KEPUTUSAN
KEPALA PUSKESMAS PASAR KEMIS
Nomor : / / SK – UKP / PKM - PSK / 2018
TENTANG
PELAYANAN LABORATORIUM PUSKESMAS PASAR KEMIS
SALWAH
LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS PASAR
KEMIS
NOMOR : /00/ SK-UKP / PKM - PSK / 2018
TENTANG : PELAYANAN LABORATORIUM PUSKESMAS
PASAR KEMIS
BAB I
PENDAHULUAN
Untuk dapat melaksanakan fungsinya pelayanan laboratorium Puskesmas Pasar Kemis saat ini
memiliki pola ketenagaan sebagai berikut :
BAB III
JAM BUKA PELAYANAN LABORATORIUM PUSKESMAS PASAR KEMIS
Jam buka pelayanan Laboratorium Puskesmas Pasar Kemis adalah sebagai berikut :
BAB IV
Pelayanan Laboratorium diluar jam kerja dilakukan oleh tenaga bidan untuk pelayanan di
PONED yang telah dilatih dengan ketentuan :
1. Di atas pukul 15.00 WIB untuk pemeiksaan HB dan protein urin dilakukan oleh bidan
PONED yang terlatih
4. Pemeriksaan laboratorium diatas Jam 15.00 untuk pemeriksaan Hb, Protein urine
didelegasikan ke bidan PONED yang sudah terlatih;
5. Hasil pemeriksaan laboratorium dicatat di rekam medis pasien dan di buku register
laboratorium;
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada rujukan laboratorium apabila diperlukan perujukan
spesimen:
1. Persyaratan spesimen yang akan dirujuk :
c. Dikemas dengan baik dan diberi lebel bertuliskan ”Bahan Pemeriksaan Infeksius” atau
”Bahan Pemeriksaan Berbahaya”;
2. Spesimen diberi label berisi nomor spesimen, nama, umur, jenis kelamin, alamat, tanggal
pengambilan spesimen pada badan wadah.
a. Nomor spesimen;
b. Nama penderita ;
c. Umur;
d. Jenis kelamin;
e. Alamat penderita;
h. Diagnosa klinik;
i. Permintaan pemeriksaan;
j. Tanggal pengiriman;
6. Nama serta alamat pengirim :
a. Dokter;
b. Puskesmas ;
BAB V
SARANA, PRASARANA, PERLENGKAPAN DAN PERALATAN
1. SARANA
Gambaran Sarana laboratorium puskesmas Pasar Kemis merupakan segala sesuatu
yang berkaitan dengan fisik bangunan/ruangan laboratorium itu sendiri, dalam lingkup ini
adalah ruangan Laboratorium Puskesmas Pasar Kemis yang meliputi:
a. Ukuran ruang 6 m x 10 m 2;
c. Dinding berwarna terang, keras, tidak berpori, kedap air, dan mudah dibersihkan serta
tahan terhadap bahan kimia (keramik);
d. Lantai terbuat dari bahan yang tidak licin, tidak berpori, warna terang, dan mudah
dibersihkan serta tahan terhadap bahan kimia (epoxi, vinyl);
f. Kamar kecil/WC pasien laboratorium berada di luar ruangan laboratorium dan kamar
kecil / WC petugas berada di dalam ruangan laboratorium.
2. PRASARANA
Prasarana laboratorium merupakan jaringan/instalasi yang membuat suatu sarana yang
ada bisa berfungsi sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Prasarana-prasarana
Laboratorium Puskesmas yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
a. Pencahayaan cukup;
Fungsinya adalah untuk menyimpan reagen dan sampel, volume sesuai kebutuhan
b. Ukuran 150 cm x 45 cm x 60 cm
3.2. PERALATAN
Jenis dan jumlah peralatan Laboratorium Puskesmas tergantung dari metode
pemeriksaan, jenis dan program Puskesmas. Daftar peralatan utama dan penunjang
Laboratorium Puskesmas adalah sebagai berikut:
3.2.1. Peralatan Utama
a. Fotometer Biolyzer 100
c. Mikroskop Olympus
g. Hb Quik Check
h. Nesco GCU
i. Easy touch
j. Gluco DR
a. Corong Kaca
b. Objek Glass
d. Tabung EDTA K3
e. Tabung Sentrifuse
f. Tabung Reaksi ( 10 mm )
k. Tissue Lensa
l. Tourniquet
m. Pipet tetes
v. lidi
3.2.3. Reagensia
Jenis–jenis reagensia yang tersedia di Laboratorium Puskesmas Pasar Kemis
adalah sebagai berikut:
PENERIMAAN REAGENSIA
1. Petugas laboratorium memeriksa daftar reagen yang datang ;
2. Petugas memeriksa keadaan kemasan reagensia (tersegel, tidak terbuka dan tidak rusak
maupun robek);
3. Petugas memeriksa tanggal kadaluarsa reagen yang datang.
PENYIMPANAN REAGENSIA
1. Petugas menyimpan reagen sesuai dengan prosedur penyimpanan yang tertera di dalam
kemasan reagen;
2. Petugas selalu mengontrol suhu kulkas agar sesuai dengan syarat penyimpanan reagen
(untuk Reagen yang harus berada didalam kulkas), dengan cara :
Letakkan thermometer dalam kulkas;
Atur suhu kulkas sesuai dengan syarat suhu dalam penyimpanan reagen;
Usahakan kulkas agar selalu dalam keadaan hidup;
Catat suhu setiap hari dalam checklist pemantauan suhu;
Bersihkan kulkas setiap 2 bulan sekali;
Reagen yang sudah di buka bisa bertahan dalam keadaan stabil bila di simpan pada
suhu (2-8)0C;
Jika suhu penyimpanan di lemari pendingin di luar (2- 8) 0C, maka reagen yang belum
terbuka dapat bertahan 1 minggu, sedangkan reagen yang sudah di buka dapat
bertahan 3 hari.
PEMESANAN REAGEN
1. Petugas laboratorium mengecek persediaan yang akan habis (tinggal 1 box atau 20 test);
2. Petugas mencatat reagen yang akan habis dan melaporkan kepada kepala puskesmas;
3. Petugas laboratorium memeriksa kembali laporan yang diberikan;
4. Petugas mengajukan pemesanan reagen kebagian pembelanjaan barang.
DISTRIBUSI REAGENSIA
1. Petugas laboratorium membuat permintaan tertulis reagen kepada penanggung jawab
Gudang obat;
2. Penanggung jawab Gudang obat menelaah permintaan tertulis dari petugas laboratorium
untuk menilai ketersediaan;
3. Penanggung jawab Gudang obat menyiapakan reagen tersedia yang diminta;
4. Penanggung jawab Gudang obat membuat pencatatan serah terima reagen kepada petugas
laboratorium;
5. Petugas laboratorium menandatangani pencatatan serah terima reagen;
6. Reagen diterima petugas laboratorium dan disimpan di ruang laboratorium.
BAB VII
ALUR PELAYANAN LABORATORIUM PUSKESMAS PASAR KEMIS
LOKET
Keterangan Gambar :
KASIR
1. Pasien datang mendaftarkan diri di loket pendaftaran Puskesmas;
2. Pasien menuju ruang pemeriksaan dokter untuk diperiksa, dan bila diperlukan diberi formulir
permintaan pemeriksaan labolatorium;
4. Pasien melakukan pembayaran pemeriksaan laboratorium yang sudah terinci sesuai Perda;
5. Petugas laboratorium menyerahkan hasil pemeriksaan laboratorium kepada pasien langsung
dengan catatan hasil normal, jika hasil kritis diserahkan langsung oleh petugas laboratorium
ke Dokter atau petugas yang mengajukan pemeriksaan laboratorium.
BAB VIII
JENIS-JENIS PEMERIKSAAN LABORATORIUM PUSKESMAS PASAR KEMIS
Hb
Golongan Darah
Kimia Darah :
Gula Darah
Asam Urat
Kolesterol Total
Imunologi
HIV
Syphilis
Hbs Ag
BAB IX
B. PENERIMAAN SPESIMEN
Prosedur yang dilakukan petugas laboratorium dalam penerimaan specimen agar tidak
terjadi kesalahan antara spesimen yang akan diperiksa dengan identitas pasien.
1. Petugas menerima spesimen harus memeriksa dan mencocokan data pasien antara
spesimen yang diterima dengan formulir permintaan pemeriksaan dan mencatat di buku
register laboratorium;
2. Petugas juga harus memperhatikan kondisi spesimen yang diterimanya. Jika spesimen yang
diterima tidak sesuai dengan data dan tidak memenuhi persyaratan hendaknya ditolak.
C. PENGAMBILAN SPESIMEN
Sebelum dilakukan pengambilan specimen petugas laboratorium melakukan pencegahan
terhadap kejadian yang tidak diharapkan dengan melakukan pengendalian mutu pra analitik,
analitik, dan pasca analitik.
1. Untuk melakukan pengambilan spesimen petugas harus menjelaskan dan memberitahu
kepada pasien tentang spesimen yang akan diambil dan diperiksa;
2. Petugas menggunakan APD;
3. Petugas menyiapkan inform consent untuk ditandatangani pasien. Apabila setuju untuk
dilakukan pemeriksaan pasien mennandatangani inform consent dan petugas
mempersilahkan pasien memasuki ruang sampling;
4. Kemudian petugas mengidentifikasi pasien dengan menanyakan nama, umur, alamat pasien
sesuai dengan formulir rujukan laboratorium;
5. Petugas mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk pemeriksaan sesuai
pemeriksaan yang diperlukan;
6. Petugas melakukan pengambilan specimen sesuai dengan pemeriksaan yang akan dilakukan.
D. PENYIMPANAN SPESIMEN
Penyimpanan spesimen dilakukan jika pemeriksaan ditunda atau spesimen akan dikirim
ke laboratorium lain, penyimpanan spesimen di dalam lemari es dengan suhu 2-8⁰C.
1. Petugas Laboratorium membuat specimen yang akan disimpan;
2. Memberi label pada specimen yang akan disimpan sesuai identitas pasien di formulir
permintaan pemeriksaan laboratorium;
BAB X
PROSEDUR PEMERIKSAAN LABORATORIUM
PUSKESMAS PASAR KEMIS
1. Pasien mengambil Nomor antrian kemudian memberikan nomor antrian & form rujukan
laboratorium ke petugas Laboratorium;
2. Petugas menerima rujukan dari Ruang Pelayanan Umum lansia, Ruang Pelayanan KIA,
Ruang Pelayanan Gigi, PONED dan permintaan sendiri;
3. Petugas mencatat data pasien & jenis pemeriksaan yang akan dilakukan dibuku register
laboratorium;
4. Petugas menggunakan APD;
6. Petugas menjelaskan dan memberitahu kepada pasien tentang sampel yang akan diambil dan
diperiksa lalu menyiapkan inform consent untuk ditanda tangani pasien jika pasien setuju;
7. Petugas mengidentifikasi pasien dengan menanyakan nama, umur dan alamat sesuai dengan
formulir rujukan laboratorium lalu mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk
pemeriksaan sesuai Pemeriksaan yang diperlukan / diminta;
11. Petugas mencatat hasil Pemeriksaan di blangko hasil Pemeriksaan laboratorium & di buku
register lab;
BAB XI
PEMANTAUAN PELAKSANAAN PROSEDUR PEMERIKSAAN LABORATORIUM
BAB XII
PENILAIAN KETEPATAN WAKTU PENYERAHAN HASIL
BAB XIII
RENTANG NILAI YANG MENJADI RUJUKAN
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
BAB XIV
RENTANG NILAI KRITIS PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Batas Batas
No Pemeriksaan Satuan Sampel
Bawah Atas
1 Glukosa dewasa Mg / dl 30 500 Serum / sampel
2 Glukosa newborn Mg/dl 30 325 Serum /sampel
3 Glukosa anak Mg/dl 46 445 Serum /sampel
4 Asam Urat Mg /dl 1 17 Serum /sampel
5 Kolesterol Mg/dl 50 400 Serum /sampel
BAB XV
EVALUASI TERHADAP RENTANG NILAI
Suatu kegiatan dalam rangka mendapatkan hasil akurat melalui peningkatan mutu
pemeriksaan laboratorium dengan melakukan evaluasi rentang nilai agar hasil yang didapatkan
lebih akurat dan diketahui apakah rentang nilai masih dapat digunakan atau harus diperbaharui
kembali dimana petugas laboratorium:
1. Mendapatkan alat atau reagen baru;
4. Mempelajari adanya perbedaan rentang nilai antara alat dan reagen baru tersebut dengan
reagen yang lama;
5. Melaporkan kepada penanggung jawab ruang pelayanan lainnya adanya perbedaan rentang
nilai rujukan pada alat dan prosedur baru tersebut;
6. Melaporkan kepada kepala puskesmas adanya perbedaan rentang nilai rujukan tersebut
melalui Penanggung Jawab UKP;
7. Kepala puskesmas memberikan disposisi kepada Tim mutu untuk melakukan evaluasi;
10. Kepala puskesmas merubah rentang nilai lama menjadi rentang nilai baru dengan
membuatkan surat keputusan.
BAB XVI
WAKTU PENYERAHAN HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
BAB XVII
PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM YANG KRITIS
BAB XVIII
MONITORING PEMERIKSAAN HASIL LABORATORIUM YANG KRITIS
2. Memonitoring hasil pemantauan harian pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium yang kritis;
3. Mencatat hasil monitoring dalam laporan hasil evaluasi laporan pemeriksaan lab yang kritis;
5. Cross check kepada petugas lab dan peminta pemeriksaan terhadap hasil lab kritis yang
dilaporkan segera;
10. Merekomendasikan kepada petugas lab segera melaporkan hasil pemeriksaan lab yang kritis
kepada peminta pemeriksaan;
Pemantauan waktu penyampaian hasil laboratorium terhadap pasien urgent dan gawat
darurat adalah kegiatan untuk memonitor ketepatan waktu petugas laboratorium dalam
menyampaikan hasil laboratorium dalam menyampaikan hasil laboratorium pasien urgent atau
gawat darurat dan merupakan Sebagai pedoman dalam melakukan pemantauan waktu
penyampaian hasil laboratorium terhadap pasien urgent dan gawat darurat agar bisa cepat
dilakukan penanganan lebih lanjut. Perencanaan pemantauan waktu penyampaian hasil
pemeriksaan laboratorium untuk pasien gawat darurat.
BAB XX
MUTU LABORATORIUM
1. PENGENDALIAN MUTU
b. Tahap Analitik;
d. Manfaat:
f. Mempertinggi kesiagaan tenaga, sehingga pengeluaran hasil yang salah tidak terjadi
dan perbaikan penyimpanan dapat dilakukan segera.
Beberapa kegiatan PME yang ada di laboratorium Puskesmas Pasar Kemis antara lain :
b. PME bidang Kimia Klinik yang diselenggarakan oleh Kemenkes setahun sekali.
3. Petugas laboratorium mensosialisasikan hasil PDCA ke seluruh staff pada saat lokbul
(lokakarya bulanan);
BAB XXII
PELAYANAN LABORATORIUM BERESIKO TINGGI
b. HIV/AIDS
A. Prosedur kerja
Setiap kegiatan yang dilakukan di Laboratorium Puskesmas dapat menimbulkan
bahaya/resiko terhadap petugas yang berada di dalam laboratorium maupun lingkungan
sekitarnya. Untuk mengurangi/ mencegah bahaya yang terjadi, setiap petugas laboratorium
harus melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kegiatan tersebut
merupakan upaya kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium.
B. Pengelolaan spesimen
3. Semua spesimen darah dan cairan tubuh disimpan pada wadah yang memiliki konstruksi
yang baik, dengan karet pengaman untuk mencegah kebocoran ketika dipindahkan;
4. Setiap orang yang memproses spesimen darah dan cairan tubuh (contoh: membuka
tutup tabung vakum) menggunakan sarung tangan dan masker;
5. Setelah memproses spesimen-spesimen tersebut cuci tangan dan mengganti sarung tangan;
6. Jarum yang telah digunakan harus diperlakukan sebagai limbah infeksius dan dikelola
sesuai ketentuan yang berlaku;
C. Pengelolaan limbah
I. Limbah padat medis
1. Petugas selalu gunakan sarung tangan dan sepatu pada saat menangani dan membawa
limbah medis;
2. Petugas membuat label khusus pada bahan kimia berbahaya dan mudah terbakar;
3. Petugas member plastik limbah berlabel biohazard pada wadah limbah medis;
4. Petugas menggunakan wadah limbah medis yang dilengkapi dengan tutupnya;
5. Petugas menempatkan wadah limbah padat pada tempat yang sesuai, jauh dari
jangkauan anak-anak dan pasien serta tidak dekat dengan ruang makan atau ruang
tunggu;
6. Cleaning servis mengosongkan wadah setiap hari atau sampai ¾ bagiaannya sudah
penuh walau belum 1 hari dan tidak memungut limbah medis tanpa menggunakan
sarung tangan;
7. Petugas mencuci wadah limbah medis dengan larutan desiinfektan dan dibilas dengan
air minimal sekali setiap hari atau bila kelihatan kotoran/kontaminan setelah dipakai;
8. Petugas melepas sarung tangan dan mencuci tangan setelah melakukan penanganan
limbah;
Limbah medis yang disimpan selama 90 hari di TPS limbah medis diambil oleh pihak ke tiga
yang sudah berMOU dengan Puskesmas Pasar Kemis.
II. Cair
Sebelum darah dibuang petugas melakukan desinfeksi dengan menggunakan larutan
hipoklorit 0,1 %, tabung darah direndam dalam larutan hipoklorit selama 24 jam lalu
dibuang ke dalam aliran limbah.
BAB XXIII
KEWAJIBAN MENGGUNAKAN APD
Untuk menghindari terjadinya penularan penyakit dari pasien ke petugas, dari specimen
pasien ke petugas dilakukan proteksi diri petugas laboratorium dengan kewajiban petugas
laboratorium menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dimana petugas laboratorium
1. Mencuci tangan dengan sabun sebelum melakukan pemeriksaan laboratorium;
2. Memakai jas laboratorium;
3. Memakai sarung tangan;
4. Menggunakan masker saat pemeriksaan;
5. Menggunakan alas kaki/sepatu tertutup;
6. Melakukan pemeriksaan sesuai dengan SOP yang telah dibuat;
7. Mencuci tangan dengan sabun sesuai SOP setelah selesai melakukan pemeriksaan
laboratorium;
8. Melepaskan alat Pelindung Diri.
BAB XXIV
PEMANTAUAN TERHADAP PENGGUNAAN APD
BAB XXV
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu kegiatan untuk mencegah kejadian atau
peristiwa yang tidak diinginkan yang dapat merugikan petugas dan pasien atau kerugian terhadap
proses di lingkungan kerja dan pencegahan bahaya atau resiko terhadap petugas yang berada di
dalam lab maupun lingkungan sekitarnya merupakan upaya kesehatan dan keselamatan kerja
laboratorium dengan
1. Mengecek ruangan laboratorium dan peralatan didalamnya sebelum pelayanan;
7. Membaca petunjuk penggunaan (KIT Insert) peralatan dan reagen – reagen sebelum
menggunakannya;
11. Membuang alat dan bahan habis pakai setelah digunakan ke dalam sampah medis yang telah
disediakan;
12. Membersihkan meja setelah melakukan pemeriksaaan dengan larutan klorin 0,5 % dan
dengan alcohol 70 %;
7. Prosedur kerja tersedia di setiap ruangan dan mudah dijangkau jika diperlukan;
9. Sanitasi Lingkungan;
11. Tersedia tempat sampah yang sebelah dalamnya dilapisi dengan kantong plastik dan
diberi tanda khusus;
12. Tata ruang laboratorium baik sehingga tidak dapat dimasuki/ menjadi sarang serangga atau
binatang pengerat;
13. Tersedia tempat cuci tangan dengan air yang mengalir dan dibersihkan secara teratur;
16. Tersedia fasilitas laboratorium untuk kesehatan dan keselamatan kerja, seperti tempat cuci
tangan dengan air yang mengalir dan alat pemadam kebakaran;
17. Memakai alat pelindung diri (jas laboratorium, masker, sarung tangan, alas kaki tertutup)
yang sesuai selama bekerja;
18. Jas laboratorium yang bersih dipakai terus menerus selama bekerja dalam laboratorium
dan harus dilepaskan serta ditinggalkan di laboratorium (hati-hati dengan jas laboratorium
yang berpotensi infeksi);
19. Tempat kerja selalu dalam keadaan bersih. Kaca pecah, jarum atau benda tajam dan barang
sisa laboratorium harus ditempatkan di bak/peti dalam laboratorium dan diberi
keterangan;
20. Sarung tangan bekas pakai ditempatkan dalam bak/ peti kuning (menjadi limbah medis/
infeksius) yang diberi tanda khusus;
22. Dilarang menggunakan mulut pada waktu memipet, gunakan karet penghisap;
23. Peralatan yang rusak atau pecah harus dilaporkan kepada penanggung jawab
Laboratorium;
25. Jarum yang telah digunakan diperlakukan sebagai limbah infeksius dan dikelola sesuai
ketentuan yang berlaku;
26. Permukaan meja laboratorium dan alat laboratorium didekontaminasi dengan desinfektan
setelah selesai melakukan kegiatan laboratorium;
28. Mengetahui cara pengelolaan bahan kimia yang benar (antara lain penggolongan bahan
kimia, bahan kimia yang tidak boleh tercampur, efek toksik dan persyaratan
penyimpanannya). Setiap petugas harus mengenal bahaya bahan kimia dan mempunyai
pengetahuan serta keterampilan untuk menangani kecelakaan;
29. Semua bahan kimia yang ada diberi label/etiket dan tanda peringatan yang sesuai.
BAB XXVI
Kecelakaan kerja yang sering terjadi di laboratorium disebabkan oleh bahan berbahaya dan
beracun dan untuk mencegah timbulnya bahaya yang lebih luas, wajib disediakan informasi
mengenai cara penanganan yang benar mengenai pengelolaan bahan berbahaya dan beacun di
laboratorium untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja laboratorium yang disebabkan oleh
bahan berbahaya dan beracun.
BAB XXVII
Limbah dapat dihasilkan dari sebuah layanan kesehatan, umum nya banyak mengandung
bakteri, virus, senyawa kimia dan obat-obatan yang dapat membahayakan bagi kesehatan
masyarakat sekitar layanan kesehatan, limbah dari laboratorium paling perlu diwaspadai untuk :
a. Melindungi petugas yang menangani limbah dari luka yang tidak sengaja;
A. JENIS LIMBAH
Limbah medis
B. SUMBER LIMBAH
1. Limbah medis
2. Padat
4. Cair
5. Reagensia kadaluarsa
2. Membuat label khusus pada bahan kimia berbahaya dan mudah terbakar.
5. Menempatkan wadah limbah padat pada tempat yang sesuai, jauh dari jangkauan
anak-anak dan pasien serta tidak dekat dengan ruang makan atau ruang tunggu.
6. Cleaning servis mengosongkan wadah setiap hari atau sampai ¾ bagiaan nya sudah
penuh walau belum 1 hari dan tidak memungut limbah medis tanpa menggunakan
sarung tangan.
7. Mencuci wadah limbah medis dengan larutan desiinfektan dan dibilas dengan air
minimal sekali setiap hari atau bila kelihatan kotoran/kontaminan setelah dipakai.
8. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan setelah melakukan penanganan limbah.
BAB XXVIII
Kalibrasi dan validasi adalah kegiatan yang diselenggarakan secara berkala oleh petugas
laboratorium yang bekerja sama dengan petugas kalibrasi dari sebuah lembaga/perusahaan yang
mempunyai kompetensi dan pernah dilatih untuk mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium
yang bermutu Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium yang terpercaya guna
menjamin alat bekerja sesuai yang diperlukan untuk mutu hasil pengujian
Suatu tindakan pemeliharaan yang dilakukan apabila ditemukan kelainan – kelainan baik
hasil maupun proses pemeriksaan dalam penggunaan peralatan laboratorium untuk
menanggulangi kegagalan peralatan dan menjamin alat yang bekerja sesuai yang diperlukan
untuk mutu hasil pengujian.
1. Jika petugas mendapatkan alat dengan hasil yang menyimpang ketika dilakukan
kaliberasi/validasi;
6. Petugas membuat surat pengajuan perbaikan alat untuk alat-alat yang rusak;
9. Petugas menginformasikan kepada koordinator layanan klinis bahwa alat masih dalam
perbaikan;
11. Petugas mengajukan alat yang sudah diperbaiki kepada Kepala Puskesmas untuk dilakukan
kalibrasi ulang.
BAB XXX
RUJUKAN LABORATORIUM
Rujukan laboratorium adalah pelimpahan suatu tanggungjawab atas permintaan
laboratorium kepelayanan laboratorium lain yang lebih memadai dimana sebagai pedoman
langkah-langkah melimpahkan suatu pemeriksaan kepelayanan laboratorium yang lebih memadai
antara lain
BAB XXXI
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO LABORATORIUM
Penerapan mengenai tata cara penanganan resiko kerja dengan melakukan identifikasi
risiko, analisis, dan tindak lanjut risiko yang bisa terjadi di laboratorium untuk menjamin
keamanan kerja di laboratorium dan mengetahui cara mengatasi bahaya kerja di laboratorium
Orientasi prosedur dan praktik keselamatan / keamanan kerja adalah upaya pelatihan dan
pengembangan awal bagi petugas laboratorium supaya petugas laboratorium dapat mengerti dan
melaksanakan upaya pencegahan terhadap bahaya yang mungkin terjadi serta mengetahui cara
mengatasi apabila terjadi kecelakaan di laboratorium, sehingga dapat mengurangi dan mencegah
terjadinya bahaya dilaboratorium.
Dalam orientasi prosedur dan praktik keselamatan / keamanan kerja
1. Kepala puskesmas membentuk Tim Mutu UKP dan Tim Mutu keselamatan pasien di
laboratorium;
2. Tim mutu UKP dan keselamatan pasien laboratorium membuat rencana orientasi
prosedur/praktek keselamatan kerja;
3. Tim mutu UKP dan keselamatan pasien melaporkan kepada kepala puskesmas pelaksanaan
pelatihan mutu dan keselamatan pasien laboratorium;
4. Tim mutu UKP dan keselamatan pasien laboratorim memberikan orientasi prosedur
keselamatan kepada petugas laboratorium;
5. Tim mutu UKP dan keselamatan pasien laboratorim memberikan orientasi praktek
keselamatan kerja kepada petugas laboratorium;
6. Tim mutu UKP dan keselamatan pasien laboratorium membuat laporan bukti pelaksanaan
orientasi;
7. Tim mutu UKP dan keselamatan pasien laboratorium melaporkan kepada kepala puskesmas
hasil pelaksanaan orientasi pelatihan prosedur dan praktek keslamatan kerja;
8. Tim mutu UKP dan keselamatan pasien laboratorium memantau pelaksanaan kaslamatan dan
kesehatan kerja di laboratorium;
9. Tim mutu UKP dan keselamatan pasien melakukan evaluasi secara berkala pelaksanaan
keslamatan dan kesehatan kerja di laborat secara berkala melalui daftar tilik;
10. Tim mutu UKP dan keselamatan pasien menyusun jadwal kegiatan orientasi secara berkala.
BAB XXXIII
PELATIHAN DAN PENDIDIKAN
Suatu kegiatan Pelatihan dan Pendidikan untuk prosedur baru, bahan berbahaya, peralatan
baru, dan adanya bukti pelaksanaan Pendidikan dan pelatihan yang bertujuan menginformasikan
kepada petugas laboratorium bagaimana penggunaan prosedur baru, bahan berbahaya atau
peralatan baru dilakukan sebagai berikut :
1. KaTu melaporkan kepada Kepala puskesmas bahwa akan ada pelatihan dan Pendidikan untuk
prosedur, bahan yang berbahaya ataupun alat yang baru bagi petugas laboratorium;
2. Kepala puskesmas mengintruksikan kepada petugas laboratorium untuk mengikuti pelatihan
dan Pendidikan untuk prosedur yang baru, bahan berbahaya atau alat yang baru;
3. Petugas melaporkan kepada kepala puskesmas bahwa pelatihan dan Pendidikan untuk
prosedur yang baru, bahan berbahaya dan alat yang baru telah dilaksanakan;
4. Petugas membuat laporan hasil pelatihan Pendidikan untuk prosedur yang baru, bahan
berbahaya dan alat yang baru;
5. Petugas menyampaikan hasil pelatihan dan Pendidikan melalui rapat lokakarya bulanan
puskesmas;
6. Petugas membuat SOP penggunaan prosedur yang baru, bahan berbahaya atau alat yang
baru;
7. Petugas menerapkan pelatihan Pendidikan untuk prosedur yang baru, bahan berbahaya dan
alat yang baru melalui kegiatan pelayanan di laboratorium;
8. Petugas berusaha meningkatkan kinerja pelayanan laboratorium di puskesmas sesuai SOP;
9. Koordinator layanan klinis melakukan evaluasi pelaksanaan penggunaan prosedur yang
baru, bahan berbahaya atau alat yang baru menggunakan daftar tilik;
10. Koordinator layanan klinis melaporkan kepada kepala puskesmas bahwa telah dilakukan
evaluasi.
BAB XXXIV
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Suatu kegiatan pelaporan kegiatan pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja
di laboratorium kepada pengelola program keselamatan kerja:
1. Petugas membuat format pencatatan laporan hasil pelaksanaan kegiatan keselamatan dan
kesehatan kerja di laboratorium;
2. Petugas melakukan pencatatan tanda terima bahan berbahaya dan beracun di
laboratorium;
3. Petugas melakukan pencatatan pengelolaan limbah medis;
4. Petugas melakukan pencatatan pembuangan limbah medis dan limbah berbahaya;
5. Petugas mencatat secara rinci setiap kecelakaan kerja yang terjadi di laboratorium;
6. Petugas mendokumentasikan hasil pelaksanaan kegiatan K3 kepada Tim mutu UKP dan
kesalamatan pasien di puskesmas;
7. Petugas melaporkan kegiatan pelaksanaan K3 di puskesmas secara rutin (bulanan);
8. Petugas melaporkan secara khusus pelaksanaan program keselamatan kepada tim K3 di
puskesmas apabila terjadi kecelakaan kerja di laboratorium;
9. Petugas mencatat hasil verifikasi Tim mutu UKP dan keselamatan pasien pada saat
pelaporan pelaksaan K3 di laboratorium;
10. Petugas menyimpan semua berkas dokumen yang telah diverifikasi oleh pengelola K3.
3. Buku Rujukan
BAB XXXV
PENUTUP
HJ. SALWAH