Anda di halaman 1dari 2

Masalah Kesehatan di Provinsi Papua Barat

A. Masalah Kesehatan
TNP2K (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan) menyatakan
bahwa Provinsi Papua Barat merupakan provinsi urutan kedua dengan angka
kemiskinan tertinggi di Indonesia. Tingkat kemiskinan tersebut menjadi salah satu
faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan di Provinsi Papua Barat seperti
malnutrisi dan penyakit (Kawulur et al., 2023).
Salah satu penyakit yang ada di Provinsi Papua Barat yaitu malaria. Dinas
Kesehatan Provinsi Barat mencatat adanya 4182 kasus malaria hingga Agustus 2018.
Sebanyak 2346 kasus atau hampir 50% diantaranya berada di Kabupaten
Manokwari. Tingginya kasus malaria di Provinsi Papua Barat dipengaruhi oleh
perilaku masyarakat, seperti kebiasaan di luar rumah pada malam hari, tidak
menggunakan kelambu insektisida karena cuaca panas, serta pasien malaria tidak
mengkonsumsi obat secara teratur. Selain itu, masyarakat khususnya di Kecamatan
Manokwari Barat, menganggap bahwa membunuh jentik dan nyamuk malaria
dengan penyemprotan rumah adalah tanggung jawab petugas kesehatan, sehingga
masyarakat tidak melakukan tindakan pencegahan tersebut (Astin et al., 2020).

B. Profil Kesehatan Provinsi Papua Barat 2017 (Parorrongan, 2018)


Berdasarkan data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2016, angka
morbiditas Provinsi Papua Barat mencapai 11,17%. Pengumpulan data yang
diperoleh dari pasien rawat jalan Puskesmas dan Rumah Sakit di Papua Barat pada
tahun 2017 menunjukkan penyakit terbanyak yaitu TB, pneumonia balita,
HIV/AIDS/syphilis, diare, malaria, campak, DBD, dan hipertensi.
TBC atau tuberculosis merupakan penyakit yang tinggi di Papua Barat dengan
prevalensi tertinggi pada jenis kelamin laki-laki. Pemerintah membuat program
terkait TB paru dengan keberhasilan pengobatan TB mencapai 63,24%. Keberhasilan
pengobatan TB tertinggi ada pada 9 kabupaten dan 1 kota di Papua Barat.
ISPA atau penyakit infeksi saluran pernapasan akut masih terjadi di Papua Barat.
Sebanyak 10% balita dari semua balita yang ada di Papua Barat diperkirakan
memiliki ISPA. Kabupaten Manokwari dan Kabupaten Fakfak menjadi daerah
dengan jumlah kasus pneumonia balita tertinggi di Papua Barat, sedangkan
Kabupaten lainnya belum mencapai target maupun belum memasukkan data.
Penyakit menular lainnya yang ada di Papua Barat adalah HIV/AIDS dan
spyhilis. Meskipun data jumlah penderita HIV/AIDS sebenarnya belum diketahui
dengan pasti, namun data yang telah dikumpulkan menunjukkan bahwa penderita
HIV dan AIDS tertinggi ada pada usia 25-49 tahun. Berdasarkan laporan dari Profil
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, penderita HIV tertinggi berada di Kabupaten
Manokwari. Hal tersebut disebabkan karena Kabupaten Manokwari merupakan
ibukota provinsi yang mengalami peningkatan jumlah penduduk per km 2. Selain itu,
laporan tersebut memberikan data terkait jumlah kematian oleh AIDS di Papua Barat
sebanyak 426 kasus dan jumlah kematian oleh syphilis sebanyak 354 kasus.
Kematian oleh AIDS dan syphilis terbanyak ada pada usia 20-48 tahun.
Demam berdarah dengue merupakan penyakit yang menyerang sebagian besar
pada usia dibawah 15 tahun. Pada tahun 2017 terdapat 163 kasus atau sebesar 17,81
per 100.000 penduduk di Papua Barat. Kasus DBD paling banyak ditemukan di
Kabupaten Fakfak.
Kasus diare di Provinsi Papua Barat pada tahun 2017 mencapai 19.589 kasus,
sedangkan yang ditangani sebanyak 1.414 kasus atau sebesar 7,2%. Penderita diare
yang ditangani paling banyak terdapat di Kota Sorong, kemudian Kabupaten
Manokwari.
Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit yang telah menjadi masalah
kesehatan di Papua Barat yang menjadi faktor mortalitas pada bayi, balita, dan ibu
hamil. Pada tahun 2011, Papua Baarat memiliki angka Annual Parasite Incidences
(API) sebesar 71%. Namun seiring berjalannya waktu, API di Papua Barat semakin
menurun hingga 26% pada tahun 2015. Hal tersebut dikarenakan adanya upaya
pengendalian malaria yang intensif di Papua Barat. Pada tahun 2017, penderita
malaria dan kematian akibat malaria tertinggi ada pada Kabupaten Manokwari.
Permasalahan gizi buruk pada balita juga ditemukan di Papua Barat. Penemuan
kasus gizi buruk terbanyak adalah di Kabupaten Teluk Bintuni. Semua penemuan
kasus gizi buruk telah mendapatkan perawatan di pelayanan kesehatan.

Daftar Pustaka

Astin, N., Alim, A., & Zainuddin. (2020). Qualitative Study of Community Behavior in
Malaria Prevention in West Manokwari Sub-District , Manokwari District , West
Papua Province. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and
Health Education, 8(2), 132–145. https://doi.org/10.20473/jpk.V8.I2.2020.132-145
Kawulur, E. I. J. J., Krey, K., Ratnawati, S., Sinuraya, S., Panjaitan, R., Salosa, Y. Y.,
Massora, M., Lefaan, P. T., Maturbongs, A., & Allo, W. Y. L. (2023). Improvement
of Public Health Arfak Tribe through Social Service in Kwau Village West Papua.
PengabdianMu: Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat, 8(2), 262–270.
Parorrongan, O. (2018). Profil Kesehatan Provinsi Papua Barat 2017.

Anda mungkin juga menyukai