Anda di halaman 1dari 3

Perubahan psikologis kala III :

1. Ibu ingin menyentuh dan memluk bayinya


2. Mersa senang, lega dan bangga terhadap dirinya
3. Menanyakan apakah vagunanya perlu di jahit
4. Menaruh perhatian pada plasenta

Sumber : repository.ump.ac.id 

Laserasi perineum
laserasi perineum Irianto (2014) menyatakan, laserasi perineum merupakan robekan yang terjadi saat
bayi lahir baik secara spontan maupun dengan menggunakan alat-alat tindakan, robekan ini umumnya
terjadi pada garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin terlalu cepat keluar. Menurut
Maryunani (2016) menyebutkan, laserasi perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum yang
biasanya disebabkan oleh trauma saat persalinan. Jadi dapat disimpulkan laserasi perineum adalah
perlukaan yang terjadi akibat robekan di jaringan antara vulva dan anus yang terjadi baik secara
spontan maupun dengan tindakan.

Klasifikasi Robekan Perineum

1. Robekan perineum derajat satu


Robekan yang paling ringan (tidak terlalu dalam) terjadi pada kulit perineum dan jaringan di sekitar
mulut vagina atau lapisan terluar vagina tanpa melibatkan otot apapun. Robekan ini disebut juga
dengan laserasi tingkat pertama (first-degree lacerations) dimana biasanya terlalu kecil sehingga tidak
membutuhkan jahitan. Biasanya robekan tersebut sembuh dengan cepat dan hanya menyebabkan
sedikit atau tidak sama sekali rasa sakit.
2. Robekan perineum derajat dua
Robekan tingkat kedua (second-degree lacerations) adalah robekan yang lebih dalam hingga
menembus otot di bawah lapisan kulit. Robekan ini perlu dijahit setiap lapis demi lapisnya hingga
tertutup sempurna. Hal ini akan membuat merasa tidak nyaman selama beberapa minggu sampai
akhirnya sembuh. Benang untuk menjahit robekan akan larut sendiri selama masa penyembuhan.
3. Robkean perineum derajat tiga
Adapun robekan yang cukup serius, robekan jalan lahir ini nyaris sampai ke anus. Robekan semacam
ini dapat menyebabkan rasa sakit selama berbulan-bulan serta meningkatkan resiko terjadinya
inkontinensia anal. Nah, kondisi itulah yang disebut dengan laserasi tingkat ketiga. Laserasi tingkat
ketiga yaitu adanya robekan pada jaringan vagina, kulit perineum, serta otot perineum yang
membentang hingga sfingter anal (otot yang mengelilingi anus).
4. Robekan perineum derajat empat
Sementara itu, laserasi tingkat keempat lebih parah lagi karena robekan kini telah melewati sfingter
anal hingga jaringan di bawahnya.
Cara penjahitan Robekan Perineum Derajat II
a. Jika dijumpai pinggir robekan yang tidak rata atau bergerigi, maka pinggir yang bergerigi
tersebut harus diratakan terlebih dahulu.Pinggir robekan sebelah kiri dan kanan masing-
masing dijepit dengan klem terlebih dahulu, kemudian digunting. Setelah pinggir robekan
rata, baru dilakukan penjahitan luka robekan.
b. Diawali dengan jahitan mukosa dengan benang catgut : Jahit mukosa vagina secara jelujur
dengan benang 2-0 mulai dari 1 cm di atas puncak luka di dalam vagina sampai pada batas
vagina
c. Dilanjutkan dengan jahitan otot :
a) Lanjutkan jahitan pada daerah otot perineum sampai ujung luka pada perineum secara
jelujur dengan benang 2-0
b) Lihat ke dalam luka untuk mengetahui letak ototnya
c) Penting sekali untuk menjahit otot ke otot agar tidak ada rongga di antaranya
d. Jahitan Kulit
a) Carilah lapisan subkutikuler persis di bawah lapisan
b) Lanjutkan dengan jahitan subkutikuler kembali ke arah batas vagina, akhiri dengan
simpul mati pada bagian dalam vagina
c) Potong kedua ujung benang, dan hanya disisakan masing-masing 1 cm

Cara Perawatan Robekan Perineum

1. Menjaga kebersihan luka dengan sering mengganti pembalut nifas secara berkala 
2. Jaga luka agar tetap kering dengan cara menyeka hingga kering setelah buang air besar dan
air kecil
3. Makan makanan tinggi protein seperti putih telur 5 butir sehari, ikan gabus, daging sapi, dll.
4. Istirahat cukup 
5. Banyak minum air putih 
6. Coba untuk berjalan dan melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa 
7. Mandi seperti biasa, tepuk-tepuk luka sayatan dengan lembut
8. Jangan melakukan aktivitas berat terlebih dahulu seperti mengangkat barang, bersepeda, dll
9. Jangan melakukan hubungan seksual terlebih dahulu 

Sumber : repository.poltekkes-denpasar.ac.id
Asuhan sayang ibu kala 3

Sebagai bidan, ibu akan mengandalkan pengetahuan, keterampilan dan pengambilan keputusan dari
apa yang dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk :

1. Mendukung ibu dan keluarga baik secara fisik dan emosional selama persalinan dan
kelahiran.
2. Mencegah membuat diagnosa yang tidak tepat, deteksi dini dan penanganan komplikasi
selama persalinan dan kelahiran.
3. Merujuk ke fasilitas yang lebih lengkap bila terdeteksi komplikasi.
4. Memberikan asuhan yang akurat dengan meminimalkan intervensi.
5. Pencegahan infeksi yang aman untuk memperkecil resiko.
6. Pemberitahuan kepada ibu dan keluarga bila akan dilakukan tindakan dan terjadi penyulit.
7. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sehingga ibu dan bayi memiliki keterikatan satu sama lain
melalui kontak skin to skin. Memberikan dukungan selama persalinan dengan
mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan juga termasuk asuhan
sayang ibu
8. Memberikan asuhan bayi baru lahir secara tepat.
9. Pemberian ASI sedini mungkin.

Kebutuhan dasar selama persalinan tidak terlepas dengan asuhan yang diberikan bidan. Asuhan
kebidanan yang diberikan, hendaknya asuhan yang sayang ibu dan bayi. Asuhan yang sayang ibu
ini akan memberikan perasaan aman dan nyaman selama persalinan dan kelahiran. Seorang
Bidan adalah tenaga terlatih yang memiliki tugas untuk menolong persalinan dan membuat ibu
dan anak sejahtera dengan kesehatannya. Bidan akan memberikan asuhan persalinan normal
kepada setiap pasien yang tidak memiliki komplikasi dalam melahirkan atau kehamilannya.
Konsep asuhan sayang ibu menurut Pusdiknakes, 2003 adalah sebagai berikut:

1. Asuhan yang aman berdasarkan evidence based dan ikut meningkatkan kelangsungan
hidup ibu. Pemberian asuhan harus saling menghargai budaya, kepercayaan, menjaga
privasi, memenuhi kebutuhan dan keinginan ibu.
2. Asuhan sayang ibu memberikan rasa nyaman dan aman selama proses persalinan,
menghargai kebiasaan budaya, praktik keagamaan dan kepercayaan dengan melibatkan
ibu dan keluarga dalam pengambilan keputusan.
3. Asuhan sayang ibu menghormati kenyataan bahwa kehamilan dan persalinan
merupakan proses alamiah dan tidak perlu intervensi tanpa adanya komplikasi.
4. Asuhan sayang ibu berpusat pada ibu, bukan pada petugas kesehatan.
5. Asuhan sayang ibu menjamin ibu dan keluarganya dengan memberitahu tentang apa
yang terjadi dan apa yang bisa diharapkan.

Sumber : poltekkesjakarta1.ac.id 

Anda mungkin juga menyukai