Anda di halaman 1dari 6

Nama: Hilman Nur Iqbal

NPM: 223402516259

1. A. Perubahan Persentase dalam Permintaan = [(-150 / 250) x 100%] = -60%


Perubahan Persentase dalam Harga = [(150.000 / 100.000) x 100%] = 150%

Elastisitas Harga (E) = (-60% / 150%) = -0.4

0.4 < 1 = inelastis

B. Perubahan Persentase dalam Permintaan Baju = [(250 / 150) x 100%] = 166.67%


Perubahan Persentase dalam Harga T-shirt = [(150.000 / 100.000) x 100%] = 150%

Elastisitas Silang (E) = (166.67% / 150%) = 1.11

C. pendapatan meningkat dari Rp1.000.000,- menjadi Rp1.500.000,- (perubahan +500.000).


Perubahan Persentase dalam Permintaan = [(400 - 150) / 150] x 100% = 166

2. Penurunan batas atas tarif tiket pesawat berarti harga tiket pesawat yang lebih mahal tidak
diizinkan. Hal ini membuat tiket pesawat menjadi lebih terjangkau bagi lebih banyak orang,
sehingga permintaan tiket pesawat meningkat. Penurunan batas bawah tarif tiket pesawat
berarti harga tiket pesawat yang lebih murah harus ditawarkan. Namun, hal ini bisa membuat
maskapai penerbangan harus menyesuaikan cara mereka menawarkan tiket, misalnya dengan
mengurangi jumlah tiket yang tersedia. Kesimpulannya, penurunan batas atas dan batas bawah
tarif tiket pesawat oleh pemerintah dapat mempengaruhi harga tiket dan membuatnya lebih
terjangkau, tetapi juga dapat mempengaruhi ketersediaan tiket.

3. MUx / Px = MUy / Py
Px adalah harga sepatu (Rp500.000,-) dan Py adalah harga tas (Rp300.000,-).

MUx / 500.000 = MUy / 300.000


Kita juga tahu bahwa anggaran yang disediakan adalah Rp3.000.000,-,

jadi:
500.000x + 300.000y = 3.000.000
Tabel menunjukan beberapa kombinasi pembelian sepatu (X) dan tas (Y) Dengan anggaran
sebesar Rp. 3.000.000,-

Kombinasi Jumlah Sepatu (X) Jumlah Tas(Y)


A 0 10
B 2 6
C 4 4
D 6 2
E 10 0

KURVA

12

10

8
TAS

0
0 2 SEPATU
4 6 10

Dari kurva di atas dapat kita simpulkan dengan anggaran Rp.3.000.000

Dapat membeli 2 Sepatu dan 6 Tas.

500 x 2 = 1.000.000
300 x 6 = 1.800.000
+
= 2.800.000

Anggaran 3.000.000 – 2.800.000 = 200.000

4.

A. TP = 15L2-L3
APL = TP / L
MPL = ΔTP / ΔL

Persamaan APL:

APL = TP / L
APL = (15L2 - L3) / L
APL = 15L - L2

Persamaan MPL:

MPL = ΔTP / ΔL
MPL = Δ(15L2 - L3) / ΔL
MPL = (30L - 3L2) / 1
MPL = 30L - 3L2

B. TP = 15L2 - L3:

L=10

TP = 15(10)2 - (10)3
TP = 15(100) – 1000
TP = 1500 – 1000
TP = 500

C. Saat sudah tidak ada lagi penambahan tenaga kerja, artinya kita mencapai titik di mana
MPL
sama dengan nol dan tidak ada peningkatan output tambahan. Jadi

TP =15L2 - L3, kita mencari nilai L di mana MPL = 0.

MPL = 30L - 3L2


0 = 30L - 3L2
3L2 - 30L = 0
3L(L - 10) = 0

L = 0 atau L - 10 = 0
TP = 15(10)2 - (10)3
5. Isoquant adalah konsep dalam ekonomi mikro yang menggambarkan semua
kombinasi input yang dapat menghasilkan tingkat produksi yang sama. Dalam analisis
produksi, isoquant digunakan untuk menggambarkan hubungan antara input produksi,
seperti tenaga kerja dan modal, dengan tingkat produksi yang dihasilkan.

Dalam grafik isoquant, sumbu horizontal mewakili jumlah tenaga kerja, sedangkan
sumbu vertikal mewakili jumlah modal. Setiap isoquant adalah kurva yang
menunjukkan semua kombinasi input yang menghasilkan tingkat produksi yang sama.
Isoquant yang lebih tinggi berarti tingkat produksi yang lebih tinggi.

Kombinasi Input Tenaga Kerja(L) Mesin(K) Tingkat


Produksi(biji kopi)
A 2 4 80
B 3 2 60
C 4 1 50
D 5 1 50
E 6 2 60

Dalam hal ini, kita ingin mencari isoquant yang menggambarkan kombinasi input
yang menghasilkan 100 kue per hari. Jadi, kita mencari kombinasi input L dan K yang
memberikan tingkat produksi yang sama, yaitu 100 bungkus per hari.
Berikut merupakan contoh gambar grafik isoquant untuk tingkat produksi 100
bungkus per hari:
MENDOAN
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
A B C D E

L K TP

6. Tiga kondisi perubahan output akibat perubahan skala produksi adalah:

1. Skala Produksi Meningkat Proporsional (Constant Returns to Scale):


Ketika skala produksi meningkat proporsional, perubahan input yang proporsional
akan menghasilkan perubahan output yang sama proporsional. Dalam hal ini,
perusahaan mengalami constant returns to scale. Misalnya, jika perusahaan
menggandakan inputnya (tenaga kerja dan modal), maka output yang dihasilkan juga
akan menggandakan.

2. Skala Produksi Meningkat Lebih Cepat (Increasing Returns to Scale):


Ketika skala produksi meningkat lebih cepat, perubahan input yang lebih kecil dari
perubahan proporsional akan menghasilkan perubahan output yang lebih besar
daripada perubahan input tersebut. Dalam hal ini, perusahaan mengalami increasing
returns to scale. Misalnya, jika perusahaan meningkatkan inputnya sebesar 10%,
output yang dihasilkan dapat meningkat lebih dari 10%.

3. Skala Produksi Meningkat Lebih Lambat (Decreasing Returns to Scale):


Ketika skala produksi meningkat lebih lambat, perubahan input yang lebih besar dari
perubahan proporsional akan menghasilkan perubahan output yang lebih kecil dari
pada perubahan input tersebut. Dalam hal ini, perusahaan mengalami decreasing
returns to scale. Misalnya, jika perusahaan meningkatkan inputnya sebesar 10%,
output yang dihasilkan dapat meningkat kurang dari 10%.

7. A. fungsi utilitas total adalah TU = 9X2 – X3


turunan pertama TU terhadap X untuk mendapatkan marginal utilitas (MU):
MU = (TU)/dX
MU = (9X2 – X3)/ X
MU = 18X - 3X2

Jumlah Makanan mendoan (X) Marginal Utilitas(MU)

0 0

1 15

2 24

3 21

4 8

5 -15

Setiap nilai marginal utilitas adalah hasil dari menggantikan nilai X ke dalam
persamaan MU = 18X - 3X2

B. marginal utilitas diberikan oleh persamaan MU = 18X - 3X^2.


MU = 0, persamaan:
18X - 3X2 = 0
3X(6 - X) = 0

:X = 0 dan X = 6.
X = 6 dapat menggantikan nilai utilitas maksimum ke dalam fungsi utilitas total (TU)
yang diberikan:

TU = 9X^2 - X^3
TU = 9(6)^2 - (6)^3
TU = 324 – 216
TU = 108
Jadi, utilitas maksimum yang dicapai konsumen sejumlah 108.

Anda mungkin juga menyukai