Anda di halaman 1dari 12

21.

Narasi tentang perilaku bekerja keras


Kerja keras bermakna melakukan sesuatu kegiatan untuk mencari nafkah dengan sungguh-
sungguh. Kerja keras untuk mencapai harapan dan tujuan atau prestasi yang maksimal
disertai dengan tawakal kepada Allah Swt., untuk kepentingan dunia maupun akhirat.
Perilaku kerja keras sudah dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw. Beliau tidak hanya
menghabiskan waktu untuk mengingat Allah saja, tetapi bekerja keras berdakwah, baik di
Mekah maupun di Madinah.

22. Contoh penerapan perilaku kerja keras menurut konsep Islam dalam kehidupan
sehari-hari
a) Niatkan bahwasanya kerja keras merupakan suatu ibadah;
b) Mengerjakan suatu pekerjaan itu dengan sungguh-sungguh;
c) Pantang menyerah apabila mendapati sebuah kesulitan ;
d) Tidak mengerjakan suatu pekerjaan yang dilarang oleh agama;
e) Selalu bertawakal kepada Allah Swt. setelah bekerja keras;
f) Selalu bersyukur dengan hasil yang didapat dalam suatu pekerjaan;
g) Selalu bersabar apabila hasil yang didapat tidak sesuai dengan apa yang kita hendaki.

23. Kisah hidup seorang tokoh yang memiliki perilaku kerja keras atau tanggung jawab
Muhammad Al Fatih adalah seorang Muslim yang berkomitmen untuk hidup dengan hukum
Islam. Dia adalah orang yang saleh. Sikapnya dalam hal kemiliteran yang sangat beradab
tidak pernah dimiliki oleh siapapun di Eropa Abad Pertengahan.

Ia berhasil menaklukan Konstantinopel berkat ambisi yang didorong oleh guru-


gurunya. Muhammad Al Fatih berhasil mewujudkan mimpinya melalui kerja keras, kerja
terus menerus, dan perencanaan yang terorganisir dengan baik. Misalnya, sebelum
mengepung Konstantinopel, ia mempersiapkan perang dengan membuat meriam, menyiapkan
armada, dan memanfaatkan semua hal yang bisa membuatnya menang. Melalui ambisi,
tekad, dan usaha yang tinggi itu ia berhasil mewujudkan impiannya, menjadi salah satu
pahlawan dan penakluk Muslim yang hebat.

24. Kedudukan atau fungsi al-Qur’an, Hadis, dan ijtihad sebagai sumber hukum Islam

- Al Quran: Al Quran menempati posisi paling utama dan paling penting, saat menemukan


masalah tentang persoalan agama, Al Quran lah yang pertama kali harus dirujuk sebelum
merujuk kepada sumber - sumber yang lain

Al Quran merupakan pedoman hidup bagi seluruh ummat manusia, tidak hanya untuk ummat
Muslim, karena selain hukum - hukum agama Islam, tatanan hukum yang lain dan segala
keilmuan sudah terkandung di dalam Alquran.
Hadist: Hadist menempati posisi sekunder atau posisi kedua setelah Alquran, Hadist
menjadi pembanding dari Alquran, menjadi pelengkap dalil Alquran, atau bahkan menjadi
informasi yang belum ditemukan di dalam tafsiran Alquran

Ijtihad: Ijtihad adalah bentuk usaha menemukan hukum suatu perkara yang belum
disinggung di dalam Alquran maupun Hadist. Tidak semua orang dapat menjadi seorang
mujtahid, ada ketentuan kriteria dan syarat - syarat yang dipenuhi untuk dapat berijtihad
memperoleh suatu hukum

Ijtihad menempati posisi paling akhir dalam hukum Islam, selama suatu permasalahan


dijelaskan di dalam Alquran dan Hadist maka ijtihad tidak diperlukan, ijtihad hanya akan
dilakukan apabila Alquran dan Hadist belum menjelaskan dan belum menyinggung hukum
suatu perkara yang baru ditemukan itu.

25. Kegiatan dalam beribadah (Hikmah haji, zakat, atau wakaf)

1. Haji

a. Pengertian haji : Kata haji secara bahasa berasal dari bahasa Arab yang artinya menyengaja
atau menuju. Adapun secara istilah haji adalah sengaja mengunjungi
Ka’bah dengan niat beribadah pada waktu tertentu dengan syarat-syarat
dan dengan cara-cara tertentu.

b. Hukum Haji : Haji merupakan rukun Islam yang kelima. Hukum melaksanakan ibadah haji
adalah wajib bagi yang mampu melaksanakannya, sebagaimana dijelaskan
dalam al-Qur’ān surat Ali Imran ayat 97.

c. Syarat Haji : Perbuatan-perbuatan yang harus dipenuhi sebelum ibadah haji dilaksanakan.

 Islam
 Berakal (tidak gila)
 Baligh
 Ada muhrimnya bagi wanita
 Mampu dalam segala hal

d. Rukun : Perbuatan-perbuatan yang harus dilaksanakan atau dikerjakan sewaktu


melaksanakan ibadah haji.

1) Ihram

Ihram adalah berniat mengerjakan ibadah haji atau umrah yang ditandai dengan mengenakan
pakaian ihram yang berwarna putih dan membaca lafadz, “Labbaika Allahumma
hajjan.” (bagi yang akan melaksanakan ibadah haji), dan membaca lafadz, “Labbaika
Allahumma umratan.” (bagi yang berniat umrah)

2) Wukuf

Wukuf, yaitu hadir di padang Arafah pada tanggal 9 Djulhijjah dari tergelincirnya matahari
hingga terbenam. Wukuf adalah bentuk pengasingan diri yang merupakan gambaran
bagaimana kelak manusia dikumpulkan di padang Mahsyar.

3) Thawaf

Thawaf adalah berputar mengelilingi Ka’bah dan dilakukan secara berlawanan dengan arah
jarum jam dengan posisi Ka’bah di sebelah kiri badan. Thawaf dimulai dari Hajar Aswad dan
diakhiri di Hajar Aswad pula, dilakukan sebanyak tujuh kali putaran.

4) Sa’i

Sa’i adalah berlari-lari kecil antara bukit Shofa dan bukit Marwah sebanyak tujuh kali yang
dimulai dari bukit Shafa dan berakhir di bukit Marwah. Sa’i dilakukan setelah pelaksanaan
ibadah thawaf.

5) Tahallul

Tahallul adalah mencukur atau memotong rambut kepala sebagian atau seluruhnya minimal
tiga helai rambut. Tahallul dilakukan setelah melontar jumrah aqabah pada tanggal 10
Dzulhijjah, yang disebut dengan tahallul awwal.

6) Tertib

Tertib yaitu berurutan dalam pelaksanaan mulai ihram hingga tahallul.

e. Jenis Haji : Dari segi pelaksanaannya, ibadah haji terbagi ke dalam tiga jenis, yaitu:

1) Haji Tamattu

Haji tamattu yaitu melaksanakan umrah terlebih dahulu kemudian menggunakan pakaian
ihram lagi untuk melaksanakan manasik haji.

2) Haji Ifrad

Haji ifrad adalah berihram dan berniat dari miqat hanya untuk haji. Dengan kata lain,
mengerjakan haji terlebih dahulu kemudian mengerjakan umrah.
3) Haji Qiran

Haji qiran adalah melaksanakan haji dan umrah dengan satu kali ihram. Artniya, apabila
seorang jamaah haji memilih jenis haji ini, maka jamaah tersebut berihram dari miqat untuk
haji dan umrah secara bersamaan.

f. Keutamaan Haji

 Haji merupakan amal paling utama


 Haji merupakan jihad
 Haji menghapus dosa yang telah lalu
 Pahala ibadah haji adalah surga

2. Zakat

a. Pengertian Zakat : Zakat menurut bahasa (lughat) artiya tumbuh, suci, dan berkah. Menurut
istilah, zakat adalah pemberian yang wajib diberikan dari harta tertentu,
menurut sifat-sifat dan ukuran kepada golongan tertentu.

b. Hukum Zakat : Allah Swt. telah menetapkan hukum wajib atas zakat sebagai salah satu
dari lima rukun Islam. Hal tersebut sebagaimana dijelaskan di dalam al-
Qur’ān., Sunnah Rasul-Nya, dan ijma’ para ulama. Allah berfirman dalam
al-Qur’ān surat Al Baqarah ayat 43.

c. Syarat Zakat

1) Syarat Zakat yang Berhubungan Dengan Subjek  

 Islam 
 Merdeka
 Baligh
 Berakal

2) Syarat Zakat yang Berhubungan Dengan Objek

 Milik penuh
 Berkembang
 Mencapai nishab
 Lebih dari kebutuhan pokok
 Bebas dari hutang
 Berlaku setahun/haul

d. Rukun Zakat
 Pelepasan atau pengeluaran hak milik pada sebagian harta yang dikenakan wajib
zakat.
 Penyerahan sebagian harta tersebut dari orang yang mempunyai harta kepada orang
yang mengurusi zakat (amil zakat).
 Penyerahan amil kepada orang yang berhak menerima zakat sebagai milik.

e. Hikmah dan Keutamaan Ibadah Zakat

 Menyucikan jiwa orang yang berharta


 Membantu orang yang kekurangan
 Mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat

3. Wakaf

a. Pengertian Wakaf : Kata Wakaf berasal dari bahasa Arab yang berarti menahan (al-habs)
dan mencegah (al-man’u). Artiya menahan untuk dijual, dihadiahkan,
atau diwariskan. Sedangkan berdasarkan istiah syar’i wakaf adalah
penahanan harta milik seseorang kepada orang lain atau kepada
lembaga dengan cara menyerahkan benda yang sifatnya kekal kepada
masyarakat untuk diambil manfaatnya.

b. Hukum Wakaf : Wakaf hukumnya sunnah. Namun, bagi pemberi wakaf (wakif) merupakan


amaliah sunnah yang sangat besar manfaatnya. Wakaf merupakan shadaqah jariyah yang
pahalanya terus mengalir meskipun wakif  sudah wafat.

c. Rukun Wakaf 

 Orang yang berwakaf (al-wakif)


 Benda yang diwakafkan (al-mauquf)
 Orang yang menerima manfaat wakaf (almauquf’alaihi)
 Lafaz atau Ikrar Wakaf (Sighat)

d. Hikmah dan Keutamaan Wakaf

 Menghilangkan sifat kikir dan tamak dalam diri manusia


 Mendapatkan pahala yang terus mengalir.
 Bermanfaat bagi banyak orang
e. Harta Wakaf dan Pemanfaatan Wakaf : Harta benda wakaf adalah harta benda yang
memiliki daya tahan lama dan manfaat jangka
panjang, selain itu, harta wakaf  mempunyai nilai
ekonomi menurut syari’ah. Harta benda wakaf terdiri
atas dua macam, yaitu benda tidak bergerak dan
benda bergerak.

f. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Wakaf

Seluruh harta benda wakaf harus diterima sebagai sumbangan dari wakif dengan status wakaf
sesuai dengan syariah.

 Wakaf dilakukan tanpa batas waktu.


 Wakif mempunyai kebebasan memilih tujuan sebagaimana yang diperkenankan oleh
syariah.

 Jumlah harta wakaf tetap utuh dan hanya keuntungannya saja yang akan dibelanjakan
untuk tujuan-tujuan yang telah ditentukan oleh wakif.
 Wakif  dapat meminta keseluruhan keuntungannya untuk tujuan-tujuan yang telah
ditentukan.

26. Membedakan tatacara penyelenggaraan jenazah laki-laki dan perempuan


1. Mengurus Jenazah Laki-Laki

 Siapkan tali pengikat kafan secara vertikal di bawah kain kafan lapis pertama yang
sudah dipotong sesuai ukuran jenazah.
 Beri wewangian pada kain kafan lapis pertama lalu bentangkan kain kafan lapis
kedua.
 Beri wewangian pada kain kafan lapis kedua lalu bentangkan kaki kafan lapis ketiga.
 Beri wewangian pada kain kafan lapis ketiga kemudian letakkan jenazah di tengah-
tengah kain kafan lapis ketiga.
 Tutup jenazah menggunakan kain kafan dari kanan lalu kiri.
 Ikat kain menggunakan tali pengikat yang sudah disediakan.

2. Mengurus Jenazah Perempuan

 Sediakan 3-5 utas tali pada bagian bawah kain kafan.


 Bentangkan 2 lembar kain kafan yang sudah dipotong kemudian letakkan sarung pada
badan antara pusar sampai lutut.
 Siapkan baju gamis dan kerudung untuk jenazah.
 Sediakan kapas yang sudah diberikan wangi-wangian dan letakkan di anggota badan
tertentu.
 Baringkan jenazah di atas kain kafan.
 Pakaikan kain sarung, gamis, dan kerudung pada jenazah dan kepang rambut jenazah.
 Tutup jenazah menggunakan kain kafan dari kanan lalu kiri dan ikat menggunakan
tali.

27. Ketentuan atau tata cara penyelenggaraan jenazah


1. Memandikan Jenazah

 Menggunakan sarung tangan sebelum memandikan jenazah.


 Menutup aurat jenazah menggunakan kain.
 Membersihkan gigi, lubang hidung, lubang telinga, celah ketiak, celah jari tangan,
kaki, dan rambut jenazah.
 Bersihkan kotoran jenazah dengan menekan perutnya perlahan agar kotoran dapat
keluar.
 Menyiram seluruh badan jenazah menggunakan air sabun.
 Menyiram jenazah menggunakan air bersih sambil beniat sesuai dengan jenis kelamin
jenazah.
 Niat memandikan untuk jenazah perempuan: Nawaitu ghusla adaa’an hadzihil
mayyitati lillahi ta’aalaa  (Aku berniat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari
jenazah (perempuan) ini karena Allah Ta’ala).
 Niat memandikan untuk jenazah laki-laki: Nawaitu ghusla adaa’an hadzal mayyiti
lillahi ta’aalaa (Aku berniat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari jenazah
(laki-laki) ini karena Allah Ta’ala).
 Siram dan basuh jenazah dari kepala hingga ujung kaki menggunakan air bersih,
mulai dari sebelah kanan kemudian kiri masing-masing tiga kali.
 Miringkan jenazah ke kiri untuk membasuh bagian lambung kanan sebelah belakang,
kemudian miringkan jenazah ke kanan untuk membasuh bagian lambung kiri sebelah
belakang.
 Siram menggunakan air bersih kemudian siram lagi menggunakan air kapur barus.
 Wudukan jenazah seperti orang berwudu sebelum salat.
 Buka sanggul rambut perempuan dan biarkan rambut terurai untuk dibersihkan
kemudian keringkan dengan handuk dan kepang.
 Setelah jenazah dimandikan beri wangi-wangian yang tidak mengandung alkohol
sebelum mulai dikafani.

2. Mengurus Jenazah Laki-Laki

 Siapkan tali pengikat kafan secara vertikal di bawah kain kafan lapis pertama yang
sudah dipotong sesuai ukuran jenazah.
 Beri wewangian pada kain kafan lapis pertama lalu bentangkan kain kafan lapis
kedua.
 Beri wewangian pada kain kafan lapis kedua lalu bentangkan kaki kafan lapis ketiga.
 Beri wewangian pada kain kafan lapis ketiga kemudian letakkan jenazah di tengah-
tengah kain kafan lapis ketiga.
 Tutup jenazah menggunakan kain kafan dari kanan lalu kiri.
 Ikat kain menggunakan tali pengikat yang sudah disediakan.

3. Mengurus Jenazah Perempuan

 Sediakan 3-5 utas tali pada bagian bawah kain kafan.


 Bentangkan 2 lembar kain kafan yang sudah dipotong kemudian letakkan sarung pada
badan antara pusar sampai lutut.
 Siapkan baju gamis dan kerudung untuk jenazah.
 Sediakan kapas yang sudah diberikan wangi-wangian dan letakkan di anggota badan
tertentu.
 Baringkan jenazah di atas kain kafan.
 Pakaikan kain sarung, gamis, dan kerudung pada jenazah dan kepang rambut jenazah.
 Tutup jenazah menggunakan kain kafan dari kanan lalu kiri dan ikat menggunakan
tali.

4. Menyalatkan Jenazah

 Berniat di dalam hati.


 Berdiri bagi yang mampu berdiri.
 Melakukan empat kali takbir.
 Setelah takbir pertama, membaca Al Fatihah.
 Takbir kedua, membaca selawat.
 Setelah takbir ketiga, membaca doa untuk jenazah 

28. Mengurutkan ketentuan khutbah, tabligh, dan dakwah


1. Ketentan Khutbah
a. Syarat khatib 

1. Islam. 
2. Ballig. 
3. Berakal sehat. 
4. Mengetahui ilmu agama. 

b. Syarat dua khutbah 

1. Khutbah dilaksanakan sesudah masuk waktu dhuhur. 


2. Khatib duduk di antara dua khutbah. 
3. Khutbah diucapkan dengan suara yang keras dan jelas. 
4. Tertib. 
c. Rukun khutbah 

1. Membaca hamdallah. 
2. Membaca syahadatain. 
3. Membaca shalawat. 
4. Berwasiat taqwa. 
5. Membaca ayat al-Qur’an pada salah satu khutbah. 
6. Berdoa pada khutbah kedua. 

d. Sunnah khutbah 

1. Khatib berdiri ketika khutbah. 


2. Mengawali khutbah dengan memberi salam. 
3. Khutbah hendaknya jelas, mudah dipahami, tidak terlalu panjang. 
4. Khatib menghadap jamaah ketika khutbah. 
5. Menertibkan rukun khutbah. 
6. Membaca surat al-Ikhlas ketika duduk di antara dua khutbah.

Keterangan: 
a. Pada prinsipnya ketentuan dan tata cara khutbah, baik alat Jumat, Idul Fitri, Idul Adha, dan
alat khusuf sama. Perbedaannya terletak pada waktu pelaksanaannya, yaitu dilaksanakan
setelah alat dan diawali dengan takbir. 
b. Khutbah wukuf adalah khutbah yang dilaksanakan pada saat wukuf di Arafah. Khutbah
wukuf merupakan salah satu rukun wukuf setelah melaksanakan alat zuhur dan ashar di-
qazar. Khutbah wukuf hampir sama dengan khutbah Jumat. Perbedaannya terletak pada
waktu pelaksanaan, yakni dilaksanakan ketika wukuf di Arafah.
 

2. Ketentuan Tablig 
Tabligh artinya menyampaikan. Orang yang menyampaikan disebut muballig. Ketentuan-
ketentuan yang harus diperhatikan dalam melakukan tabligh adalah sebagai berikut. 
a.  Syarat Muballig 

1. Islam. 
2. Ballig. 
3. Berakal. 
4. Mendalami ajaran Islam. 

b.  Etika dalam menyampaian tabligh 

1. Bersikap lemah lembut, tidak kasar, dan tidak merusak. 


2. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. 
3. Mengutamakan musyawarah dan berdiskusi untuk memperoleh kesepakatan bersama. 
4. Materi dakwah yang disampaikan harus mempunyai dasar hukum yang kuat dan jelas
sumbernya. 
5. Menyampaikan dengan ikhlas dan sabar, sesuai dengan kondisi, psikologis dan
sosiologis para pendengarnya atau penerimanya. 
6. Tidak menghasut orang lain untuk bermusuhan, merusak, berselisih, dan mencari-cari
kesalahan orang lain.

3. Ketentuan Dakwah
Dakwah artinya mengajak. Orang yang melaksanakan dakwah disebut da’i. Ada dua cara
berdakwah, yaitu dengan lisan (da’wah billisan) dan dengan perbuatan (da’wah bilhal).
Ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan dalam berdakwah adalah seperti berikut. 
a. Syarat dai 

1. Islam, 
2. Ballig, 
3. Berakal, 
4. Mendalami ajaran Islam.

29. Peristiwa yang termasuk ke dalam prinsip-prinsip atau praktik ekonomi Islam
a) Jual-beli : - Ada uang dan barang yang dijadikan sebagai alat transaksi.
- Penjual dan pembeli harus memenuhi syarat sebagai orang yang berakal sehat,
baligh/dewasa, dan melakukan transaksi tersebut atas kemauannya sendiri
tanpa unsur paksaan.
- Adanya akad atau ijab qabul yang disebutkan oleh penjual.

b) Khiyar :- Khiyar Syarat merupakan proses khiyar yang dijadikan syarat dalam suatu
transaksi jual-beli. Di mana penjual sendiri yang langsung mengatakan, “Saya
menjual barang ini dengan harga tersebut dan syarat khiyar adalah selama satu
minggu.”
- Khiyar Majelis merupakan proses khiyar di mana penjual dan pembeli berada
di tempat yang sama berlangsungnya proses transaksi atau tawar-menawar
tersebut. Baik penjual maupun pembeli keduanya memiliki hak yang sama
untuk membatalkan transaksi jika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan
keinginan mereka.

- Khiyar cacat (aibi) artinya pembeli diberi hak untuk mengembalikan barang


yang telah dibeli jika ditemukan ada kecacatan sehingga mengurangi kualitas
dan fungsi dari nilai barang tersebut. Artinya pembeli dapat melakukan
complain jika ada barang yang tidak sesuai pesanan.

c) Riba : - Riba Qordi merupakan proses pinjam-meminjam uang di mana sang peminjam


harus mengembalikan nilai uang yang dipinjam ditambah dengan bunga/lebihnya.

- Riba Fadli merupakan proses pertukaran barang yang jenisnya sama namun


takaran timbangannya berbeda.

- Riba Nasi’ah merupakan prosesi akad jual-beli yang mana penyerahan barang


yang dibeli dilakukan beberapa hari kemudian.
- Riba Yadi merupakan akad jual-beli barang-barang yang sama jenisnya dan sama
timbangannya, namun saat melakukan proses serah terima penjual dan pembeli
berada dalam posisi yang terpisah.

d) Utang-piutang : Transaksi utang-piutang dilakukan dengan cara menyerahkan harta atau


benda kepada seseorang dengan perjanjian bahwa harta atau benda tersebut akan
dikembalikan dalam kurun waktu tertentu. Syarat : Ada pelaku yang melakukan utang dan
yang memberi piutang, Ada barang atau harta sebagai objek utang-piutang, Ada akad
kesepakatan di antara pemberi piutang dan penerima utang.

e) Sewa-menyewa (ijarah) : Memberi imbalan tertentu kepada seseorang yang menyewakan


barang atau benda kepada orang lain. Syarat: Proses transaksi sewa-menyewa harus
dilakukan karena memang atas kemauan masing-masing, Baik yang menyewakan maupun
yang menyewa harus sama-sama berakal sehat dan baligh, Keadaan dan sifat barang harus
ditentukan sedari awal, Barang yang disewakan akan menjadi hak sepenuhnya pihak
penyewa atau wali penyewa selama kurun waktu yang telah disepakati bersama, Harus
disebutkan dengan jelas berapa lama penyewa akan memanfaatkan barang tersebut Ada
kesepakatan sejak awal terkait harga sewa dan cara pembayarannya, Kedua belah pihak
harus mengetahui manfaat yang akan diambil dari barang tersebut.

f) Syirkah : - Syirkah ‘abdan merupakan jenis syirkah yang mana kedua belah pihak atau
lebih tidak memberikan kontribusi modal (amal) dan hanya kontribusi kerja

- Syirkah ‘inan merupakan syirkah di mana kedua belah pihak saling memberi


kontribusi baik dalam hal modal maupun kerja

- Syirkah wujuh merupakan kerja sama yang dilakukan berdasarkan kedudukan,


keahlian, dan ketokohan seseorang

- Syirkah mufawadhah merupakan syirkah yang dilakukan antara kedua belah


pihak dengan menggabungkan semua jenis syirkah yang telah disebutkan
sebelumnya

g) Mudharabah : - Mudharabah muqayyadah artinya usaha yang dijalankan akan dibatasi oleh
waktu, jenis usaha, dan tempat usaha.

- Mudharabah mutlaqah artinya bentuk kerja sama yang dijalankan antara


pemilik modal dan pengelola modal cakupannya luas dan tidak ada batasan baik
dari segi waktu, jenis usaha, maupun tempat usaha.

h) Musaqah, Muzara’ah, dan Mukhabarah: Kerja sama yang dilakukan antara petani dan
pemilik kebun.

- Muzara’ah adalah kerjasama yang dilaukan dalam bidang pertanian antara petani


yang menggarap sawah yang menyediakan benih tanaman dan pemilik lahan itu
sendiri.
- Mukhabarah adalah kerjasama antara pemilik tanah dan petani, namun benih
disediakan oleh pemilik tanah.

i) Perbankan : - Bank Syariah/Islam merupakan lembaga keuangan yang menjalankan


operasionalnya dengan sistem syariah Islam dan memenuhi syarat yang bersih
dari riba.

- Bank Konvensional merupakan lembaga keuangan yang memiliki fungsi


untuk menghimpun dana dan disalurkan kepada yang memerlukan dengan
sistem bunga.

j) Asuransi Syariah : Dikenal juga dengan istilah at-Ta’min yang memiliki arti perlindungan,
pertanggungan, ketenangan, dan keamanan. Asuransi juga merupakan bagian dari transaksi
muamalah yang mana dasar hukumnya adalah boleh (jaiz) dengan syarat dan ketentuan
tertentu.

30. Rukun atau syarat pernikahan dalam Islam


RUKUN SYARATNYA
a. Adanya Calon Suami 1. beragama Islam
2. atas kehendak sendiri
3. bukan muhrim
4. tidak sedang ihrom haji

b. Adanya Calon Istri 1. beragama Islam


2. tidak terpaksa
3. bukan muhrim
4. tidak bersuami
5. tidak sedang dalam masa idah
6. tidak sedang ihrom haji atau umroh

c. Adanya Wali 1. Mukallaf (Islam, dewasa, sehat akal)


2. laki-laki merdeka
3. adil
4. tidak sedang ihrom haji atau umroh

d. Adanya dua Orang Saksi 1. Islam,


2. dewasa,
3. sehat akalnya,
4. tidak fasik,
5. hadir dalam akad nikah

e. Adanya Ijab dan Qabul Dengan kata-kata “ nikah “ atau yang


semakna dengan itu. Berurutan antara Ijab
dan Qabul

Anda mungkin juga menyukai