“Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari
mengingat Allah, mendirikan shalat, dan membayarkan zakat. Mereka takut pada suatu hari
yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (Mereka mengerjakan yang
demikian itu) supaya Allah memberi balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih
baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada
mereka. Dan Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas” (QS an-
Nuur:37-38)[3].
Beberapa faidah penting yang terkandung dalam hadits ini:
– Yang dimaksud dengan pasar adalah semua tempat yang didatangkan dan diperjual-belikan
padanya berbagai macam barang dagangan[4], yang ini mencakup pasar tradisional, pasar
modern, super market, mall, toko-toko besar dan lain-lain.
– Pasar adalah tempat berjual-beli dan tempat yang melalaikan orang dari mengingat Allah
Ta’ala karena kesibukan mengurus perdagangan, maka di sanalah tempat berkumpulnya setan
dan bala tentaranya, sehingga orang yang berzikir di tempat seperti itu berarti dia telah
memerangi setan dan tentaranya, maka pantaslah jika dia mendapat pahala dan keutamaan
besar yang tersebut dalam hadits di atas[5].
– Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tempat yang paling dicintai Allah
adalah mesjid dan yang paling dibenci-Nya adalah pasar”[6].
– Seorang muslim yang datang ke pasar untuk mencari rezki yang halal, dengan selalu
berzikir (ingat) kepada Allah Ta’ala dan meninggalkan segala sesuatu yang diharamkan-Nya,
maka ini adalah termasuk sebaik-baik usaha yang diberkahi oleh Allah Ta’ala, sebagaimana
sabda Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sungguh sebaik-baik rizki yang dimakan
oleh seorang laki-laki adalah dari usahanya sendiri (yang halal)” [7].
– Zikir ini lebih utama jika diucapkan dengan lisan disertai dengan penghayatan akan
kandungan maknanya dalam hati, karena zikir yang dilakukan dengan lisan dan hati adalah
lebih sempurna dan utama[8].
– Ada hadits lain yang mirip dengan hadits ini, cuma dalam hadits tersebut ada tambahan di
akhir zikir tersebut di atas: laa ilaaha illallahu wallahu akbar…, hadits tersebut adalah hadits
palsu, sebagaimana keterangan syaikh al-Albani dalam kitab “adh-Dhaa’iifah” (no. 5171).
Penulis: Ustadz Abdullah Taslim, MA
Artikel www.muslim.or.id
[1] HR at-Tirmidzi (no. 3428 dan 3429), Ibnu Majah (no. 2235), ad-Daarimi (no. 2692) dan
al-Hakim (no. 1974) dari dua jalur yang saling menguatkan. Dinyatakan hasan oleh imam al-
Mundziri (dinukil oleh al-mubarakfuri dalam kitab “’Aunul Ma’bud” 9/273) dan syaikh al-
Albani dalam kitab “Shahihul jaami’” (no. 6231).
[2] Lihat kitab “Syarhu shahihil Bukhari Libni Baththaal” (11/256) dan “Tuhfatul ahwadzi”
(9/272).
[3] Dinukil oleh al-Mubarakfuri dalam kitab “Tuhfatul ahwadzi” (9/273).
[4] Lihat kitab “Faidhul Qadiir” (1/170).
[5] Lihat kitab “Tuhfatul ahwadzi” (9/272) dan “Faidhul Qadiir” (1/170).
[6] HSR Muslim (no. 671).
[7] HR an-Nasa-i (no. 4452), Abu Dawud (no. 3528), at-Tirmidzi (no. 1358) dan al-Hakim
(no. 2295), dinyatakan shahih oleh at-Tirmidzi, al-Hakim, adz-Dzahabi dan al-Albani.
[8] Lihat kitab “Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hal. 314).