Anda di halaman 1dari 24

RANCANGAN PROSEDUR INSPECT MAST BELL 206

BERBASIS AUGMENTED REALITY DI POLITEKNIK


PENERBANGAN INDONESIA
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Lulus Pendidikan Program Studi
Doploma IV Teknik Pesawat Udara Angkatan ke-12A

XIME ANG SION EVERTS


NIT. 21417071

PROGRAM STUDI TEKNIK PESAWAT UDARA


JURUSAN TEKNIK PENERBANGAN
POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA
CURUG – TANGERANG
2021

i
ABSTRAK
XIME ANG SION EVERTS, “ RANCANGAN PROSEDUR INSPECT MAST
BELL 206 BERBASIS AUGMENTED REALITY DI POLITEKNIK
PENERBANGAN INDONESIA “ Tugas Akhir, Curug, Politeknik Penerbangan
Indonesia, Maret 2021
Proses perawatan suatu komponen Bell 206 tentunya memiliki cara dan
perlakuan khusus pada setiap bagian nya, baik itu mulai dari bagian disassembly,
inspection, hingga assembly. Tidak sedikit juga dalam melaksanakan proses
maintenance tersebut terdapat banyak sekali notes, caution, dan juga warning yang
terdapat pada saat perawatan komponen tersebut. Salah satu komponen yang
memiliki notes, caution, dan juga warning yang terbilang cukup banyak yaitu
adalah mast yang terdapat pada Bell 206, sehingga pada kategori tersebut dapat
dikatakan bahwa proses perawatan tersebut sebagai proses perawatan yang
tergolong kompleks dan rumit. Sehingga dengan memperhatikan tingkat kerumitan
tersebut, maka penulis menerapkan suatu teknologi yang bernama Augmented
Reality yang memiliki fungsi sebagai publikasi teknis tambahan bagi para teknisi
dalam melakukan proses maintenance mast. Dengan menggunakan metode
Research and Development (R&D), proses realisasi dari Augmented Reality ini
harus melewati berbagai macam tahap untuk mencapai sebuah Augmented Reality
yang kemudian berguna bagi para teknisi dalam melaksanakan proses perawatan
mast Bell 206.

ii
ABSTRACT
XIME ANG SION EVERTS, “ RANCANGAN PROSEDUR INSPECT MAST
BELL 206 BERBASIS AUGMENTED REALITY DI POLITEKNIK
PENERBANGAN INDONESIA “ Tugas Akhir, Curug, Politeknik Penerbangan
Indonesia, Maret 2021
The maintenance process for a Bell 206 component certainly has special methods
and treatments for each part, from the disassembly, inspection, to assembly parts.
Not the least, in carrying out the maintenance process, there are a lot of notes,
cautions, and warnings that are contained during the maintenance of these
components. One of the components that has quite a lot of notes, caution, and
warnings is the mast found on the Bell 206, so that in this category it can be said
that the treatment process is a complex and complicated treatment process. So that
by paying attention to the level of complexity, the authors apply a technology called
Augmented Reality which has a function as an additional technical publication for
technicians in carrying out the maintenance mast process. By using the Research
and Development (R&D) method, the process of realization of Augmented Reality
must go through various stages to achieve an Augmented Reality which is then
useful for technicians in carrying out the Bell 206 mast maintenance process.

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Teknologi pada era globalisasi ini merupakan sebuah hal yang berkembang
pesat dan dinamis. Teknologi pada era saat ini digunakan untuk mempermudah
kegiatan manusia dalam melakukan suatu kegiatan yang memiliki kompleksitas
yang tinggi. Salah satu teknologi yang berkembang pesat yaitu adalah teknologi
informasi. Teknologi informasi memiliki peranan di masa mendatang karena
siapa saja dapat menguasai teknologi informasi dengan baik. Teknologi
informasi banyak berperan dalam berbagai macam bidang di antaranya yaitu
penerapannya dalam bidang pendidikan seperti adanya pendidikan terbuka
dengan modus belajar jarak jauh (Distance learning), sharing source Bersama
antar lembaga pendidikan / latihan dalam sebuah jaringan, perpustakaan yang
menggunakan sistem online dan menjadi sumber informasi daripada sekedar
rak buku, dll. Dengan adanya perkembangan teknologi di bidang pendidikan,
maka dapat dipastikan sudah adanya sistem yang menghubungkan dosen
dengan mahasiswa secara virtual dengan menggunakan media internet.
Seiring berkembangnya teknologi informasi, teknologi informasi juga dapat
membantu suatu proses pekerjaan yang tingkat kompleksitas nya tergolong
cukup tinggi yaitu adanya teknologi informasi yang menggabungkan
psikomotorik dan kognitif seseorang juga diciptakannya suatu keadaan yang
sesuai dengan yang aslinya yaitu seperti adanya simulator pesawat, augmented
reality, dan virtual reality. Augmented Reality merupakan teknologi interaksi
yang dalam hal ini penerapannya dengan menggabungkan dunia nyata dan
dunia maya sehingga dapat membuat sesuatu menjadi nyata. Augmented Reality
sendiri mulai dikembangkan pada tahun 1950an ketika Morton Heilig, yang
merupakan seorang sinematografer, menganggap bahwa sinema memiliki
kemampuan untuk menarik pemirsa ke dalam aktivitas di layer dengan
menerima semua indra secara efektif. Pada tahun 1962, Heilig membangun

1
prototipe visinya yang dia gambarkan pada tahun 1955 dalam “The Cinema of
the Future” yang mendahului komputasi digital. Untuk itu, Augmented Reality
(AR) adalah teknologi yang menjanjikan untuk membangun sebuah User
Interface canggih dengan menggunakan sistem visualisasi interaktif dan dapat
digunakan untuk mengimplementasikan metode baru untuk menampilkan
dokumentasi.
Aircraft Maintenance atau yang berarti perawatan pesawat adalah kegiatan
yang bertujuan untuk memastikan bahwa suatu pesawat tetap layak untuk
terbang. Menurut CASR part 1, maintenance mean performance of tasks
required to ensure the continuing airworthiness of an aircraft, including any
one or combination of overhaul, inspection, replacement, defect retification,
and the embodiment of a modification or repair. Proses perawatan pada pesawat
dilakukan oleh licensed aircraft engineer atau yang berarti dilakukan oleh
teknisi pesawat yang sudah mengantongi basic certificate. Proses perawatan
pesawat pun memerlukan disiplin dan integritas yang tinggi agar memastikan
bahwa semua proses perawatan pesawat sudah dilakukan dengan baik agar tidak
terjadi nya sebuah kecelakaan pesawat.
Politeknik Penerbangan Indonesia memiliki beberapa jurusan salah satunya
yaitu jurusan penerbang yang memiliki pesawat fix wing dan rotary wing.
Dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut PPI memiliki fasilitas unit perawatan
pesawat udara. Berdasarkan Civil Aviation Safety Regulation (CASR) 145 amdt
5 (2015:C-1), dijelaskan bahwa Approved Maintenance Organization (AMO)
diharuskan menyediakan fasilitas perawatan seperti, tempat perawatan,
equipment, tools, material, dan juga alat-alat pendukung lainnya untuk
perawatan. Unit perawatan pesawat udara di Politeknik Pesawat Udara
memiliki beberapa sub unit, salah satunya yaitu sub unit perawatan helicopter
yang dimiliki oleh Politeknik Penerbangan Indonesia. Bebrapa helicopter
berada di Hangar 3 yang merupakan hangar dari sub unit perawatan Helikopter.
Helikopter tersebut adalah 2 helikopter Bell 206 dan 1 Helikopter EC-135.
Dalam hal merawat suatu pesawat jika ada salah satu prosedur yang
terlewatkan tentunya akan berakibat fatal, hal ini terlihat pada beberapa caution

2
yang terdapat pada maintenance manual. Dalam hal perawatan pesawat
tentunya memerlukan maintenance manual yang berfungsi sebagai guidance
dalam melakukan prosedur perawatan pesawat udara. Di dalam melakukan
setiap instruksi dan prosedur yang terdapat di dalam maintenance manual
tentunya terdapat adanya notes, caution, dan warning. Hal ini bertujuan untuk
membuat suatu pekerjaan menjadi prosedural dan yang jelas juga
menghindarkan personel perawatan pesawat dari ancaman bahaya.
Dalam melaksanakan proses perawatan Bell 206, mast merupakan salah
satu komponen yang vital dikarenakan fungsinya yang sebagai penghubung
antara transmisi dan main rotor hub. Mengacu pada Maintenance Manual
Chapter 4 ( Airworthiness Limitation Schedule ) bahwa umur dari komponen
mast yaitu 1200 hours, sedangkan pada Maintenance Manual Chapter 05 proses
inspeksi dari komponen mast terdapat pada 100 HOUR AIRFRAME
PROGRESSIVE INSPECTION, 300 HOUR AIRFRAME PROGRESSIVE
INSPECTION EVENT 1, 12 MONTHS OF COMPONENT OPERATION, 1500
HOURS OF COMPONENT OPERATION, HARD LANDING (Conditional
Inspection), SUDDEN STOPAGE/ACCELERATION -MAIN ROTOR- POWER
ON OR OFF (Conditional Inspection), OVERTORQUE (Conditional
Inspection), dan LIGHTNING STRIKE. Kegiatan inspeksi pun merupakan hal
yang tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan kegiatan yang lainnya, hal
ini dikarenakan kegiatan inspeksi dilakukan untuk mengetahui adanya suatu hal
yang tidak diinginkan terjadi seperti crack, scratch, corrosion, dll.
Dilakukannya suatu kegiatan inspeksi pada sebuah komponen mast ini salah
satu nya yaitu untuk mencegah terjadinya suatu crack yang terjadi pada sebuah
mast seperti yang tertuang dalam Airwothiness Directive AD/OH-58/8 dimana
Airworthiness Directive tersebut dibuat dikarenakan adanya 2 laporan dengan
kasus yang sama yaitu terjadinya crack pada mast yang diakibatkan oleh korosi
yang akhirnya menimbulkan crack. Sehingga Airworthiness Directive tersebut
dibuat untuk menghindari kegagalan komponen mast yang akan menyebabkan
helicopter kehilangan kendali dengan cara dilakukannya sebuah inspeksi.

3
Maka dengan memperhatikan Airworthiness Directive tersebut, maka
penulis membuatkan suatu Augmented Reality yang dimana teknologi tersebut
akan menampilkan suatu proses inspeksi komponen mast secara mendalam
dengan mengacu pada Component Repair and Overhaul (CR&O) Chapter 63
tentang General Inspection Mast Assembly. Teknologi ini berfungsi sebagai
media tambahan bagi para teknisi pesawat dalam melakukan proses perawatan
pesawat udara. Maka penulis mengangkat judul yaitu “ RANCANGAN
PROSEDUR INSPECT MAST BELL 206 BERBASIS AUGMENTED
REALITY DI POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA “
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah sebuah prosedur inspection mast yang terdapat pada Bell
206?
2. Bagaimana penerapan Augmented Reality dalam prosedur inspection pada
Bell 206?
1.3 Pembatasan Masalah
Pada Component Repair and Overhaul (CR&O) tentang Inspection pada mast
terbagi menjadi general inspection, non-destructive inspection, magnetic
particle inspection, dan fluorescent penetrant inspection. Namun dengan
adanya keterbatasan waktu, maka penulis membatasi masalah hanya pada
general inspection task no 4 yaitu “Examine the parts for defects that can affect
serviceability, as shown in Figure 63-11 through Figure 63-22”
1.4 Tujuan
Penerapan teknologi Augmented Reality ini diharapkan dapat mencapai tujuan
yaitu :
1. Menjadi publikasi tambahan untuk para teknisi dalam melakukan proses
inspeksi mast bell 206
2. Agar mempermudah teknisi dalam melakukan proses inspeksi mast bell 206
1.5 Manfaat
Penerapan teknologi Augmented Reality diharapkan dapat tercapai nya suatu
manfaat yaitu :
1. Dapat meningkatkan safety dan juga mengurangi man hours

4
2. Mempermudah suatu proses inspeksi dengan pemberian informasi data
akurat melalui AR
3. Membuat teknisi semakin aware tentang pentingnya suatu peringatan
seperti notes, caution, dan warning.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Maintenance
Aircraft Maintenance merupakan suatu kegiatan dimana kegiatan tersebut
bertujuan untuk memastikan bahwa pesawat tersebut layak untuk terbang.
Menurut CASR Part 1, maintenance mean performance of tasks required to
ensure the continuing airworthiness of an aircraft, including any one or
combination of overhaul, inspection, replacement, defect retification, and the
embodiment of a modification or repair.
1.2 Mast
Rotor terdiri dari mast, hub, dan rotor blade. Mast adalah poros logam yang
berbentuk silinder berongga meluas ke atas dari dan digerakkan dan terkadang
didukung melalui transmisi. Di bagian atas tiang adalah lampiran titik untuk
bilah rotor disebut hub. Mast berfungsi untuk menghubungkan transmisi ke
rotor assembly dan berfungsi untuk memutar swash plate dan blade.
1.3 Augmented Reality
Augmented Reality adalah sebuah teknologi yang memungkinkan sebuah
komputer untuk menghasilkan sebuah virtual grafik secara nyata dan di waktu
yang sebenernya. Augmented Reality menghasilkan sebuah lingkungan yang
nyata, tetapi lingkungan yang nyata tersebut disertakan dengan berbagai
macam informasi yang dihasilkan dari suatu sistem komputer.
1.4 FMEA
FMEA (failure mode and effect analysis) adalah suatu prosedur terstruktur
untuk mengidentifikasi dan mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan
(failure mode). FMEA digunakan untuk mengidentifikasi sumber-sumber dan
akar penyebab dari suatu masalah kualitas. Suatu mode kegagalan adalah apa
saja yang termasuk dalam kecacatan atau kegagalan dalam desain, kondisi
diluar batas spesifikasi yang telah ditetapkan, atau perubahan dalam produk
yang menyebabkan terganggunya fungsi dari produk itu.

6
Tujuan FMEA
Terdapat banyak variasi didalam rincian FMEA (Failure Mode and Effect
Analysis), tetapi semua itu memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan
dengan cara:
1. Mengidentifikasi model-model kegagalan pada komponen, peralatan, dan
sistem.
2. Menentukan akibat yang potensial pada peralatan, sistem yang
berhubungan dengan setiap model kegagalan.
3. Membuat rekomendasi untuk menambah keandalan komponen, peralatan,
dan sistem.

7
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan
menggunakan metode Research and Development (R&D). Metode
penelitian Research and Development merupakan metode penelitian yang
digunakan untuk mengembangkan produk tertentu, menghasilkan produk
tertentu, dan juga menguji keefektifan suatu produk tertentu.
Borg and Gall (dalam Sugiyono:2009:11) menyatakan bahwa
untuk menganalisis kebutuhan hingga mampu untuk menghasilkan suatu
produk yang bersifat hipoterik sering digunakan metode penelitian dasar
(basic research)
Langkah-langkah penelitian dan pengembangan yang akan penulis
pakai dalam mendesain sebuah simulator untuk materi starting sequence
turbofan engine yaitu seperti ditunjukkan pada gambar berikut

Gambar 3. 1 Langkah Penelitian Pengembangan

B. Pelaksanaan Penelitian Pengembangan (R&D)


Pelaksanaan penelitian pengembangan (R&D) terdapat beberapa
hal yang harus dilakukan, untuk itu penulis mengacu pada Langkah-
langkah menurut Borg and Gall yang terdapat sepuluh langkah yaitu
langkah pertama melakukan pengumpulan data, langkah kedua
perencanaan, langkah ketiga mengembangkan bentuk awal simulator,

8
langkah keempat melakukan pengujian tahap awal, langkah kelima
melakukan revisi, langkah keenam uji coba lapangan, langkah ketujuh
melakukan revisi, langkah kedelapan melakukan uji coba kembali,
langkah kesembilan melakukan revisi, langkah kesepuluh implementasi
produk.
C. Prosedur Penelitian dan Pengembangan
Prosedur penelitian dan pengemabangan simulator untuk materi starting
sequence turbofan engine sebagai berikut:
1. Penelitian & Pengumpulan Informasi Awal/Research and
Information Collecting
Pada tahapan ini penulis akan melaakukan pengkajian, penyelidikan,
dan mengumpulkan informasi awal.
2. Perencanaan/Planning
Pada tahapan ini peneliti akan membuat rencana desain pengembangan
simulator. Aspek-aspek penting dalam rencana yang meliputi
komponen-komponen dalam simulator, tujuan dan manfaatnya
pengembangan ini agar dapat membuat sebuah simulator untuk materi
starting sequence turbofan engine
3. Pengembangan Format Produk Awal/Develop Preliminary Form of
Product
Pada tahapan ini peneliti mulai mengembangkan bentuk simulator
awal yang bersifat sementara. Pembuatan desain awal dari simulator
ini akan dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Simulator akan
dibuat selengkap dan sebaik mungkin speerti kelengkapan fitur yang
terdapat pada sebuah simulator dan juga user interface yang menarik
4. Uji Coba Awal/Preliminary Field Testing
Sebelum uji coba awal, simulator yang sudah didesain akan dievaluasi
terlebih dahulu oleh dosen pembimbing dan juga akan dilakukan
validasi terhadap kelengkapan fitur dan juga starting sequence yang
terdapat di simulator bekerja dengan baik.

9
5. Revisi Produk/Main Product Revision
Melakukan revisi berdasarkan hasil validasi, yaitu perbaikan dan
penyempurnaan terhadap simulator
6. Uji Coba Lapangan/Main Field Testing
Pada tahapan ini peneliti melakukan uji coba lapangan. Uji coba ini
akan dilakukan langsung oleh beberapa taruna dan akan diawasi
langsung oleh dosen pembimbing dan uji coba ini bertujuan untuk
mengetahui kelakayan dari sebuah simulator yang sudah diciptakan.
Hasil dari uji coba lapangan yaitu untuk mengetahui keefektifan
simulator bagi taruna dan juga dosen.
7. Revisi Produk/Operational Product Revision
Melakukan revisi setelah uji coba lapangan, yaitu memperbaiki dan
menyempurnakan simulator berdasarkan masukan dan saran-saran
hasil uji coba lapangan.

10
Start

Bagaimana rancangan prosedur inspect Mast Bell 206


berbasis augmented reality

Studi Pustaka Studi Lapangan


Konsep LLapangan
Rancangan

Menganalisa
1. Bagaimana proses prosedur inspect mast bell 206?
2. Bagaimana penerapan inspection berbasis Augmented Reality
pada mast Bell 206?

Pembuatan
augmented reality

Uji Coba
augmented Tidak
reality

Aplikasi
Rancangan

Finish

11
Jadwal Kegiatan

Tahun 2021
No. Kegiatan Bulan Maret April Mei Juni Juli Agustus
Minggu 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengarahan Proposal Tugas Akhir
2. Penyerahan proposal tugas akhir
3. Sidang proposal tugas akhir

11
4. Penulisan tugas akhir dan bimbimngan dari dosen pembimbing
5. Rancangan desain Augmented Reality
6. Pembuatan rancangan Augmented Reality
7. Pengesahan tulisan dan pengujian Augmented Reality
8. Penyerahan tugas akhir siap uji

9. Sidang Tugas Akhir

12
DAFTAR PUSTAKA

Zhou, F., Dun, H. B. L., & Billinghurst, M. (2008). Trends in augmented reality
tracking, interaction and display: A review of ten years of ISMAR.
Proceedings - 7th IEEE International Symposium on Mixed and Augmented
Reality 2008, ISMAR 2008, 193–202.
https://doi.org/10.1109/ISMAR.2008.4637362

Lee, K. (2012). Augmented Reality in Education and Training. In TechTrends


(Vol. 56, Issue 2). https://doi.org/10.1007/s11528-012-0559-3

Wawan Wardiana. (2003). Perkembangan Teknologi Informasi Di Indonesia.


Ekuitas, 4(2).

De Crescenzio, F., Fantini, M., Persiani, F., Di Stefano, L., Azzari, P., & Salti, S.
(2011). Augmented reality for aircraft maintenance training and operations
support. IEEE Computer Graphics and Applications, 31(1), 96–101.
https://doi.org/10.1109/MCG.2011.4

O’Shea, P. M. (2011). Augmented reality in education: Current trends.


International Journal of Gaming and Computer-Mediated Simulations, 3(1),
91–93. https://doi.org/10.4018/jgcms.2011010108

Carmigniani, J., & Furht, B. (2011). Handbook of Augmented Reality. In


Handbook of Augmented Reality. https://doi.org/10.1007/978-1-4614-0064-6

Civil Aviation Safety Regulation, & (CASR). (2017). Republic of Indonesia


Ministry of Transportation. Certification and Operating Requirements:
Domestic, Flag, and Supplemental Air Carriers, Amdt 12, 263.

Administration, F. A. (2012). Helicopter Components, Sections, and Systems.


Helicopter Flying Handbook.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian dan Pengembangan (Research and


Development/R&D). Bandung: Alfabeta.

Keselamatan, K. (2020). Perbaikan Kinerja Keselamatan yang Berkelanjutan.

13
LAMPIRAN
Lampiran 1 ( Mast Assembly )

14
Lampiran 2 ( Mast Assembly )

15
Lampiran 3 ( Mast Assembly Configuration )

16
Lampiran 4 ( Special tools and Materials for Overhaul Mast Assembly )

17
Lampiran 5 ( Mast Assembly Inspection )

18
Lampiran 6 (Mast Assembly Inspection Cont)

19
Lampiran 7 (Airworthiness Directive)

20
21

Anda mungkin juga menyukai