Anda di halaman 1dari 11

MODUL AJAR

PEMBELAJAR
MODUL AJAR
PEMBELAJAR
MODUL AJAR
PEMBELAJAR
Contoh Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Bahasa Inggris

Sekarang, bagaimana contoh pembelajaran Bahasa Inggris menggunakan paradigma


terbaru ini, yaitu pembelajaran berdiferensiasi?

Pembelajaran berdiferensiasi dalam mapel Bahasa Inggris sebenarnya cukup banyak


bentuk dan contoh-contohnya. Implementasinya juga tidak sulit, karena Bahasa Inggris
yang mengutamakan skill literasi merupakan sesuatu yang practicable ketimbang
melulu hanya berkutat pada teori. 

1. Menulis Pengalaman Pribadi (Recount Text)

menuliskan pengalaman pribadi dalam Bahasa Inggris

Ketika guru memberikan tugas kepada siswa untuk menuliskan pengalaman pribadi,
maka hasil yang didapatkan tentu beragam. Semua siswa tentu saja punya
pengalaman uniknya masing-masing, termasuk juga cara untuk menyampaikannya.

Misalkan saja ada siswa yang akan dengan antusias menuliskan pengalamannya
secara runtut disertai dengan kalimat-kalimat pendukung yang tepat secara tata
bahasa. Namun sebaliknya, ada juga siswa yang tidak suka berbasa-basi, mungkin
akan langsung menuliskan secara ringkas bagaimana pengalamannya itu.
Perbedaan latar belakang dan pengalaman siswa akan terakomodir dengan baik di titik
ini. Selain itu, siswa juga akan menggunakan kosakata dan tatabahasa yang ia miliki
untuk menyelesaikan tugas tersebut yang tentu saja bisa berbeda dengan siswa
lainnya.

Langkah melakukan pembelajaran recount text sesuai konsep diferensiasi: 

1. Pastikan siswa paham ciri-ciri dan kegunaan dari recount text, khususnya untuk
menceritakan suatu kejadian di masa lalu.
2. Minta siswa untuk menceritakan pengalaman atau kejadian yang berkesan di
masa lalu. Hasil tulisan siswa pasti berbeda antara satu dengan yang lain.
3. Evaluasi dan beri panduan jika siswa mengalami kesulitan.
4. Hasil tulisan siswa bisa dipajang, dibacakan atau dinilai oleh guru. 

Inilah contoh penggunaan pembelajaran berdiferensiasi untuk mata pelajaran


Bahasa Inggris, khususnya memodifikasi asesmen berdasarkan kemampuan dasar
dan pengalaman unik masing-masing siswa. 

2. Merangkum Isi Buku

merangkum isi buku

Kegiatan selanjutnya yang bisa dilakukan di kelas adalah dengan meminta siswa untuk
memilih sendiri buku favoritnya lalu merangkumnya menggunakan gaya bahasa mereka
sendiri. 

Setiap siswa memiliki kegemaran dan passion yang berbeda. Bisa jadi seorang siswa
akan memilih buku cerita anak-anak, yang lain memilih buku sains populer. Meski
begitu, guru dengan pertimbangan yang ada bisa juga melakukan pembatasan,
misalkan dengan mewajibkan jenis buku untuk direview haruslah fiksi/non-fiksi.

Dengan merangkum isi buku, maka siswa haruslah membaca buku tersebut. Ini juga
bisa meningkatkan reading skill mereka. Saat harus merangkumnya, mereka akan
menggunakan tata bahasa yang sudah diajarkan sehingga sekaligus melatih
kemampuan menulis.

Contoh pembelajaran berdiferensiasi Bahasa Inggris dalam bentuk membuat


rangkuman isi buku akan menjadi lebih menyenangkan ketika guru mampu
memfasilitasi siswa untuk mau mengutarakan rangkumannya di depan kelas. 

3. Storytelling

storytelling sebagai contoh pembelajaran berdiferensiasi


Dalam hal ini, bukan guru yang menyampaikan materi secara bercerita atau yang lebih
dikenal dengan storytelling. Justru di sini, siswalah yang harus menyampaikan
pendapat, opini, pengalaman atau kisah yang sudah dipilihnya menjadi storytelling. 

Meminta siswa melakukan storytelling, entah itu di depan kelas maupun di depan guru
secara lebih personal, akan memberikan mereka ruang yang cukup untuk
mengeksplorasi kemampuan yang dimiliki.

Untuk siswa yang tergolong speed learners dan creative students, mereka tentu


akan all out dengan memberikan penampilan yang memukau, termasuk juga sarana
pendukungnya. 

Ini merupakan salah satu bentuk dari fun learning yang bisa dipraktikkan di kelas. Siswa
akan meresa senang dan gembira. 

Selain itu, jangan lupa bahwa storytelling dengan modifikasi dan arahan yang tepat juga
merupakan contoh pembelajaran berdiferensiasi dalam Bahasa Inggris. 

4. Membuat Drama/Roleplay

roleplay sebagai salah satu contoh pembelajaran berdiferensiasi

Contoh pembelajaran diferensiasi untuk mata pelajaran Bahasa


Inggris selanjutnya adalah dengan menggunakan strategi roleplay atau drama untuk
menyampaikan materi kepada siswa. 

Metode ajar bermain peran atau Roleplay memang merupakan salah satu pilihan jitu
jika ingin menaikkan motivasi siswa untuk belajar, melatih kreativitas sekaligus
memfasilitasi siswa untuk bekerja dalam tim sesuai dengan passion dan skill yang
dimiliki masing-masing. 

BACA JUGA

 Apa Perbedaan CP dan TP dalam Kurikulum Merdeka?


 Cara Mengimplementasikan Pembelajaran Berdiferensiasi
 Cara Mengimplementasikan Pembelajaran Berdiferensiasi
 Perbedaan Hybrid Learning dan Blended Learning
ANDA MUNGKIN MENYUKAI

6 Artis Indonesia sudah Ketebak akan Tinggalkan Islam


Limelight Media
Wanita 55-an asal Pasuruan dengan Baby Face Pakai Ini sebelum Tidur
Gluwty

Tak Perlu Laser jika Mata Mulai Kabur! Ternyata Cukup Lakukan Ini
Oquprime

Seperti Apa jika 8 Artis Indonesia Ini belum Meninggal?


Limelight Media

Guru bisa memilih menggunakan roleplay untuk berbagai jenjang kelas, baik untuk
siswa kelas sekolah dasar maupun pelajar di sekolah menengah atas. Tentu saja
materi, topik dan ekspektasi yang disusun ahrus disesuaikan. 

Baca selengkapnya mengenai strategi pembelajaran berbasis roleplay yang sudah


pernah ditayangkan oleh Esai Edukasi di postingan sebelumnya. 

5. Membuat Cerita Pendek

membuat cerita pendek sebagai contoh pembelajaran


berdiferensiasi

Meningkatkan imajinasi dan daya kreatif siswa juga merupakan tantangan besar bagi
setiap guru, khususnya guru-guru yang mengajar rumpun mata pelajaran kebahasaan,
seperti Bahasa Inggris.

Setiap anak pasti punya cerita yang berbeda. Bahkan dengan topik yang sama, anak
bisa saja membuat cerita yang berlainan tergantung sudut pandang, latar belakang dan
kemampuan kreatif masing-masing. Inilah mengapa kegiatan tersebut termasuk salah
satu bentuk pembelajaran berdiferensiasi, khususnya untuk mata pelajaran Bahasa
Inggris,

Lantas bagaimana posisi guru? Tentu saja sebelumnya guru harus memberikan modal
yang cukup agar mereka bisa paham cerita seperti apa yang harus ditulis. 

6. Membuat Puisi

puisi sebagai contoh pembelajaran berdiferensiasi

Membuat puisi dalam Bahasa Inggris adalah sebuah kegiatan yang sangat
menyenangkan, karena siswa akan tertantang untuk mengolah kosakata yang sudah
dimiliki.
Selain menyenangkan, membuat puisi juga bisa digolongkan sebagai salah satu bentuk
belajar dengan konsep diferensiasi. Kenapa? Karena masing-masing siswa dengan
segala keunikan mereka akan berusaha merangkai kosakata yang dimilikinya dan
hasilnya pasti berbeda antara satu dengan yang lain. 

7. Presentasi

presentasi oleh siswa

Paradigma pendidikan terbaru adalah memandang peserta didik sebagai subyek


pembelajaran, bukan lagi obyek. Jadi mereka harus terlibat aktif dalam proses belajar. 

Salah satu cara untuk melakukan hal itu adalah dengan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk melakukan presentasi.

Presentasi akan membuat siswa melakukan persiapan dan mempersiapkan bahan-


bahan mereka. Ini juga bentuk dari kegiatan belajar secara berdiferensiasi. 

8. Membentuk Kelompok Siswa Berbasis Placement Test dan  

membentuk kelompok berdasarkan hasil placement test

Kuis atau pertanyaan dalam Bahasa Inggris bisa jadi salah satu sarana untuk
mengevaluasi hasil belajar siswa, termasuk juga menentukan apakah siswa sudah
tuntas dalam menguasai suatu topik.

Buatlah kuis dengan konsep placement test, yaitu mengukur kemampuan siswa dalam
menguasai suatu skill atau topik. Gunakan hasilnya untuk membentuk kelompok.

BERITA YANG DISARANKAN

Wanita 55-an asal Pasuruan dengan Baby Face Pakai Ini sebelum Tidur
Gluwty

Tak Perlu Laser jika Mata Mulai Kabur! Ternyata Cukup Lakukan Ini
Oquprime

Pembunuh Prostat Ditemukan! Para Pria Harus Membacanya Sekarang


Prostaform
Pembunuh Kebotakan Ditemukan! (Lakukan sebelum Tidur)
Gluwty

Pasuruan Kekayaan yang Anda akan Dapat dari Baca Ini bak Mimpi!
Wealth Amulet

Saya Langsung Terbebas dari Hutang dalam 5 Hari setelah Baca Ini
Wealth Amulet

Dengan pertimbangan tertentu, kelompok bisa terdiri dari siswa yang memiliki tingkat
pemahaman sama atau bahkan siswa dengan tingkat pemahaman yang variatif. 

Seperti diketahui, placement test adalah salah satu bentuk pre test yang berusaha
mengetahui kemampuan siswa untuk kemudian dikelompokkan sesuai hasilnya. 

9. Memberi Tugas Pengayaan kepada Siswa

pengayaan sebagai bentuk pembelajaran berdiferensiasi

Tentu saja dalam sebuah kelas, ada siswa yang tergolong sangat pintar dan mampu
menyelesaikan tugas dengan baik.

Kelompok siswa seperti ini juga harus diberi perhatian karena itulah filosofi
dari pembelajaran berbasis diferensiasi.

Siapkan soal untuk diberikan saat siswa ternyata mampu menyelesaikan tugas dengan
lebih cepat dari yang lainnya. 

Baca lebih lanjut mengenai bentuk dan manfaat dari pemberian tugas pengayaan,
khususnya kepada siswa yang telah menyelesaikan kewajibannya dengan baik secara
lebih cepat dari yang lainnya. 

10. Memberikan Tugas Wawancara 

wawancara dan pembelajaran berdiferensiasi


Inilah salah satu bentuk pembelajaran berdiferensiasi yang paling populer dan
layak untuk dicoba. Berikan kebebasan kepada siswa untuk memilih kepada siapa
mereka akan melakukan wawancara, termasuk juga susunan pertanyaan yang akan
diberikan. 

Wawancara juga bisa menjadi sebuah sarana bagi siswa untuk lebih berani dalam
berkomunasi dengan sesama. 

Meski ada banyak keuntungan, namun guru juga harus memberikan bekal yang cukup
kepada siswa sebelum melakukan wawancara. Beberapa hal tersebut antara lain: 

 Sikap saat mewawancarai seseorang.


 Pertanyaan yang harus dihindari.
 Cara menyusun hasil wawancara. 

Memberikan tugas wawancara juga merupakan salah satu bukti bahwa pembelajaran
bisa dilakukan dimana saja, tidak melulu harus di dalam ruang kelas. 

10 Kegiatan dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris yang sesuai dengan


Pembelajaran Berdiferensiasi

Dari uraian di atas bisa disimpulkan bahwa mata pelajaran Bahasa Inggris dapat
diajarkan dengan berbasis pada pembelajaran berdiferensiasi.

Beberapa contoh kegiatan yang sesuai dengan pembelajaran berdiferensiasi antara


lain: 

 Membuat recount text


 Merangkum isi buku
 Storytelling
 Roleplay
 Menulis cerita pendek
 Presentasi
 Membuat puisi
 Membentuk kelompok belajar
 Memberi pengayaan
 Wawancara

Pengantar

Sejak Program Sekolah Penggerak diluncurkan, para guru semakin diakrabkan


dengan istilah pembelajaran berdiferensiasi.  Filosofi pendidikan Ki Hajar
Dewantara pun kerap didengungkan: guru harus dapat menuntun murid
untuk berkembang sesuai dengan kodratnya dan guru harus menciptakan
pembelajaran yang berpihak kepada murid. Kedua konsep dasar ini coba
diterapkan di setiap satuan pendidikan Program Sekolah Penggerak. Ada
rupa-rupa praktik, tantangan, kesulitan, dan solusi yang dialami.

Cerita dari rekan Kepala SMAN 3 Borong, Bapak Konstan Rada, menarik bagi
saya. Di sekolahnya, melalui asesmen awal (asesmen diagnostik), dipetakan
kesiapan awal belajar murid, gaya belajar, kondisi lingkungan dan keluarga,
prediksi/proyeksi melanjutkan kuliah, dan minat-bakat siswa. Tanpa sebuah
observasi mendalam saja, sudah dapat dipastikan bahwa 85 –
90% output siswa sekolah tersebut tidak melanjutkan pendidikannya ke
perguruan tinggi karena alasan ekonomi. Setamat SMA, para siswa langsung
bekerja membantu orang tua, menjadi ojek, merantau, dan macam-macam
pilihan pekerjaan sebelum memasuki jenjang kehidupan berkeluarga. Oleh
karena itu, berdasarkan hasil asesmen awal tadi, para siswa diarahkan untuk
mengikuti pembelajaran yang praktis, seperti bercocok tanam, mengolah
kebun, memelihara ternak, mengolah makanan ringan, mengembangkan
keterampilan seni, dan lain sebagainya. Kurikulum sekolah didesain untuk
mempelajari materi konseptual setiap mata pelajaran di kelas sekaligus
diintegrasikan dengan kebutuhan praktis jika siswa pulang sekolah (ke rumah)
atau ketika tamat nanti. Kepada siswa diajarkan cara bertanam sayur-mayur,
jagung, ubi; memelihara ikan lele, nila; membuat kue-roti; mengenal otomotif;
dan mengembangkan keterampilan seni dan olahraga.

Bagaimana hasilnya? Tentu masih akan dilihat  setelah 3 (tiga) tahun


berjalannya Program Sekolah Penggerak ini. Namun, apresiasi setinggi-
tingginya diberikan kepada sekolah ini karena berhasil mengolah 5 ha tanah
untuk kebun jagung, ubi, dan sayur-sayuran; ada siswa yang telah
mendapatkan penghasilan karena keterampilan menggambar/melukis. Kepala
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT menyaksikan langsung hasil karya
siswa dan kebun sekolah ini dalam kesempatan kunjungannya ke Manggarai
Timur pada bulan Januari yang lalu.

Cerita lain dari sebuah sekolah dasar di Lerang, Desa Golo Loni, Kecamatan
Rana Mese. Kepala sekolah dan para guru membuat pemetaan awal
kemampuan literasi dan numerasi siswa. Hasilnya menunjukkan, 80% siswa
kelas awal (I – IV) memiliki kompetensi literasi dan numerasi pada level
KURANG. Sebagai solusi, satuan pendidikan merumuskan desain
pembelajaran yang bertujuan mengatasi problem literasi dan numerasi siswa.
Para guru membuat modul baca-tulis yang menarik minat siswa, merancang
kegiatan belajar menyenangkan di sekolah dan belajar mandiri siswa di rumah,
merancang pembelajaran yang bersifat rekreatif untuk mengaktifkan kapasitas
memori siswa, dan membuat format refleksi-evaluasi guru dan orang tua
tentang kemajuan belajar siswa.

Hasilnya? Pada satu semester awal, seluruh kegiatan belajar-mengajar terfokus


pada penguatan literasi siswa. Para siswa akhirnya menunjukkan kemajuan
yang sangat luar biasa dalam kemampuan membacanya. Minat untuk
mengikuti mata pelajaran lainnya pun meningkat karena siswa mampu
membaca dengan baik. Modul ajar literasi yang disiapkan guru di sekolah
tersebut kini menjadi contoh praktik baik hasil karya yang direkomendasikan
oleh Kemendikburisti melalui Platform Merdeka Mengajar.

Konsep pembelajaran berdiferensiasi

Pembelajaran berdiferensiasi berorientasi pada pembelajaran yang


memerdekakan pemikiran dan potensi murid. Tugas pendidikan adalah usaha
pendelegasian secara bertahap perilaku kedewasaan. Maksudnya, pertama-
tama kegiatan pendidikan itu terarah kepada upaya-upaya mengarahkan
peserta didik bertumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya. Seorang
peserta dituntun, dibentuk, dibimbing agar mencapai perilaku kedewasaan
dalam seluruh aspek personalnya, yakni kognitif, afektif, psikomotorik, dan
kecakapan sosial.

Usaha pendidikan seperti ini mengandaikan seluruh komponen di dalam


sekolah itu telah siap; atau menyiapkan diri sungguh-sungguh. Kunci
pokoknya adalah pemetaan kesiapan belajar murid, kebutuhan belajarnya, dan
bakat-minatnya. Dari sini berlanjut ke rancangan pembelajaran dan tindakan
yang akan dilakukan bersama peserta didik. Keterlibatan berbagai pihak,
terutama orang tua, sangat menentukan pemetaan kondisi awal para peserta
didik. Oleh karena itu, orang tua dan murid harus jujur ketika guru melakukan
pemetaan kebutuhan belajar, baik melalui wawancara, angket, survei, dan
instrument pengumpulan data lainnya.

Secara konseptual, ada beberapa  konteks direfensiasi, yakni diferensiasi


konten, proses, dan produk. Pertama, diferensiasi konten terkait dengan
kesiapan guru menyediakan bahan dan alat yang sesuai dengan kebutuhan
belajar murid. Konten adalah apa yang kita ajarkan kepada murid. Konten
dapat dibedakan sebagai tanggapan terhadap kesiapan, minat, dan profil
belajar murid maupun kombinasi dari ketiganya. Untuk itu, guru perlu
menyediakan bahan dan alat sesuai dengan kebutuhan belajar murid. Kedua,
diferensiasi proses. Proses mengacu pada bagaimana murid akan memahami
atau memaknai apa yang dipelajari. Caranya, (a) menggunakan kegiatan
berjenjang, (b) meyediakan pertanyaan pemandu atau tantangan yang perlu
diselesaikan di sudut-sudut minat, (c) membuat agenda individual untuk
murid (daftar tugas, memvariasikan lama waktu yang murid dapat ambil untuk
menyelesaikan tugas, dan (d) mengembangkan kegiatan bervariasi. Ketiga,
diferensiasi produk. Produk adalah hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus
ditunjukkan murid kepada guru, seperti karangan, pidato, rekaman, diagram
atau sesuatu yang ada wujudnya. Produk yang diberikan meliputi 2 hal: (1)
memberikan tantangan dan keragaman atau variasi, dan (2) memberikan
murid pilihan bagaimana mereka dapat mengekspresikan pembelajaran yang
diinginkan.

Tantangan kita

Sejauh ini, di sekolah kita, belum tersedia dokumen yang memadai tentang
rencana tindakan dan pembelajaran berdiferensiasi. Pemetaan kondisi awal
siswa masih bersifat general (umum), seperti identitas siswa, kondisi latar
belakang orang tua, hobi-bakat khusus, minat mata pelajaran, nilai pencapaian
belajar per semester. Data lainnya juga berupa catatan dan nilai yang
didokumentasikan oleh masing-masing guru. Desain untuk mengolah data ini
demi suatu tindakan dan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan peserta didik belum kita siapkan dengan baik. Inilah tantangan
utama kita ke depannya.
Meskipun demikian, secara implementatif, desain kurikulum, penjabaran
kegiatan sekolah dan asrama, serta bentuk-bentuk pendampingan individual
dan klasikal bagi peserta didik cukup jelas tertata dalam kalender kerja kita.
Tugas kita semua selanjutnya adalah mendokumentasikan (1) rencana
pembelajaran berdiferensiasi, (2) pelaksanaan pembelajaran, dan (3) laporan
evaluasi pembelajarannya. Tiga matra ini penting sebagai acuan atau panduan
bagi sekolah sebagai lembaga, atau kepala sekolah dan guru sebagai
pengambil kebijakan perihal bagaimana memenuhi kebutuhan belajar peserta
didik. Tugas ini memang tidak mudah. Kita butuh kerja sama, kerja keras, dan
kerja tuntas. 

Anda mungkin juga menyukai