Anda di halaman 1dari 84

Prosedur Desain

Jalan Luar Kota

Pelatihan Perancangan Geometrik Jalan


Disampaikan oleh:
Alfian Najib A., S.T., M.Sc
Widyaiswara Ahli Pertama

Kementerian Pekerjaan Umum


dan Perumahan Rakyat
Klaten, 18 Desember 1987
Alfian Najib Anshori, S.T, M.Sc
Widyaiswara Ahli Pertama 0856-4715-2626
Najib
alfian.najib@pu.go.id

RIWAYAT PENDIDIKAN
2020 Universitas Gadjah Mada
Magister Sistem dan Teknik Transportasi

2010 Universitas Negeri Sebelas Maret


Teknik Sipil

RIWAYAT PEKERJAAN
Puslitbang Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Bapekom PUPR Wilayah V Yogyakarta
Penyusun Program Monitoring evaluasi pelatihan
dan Anggaran Peneliti bid. Studi Perkotaan dan Regional Widyaiswara
dan manajemen

2011 2013 2014 2020 2022

Puslitbang Kebijakan dan Penerapan Teknologi 2


Peneliti bid. Teknik Transportasi
Kompetensi 01 Mampu
Prosedur Desain
menentukan tipe fasilitas, lingkup desain, dan prosedur desain

Dasar dan
yang sesuai dengan kebutuhan jalan luar kota

02 Mampu
Penetapan Kriteria Desain
menentukan kriteria desain yang sesuai dengan kebutuhan

Indikator jalan luar kota

03 Mampu
Desain Alinemen Horizontal
Keberhasilan mengimplementasikan prosedur desain alinemen horizontal pada
jalan luar kota

04 Desain Alinemen Vertikal


• Mampu mengimplementasikan prosedur desain alinemen vertikal
pada jalan luar kota
• Mampu mengkonsepkan koordinasi alinemen horizontal dan alinemen
vertikal pada jalan luar kota
Setelah mengikuti 05 Desain Penampang Melintang Jalan
Mampu menerapkan prosedur desain penampang melintang jalan luar kota
pembelajaran ini, peserta
diharapkan mampu 06 Mampu
Kajian Kelayakan
menerapkan kajian kelayakan dalam proses desain jalan luar
menerapkan prosedur desain kota
geometrik jalan luar kota 07 Desain Bangunan Pelengkap jalan dan
Perlengkapan jalan
Mampu menentukan desain bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan
yang dibutuhkan pada jalan luar kota
Outline Materi
00 Studi kelayakan (FS) 05 Desain alinemen vertikal

Koordinasi alinemen
01 Tipe Fasilitas 06
horizontal dan vertikal

02 Lingkup Desain Desain penampang


07 melintang jalan

03 Penetapan Kriteria Desain Desain bangunan


08 pelengkap jalan dan
Desain alinemen horizontal perlengkapan jalan
04
PENDAHULUAN

5
PENDAHULUAN

Antar kota Kota

6
PENDAHULUAN
Acuan lama
a. Untuk jalan Antarkota:
1) Tata-cara perencanaan geometrik jalan Antarkota (DJBM, 1997)
2) Manual Desain Geometrik Jalan Antarkota (DJBM-KIAT, 2019)
b. Untuk jalan perkotaan:
1) Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan (DJBM, 1992)
2) Geometrik Jalan Perkotaan (BSN, 2004)
c. Untuk JBH:
1) Standar Geometrik Jalan Bebas Hambatan untuk Jalan Tol (DJBM, 2009)
d. Acuan luar negeri:
1) A Policy On Geometric Design Of Highways And Streets (AASHTO, 2001)
2) Road Design Guidelines (VicRoads, 2002)
3) Guide to road design Part 3: Geometric Design (Austroads, 2016)

PDGJ 2021Menyamakan acuan desain


7
Kajian Kelayakan (FS)
Studi Kelayakan (FS)
1 3
1. Teknis  pemenuhan kriteria desain
dan kemudahan konstruksi Menghindari desain yang berlebihan,
2. Ekonomi dan menyatakan tinggi dan menjamin bahwa dana khususnya
rendahnya biaya konstruksi berpengaruh langsung pada
3. Lingkungan dan dampak nyata, serta keselamatan jalan
mitigasinya
4. Sosial budaya dan pengaruhnya

2 Satu alinemen terbaik, di dalamnya FSAlternatif TraseTrase Terilih 


melibatkan desain geometrik jalan AMDAL DED
sebagaimana diuraikan dalam
pedoman Desain Geometrik Jalan
Tahun 2021
Alur Proses FS dalam Desain Geometrik Jalan

A
HASIL STUDI KELAYAKAN
Indikator dan pembobotan
ditetapkan berdasarkan hasil
konsensus para pemangku
kepentingan (stakeholders)
menggunakan metode multi criteria
(Pedoman Studi Kelayakan Proyek Jalan dan
Jembatan (Pd T-19-2005-B), Departemen
Pekerjaan Umum))

Metode consensus:
 Focus Group Discussion (FGD)
 Analytical Hierarchy Process
(AHP)
Hasil : Ranking alternatif  Delphi
12
1. Tipe Fasilitas
Tipe Fasilitas
Definisi Jalan antar kota yaitu jalan yang pada kedua sisinya tanpa ada perkembangan
yang menerus dan permanen, meskipun ada tetapi jarang dan terpisah jauh, seperti
rumah makan, pabrik, perkampungan, kios-kios kecil, kedai makan pada tempat-tempat
tertentu yang dapat dianggap bukan merupakan perkembangan permanen.

Jauh lebih panjang dibandingkan Grade max Jalan


segmen jalan perkotaan atau antar kota 6%
semi perkotaan Ciri-ciri
Utama
Karakteristik geometriknya Spesifikasi jalan Antarkota
jarang berubah umumnya JSD (tipe jalan 2/2-TT)
dan JRY (tipe jalan 4/2-T).

Simpang utamanya berjauhan Panjangnya bisa puluhan


kilometer dan akses ke jalan
utamanya sedikit
Bagian Bagian Jalan
Rumaja
Ruang sepanjang jalan yang dibatasi
oleh lebar, tinggi, dan kedalaman
Ruang jalan pada tertentu, meliputi bagian badan jalan,
permukaan tanah saluran tepi jalan, dan ambang
dasar pengaman, serta Rubeja jika
dibutuhkan
Rumija
Ruang jalan Ruang sepanjang jalan yang dibatasi
Bagian pada jalan oleh lebar, tinggi, dan kedalaman
Bagian layang
tertentu, meliputi Rumaja dan sejalur
Jalan tanah tertentu di luar Rumaja
Ruwasja
Ruang jalan di Ruang sepanjang jalan yang dibatasi
bawah permukaan oleh lebar dan tinggi tertentu, meliputi
tanah dasar ruang tertentu di luar Rumija. Ruwasja
diperuntukkan bagi pandangan bebas
pengemudi dan pengaman konstruksi
Sumber : Surat Edaran Dirjen BM No 20 Tahun 2021 tentang Pedoman Desain Geometrik Jalan
jalan, serta pengamanan fungsi jalan.
• Ruang Jalan pada Permukaan Tanah Dasar

Ruang bebas Rumaja: Lebar Rumija (paling Ruwasja pada dasarnya adalah
Rumaja

Rumija

Ruwasja
sedikit): ruang lahan milik masyarakat
• Lebar ruang bebas diukur umum yang mendapat
di antara dua garis vertikal • JBH 30m. pengawasan dari pembina jalan
pada batas terluar ambang • JRY 25m. Dalam hal Rumija tidak cukup
pengaman atas batas • JSD 15m; dan luas, maka lebar Ruwasja
terluar Rumaja ditentukan dari tepi badan jalan
• JKC 11m.
• Tinggi ruang bebas paling sedikit:
minimal 5,1 m di atas • jalan arteri primer 15m.
permukaan jalur lalu lintas. • jalan kolektor primer 10m.
• Kedalaman ruang bebas • jalan lokal primer 7.
minimal 1,5 m di bawah • jalan lingkungan primer 5m.
permukaan jalur lalu lintas • jalan arteri sekunder 15m.
terendah. • jalan kolektor sekunder 5m.
• jalan lokal sekunder 3m.
• jalan lingkungan sekunder
2m, dan
• jembatan 100m ke arah hilir
dan hulu.

Sumber : Surat Edaran Dirjen BM No 20 Tahun 2021 tentang Pedoman Desain Geometrik Jalan
• Ruang Jalan pada Permukaan Tanah Dasar

Ruang jalan pada tipikal Jalan 2/2-TT

Sumber : Surat Edaran Dirjen BM No 20 Tahun 2021 tentang Pedoman Desain Geometrik Jalan
• Ruang Jalan pada Permukaan Tanah Dasar

Sumber : Surat Edaran Dirjen BM No 20 Tahun 2021 tentang Pedoman Desain Geometrik Jalan
• Ruang Jalan pada Permukaan Tanah Dasar

Sumber : Surat Edaran Dirjen BM No 20 Tahun 2021 tentang Pedoman Desain Geometrik Jalan
• Ruang Jalan pada Jalan Layang

Rumaja Rumija Ruwasja


Ruang bebas Rumaja:
• Lebar ruang bebas diukur di Sekurang-kurangnya
antara dua garis vertikal
batas terluar bahu jalan sama dengan Rumaja Ruwasja pada dasarnya
• Tinggi ruang bebas minimal diproyeksikan ke tanah adalah ruang lahan milik
5,1 m di atas permukaan dasar. masyarakat umum yang
jalur lalu lintas mendapat pengawasan
• Kedalaman ruang bebas (butir ini tidak berlaku jika
di bawahnya terdapat dari pembina jalan
sekurang-kurangnya 1,5 m di
bawah permukaan ujung jalan lain)
pondasi terendah (di bawah
Kaki tiang jembatan)

Sumber : Surat Edaran Dirjen BM No 20 Tahun 2021 tentang Pedoman Desain Geometrik Jalan
• Ruang Jalan pada Jalan Layang

Ruang bagian bagian jalan pada jalan layang


Sumber : Surat Edaran Dirjen BM No 20 Tahun 2021 tentang Pedoman Desain Geometrik Jalan
• Ruang Jalan di Bawah Permukaan Tanah Dasar

Rumaja Rumija Ruwasja


Ruang bebas Sekurang- Ruwasja pada
Rumaja: kurangnya sama dasarnya adalah
• Tinggi ruang bebas dengan Rumaja ruang lahan milik
minimal 5,1 m di atas diproyeksikan ke masyarakat umum
permukaan jalur lalu tanah dasar. yang mendapat
lintas
• kedalaman ruang bebas (butir ini tidak pengawasan dari
sekurang-kurangnya berlaku jika di pembina jalan
1,5m di bawah
permukaan tanah bawahnya terdapat
terendah (kaki tiang jalan lain)
jembatan);
• lebar ruang bebas diukur
di antara 2 (dua) garis
vertikal batas bahu jalan

Sumber : Surat Edaran Dirjen BM No 20 Tahun 2021 tentang Pedoman Desain Geometrik Jalan
• Ruang Jalan di Bawah Permukaan Tanah Dasar

Ruang bagian bagian di bawah permukaan tanah dasar


Sumber : Surat Edaran Dirjen BM No 20 Tahun 2021 tentang Pedoman Desain Geometrik Jalan
9. Desain Bangunan Pelengkap dan
Perlengkapan Jalan
Desain Bangunan Pelengkap Jalan
Lingkup dan prosedur desain Bangkapja

persimpangan fasilitas putar


jalur samping trotoar
sebidang balik

tembok saluran
gorong-gorong
penahan tanah samping
Tahap Desain Bangunan Pelengkap Jalan

1. Menyiapkan data masukan sebagai dasar desain meliputi kriteria desain

• Data utilitas yang ada atau akan ada di Rumaja,


• hasil desain alinemen horizontal dan vertikal yang telah
• terkoordinasi,
• Tipikal penampang melintang jalan,
• Lokasi-lokasi Bangkapja, dan lokasi-lokasi yang telah diidentifikasi
memerlukan perlengkapan jalan.
2. Pengolahan Data untuk menetapkan dimana dan bagaimana bentuk
geometrik jalan pada bagian Bangkapja yang dilintasi alinemen yang
telah definitif
Persimpangan Sebidang
1. Desain geometrik persimpangan harus mampu menyalurkan arus lalu lintas
yang dalam desain diwakili oleh kendaraan desain
2. Semua kemungkinan pergerakan kendaraan di persimpangan diidentifikasi
dan alur pergerakannya difasilitasi oleh jalan (yang diperkeras)
3. Persimpangan sebidang harus mengaplikasikan manajemen lalu lintas.
• Untuk arus lalu lintas dari jalan minornya masih rendah dan arus pada
jalan utamanya masih belum padat pakai pengaturan dengan rambu
prioritas yield sign atau prioritas dengan rambu Stop
• Pengaturan dengan Bundaran
• Gunakan APILL
• Jika tidak tersedia persimpangan untuk keluar dari jalur utama disiapkan
fasilitas putar balik
Bagan Alir Desain Perlengkapan Jalan
A

A
Jalur Samping

• Jalur ini menampung arus lalu lintas lokal dari jalan_x0002_jalan


lokal yang akan bergabung dengan jalur utama atau sebaliknya
memfasilitas lalulintas yang akan keluar dari jalur utama ke jalan-
jalan lokal
• Berfugsi sebagai kolektor,Difaslitasi dengan bukaan separator
untuk memberi akses lalu lintas dari jalur samping ke jalur utama
atau sebaliknya,Geometrik
• Desain mealui bukaan separator pada jalur samping, harus
didesain sesuai dengan endaraan desain jalur utamanya.
• Bukaan separator didesain dan hanya diperuntukan bagi
kendaraan kelas III
Jalur Samping

• Trotoar, saluran samping, gorong-gorong dan


tembok penahan tanah ditempatkan sesuai
peruntukan dan kebutuhannya.
• Tempat parkir di badan jalan: hanya diijinkan untuk
jalur yang mempunyai lebar 5,5 m dengan bahu
1,0 m untuk lalulintas rendah saja, dan harus
dilengkapi dengan marka jalan.
Desain Perlengkapan Jalan

Perlengkapan Jalan yang terkait langsung dengan Pengguna


Jalan
• Pengaturan lalu lintas yang bersifat perintah, larangan,
peringatan, dan/atau petunjuk
• bagi Pengguna Jalan dinyatakan oleh rambu-rambu lalu
lintas, marka jalan, dan/atau APILL
Marka
• Tanda garis membujur, garis melintang, kerucut lalu lintas, serta
lambang-lambang lainnya yang ditempatkan di atas permukaan
jalan yang berfungsi mengatur lalu lintas sesuai dengan
manajemen lalu lintas yang diterapkan berwarna putih, kecuali
pada center line pada jalan Nasional harus berwarna kuning.
Rambu
Petunjuk
Rambu
Petunjuk
Jenis – Jenis Rambu Lalu Lintas
2. Lingkup Desain
• Lingkup Desain

1 3

Konstruksi jalan baru. Penanganan lokasi rawan


kecelakaan (LRK) pada ruas
maupun persimpangan

Rekonstruksi seluruhnya Pengaturan arus lalu lintas


atau sebagian jalan
eksisting

2 4
3. Penetapan Kriteria Desain
Bagan alir penetapan kriteria desain dan
persyaratan teknis geometrik jalan
A

A
Contoh kriteria desain utama untuk jalan Antarkota
PDGJ 2021,
Tabel 5-1;
halaman 41-42

PDGJ 2021,
Tabel 5-2;
halaman 42
L A U T J A W A
Merak

JAKARTA
Cilegon
Cikampek
Serang Jatibarang
Bekasi

Bogor
Cirebon Tuban
Batang SEMARANG P. Madura
Kudus
Cibaliung Weleri Purwodadi
Bojonegoro Lamongan
Pelabuhan Brebes
Ratu BANDUNG Babat
Salatiga
JAWA BARAT JAWA TENGAH Gresik
Wonosobo
SURABAYA
Tasikmalaya Banyumas
Surakarta
Ngawi
Tegal Jombang
Beuleud Pangandaran

Madiun
Cilacap Pasuruan
Probolinggo
Cimerak
Kebumen
YOGYAKARTA JAWA TIMUR
Banyuwangi
Malang

Jember
Lumajang
Pacitan
Catatan : Blitar

: Jalur Lintas Utara Jawa


: Jalur Lintas Tengah Jawa
: Jalur Lintas Selatan Jawa

43
Contoh kriteria desain teknis pada jalan Antarkota
PDGJ 2021, Tabel 5-3; halaman 49-51

PDGJ 2021, Gambar 5-17; halaman 96

PDGJ 2021, Tabel 5-3; halaman 45

PDGJ 2021, Tabel 5-3; halaman 93


4. Desain Alinemen
Horizontal
Desain Alinemen Horizontal
Alinyemen Horizontal adalah kumpulan titik-titik yang membentuk garis (lurus
dan lengkung) sebagai proyeksi sumbu atau as jalan pada bidang horizontal.

Aspek penting dalam alinyemen


horizontal :
Pemilihan Koridor.
Desain Trace
Bentuk-bentuk tikungan
Turning Movement
Diagram superelevasi
Pelebaran perkerasan pada tikungan
Jarak pandang pada tikungan
Bagan Alir Desain Alinemen Horizontal
A B
C

A B C
Desain Alinemen Horizontal
1. Derajat Lengkung 2. Jari-jari Tikungan

Derajat lengkung (Do) adalah besar sudut lengkung yang Ket :


menghasilkan panjang busur 25 m.
Rmin = jari-jari minimum (m)
- ↑R = ↓D = semakin tumpul lengkung horizontal rencana
V = kecepatan kendaraan (km/jam)
- ↓R = ↑D = semakin tajam lengkung horizontal rencana
emaks = superelevasi maksimum (%)
F = koefisien gesekan melintang
Desain Alinemen Horizontal
3. Distribusi Nilai Superelevasi dan Koefisien Gesek Melintang
Gaya sentrifugal yang timbul diimbangi oleh komponen gaya berat kendaraan akibat adanya superelevasi (e)
dan gaya gesekan melintang antara permukaan jalan dan ban kendaraan. Di Indonesia untuk distribusi nilai
superelevasi ( e ) yang digunakan untuk perencanaan berdasarkan berdasarkan metode Bina Marga adalah
sebesar 8 % dan 10 %. Distribusi nilai e dapat dilihat pada table dibawah ini.
emaks = 0,10 emaks = 0,08
Desain Alinemen Horizontal
4. Panjang Bagian Jalan yang Lurus 5. Lengkung Peralihan
Mempertimbangkan factor keselamatan Pemakai Jalan, Lengkung peralihan diperlukan agar pengemudi dapat
Bina marga menetapkan maksimum bagian jalan yang menyesuaikan manuver kendaraan pada bagian-bagian
lurus berdasarkan waktu tempuh kurang dari 2,5 menit geometrik jalan yang bertransisi dari alinyemen lurus ke
lingkaran, atau dari lurus ke lurus atau juga dari alinyemen
yang sesuai dengan Kecepatan Rencana (Vr). llingkaran ke lingkaran.
Bentuk-bentuk alinyemen yang menggunakan
lengkung peralihan

Panjang Bagian Lurus Maksimum (m)


Fungsi
Datar Perbukitan Pegunungan

Arteri 3.000 2.500 2.000

Kolektor 2.000 1.750 1.500


Desain Alinemen Horizontal
7. Pemilihan Bentuk Tikungan

Pemilihan bentuk tikungan menurut Bina Marga (1997)


PDGJ 2021, halaman 135;
bab 5.4.6.3
Pemakaian tikungan
diprioritaskan FC
kemudian SCS

Mengapa??????

Pemilihan bentuk tikungan menurut AASHTO (1990)


Desain Alinemen Horizontal
8. Jarak Pandang dan Daerah Bebas Samping pada Lengkung Horizontal

Ket :

AB = Garis Pandang.

M = Jarak daerah bebas samping ke


sumbu lajur sebelah dalam, m

Ө = sudut pusat lengkung sepanjang Jh

Jh = jarak pandang henti, m

Lc = panjang lengkung busur lingkaran

Ri = Radius sumbu lajur sebelah dalam,


m
Desain Alinemen Horizontal

Contoh Memilih
Trase Yang Baik
5. Desain Alinemen Vertikal
Desain Alinemen Vertikal
Tahapan Desain Alinemen Vertikal
1. Menyiapkan hasil desain alinemen horizontal definitif yang digambarkan
pada peta topografi;
2. Menyiapkan data curah hujan; dan menetapkan posisi bangkapja yang
meliputi jembatan, Overpass, underpass, terowongan, gorong-gorong; serta
menentukan elevasi muka air banjir
3. Membuat profil alinemen vertikal memanjang jalan.
4. Tetapkan koordinat x,y,z titik-titik perpotongan antara alinemen horizontal
dengan garis-garis kontur.
5. Koordinat x,y,z setiap titik-titik tersebut menjadi dasar untuk
menggambarkan profil vertikal muka tanah asli sepanjang alinemen
horizontal.
6. Hitung setiap panjang bagian lurus antar dua PVI.
7. Desain Lengkung Vertikal
Bagan Alir Desain Alinemen Vertikal
A

A
Contoh satu segmen alinemen vertikal dan satu PVI
Desain Alinemen Vertikal
1. Panjang Kritis 2. Lajur Pendakian
Panjang Kritis adalah panjang landai maksimum Sesuai Standar Geometri untuk Jalan Tol No
yang harus ada untuk memepertahankan 007/Bm/2009, lajur pendakian selebar 3,60 m disediakan
kecepatan sehingga penurunan kecepatan ≤ 50 apabila panjang kritis dilampaui, jalan memiliki VLHR >
% dari kecepatan rencana selama satu menit. 25.000 SMP/hari, dan persentase truk > 15 %.
Faktor yang perlu dipertimbangkan untuk keperluan Jalur
Panjang Landai Kritis Pendakian :
 Arus lalu Lintas yang mendaki melebihi 200 Kend/jam.

 Arus lalu lintas Truk > 20 Kend/Jam.

Lajur Pendakian pada Jalan Tol


Desain Alinemen Vertikal
3. Lengkung Vertikal Parabola Sederhana

Persamaan Parabola :

Pada titik PPV :

Ket : Note :
 Titik PLV = Titik Permulaan Lengkung Vertikal.  Ev bernilai + : Lengkung Vertikal Cembung
 Titik PTV = Titi Permulaan Tangen Vertikal.  Ev bernilai - : Lengkung Vertikal Cekung
 L = Panjang Proyeksi Lengkung Vertikal.

 = Panjang Lengkung Vertikal (asumsi).


 g1 = Kelandaian bagian Tangen vertical sebelah kiri. %

 g2 = Kelandaian bagian tangent vertical sebelah kanan, %

 A = Perbedaan aljabar landai, dinyatakan dalam persen = g1 - g2

 Ev = pergeseran vertical titik PPV terhadap lengkung vertical.


Desain Alinemen Vertikal
4. Panjang Lengkung Vertikal Cembung dengan S < L

Dari gambar disamping, diperoleh persamaan :

Untuk jarak pandang = jarak pandang henti, maka h1 = 1,08 m;


h2 = 0,60 m, sehingga persamaan menjadi :

Jika Panjang lengkung vertikal dihitung berdasarkan Jarak


Ket :
pandang mendahului untuk Jalan 2 lajur 2 arah, dengan h1 =
 L = Panjang Lengkung Vertikal, m 1,08 m; dan h2 = 1,08 m, maka persamaan menjadi :

 S = Panjang Jarak pandang, m

 A = Perbedaan Aljabar landai, %

 H1 = Tinggi Mata Pengemudi diatas Muka


Jalan, m Note :
Desain lengkung vertikal yang menggunakan jarak pandang henti
 h2 = Tinggi Objek diatas Muka Jalan, m sebagai dasar menentukan panjang lengkung vertikal cembung,
maka jalan dengan lengkung tersebut perlu dilengkapi dengan
rambu dan marka dilarang mendahului.
Desain Alinemen Vertikal
5. Panjang Lengkung Vertikal Cembung dengan S > L

Dari gambar disamping, diperoleh persamaan :

Jika Panjang lengkung vertikal dihitung berdasarkan Jarak


pandang henti, dengan h1 = 1,08 m; dan h2 = 0,60 m, maka
persamaan menjadi :

Ket :
L = Panjang Lengkung Vertikal, m Jika Panjang lengkung vertikal dihitung berdasarkan Jarak
 S = Panjang Jarak pandang, m pandang mendahului untuk Jalan 2 lajur 2 arah, dengan h1 =
1,08 m; dan h2 = 1,08 m, maka persamaan menjadi :
 A = Perbedaan Aljabar landai, %

 h1 = Tinggi Mata Pengemudi diatas Muka


Jalan, m
 h2 = Tinggi Objek diatas Muka Jalan, m
Desain Alinemen Vertikal
6. Tabel Nilai K berdasarkan Jarak 7.Panjang Lengkung Vertikal
Pandang Henti pada Lengkung Cembung berdasarkan Jarak Pandang
Vertikal Cembung Henti
Desain Alinemen Vertikal
8. Panjang Lengkung Vertikal
9. Jarak Pandang Henti pada Lengkung
Cembung berdasarkan Kenyamanan
Vertikal Cekung
Pengguna
Untuk mengurangi dampak gaya sentrifugal yang
berlebihan sehingga memberikan kenyamanan
kepada pengguna jalan, maka panjang AASHTO
menetapkan Panjang Lengkung Vertikal Minimum :

Lminimum = 0,6 V Nilai K berdasarkan Jarak Pandang Henti pada Lengkung


Vertikal Cekung:

Ket :
 L = Panjang Lengkung Vertikal Cembung
minimum, m
 V = Kecepatan Rencana, Km/Jam.
Desain Alinemen Vertikal

Tabel : Panjang Minimum Lengkung Vertikal, Bina 10. Kenyamanan Pengemudi


Marga (1997)

Kecepatan
Perbedaan
Panjang Lengkung Gaya sentrifugal dan Gravitasi dapat berdampak
Kelandaian
Rencana (Km/jam)
Memanjang (%)
(m) ketidaknyamanan pada pengemudi dan penumpang
< 40 1 20 – 30 kendaraan. Panjang Lengkung Vertikal Cekung minimum
40 – 60 0,6 40 – 80 berdasarkan AASHTO 2004 mengikuti persamaan berikut:
≥ 60 0,4 80 - 150

Panjang Lengkung Vertikal Cekung berdasarkan


L = AV2/395
Jarak Pandang Henti.

Ket :
 V = Kecepatan rencana, Km/jam

 A = Perbedaan aljabar landai.

 L = Panjang Lengkung Vertikal


Cekung, m
Desain Alinemen Vertikal
11. Bentuk Visual Lengkung Vertikal Cekung

AASHTO 2004 memberikan batasan bentuk lengkung vertical dengan panjang minimum L = K.A, dengan
K = 30. Panjang Lengkung Vertikal Minimum berdasarkan bentuk visual lengkung adalah :

Lminimum = 30 A

Ket :
 L = Panjang Lengkung Vertikal
Cekung minimum, m
 A = Perbedaan Aljabar Landai.
Desain Alinemen Vertikal
12. Jarak Pandang Bebas S < L

Jika menggunakan standar tinggi mata pengemudi


Truk = 2,40 m dan tinggi objek = 0,6 m sebagai
tinggi bagian belakang kendaraan yang dilihat oleh
Truk, maka persamaan bisa disederhanakan
menjadi :

L = AS2/(800C-1200)

Ket :
Berdasarkan gambar di atas, persamaan Panjang Lengkung  L = Panjang Lengkung Vertikal Cekung, m
Vertikal Cekung untuk S < L adalah :
 A = Perbedaan Aljabar landai, %

 S = Jarak pandangan henti atau menyiap minimum, m

 C = Tinggi bebas dari muka jalan ke bagian bawah


bangunan yang melintas, m
 h1 = Tinggi mata pengemudi dari muka jalan, m

 h2 = Tinggi objek dari muka jalan, m


Desain Alinemen Vertikal
13. Jarak Pandang Bebas S > L

Jika menggunakan standar tinggi mata


pengemudi Truk = 2,40 m dan tinggi objek = 0,6 m
sebagai tinggi bagian belakang kendaraan yang
dilihat oleh Truk, maka persamaan bisa
disederhanakan menjadi :

L = 2S - (800C-1200)/A
Ket :
 L = Panjang Lengkung Vertikal Cekung, m
Berdasarkan gambar di atas, persamaan Panjang
Lengkung Vertikal Cekung untuk S > L adalah :  A = Perbedaan Aljabar landai, %

 S = Jarak pandangan henti atau menyiap


minimum, m
 C = Tinggi bebas dari muka jalan ke
bagian bawah bangunan yang melintas, m
 h1 = Tinggi mata pengemudi dari muka
jalan, m
 h2 = Tinggi objek dari muka jalan, m
6. Koordinasi Alinemen Horizontal
dan Vertikal
Koordinasi Alinemen Horizontal dan Vertikal

1. Menyiapkan gambar desain alinemen horizontal dan alinemen


vertikal pada peta topografi hasil proses desain sebelumnya.

2. Evaluasi apakah ada lengkung horizontal dan lengkung vertikal yang


sepenuhnya tidak berada saling tumpang (overlap) atau tidak
sepenuhnya terpisah.

3. Periksa apakah ada lengkung cembung yang menghalangi pandangan


pengemudi ke depan sehingga arah jalur lalu lintas sesudah lengkung
cembung tersebut tidak jelas terlihat.
Koordinasi Alinemen Horizontal dan Vertikal
Hasil perencanaan yang baik perlu memperhatikan keterpaduan antara tiga eleman
yaitu Alinyemen Vertikal, Alinyemen Horisontal dan potongan melintang Jalan.
Koordinasi antara alinyemen Vertikal dan Horisontal harus memenuhi ketentuan
sbb :

 Alinyemen Horisontal berimpit dengan alinyemen vertikal dan alinyemen


horizontal lebih panjang sedikit melingkupi alinyemen vertikal.
 Hindari Tikungan tajam pada bagian bawah lengkung vertikal cekung atau bagian
atas lengkung vertikal cembung.
 Hindarkan Lengkung vertikal cekung pada kelandaian jalan yang lurus dan
panjang.
 Hindarkan, dua atau lebih lengkung vertikal dalam satu lengkung horizontal.

 Hindarkan Tikungan tajam diantara bagian jalan yang lurus dan panjang.
Gabungan Alinemen Horizontal dan Vertikal
2. Lengkung Vertikal Cembung pendek
1. Lengkung Vertikal Cembung dan
dipisahkan dengan tangent vertikal
Cekung pada Jalan Lurus
yang pendek
Pada alinyemen horizontal yang lurus hindari jika Pada lengkung horizontal hindari jika terdapat dua
ada lengkung vertikal cembung beriringan dengan lengkung vertikal cembung berdekatan dengan
lengkung vertikal cekung seperti gambar dibawah jarak pemisah yang pendek.
ini :
Gabungan Alinemen Horizontal dan Vertikal
3. Lengkung Horizontal tepat pada 4. Lengkung Horizontal berbalik arah
Lengkung Vertikal dengan tangent yang pendek

Lengkung horizontal berbalik arah dengan tangent


yang pendek pada verrtikal cembung, akan
mengurangi keselamatan pengguna jalan.
Gabungan Alinemen Horizontal dan Vertikal
5. Lengkung Horizontal diawal
Lengkung Vertikal 6. Desain Jalan di dekat Sungai

Lengkung horizontal berada diawal tanjakan pada Desain alinemen horizontal seyogyanya mengikuti
lengkung vertikal cekung mengakibatkan kesan kondisi alam sekitarnya.
patahnya jalan, karena lengkung vertikal cekung
diawali dengan lengkung vertikal cembung
sehingga mengurangi tingkat keselamatan jalan.
Gabungan Alinemen Horizontal dan Vertikal
Desain Penampang Melintang Jalan

1
Menyiapkan kriteria desain terkait penampang melintang jalan, hasil
desain alinemen horizontal dan vertikal yang telah tergambar pada peta
topografi dan proyeksi alinemen vertikal.

Menetapkan tipikal potongan melintang jalan sesuai dengan kriteria desain


yang telah ditetapkan

2
Tipikal jalan 2/2-TT yang berada pada lereng galian,
Kelok-9, Sumbar
Tipikal penampang melintang jalan tipe 2/2-TT pada
lokasi galian
Tipikal penampang
melintang tipe jalan 4/2-T,
Tohpati-Kesamba, Bali
Tipikal jalan 2/2-TT eksisting, batas Menado-
Tomohon, Sulut, 2014
TERIMA KASIH

85

Anda mungkin juga menyukai