Anda di halaman 1dari 2

Di Bandung terdapat satu kawasan yang nama jalanannya menggunakan

nama2 dokter, salah satunya adalah Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo, Beliau


dikenal sebagai salah satu tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia yang
juga dijuluki sebagai anggota Tiga Serangkai bersama Ernest Douwes
Dekker dan Ki Hajar Dewantara. Selain mengabdikan hidupnya sebagai
seorang dokter, Tjipto juga bergerak di bidang politik guna menentang
penjajahan Belanda. Ketika kedua rekannya dalam Tiga Serangkai
berubah haluan bergerak di bidang pendidikan, ia tetap setia berada di
jalur politik hingga akhir hayatnya.

Tjipto tldaklah berasal dari keluarga priyayi yang memiliki kedudukan sosial
yang tinggi. Namun karena kecerdasannya, ia mampu bersekolah di
STOVIA atau Sekolah Pendidikan Dokter Hindia. Ketidakpuasannya
terhadap peraturan-peraturan di STOVIA serta keprihatinannya terhadap
kondisi masyarakat Indonesia di bawah jajahan kolonial Belanda saat itu
membuat dirinya aktif menuangkan segala pemikiran dan kritisinya dalam
harian De Locomotief sejak tahun 1907. Ia juga menyebarkan pandangan-
pandangannya yang sarat akan nilai-nilai politik dengan bergabung dalam
organisasi Budi Utomo. Tetapi pada akhirnya ia memutuskan untuk
mengundurkan diri dari Budi Utomo karena adanya perpecahan ideologi
dalam tubuh organisasi yang terbentuk pada tanggal 20 Mei 1908 ini. Ia
kemudian mendirikan Indische Partij bersama Ernest Douwes Dekker dan
Ki Hajar Dewantara pada tanggal 25 Desember 1912. Saat itu Indische
Partij merupakan satu-satunya organisasi yang secara terang-terangan
bergerak di bidang politik dan bertujuan mencapai Indonesia merdeka.
Pada tahun 1913, ketiga tokoh pendiri Indische Partij tersebut ditangkap
dan dibuang ke Belanda karena aksi propaganda anti Belanda yang
mereka tuangkan dalam artikel di harian De Express yang berisi
penentangan mereka terhadap perayaan kemerdekaan Belanda di
Indonesia. Kehadiran mereka di Belanda memberikan pengaruh penting
terhadap Indische Vereeniging, perkumpulan mahasiswa Indonesia di
Belanda, dalam mendukung pergerakan kemerdekaan. 

Karena sakit, Tjipto dipulangkan ke Jawa pada tahun 1914. Setelah ia


kembali, ia bergabung dengan Insulinde, suatu perkumpulan yang
menggantikan Indische Partij yang kemudian berubah nama menjadi
Nationaal-Indische Partij (NIP). Di tahun 1918, ia menjadi anggota
Volksraad (Dewan Rakyat) bentukan Belanda. Ia memanfaatkan Volksraad
sebagai tempat untuk menyatakan aspirasi dan kritik kepada pemerintah
mengenai masalah sosial dan politik. Karena dianggap berbahaya,
pemerintah Hindia Belanda pun membuang Tjipto ke Bandung. Di sana ia
bertemu dengan Soekarno. Tjipto juga dibuang untuk kesekian kalinya
pada tahun 1928 karena didakwa turut andil dalam pemberontakan yang
dilakukan kaum komunis. Ia dibuang ke pulau Banda namun akhirnya
dikembalikan ke pulau Jawa karena kondisi kesehatannya yang
memburuk.    

Anda mungkin juga menyukai