Anda di halaman 1dari 2

PELIMPAHAN WEWENANG PENATALAKSANAAN ANESTESI

No.Dokumen : No.Revisi : 1 Halaman :


RUMAH SAKIT 1 dari 2
TINGKAT II SPO-PAB/ /RSKH/ /2016
KARTIKA HUSADA
SPO TanggalTerbit Ditetapkan,
(Standar Prosedur. Kepala Rumah Sakit Tingkat II
Operasional) Kartika Husada

dr. Heru Pranata


Kolonel CKM NRP 32988

Pelimpahan wewenang penatalaksanaan anestesi adalah


pendelegasian dari Dokter Spesialis Anestesi kepada Penata
PENGERTIAN
Anestesi lulusan Program D-III Akademi Keperawatan Anestesiologi,
yang dikarenakan sesuatu hal menyebabkan dokter spesialis
anestesi tersebut tidak dapat hadir di tempat pelaksanaan tindakan
anestesi tersebut.

1. Memberikan kepastian tanggungjawab dan hukum bagi setiap


TUJUAN anggota tim penatalaksanaan anestesi.
2. Memberikan pelayanan kesehatan yang aman, efektif, nyaman
dan memuaskan.
3. Sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas penatalaksanaan
anestesi bagi tim anestesi di Departemen Bedah dan Anestesi

1. Pelimpahan tugas melakukan tindakan anestesi dapat diberikan


KEBIJAKAN kepada :
a. Perawat yang telah menyelesaikan pendidikan Akademi
Anestesiologi atau Akademi Keperawatan Anestesiologi dan
mempunyai kemampuan untuk diberi tugas limpah tersebut.
b. Perawat yang telah memiliki sertifikat mahir anestesi dan telah
bekerja di Bagian Anestesiologi secara terus menerus selama
5 tahun dan mempunyai kemampuan untukdi beri tugas
limpah tersebut.
2. Pelimpahan secara tertulis dibuat secara tertulis dalam status atau
ada format khusus dalam Kartu anestesi
3. Dokter Spesialis Anestesi memberikan pelimpahan tugas secara
tertulis dengan intruksi tertulis.
4. Kriteria pasien yang dalam tindakan anestesi dapat dilimpahkan
kepada perawat :
a. Status fisik ASA I – II dengan penyakit penyerta yang minimal.
b. Tindakan operasi tidak menimbulkan rasa sakit yang
berlebihan.
PELIMPAHAN WEWENANG PENATALAKSANAAN ANESTESI

No.Dokumen : No.Revisi : 1 Halaman :


RUMAH SAKIT 2 dari 2
TINGKAT II SPO-PAB/ /RSKH/ /2016
KARTIKA HUSADA
c. Tindakan operasi bukan di daerah kepala, leher dan rongga
dada.
d. Tindakan operasi darurat dengan ketentuan :
a) Tindakan penyelamatan hidup.
b) Keadaan pasien tidak memungkinkan menunggu lebih
lama,sambil menunggu kedatangan Dokter Spesialis
Anestesi.
c) Bukan Pasien dengan Pertimbangan khusus
d) Dokter Spesialis Anestesi bertanggungjawab terhadap
tindakan medis sedangkan Perawat Anestesi
bertanggungjawab terhadap tindakan keperawatan
anestesi.
KEBIJAKAN e) Penatalaksanaan Anestesi dilakukan oleh tim yang terdiri
dari Dokter Spesialis Anestesi, Dokter Umum yang terlatih
dan Penata Anestesi yang terdidik dan terlatih.
f) lama,sambil menunggu kedatangan Dokter Spesialis
Anestesi.
e. Bukan Pasien dengan Pertimbangan khusus
5. Dokter Spesialis Anestesi bertanggungjawab terhadap tindakan
medis sedangkan Perawat Anestesi bertanggungjawab terhadap
tindakan keperawatan anestesi.
6. Penatalaksanaan Anestesi dilakukan oleh tim yang terdiri dari
Dokter Spesialis Anestesi, Dokter Umum yang terlatih dan Penata
Anestesi yang terdidik dan terlatih.

1. Jika Dokter Spesialis Anestesi berada di kamar operasi,


pelimpahan wewenang dan instruksi dapat dimintakan secara
tertulis.
2. Jika Dokter Spesialis Anestesi tidak berada di kamar operasi tetapi
PROSEDUR masih dapat dijangkau, pelimpahan wewenang dan instruksi dapat
dimintakan secara lisan kemudian dapat dikonfirmasikan secara
tertulis dan di paraf kemudian.
3. Pemberi dan penerima pelimpahan tugas dan saksi dari proses ini
sama sama menandatangani di atas lembaran pelimpahan tugas

1. Ruang Tindakan
UNIT TERKAIT 2. Ruang Perawatan

Anda mungkin juga menyukai