Anda di halaman 1dari 3

Fasya Ammatul Hawa

Program Pendidikan Profesi Apoteker


Universitas Bakti Tunas Husada Tasikmalaya

Eliksir

1. Definisi
Eliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol sebagai kosolven (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2020). Eliksir adalah hidroalkoholik yang manis, jernih, berbau
enak yang dimaksudkan untuk penggunaan oral (Tungadi, 2020). Elixir adalah cairan
hidroalkohol manis yang bening, berasa enak, dan ditujukan untuk penggunaan oral. Bahan
utama eliksir adalah etanol dan air, tetapi gliserin, sorbitol, propilen glikol, bahan penyedap,
pengawet, dan sirup sering digunakan dalam pembuatan produk akhir (Remington, 2013).

2. Ciri khas
Elixir lebih cair daripada sirup, karena penggunaan bahan yang kurang kental, seperti
alkohol, dan penggunaan bahan peningkat viskositas yang minimal, seperti sukrosa
(Remington, 2013).

3. Kelebihan sediaan eliksir


a. Lebih mudah ditelan daripada bentuk padat, sehingga dapat digunakan untuk bayi, anak-
anak,dan orang tua
b. Segera diabsorbsi karena sudah dalam bentuk larutan.
c. Obat secara homogen terdistribusi dalam seluruh sediaan
d. Sediaan eliksir memiliki stabilitas yang baik, karena adanya sifat hidroalkohol dari pelarut
etanol. Pelarut etanol berfungsi dalam mempertahankan kestabilan obat dalam cairan,
sehingga sediaan stabil dan dapat disimpan dalam waktu lama (Ansel, 2011).

4. Kekurangan sediaan eliksir


a. Kadar etanol yang tinggi dapat menimbulkan efek farmakologi jika diberikan secara oral
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020).
b. Voluminus sehingga kurang menyenangkan untuk diangkut atau disimpan
c. Stabilitas dalam bentuk larutan lebih jelek dibanding bentuk tablet atau kapsul terutama
bilabahan mudah terhidrolisis
d. Larutan mudah ditumbuhi mikroorganisme
e. Ketepatan dosis tergantung pada kemampuan pasien menakar
f. Rasa obat yang kurang enak akan lebih terasa dalam bentuk larutan dibanding dalam
bentuk tablet (Ansel, 2011).

5. Evaluasi eliksir
a. Penetapan kadar etanol
Eliksir termasuk ke dalam “zat mudah menguap lainnya” dalam evaluasi penetapan kadar
etanol dikarenakan mengandung etanol (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020)
(The United States Pharmacopoeia, 2014).
Cara penetapan kadar etanol dalam eliksir memerlukan penanganan khusus sebagai
berikut:
Untuk cairan yang diperkirakan mengandung 50% etanol dan kurang:
1) Piper 25 mL cairan uji ke dalam corong pisah
2) Tambahkan air dengan volume yang sama
3) Jenuhkan campuran dengan natrium klorida P
4) Tambahkan 25 mL N heksan P
5) Kocok (untuk mengestrasksi zat mudah menguap lain yang mengganggu)
6) Pisahkan lapisan bawah ke dalam corong pisah kedua
7) Ulangi ekstraski dua kali, tiap kali dengan 25 mL heksana P.
8) Ekstraksi kumpulan larutan heksana P tiga kali, tiap kali dengan 10 mL larutan jenuh
natrium klorida P
9) Destilasi kumpulan larutan garam, tampung destilat hingga sejumlah volume mendekati
volume cairan uji semula.

Untuk cairan yang diperkirakan mengandung etanol lebih dari 50%.


1) Encerkan cairan uji dengan air hingga kadar etanol lebih kurang 25%
2) Jenuhkan campuran dengan natrium klorida P
3) Tambahkan 25 mL N heksan P
4) Kocok (untuk mengestrasksi zat mudah menguap lain yang mengganggu)
5) Pisahkan lapisan bawah ke dalam corong pisah kedua
6) Ulangi ekstraski dua kali, tiap kali dengan 25 mL heksana P.
7) Ekstraksi kumpulan larutan heksana P tiga kali, tiap kali dengan 10 mL larutan jenuh
natrium klorida P
8) Destilasi kumpulan larutan garam, tampung destilat hingga sejumlah volume mendekati
volume cairan uji semula.

b. Uji organoleptis
Persyaratan eliksir harus selalu dalam keadaan jernih (Remington, 2013).

c. Uji efek mikrobiologi.


Uji ini dilakukan dengan menggunakan media Plate Count Agar (PCA) dan aquadest
sampel yang di campurkan pada medium agar di biarkan selama 24 jam kemudian diamati di
Plate Count Agar alat menghitung mikroba (Ambari, 2018).

6. Ketidakstabilan eliksir
Ketidakstabilan eliksir dapat terjadi apabila terdapat endapan dan adanya mikroba atau
pembentukan gas kimia (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020) dan adanya
perubahan warna (Remington, 2013).

7. Inkompatibilitas eliksir
Banyak terjadi inkompatilitas antara eliksir, dengan zat yang digabungkan dengannya. Hal
ini disebabkan oleh karakteristik kimiawi eliksir itu sendiri, atau bahan dalam persiapan akhir.
Seharusnya, eliksir yang bersifat asam dalam reaksi, diformulasikan dengan zat lain yang
bersifat basa sehingga karena itu akan sesuai (Remington, 2013).

Daftar Pustaka
Ambari, Y. (2018). Uji Stabilitas Fisik Formulasi Elixir Paracetamol Dengan Kombinasi Co-
Solvent Propilen Glikol Dan Etanol. Journal of Pharmaceutical Care Anwar Medika, 1(1),
1–6.
Ansel, H. (2011). Pengantar bentuk sediaan farmasi Edisi Keempat. Penerbit Universitas
Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Farmakope Indonesia Edisi VI.
Remington. (2013). Essentials of Pharmaceutics. Pharmaceutical Press.
The United States Pharmacopoeia. (2014). Alcohol Determination. In The United States
Pharmacopoeia.
Tungadi, R. (2020). Teknologi Nano Sediaan Liquida dan Semisolida (Issue 1989).

Anda mungkin juga menyukai