Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH FISIKA

UNSUR - UNSUR RADIOAKTIF

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 3

1. Diah Puri Widyawati (11)


2. Evelyne Xenarius Cleo (13)
3. Nila Berya Sagita (20)
4. Primary Putri Ardiva (25)
5. Sulis Natalia (32)

2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi kami rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga,
sahabat, tabi’in, dan segenap umatnya hingga akhir zaman.

Makalah yang kami susun ini berjudul “Unsur Radioaktif“. Makalah ini kami susun
dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata pelajaran Fisika..

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempuna. Maka dari
itu, kritik dan saran anda sangat kami nantikan. Terima kasih atas segala partisipasi semua
pihak yang mendukung tersusunnya makalah ini. Atas segala kekurangan dan kesalahannya
kami mohon maaf.

Wassalamu’alaikum Wr.wb

Jambi, 16 Januari 2023

i|Reaksi Inti
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN......................................Error! Bookmark not defined.
1.1. Latar Belakang.........................................Error! Bookmark not defined.
1.2. Rumusan Masalah....................................Error! Bookmark not defined.
1.3. Tujuan Penulisan....................................Error! Bookmark not defined.
BAB II PEMBAHASAN......................................Error! Bookmark not defined.
2.1. Pengertian dan Klasifikasi Reaksi Inti..Error! Bookmark not defined.
2.2. Pengertian Energi Reaksi Inti, Perbedaan Reaksi Kimia dan Reaksi Inti. 5
2.3. Pengertian Cross Section dan Fungsi Eksitasi Reaksi Inti........................8
2.5. Mekanisme Reaksi Inti..........................................................................18
BAB III PENUTUP................................................................................................21
3.1 Kesimpulan..................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.............................................Error! Bookmark not defined.

ii | R e a k s i I n t i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Memasuki era


globalisasi yang memicu
perkembangan industri
yang begitu Pesat, dapat
1.3 memancing
persaingan bisnis yang
semakin ketat. Hal ini
Menimbulkan pengaruh
yang begitu
1.4 besar pula terhadap
perkembangan ilmu
Teknologi, khususnya di

1|Reaksi Inti
bidang industri.
Pemanfaatan
1.5 ilmu teknologi
yang tinggi bertujuan
untuk mencapai
produktivitas kerja
yang tinggi, baik
1.6 kualitas atau
Kuantitas hasil produksi
maupun keefektifan
waktu kerja yang
dibutuhkan dalam
1.7 Proses produksi.
Salah satu ilmu
teknologi tinggi yang

2|Reaksi Inti
digunakan adalah
Pengunaan tenaga
1.8 nuklir atau sinar
radioaktif dalam industri
yang dapat menimbulkan
faktor bahaya dan potensi
1.9 bahaya relatif
besar. Pemanfaatan
tenaga nuklir secara
positif dapat
meningkatkan
1.10kesejahteraandan
kemakmuran rakyat
serta turut
mencerdaskan
kehidupan bangsa dan
3|Reaksi Inti
1.11Meningkatkan
kualitas sumber daya
manusia. Tenaga nuklir
di samping Mempunyai
manfaat
1.12yang cukup besar
dalam berbagai aplikasi
di bidang industri,
Pertanian, kesehatan,
hidrologi,
1.13energi, pendidikan
dan penelitian, juga
Mempunyai potensi
bahaya radiasi yang
cukup besar,

4|Reaksi Inti
1.14sehingga pemanfaatan
itu Harus berwawasan
keselamatan kerja yaitu
dengan membuat
peraturan
1.15yang ketat dan
dilaksanakan dengan
seksama serta dilakukan
pengawasan agar potensi
bahaya
1.16tidak menjadi
kenyataan
Memasuki era globalisasi yang memicu perkembangan industri yang
begitu Pesat, dapatmemancing persaingan bisnis yang semakin ketat. Hal
ini Menimbulkan pengaruh yang begitubesar pula terhadap perkembangan
ilmu Teknologi, khususnya di bidang industri. Pemanfaatanilmu teknologi
yang tinggi bertujuan untuk mencapai produktivitas kerja yang
tinggi, baikkualitas atau Kuantitas hasil produksi maupun keefektifan
waktu kerja yang dibutuhkan dalamProses produksi. Salah satu ilmu
teknologi tinggi yang digunakan adalah Pengunaan tenaganuklir
atau sinar radioaktif dalam industri yang dapat menimbulkan faktor bahaya
dan potensibahaya relatif besar. Pemanfaatan tenaga nuklir
secara positif dapat meningkatkankesejahteraandan kemakmuran
rakyat serta turut mencerdaskan kehidupan bangsa

5|Reaksi Inti
danMeningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tenaga nuklir di
samping Mempunyai manfaatyang cukup besar dalam berbagai aplikasi di
bidang industri, Pertanian, kesehatan, hidrologi,energi, pendidikan dan
penelitian, juga Mempunyai potensi bahaya radiasi yang cukup
besar,sehingga pemanfaatan itu Harus berwawasan keselamatan kerja
yaitu dengan membuat peraturanyang ketat dan dilaksanakan dengan
seksama serta dilakukan pengawasan agar potensi bahayatidak menjadi
kenyataan

1.17 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan radioaktif?
b. Jelaskan apa saja yang termasuk unsur radioaktif?
c. Contoh penerapan unsur radioaktif dalam kehidupan?

1.18 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan
penulisan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :

a. Untuk memenuhi tugas makalah unsur  radioaktif


b. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk unsur – unsur radioaktif
c. Untuk mengetahui manfaat dan bahaya dari unsur radioaktif

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Radioaktif

6|Reaksi Inti
2.2 Memasuki era
globalisasi yang memicu
perkembangan industri
yang begitu Pesat, dapat
2.3 memancing
persaingan bisnis yang
semakin ketat. Hal ini
Menimbulkan pengaruh
yang begitu
2.4 besar pula terhadap
perkembangan ilmu
Teknologi, khususnya di
bidang industri.
Pemanfaatan
2.5 ilmu teknologi
yang tinggi bertujuan
7|Reaksi Inti
untuk mencapai
produktivitas kerja
yang tinggi, baik
2.6 kualitas atau
Kuantitas hasil produksi
maupun keefektifan
waktu kerja yang
dibutuhkan dalam
2.7 Proses produksi.
Salah satu ilmu
teknologi tinggi yang
digunakan adalah
Pengunaan tenaga
2.8 nuklir atau sinar
radioaktif dalam industri
yang dapat menimbulkan
8|Reaksi Inti
faktor bahaya dan
potensi
2.9 bahaya relatif
besar. Pemanfaatan
tenaga nuklir secara
positif dapat
meningkatkan
2.10 kesejahteraandan
kemakmuran rakyat
serta turut
mencerdaskan
kehidupan bangsa dan
2.11 Meningkatkan
kualitas sumber daya
manusia. Tenaga nuklir

9|Reaksi Inti
di samping Mempunyai
manfaat
2.12 yang cukup besar
dalam berbagai aplikasi
di bidang industri,
Pertanian, kesehatan,
hidrologi,
2.13 energi, pendidikan
dan penelitian, juga
Mempunyai potensi
bahaya radiasi yang
cukup besar,
2.14 sehingga
pemanfaatan itu Harus
berwawasan
keselamatan kerja yaitu
10 | R e a k s i I n t i
dengan membuat
peraturan
2.15 yang ketat dan
dilaksanakan dengan
seksama serta dilakukan
pengawasan agar potensi
bahaya
2.16 tidak menjadi
kenyataan
2.17 Memasuki era
globalisasi yang memicu
perkembangan industri
yang begitu Pesat, dapat
2.18 memancing
persaingan bisnis yang
semakin ketat. Hal ini
11 | R e a k s i I n t i
Menimbulkan pengaruh
yang begitu
2.19 besar pula terhadap
perkembangan ilmu
Teknologi, khususnya di
bidang industri.
Pemanfaatan
2.20 ilmu teknologi
yang tinggi bertujuan
untuk mencapai
produktivitas kerja
yang tinggi, baik
2.21 kualitas atau
Kuantitas hasil produksi
maupun keefektifan

12 | R e a k s i I n t i
waktu kerja yang
dibutuhkan dalam
2.22 Proses produksi.
Salah satu ilmu
teknologi tinggi yang
digunakan adalah
Pengunaan tenaga
2.23 nuklir atau sinar
radioaktif dalam industri
yang dapat menimbulkan
faktor bahaya dan
potensi
2.24 bahaya relatif
besar. Pemanfaatan
tenaga nuklir secara

13 | R e a k s i I n t i
positif dapat
meningkatkan
2.25 kesejahteraandan
kemakmuran rakyat
serta turut
mencerdaskan
kehidupan bangsa dan
2.26 Meningkatkan
kualitas sumber daya
manusia. Tenaga nuklir
di samping Mempunyai
manfaat
2.27 yang cukup besar
dalam berbagai aplikasi
di bidang industri,

14 | R e a k s i I n t i
Pertanian, kesehatan,
hidrologi,
2.28 energi, pendidikan
dan penelitian, juga
Mempunyai potensi
bahaya radiasi yang
cukup besar,
2.29 sehingga
pemanfaatan itu Harus
berwawasan
keselamatan kerja yaitu
dengan membuat
peraturan
2.30 yang ketat dan
dilaksanakan dengan
seksama serta dilakukan
15 | R e a k s i I n t i
pengawasan agar potensi
bahaya
2.31 tidak menjadi
kenyataan
2.32 Radioaktivitas pada unsur radioaktif (radionuklida)
ditunjukkan oleh konstanta disintegrasi yang menyatakan
perbandingan disintegrasi tiap detik, dan waktu paruh (t½).
2.33 Radioaktivitas adalah kemampuan inti atom yang tidak stabil
untuk memancarkan radiasi dan berubah menjadi inti stabil. Materi
yang mengandung inti tidak stabil memungkinkan untuk
memancarkan radiasi yang disebut dengan zat radioaktif.
2.34 Perubahan menjadi inti stabil disebut dengan peluruhan dan
inti atom yang tidak stabil disebut radiosotop. Sedangkan materi
yang banyak mengandung radiosotop disebut dengan zat radioaktif.
2.35 Suatu zat radioaktif (radioactive substance) dapat didefinisikan seb
agai sesuatu yang memiliki sifat untuk mengemisikan radiasi secara sponta
n yang mampu berjalan melewati lembaran-lembaran logam dan zat-zat lai
n yang tak tembus terhadap cahaya. Radiasi tersebut berlaku dengan cara y
ang sama seperti pada cahaya terhadap suatu pelat fotografi, menyebabkan 
fluoresensi bertanda dalam zat-zat tertentu dan memberikan konduktivitas l
istrik pada udara.
2.36 Berdasarkan hasil penelitian W.C Rontgen tersebut, maka Henry B
ecquerel pada tahun 1896 bermaksud menyelidik sinar X, tetapi secara keb
etulan ia menemukan gejala keradioaktifan. Pada penelitiannya ia menemu
kan bahwa garam-garam uranium dapat merusak film foto meskipun ditutu
p rapat dengan kertas hitam. Menurut Becquerel, hal ini karena garam-
garam uranium tersebut dapat memancarkan suatu sinar dengan spontan. Pe
ristiwa ini dinamakan radio aktivitas spontan.

UNSUR – UNSUR RADIOAKTIF

A. URANIUM

16 | R e a k s i I n t i
Uranium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang U dan nomor atom 92. Ia merupakan logam Radioaktif bewarna
putih keperakan yang termasuk dalam deret aktinida di dalam tabel
periodik. Uranium memiliki 92 proton dan 92 elektron, dengan elektron
valensi 6

B. PLUTONIUM
Plutonium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang Pu dan nomor atom 94. Ia merupakan unsur radioaktif
transuranium yang langka dan merupakan logam aktinida dengan
penampilan berwarna putih keperakan

C. TORIUM
Torium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang Th dan nomor atom 90. Logam torium berwarna keperakan dan
bernoda hitam saat terkena udara, membentuk torium dioksida; logam ini
cukup keras, mudah dibentuk, dan memiliki titik lebur yang tinggi

sesudah reaksi. Suatu reaksi inti membutuhkan penggunaan kesetaraan


massa dan energi yang dirumuskan oleh Albert Einstein

E = mc2

Bila massa nuklida yang tepat diketahui, kita dapat menghitung energi
reaksi inti dengan menggunakan rumus diatas. Lambang m menyatakan
perubahan massa bersih (dalam satuan kg), sedangkan c adalah kecepatan
cahaya(dalam meter/detik). Energi E dinyatakan dalam Joule. Apabila semua
massa inti atom dinyatakan dalam sma (satuan massa atom), maka energi total
yang dimiliki massa sebesar 1 sma setara dengan energi sebesar 931 MeV (1 sma
= 1,66 × 10-27 kg, c = 3 × 108 m/s dan 1 eV = 1.6 × 10-19 Joule)

Dalam reaksi inti, energi seringkali dilepaskan atau diserap. Suatu reaksi
melepas energi berarti energi kinetik partikel-partikel setelah reaski lebih besar
dari energi kinetik partikel-partikel sebelum reaski. Penambahan energi ini datang

17 | R e a k s i I n t i
dari pengubahan energi diam menjadi energi kinetik. Jumlah energi yang dilepas
diukur oleh nilai Q reaksi inti, yang didefinisikan sebagi selisih antara energi
kinetik akhir dan awal.

Dalam sistem laboratorium, energi kinetik total timbul dari partikel


datang saja :

1
mAV 2
Klab = 2 (energi kinetik dalam sistem lempengan)

Dalam sistem pusat massa, kedua partikel bergerak dan memberikan


kontribusi pada energi kinetik total.

Kcm = ½ mA (v-V)2 + ½ mB V2

= ½ mAv2 - ½ (mA – mB) V2

= K - ½ (mA - mB) V2

=
( mB
)
m A +m B
K
lab (energi kinetik dalam sistem pusat massa)

Energi kinetik total partikel relatif terhadap pusat massanya ialah energi
kinetik total dalam sistem laboratorium dikurangi energi kinetik ½ (mA + mB)V2
dari pusat massa yang bergerak. Jadi dapat dianggap bahwa Kcm sebagai energi
kinetik gerak relatif partikel itu. Jika partikel bertumbukan, energi kinetik
maksimum yang dapat berubah menjadi energi eksitasi dari inti majemuk yang
terjadi dengan tetap mempertahankan kekekalan momentum ialah Kcm yanng
lebih kecil dari Klab.

Harga Q suatu reaksi nuklir :

Q = [(mA + mB) - (mC + mD)] c2

= [(mA + mB – mC – mD)]c2

18 | R e a k s i I n t i
Jika Q merupakan kuantitas positif, energi dilepaskan oleh reaksi itu. Jika Q
kuantitas negatif energi kinetik dalam sistem pusat massa cukup besar harus
diberikan oleh partikel-partikel yang bereaksi sehingga

Kcm + Q  0

B.Perbedaan Reaksi Inti dan Reaksi Kimia

Reaksi inti berbeda dengan reaksi kimia. Dikarenakan reaksi tersebut


terjadi pada tingkatan  inti atom (nukleus) bukannya atom secara keseluruhan.
Seperti yang pernah dibahas pada tulisan saya sebelumnya, bahwa energi Kimia
dan Energi Atom, sama – sama berasal dari atom, namun perbedaanya energi
kimia yang dihasilkan dari tiap – tiap pembakaran sebuah batu bara dan minyak
bumi – misalnya, akan menghasilkan penyusunan kembali (rearrangement) atom
yang disebabkan oleh redistrisbusi elektron. Sedangkan di sisi lain, energi atom
dihasilkan dari redistribusi partikel dengan inti atom (atomic nuclei). Karena
itulah untuk menghindari kerancuan sering digunakan istilah “Energi Nuklir”
daripada istilah energi atom.

Dalam kondisi laboratorium yang sesuai, inti atom bisa dibuat dari inti
atom yang lain terutama untuk unsur – unsur yang memiliki nomer atom yang
paling kecil yakni inti hidrogen ( identik dengan proton), inti deuterium
(deuterons) dan inti helium ( partikel alfa). Reaksi Inti atom bisa bisa terjadi jika
inti atom berinteraksi dengan neutron, elektron dan sinar gamma.

Namun pada temperatur biasa, laju reaksi nuklir – (yakni jumlah nukleus
yang bereaksi pada waktu tertentu dalam volume tertentu) adalah sangat kecil
dibandingkan laju reaksi kimia yang menghasilkan atom atau molekul.  Mengapa
hal tersebut terjadi? Ada dua alasan yang membuat mengapa hal tersebut terjadi :

Alasan pertama adalah ukuran nukleus yang kecil ( hanya berode cm )


dibandingkan dengan ukuran atom atau molekul secara keseluruhan yang berode
atau . Hal ini menyebabkan tumbukan nuklir yang terjadi memiliki laju yang
lebih sedikit dibandingkan dengan tumbukan pada tingkat atomik atau molekuler.

19 | R e a k s i I n t i
Namun, meskipun begitu, pada keadaan instimewa dimana nukleus dengan massa
dan energi yang kecil bisa berlaku seolah – olah memiliki diameter yang
mendekati ukuran  diameter atom sehingga laju reaksi nuklir yang terjadi akan
meningkat secara drastis diatas nilai biasa. Kondisi istimewa ini akan dibahas
pada tulisan saya yang lain.

Alasan kedua yang bertanggung jawab menyebabkan  laju yang relatif


rendah dari interaksi inti dengan inti yang lainnya adalah adanya gaya coulomb
yang bersifat saling tolak – menolak diantara inti yang disebabkan muatan positif
pada inti. Energi tolakan tersebut adalah sebanding dengan (z1 – z2 )/ R . dimana
Z1 dan Z2 adalah muatan, yakni nomer atom dari dua inti yang berinteraksi dan R
adalah jarak diantara 2 pusat inti.

Karena  inti satu harus mendekati inti lainnya dengan jarak cm sebelum
bisa berinteraksi,  maka energi penolakan yang timbul – sesuai persamaan
coulomb tersebut – akan sangat besar, khususnya  pada inti atom dengan nomer
atom yang tinggi. Dalam kasus inti dengan nomer atom kecil ( seperti H, He ),
energi coulomb yang terjadi pada orde jutaan electron Volt, bayangkan energi 
Coulomb yang timbul pada inti atom dengan nomer atom yang besar (seperti
uranim -235 misalnya).

Disisi lain pada reaksi kimia, Energi yang dibutuhkan untuk


memungkinkan interaksi medan elektronik adalah jarang mencapai lebih dari
beberapa elektron Volt. Pada temperatur biasa  probabilitas untuk sepasang
atom/molekul yang bertubrukan akan memiliki sejumlah Energi kinetik  dalam
nilai jutaan eV adalah sangat kecil sekali. Oleh sebab itu, tidak hanya jumlah
tumbukan diantara nukleus  lebih kecil dibandingkan tumbukan diantara
atom/molekul di dalam kondisi yang sama, tapi probabilitas terjadinya interaksi
dari tumbukan tersebut juga dinilai kecil.  Sehingga tidaklah heran bahwa laju
reaksi yang terjadi diantara inti atom adalah jauh lebih kecil daripada reaksi kimia
di tingkat atom/molekul

Berikut tabel perbandingan antara reaksi kimia dengan reaksi inti:

20 | R e a k s i I n t i
Reaksi kimia Reaksi inti

Atom diubah susunannya melalui Unsur (atau isotop dari unsur yang sama).
pemutusan  dan pembentukan ikatan kimia Dikonversi dari unsur yang satu ke lainnya.

Hanya elektron dalam orbital aton atau Proton, neutron, electron, dan partikel dasar lain
molekul yang terlibat dalam pemutusan dan terlibat dalam reaksi.
pembentukan ikatan

Reaksi diiringi dengan penyerapan atau Reaksi diiringi dengan penyerapan atau
pelepasan energy yang relative kecil pelepasan energy yang sangat besar.

Laju reaksi dipengaruhi oleh suhu, tekanan Laju reaksi biasannya tidak dipengaruhi oleh
konsentrasi dan katalis suhu, tekanan dan katalis.

Isotop yang Isotop yang berbedamemberikankarakteristik


berbedamemberikankarakteristik yang sama yang beda

2.3 Pengertian Cross Section dan Fungsi Eksitasi Inti

A.Pengertian Cross Section

Cross-section : tampang lintang : suatu ukuran probabilitas terjadinya


reaksi nuklir. Probabilitas tersebut digambarkan sebagai suatu area dimana target
berada. Dinyatakan dalam Barn ( 1 Barn = 10-28 m2)

Cross section jika ditulis dalam bahasa Indonesia disebut sebagai


penampang lintang, cross section pada konteks ini merupakan probabilitas
terjadinya tumbukan antar satu partikel dengan inti atau partikel lainnya. Cross
section merupakan parameter kuantum yang berkaitan dengan terjadinya reaksi
inti-inti radioaktif. Ada beberapa jenis parameter cross section antara lain
absorption cross section , capture cross section , fission cross section , scattering
cross section , transfer cross section , dan lain sebagainya.

21 | R e a k s i I n t i
Absorption cross section yakni tampang lintang yang berperan dalam
penyerapan partikel oleh suatu inti atom. Dalam hal ini, biasanya partikel yang
dimaksud adalah neutron. Apabila terjadi proses suatu inti atom radioaktif
“menyerap” neutron, maka inti atom tersebut akan mengalami reaksi
“pembakaran” (burnup).

Sedangkan capture cross section berperan dalam penangkapan partikel


(dalam hal ini adalah neutron) untuk membentuk inti atom baru (transmutasi)
yang memiliki masa atom lebih besar 1 satuan atom (masa neutron besarnya 1
satuan atom). Material / isotop yang bersifat fertil mengalami capture cross
section yang besar.

Contoh proses absorpsi dan capture neutron adalah pada inti U-238 akan


mengalami reaksi burnup (pembakaran) dengan menyerap neutron sekaligus
mengalami transmutasi menjadi U-239 jika menangkap neutron. Besarnya
kuantitas burnup dan transmutasi bergantung pada absorption cross
section dan capture cross section dari U-238.

Adapun fission cross section merupakan penampang lintang / probabilitas


terjadinya reaksi fisi apabila suatu material / inti / isotop ditumbuk oleh neutron.
Material/isotop yang memiliki fission cross section yang besar dapat dikatakan
sebagai material/isotop fisil. Contohnya adalah apabila inti U-235 ditumbuk oleh
neutron, maka akan terjadi reaksi fisi (pembelahan) yang akan menghasilkan dua
atau lebih isotop lain yang lebih kecil dan sekitar 200 MeV energi.

Scattering cross section merupakan probabilitas suatu partikel (neutron)


apabila menumbuk inti/isotop akan mengalami hamburan (dipantulkan
kembali). Scattering cross section juga terbagi lagi menjadi dua jenis, yakni
proses hamburan dari luar ke dalam inti atom, serta sebaliknya

A. Fungsi Eksitasi Inti

Eksitasi dalam fisika adalah penambahan sejumlah diskrit energi (disebut


energi eksitasi) untuk sistem-seperti inti atom, atom, atau molekul-sehingga

22 | R e a k s i I n t i
menghasilkan perubahan yang, biasanya dari kondisi energi terendah (keadaan
dasar) ke salah satu energi yang lebih tinggi (keadaan tereksitasi).

Dalam sistem nuklir, atom, dan molekul, keadaan-keadaan tereksitasi tidak


terus didistribusikan tetapi memiliki nilai energi diskrit tertentu saja. Dengan
demikian, energi eksternal (energi eksitasi) dapat diserap dalam jumlah diskrit.

Dengan demikian, dalam atom hidrogen (terdiri dari elektron yang


mengorbit terikat dengan inti satu proton), energi eksitasi 10,2 elektron volt
diperlukan untuk mendorong elektron dari keadaan dasar ke keadaan tereksitasi
pertama. Sebuah energi eksitasi yang berbeda (12,1 elektron volt) akan
dibutuhkan untuk menaikkan elektron dari keadaan dasar ke keadaan tereksitasi
kedua.

Demikian pula, proton dan neutron dalam inti atom merupakan sistem yang
dapat dinaikkan secara diskrit menjadi tingkat energi yang lebih tinggi dengan
menyediakan energi eksitasi yang tepat. Energi eksitasi nuklir kira-kira 1.000.000
kali lebih besar dari energi eksitasi atom. Untuk inti timbal-206, sebagai contoh,
energi eksitasi dari keadaan tereksitasi pertama adalah 0,80 juta elektron volt dan
kedua keadaan eksitasi kedua 1,18 juta elektron volt.

Energi eksitasi disimpan dalam atom yang tereksitasi dan inti yang
memancarkan cahaya biasanya terlihat dari atom dan sebagai radiasi gamma dari

23 | R e a k s i I n t i
inti karena mereka kembali ke keadaan dasar. Energi ini juga bisa hilang oleh
tumbukan.

Proses eksitasi adalah salah satu sarana utama dimana materi menyerap
pulsa energi elektromagnetik (foton), seperti cahaya, dan dengan dipanaskan atau
terionisasi oleh dampak partikel bermuatan, seperti elektron dan partikel alpha.

Dalam atom, energi eksitasi diserap oleh elektron yang mengorbit yang
diangkat ke tingkat energi yang berbeda yang lebih tinggi.Dalam inti atom, energi
diserap oleh proton dan neutron yang ditransfer ke keadaan tereksitasi. Dalam
molekul, energi yang diserap tidak hanya oleh elektron, yang sangat antusias
untuk tingkat energi yang lebih tinggi, tetapi juga oleh seluruh molekul, yang
sangat tereksitasi untuk keadaan diskrit dari getaran dan rotasi.

Fungsi eksitasi adalah aluran antara penampang lintang reaksi inti dan
energi partikel penembak; fungsi eksitasi reaksi dengan partikel bermuatan dapat
ditentukan dengan menggunakan pencepat partikel yang dapat menghasilkan
partikel penembak dengan energi kinetik bervariasi ; fungsi eksitasi reaksi inti
dengan neutron dapat ditentukan dengan menggunakan reaktor sebagai sumber
partikel penembak ; karena tidak monoenergi, neutron dari reaktor diseleksi
kecepatannya dengan dua cakram bergigi yang berputar dan diletakkan pada jarak
tertentu ; pada gigi cakram tersebut diletakkan penyerap neutron ; karakteristik
yang diamati pada fungsi eksitasi merupakan salah satu data penting untuk
menjelaskan mekanisme reaksi inti.

2.4 Mekanisme Reaksi Inti

Sebagian besar data inti yang terkumpul sekarang berasal dari analisis
berbagai percobaan reaksi inti. Dalam percobaan ini berbagai inti ditembaki
dengan berbagai macam proyektil (radiasi) partikel maupun inti dan kemudian
hasilnya diamati. Sebagai proyektil, juga telah digunakan berbagai isotop dengan
nomor atom sebesar Z = 18.

24 | R e a k s i I n t i
Biasanya, reaksi inti ini memberi hasil suatu inti sisa akhir (yang biasanya
tak teramati) ditambah partikel lain yang teramati secara eksperimental. (kadang-
kadang kedua hasil akhir ini diamati bersama).

Reaksi-reaksi inti dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut:

PROYEKTIL + INTI SASARAN INTI SISA + PARTIKEL


TERAMATI

Atau dalam bentuk singkat

SASARAN (PROYEKTIL, PARTIKEL TERAMATI) INTI SISA

Dalam setiap persamaan reaksi inti, muatan total (Z total) dan jumlah nukleon
total (A total) harus sama pada kedua ruas persamaan.

Sebagai contoh, reaksi inti yang pertama kali (diamati oleh Rutherford pada tahun
1919) adalah ;

14 4 17
7 N + 2 H e → 8 O+ p atau bisa ditulis secara singkat N714 (He, p) O817

Reaksi-reaksi inti diklasifikasikan menurut proyektil, partikel teramati dan


inti sisa. Jika proyektil dan partikel teramati adalah sama. Maka kita peroleh
reaksi hamburan (scattering reaction). Jika inti sisa tetap berada dalam keadaan
energi rendahnya atau keadaan dasar, maka hamburannya adalah elastis. Tetapi
bila inti sisanya berpindah ke suatu keadaan tereksitasi, maka hamburannya tak
elastik.

Proses pada saat proyektil yang ditembakkan memperoleh tambahan


nukleon dari, atau memberi nukleon ke inti sasaran berturut-turut disebut sebagai
reaksi pengambilan (pick up) dan pelucutan (stripping).

Reaksi pengambilan dan pelucutan ini seringkali terjadi pada tingkat


energi yang cukup tinggi, sehingga kita dapat menganggap bahwa reaksinya
langsung (direct). Dalam reaksi pelucutan langsung ini dianggap bahwa nukleon

25 | R e a k s i I n t i
mengambil bagian dalam memasuki atau meninggalkan suatu orbit model-kulit
tertentu dari inti sasaran tanpa mengganggu nukleon lainnya.

Jenis reaksi lain yang agak berlawanan yaitu proyektil datang dan inti
sasaran bersama-sama membentuk sebuah inti baru, yang disebut inti gabungan
(compuond nucleus), yang hidup selama selang waktu singkat dalam keadaan
suatu eksitasi dan kemudian meluruh.

Dalam reaksi inti sebagian zarah proyektil akan dihamburkan dan sebagian
lainnya akan diserap oleh inti atom target. Tahap-tahap reaksi inti sbb :

1. Tahap zarah bebas

Hasil eksperimen menunjukkan bahwa pada setiap reaksi inti selalu terjadi
hamburan dan serapan, pada tahap ini sebagian zarah proyektil dihamburkan
secara elastis dan sebagian diserap inti atom target untuk memasuki tahap inti
majemuk seperti pada gambar di bawah ini

Gambar 3.1Mekanisme Reaksin Inti

Pada tahap penyerapan terdiri dari tumbukan dua benda. Hal ini berarti
bahwa jika zarah proyektil adalah nukleon tunggal, maka zarah tersebut akan
berinteraksi dengan sebuah nukleon di dalam inti dan mampu menaikkan energi
nukleon ketingkat energi lebih tinggi seperti pada gambar berikut:

26 | R e a k s i I n t i
Gambar 3.2 Interaksi Zarah

2. Tahap Inti Majemuk

Pada tahap ini sebagian zarah yang diserap dari tahap pertama
dihamburkan kembali dalam hamburan elastis majemuk , sebagian lainnya
membentuk inti majemuk atau menuju ke tahap akhir melalui reaksi langsung.

3. Tahap Akhir

Inti majemuk akan mengalami peluruhan dan memancarkan zarah untuk


membentuk inti baru yang stabil. Jika inti majemuk tidak terbentuk maka pada
tahap ini akan terjadi reaksi langsung antara lain reaksi fisi dan fusi.

27 | R e a k s i I n t i
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Reaksi inti merupakan peristiwa perubahan suatu inti atom sehingga


berubah menjadi inti atom lain dengan disertai munculnya energi yang sangat
besar. Reaksi inti sangat berbeda dengan reaksi kimia, karena pada
dasarnya reaksi inti ini terjadi karena tumbukan (penembakan) inti sasaran (target)
dengan suatu proyektil (peluru).

Klasifikasi reaksi inti, Dikenal ada tiga macam reaksi inti, yaitu reaksi
penembakan denganpartikel (peluruhan),reaks itranmutasi inti,dan reaksi
penghasil energy (reaksifisi, danreaksifusi).

Energi reaksi inti yang timbul diperoleh dari penyusutan massa inti, yaitu
perbedaan jumlah massa inti atom sebelum reaksi dengan jumlah massa inti atom
sesudah reaksi.Suatu reaksi inti membutuhkan penggunaan kesetaraan massa dan
energi yang dirumuskan oleh Albert Einstein

E = mc2

Reaksi inti berbeda dengan reaksi kimia pada umumnya. Reaksi inti
menyangkut perubahan pada susunan inti atomnya sedangkan reaksi kimia hanya

28 | R e a k s i I n t i
melibatkan perubahan elektron pada kulit atom untuk pembentukan atau
pemutusan ikatan kimia.

DAFTAR PUSTAKA

Bunjali, Bunbun. 2002. Kimia Inti.  Bandung  : ITB.

Chang,  Raymond. 2004. Kimia Dasar Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

MT, Duyeh Setiawan. 2009. RADIOKIMIA. Bandung: Widya Padjadaran.

Petrucci, ralph. 1999. Kimia dasar. Jakarta : Erlangga

Purba, Micheal. 2006. Kimia untuk SMA Kelas XII. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Riyanto, nurdin dan yustisia nurdin. 2009. Super genius olimpiade kimia. Yogyakarta :
Pustaka Widyatama

Wardhana, Wisnu Arya. 2007. Teknologi Nuklir Proteksi dan Aplikasinya.


Yogyakarta : Penerbit Andi.

http://fisikazone.com/reaksi-inti/reaksi-fisi-dari-uranium/

http://fisikanuklir.unnes.ac.id/index.php?tj=menu/
output_menu&id_radio_materi=13

29 | R e a k s i I n t i
30 | R e a k s i I n t i

Anda mungkin juga menyukai