme. Sementara itu, Sultan Syahrir lebih menekankan pada pentingnya
persamaan sosial dan keadilan, dan ia melihat sosialisme sebagai cara untuk mencapai tujuan ini.
Dalam pandangan Syahrir, pemerintah harus bertindak sebagai mediator antara berbagai
kepentingan di masyarakat dan memastikan bahwa kepentingan rakyat diprioritaskan dalam
kebijakan dan program pemerintah. Sultan Syahrir mengusung nilai-nilai keadilan sosial dan
kesejahteraan rakyat sebagai tujuan utama.

Namun, perbedaan pendekatan dan metode dalam menerapkan ideologi tersebut juga
mencerminkan perbedaan dalam pandangan mereka terhadap peran negara dalam mengatur dan
mengatur kehidupan masyarakat. Marhaenisme Soekarno cenderung menekankan peran
pemerintah yang lebih besar dalam mengatur kehidupan masyarakat dan menempatkan
pemerintah sebagai mediator tunggal antara berbagai kepentingan. Sementara itu, sosialisme
demokratis Sultan Syahrir menekankan pada peran partisipasi aktif rakyat dalam proses politik
dan menempatkan kekuasaan di tangan masyarakat.

Sumber :

Anderson, B. R. O'G. (2009). Ideology and power in Indonesia: The Indonesian communists
under Sukarno. Equinox Publishing.

Feith, H. (2007). The decline of constitutional democracy in Indonesia. Equinox Publishing.

McVey, R. T. (Ed.). (1973). Indonesia. Yale University Press.

Anda mungkin juga menyukai