PEMBELAJAR
MODUL AJAR
PEMBELAJAR
MODUL AJAR
PEMBELAJAR
Contoh Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Bahasa Inggris
Ketika guru memberikan tugas kepada siswa untuk menuliskan pengalaman pribadi,
maka hasil yang didapatkan tentu beragam. Semua siswa tentu saja punya
pengalaman uniknya masing-masing, termasuk juga cara untuk menyampaikannya.
Misalkan saja ada siswa yang akan dengan antusias menuliskan pengalamannya
secara runtut disertai dengan kalimat-kalimat pendukung yang tepat secara tata
bahasa. Namun sebaliknya, ada juga siswa yang tidak suka berbasa-basi, mungkin
akan langsung menuliskan secara ringkas bagaimana pengalamannya itu.
Perbedaan latar belakang dan pengalaman siswa akan terakomodir dengan baik di titik
ini. Selain itu, siswa juga akan menggunakan kosakata dan tatabahasa yang ia miliki
untuk menyelesaikan tugas tersebut yang tentu saja bisa berbeda dengan siswa
lainnya.
1. Pastikan siswa paham ciri-ciri dan kegunaan dari recount text, khususnya untuk
menceritakan suatu kejadian di masa lalu.
2. Minta siswa untuk menceritakan pengalaman atau kejadian yang berkesan di
masa lalu. Hasil tulisan siswa pasti berbeda antara satu dengan yang lain.
3. Evaluasi dan beri panduan jika siswa mengalami kesulitan.
4. Hasil tulisan siswa bisa dipajang, dibacakan atau dinilai oleh guru.
Kegiatan selanjutnya yang bisa dilakukan di kelas adalah dengan meminta siswa untuk
memilih sendiri buku favoritnya lalu merangkumnya menggunakan gaya bahasa mereka
sendiri.
Setiap siswa memiliki kegemaran dan passion yang berbeda. Bisa jadi seorang siswa
akan memilih buku cerita anak-anak, yang lain memilih buku sains populer. Meski
begitu, guru dengan pertimbangan yang ada bisa juga melakukan pembatasan,
misalkan dengan mewajibkan jenis buku untuk direview haruslah fiksi/non-fiksi.
Dengan merangkum isi buku, maka siswa haruslah membaca buku tersebut. Ini juga
bisa meningkatkan reading skill mereka. Saat harus merangkumnya, mereka akan
menggunakan tata bahasa yang sudah diajarkan sehingga sekaligus melatih
kemampuan menulis.
3. Storytelling
Meminta siswa melakukan storytelling, entah itu di depan kelas maupun di depan guru
secara lebih personal, akan memberikan mereka ruang yang cukup untuk
mengeksplorasi kemampuan yang dimiliki.
Ini merupakan salah satu bentuk dari fun learning yang bisa dipraktikkan di kelas. Siswa
akan meresa senang dan gembira.
Selain itu, jangan lupa bahwa storytelling dengan modifikasi dan arahan yang tepat juga
merupakan contoh pembelajaran berdiferensiasi dalam Bahasa Inggris.
4. Membuat Drama/Roleplay
Metode ajar bermain peran atau Roleplay memang merupakan salah satu pilihan jitu
jika ingin menaikkan motivasi siswa untuk belajar, melatih kreativitas sekaligus
memfasilitasi siswa untuk bekerja dalam tim sesuai dengan passion dan skill yang
dimiliki masing-masing.
BACA JUGA
Tak Perlu Laser jika Mata Mulai Kabur! Ternyata Cukup Lakukan Ini
Oquprime
Guru bisa memilih menggunakan roleplay untuk berbagai jenjang kelas, baik untuk
siswa kelas sekolah dasar maupun pelajar di sekolah menengah atas. Tentu saja
materi, topik dan ekspektasi yang disusun ahrus disesuaikan.
Meningkatkan imajinasi dan daya kreatif siswa juga merupakan tantangan besar bagi
setiap guru, khususnya guru-guru yang mengajar rumpun mata pelajaran kebahasaan,
seperti Bahasa Inggris.
Setiap anak pasti punya cerita yang berbeda. Bahkan dengan topik yang sama, anak
bisa saja membuat cerita yang berlainan tergantung sudut pandang, latar belakang dan
kemampuan kreatif masing-masing. Inilah mengapa kegiatan tersebut termasuk salah
satu bentuk pembelajaran berdiferensiasi, khususnya untuk mata pelajaran Bahasa
Inggris,
Lantas bagaimana posisi guru? Tentu saja sebelumnya guru harus memberikan modal
yang cukup agar mereka bisa paham cerita seperti apa yang harus ditulis.
6. Membuat Puisi
Membuat puisi dalam Bahasa Inggris adalah sebuah kegiatan yang sangat
menyenangkan, karena siswa akan tertantang untuk mengolah kosakata yang sudah
dimiliki.
Selain menyenangkan, membuat puisi juga bisa digolongkan sebagai salah satu bentuk
belajar dengan konsep diferensiasi. Kenapa? Karena masing-masing siswa dengan
segala keunikan mereka akan berusaha merangkai kosakata yang dimilikinya dan
hasilnya pasti berbeda antara satu dengan yang lain.
7. Presentasi
Salah satu cara untuk melakukan hal itu adalah dengan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk melakukan presentasi.
Kuis atau pertanyaan dalam Bahasa Inggris bisa jadi salah satu sarana untuk
mengevaluasi hasil belajar siswa, termasuk juga menentukan apakah siswa sudah
tuntas dalam menguasai suatu topik.
Buatlah kuis dengan konsep placement test, yaitu mengukur kemampuan siswa dalam
menguasai suatu skill atau topik. Gunakan hasilnya untuk membentuk kelompok.
Wanita 55-an asal Pasuruan dengan Baby Face Pakai Ini sebelum Tidur
Gluwty
Tak Perlu Laser jika Mata Mulai Kabur! Ternyata Cukup Lakukan Ini
Oquprime
Pasuruan Kekayaan yang Anda akan Dapat dari Baca Ini bak Mimpi!
Wealth Amulet
Saya Langsung Terbebas dari Hutang dalam 5 Hari setelah Baca Ini
Wealth Amulet
Dengan pertimbangan tertentu, kelompok bisa terdiri dari siswa yang memiliki tingkat
pemahaman sama atau bahkan siswa dengan tingkat pemahaman yang variatif.
Seperti diketahui, placement test adalah salah satu bentuk pre test yang berusaha
mengetahui kemampuan siswa untuk kemudian dikelompokkan sesuai hasilnya.
Tentu saja dalam sebuah kelas, ada siswa yang tergolong sangat pintar dan mampu
menyelesaikan tugas dengan baik.
Kelompok siswa seperti ini juga harus diberi perhatian karena itulah filosofi
dari pembelajaran berbasis diferensiasi.
Siapkan soal untuk diberikan saat siswa ternyata mampu menyelesaikan tugas dengan
lebih cepat dari yang lainnya.
Baca lebih lanjut mengenai bentuk dan manfaat dari pemberian tugas pengayaan,
khususnya kepada siswa yang telah menyelesaikan kewajibannya dengan baik secara
lebih cepat dari yang lainnya.
Wawancara juga bisa menjadi sebuah sarana bagi siswa untuk lebih berani dalam
berkomunasi dengan sesama.
Meski ada banyak keuntungan, namun guru juga harus memberikan bekal yang cukup
kepada siswa sebelum melakukan wawancara. Beberapa hal tersebut antara lain:
Memberikan tugas wawancara juga merupakan salah satu bukti bahwa pembelajaran
bisa dilakukan dimana saja, tidak melulu harus di dalam ruang kelas.
Dari uraian di atas bisa disimpulkan bahwa mata pelajaran Bahasa Inggris dapat
diajarkan dengan berbasis pada pembelajaran berdiferensiasi.
Pengantar
Cerita dari rekan Kepala SMAN 3 Borong, Bapak Konstan Rada, menarik bagi
saya. Di sekolahnya, melalui asesmen awal (asesmen diagnostik), dipetakan
kesiapan awal belajar murid, gaya belajar, kondisi lingkungan dan keluarga,
prediksi/proyeksi melanjutkan kuliah, dan minat-bakat siswa. Tanpa sebuah
observasi mendalam saja, sudah dapat dipastikan bahwa 85 –
90% output siswa sekolah tersebut tidak melanjutkan pendidikannya ke
perguruan tinggi karena alasan ekonomi. Setamat SMA, para siswa langsung
bekerja membantu orang tua, menjadi ojek, merantau, dan macam-macam
pilihan pekerjaan sebelum memasuki jenjang kehidupan berkeluarga. Oleh
karena itu, berdasarkan hasil asesmen awal tadi, para siswa diarahkan untuk
mengikuti pembelajaran yang praktis, seperti bercocok tanam, mengolah
kebun, memelihara ternak, mengolah makanan ringan, mengembangkan
keterampilan seni, dan lain sebagainya. Kurikulum sekolah didesain untuk
mempelajari materi konseptual setiap mata pelajaran di kelas sekaligus
diintegrasikan dengan kebutuhan praktis jika siswa pulang sekolah (ke rumah)
atau ketika tamat nanti. Kepada siswa diajarkan cara bertanam sayur-mayur,
jagung, ubi; memelihara ikan lele, nila; membuat kue-roti; mengenal otomotif;
dan mengembangkan keterampilan seni dan olahraga.
Cerita lain dari sebuah sekolah dasar di Lerang, Desa Golo Loni, Kecamatan
Rana Mese. Kepala sekolah dan para guru membuat pemetaan awal
kemampuan literasi dan numerasi siswa. Hasilnya menunjukkan, 80% siswa
kelas awal (I – IV) memiliki kompetensi literasi dan numerasi pada level
KURANG. Sebagai solusi, satuan pendidikan merumuskan desain
pembelajaran yang bertujuan mengatasi problem literasi dan numerasi siswa.
Para guru membuat modul baca-tulis yang menarik minat siswa, merancang
kegiatan belajar menyenangkan di sekolah dan belajar mandiri siswa di rumah,
merancang pembelajaran yang bersifat rekreatif untuk mengaktifkan kapasitas
memori siswa, dan membuat format refleksi-evaluasi guru dan orang tua
tentang kemajuan belajar siswa.
Tantangan kita
Sejauh ini, di sekolah kita, belum tersedia dokumen yang memadai tentang
rencana tindakan dan pembelajaran berdiferensiasi. Pemetaan kondisi awal
siswa masih bersifat general (umum), seperti identitas siswa, kondisi latar
belakang orang tua, hobi-bakat khusus, minat mata pelajaran, nilai pencapaian
belajar per semester. Data lainnya juga berupa catatan dan nilai yang
didokumentasikan oleh masing-masing guru. Desain untuk mengolah data ini
demi suatu tindakan dan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan peserta didik belum kita siapkan dengan baik. Inilah tantangan
utama kita ke depannya.
Meskipun demikian, secara implementatif, desain kurikulum, penjabaran
kegiatan sekolah dan asrama, serta bentuk-bentuk pendampingan individual
dan klasikal bagi peserta didik cukup jelas tertata dalam kalender kerja kita.
Tugas kita semua selanjutnya adalah mendokumentasikan (1) rencana
pembelajaran berdiferensiasi, (2) pelaksanaan pembelajaran, dan (3) laporan
evaluasi pembelajarannya. Tiga matra ini penting sebagai acuan atau panduan
bagi sekolah sebagai lembaga, atau kepala sekolah dan guru sebagai
pengambil kebijakan perihal bagaimana memenuhi kebutuhan belajar peserta
didik. Tugas ini memang tidak mudah. Kita butuh kerja sama, kerja keras, dan
kerja tuntas.