Anda di halaman 1dari 21

PUSKESMAS KADOLOMOKO

PEDOMAN PELAYANAN LABORATORIUM DI PUSKESMAS KADOLOMOKO

KECAMATAN KOKALUKUNA

KOTA BAUBAU TAHUN

2019
LAMPIRAN
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS KADOLOMOKO
NOMOR / PKM-K.MOKO / SK / / 2019
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN LABORATORIUM DI
PUSKESMAS KADOLOMOKO

PEDOMAN PELAYANAN LABORATORIUM DI PUSKESMAS KADOLOMOKO

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan disebutkan bahwa tujuan
pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi dalam mencapai
derajat kesehatan yang optimal.
Puskesmas Kadolomoko merupakan unit pelayanan kesehatan masyarakat tingkat pertama
yang dalam pelaksanaannya dituntut untuk melaksanakan pelayanan maksimal. Laboratorium
Puskesmas Kadolomoko sebagai salah satu bagian yang memberikan kontribusi diharapkan dalam
pelaksanaan pelayanan kesehatan juga memberikan pelayanan laboratorium yang maksimal, baik
yang bersifat dasar maupun pelaksanaan laboratorium lanjutan. Sejalan dengan hal tersebut
pelaksanaan pelayanan laboratorium Puskesmas Kadolomoko diharapkan mampu menjawab kondisi
dan permasalahan kesehatan masyarakat khususnya di Wilayah kerja Puskesmas Kadolomoko.
Secara umum, laboratorium harus memenuhi kriteria sarana dan prasarana yang baik untuk
memaksimalkan kegiatan pemeriksaan laboratorium sehingga fungsi laboratorium sebagai unsur
penunjang pada kegiatan kuratif, preventif, dan rehabilitatif dapat tercapai, demikian pula dengan
Laboratorium Puskesmas Kadolomoko.
Dukungan perencanaan yang bersifat bottom-up serta penganggaran yang maksimal
diharapkan mampu mendukung tujuan pelayanan kesehatan. Untuk menunjang hal tersebut maka
diperlukan sumber daya manusia yang baik, prasarana yang memadai serta standar operasional
prosedur yang baku dan dapat dipedomani yang memiliki dasar teori dan dasar hukum sehingga
kelalaian dan kegagalan dapat diminimalkan dalam pelayanan.

B. Tujuan
Laboratorium merupakan salah satu unit yang memiliki fungsi sebagai unsur penunjang
diagnostik penyakit pada upaya pelayanan kesehatan baik kuratif, preventif dan rehabilitatif. Dari
fungsi laboratorium tersebut, secara umum dapat disimpulkan bahwa tujuan pemeriksaan
laboratorium adalah mengoptimalisasi pelaksanaan kegiatan baik yang bersifat clinical health service
maupun public health service yang dilaksanakan secara profesional sesuai standar operasional
prosedur secara optimal.
Sebagai komponen penting dalam pelayanan kesehatan, hasil pemeriksaan laboratorium
harus selalu terjamin mutunya.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman ini secara garis besar meliputi :
1. SOP pemeriksaan laboratorium
SOP pemeriksaan laboratorium yang dimaksud adalah proses pemeriksaan spesimen untuk
kepentingan penegakan diagnosis suatu penyakit oleh tenaga medis berdasarkan permintaan
medis.
2. SOP yang bersifat protektif
SOP protektif yang dimaksud adalah pelaksanaan untuk mencegah / mengurangi resiko
terjadinya bahaya pada pelaksana laboratorium baik secara langsung maupun tidak langsung.
3. SOP pengelolaan alat dan bahan
SOP pengelolaan alat dan bahan adalah SOP yang bersifat manajerial pada kebutuh an bahan
untuk menjaga ketersediaan bahan dan manajerial alat yang digunakan bertujuan menjaga
validasi alat yang digunakan.
4. SOP mekanisme pelayanan
SOP mekanisme pelayanan yang dimaksud adalah SOP yang disusun untuk menjaga
keteraturan pelayanan baik pada jam kerja maupun diluar jam kerja.

D. Batasan Operasional
1. Pemeriksaan laboratorium adalah proses yang dapat dimulai dari pengambilan spesimen sampai
pada pembacaan hasil pemeriksaan.
2. Spesimen adalah sampel baku yang akan dilakukan pengolahan untuk dijadikan sediaan bahan
pemeriksaan.
3. Mekanisme pelayanan laboratorium adalah alur dan syarat untuk mendapatkan pelayanan
laboratorium termasuk rujukan spesimen.
4. Peralatan dan bahan laboratorium adalah suatu perangkat yang digunakan untuk melakukan
pemeriksaan laboratorium.
5. Upaya protektif adalah tindakan untuk mencegah, mengurangi resiko atau dampak negatif baik
pada laboran maupun pasien.

E. Landasan Hukum
1. UndangUndangnomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Laboratorium
Klinik yang Baik.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Pelaksana pelayanan laboratorium dilakukan oleh Petugas Laboratorium yang mempunyai
pendidikan minimal DIII analis kesehatan dengan pengalaman yang memadai serta memiliki
kewenangan untuk melaksanakan kegiatan yang menjadi tugas atau tanggung jawabnya serta sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

B. Ketenagaan dan Jadwal Pelayanan


Untuk dapat melaksanakan fungsinya dan menyelenggarakan upaya wajib Puskesmas,
dibutuhkan sumber daya yang mencukupi baik jumlah maupun mutunya. Setiap petugas memiliki
uraian tugas yang tertulis dan diketahui oleh Kepala Puskesmas.
Puskesmas Kadolomoko memiliki tenaga laboratorium. Pelayanan laboratorium dilaksanakan
oleh Laboran. Pelayanan laboratorium di Puskesmas Kadolomoko dilaksanakan sesuai dengan jam
kerja pelayanan, kecuali untuk kasus-kasus yang memerlukan pemeriksaan segera terutama pada
pelayanan persalinan.
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Sarana
Ruangan Laboratorium merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan fisik
bangunan/ruangan Laboratorium itu sendiri, dalam lingkup ini adalah ruangann Laboratorium
Puskesmas. Kebutuhan luas ruangan disesuaikan dengan jenis pemeriksaan yang diselenggarakan
oleh Puskesmas. Denah Laboratorium Puskesmas Kadolomoko yaitu :

Keterangan :
Meja Lemari Westafel

Kursi Biosafety sederhana

Persyaratan sarana/ruangan Laboratorium Puskesmas berdasarkan Peraturan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Laboratorium Pusat
Kesehatan Masyarakat adalah sebagai berikut :
1. Ukuran ruang minimal 3x4 m2, kebutuhan luas ruang disesuaikan dengan jenis pemeriksaan yang
diselenggarakan oleh Puskesmas.
2. Langit-langit berwarna terang dan mudah dibersihkan.
3. Dinding berwarna terang, harus keras, tidak berpori, kedap air, dan mudah dibersihkan serta
tahan terhadap bahan kimia (keramik).
4. Lantai harus terbuat dari bahan yang tidak licin, tidak berpori, warna terang, dan mudah
dibersihkan serta tahan terhadap bahan kimia ( epoxi, vinyl).
5. Pintu disarankan memiliki lebar bukaan minimal 100 cm yang terdiri dari 2 dua daun pintu dengan
ukuran 80 cm dan 20 cm.
6. Disarankan disediakan akses langsung (lubang/celah) bagi pasien untuk memberikan sampel
dahak.
7. Pada area bak cuci disarankan untuk menggunakan pembatas transparan (contoh: pembatas
polikarbonat) untuk menghindari paparan/tampias air cucian ke area sekitarnya.
8. Kamar kecil/WC pasien laboratorium dapat bergabung dengan WC pasien Puskesmas.

Model denah Laboratorium Puskesmas ukuran 3x4 m 2

Model dena Laboratorium Puskesmas ukuran 4x4 m 2


B. Prasarana
Prasarana laboratorium merupakan jaringan/instalasi yang membuat suatu sarana yang ada
bisa berfungsi sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Prasarana-prasarana Laboratorium Puskesmas
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012 yang perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Pencahayaan harus cukup. Pencahayaan alami diperoleh setidaknya dari jendela dengan luas
minimal 1,6 m2 (yaitu terdiri dari 2 jendela dengan ukuran lebar 80 cm x tinggi 100 cm). Cahaya
dari jendela tidak boleh langsung mengarah ke meja pemeriksaan dan rak reagen, untuk
menghindari terjadinya reaksi antara reagen dengan sinar matahari yang panas.
2. Ruangan harus mempunyai sirkulasi udara yang baik (ventilasi silang/ cross ventilation), sehingga
pertukaran udara dari dalam ruangan dapat mengalir ke luar ruangan. Pertukaran udara yang
disarankan adalah 12 s/d 15 kali per jam ( Air Change per Hour; ACH = 12–15 times).
3. Disarankan pada area pengambilan sampel dilengkapi exhauster yang mengarah keluar
bangunan Puskesmas ke area terbuka sehingga pasien tidak dapat memapar/memajan petugas
Puskesmas. Exhauster dipasang pada ketinggian + 120 cm dari permukaan lantai.
4. Suhu ruangan tidak boleh panas, dengan sirkulasi udara yang baik maka disarankan suhu
dipertahankan antara 220C s/d 260C.
5. Pengambilan dahak dilakukan di ruangan terbuka yang telah disiapkan.
6. Harus tersedia fasilitas air bersih yang mengalir dan debit air yang cukup pada bak cuci. Air
tersebut harus memenuhi syarat kesehatan.
7. Harus tersedia wadah (tempat sampah) khusus/terpisah yang dilengkapi dengan penutupnya
untuk pembuangan limbah padat medis infeksius dan non infeksius pada laboratorium.
Pengelolaan (pewadahan, pengangkutan dan pemusnahan) limbah padat dilakukan sesuai
prosedur dan peraturan yang berlaku.
8. Limbah cair/air buangan dari laboratorium harus diolah pada sistem/instalasi pengolahan air
limbah Puskesmas.
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. Pendaftaran dan Pencatatan


Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur pemeriksan khusus dengan
mengambil bahan/sampel dari penderita berdasarkan permintaan dari pengirim yang tertera di formulir
permintaan pemeriksaan laboratorium.

B. Pengelolaan Spesimen
1. Spesimen infeksius
2. Spesimen non infeksius

C. Pemeriksaan Laboratorium
Dalam dunia kerja laboratorium tidak hanya satu jenis saja melainkan banyak jenisnya.
Contohnya Laboratorium Klinik dan Laboratorium Kesehatan. Adanya perbedaan jenis laboratorium
maka sumber daya manusia pun memiliki klasifikasi masing-masing.
Laboratorium klinik adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan
pemeriksaan di bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi klinik, parasitologi klinik, imunologi klinik,
atau bidang lain yang berkaitan dengan kepentingan kesehatan perorangan terutama untuk
menunjang upaya diagnosis penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Selain itu,
laboratorium klinik dan kesehatan pun memiliki klasifikasi tertentu sesuai dengan kebutuhan masing-
masing laboratorium.
Laboratorium kesehatan adalah sarana kesehatan yang melaksanakan pengukuran,
penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan bukan berasal dari
manusia untuk penentuan jenis penyakit, kondisi kesehatan atau faktor yang dapat berpengaruh pada
kesehatan perorangan dan kesehatan masyarakat.

1. Kebijakan Umum
a. Peralatan di laboratorium harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
b. Pelayanan di laboratorium harus selalu berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien.
c. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) dan wajib menggunakan alat pelindung diri.
d. Setiap petugas bekerja sesuai dengan standar profesi, standar operasional prosedur yang
berlaku, etika profesi dan menghormati hak pasien.
e. Setiap pemeriksaan laboratorium harus berdasarkan atas permintaan dokter secara tertulis
dengan menggunakan formulir permintaan pemeriksaan laboratorium atau surat resmi lainnya.
f. Pelayanan laboratorium dilaksanakan dalam jam kerja, dilaksanakan oleh Petugas
Laboratorium yang bertanggung jawab penuh kepada Kepala Puskesmas.
9. Kebijakan Khusus
a. Jenis-jenis pemeriksaan laboratorium yang tersedia di Puskesmas Kadolomoko
1) Pembuatan slide sputum untuk pemeriksaan BTA
2) Pemeriksaan darah meliputi :
- Hematologi : Kadar hemoglobin.
- Kimia darah : Kadar gula darah puasa, kadar gula darah sewaktu, kadar asam urat
dan kadar kolesterol.
- Imunologi : Pemeriksaan golongan darah, HIV (rapid test), dan Sifilis (rapid test) , DBD
(rapid test).
- Parasitologi : Pemeriksaan Malaria (rapid test)
3) Pemeriksaan urine : Plano test (tes kehamilan), Protein urine, Glukosa urine.

b. Kebijakan permintaan pemeriksaan, penerimaan spesimen pengambilan dan penyimpanan


spesimen

1) Permintaan Pemeriksaan Laboratorium


a) Pasien datang ke Puskesmas, mendaftar di bagian pendaftaran sesuai dengan
kebutuhan/unit pelayanan yang dituju.
b) Dokter/paramedis melakukan pemeriksaan kepada pasien. Apabila pasien memerlukan
pemeriksaan laboratorium, Dokter/paramedis menjelaskan kepada pasien bahwa
diperlukan pemeriksaan laboratorium.
c) Bila pasien setuju dilakukan pemeriksaan labratorium, paramedis menghubungi
Petugas Laboratorium.
d) Dokter membuat surat pengantar untuk pasien untuk pemeriksaan laboratorium.
e) Pasien diarahkan menuju ruang laboratorium.

2) Pengambilan Spesimen
- Pengambilan Darah Kapiler
1. Petugas Laboratorium menyiapkan autoclik yang telah diisi blood lancet.
2. Petugas Laboratorium membersihkan ujung jari dengan kapas alkohol 70%.
3. Petugas Laboratorium membiarkan jari menjadi kering kembali.
4. Petugas Laboratorium memegang bagian yang akan ditusuk supaya tidak
bergerak.
5. Petugas Laboratorium menekan sedikit agar rasa nyeri berkurang.
6. Petugas Laboratorium menusuk dengan cepat memakai autoclik pada jari tengah
atau jari manis dengan arah tegak lurus.
7. Petugas Laboratorium membuang tetesan darah pertama keluar dengan memakai
kapas kering, tetesan darah berikutnya dipakai untuk pemeriksaan.
8. Petugas Laboratorium menekan bekas tusukan dengan kapas kering.
9. Petugas Laboratorium melepaskan blood lancet dari autoclik.
10. Petugas Laboratorium membuang blood lancet ke safety box.
- Pengambilan Darah Vena
1. Petugas menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Petugas meminta pasien meluruskan lengan dan mengepalkan tangan.
3. Petugas membersihkan lengan pasien dengan kapas alkohol 70% dan biarkan
kering.
4. Petugas memasangkan tourniquet kira-kira 10 cm diatas lipat siku.
5. Petugas menusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas
dengan sudut 45o dan 60o sampai ujung jarum masuk lumen vena yang ditandai
dengan berkurangnya tekanan dan masuknya darah ke ujung plastik jarum.
6. Petugas melepaskan torniquet pada lengan.
7. Setelah volume darah dianggap cukup, petugas meminta pasien membuka
kepalan tangannya.
8. Petugas meletakkan kapas kering diatas jarum dan ditekan sedikit dengan jari kiri,
lalu jarum ditarik.

- Pengambilan Sampel Urine


1. Petugas Laboratorium melabeli tempat urine.
2. Petugas Laboratorium memberikan tepat urine kepada pasien.
3. Petugas Laboratorium meminta kepada pasien untuk mengambil urine pancar
tengah (urine yang keluar pertama dibuang, yang tengah ditampung dan yang
terakhir dibuang).
4. Petugas Laboratorium mempersilahkan pasien ke kamar mandi.
5. Petugas Laboratorium menerima sampel urine.

- Pengambilan Sampel Sputum


1. Petugas Laboratorium memberikan label identitas pasien ke pot sputum.
2. Petugas Laboratorium memberikan penjelasan pada pasien bagaimana cara
membatukkan sputum yang baik.
3. Petugas Laboratorium menginstruksikan kepada pasien untuk berkumur-kumur
terlebih dahulu, tarik nafas 2-3 kali, tahan beberapa detik, kemudian batukkan
kuat-kuat.
4. Petugas Laboratorium menginstruksikan kepada pasien untuk menaruh pot
sputum.

3) Penerimaan Spesimen (untuk spesimen yang diambil diluar ruang laboratorium)


a) Spesimen diterima oleh Petugas Laboratorium.
b) Petugas melakukan pemeriksaan terhadap spesimen.

4) Penyimpanan Spesimen
a) Petugas Laboratorium menyimpan spesimen jika pemeriksaan dikirim ke laboratorium
lain.
b) Petugas Laboratorium memperhatikan jenis pemeriksaan yang akan diperiksa.
c) Petugas Laboratorium menyiapkan wadah untuk menyimpan spesimen.

c. Kompetensi petugas yang melakukan interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium adalah


Dokter.

d. Pemeriksaan laboratorium beresiko tinggi


1) Petugas harus menggunakan alat pelindung diri seperti : jas lab, sarung tangan, masker.
2) Petugas harus memberlakukan semua spesimen sebagai bahan yang infeksius.
3) Petugas harus mengelola limbah sesuai protap yang berlaku.
4) Petugas harus melakukan desinfeksi dan sterilisasi tempat kerja dan ruangan.
5) Petugas harus mencatat setiap tindakan yang dilakukan.

e. Pelaporan hasil laboratorium kritis


1) Hasil kritis adalah hasil laboratorium yang segera memerlukan intervensi Dokter, sehingga
hasil laboratorium kritis harus segera diketahui oleh Dokter yang menangani.
2) Penetapan hasil kritis dilakukan dan ditetapkan oleh Dokter yang berkepentingan dan
memberitahukannya kepada Laboratorium.
3) Hasil dari penetapan hasil kritis dibuat dalam suatu daftar dan diletakkan di atas meja
tempat hasil yang sudah selesai dikerjakan, sehingga mudah diakses oleh petugas.
4) Hasil kritis dilaporkan segera setelah hasil pemeriksaan didapatkan.
Daftar nilai kritis pemeriksaan laboratorium yang wajib dilaporkan :
Jenis Pemeriksaan
No. Nilai Rendah Nilai Tinggi Satuan
Laboratorium
1. Hemoglobin (Hb) <5 >20 g/dl
2. Glukosa <40 >500 mg/dl
3. Cholesterol <50 >400 mg/dl
4. Asam Urat <2 >13,2 mg/dl

f. Pelayanan laboratorium di luar jam kerja


Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan di luar jam kerja pada Puskesmas Kadolomoko yaitu:
1) Pemeriksaan Kimia darah (gula darah sewaktu, asam urat dan kolesterol) bagi peserta
prolanis.
2) Pemeriksaan Hb pada pasien post partum yang mengalami perdarahan.

g. Waktu penyampaian laporan hasil pemeriksaan laboratorium adalah sebagai berikut :


- Pemeriksaan Hb Sahli : < 15 menit
- Pemeriksaan Golongan Darah : < 15 menit
- Pemeriksaan Gula Darah : < 10 menit
- Pemeriksaan Asam Urat : < 10 menit
- Pemeriksaan Kolesterol : < 10 menit
- Pemeriksaan Malaria (Rapid) : < 25 menit
- Pemeriksaan DBD : < 25 menit
- Pemeriksaan HIV (Rapid) : < 20 menit
- Pemeriksaan Sifilis (Rapid) : < 20 menit
- Pemeriksaan HCG (kehamilan) : < 10 menit
- Pemeriksaan Protein Uine : < 10 menit
- Pemeriksaan Glukosa Urine : < 10 menit
- Pemeriksaan BTA : 4 hari

h. Waktu penyampaian laporan hasil pemeriksaan laboratorium untuk pasien urgen (cito) adalah :
- Pemeriksaan Hb Sahli : < 10 menit
- Pemeriksaan Gula Darah : < 5 menit
- Pemeriksaan Malaria (Rapid) : < 10 menit
- Pemeriksaan HCG (kehamilan) : < 5 menit

i. Jenis-jenis reagensia esensial dan bahan lain yang harus tersedia


Daftar reagensia dan bahan lain yang harus tersedia adalah :
- Plano test (kit rapid tes kehamilan)
- Antisera Golongan Darah
- Strip tes Gula Darah
- Strip tes Asam Urat
- Strip tes Kolesterol
- Stik tes HIV (rapid tes)
- Stik tes Sifilis (rapid tes)
- Stik tes Malaria (rapid tes)
- Stik tes DBD (rapid tes)
- Stik urinalisa (glukosa dan protein urine)
- HCl 0,1 N
- Alkohol 70%
- Aquadest

j. Batas buffer stok untuk melakukan order


Proses untuk menyatakan reagen tidak tersedia adalah pada waktu buffer stok sudah mulai
terpakai atau berkurang, pada saat itulah melakukan order reagensia ke Dinas Kesehatan.
Jumlah buffer stok untuk melakukan order yaitu :
- Planotes (kit rapid tes kehamilan) : 5 Strip
- Antisera Golongan Darah : 3 cc
- Strip tes Gula Darah : 5 Strip
- Strip tes Asam Urat : 5 Strip
- Strip tes Kolesterol : 3 Strip
- Stik tes HIV (rapid tes) : 5 Strip
- Stik tes Sifilis (rapid tes) : 5 Strip
- Stik tes Malaria (rapid tes) : 5 Strip
- Stik tes DBD (rapid tes) : 3 Strip
- Stik urinalisa : 5 strip
- HCl 0,1 N : 20 ml
- Alkohol 70% : 100 ml
- Aquadest : 100 ml
- Objek glass : 10 Pcs
- Pot Sampel : 10 Pcs
- Masker Bedah : 5 Pcs
- Handscoon : 5 Pasang
- Lysol : 100 ml

k. Rentang nilai rujukan hasil pemeriksaan laboratorium


1) BTA : Negatif
2) Hasil pemeriksaan
PEMERIKSAAN NILAI RUJUKAN (NORMAL)
HEMATOLOGI Hemoglobin Lk : 13,8 – 17,2 g/dl, Pr : 12,1-15,1 g/dl
KIMIA DARAH  Glukosa Sewaktu < 200 mg/dl
 Glukosa Puasa < 125 mg/dl
 Asam Urat Lk : 3,4-7,0 mg/dl, Pr : 2,4-6,0 mg/dl
 Kolesterol Total < 200 mg/dl
IMUNOLOGI  Golongan Darah A, B, O, AB
 Tes Kehamilan Negatif
 HIV (rapid tes) Negatif
 Sifilis ( rapid tes ) Negatif
 DBD (rapid tes) Negatif
 Protein Urine Negatif
 Glukosa Urine Negatif
Parasitologi Malaria (rapid tes) Negatif

D. Pengelolaan Limbah dan Bahan Berbahaya


Limbah laboratorium adalah bahan bekas pakai dalam pekerjaan di laboratorium yang dapat
berupa limbah cair, padat dan gas. Limbah laboratorium dapat dibagi menjadi dua, yaitu limbah umum
dan limbah khusus. Limbah umum adalah limbah yang berasal dari sampah umum misalnya kertas.
Limbah khusus terdiri dari limbah khusus padat dan limbah khusus cair. Limbah khusus padat yaitu
peralatan habis pakai seperti alat suntik, sarung tangan, botol spesimen, kemasan reagen, sisa
spesimen. Sedangkan limbah khusus cair yaitu pelarut organik, bahan kimia untuk pengujian air bekas
pencucian alat, sisa spesimen.
1. Penanganan limbah umum, yaitu :
a. Sampah dikumpulkan pada tempat sampah dengan tutup rapat yang dialasi dengan satu
kantung plastik berwarna hitam.
b. Sampah-sampah ini dikumpulkan satu kali dalam sehari oleh petugas kebersihan, dengan
membungkus sampah tersebut dengan satu kantung plastik dan memindahkan ke dalam satu
tempat sampah besar.
c. Sampah ini kemudian dibawa ke tempat pengumpul sampah Puskesmas.

2. Penanganan limbah khusus padat, yaitu :


a. Limbah khusus padat dimasukkan ke dalam tempat khusus, kemudian dimasukkan dalam
kantung berwarna kuning.
b. Kantung yang berwarna kuning tersebut akan ditangani lebih lanjut (oleh pihak ke tiga).

3. Penanganan limbah khusus cair dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu :


a. Limbah cair infeksius : ditambahkan desinfektan dan dibuang langsung ke wastafel khusus
pembuangan limbah laboratorium yang disalurkan ke septik tank.
b. Limbah cair non infeksius : langsung dibuang ke wastafel yang disalurkan ke septik tank.

4. Pengelolaan Bahan Berbahaya


a. Semua petugas harus mengetahui cara pengelolaan bahan berbahaya/bahan kimia secara
benar (antara lain penggolongan bahan kimia, bahan kimia yang tidak boleh tercampur, efek
toksik dan persyaratan penyimpanannya).
b. Setiap petugas harus mengenal bahaya bahan kimia dan mempunyai pengetahuan serta
keterampilan untuk menangani kecelakaan.
c. Semua bahan kimia yang ada harus diberi label/etiket dan tanda peringatan yang sesuai.

E. Laporan Hasil dan Arsip


Laporan hasil pemeriksaan yang lengkap adalah laporan hasil pemeriksaan yang memuat
identitas pengirim, identitas pasien, jenis pemeriksaan yang diperiksa, hasil pemeriksaan, metode
yang digunakan, nilai rujukan, tanggal pemeriksaan dan tanda tangan. Laporan hasil pemeriksaan
laboratorium harus lengkap, tepat waktu dan ada arsip.
Adapun prosedurnya :
1. Petugas meneliti kesesuaian identitas dengan hasil pemeriksaan sementara.
2. Petugas menulis data ke buku pencatatan meliputi :
a. Identitas pengirim
b. Identitas pasien
c. Jenis pemeriksaan yang diperiksa
d. Hasil pemeriksaan
e. Nilai rujukan
f. Tanggal pemeriksaan
3. Petugas meneliti kembali data telah ditulis di buku pencatatan.
4. Petugas menyerahkan hasil pemeriksaan setelah diteliti, data tidak ada kesalahan kepada
Dokter.

Tata cara penyimpanan catatan atau hasil pemeriksaan laboratorium secara sistematis sehingga
mudah dicari apabila diperlukan. Prosedurnya :
1. Apabila hasil pemeriksaan umum dibuat sesuai dengan aslinya dalam buku pencatatan.
2. Hasil pemeriksaan dicatat secara teratur dalam buku pencatatan.
3. Blanko permintaan pemeriksaan disimpan dalam box, disusun berdasarkan tanggal, bulan dan
tahun.
4. Lama waktu penyimpanan arsip selama satu tahun.
5. Evaluasi penyimpanan arsip dilakukan setiap satu tahun dengan memberikan kesimpulan.
6. Pemusnahan arsip laboratorium dilakukan berdasarkan protap pemusnahan arsip.
BAB V
LOGISTIK

Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan pelayanan laboratorium direncanakan dan
diajukan sesuai kebutuhan melalui perencanaan Puskesmas.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan pelayanan laboratorium diperhatikan


keselamatan pasien dengan melakukan identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi
pada saat pelaksanaan layanan. Upaya pencegahan resiko terhadap sasaran harus dilakukan pada setiap
pelaksanaan kegiatan dengan cara penggunaan bahan habis pakai dan alat-alat yang steril bila diperlukan,
melakukan pelayanan laboratorium sesuai dengan SOP.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan pelayanan laboratorium diperhatikan


keselamatan petugas dengan melakukan identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat
terjadi pada saat pelaksanaan layanan. Upaya pencegahan resiko terhadap sasaran harus dilakukan pada
setiap pelaksanaan kegiatan dengan cara penggunaan alat pelindung diri (APD) dan mendokumentasikan
kegiatan dalam buku pencatatan hasil laboratorium.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Kinerja pelaksanaan pelayanan di laboratorium dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan


indikator daftar tilik SOP pelayanan klinis dan audit internal secara periodik.
1. Tujuannya adalah untuk menjamin bahwa spesimen yang diterima benar dan pasien yang benar pula.
2. Pengendalian mutu laboratorium terdiri dari Pemantapan Mutu Internal (PMI) dan Pemantapan Mutu
Eksternal (PME).
a. Pemantapan Mutu Internal (PMI) adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang
dilaksanakan oleh masing-masing laboratorium secara terus menerus agar tidak terjadi atau
mengurangi kejadian error/penyimpangan sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat.
Cakupan objek PMI meliputi tahap pra analitik, tahap analitik, dan tahap pasca analitik.
Tujuannya adalah :
1) Pemantapan dan penyempurnaan metode pemeriksaan dengan mempertimbangkan aspek
analitik dan klinis.
2) Mempertinggi kesiagaan tenaga, sehinggga pengeluaran hasil yang salah tidak terjadi dan
perbaikan penyimpangan dapat dilakukan segera.
3) Memastikan bahwa semua proses mulai dari persiapan pasien, pengambilan, pengiriman,
penyimpanan dan pengolahan spesimen sampai dengan pencatatan dan pelaporan telah
dilakukan dengan benar.
4) Mendeteksi penyimpangan dan mengetahui sumbernya.
5) Membantu perbaikan pelayanan kepada pelanggan.
b. Pemantapan Mutu Eksternal (PME) adalah kegiatan yang diselenggarakan secara periodik oleh
pihak lain di luar laboratorium yang bersangkutan untuk memantau dan menilai penampilan suatu
laboratorium dalam bidang pemeriksaan tertentu. Penyelenggara kegiatan PME dilaksanakan
oleh pihak pemerintah, swasta atau internasional.
10. Menyediakan katalog pemeriksaan, berisi informasi : persyaratan pasien dan jenis spesimen.
11. Menyediakan prosedur operasional baku (SOP) antar lain : SOP penenganan spesimen dan sampel.
12. Menyediakan pedoman-pedoman, antara lain : Pengambilan spesimen yang benar, Persyaratan
spesimen dan persiapan pasien, serta persyaratan sampel.
13. Mengerjakan proses sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
14. Pengawasan dan monitoring kegiatan harian untuk mengurangi kesalahan-kesalahan yang mungkin
muncul.
15. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan staf laboratorium.
16. Adanya dukungan penuh dari pihak manajemen dalam melakukan pelayanan yang standar dan
bermutu.
BAB IX
PENUTUP

Laboratorium kesehatan di Puskesmas merupakan salah satu bagian pelayanan utama yang
menunjang kegiatan pelayanan kesehatan di setiap Puskesmas. Peranan laboratorium saat ini telah
menjadi bagian yang cukup diperhitungkan, penegakan diagnosis penyakit telah banyak mensyaratkan
untuk didukung dengan data hasil pemeriksaan laboratorium.
Pedoman ini sebagai acuan dalam melakukan pelayanan laboratorium di Puskesmas Kadolomoko.
Pelaksanaan layanan laboratorium diharapkan sesuai dengan pedoman sehingga dapat mengutamakan
keselamatan pasien dan petugas. Keberhasilan layanan laboratorium tergantung pada komitmen yang kuat
dari semua pihak yang terkait termasuk pemenuhan sumber daya sarana dan prasarana.

Ditetapakn di : Baubau
Pada Tanggal : 2019
Kepala Puskesmas Kadolomoko,

ARNI MARUJU

Anda mungkin juga menyukai