Anda di halaman 1dari 28

M

MAKALAH STRUKTUR BAJA

NAMA KELOMPOK :
1. M.OKTA VIANDI (2010212329)
2. KORNELIUS NOVEN (2010212323)

UNIVERSITAS PANCA BHAKTI PONTIANAK

FAKULTAS TEKNIK
TAHUN 2022/2023
M

1. Latar Belakang
Jembatan adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk meneruskan jalan melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini
dapat berupa jalan lain (jalan air atau jalan lalu lintas biasa). Perkembangan trasportasi yang semakin erat kaitannya dengan pembangunan,
baik berupa pembangunan jalan maupun jembatan yang berfungsi untuk memperlancar arus kendaraan sehingga tercipta efisiensi waktu
dalam beraktifitas.
Jembatan harus dibuat cukup kuat karena kerusakan pada jembatan dapat menimbulkan gangguan terhadap kelancaran lalu lintas, terlebih
di jalan yang memiliki lalu lintas yang padat. Walaupun demikian tidak berarti jembatan harus dibuat kokoh dan lebih kuat secara berlebihan.
Diusahan mengunakan konstruksi jembatan yang ekonomis, tetapi memiliki kekuatan yang baik, menggunakan mutu bahan yang tinggi, dan
waktu pembuatan yang cepat. Banyak sistem yang bisa dipilih dalam membangun sebuah jembatan yang sesuai dengan yang direncanakan.
Salah satunya adalah dengan sistem jembatan beton prategang.
Balok beton prategang adalah suatu struktur beton khusus dengan cara memberi tegangan awal tertentu pada balok dengan arah
berkebalikan dengan arah beban luar yang akan bekerja. Gaya prategang diberikan dengan menarik baja mutu tinggi yang bentuknya seperti
untaian kabel yang disebut sebagai tendon. Karena baja yang digunakan memiliki kuat tarik tinggi, maka menuntut penggunaan beton dengan
kuat tekan tinggi (c’ ≥ 40 MPa).
Penggunaan jembatan konstruksi beton prategang (prestressed) semakin banyak dipergunakan, karena jembatan ini memberikan
kemudahan dalam pelaksanaannya dan memiliki berat yang lebih ringan dibandingkan jembatan beton yang lain. Hal ini dikarenakan
berat baja prategang jauh lebih kecil dibandingkan jumlah berat besi beton biasa, dan juga tidak lepas dari keberhasilan beton mutu
tinggi (c’ ≥ 40 MPa) dan baja mutu tinggi yang memiliki y ≥ 1000 MPa. Dengan demikian tujuan pokok yang menekankan segi
optimalisasi dan segi efisiensi guna mencapai nilai fungsional yang tinggi bisa tercapai. Salah satu contoh dari penggunaan jembatan
dengan konstruksi beton prategang (prestessed) adalah jembatan Komplang II merupakan jembatan di ruas jalan Ki Mangun Sarkoro–
Sumber Kota Surakarta dengan bentang 23,6 m. Lebar perkerasan lalu- lintas dari jembatan ini 8,326 m. Timbul permasalahan setelah
selesai pengerjaan jembatan dan dipergunakan selama beberapa bulan, terjadi lendutan yang cukup besar saat melewati jembatan
Komplang II, apalagi saat lewat bersamaan dengan kendaraan berat. Hal ini cukup mengganggu pagi pengguna jalan.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi pada jembatan Komplang II ini, maka pada Tugas Akhir ini melakukan kontrol ulang penulangan
jembatan prestessed Komplang II. Untuk mengetahui perencanaan jembatan konstruksi beton prategang (prestessed) yang benar diperlukan
perencanaan perhitungan yang mengacu pada standart yang ada. Sehingga diharapkan akan mendapatkan gambaran yang jelas dan dapat
memahami garis besar dari suatu perencanaan jembatan
M

B. Lokasi Jembatan
Lokasi Jembatan Komplang II terletak di jalan Ki Mangunsarkoro – Sumber Kota Surakarta Provinsi Jawa Tengah.

PEMBANGUNAN JEMBATAN KOMPLANG

C. TUJUAN JEMBATAN DIBANGUN


M

Manfaat langsung dari pembangunan jalan dan Jembatan adalah meningkatnya kelancaran arus lalu lintas atau angkutan barang dan
orang khususnya dalam menghubungkan Daerah satu kedaerah lainnya. Dengan semakin lancarnya arus lalu lintas berarti lebih
mengefisiensikan waktu dan biaya. mendukung peningkatan pembangunan di segala bidang yang meliputi bidang perekonomian, pertanian,
industri dan lain-lain. Oleh karena itu pembangunan jembatan yang menghubungkan kedua wilayah tersebut sangat dibutuhkan.
M

 Perhatikan struktur balok tanpa kekangan lateral dalam Gambar


 Pembebanan pada bidang web balok akan menghasilkan tegangan yang sama besar antara titik A dan B ( menurut teori umum balok ).
 Namun adanya ketidaksempurnaan balok dan eksentrisitas beban, maka akan mengakibatkan perbedaan tegangan antara A dan B.
 Tegangan residu juga mengakibatkan distribusi tegangan yang tidak sama sepanjang lebar sayap.
M

 Flens tekan dari balok dapat dianggap sebagai kolom, akan tertekuk dalam arah lemahnya akibat lentur terhadap suatu sumbu seperti 1-1.
 Namun karena web balok memberikan sokongan untuk mencegah tekuk dalam arah ini, maka flens akan cenderung tertekuk oleh lentur pada
sumbu 2-2.
 Karena bagian tarik dari balok berada dalam kondisi stabil, maka proses tekuk lentur dalam arah lateral tersebut akan dibarengi dengan proses
torsi sehingga terjadilah tekuk torsi lateral ( lateral torsional buckling ).
M

Tumpuan Lateral
Ada dua macam kategori tumpuan lateral, yakni :
• tumpuan lateral menerus yang diperoleh dengan menanamkan flens tekan balok ke dalam pelat lantai beton
• tumpuan lateral pada jarak-jarak tertentu yang diberikan oleh balok atau rangka melintang dengan kekakuan yang cukup
M

Perilaku Balok I Akibat Beban Momen Seragam


A beam can fail by reaching the plastic moment and becoming fully plastic (see last section) or fail prematurely by:

1. LTB, Lateral Torsional Buckling

2. FLB, Flange Local Buckling

3. WLB, Web Local Buckling

FLB WLB
M

H R.H

1 Plastis
Mp bf
tf
2
Inelastis
My
3 tw d

Mr M M
Elastis
4 
L

0 max

1. Mp is achieved along with large deformation (R > 3)


2. Inelastic behavior, Mp is achieved with little rotation capacity (R < 3)
3. Inelastic behavior, Mr is achieved, but FLB, WLB and LTB prevent achieving Mp
4. Elastic behavior, Mcr is controlled by elastic buckling (FLB, WLB, LTB)
M

Desain LRFD Balok I


Seti ap komponen struktur yang memikul momen lentur, harus memenuhi persyaratan :

 b.Mn  M u
dengan :

b adalah faktor reduksi untuk lentur = 0,90

M adalah kuat nominal momen lentur dari penampang


n
M adalah beban momen lentur terfaktor
u
M

 M 
25000  15000  1
M 
Lpd  P
 fy  y
r  Lr  L 
790 M   M  M
L 
p Mn Cb Mr  p
y f  p r
L 
L p

r
2
Lr  X1 .r
y
1 1 2 .fL
X
fL
M

Kasus 1: Mn = Mp ( R  3 )
Syarat :
• L<L 25000  15000 M1 M 
pd
• f (= b /2t ) < p (= 170/√f )
Lpd P   ry
f f y fy
• w (= h/t
w) < 
p (= 1680/√f )
y
M

Kasus 2 : M = M ( R < 3 )
n p
Syarat :
• L<L
p
• 
f f f p (= 170/√fy)
(= b /2t ) < 

• 
w (= h/t
w) < p (= 1680/√fy)

 790
Lp
fy
M

Kasus 3 : M > M  M
p n r
Syarat :

• Lr < L < Lp L  X1 .ry


•  (= b /2t ) <  (= 170/√f )
2
r fL 1  1  X2L . f
f f f p y
X 
EGJA
• w (= h/tw) < p (= 1680/√fy) 1
Sx2
2
 S  C
L  L
n M b
CM r  Mp  Mr r
  Mp X 2  4 x  w
 Lr  Lp   GJ  I y

Mr = Sx(fy  fr) fL = fy  fr

fr adalah tegangan residu (70 MPa untuk penampang dirol dan 115 MPa untuk penampang dilas)
M

Kasus 4 : M > M  M
p n r
Syarat :
• L <L<L
p r
• p < (  = b/2.tf ) < r (= 370/√(fy – fr), flens tak kompak )
• p < (  = h/tw ) < r (= 2.550/√fy, web tak kompak )
M diambil dari nilai terkecil antara :
n

FLB & WLB Mn M pM p


M r   p

r p

 Lr  L 
LTB b M
Mn CM r Mp r L  L M p
 r p
M

• faktor pengali momen, Cb, ditentukan oleh persamaan :


12,5.M  2,3
C =
max
b
max  3 4.MB  3.MC
Dengan : .
2,5.M M
A
Mmax adalah momen maksimum pada bentang yang ditinjau
MA adalah momen pada ¼ bentang tak terkekang
MB adalah momen pada tengah bentang tak terkekang
MC adalah momen pada ¾ bentang tak terkekang
Batasan Rasio Kelangsingan r Untuk Penampang Tak Kompak Balok
I ( Modulus Elastisitas, E = 200000 MPa )
M
M

Kasus 5 : M < M
n r
Syarat :
• L>L
r
• p < (  = b/2.tf ) < r (= 370/√(f
y – f ), flens tak kompak )
r

  E  2
M n  M cr  Cb  L E.I y .G.J    I yw.C
 L
• p < (  = h/tw ) < r (= 2.550/√fy, web tak kompak )
• Atau :

C .S .X . 2 X 2 .X
M n  M cr  bx11 12
L / ry 2L / ry 2
M

Contoh 1 :
• Desainlah sebuah balok tertumpu sederhana dengan beban seperti dalam gambar di bawah ini. Beban merata terdiri dari 15%
DL dan 85% LL, beban terpusat terdiri dari 40% DL serta 60% LL. Balok tersebut diberi sokongan lateral pada ujung – ujungnya
serta setiap jarak 2,25 m. Mutu baja adalah BJ 37.
M

• Jika penampang bentuk I dibebani oleh momen M yang mengakibatkan lentur dalam sumbu kuat, serta momen M yang mengakibatkan
x y
lentur pada sumbu lemah, maka kondisi batas kekuatan komponen struktur tersebut ditentukan oleh leleh akibat tegangan kombinasi yang
bekerja atau oleh tekuk torsi lateral.
• Contoh komponen yang mengalami lentur dalam dua arah adalah struktur gording atau struktur balok crane (crane support girder).
M

Perencanaan struktur baja metode LRFD untuk balok yang mengalami lentur dalam dua arah, mensyaratkan
pemeriksaan
terhadap :

• kondisi batas Mux  Muy


fun 
Sx S y  b  f y
leleh :

• kondisi batas tekuk torsi b.Mnx > Mux


lateral :
dengan :
fun adalah tegangan normal (tarik atau tekan) akibat beban terfaktor
Mux adalah momen terfaktor terhadap sumbu-x (sumbu kuat)
Muy adalah momen terfaktor terhadap sumbu-y (sumbu lemah)

b adalah faktor reduksi untuk lentur = 0,90


Mnx adalah kuat momen nominal penampang
(dihitung seperti pada pemeriksaan tekuk torsi lateral)
M

Contoh 1 :
Rencanakanlah sebuah komponen struktur balok crane (BJ 37) dalam gambar di
bawah ini, jika diketahui data – data sebagai berikut :
• Bentang bangunan = 18 m
• Kapasitas crane= 20 ton
• Berat sendiri crane = 16 ton
• Berat takel = 7 ton
• Berat sendiri rel = 30 kg/m
• Jarak roda – roda = 3,8 m
• Jarak antar kolom =6m
• Jarak minimum lokasi takel terhadap rel = 1 m
M

• Menentukan reaksi pada roda – roda crane :

Berat takel + kapasitas crane = 7 + 20 = 27 ton


R = 1,6
 16,5 16 = 53,5312 ton
 27 

 
A

 17,5 2
Impak, 10 % = 5, 35312 ton
+
M

RA = 58,88432 ton
M

• Tinjau balok crane bentang 6 m


M

Akibat beban hidup :


• Momen maksimum akibat beban hidup tercapai jika titik tengah dari salah satu roda dengan gaya resultan berada tepat pada tengah – tengah
bentang balok.
• Dari gambar di atas, momen maksimum akan terjadi di titik a atau di titik b.
• Momen maksimum di a= 20,12(3  0,95) = 41,24 ton.m
• Momen maksimum di b= 38,76 (2,05  1,9) = 5,81 ton.m
• Dari hasil perhitungan di atas, diperoleh momen maksimum sebesar 41,24 ton.m, dengan mempertimbangkan koefisien kejut sebesar 1,15,
maka momen maksimum pada balok keran akibat beban hidup adalah sebesar 1,15(41,24) = 47,43 ton m.
M

Akibat beban mati :


 Berat sendiri rel = 30 kg/m
 Berat sendiri balok crane = 150 kg/m
+
 Total = 180 kg/m

 M
DL = 1,2. (180)(6)2 = 972 kg.m = 0,972 ton.m
 Sehingga momen total :
M = 47,73 ton.m + 0,972 ton.m

ux
 = 48,402 ton.m = 484,02 kN.m
M

• Momen akibat gaya rem melintang


• Gaya rem melintang biasanya diambil sebesar 1/15 dari beban kapasitas

• keran + berat takel (untuk 2 roda). Sehingga :


• beban lateral per roda = 1 1 .(20+7)(1,6) = 1,44 ton

2 15
• Telah dihitung sebelumnya bahwa akibat beban roda 29,4422 ton menimbulkan momen maksimum sebesar 41,24354 ton m.
• Sehingga dapat dihitung momen akibat gaya lateral sebesar 1,44 ton

• adalah :
• Muy 1,44 41,24354 = 2,0172 ton m = 20,172 kN.m
= 
29,4422
Sebagai balok keran dicoba profil WF 400.400.13.21.
Selanjutnya profil ini harus diperiksa terhadap kondisi batas leleh dan kondisi
tekuk torsi lateral.

Anda mungkin juga menyukai