Tjipto tldaklah berasal dari keluarga priyayi yang memiliki kedudukan sosial
yang tinggi. Namun karena kecerdasannya, ia mampu bersekolah di
STOVIA atau Sekolah Pendidikan Dokter Hindia. Ketidakpuasannya
terhadap peraturan-peraturan di STOVIA serta keprihatinannya terhadap
kondisi masyarakat Indonesia di bawah jajahan kolonial Belanda saat itu
membuat dirinya aktif menuangkan segala pemikiran dan kritisinya dalam
harian De Locomotief sejak tahun 1907. Ia juga menyebarkan pandangan-
pandangannya yang sarat akan nilai-nilai politik dengan bergabung dalam
organisasi Budi Utomo. Tetapi pada akhirnya ia memutuskan untuk
mengundurkan diri dari Budi Utomo karena adanya perpecahan ideologi
dalam tubuh organisasi yang terbentuk pada tanggal 20 Mei 1908 ini. Ia
kemudian mendirikan Indische Partij bersama Ernest Douwes Dekker dan
Ki Hajar Dewantara pada tanggal 25 Desember 1912. Saat itu Indische
Partij merupakan satu-satunya organisasi yang secara terang-terangan
bergerak di bidang politik dan bertujuan mencapai Indonesia merdeka.
Pada tahun 1913, ketiga tokoh pendiri Indische Partij tersebut ditangkap
dan dibuang ke Belanda karena aksi propaganda anti Belanda yang
mereka tuangkan dalam artikel di harian De Express yang berisi
penentangan mereka terhadap perayaan kemerdekaan Belanda di
Indonesia. Kehadiran mereka di Belanda memberikan pengaruh penting
terhadap Indische Vereeniging, perkumpulan mahasiswa Indonesia di
Belanda, dalam mendukung pergerakan kemerdekaan.