Anda di halaman 1dari 20

SPESIFIKASI TEKNIK

1. UMUM

I.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah Rehabilitasi Jaringan Irigasi D.I.
Leuwi Cantik Desa Rahong Kecamatan Cilaku Jangka waktu pelaksanaan
pekerjaan adalah 120 (seratus dua puluh) hari kalender.
Merupakan bagian dari Program Pengelolaan Sumber Daya Air Kegiatan
Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi Primer dan Sekunder pada Daerah
Irigasi yang Luasnya dibawah 1000 Ha dalam 1 (satu) Daerah Kabupaten/ Kota
Sub Kegiatan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Permukaan (PBH).
Kualifikasi pekerjaan ini adalah untuk Usaha Kecil, SBU Bidang Sipil/
Klasifikasi BS 004 (Konstruksi Jaringan Irigasi dan Drainase) atau SBU
Bidang Sipil/ Klasifikasi S1001 Jasa Pelaksana untuk Konstruksi Air,
Pelabuhan, Dam dan Prasarana Sumber Daya Air Lainnya.
Pekerjaan Utama adalah Perbaikan Bendung 1,00 buah, Pasangan Tembok
linning/ TPT sepanjang 30,00 m' dan Pengerukan lumpur/ Normalisasi
Saluran sepanjang 925,00 m' berupa :
a) Pekerjaan Tanah
b) Pekerjaan Pasangan
c) Pekerjaan Pintu
d) Pekerjaan Non Woven Geotextile

Selain pekerjaan utama yang disebut diatas, maka Kontraktor wajib


melaksanakan pekerjaan lain yang merupakan pekerjaan yang harus
dilaksanakan untuk mendukung terlaksananya pekerjaan tersebut, seperti :
a) Papan nama
b) Foto Dokumentasi
c) Pembersihan/kerapian site
d) Quality Control
e) As Build Drawing/Shop Drawing
f) Pengurusan ijin yang ditetapkan
g) Pekerjaan-pekerjaan yang tidak disebutkan satu persatu, tetapi merupakan
suatu kesatuan sistem yang tak bisa dipisahkan.
h) Pekerjaan Kistdam
I.2. Lokasi Pekerjaan
Pekerjaan yang dilaksanakan berada di Jaringan Irigasi D.I. Leuwi Cantik Desa
Rahong Kecamatan Cilaku, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat.
I.3. Tanggung Jawab Penyedia Jasa
a) Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa wajib memeriksa kekuatan
konstruksi, stabilitas dan keamanan pelaksanaan pekerjaan yang akan
dilaksanakan dan harus mengkonsultasikan dengan Perencana dan
Konsultan Pengawas/ Direksi.
b) Segala sesuatu kerusakan yang timbul akibat kelalaian Penyedia Jasa tidak
melaksanakan pemeriksaan kekuatan konstruksi, stabilitas dan keamanan
pelaksanaan pekerjaan menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
c) Pada keadaan apapun, dimana pekerjaan-pekerjan yang dilaksanakan telah
mendapat persetujuan Direksi Lapangan tidak berarti membebaskan
Penyedia Jasa atas tanggung jawab pada pekerjaannya sesuai dengan isi
kontrak.
I.4 Sarana Bekerja dan Tata Cara Pelaksanaan
a) Kontraktor harus menyediakan semua peralatan yang nyata-nyata
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan. Direksi berhak meminta kepada
Kontraktor untuk mengadakan peralatan pembantu pekerjaan yang
dianggap perlu untuk menjamin kecepatan, mutu dan ketepatan pekerjaan.
b) Semua biaya mobilisasi dan sewa pakai peralatan dianggap telah
diperhitungkan dalam penawaran Kontraktor. Sebagai gambaran, peralatan
minimal yang harus digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah :

Peralatan utama untuk pelaksanaan pekerjaan yang harus disediakan,


yaitu

Status
No Jenis Kapasitas Jumlah
kepemilikan
1 Mollen/Concreet Mixer 0,30 m3 2 Milik/ Sewa
2 Mesin Pompa Air 15 Kw 1 Milik/ Sewa
3 Jack Hammer 60 joule 1 Milik/ Sewa
4 Generator Diesel 10 10 Kw 1 Milik/ Sewa
(Genzet)
5 Tackle/Tripod tinggi 4- 5 ton 1 Milik/ Sewa
5m
6 Mesin las listrik 250A, 250A, diesel 1 Milik/ Sewa
diesel
Dan dilengkapi dengan Alat-alat pertukangan sederhana lainnya yang
wajib dimiliki oleh setiap tukang.

I.5. Jenis, jumlah, kondisi dan pemilikan alat-alat harus tercermin dalam
lampiran penawaran kontraktor.
Kontraktor wajib meneliti situasi Tapak dan hal lain yang dapat mempengaruhi
penawaran. Untuk itu sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor wajib
melakukan survey ulang guna memperoleh akurasi data yang baru. Kelalaian
atau kekurang telitian Kontraktor dalam hal ini tidak dapat diajukan sebagai
alasan untuk mengajukan klaim.
a) Pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian sesuai dengan
ketentuan-ketentuan dalam Spesifikasi Teknis, Gambar Rencana, Berita
Acara Penjelasan (Aanwijzing), Berita Acara Rapat Lapangan, serta
petunjuk dari Direksi Teknis / Konsultan Perencana, Konsultan
Pengawas dan Tim Teknis Pengelola Proyek. Bila ternyata ada perbedaan
antara gambar rencana, dan RAB maka Pelaksana/ Penyedia Jasa harus
memberitahukan kepada Direksi/ Konsultan Pengawas dilapangan.
b) Dalam melaksanakan pekerjaan Kontraktor wajib melakukan
pendekatan dengan masyarakat sekitar untuk memperoleh dukungan
dalam pelaksanaan pekerjaan ini.

2. PERSYARATAN KHUSUS
II.1. Standar-standar yang berlaku.
a) Kecuali ditentukan lain dalam Spesifikasi teknis ini, berlaku dan mengikat
ketentuan - ketentuan persyaratan teknis yang tertera dalam persyaratan
Standard Normalisasi Indonesia (SNI) dan peraturan-peraturan setempat :
o Peraturan Semen Potland Indonesia NI 8 tahun 1972.
o Memenuhi Sertivikasi KAN Untuk Product Non Woven Geotextile, Memiliki
ISO 9001; ISO 45001; ISO 14001
o Peraturan dan ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh Pemerintah
Daerah
b) Untuk pekerjaan-pekerjaan yang belum termasuk dalam standar-standar
yang tersebut diatas, maupun standar-standar Nasional lainnya maka
diberlakukan standar Internasional yang berlaku atas pekerjaan- pekerjaan
tersebut atau setidak-tidaknya berlaku standar-standar persyaratan teknis
dari negara-negara asal bahan pekerjaan yang bersangkutan.
c) Pekerjaan ini berdasar pada analisa pekerjaan berdasarkan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 1 Tahun 2022
tentang Pedoman Penyusunan Perkiraan Biaya Pekerjaan Konstruksi Bidang
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
d) Standar Harga Upah Minimun wajib mengacu pada Upah minimum
Kabupaten atau minimal Peraturan Bupati Cianjur Nomor 64 Tahun 2022
tentang Standar Harga Satuan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2023,
apabila dibawah harga standar harga tersebut maka dianggap tidak
mengacu pada UU Tenaga Kerja maka akan disesuaikan apabila
berkeberatan dengan nilai .
e) Persyaratan Dokumen Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK) dan Evaluasi
Dokumen Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
1. Persyaratan dokumen RKK harus memperhatikan:
a. Menetapkan 1 (satu) uraian pekerjaan dan 1 (satu) identifikasi bahaya;
dan
b. Uraian pekerjaan dan identifikasi bahaya sebagaimana dimaksud pada
huruf a didasarkan pada tingkat risiko terbesar dari seluruh uraian
pekerjaan dan identifikasi bahaya yang telah ditetapkan pengguna jasa
dalam rancangan konseptual sistem manajemen keselamatan
konstruksi.
2. Evaluasi dokumen RKK dilakukan dengan ketentuan:
a. Penyedia Jasa dinyatakan memenuhi elemen Kepemimpinan dan
Partisipasi pekerja dalam keselamatan konstruksi apabila
menyampaikan Pakta Komitmen Keselamatan Konstruksi yang
memenuhi ketentuan:
1. Mencantumkan 7 (tujuh) pernyataan Komitmen Keselamatan
Konstruksi; dan
2. Nama paket pekerjaan sesuai dengan nama paket pekerjaan yang
ditenderkan;
b. Penyedia Jasa dinyatakan memenuhi elemen Perencanaan
Keselamatan Konstruksi apabila menyampaikan tabel B.1 Identifikasi
bahaya, Penilaian risiko, Pengendalian dan Peluang, serta tabel B.2
Rencana tindakan (sasaran khusus & program khusus) yang
memenuhi ketentuan:
1. Kolom uraian pekerjaan dan identifikasi bahaya diisi sesuai yang
disyaratkan dalam LDP;
2. Kolom lain telah diisi kecuali kolom keterangan tidak wajib diisi ;
c. Penyedia Jasa dinyatakan memenuhi elemen dukungan keselamatan
konstruksi apabila menyampaikan penjelasan salah satu sub elemen
dari elemen dukungan keselamatan konstruksi atau menyampaikan
tabel Jadwal Program Komunikasi yang telah diisi ;
d. Penyedia Jasa Peserta dinyatakan memenuhi elemen Operasi
Keselamatan Konstruksi apabila menyampaikan penjelasan salah satu
sub elemen dari elemen dukungan keselamatan konstruksi atau tabel
Analisis Keselamatan Pekerjaan (Job Safety Analysis) yang telah diisi ;
dan
e. Penyedia Jasa dinyatakan memenuhi elemen Evaluasi Kinerja
Keselamatan Konstruksi apabila menyampaikan penjelasan salah satu
sub elemen dari elemen dukungan keselamatan konstruksi atau tabel
Jadwal Inspeksi dan Audit yang telah diisi.
f) Evaluasi biaya penerapan Sistem Manajemen Keelamatan Konstruksi
(SMKK)
Evaluasi dilakukan dengan ketentuan :
- Penyedia Jasa yang tidak menyampaikan rincian komponen biaya
penerapan SMKK secara lengkap tidak digugurkan; dan
g) Penyedia Jasa yang memenangkan tender dan tidak menyampaikan rincian
komponen biaya penerapan SMKK secara lengkap, maka pada saat
pelaksanaan pekerjaan harus melaksanakan semua komponen biaya
penerapan SMKK.
II.2. Pemeriksaan Dan Penyediaan Bahan/ Material
a) Bila dalam Spesifikasi dan Syarat- syarat teknis ini disebutkan nama dan
pabrik pembuatan dari suatu material/ bahan, maka hal ini dimaksudkan
bahwa spesifikasi teknis dari material tersebut yang digunakan dalam
perencanaan dan untuk menunjukkan material/ bahan yang digunakan dan
untuk mempermudah Kontraktor Pelaksana mencari material/ barang
tersebut.
b) Setiap penggantian spesifikasi teknis dari material, nama dan pabrik
pembuat dari suatu bahan/ barang harus disetujui oleh Pengawas Lapangan
yang telah dikoordinasikan terlebih dahulu dengan Konsultan Perencana
dan bila tidak ditentukan dalam DKH serta Gambar Kerja, maka bahan dan
barang tersebut diusahakan dan disediakan oleh Kontraktor Pelaksana yang
harus mendapatkan persetujuan dahulu dari Konsultan Perencana melalui
Konsultan Pengawas/ Direksi.
c) Contoh material yang akan digunakan dalam pekerjaan harus segera
disediakan atas biaya Kontraktor Pelaksana, setelah disetujui Konsultan
Pengawas/ Direksi, harus dinilai bahwa material tersebut yang akan dipakai
dalam pelaksanaan pekerjaan nanti dan telah memenuhi syarat spesifikasi
teknis perencanaan.
d) Contoh material tersebut, disimpan oleh Konsultan Pengawas, Pengelola
Teknis Pekerjaan atau Pemberi Tugas untuk dijadikan dasar penolakan bila
ternyata bahan dan barang yang dipakai tidak sesuai kualitasnya, sifat
maupun spesifikasi teknisnya.
e) Dalam pengajuan harga penawaran, Kontraktor Pelaksana harus sudah
memasukkan sejauh keperluan biaya untuk pengujian berbagai material.
Tanpa mengingat jumlah tersebut, Kontraktor Pelaksana tetap bertanggung
jawab pula atas biaya pengujian material yang tidak memenuhi syarat atas
Perintah Pemberi Tugas/ Konsultan Pengawas.
f) Bahan-bahan yang tidak sesuai/ tidak memenuhi syarat-syarat atau
kualitas jelek yang dinyatakan afkir/ ditolak oleh Konsultan Pengawas,
harus segera dikeluarkan dari lapangan pekerjaan Selambat lambatnya
dalam tempo 2 x 24 jam dan tidak boleh dipergunakan.
g) Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak oleh Konsultan
Pengawas dan ternyata masih dipergunakan oleh Kontraktor Pelaksana,
maka Konsultan Pengawas wajib memerintahkan pembongkaran kembali
kepada Kontraktor Pelaksana dimana segala kerugian yang disebabkan oleh
pembongkaran tersebut, menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana
sepenuhnya
h) Jika terdapat perselisihan dalam pelaksanaan tentang pemeriksaan kualitas
dari bahan-bahan tersebut, Pengawas Lapangan berhak meminta kepada
Kontraktor Pelaksana untuk mengambil contoh-contoh dari bahan-bahan
tersebut dan memeriksakannya ke Laboratorium Balai Penelitian Bahan-
Bahan milik pemerintah, yang mana segala biaya pemeriksaan tersebut
menjadi tanggungan Kontraktor Pelaksana.
i) Sebelum ada kepastian dari laboratorium tentang baik atau tidaknya
kualitas bahan-bahan tersebut, Kontraktor Pelaksana tidak diperkenankan
melanjutkan pekerjaan-pekerjaan yang menggunakan bahan-bahan
tersebut.
j) Semua material yang masuk kedalam area proyek (digudang dan dilapangan
terbuka) tidak bisa dikeluarkan dari area proyek tanpa izin dari Direksi
Proyek/ Konsultan Pengawas.
k) Semua pekerjaan hanya bisa dilaksanakan atas izin dari Direksi/ Konsultan
Pengawas yang diaplikasikan dalam bentuk “Surat Ijin Kerja”. Pekerjaan
yang dilaksanakan tanpa izin Direksi/ Pengawas Lapangan adalah tanggung
jawab Kontraktor dan tidak akan diprogress.
II.3. Perbedaan Dalam Dokumen Lampiran Kontrak
a) Jika terdapat perbedaan-perbedaan antara Gambar Kerja dan Spesifikasi
dan Syarat- syarat teknis ini, maka Kontraktor Pelaksana harus
menanyakannya secara tertulis kepada Konsultan Pengawas dan Kontraktor
Pelaksana harus mentaati keputusan tersebut.
b) Ukuran-ukuran yang terdapat dalam gambar yang terbesar dan terakhirlah
yang berlaku dan ukuran dengan angka adalah yang harus diikuti dari pada
ukuran skala dari gambar-gambar, tapi jika mungkin ukuran ini harus
diambil dari pekerjaan yang sudah selesai.
c) Apabila ada hal-hal yang disebutkan pada Gambar Kerja, RKS atau
dokumen yang berlainan dan atau bertentangan, maka ini harus diartikan
bukan untuk menghilangkan satu terhadap yang lain tetapi untuk
menegaskan masalahnya. Kalau terjadi hal ini, maka yang diambil sebagai
patokan adalah yang mempunyai bobot teknis dan atau yang mempunyai
biaya yang tinggi.
II.4. Ukuran dan Patok.
a) Ukuran-ukuran dalam pekerjaan ini menggunakan sistem metrik, sebagai
peil + 0,00 (datum line) dari pekerjaan ini mengikuti peil yang telah
ditentukan.
b) Kontraktor Pelaksana harus sudah memperhitungkan biaya untuk
pengukuran atau penelitian ukuran tata letak atau ketinggian bangunan
(bouwplank), termasuk penyediaan "Bench Mark".
c) Hasil pengukuran harus dilaporkan kepada Pengawas Lapangan agar dapat
ditentukan sebagai pedoman atau referensi dalam melaksanakan pekerjaan
sesuai dengan gambar rencana dan persyaratan teknis.
d) Patok-patok bisa dibuat dari bahan kayu atau besi yang dipasang ditanam
hingga kokoh sehingga tidak terganggu waktu pelaksanaan pekerjaan
II.5. Keamanan Kegiatan.
a) Penyedia Jasa diharuskan menjaga keamanan terhadap barang- barang
milik Proyek, Konsultan Pengawas dan Pihak ketiga yang ada dilapangan,
baik terhadap pencurian maupun pengrusakan.
b) Bila terjadi kehilangan atau pengrusakan barang-barang, alat- alat dan hasil
pekerjaan, maka akan menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa dan tidak
dapat diperhitungkan dalam pekerjaan tambah/ kurang atau pengunduran
waktu pelaksanaan.
c) Apabila terjadi kebakaran, maka Penyedia Jasa bertanggung jawab atas
akibatnya. Untuk mencegah bahaya kebakaran tersebut, Penyedia Jasa
harus menyediakan alat pemadam kebakaran yang siap dipakai dan
ditempatkan pada tempat- tempat yang strategis dan mudah dicapai.
II.6. Keselamatan Kerja dan Kesehatan
a) Pada pelaksanaaan RKK dan RMPK dibahas dan disetujui oleh Pengguna
Jasa dan Penyedia Jasa pada saat PCM.
b) Pada Penyusunan dan pelaksanaan RMPK pengendalian dilakukan
melalui persyaratan dalam pengajuan ijin mulai kerja.
c) Pada serah terima pekerjaan (PHO) Penyedia Jasa harus menyerahkan
Dokumen hasil penerapan SMKK dan Penjaminan mutu kepada Pengguna
Jasa yang meliputi: Laporan pelaksanaan RKK, Laporan penjaminan dan
pengendalian mutu seluruh laporan disertai dengan bukti dokumentasi.
d) Setelah serah terima pekerjaan (PHO) Penyedia Jasa harus menerapkan
SMKK dalam pengoperasian dan pemeliharaan sampai dengan serah
terima akhir pekerjaan (FHO);
e) Pada pelaksanaan Kontraktor Pelaksana harus menjamin keselamatan
para pekerja sesuai dengan persyaratan yang ditentukan dalam Peraturan
Perburuhan atau persyaratan yang diwajibkan untuk semua bidang
pekerjaan (ASTEK), Oleh karena itu Penyedia Jasa harus mengikutkan
pekerja sebagai peserta Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK) sesuai
dengan peraturan Pemerintah yang berlaku;
f) Pada pekerjaan-pekerjaan yang mengandung resiko bahaya jatuh,
tenggelam, terbawa arus, kecelakaan lalu lintas dan lain-lain, maka
Penyedia Jasa harus menyediakan sabuk pengaman, tali pengaman,
pelampung dan alat lain nya kepada pekerja tersebut;
g) Untuk melaksanakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), maka
Penyedia Jasa harus menyediakan sejumlah obat obatan dan
perlengkapan medis lainnya yang siap dipakai apabila diperlukan dan
dilokasi pekerjaan harus tersedia kotak obat lengkap untuk Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan (PPPK);
h) Bila terjadi musibah atau kecelakaan dilapangan yang memerlukan
perawatan yang serius, maka Penyedia Jasa/ Pelaksana harus segara
membawa korban ke Rumah Sakit yang terdekat dan segera melaporkan
kejadian tersebut kepada Pemberi Tugas;
i) Penyedia Jasa harus menyediakan air minum yang bersih, cukup dan
memenuhi syarat-syarat kesehatan bagi semua pekerja/ petugas, baik
yang berada dibawah tanggung jawabnya maupun yang berada dibawah
pihak ketiga;
j) Penyedia Jasa harus melakukan pencegahan dan penanggulangan sesuai
standar Penanganan COVID 19 dillokasi pekerjaan.
II.7. Papan Nama Proyek
Papan Nama Proyek dipasang sesuai dengan petunjuk Direksi dan menjadi
beban Kontraktor dan telah diperhitungkan dalam penawaran Kontraktor.
II.8. Izin – Izin
Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan kontraktor pelaksana harus mengurus
semua izin – izin yang diperlukan dan berhubungan dengan pelaksanaan
pekerjaan, termasuk IMB yang diperlukan sesuai dengan ketentuan/peraturan
yang berlaku, harus cepat diselesaikan dan tembusannya disampaikan kepada
direksi.
II.9. Dokumentasi
a) Kontraktor Pelaksana harus sudah memperhitungkan biaya pembuatan
dokumentasi serta pengirimannya ke Kantor Pejabat Pembuat Komitmen serta
pihak-pihak lain yang diperlukan.
b) Yang dimaksud dalam pekerjaan dokumentasi ialah :
- Laporan-laporan perkembangan pekerjaan.
- Foto-foto pekerjaan dari 0% sampai dengan 100%, berwarna minimal
ukuran kartu pos dilengkapi dengan album/ dijilid Rangkap 3 (tiga)
- Surat-surat dan dokumen lainnya.
c) Foto-foto yang menggambarkan kemajuan pekerjaan hendaknya dilakukan
sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas dan dibuat minimal sebanyak 5
(lima) peristiwa, yaitu :
- Sebelum pekerjaan dimulai
- Pelaksanaan pekerjaan pondasi
- Pelaksanaan pekerjaan pasangan
- Pelaksanaan pekerjaan pintu
- Pekerjaan pengecatan
- Pelaksanaan pekerjaan Non Woven Geotextile.
-

3. Persyaratan Jabatan Kerja Konstruksi


III.1. Setiap kegiatan/ pekerjaan perancangan, perencanaan, perhitungan dan
gambar-gambar konstruksi, penetapan spesifikasi dan prosedur teknis serta
metode pelaksanaan/ konstruksi/ kerja harus dilakukan oleh tenaga ahli yang
mempunyai kompetensi yang dipersyaratkan
III,2. Setiap tenaga ahli tersebut pada butir a. di atas harus mempunyai kemampuan
untuk melakukan proses manajemen risiko (identifikasi bahaya, penilaian risiko
dan pengendalian risiko) yang terkait dengan disiplin ilmu dan pengalaman
profesionalnya, dan dapat memastikan bahwa semua potensi bahaya dan risiko
yang terkait pada bentuk rancangan, spesifikasi teknis dan metode
kerja/konstruksi tersebut telah diidentifikasi dan telah dikendalikan pada
tingkat yang dapat diterima sesuai dengan standar teknik dan standar K3 yang
berlaku;
III.3. Setiap kegiatan/pekerjaan pelaksanaan, pemasangan, pembongkaran,
pemindahan, pengangkutan, pengangkatan, penyimpanan, perletakan,
pengambilan, pembuangan, pembongkaran dsb., harus dilakukan oleh tenaga
ahli dan tenaga terampil yang berkompeten berdasarkan gambar gambar,
spesifikasi teknis, manual, pedoman dan standar serta rujukan yang benar dan
sah atau telah disetujui oleh tenaga ahli yang terkait;
III.4. keselamatan pekerjaan (job safety analysis) setiap sebelum memulai
pekerjaannya, untuk memastikan bahwa potensi bahaya dan risiko telah
diidentifikasi dan diberikan tindakan pencegahan terhadap kecelakaan kerja
dan/atau penyakit di tempat kerja;
III.5. Tenaga tetap dibuktikan dengan bukti setor pajak PPh pasal 1721/1721-A1;

Personel manajerial untuk pelaksanaan pekerjaan yang dibutuhkan yaitu :

Jabatan dalam Minimal Sertifikat


N Pengalaman Kerja
pekerjaan yang Kompetensi Kerja Status
Profesional (Tahun)
akan dilaksanakan
Minimal SKT Pelaksana
1 Pelaksana Teknis 2 tahun
Bangunan Irigasi Kelas I
Petugas
Minimal Sertifikat Petugas
2 Keselamatan 0 tahun
K3/ Keselamatan
Konstruksi
Konstruksi

Personel Tenaga Kerja Konstruksi selain Personil Manajerial


(Personil Pekerja Lapangan) yang dibutuhkan:

Jabatan dalam
N pekerjaan yang Sertifikat Kompetensi Kerja
(SKA/ SKT) Keterangan
akan
dilaksanakan
1 Mandor Tanah (TL008) Kelas Untuk paket tender yang
Mandor II mempunyai Pekerjaan
Tanah
2 Mandor Batu Belah (TL007) Untuk paket tender yang
Mandor Kelas II mempunyai Pekerjaan
Pasangan Batu Belah
3 Tukang Batu/ Bangunan Untuk paket tender yang
Tukang Batu Umum (TA005) Kelas III mempunyai pekerjaan
Pasangan Batu Belah

Catatan : Personel tenaga kerja konstruksi selain personel manajerial


Bukan Bagian evaluasi dalam pemilihan barang/ jasa namun apabila personel
tenaga kerja konstruksi tesebut belum memiliki sertifikat kompetensi kerja, maka
penyedia wajib memastikan dipenuhinya persyaratan sertifikat kompetensi kerja
sebelum terbitnya SPMK.
Penyedia Jasa harus dapat menghitung jumlah kebutuhan tenaga kerja
konstruksi yang bersertifikat kompetensi kerja per hari disesuaikan dengan Metode
Kerja yang dibuat oleh Penyedia Jasa. Apabila tidak dapat menghitung maka
dianggap tidak menguasai Teknis Pekerjaan, Jumlah tenaga kerja konstruksi yang
bersertifikat harus tercantum jumlah personel nya sebelum dilakukan SPMK untuk
dimasukan sebagai bagian dari Syarat – Syarat Khusus kontrak.

4. Spesifikasi Metode Konstruksi/ Metode Keselamatan Kerja


a) Langkah-langkah keselamatan kerja harus dilakukan terhadap setiap metode
konstruksi/ metode pelaksanaan pekerjaan, dan persyaratan teknis untuk
mencegah terjadinya kegagalan konstruksi dan kecelakaan kerja;
b) Metode kerja harus disusun secara logis, realistis dan dapat dilaksanakan
dengan menggunakan peralatan, perkakas, material dan konstruksi sementara,
yang sesuai dengan kondisi lokasi/ tanah/ cuaca, dan dapat dikerjakan oleh
pekerja dan operator yang terlatih;
c) Persyaratan teknis yang harus dipenuhi penyedia dalam menyusun dan
menggunakan metode kerja dapat meliputi penggunaan alat utama dan alat
bantu, perkakas, material dan konstruksi sementara dengan urutan kerja yang
sistematis, guna mempermudah pekerja dan operator bekerja dan dapat
melindungi pekerja, alat dan material dari bahaya dan risiko kegagalan
konstruksi dan kecelakaan kerja;
d) Setiap metode kerja/ konstruksi yang diusulkan penyedia, harus membuat
langkah - langkah keselamatan pekerjaan, diuji efektivitas pelaksanaannya dan
efisiensi biayanya. Jika semua faktor kondisi lokasi/ tanah/ cuaca, alat,
perkakas, material, urutan kerja dan kompetensi pekerja/ operator telah
ditinjau dan dianalisis, serta dipastikan dapat menjamin keselamatan,
kesehatan dan keamanan konstruksi dan pekerja/ operator, maka metode
kerja dapat disetujui, setelah dilengkapi dengan gambar dan prosedur kerja
yang sistematis dan/ atau mudah dipahami oleh pekerja/ operator;
e) Setiap tahapan pelaksanaan konstruksi utama yang mempunyai potensi
bahaya tinggi harus dilengkapi dengan metode kerja yang didalamnya sudah
mencakup langkah-langkah keselamatan pekerjaan. Misalnya untuk pekerjaan
di ketinggian, mutlak harus digunakan perancah, lantai kerja (platform), papan
tepi, tangga kerja, pagar pelindung tepi, serta alat pelindung diri (APD) yang
sesuai antara lain helm dan sabuk keselamatan agar pekerja terlindung dari
bahaya jatuh. Untuk pekerjaan saluran galian tanah berpasir yang mudah
longsor dengan kedalaman 1,5 meter atau lebih, mutlak harus menggunakan
turap dan tangga akses bagi pekerja untuk naik/ turun;
f) Setiap metode kerja harus melalui perhitungan yang diperlukan berdasarkan
data teknis yang dapat dipertanggung-jawabkan, baik dari standar yang
berlaku, atau melalui penyelidikan teknis dan analisis laboratorium maupun
pendapat ahli terkait yang independen.
g) Langkah – langkah pelaksanaan kerja secara logis harus tersusun dari awal
mulai pelaksaaan hingga akhir pelaksanaan berupa kurva S yang sesuai
dengan metode kerja, Kebutuhan Tenaga Kerja dan Bahan ditambah dengan
Rencana Arus Kas dalam pelaksanaan Pekerjaan tersebut.

Jenis/Tipe Tingkat
No Identifikasi Bahaya
Pekerjaan Resiko
1 Pekerjaan Dewatering -Kondisi aliran sungai deras 3
2 Pekerjaan galian pada dasar -Galian sedalam1,00 – 2,00 m’ 4
dan Tebing Sungai
3  Pekerjaan pasangan pada  -Ketinggian pasangan 4,50 4
dasar Sungai/ mercu
bendung
4 Pekerjaan pasangan pada -Ketinggian pasangan 2,50 – 4
Tebing Sungai/ Landhoof dan 6,70 m’
Sayap bendung

5 Pekerjaan galian pada Saluran - Kedalaman galian 0,40 3


6 Pekerjaan Pasangan pada -Ketinggian pasangan 0,70 3
Saluran
7 Pekerjaan Pintu - Alat tidak sesuai standar 3
keselamatan
- Kapasitas pintu baja berat
Ketetapan Resiko pada pekerjaan ini:
 Pekerjaan pasangan pada  -Ketinggian pasangan 2,50 – KECIL
tebing Sungai/ Sayap bendung 6,70 m’

Secara Umum pekerjaan ini dkategorikan pekerjaan dengan RISIKO KECIL

Peralatan keselamatan kerja Umum yang wajib ada adalah:


1. Penyiapan Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
a. Pembuatan dokumen Rencana Keselamatan Konstruksi.
2. Sosialisasi, promosi, dan pelatihan
a. Pengarahan Keselamatan Konstruksi (Safety Briefing);
b. Pelatihan Keselamatan Konstruksi;
1. Bekerja di ketinggian;
c. Spanduk (banner);
d. Poster.
3. Alat Pelindung Kerja (APK) dan Alat Pelindung Diri (APD)
a. Alat Pelindung Kerja (APK);
1. Tali Keselamatan (Life Line);
2. Perlengkapan keselamatan bencana: anak tangga + perancah
4. Alat Pelindung Diri (APD)
a. Topi Pelindung (Safety Helmet);
b. Pelindung Pernafasan dan Mulut (Masker);
c. Sarung Tangan (Safety Gloves);
d. Sepatu Keselamatan (Safety Shoes) ;untuk Staf;
e. Sepatu Keselamatan (Rubber Safety Shoes and Toe Cap);
f. Jaket pelampung (Life Vest);
g. Rompi Keselamatan (SafetyVest).
5. Asuransi dan perizinan
a. Asuransi.
6. Personel Keselamatan Konstruksi
a. Petugas K3.
7. Fasilitas sarana, prasarana, dan alat Kesehatan
a. Peralatan P3K (Kotak P3K, Tandu, Obat Luka, Perban).
8. Rambu- rambu yang diperlukan
a. Rambu Petunjuk;
b. Rambu Larangan;
c. Rambu Peringatan;
d. Rambu Kewajiban;
e. Rambu Informasi.
9. Kegiatan dan peralatan terkait dengan pengendalian risiko
a. Bendera K3;
b. Pembuatan Kartu Identitas Pekerja
(KIP);
c. Pelaporan dan Penyelidikan Insiden

5. Pekerjaan Persiapan
1. Dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah kontrak
ditandatangani, Pemborong/ Kontraktor harus sudah melaksanakan persiapan
di lapangan sesuai dengan petunjuk Direksi.
2. Pembuatan direksi keet, gudang dan barak-barak pekerja harus memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan oleh direksi dengan konstruksi yang
memenuhi syarat teknik maupun tata guna.
Kantor dan Fasilitas - fasilitas untuk Direksi
Kontraktor harus menyediakan kantor untuk Direksi dapat dilakukan dengan
cara sewa lahan/ tempat, yang meliputi:
a. Ruang kantor Direksi & Konsultan Pengawas
b. Ruang pertemuan, ruang tamu, ruang kerja teknisi, toilet dan kamar
mandi, dapur, gudang yang khusus oleh Direksi dan stafnya.
c. Kantor Direksi tersebut bersifat sementara, dengan konstruksi lantai
beton/keramik, dinding bata/ kayu, fasilitas air bersih, sanitasi, air
minum (dispenser), penerangan dan daya listrik yang cukup.
Perlengkapan kantor Direksi
meliputi :
- Kursi dan meja tulis : 3 set
- Papan tulis (white board) : 1 buah, dengan ukuran ± 1,50 m x 2 m
- Kotak P3K : 1 set lengkap

e. Setelah pekerjaan selesai, seluruh kantor, gudang - gudang penyimpanan,


barak -barak pekerja dan bengkel - bengkel dan peralatannya harus
dibongkar dan dipindahkan oleh Kontraktor ke luar lokasi proyek
Fasilitas - fasilitas tersebut diatas tetap menjadi milik Kontraktor. Pada suatu
saat yang disetujui dalam masa pemeliharaan, Kontraktor harus membongkar
bangunan kantor lapangan dan memperbaiki keadaan lapangan sesuai
perintah wakil Direksi.
3. Penyediaan air bersih.
6. Biaya Umum
Biaya umum adalah biaya tidak langsung yang dikeluarkan untuk mendukung
terwujudnya pekerjaan (kegiatan pekerjaan) yang bersangkutan, atau biaya yan
g diperhitungkan sebagai biaya operasional meliputi pengeluaran namun tidak
terbatas untuk:
a. Biaya kantor pusat yang bukan dari biaya pengadaan untuk setiap mata
pembayaran;
b. Biaya upah pegawai kantor lapangan;
c. Biaya manajemen (bunga bank, jaminan bank);
d. Biaya pelatihan (training) di luar SMKK;
e. Biaya akuntansi dan auditing;
f. Biaya registrasi dan perijinan lainnya di luar SMKK;
g. Biaya periklanan, humas dan promosi;
h. Biaya pengobatan pegawai pusat dan lapangan;
i. Biaya traveling dan rapat;
j. Biaya asuransi di luar SMKK;
k. Biaya penyusutan peralatan penunjang;
l. Biaya kantor, listrik dan komunikasi; dan/atau
m. Biaya lainnya.

Dalam hal terjadi Kecelakaan Konstruksi, maka biaya perbaikan dan penangan
an dampak dari Kecelakaan Konstruksi menjadi bagian dari Biaya Umum.
Biaya umum/overhead dihitung berdasarkan persentase dari biaya langsung y
ang besarnya tergantung dari lama waktu pelaksanaan pekerjaan, besarnya tin
gkat bunga yang berlaku dan lain sebagainya sesuai dengan ketentuan termas
uk biaya risiko pekerjaan selama pelaksanaan dan masa pemeliharaan dalam k
ontrak pekerjaan.

7. Gambar-gambar Pekerjaan
a) Gambar-gambar rencana pekerjaan
b) Gambar-gambar rencana pekerjaan terdiri dari gambar bestek, gambar detail
situasi dan lain sebagainya yang akan disampaikan kepada Pemborong/
Kontraktor beserta dokumen-dokumen lainnya. Kontraktor tidak boleh
mengubah dan menambahkan tanpa persetujuan dari Pimpinan proyek/
Direksi, gambar-gambar tersebut tidak boleh diberikan kepada pihak lain yang
tidak ada hubungannya dengan pekerjaan borongan ini atau digunakan untuk
maksud-maksud lain.
c) Gambar-gambar tambahan
d) Pemborong/ Kontraktor harus membuat tambahan gambar detail (gambar
kerja) yang disahkan oleh Direksi, gambar-gambar tersebut menjadi milik
direksi.
e) As Built Drawing
f) Yang dimaksud dengan as built drawing adalah gambar-gambar yang
disesuaikan dengan yang dilaksanakan. Untuk pekerjaan ulang yang belumada
bestek, Kontraktor harus membuat gambar-gambar yang sesuai dengan apa
yang dilaksanakan yang dengan jelas memperlihatkan perbedaan antara
gambar kontrak dan gambar pelaksanaan. Gambar-gambar tersebut harus
diserahkan rangkap 3 (tiga) dan biaya pembuatannya ditanggung oleh pihak
Kontraktor.
g) Gambar-gambar ditempat pekerjaan
h) Pemborong/ Kontraktor harus menyimpan di tempat kerja satu bendel gambar
kontrak lengkap termasuk rencana kerja dan syarat-syarat, Berita Acara
Aanwijizing, Time Schedule dan semuanya dalam keadaan baik (dapat dibaca
dengan jelas), termasuk perubahan-perubahan terakhir dalam masa
pelaksanaan pekerjaan, hal ini untuk menjaga jika pemberi tugas atau
wakilnya sewaktu-waktu memerlukannya.

8. Mobilisasi
Sebelum kegiatan pelaksanaan dimulai, Pemborong harus mengajukan
rencana mobilisasi kepada Direksi.
Kegiatan yang dimaksud adalah :
a) Transportasi lokal alat-alat dan perlengkapan ke tempat kerja.
b) Bangunan dan pengamanan daerah kerja.
c) Pembuatan bangunan sebagaimana yang tercantum dalam uraian pekerjaan
d) Penyaluran bahan-bahan yang diperlukan untuk pekerjaan pembangunan.

9. Daerah Kerja
a) Areal tanah untuk daerah kerja pada dasarnya disediakan oleh Pemberi Tugas,
penggunaan daerah di luar yang disediakan menjadi tanggung jawab dan atas
usaha Pemborong/ Kontraktor.
b) Kontraktor harus menutup daerah kerja bagi umum untuk keamanan kerja alat
dan bahan selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung.
c) Pada daerah yang telah disediakan, Pemborong harus merencanakan
penggunaannya yang pada dasarnya akan membantu kelancaran pelaksanaan
pekerjaan. Rencana tersebut harus disetujui oleh Direksi, sebelum penggunaan
areal kerja.
d) Pemborong diharuskan membuat kantor lapangan, gudang dan sebagainya
guna menunjang pelaksanaan pekerjaan.
e) Sebelum pelaksanaan dimulai seluruh daerah kerja harus dibersihkan terlebih
dahulu.

10. Pengukuran
a) Ukuran-ukuran, patok-patok dan ketinggian telah ditetapkan dalam gambar-
gambar dan peil bangunan + 0,00 diambil dari pemukaan tanah asli.
b) Jika terdapat perbedaan ukuran antar gambar utama dengan gambar detail,
maka yang mengikat adalah gambar utama.
c) Pemborong harus mempelajari ukuran-ukuran dalam gambar apabila terjadi
perbedaan ukuran baik pada gambar maupun dilapangan harus dilaporkan
pada Pimpinan proyek yang bersangkutan.
d) Elevasi pokok + 0,00 ditetapkan dengan tanda tetap (bench mark) minimal 4
(empat) buah tersebar dilokasi bangunan. Oleh Pemborong/Kontraktortanda-
tanda ini dijaga dan dipelihara dengan baik agar kedudukannya tidak berubah
atau pindah tempat. Tanda-tanda atau peil tersebut harus dibuat dari pasangan
batu/beton.
e) Penetapan ukuran dan sudut-sudut tetap dijaga dan dipelihara ketelitiannya
dengan menggunakan alat-alat ukur yaitu waterpass dan theodolit.
f) Ukuran-ukuran yang telah ditentukan ini nantinya akan dipakai sebagai
pedoman oleh Pemborong/ Kontraktor dalam melaksanakan pembangunan.

11. Pekerjaan Pembersihan Lapangan


a) Sebelum pekerjaan dimulai, lapangan terlebih dahulu dibersihkan dari rumput-
rumput, semak belukar, akar-akar pohon khususnya daerah yang terletak pada
daerah batas (tapak).
b) Untuk penebangan pohon-pohon yang terletak diluar daerah tapak yang
mungkin dapat membahayakan pekerjaan harus seijin Direksi.
c) Semua penebangan dan pembongkaran harus seijin Direksi dan dilaksanakan
sampai kedalaman tanah 30 cm dibawah permukaan tanah atau permukaan
rencana akhir.
d) Selama pekerjaan berlangsung harus dijaga kebersihan dan penempatan
bahan-bahan proyek harus diatur. Pada proses penebangan harus tidak boleh
merusak titik-titik tetap yang ada (point guilding).
e) Seluruh sisa penggalian yang tidak dipakai untuk penimbunan kembali, sisa
penebangan, sisa semak belukar, puing-puing bekas bongkaran, rerumputan
dan sampah harus disingkirkan dari lapangan sehingga tidak mengganggu
jalannya pekerjaan.

12. Bouwplank dan Papan Nama Proyek


a) Penyedia Jasa di haruskan melakukan Pemasangan Bendera Merah Putih di
lokasi pekerjaan
b) Papan nama proyek dan bouwplank harus dipasang pada patok kayu yang
kuat tertancap didalam tanah sehingga tidak dapat digerakkan.
c) Papan bangunan dibuat dari kayu kelas II dengan ukuran lebar 20 cm dan
tebal 3 cm dengan bagian permukaan atas diserut rata.
d) Keseluruhan tinggi papan harus sama.
e) Pemasangan papan bangunan harus menunjukkan peil + 0,00 rencana, kecuali
dikehendaki lain dengan mendapatkan persetujuan dari direksi.
f) Hasil akhir dari pemasangan papan bangunan harus dilaporkan pada direksi
sebelum pekerjaan yang selanjutnya dilaksanakan.
g) Perletakan pada bangunan haruslah berjarak 2,5 meter dari dinding luar
bangunan induk rencana.
h) Papan nama proyek harus dibuat dari rangka kayu atau besi, papan nama dari
seng agar tahan lama dan dibuat 2 (dua) serta ditempatkan pada dua lokasi
pada arah jalan yang berlawanan atau
i) berlainan. Ukuran akan ditentukan dikemudian hari.

13. Air Kerja


a) Pemborong harus memperhitungkan penyediaan air kerja untuk keperluan
bangunan, air minum dan keperluan lainnya dengan membuat sumur pompa
atau dengan cara yang memenuhi persyaratan kebersihan.
b) Air kerja harus memenuhi persyaratan yang ditentukan, sesuai dengan hasil
penelitian laboratorium yang ditunjuk atau diijinkan oleh Direksi

14. Pekerjaan Tanah


Semua pekerjaan tanah dari beberapa bagian harus dilaksanakan menurut
ukuran ketinggian yang ditunjukkan dalam gambar, atau menurut ukuran
dan ketinggian lain, yang mungkin akan diperintahkan oleh Direksi. Ukuran
yang berdasarkan atau berhubungan dengan ketinggian tanah, atau jarak
terusan harus ditunjukkan kepada Direksi lebih dahulu, sebelum memulai
pekerjaan tanah pada setiap tempat. Yang dimaksud dengan “ketinggian
tanah” dalam spesifikasi adalah tinggi “permukaan tanah” sesudah
pembersihan lapangan dan sebelum pekerjaan tanah dimulai.
a) Hasil galian dapat dipakai sebagai timbunan tanggul, bila hasil galian
memenuhi syarat bahan timbunan atau disetujui Direksi.
b) Semua biaya untuk galian tanah dan pembuangannya harus sudah masuk
harga satuan, dimana meliputi penggalian, pembuangan, ganti rugi
tanaman, pembersihan.
Hal yang membedakan jenis galian tersebut di atas hanyalah material yang
akan digali yang berimplikasi terhadap jenis peralatan dan produktifitas
hasil galian.

a) Galian tanah biasa/Lumpur.


Seluruh galian dikerjakan sesuai dengan garis-garis dan bidang-bidang yang
ditunjukkan dalam gambar atau sesuai dengan yang ditunjukkan dalam
gambar kerja atau sesuai dengan yang diarahkan/ ditunjukkan oleh Direksi.
Galian tanah biasa dimaksudkan untuk daerah yang bahan hasil galiannya
terdiri dari tanah dan lumpur. Bila ada galian yang perlu disempurnakan
seharusnya diinformasikan ke Direksi untuk ditinjau.
Tidak ada galian yang langsung/ ditutupi dengan tanah/ beton tanpa
diperiksa terlebih dahulu oleh Direksi. Seluruh proses pekerjaan menjadi
tanggung-jawab Penyedia Jasa dan apabila ada Kemiringan yang rusak atau
berubah, karena kesalahan pelaksanaan harus diperbaiki oleh dan atas
biaya Penyedia Jasa.
Pengukuran untuk pembayaran pada galian tanah biasa/lumpur akan dibuat
dalam meter kubik dimana tanah galian dari permukaan kupasan sampai
yang sesuai ditunjukan dalam garis-garis bidang yang sesuai dalam gambar.
Pembayaran untuk galian tanah biasa dibuat dalam meter kubik untuk item
dalam BoQ.
Selama proses penggalian tanah agar secara langsung dipisahkan dan
ditumpuk pada suatu tempat yang disetujui Direksi, material yang layak/
bisa dipakai untuk timbunan dan material yang tidak layak. Material yang
layak selanjutnya akan dipakai untuk timbunan tanah biasa dan timbunan
kembali.
Penyedia Jasa harus menguasai medan kerja sehingga penumpukan material
yang bisa dipakai untuk timbunan ditempatkan pada lokasi yang sedekat-
dekatnya dengan lokasi yang memerlukan timbunan dan bisa langsung
ditebar pada bagian yang akan ditimbun.
b) Galian Tanah Berbatu.
Galian tanah berbatu termasuk semua batu-batuan padat dan keras di
tempat yang tidak dapat disingkirkan dengan mudah baik dengan
mempergunakan pacul. Sehingga harus menggunakan peralatan semi
mekanis (Jack Hammer)

15. Timbunan Tanah Kembali Dipadatkan


a) Untuk timbunan tanah kembali dipadatkan, dimaksudkan menimbun kembali
bekas galian bangunan dengan material tanah hasil galian atau menurut
petunjuk Direksi.
b) Timbunan harus dilakukan sedemikian hingga dicapai kepadatan yang cukup
dan merata. Pemadatan dilakukan dengan miring atau alat – alat ringan
sedemikian sehingga tidak membahayakan bangunan atau menurut petunjuk
Direksi.
c) Harga satuan untuk timbunan kembali dipadatkan harus sudah termasuk
biaya pemadatan, perapian dan biaya–biaya lain yang diperlukan, misalnya
alat bambu dan lain–lain.

16. Timbunan Tanah Tanggul


a) Timbunan tanggul dibedakan dengan timbunan dengan tanah yang tersedia
(misalnya galian dan sebagainya) dan timbunan dari lokasi pengambilan
(Quarry area).
b) Timbunan tanggul yang kecil dimana kepadatan dan kualitas yang disyaratkan
tidak begitu tinggi misalnya untuk tanggul saluran sekunder. Maka
penimbunan – penimbunan tetap harus dengan persetujuan Direksi.
c) Dalam hal tanah timbunan dari material yang tersedia (hasil galian) tanah yang
digunakan harus dari tanah yang baik dan dapat memenuhi persyaratan
bahan timbunan atau sesuai petunjuk Direksi.
d) Material timbunan harus bersih dari akar–akar tumbuhan, humus, bahan –
bahan organik dan bahan substansi lain.
e) Timbunan tanah dilakukan lapis demi lapis, dengan ketebalan 20 cm atau
sesuai hasil percobaan pemadatan untuk setiap lapis harus dipadatkan.
f) Harga satuan timbunan harus sudah mencakup semua biaya pemadatan.

17. Pekerjaan Non Woven Geotextile


Pekerjaan yang terdapat pekerjaan Non Woven Geotexile harus melampirkan
surat dukungan dan hasil mutu Non Woven Geotexile dengan ketentuan :
1) Perusahaan pendukung harus berijin sesuai peraturan yang berlaku (NIB
sesuai KBLI barang yang disyaratkan)
2) Memenuhi Sertivikasi KAN Untuk Product Non Woven Geotexile
3) Memiliki ISO 9001; ISO 45001; ISO 14001
4) Hasil uji dikeluarkan oleh lembaga/ badan/ instansi baik pemerintah atau
swasta yang kompeten dan berwenang berdasarkan peraturan
5) Hasil uji atas nama produsen/ perusahaan pendukung jika perusahaan
pendukung bukan produsen
6) Hasil uji harus sesuai dengan jenis barang dan syarat mutu yang ditetapkan
dalam spesifikasi teknis pekerjaan
18. Pekerjaan Pasangan Batu
Persyaratan Pekerjaan Pasangan Batu antara lain :
a) Bahan batu adalah jenis batuan basalt/andesit dan permukaan batu harus
dipecah minimal 2 sisi dan bersih dari kotoran.
b) Bahan pasir adalah pasir dengan kadar lumpur maksimum 1 % dengan
butiran tajam.
c) Campuran spesi terdiri dari 1 pc : 3 psr dan atau 1 pc : 4 psr, diaduk dengan
beton molen jika memungkinkan. Perbandingan tersebut adalah perbandingan
volume. Adukan harus ditampung dalam kotak penampungan agar tidak
tercampur dengan bahan lain.
d) Pemasangan batu tidak boleh bersentuhan dan rongga-rongga harus terisi
penuh spesi.
e) Harga satuan termasuk upah tenaga, bahan, pembersihan batu muka dan
perapihan.

Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi


teknis pekerjaan pasangan harus memuat :
a) Pengaturan Lokasi Pembuatan Adukan
o Lokasi pembuatan adukan perlu diatur sedemikian rupa agar dapat
menjamin kelancaran pekerjaan. Memudahkan bagi pengawas dan
menjamin tercapainya mutu adukan yang baik dan terlindung.
o Pengadukan dilakukan sedekat mungkin dengan lokasi konsrtruksi yang
akan dibangun. Pasir dan semen disiapkan terpisah ditempat kering (lebih
tinggi dari tanah sekitarnya).
o Kotak pengaduk dipasang ditempat datar dilokasi yang memudahkan bagi
petugas pengaduk dan pengangkutan adukan ke lokasi bangunan.
o Drum air ditempatkan didekat kotak pengaduk kotak – kotak takaran
disiapkan secukupnya dilokasi timbunan pasir dan semen.
Gerobak pengangkutan adukan dan ember disiapkan dekat kotak
adukan kearah konstruksi yang akan dibangun.
b) Persiapan Pondasi (Pasangan Batu)
o Pondasi untuk struktur pasangan batu harus disiapkan sesuai dengan
yang ditunjukan pada gambar.
o Terkecuali disyaratkan lain atau ditunjukkan pada Gambar, dasar
pondasi untuk struktur dinding penahan harus tegak lurus, atau
bertangga yang juga tegak lurus terhadap muka dari dinding. Untuk
struktur lain, dasar pondasi harus mendatar atau bertangga yang juga
horisontal.
o Lapis landasan yang rembes air (permeable) dan kantung penyaring harus
disediakan jika disyaratkan sesuai dengan ketentuan.
c) Pelaksanaan Pemasangan Batu
o Lakukan dan periksa persiapan yang meliputi penyediaan batu, pasir
dan air dilokasi kerja, kelengkapan peralatan dan alat bantu seperti
kotak penampung adukan, penampung air, plastik pelindung hujan,
tukang batu dan buruh pembantu, tenaga dan sarana pengangkutan
adukan.
o Ratakan lantai dasar bangunan, pasang profil sesuai gambar design
bangunan.
o Dalam kotak dan hamparkan serta ratakan pasir setebal 5 - 10 cm
sebagai lantai kerja.
o Periksa dimensi dan elevasi profil dengan alat ukur (oleh juru ukur) dan
minta persetujuan Direksi bila telah selesai gambar kontrak.
o Sebelum dipasang, batu harus dibersihkan dari lumpur atau tanah yang
melekat serta basahi dengan air agar ikatan dengan adukan menjadi
kuat.
o Pemasangan lapis batu pertama, diawali dengan menghamparkan
adukan setebal 3 - 5 cm, kemudian menyusun batu diatas hamparan
dengan jarak 2 - 3 cm (tidak bersinggungan) pukul atau ketok-ketok batu
tersebut agar terikat kuat dengan adukan.
o Isi rongga diantara batu - batu dengan adukan sampai penuh/ mampat
dengan menggunakan sendok adukan.
o Bila memerlukan suling - suling resapan sesuai design/ kontrak (pada
dinding penahan, sayap bendung dan sebagainya). Suling dari pipa
paralon yang dibungkus ijuk diujung pipa bagian dalam dipasang
bersamaan dengan pasangan batu.
o Letak suling resapan merupakan barisan dalam arah horizontal dengan
jarak tertentu sesuai gambar kontrak. Baris pipa suling berikutnya
(diatasnya) dipasang berselang - seling arah vertical.
o Apabila hujan atau setelah selesai pasangan diitutup plastik agar
pasangan yang masih baru tersebut tidak rusak karena air hujan.
d) Pelaksanaan Kotak Adukan
o Sebelum pemasangan, batu harus dibersihkan dan dibasahi sampai
merata dan dalam waktu yang cukup untuk memungkinkan penyerapan
air mendekati titik jenuh. Landasan yang akan menerima setiap batu juga
harus dibasahi dan selanjutnya landasan dari adukan harus disebar
pada sisi batu yang bersebelahan dengan batu yang akan dipasang.
o Adukan dibuat dengan perbandingan 1 bagian semen dan 4 bagian pasir (1
Pc :4 Ps).
o Masukkan dan ratakan 2 takar pasir dalam kotak pengaduk disusul 1
takar semen dan 2 takar pasir berikutnya.
o Adukan campuran kering (tanpa air) dengan cangkul sampai rata
(homogen).
o Tuangkan air sedikt demi sedikit sambil diaduk terus sampai diperoleh
adukan homogen. Adukan sudah baik apabila sudah terlihat lengket dan
tidak terurai saat dituang serta tidak ada yang tersisa diplat cangkul saat
dituang tidak terlalu kering, sehingga mudah digunakan.
o Pembuatan adukan harus mengimbangi kecepatan pelaksanaan pasangan
batu. Tidak terlambat dan tidak boleh di buat terlalu banyak adukan harus
sudah dipasang paling lama 1 jam setelah selesai diaduk.
o Tebal dari landasan adukan harus pada rentang antara 2 cm sampai 5 cm
dan merupakan kebutuhan minimum untuk menjamin bahwa seluruh
rongga antara batu yang dipasang terisi penuh.
o Banyaknya adukan untuk landasan yang ditempatkan pada suatu waktu
haruslah dibatasi
sehingga batu hanya dipasang pada adukan baru yang belum mengeras.
Jika batu menjadi longgar atau lepas setelah adukan mencapai pengerasan
awal maka batu tersebut harus dibongkar dan adukannya dibersihkan dan
batu tersebut dipasang lagi dengan adukan yang baru.

19. Pekerjaan Pasangan Batu Muka


a) Batu yang akan digunakan adalah batu belah (bukan batu padat), diameter
batu tidak boleh melebihi
b) 20 cm dan tidak kurang dari 10 cm.
c) Jenis batu yang dipergunakan berkualitas baik.
d) Permukaan batu yang menghadap keluar tidak boleh berbentuk lonjong
melainkan berbentuk pipih.
e) Batu dipasang pada sayap pasangan/dinding yang miring atau sesuai petunjuk
Direksi lapangan.

20. Pekerjaan Pipa Peresapan (Suling-Suling)


a) Tembok - tembok penahan, melebihi dari 1.50 m pasangan miring dan tembok
- tembok kepala harus dilengkapi dengan suling - suling yang dibuat dari pipa
PVC dengan diameter 50 mm dan paling tidak satu buah untuk setiap 2.0 m2
luas permukaan. Setiap ujung pemasukan suling - suling harus dilengkapi
dengan saringan. Suling - suling dipasang bersamaan dengan pasangan batu
dan disisakan 0.20 m keluar sisi belakang pasangan batu guna pasangan
saringan sebelum diurug. Pada pasangan miring saringan kerikil juga dibuat
bersama dengan pasangan batu.
b) Saringan terdiri atas lapisan ijuk yang dipasang pada ujung pipa menonjol
keluar pasangan, dibungkus dengan kerikil atau batu pecah sekeliling pipa
setebal 15 cm. Saringan krikil tersebut dibungkus lagi dengan ijuk untuk
membatasi saringan dari tanah asli atau tanah urug.
c) Pada pasangan miring dan tembok - tembok kepala harus dilengkapi dengan
suling - suling yang dibuat dari pipa PVC dengan diameter 50 mm dan paling
tidak satu buah untuk setiap 2.0 m2 luas permukaan.

21. Pekerjaan siaran


a) Bagian permukaan pasangan batu yang terlihat, sesuai kontrak atau petunjuk
Direksi harus disiar.
b) Siaran dibuat dari campuran 1 bagian semen dan 2 bagian pasir yang disaring
atau sesuai dengan ketentuan dalam gambar.
c) Sebelum siaran dipasang adukan pasangan diantara batu–batu halus dikorek
sampai kedalaman 1-2 cm dibawah permukaan batu untuk jenis siar rata dan
siar timbul, dan 2-3 cm untuk jenis siar tenggelam, kemudian pasangan
dibersihkan dan disiram air agar terjadi ikatan yang kuat antara pasangan
siaran.
d) Volume dihitung sesuai dengan luasan permukaan batu muka yang disiar
sesuai garis-garis gambar.
e) Harga satuan termasuk upah tenaga, bahan, pembersihan batu muka dan
perapihan.

22. Pekerjaan Plesteran


a) Bagian-bagian tertentu dari pasangan batu sesuai gambar design/ kontrak
harus di plester. Plesteran dibuat dari campuran 1 bagian semen dan 3 bagian
pasir yang disaring atau sesuai dengan ketentuan dalam gambar kontrak.
b) Tebal plesteran dibuat 2 - 3 cm dari permukaan batu, sebelum plesteran
dipasang diantara batu-batu harus dikorek sampai kedalaman 1 - 2 cm
dibawah permukaan batu. Kemudian permukaan pasangan dibersihkan dan
disiram air agar terjadi ikatan yang kuat antara pasangan dan plesteran.
c) Sebelumnya permukaan harus dibersihkan dari kotoran tanah dan dilakukan
penyiraman.
d) Volume dihitung sesuai luasan permukaan.
e) Harga satuan termasuk upah tenaga, bahan pembersihan batu muka dan
perapihan peralatan.
f) Pekerjaan plesteran juga dilakukan pada selimut permukaan mercu bendung
hingga kolam olak.

23. Pekerjaan pintu


a) Pintu air dibuat sesuai gambar dari pihak Direksi.
b) Model pintu air yang akan digunakan adalah pintu Stang Drat.
c) Pekerjaan pintu air harus menurut ketentuan yang ada, memenuhi
persyaratan teknis, baik dan kokoh.
d) Sebelum pemasangan terlebih dahulu diadakan pemeriksaan pintu air oleh
Direksi. Pintu air yang tidak memenuhi syarat harus diperbaiki atau
diganti.
e) Setelah pintu terpasang diadakan percobaan pengaliran untuk mengetahui
kerapatannya. Kebocoran yang terjadi harus diperbaiki dan pintu harus
dapat dioperasikan dengan ringan.
f) Peil shcaal harus dibuat dari plat baja dengan pembagian skala sesuai
ketentuan. Huruf pada Peil shcaal harus dibuat cetak timbul agar tidak
mudah terhapus.

Pemasangan dan pengujian di lapangan antara lain :


a) Rangka Pintu
o Rangka pintu harus dirakit dan dipasang pada tempatnya seperti gambar
yang telah disetujui pada posisi yang sesuai dengan toleransi yang
diizinkan. Letak baut atau perlengkapan lain harus dipasang pada rangka
pintu dengan posisi yang tepat.
o Ikatan antara rangka pintu dan penopang (Tackle/ Tripod) harus kuat
sehingga pada saat beton dicor tidak akan merubah posisi rangka pintu.
Jika diperlukan untuk menjamin posisi yang tepat dapat dilengkapi dengan
penjepit tambahan.
b) Pintu
Pintu harus dirakit dan dipasang sesuai gambar detail yang disetujui.
Pintu – pintu harus dirakit dan dipasang sesuai dengan toleransi yang
diizinkan Pengangkat
o Sebelum dirakit, semua permukaan bantalan, sponing, alur dan lubang oli
harus dibersihkan dan dilumasi dengan oli dan gemok yang akan disetujui.
Sesudah dirakit, setiap sistim pelumasan harus diperiksa. Setiap
pengangkat, lengkap dengan perlengkapannya, harus dipasang sesui
dengan gambar yang disetujui. Pengangkatan harus diletakkan dan distel
sehingga sesuai dengan alat pengangkat pintu
o Sesudah pemasangan pengangkat dan sebelum dihubungkan dengan
pintu, pengangkat harus dioperasikan dan diperiksa, sesudah selesai
pemeriksaan tersebut, mur penggerak dihubungkan dengan pintu dan
stang, kemudian ditest dan distel sehingga dapat dioperasikan dengan
tepat. Setiap kerusakan atau ketidak tepatan operasi yang ditemukan
selama pengujian harus diperbaiki dan prosedur pengujian diulang
kembali.
c) Pengecatan
o Permukaan harus dibersihkan sesaat sebelum pengecatan;
o Pengecatan lapis awal dan lapis akhir harus sesuai dengan cara dan
peralatan yang disarankan dari pabrik;
o Cat yang dipakai harus mempunyai masa pemakaian tidak kurang dari 1
(satu) tahun dalam keadaan segala cuaca di lokasi pekerjaan;
o Penyedia jasa harus menyediakan cat yang cukup untuk pengecatan di
lapangan dan pengecatan perbaikan di bengkel;
o Semua pengecatan, harus dilakukan secara rata dan halus pada
permukaan;
o Cat harus diaduk seluruhnya, ditapis dan dijaga kekentalannya agar
seragam selama dipergunakan;
o Tidak diperkenankan melakukan pengecatan pada permukaan logam yang
suhunya kurang dari 100 Celcius;
o Permukaan yang akan dilapisi cat harus bebas dari kelembaban selama
pengecatan;
o Pengecatan dilakukan dengan kuas atau semprot;
o Pengecatan lapis pertama, dilakukan langsung sesudah penyiapan
permukaan.
o Tiap lapis harus dibiarkan kering dan mengeras lebih dahulu seluruhnya
sebelum dilakukan pengecatan berikutnya;
o Cat yang diproduksi oleh pabrik yang mempunyai nama baik dan disetujui
oleh Direksi Pekerjaan;
o Pengecatan dengan tar-epoxy dan atau epoxy resin harus dilaksanakan
pada bagian–bagian dibawah ini :
 Permukaan – permukaan yang tampak dari rangka pintu kecuali yang
ada diatas permukaan tanah.
 Semua daun pintu
 Pengecatan komponen tersebut harus memenuhi persyaratan sesuai
SNI 06–6452–2000, Metode Pengujian Cat Bitumen sebagai lapis
pelindung
 Semua logam besi yang permukaannya tidak dihaluskan, kecuali yang
disebutkan diatas harus dicat dengan 1 (satu) lapis cat dasar dan 4
(empat) lapis cat “chlorinated rubber” atau yang sekualitas. Tebal total
lapisan tersebut termasuk cat dasar harus 0,15 – 0,20 milimeter.
Semua peralatan harus dicat sesuai dengan standar pabrik.
 Semua permukaan logam dengan finishing termasuk sekrup yang
tampak selama pengangkutan atau selama menunggu pemasangan
harus dibersihkan dan dilapisi dengan cat yang mudah larut dalam
bensin agar tidak berkarat.
d) Pekerjaan Alat Angkat
o Stang pintu (alat pengangkat pintu) yang berupa tipe mur penggerak yang
dioperasikan secara manual/ elektrik, dipasang pada balok atas pada
rangka pintu untuk menaikkan, menurunkan dan memegang pintu;
o Bahan stang pintu beserta pelengkapnya yang berupa baut, tongkat batang
penghubung, handel Operasi Manual, roda gigi, reduksi, tumpuan/
bantalan, maupun rangka alur (sponning) harus memenuhi persyaratan
sesuai SNI 03-6861-2-2002 Spesifikasi Bahan bangunan bagian B (bahan
bangunan dari besi/ baja);
o Kerangka alur (sponing) harus mampu meneruskan tekanan air pada
beton.
o Permukaan rangka sponing harus betul dan rata. Pelenturan maksimum
permukaan terhadap permukaan teoritis harus kurang dari 1 (satu)
milimeter pada setiap panjang 3 (tiga) meter;
o Kerangka ambang harus dibuat yang benar terhindar dari puntir dan
bengkokan agar tidak terjadi bocoran dibawah pintu. Kerangka ambang
harus direncanakan agar dapat meneruskan gaya–gaya yang terjadi pada
beton atau pasangan batu kali tanpa terjadi pelenturan.

Bahan – Bahan

1. Batu Belah

o Batu untuk pekerjaan pasangan tidak diperbolehkan menggunakan batu


gundul/bulat tetapi harus menggunakan batu pecah. Ukuran batu dipakai
dengan diameter antara 15 mm sampai 20 mm.
o Batu yang dipakai harus dari jenis yang keras dan tidak lapuk, tidak terdapat
bekas-bekas pelapukan dan tidak porus.
o Batu yang dipakai harus bersih dari kotoran yang melekat kalau perlu dicuci
terlebih dahulu.

2. Air

o Air yang digunakan tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam dan
bahan-bahan lain yang dapat merusak bangunan, dalam hal ini harus dipakai
air bersih.
o Apabila terdapat keragu-raguan mengenai air yang akan digunakan,
dianjurkan untuk mengirim contoh air tersebut kelaboratorium pemeriksaan
bahan-bahan yang ditunjuk dan diakui oleh Direksi untuk diteliti sampai
seberapa jauh air tersebut mengandung zat-zat yang dapat merusak bangunan.
o Apabila pemeriksaan contoh air tersebut dalam ayat 2, diatas tidak dapat
dilakukan, maka dalam hal ini adanya keragu-raguan mengenai pemakaian air
harus diadakan percobaan perbandingan antara kekuatan mortal (semen +
pasir)

3. Semen

Bahan semen harus memiliki TKDN minimal 86,00 % hasil uji dikeluarkan
oleh lembaga/ badan/ instansi baik pemerintah atau swasta yang kompeten dan
berwenang berdasarkan peraturan yang dikeluarkan oleh Kementrian
Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia.
Penyedia jasa harus menginformasikan secara periodik setiap tanggal 1 awal
bulan data-data sebagai berikut :
o Jumlah persediaan semen yang ada di lapangan sampai hari terakhir
bulan lalu.
o Rencana pengadaan semen yang baru selama bulan yang akan jalan.
o Jumlah semen yang dipakai selama periode 1 (satu) bulan lalu.
o Penerimaan pengadaan semen selama bulan yang lalu
o Penggunaan atau kehilangan selama bulan yang lalu dengan alasan
o Data lain yang dibutuhkan/ dianggap perlu oleh Direksi

4. Pasir
Pengertian Pasir yang dipergunakan adalah material dengan
ukuran maksimum 5 mm. Pasir harus diambil dari sungai atau tambang pasir.
Penambahan bahan lain seperti pasir dari batu pecah akan diijinkan, apabila
menurut pendapat Direksi, pasir yang ada tidak memenuhi gradasinya. Penyedia
jasa harus melengkapi hasil tes agregat halus untuk beton dan spesi (mortar)
untuk type yang dihasilkan atau selain yang disetujui oleh Direksi.

5. Bahan Pembantu

Bahan - bahan yang akan digunakan harus disebutkan Merk/ leveransir


/ Pabrikan yang bersertifikat SNI, harga bahan raw matrial adalah harga dari q
uary yang harus di perhitungkan angkutan baik kendaraan maupun pikul berd
asar Analisa harga satuan (AHSP) 2023 sebagai dasar kewajaran harga.

6. Surat kerjasama yang diperlukan

1. Surat Perjanjian Kerjasama Peralatan (apabila peralatan bukan milik


sendiri/ sewa)
2. Surat Dukungan Pintu Air
3. Surat Dukungan Non Woven Geotextile.

Penyedia harus melampirkan Surat Jaminan Dukungan dari penyedia ja


sa rantai pasok yang memiliki ijin usaha (SIUP/ NIB) dan ditandatangani oleh
Direktur Perusahaan, Barang – barang yang memerlukan jaminan dukungan h
anya barang – barang yang dinyatakan memerlukan jaminan dukungan yang te
rcantum dalam spesifikasi teknis bahan material konstruksi, jika tidak menya
mpaikan jaminan tersebut maka dinyatakan gugur evaluasi teknis.

Keterangan Gambar

Gambar-gambar untuk pelaksanaan pekerjaan harus ditetapkan oleh


Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) secara terinci, lengkap dan jelas,
antara lain :
 Peta Lokasi
 Lay out
 Potongan memanjant
 Potongan melintang
 Detail-detail konstruksi

Cianjur, Maret 2023


Kepala Bidang SDA
Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang
Kabupaten Cianjur
Selaku PPK

BAMBANG SUDRAJAT, ST, M.Sc


NIP. 19740512 200312 1 002

Anda mungkin juga menyukai