22. Contoh penerapan perilaku kerja keras menurut konsep Islam dalam kehidupan
sehari-hari
a) Niatkan bahwasanya kerja keras merupakan suatu ibadah;
b) Mengerjakan suatu pekerjaan itu dengan sungguh-sungguh;
c) Pantang menyerah apabila mendapati sebuah kesulitan ;
d) Tidak mengerjakan suatu pekerjaan yang dilarang oleh agama;
e) Selalu bertawakal kepada Allah Swt. setelah bekerja keras;
f) Selalu bersyukur dengan hasil yang didapat dalam suatu pekerjaan;
g) Selalu bersabar apabila hasil yang didapat tidak sesuai dengan apa yang kita hendaki.
23. Kisah hidup seorang tokoh yang memiliki perilaku kerja keras atau tanggung jawab
Muhammad Al Fatih adalah seorang Muslim yang berkomitmen untuk hidup dengan hukum
Islam. Dia adalah orang yang saleh. Sikapnya dalam hal kemiliteran yang sangat beradab
tidak pernah dimiliki oleh siapapun di Eropa Abad Pertengahan.
24. Kedudukan atau fungsi al-Qur’an, Hadis, dan ijtihad sebagai sumber hukum Islam
Al Quran merupakan pedoman hidup bagi seluruh ummat manusia, tidak hanya untuk ummat
Muslim, karena selain hukum - hukum agama Islam, tatanan hukum yang lain dan segala
keilmuan sudah terkandung di dalam Alquran.
Hadist: Hadist menempati posisi sekunder atau posisi kedua setelah Alquran, Hadist
menjadi pembanding dari Alquran, menjadi pelengkap dalil Alquran, atau bahkan menjadi
informasi yang belum ditemukan di dalam tafsiran Alquran
Ijtihad: Ijtihad adalah bentuk usaha menemukan hukum suatu perkara yang belum
disinggung di dalam Alquran maupun Hadist. Tidak semua orang dapat menjadi seorang
mujtahid, ada ketentuan kriteria dan syarat - syarat yang dipenuhi untuk dapat berijtihad
memperoleh suatu hukum
1. Haji
a. Pengertian haji : Kata haji secara bahasa berasal dari bahasa Arab yang artinya menyengaja
atau menuju. Adapun secara istilah haji adalah sengaja mengunjungi
Ka’bah dengan niat beribadah pada waktu tertentu dengan syarat-syarat
dan dengan cara-cara tertentu.
b. Hukum Haji : Haji merupakan rukun Islam yang kelima. Hukum melaksanakan ibadah haji
adalah wajib bagi yang mampu melaksanakannya, sebagaimana dijelaskan
dalam al-Qur’ān surat Ali Imran ayat 97.
c. Syarat Haji : Perbuatan-perbuatan yang harus dipenuhi sebelum ibadah haji dilaksanakan.
Islam
Berakal (tidak gila)
Baligh
Ada muhrimnya bagi wanita
Mampu dalam segala hal
1) Ihram
Ihram adalah berniat mengerjakan ibadah haji atau umrah yang ditandai dengan mengenakan
pakaian ihram yang berwarna putih dan membaca lafadz, “Labbaika Allahumma
hajjan.” (bagi yang akan melaksanakan ibadah haji), dan membaca lafadz, “Labbaika
Allahumma umratan.” (bagi yang berniat umrah)
2) Wukuf
Wukuf, yaitu hadir di padang Arafah pada tanggal 9 Djulhijjah dari tergelincirnya matahari
hingga terbenam. Wukuf adalah bentuk pengasingan diri yang merupakan gambaran
bagaimana kelak manusia dikumpulkan di padang Mahsyar.
3) Thawaf
Thawaf adalah berputar mengelilingi Ka’bah dan dilakukan secara berlawanan dengan arah
jarum jam dengan posisi Ka’bah di sebelah kiri badan. Thawaf dimulai dari Hajar Aswad dan
diakhiri di Hajar Aswad pula, dilakukan sebanyak tujuh kali putaran.
4) Sa’i
Sa’i adalah berlari-lari kecil antara bukit Shofa dan bukit Marwah sebanyak tujuh kali yang
dimulai dari bukit Shafa dan berakhir di bukit Marwah. Sa’i dilakukan setelah pelaksanaan
ibadah thawaf.
5) Tahallul
Tahallul adalah mencukur atau memotong rambut kepala sebagian atau seluruhnya minimal
tiga helai rambut. Tahallul dilakukan setelah melontar jumrah aqabah pada tanggal 10
Dzulhijjah, yang disebut dengan tahallul awwal.
6) Tertib
e. Jenis Haji : Dari segi pelaksanaannya, ibadah haji terbagi ke dalam tiga jenis, yaitu:
1) Haji Tamattu
Haji tamattu yaitu melaksanakan umrah terlebih dahulu kemudian menggunakan pakaian
ihram lagi untuk melaksanakan manasik haji.
2) Haji Ifrad
Haji ifrad adalah berihram dan berniat dari miqat hanya untuk haji. Dengan kata lain,
mengerjakan haji terlebih dahulu kemudian mengerjakan umrah.
3) Haji Qiran
Haji qiran adalah melaksanakan haji dan umrah dengan satu kali ihram. Artniya, apabila
seorang jamaah haji memilih jenis haji ini, maka jamaah tersebut berihram dari miqat untuk
haji dan umrah secara bersamaan.
f. Keutamaan Haji
2. Zakat
a. Pengertian Zakat : Zakat menurut bahasa (lughat) artiya tumbuh, suci, dan berkah. Menurut
istilah, zakat adalah pemberian yang wajib diberikan dari harta tertentu,
menurut sifat-sifat dan ukuran kepada golongan tertentu.
b. Hukum Zakat : Allah Swt. telah menetapkan hukum wajib atas zakat sebagai salah satu
dari lima rukun Islam. Hal tersebut sebagaimana dijelaskan di dalam al-
Qur’ān., Sunnah Rasul-Nya, dan ijma’ para ulama. Allah berfirman dalam
al-Qur’ān surat Al Baqarah ayat 43.
c. Syarat Zakat
Islam
Merdeka
Baligh
Berakal
Milik penuh
Berkembang
Mencapai nishab
Lebih dari kebutuhan pokok
Bebas dari hutang
Berlaku setahun/haul
d. Rukun Zakat
Pelepasan atau pengeluaran hak milik pada sebagian harta yang dikenakan wajib
zakat.
Penyerahan sebagian harta tersebut dari orang yang mempunyai harta kepada orang
yang mengurusi zakat (amil zakat).
Penyerahan amil kepada orang yang berhak menerima zakat sebagai milik.
3. Wakaf
a. Pengertian Wakaf : Kata Wakaf berasal dari bahasa Arab yang berarti menahan (al-habs)
dan mencegah (al-man’u). Artiya menahan untuk dijual, dihadiahkan,
atau diwariskan. Sedangkan berdasarkan istiah syar’i wakaf adalah
penahanan harta milik seseorang kepada orang lain atau kepada
lembaga dengan cara menyerahkan benda yang sifatnya kekal kepada
masyarakat untuk diambil manfaatnya.
c. Rukun Wakaf
Seluruh harta benda wakaf harus diterima sebagai sumbangan dari wakif dengan status wakaf
sesuai dengan syariah.
Jumlah harta wakaf tetap utuh dan hanya keuntungannya saja yang akan dibelanjakan
untuk tujuan-tujuan yang telah ditentukan oleh wakif.
Wakif dapat meminta keseluruhan keuntungannya untuk tujuan-tujuan yang telah
ditentukan.
Siapkan tali pengikat kafan secara vertikal di bawah kain kafan lapis pertama yang
sudah dipotong sesuai ukuran jenazah.
Beri wewangian pada kain kafan lapis pertama lalu bentangkan kain kafan lapis
kedua.
Beri wewangian pada kain kafan lapis kedua lalu bentangkan kaki kafan lapis ketiga.
Beri wewangian pada kain kafan lapis ketiga kemudian letakkan jenazah di tengah-
tengah kain kafan lapis ketiga.
Tutup jenazah menggunakan kain kafan dari kanan lalu kiri.
Ikat kain menggunakan tali pengikat yang sudah disediakan.
Siapkan tali pengikat kafan secara vertikal di bawah kain kafan lapis pertama yang
sudah dipotong sesuai ukuran jenazah.
Beri wewangian pada kain kafan lapis pertama lalu bentangkan kain kafan lapis
kedua.
Beri wewangian pada kain kafan lapis kedua lalu bentangkan kaki kafan lapis ketiga.
Beri wewangian pada kain kafan lapis ketiga kemudian letakkan jenazah di tengah-
tengah kain kafan lapis ketiga.
Tutup jenazah menggunakan kain kafan dari kanan lalu kiri.
Ikat kain menggunakan tali pengikat yang sudah disediakan.
4. Menyalatkan Jenazah
1. Islam.
2. Ballig.
3. Berakal sehat.
4. Mengetahui ilmu agama.
1. Membaca hamdallah.
2. Membaca syahadatain.
3. Membaca shalawat.
4. Berwasiat taqwa.
5. Membaca ayat al-Qur’an pada salah satu khutbah.
6. Berdoa pada khutbah kedua.
d. Sunnah khutbah
Keterangan:
a. Pada prinsipnya ketentuan dan tata cara khutbah, baik alat Jumat, Idul Fitri, Idul Adha, dan
alat khusuf sama. Perbedaannya terletak pada waktu pelaksanaannya, yaitu dilaksanakan
setelah alat dan diawali dengan takbir.
b. Khutbah wukuf adalah khutbah yang dilaksanakan pada saat wukuf di Arafah. Khutbah
wukuf merupakan salah satu rukun wukuf setelah melaksanakan alat zuhur dan ashar di-
qazar. Khutbah wukuf hampir sama dengan khutbah Jumat. Perbedaannya terletak pada
waktu pelaksanaan, yakni dilaksanakan ketika wukuf di Arafah.
2. Ketentuan Tablig
Tabligh artinya menyampaikan. Orang yang menyampaikan disebut muballig. Ketentuan-
ketentuan yang harus diperhatikan dalam melakukan tabligh adalah sebagai berikut.
a. Syarat Muballig
1. Islam.
2. Ballig.
3. Berakal.
4. Mendalami ajaran Islam.
3. Ketentuan Dakwah
Dakwah artinya mengajak. Orang yang melaksanakan dakwah disebut da’i. Ada dua cara
berdakwah, yaitu dengan lisan (da’wah billisan) dan dengan perbuatan (da’wah bilhal).
Ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan dalam berdakwah adalah seperti berikut.
a. Syarat dai
1. Islam,
2. Ballig,
3. Berakal,
4. Mendalami ajaran Islam.
29. Peristiwa yang termasuk ke dalam prinsip-prinsip atau praktik ekonomi Islam
a) Jual-beli : - Ada uang dan barang yang dijadikan sebagai alat transaksi.
- Penjual dan pembeli harus memenuhi syarat sebagai orang yang berakal sehat,
baligh/dewasa, dan melakukan transaksi tersebut atas kemauannya sendiri
tanpa unsur paksaan.
- Adanya akad atau ijab qabul yang disebutkan oleh penjual.
b) Khiyar :- Khiyar Syarat merupakan proses khiyar yang dijadikan syarat dalam suatu
transaksi jual-beli. Di mana penjual sendiri yang langsung mengatakan, “Saya
menjual barang ini dengan harga tersebut dan syarat khiyar adalah selama satu
minggu.”
- Khiyar Majelis merupakan proses khiyar di mana penjual dan pembeli berada
di tempat yang sama berlangsungnya proses transaksi atau tawar-menawar
tersebut. Baik penjual maupun pembeli keduanya memiliki hak yang sama
untuk membatalkan transaksi jika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan
keinginan mereka.
f) Syirkah : - Syirkah ‘abdan merupakan jenis syirkah yang mana kedua belah pihak atau
lebih tidak memberikan kontribusi modal (amal) dan hanya kontribusi kerja
g) Mudharabah : - Mudharabah muqayyadah artinya usaha yang dijalankan akan dibatasi oleh
waktu, jenis usaha, dan tempat usaha.
h) Musaqah, Muzara’ah, dan Mukhabarah: Kerja sama yang dilakukan antara petani dan
pemilik kebun.
j) Asuransi Syariah : Dikenal juga dengan istilah at-Ta’min yang memiliki arti perlindungan,
pertanggungan, ketenangan, dan keamanan. Asuransi juga merupakan bagian dari transaksi
muamalah yang mana dasar hukumnya adalah boleh (jaiz) dengan syarat dan ketentuan
tertentu.