Anda di halaman 1dari 7

Operator Rotasi

Operator rotasi Yaitu suatu operator yang merotasi setiap vektor pada R2 sebesar
suatu sudut tertentu θ .

Untuk menentukan persamaan-persamaan yang


mengaitkan x dan w = T (x), misalkan ∅ adalah
sudut dari sumbu x positif ke x, dan misalkan r
adalah panjang dari x dan w yang sama (Gambar
4.2.4).

Gambar 4.2.4

TABEL. 5

Matrik
Operator Ilustrasi Persamaan
Standar

w1= x

[ ]
Proyeksi
w2= y 1 0 0
ortogonal
w3= 0 0 1 0
pada bidang x
0 0 0
y

[ ]
Proyeksi w1= x 1 0 0
ortogonal w2= 0
0 0 0
pada bidang x w3= z
0 0 1
z

[ ]
Proyeksi w1= 0 0 0 0
ortogonal w2= y
0 1 0
pada bidang y w3= z
0 0 1
z

Maka dari trigonometri dasar : x=r cos ∅ y=r sin ∅ ,dan

w 1=r cos( θ+∅ ) w 2=r sin(θ+ ∅)


Dengan menggunakan identitas trigonometri : w 1=r cos(θ+∅ )

w 2=r sin(θ+ ∅)

Menghasilkan : w 1=r cos θ cos ∅−r sinθ sin ∅

w 1=r sin θ cos ∅ +r cos θ sin ∅

Dengan mensubstitusi pada : x=r cos ∅ y=r sin ∅

Menghasilkan : w 1=x cos θ− y sin θ

w 1=x sin θ+ y cos θ

Persamaan-persamaan di atas hasil dari mensubstitusi adalah linear, sehingga T


adalah suatu operator linear. Lebih lanjut, sesuai dengan persamaan-persamaan
ini, standar utuk T adalah :
cos θ −sin θ
(T)= ⌈ ⌉
sin θ cos θ

TABEL.6

Matriks
Operator Ilustrasi Persmaan
standar

Rotasi w 1=x cos θ− y sin θ


sebesar ⌈ cos θ −sin θ ⌉
w 2=x sin θ+ y cos θ sin θ cos θ
sudut θ

Pada tabel.6 menyajikan rumus-rumus untuk operator rotasi pada R2 .

Contoh soal Rotasi :

π
Jika setiap vektor pada R2 mengelami rotasi sebesar sudut =30 ° , maka
6

bayangan w dari vektor x= [ xy]


Jawab :

[ ]
Sebagai contoh, bayangan dari
π π vektor :
cos −sin
w=
6 6
[ xy ]=¿
[ ]
π π
sin cos √ 3−1
6 6
x=
[ xy] adalah 2
1+ √ 3
2
[ ]
√3 x −¿ 1 y
= [
√ 3 /2 −1/2 x
1/2 √ 3/2 y ][ ]
=
1
2
x +¿
2
√3 y
2 2

Suatu rotasi dari vektor-vektor pada R3 biasanya digambarkan sebagai


suatu sinar yang memancar dari titik asal, yang disebut sumbu rotasi (axis of
rotation). Gerakan vektor yang berputar pada sumbu rotasi, akan terbentuk
semacam kerucut.

Gambar 4.2.5a

Sudut rotasi (angel of rotation) yang diukur pada dasar kerucut, di


gambar sebagai “searah jarum jam” atau “berlawanan arah jarum jam” dilihat dari
sudut pandang sepanjang sumbu rotasi memandang kearah titik asal. Sebagai
contoh pada gambar 4.2.5a, vektor w diperoleh dari rotasi x berlawanan arah
jarum jam terhadap sumbu l sebesar sudut θ . Sebagai mana pada R2 , sudut
bernilai positif jika dihasilkan oleh rotasi berlawanan arah jarum jam dan negatif
jika diperoleh dari hasil rotasi searah jarum jam.

Cara yang paling umum untuk menggambar suatu sumbu rotasi umum
adalah dengan menentukan suatu vektor taknol u, yang bergerak sepanjang sumbu
rotasi dan memiliki titik awal pada titik asal. Arah rotasi berlawanan arah jarum
jam terhadap sumbu, dapat ditntukn dengan “aturan tangan kanan” (Gambar
4.2.5b).

Jika ibu jari tangan kanan menunjuk


kearah u ,maka jari-jari yang tergenggam
mengarah ke arah yang berlawanan arah
jarum jam.

Gambar 4.2.5b
Suatu Operator Rotasi pada R3 adalah suatu operator linear yang merotasi setiap
vektor pada R3 terhadap bebrapa sumbu rotasi sebesar suatu sudut θ tertentu.

TABEL.7

OPERATOR ILUSTRASI PERSAMAAN MATRIKS STANDAR


Rotasi
berlawanan arah
jarum jam w 1=x

[ ]
terhadap sumbu x 1 0 0
w 2= y cos θ−z sin θ
positif sebesar 0 cos θ −sinθ
w 3= y sin θ+ z cos θ
sudut θ 0 sinθ cos θ

Rotasi
berlawanan arah
jarum jam w 1=x cos θ+ z sin θ

[ ]
terhadap sumbu y w 2= y cos θ 0 sin θ
positif sebesar w 3=−x sinθ + z cos θ 0 1 0
sudut θ −sin θ 0 cos θ

Rotasi
berlawanan arah
w 1=x cos θ− y sin θ

[ ]
jarum jam
cos θ −sin θ 0
terhadap sumbu z w 2=x sin θ+ y cos θ
positif sebesar sin θ cos θ 0
w 3=z
sudut θ 0 0 1

Pada tabel 7 kita telah menjelaskan operator-operator rotasi pada R3 yang sumbu-
sumbu rotasinya adalah sumbu-sumbu koordinat positif. Untuk masing-masing
rotasi ini, salah satu komponennya tidak berubah akibatnya rotasi, dan hubungan
antara komponen-komponen lainya dapat diturunkan dengan prosedur yang sama
yang digunakan untuk menurunkan w 1=x cos θ− y sin θ

w 1=x sin θ+ y cos θ


Operator Dilasi dan Kontraksi

Jika k adalah suatu skalar taknegatif, maka operator T(x) = kx pada R2 atau
R3 disebut sebagai kontraksi dengan faktor k (contraktion with factor k) jika
0 ≤ k ≤1 dan suatu dilasi dengan faktor k (dilation with factor k) jika k ≥ 1.

T(x) = kx

T(x) = kx x

(a) 0 ≤ k <1
Gambar 4.2.6 (b) k > 1

Gambar 4.2.6
Dampak geometri dari kontraksi adalah memperkecil setiap vektor dengan
suatu vektor k (Gambar 4.2.6a), dan dampak dari dilasi adalah memperbesar setiap
vektor dengan suatu vektor k (Gambar 4.2.6b). Kontraksi paling ekstrim terjadi ketika
k=0, dimana T(x)=kx tereduksi menjadi operator nol T(x)=0 , yang memperkecil setiap
vektor menjadi suatu titik (titik asal). Jika k =1 , maka T(x) = kx tereduksi menjadi vektor
menjadi identitas T(x) = x , sehingga setiap vektor tidak berubah ; ini dapat dianggap
sebagai suatu kontraksi maupun suatu dilasi. Tabel 8 dan 9 mencantumkan operator
dilasi dan operator kontraksi pada R2 dan R3 .

TABEL 8

Matriks
Operator Ilustrasi Persamaan
standar
w 1=kx
Kontraksi w 2=ky
dengan faktor
k pada R2
(0 ≤ k ≤1)

w 1=kx
w 2=ky [ k0 0k ]
Dilasi dengan
faktor k pada
R2 (k ≥ 1)
TABEL 9

Operasi Ilustrasi Persamaan Matriks


Standar

Kontraksi w 1=kx
dengan
w 2=ky
faktor k pada
w 3=kz
R3 (0 ≤ k ≤1)

[ ]
k 0 0
0 k 0
0 0 k

Dilasi dengan w 1=kx


faktor k pada w 2=ky
R3 (k ≥ 1) w 3=kz

Anda mungkin juga menyukai