Anda di halaman 1dari 15

DOSEN PEMBIMBING

ING. REZA SETIAWAN, M.T TEKNIK MESIN S1


UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
BAB I PENDAHULUAN
ANALISA KERUSAKAN CUTTER DIES 46515 73R10D MATERIAL SKD
11 UNTUK PROSES PRODUKSI ARM REAR TRAILING OTR LH DI PT
YOROZU AUTOMOTIVE INDONESIA

TEKNIK MESIN S1
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
BAB I PENDAHULUAN ANALISA KERUSAKAN CUTTER DIES 46515 73R10D MATERIAL SKD
11 UNTUK PROSES PRODUKSI ARM REAR TRAILING OTR LH DI PT
YOROZU AUTOMOTIVE INDONESIA

TEKNIK MESIN S1
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
BAB I PENDAHULUAN ANALISA KERUSAKAN CUTTER DIES 46515 73R10D MATERIAL
SKD 11 UNTUK PROSES PRODUKSI ARM REAR TRAILING OTR LH
DI PT YOROZU AUTOMOTIVE INDONESIA

TEKNIK MESIN S1
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
BAB II PROFIL PERUSAHAAN

PT Yorozu Automotive Indonesia (YAI)


Jl. Mitra Sel. IV, Parungmulya, Kec. Ciampel, Kab. Karawang, Jawa Barat
41363.
Modal Rp. 770.000.000,-
Didirikan Januari 2012
Memulai Operasi Agustus 2013
Presiden Direktur Hiroshi Kimura
Jumlah Karyawan 161 orang (Feb 2023)
Penjualan Sekitar Rp. 163.700.000,-
Luas Tanah 72.000m 2 (200 m x 360 m)
Peralatan Produksi PT Yorozu Automotive Indonesia Struktur Organisasi PT Yorozu Automotive Indonesia
BAB III LANDASAN TEORI

Sistem suspensi merupakan suatu sistem atau rangkaian komponen yang dipasang di antara bodi
kendaraan dan roda-roda, dan di rancang untuk menyerap kejutan dari permukaan jalan sehingga
menambah kenyamanan dan stabilitas dalam berkendaraan serta memperbaiki kemampuan
cengkram roda terhadap jalan
BAB III LANDASAN TEORI
Arm Rear Trailing adalah dua link logam yang menghubungkan poros belakang ke bodi mobil.
Tujuannya adalah untuk memungkinkan poros belakang bergerak ke naik dan turun dengan bebas
sambil mempertahankan keselarasan kendaraan yang tepat. Arm Rear trailing itu sendiri tidak
mengandung bagian yang bergerak. Tipe penggerak roda yang memiliki suspensi yang berorientasi
longitudinal yang diputar tegak lurus terhadap sumbu longitudinal kendaraan.

Proses pembuatan Arm Rear Trailing secara garis besar mengalami


beberapa tahap, yaitu blanking process, cutting process, pierching
process, marking process, forming process, drawing process, trimming
process, dan restrack process.

Arm Rear Trailing adalah bagian dari suspensi suku cadang dari
mobil Suzuki Ertiga. Sebagai komponen yang memiliki peran penting
maka dari pemilihan material yang dipakai sangat diperhatikan
sesuai dengan standart yang telah ditentukan. Material yang dipakai
untuk pembuatan Arm Rear Trailing adalah JSH440WN-P t3,6.
BAB III LANDASAN TEORI

Mesin Press AIDA 800T Mesin Press KS-TECH 1500 Mesin Press Komatsu 400T dan 800T

Mesin Press adalah mesin yang dipakai untuk memproduksi barang-barang sheet metal menggunakan satu atau
beberapa press dies dengan meletakkan sheet metal atau blank material diantara upper dies dan lower dies.
Mesin press dan sistem mekanismenya akan menggerakkan slide (ram) yang diteruskan ke press dies dan
mendorong sheet metal sehingga dapat memotong (cutting) serta membentuk (forming) sheet metal tersebut
sesuai dengan fungsi press dies yang digunakan. Jenis-jenis mesin press yang digunakan pada industri dapat
diklasifikasikan berdasarkan jenis tenaga penggerak dari slide, yaitu mesin press mekanik (mechanical press),
mesin press hidrolik (hydraulic press) dan mesin press pneumatic
BAB III LANDASAN TEORI

Dies adalah suatu cetakan yang digerakan oleh mesin press untuk menekan atau mengepress bahan /
material untuk menghasilkan barang yang sesuai dengan contoh. Material Dies yang dipergunakan
adalah umumnya special alloy stell yang bisa dilakukan proses hardening sampai kekerasan HRC diatas
60, misalnya DC 53, SKD 11 dan lain-lainnya.

Single dies adalah konstruksi dies yang mempunyai sebuah proses


pada die set-nya dan hanya menghasilkan sebuah part dalam sekali
stroke. Part yang dihasilkan dapat berupa hasil blank, part setengah
jadi atau finish goods part.

Multi Operation Dies yang didesain untuk bekerja pada dua atau lebih operasi dalam sekali stroke.
Konstruksi dies ini memang lebih rumit sebab harus dicari kesesuaian dies height 4 dari proses-
proses tersebut. Bila die height-nya tidak sama maka part yang dihasilkan tidak sesuai dengan
spesifikasi yang diinginkan dari drawing produknya.
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

1. Analisa Struktur Mikro

(a) (b) (c)

(a) Terlihat dies yang mengalami kerusakan setelah produksi, dimana cutter tersebut patah tepi pinggiran (gompal). Kerusakan terjadi pada
dies atas yang mana saat dies mengalami kerusakan sekitar 3 jam setelah dies beroperasi. Pada daerah ini juga diduga adanya material las
yang membuat cutter tersebut mengalami patahan awal hingga terjadi patahan yang lebiih parah sehingga mengakibatkan cutter gompal dan
die tidak beroperasi. (b) Terlihat indikasi awal pada saat dies mengalami kerusakan. Tanda panah menunjukan bekasan gompal yang
mengakibatkan cutter menjadi patah pada tepi pinggiran. (c) Terlihat indikasi lainnya pada saat mengalami kerusakan menunjukan beberapa
scrap menumpuk pada area cutter mengakibatkan adanya gesekan yang tidak semestinya menjadikan cutter tidak beroperasi dengan tepat
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

2. Analisa Prioritas Mode Kegagalan

Untuk menentukan pemilihan mode kegagalan maka harus


ditentukan terlebih dahulu prioritas mode kegagalannya,
untuk menentukan prioritas kegagalan ini diperlukan
diagram pareto. Fungsi dari diagram pareto ini adalah
untuk mengurutkan tingkat kegagalan dari yang terbesar
sampai ke yang terkecil, dimulai dari sebelah kanan
diagram adalah yang tebesar dan yang terkecil berada di
sebelah kiri diagram. Dengan urutan seperti itu
memudahkan untuk menentukan titik kegagalan yang
prioritas untuk dikaji mencari penyebab terjadinya
kegagalan tersebut. Data yang diperoleh dari PT Yorozu
Automotive Indonesia adalah meode kegagalan berjumlah
9 mode kegagalan
Diagram Pareto Mode Kegagalan

Hasil dari analisa dengan diagram pareto maka didapatkan prioritas 2 mode kegagalan yang utama yaitu cutter tumpul karena adanya
missposisi material dengan benda kerja mengakibatkan material sering mengalami kendala tidak sesuai dengan posisi terhadapat dies serta
adanya material las pada cutter dimana akibat beban dan suhu panas yang terjadi mengakibatkan cutter gompal.
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

3. Fishbone Diagram

Dari hasil pengamatan visual, Pengujian struktur mikro, Analisa prioritas mode kegagalan dan Diagrram fishbone dapat diketahui
perubahan - perubahan yang sangat signifikan antara material cuttter dies kondisi rusak dengan melihat hasil pengujian diatas, terlihat
kondisi rusak pada sifat mekanis maupun sifat lainnya. Hal ini dimungkinkan karena tekanan beban dan pemanasan konstan ± 1.100ºC
secara terus menerus sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan temperatur pada material cutter dies, dan dengan ditemukan nya
material las pada cutter dies yang mengalami kerusakan memperkuat hasil pengujian bahwa factor utama terjadinya kerusakan (cutter
gompal) adalah factor pengelasan material dies yang dilakukan sebelum dies di operasikan, hal inilah yang membuat terjadinya retak awal
pada material dan akibat beban dan suhu panas yang terjadi mengakibatkan cutter tumpul dengan analisa patah rapuh
BAB IV PENUTUP

Kesimpulan dan Saran


Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, proses produksi part Arm Rear Trailing OTR LH yang dilakukan di PT Yorozu
Automotive Indonesia melalui beberapa proses, dimulai dari proses Blanking, proses Drawing Transfer, Work In Progress, proses assambling,
dan quality control. Pada penulisan ini masalah yang ditemukan oleh penulis di PT Yorozu Automotive Indonesia adalah penyebab masalah
kerusakan cutter dies secara terus menerus. Oleh karena itu, penulis membuat analisa penyebab kerusakan cutter dies dan mempelajari
perbaikan nya. Analisa yang digunakan oleh penulis ini adalah analisa struktur mikro, analisa prioritas mode kegagalan dan diagram fishbone
dengan usulan proses perbaikan sebagai berikut:
Proses Welding
Proses Normalizing Heat Treatment
Proses Awase
Proses Cleaning Dies
Usulan perbaikan dies dapat dikembangkan data penjadwalan
maintenance dilanjutkan dengan menyimpan log, pendataan setiap
penggunaan dies dalam proses produksi dan itu akan membantu
pekerja untuk membuat prediksi dimasa mendatang tentang berapa
lama dies tersebut harus berjalan sebelum kembali aktif untuk
pemeliharaan selanjutnya.
normalizing heat treatment Hasil setelah proses welding dan awase
Thank You

Sustainable Architecture Primer

Anda mungkin juga menyukai