Anda di halaman 1dari 63

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi

pembangunan bangsa suatu Negara. Undang undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi Warga Negara yang

demokratis serta tanggungjawab.

Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut perlu adanya kegiatan yang mendukung

yaitu sekolah sebagai salah satu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan secara formal

mempunyai peranan yang sangat penting dalam usaha mendewasakan anak dan membentuknya

menjadi insan yang berguna bagi masyarakat. Sekolah memiliki tanggung jawab yang besar

untuk pencapaiannya.

Kita sebagai manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai mahluk sosial,

tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Mereka saling membutuhkan antara satu sama lainnya

dalam memenuhi kebutuhan hidup. Dalam hidup bersama perlu adanya suatu interaksi yaitu

proses timbal balik yang bertujuan mendewasakan manusia agar nantinya dapat menemukan jati

dirinya secara utuh.

Pendidikan adalah soal interaksi antar manusia. Interaksi antara pendidik, antara guru

1
dan murid, serta antara lingkungan dan para pembelajar. Guru adalah inti dari proses pendidikan

Guru menjadi kunci utama kualitas pendidikan ( Anies Baswedan, 2013 : Kompas, 28

November).

Untuk dapat memahami interaksi itulah secara khusus dikenal istilah interaksi belajar

mengajar yang titik penekanannya ada pada motivasi. Motivasi inilah yang mendorong seseorang

untuk melakukan sebuah pekerjaan maupun kegiatan seperti halnya belajar. Hasil belajar akan

menjadi optimal jika ada motivasi belajar. Dengan  motivasi, pelajar dapat mengembangkan

aktivitas dan inisiatif kearah yang lebih baik. Jadi motivasi merupakan salah satu faktor yang

sangat penting dalam kehidupan manusia, demikian pentingnya sampai ada pernyataan bahwa

motivasi adalah energi yang dimiliki seseorang untuk belajar ( Sardiman,2010 :73).

Kemampuan memotivasi belajar mulai sangat diperlukan saat manusia memasuki

masa remaja karena masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak sehingga remaja sering

dihadapkan pada persoalan persoalan yang kompleks yang menjadi permasalahan yang dirasakan

sulit oleh para remaja termaksud dalam hal belajar. Siswa SMP yang tergolong dalam usia

remaja, mengalami proses perkembangan dan pertumbuhan serta mempunyai kecenderungan

kurang stabil secara psikis banyak mengalami kesulitan dalam memotivasi cara belajar,

akibatnya aktivitas belajarnya menurun dan prestasi yang diperolehnya kurang memuaskan.

William Burton dalam ( Hamalik,2007;160) mengemukakan “ Tujuan adalah sesuatu

yang hendak dicapai dan akan memuaskan individu. Adanya tujuan akan mempengaruhi

kebutuhan dan akan membangkitkan motivasi didalam diri”. Sehingga seorang haruslah

diberikan penguatan tentang tujuan dari apa yang ia lakukan untuk dapat meningkatkan motivasi

2
Pada dirinya. Seorang pelajar harus diberi sebuah pemahaman tentang tujuan belajar yang

sedang ditempuh untuk dapat meningkatkan motivasi belajarnya.

Pemberian pemahaman tentang pentingnya tujuan belajar masih sangat sulit untuk

dipahami oleh siswa pada umumnya. Sehingga dibutuhkan layanan-layanan yang bisa membantu

siswa dalam menyelesaikan konflik yang ada pada dirinya. Salah satunya ada pada layanan

bimbingan dan konseling. Bimbingan dan Konseling memiliki tujuh layanan yang merupakan

kegiatan bantuan dan tuntunan yang diberikan kepada individu pada umumnya dan siswa sekolah

pada khususnya dalam rangka meningkatkan mutunya.

Tugas guru adalah menumbuh kembangkan potensi yang dimiliki oleh anak didik

dengan bimbingan dan motivasi belajar, karena pada kenyataannya di lapangan nilai atau prestasi

belajar yang diperoleh masih rendah khususnya pada mata pelajaran matematika, serta masih

adanya kesenjangan prestasi belajar yang diperoleh dibandingkan dengan tingkat kecerdasannya.

Masih terdapat siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM padahal memiliki tingkat

kecerdasan diatas diatas rata-rata, untuk itu perlu penanganan yang tepat dalam mengatasinya

yaitu melalui konseling kelompok Dari data yang diperoleh masih terdapat 37% siswa yang

mengalami kesulitan belajar dan perlu pemberian bantuan untuk meningkatkan motivasinya

sehingga prestasi belajar yang diperoleh akan meningkat.

Dari pengamatan yang ada penulis menganggap layanan bimbingan kelompok akan

jauh lebih efektif dibandingkan dengan layanan yang lainnya. Karena dari pengalaman yang

terjadi dilapangan siswa sudah mulai merasa bosan dan jenuh dengan penggunaan layanan-

layanan klasikal sehingga diperlukan sebuah layanan yang melibatkan partisipasi keseluruhan.

Sedangkan penggunaan layanan konseling individu kadangkala dianggap negatif oleh siswa

3
karena siswa dipanggil secara pribadi dan mendapatkan pandangan yang buruk dari siswa-siswa

lainya.

Layanan bimbingan kelompok merupakan upaya bantuan untuk dapat memecahkan

masalah siswa dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Apabila dinamika kelompok dapat

terwujud dengan baik maka anggota kelompok akan saling menolong, menerima dan berempati

dengan tulus. Bimbingan kelompok merupakan wahana untuk menambah penerimaan diri dan

orang lain, menemukan alternatif cara penyelesaian masalah dan mengambil keputusan yang

tepat dari konflik yang dialamimya dan untuk meningkatkan tujuan diri, otonomi dan rasa

tanggung jawab pada diri sendiri dan orang lain. Dengan demikian bimbingan kelompok

memberikan kontribusi yang penting dalam memotivasi siswa, apalagi masalah motivasi diri

merupakan masalah yang banyak dialami oleh siswa sehingga untuk mengefisiensikan waktu

bimbingan kelompok dimungkinkan lebih efektif dibandingkan layanan konseling individual.

Untuk mengetahui kondisi motivasi siswa, penulis akan mencoba melihat dari aspek prestasi

belajar siswa pada mata pelajaran metematika sebagaimana tabel berikut :

Tabel 1.1 Hasil Ulangan Harian Mata Pelajaran Matematika di Kelas IX.3

Tahun ajaran 2021/2022 ( Data Awal)

Nilai Jumlah Siswa Prosentase

76 - 100 3 11 %

56 - 75 8 40 %

36 - 55 10 43 %

0 - 35 2 4%

23 100 %
Sumber : Daftar nilai mata pelajaran matematika kelas IX.3 SMPIT At Taqwa Narogong

4
Berdasarkan hasil assesment motivasi belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.2 Daftar hasil Assesment motivasi siswa pada  mata Pelajaran

  Matematika kelas IX.3 semester ganjil SMPIT At Taqwa Narogong

No. Nilai Jumlah Siswa Prosentase

1. 81 - 100 2 20 %

2. 65 - 80 11 52 %

3. 45 - 64 9 26 %

4. 20 - 44 1 2%

Jumlah Siswa 23 100 %

Sumber : Daftar nilai  assessment BK SMPIT At Taqwa Narogong


Sehingga dari data tersebut dapat penulis simpulkan  bahwa yang menjadi permasalahan dalam

penelitian ini berkaitan dengan rendahnya motivasi belajar siswa pada mata pelajaran

matematika sebanyak 28 %.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul

“Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran Matematika Melalui Pendekatan

Bimbingan Kelompok Siswa Kelas IX.3 Semester Ganjil  SMPIT At Taqwa Narogong tahun

ajaran 2021/2022”

B.  Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah diatas maka penulis mengidentifikasi masalahnya sebagai

berikut:

5
1. Apakah terdapat peningkatan motivasi belajar pada Mata Pelajaran Matematika melalui

Pendekatan Bimbingan Kelompok Siswa Kelas IX.3 SMPIT At Taqwa Narogong tahun

ajaran 2021/2022 ?

2. Bagaimana proses peningkatan motivasi belajar sebelum dan sesudah menggunakan

pendekatan bimbingan kelompok ?

3. Seberapa besar peningkatan motivasi belajar pada Mata Pelajaran Matematika setelah

diterapkan pendekatan bimbingan kelompok?

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah maka pembatasan masalah sebagai berikut :

1. Mengamati peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika melalui

pendekatan bimbingan kelompok siswa kelas IX-3 SMPIT At Taqwa Narogong tahun ajaran

2021/2022.

2. Mengamati proses peningkatan motivasi belajar sebelum dan sesudah menggunakan

pendekatan bimbingan kelompok.

3. Mengamati berapa besar peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika

setelah diterapkan pendekatan bimbingan kelompok.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah maka perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah : “ Bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa pada mata

pelajaran matematika melalui pendekatan bimbingan kelompok pada siswa kelas IX-3 SMPIT At

Taqwa Narogong tahun 2021/2022?”

6
E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan peningkatan motivasi belajar mata pelajaran matematika melalui

pendekatan bimbingan kelompok siswa kelas IX.3 semester ganjil di SMPIT At Taqwa

Narogong tahun ajaran 2021/2022.

2. Untuk mengetahui proses peningkatan sesudah dan sebelum diberikan layanan bimbingan

kelompok kelas IX.3 semester ganjil di SMPIT At Taqwa Narogong tahun ajaran 2021/2022.

3. Untuk mengukur seberapa besar peningkatan motivasi belajar pada mata pelajaran

matematika setelah diterapkan pendekatan bimbingan kelompok kelas IX.3 SMPIT At Taqwa

Narogong tahun ajaran 2021/2022.

F. Kegunaan/ Manfaat Penelitian

1. Bagi siswa

a. Sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan memotivasi belajar mata pelajaran

matematika.

b. Membangkitkan semangat dan rasa kebersamaan diantara sesama teman.

2. Bagi Guru

a. Untuk mengetahui sejauh mana perubahan yang terjadi terhadap motivasi belajar

Matematika sebelum dan sesudah pelaksanaan layanan bimbingan kelompok ?

b. Dapat meningkatkan kemampuan konselor dalam memilih teknik dan pendekatan yang

efektif dalam bimbingan dan konseling utuk mengentaskan masalah siswa.

7
c. Dapat meningkatkan kemampuan dan kualitas proses bimbingan dan konseling sehingga

siswa termotivasi untuk mengentaskan masalahnya.

d. Termotivasi untuk mengadakan penelitian selanjutnya sehingga meningkatkan profesionalisme.

3. Bagi sekolah

a. Mempercepat proses penyesuaian diri antara siswa dengan program sekolah

b. Tingkat akomodatif akan lebih efektif antara bakat, minat dan motivasi belajar dengan

program sekolah.

c. Memudahkan dalam menyusun muatan yang ada dalam stuktur kurikulum sesuai dengan

bakat dan minat siswa.

4. Bagi Dinas Pendidikan

a. Dengan adanya penelitian tindakan bimbingan konseling akan lebih menambah wawasan

dalam pengambilan kebijakan dalam upaya meningkatkan profesional guru, sehingga tujuan

pendidikan dapat tercapai dengan baik.

BAB II

8
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Teori

1.    Hakekat Motivasi Belajar

Menurut Mc. Donald (dalam Sardiman, 2010 : 73) motivasi adalah perubahan energi

dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan

terhadap adanya tujuan.

Menurut Eysenck dkk (dalam Slameto, 2003 : 170) motivasi dirumuskan sebagai suatu

proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah

laku manusia, merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan konsep-konsep lain seperti

minat, konsep diri, sikap dan sebagainya.

Menurut Oemar Hamalik (2007 : 28), belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku

individu melalui interaksi dengan lingkungannya. Aspek tingkah laku tersebut adalah:

pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial,

jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. Sedangkan, Sardiman A.M. (2010 : 22) mengatakan

bahwa “belajar merupakan suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya

yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori”.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu

motif atau dorongan untuk melakukan suatu kegiatan/pekerjaan guna mencapai tujuan

dalam rangka

merubah tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya baik dari aspek kognitif,

afektif maupun psikomotor.

2.    Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar

9
Menurut Kenneth H. Hover (dalam Oemar Hamalik, 2007 : 163) mengemukakan prinsip-prinsip

motivasi belajar sebagai berikut :

a.    Pujian lebih efektif daripada hukuman.

b.    Semua murid-murid mempunyai kebutuhan-kebutuhan psikologis (yang bersifat

dasar) tertentu yang harus mendapat kepuasan.

c.    Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif daripada motivasi

yang dipaksakan dari luar.

d.    Motivasi itu mudah menjalar atau tersebar terhadap orang lain.

e.    Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan yang akan merangsang

motivasi.

f.    Motivasi yang besar erat hubungannya dengan kreativitas murid.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa proses belajar akan mendapatkan hasil

yang lebih maksimal jika pemberian motivasi dapat diterima oleh siswa didik dengan baik.

3.    Fungsi Motivasi Belajar

Menurut Sardiman A.M. (2010 : 85) ada tiga fungsi motivasi belajar yaitu sebagai berikut:

1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan

2. energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang

akan dikerjakan.

3. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian

motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan

tujuannya.

a. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus

10
b. dikerjakan serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang

tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Menurut Oemar Hamalik (2007 : 161) fungsi motivasi belajar yaitu antara lain :

Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu proses perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak

akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar.

c. Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepencapaian

tujuan yang diinginkan.

d. Motivasi berfungsi sebagai penggerak, yang artinya bahwa besar kecilnya motivasi akan

menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

Dari beberapa pendapat yang ada dapat disimpulkan bahwa fungsi dari motivasi itu sendiri

adalah sebagai motor pengerak kemana dan bagaimana perbuatan yang akan dilaksanakan.

4.    Macam-Macam Motivasi Belajar

Menurut Oemar Hamalik (2007 : 162) motivasi belajar dapat dibagi menjadi 2 yaitu sebagai

berikut :

a. Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang hidup dalam diri siswa dan berguna dalam situasi

belajar yang fungsional.

b. Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari situasi belajar,

seperti angka kredit, ijazah, tingkatan hadiah, hukuman dan sebagainya.

c. Menurut Sardiman A.M. (2010 : 86) macam- macam motivasi belajar dilihat yaitu antara

lain.

a. Motif-motif yang tidak dipelajari.

Sebagai contoh misalnya : dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk

bekerja, untuk beristirahat, dorongan seksual.

11
b. Motif-motif yang dipelajari, yaitu motif-motif yang timbul karena dipelajari.

Sebagai contoh : dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk

mengajar sesuatu di dalam masyarakat.

Menurut Frandsen (dalam Sardiman A.M. (2010 : 87) macam- macam motivasi belajar dilihat

yaitu antara lain :

a. Cognitive motives, motif ini menunjuk pada gejala intrinsik, yakni menyangkut kepuasan

individual.

b. Self-expresive, penampilan diri adalah sebagian dari perilaku manusia. Yang penting

kebutuhan individu itu tidak sekedar tahu mengapa dan bagaimana sesuatu itu terjadi,

tetapi juga mampu membuat suatu kejadian.

c. Self-enhancement, melalui aktualisasi diri dan pengembangan kompetensi akan

meningkatkan kemajuan diri seseorang.

d. Menurut Woodworth dan Marquis (dalam Sardiman A.M. (2010 : 88) macam- macam

motivasi belajar dilihat yaitu antara lain :

a. Motif atau kebutuhan organis, meliputi misalnya : kebutuhan untuk minum, bernafas,

seksual, berbuat dan kebutuhan untuk beristirahat.

b. Motif-motif darurat yang meliputi : dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk

membalas, untuk berusaha, untuk memburu.

c. Motif-motif objektif yang meliputi : kebutuhan untuk melakukan eksplorasi.

13

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi terjadi karena 2

faktor. Yaitu faktor yang berasal dari diri sendiri ( intrinsik ) dan faktor yang berasal dari luar

diri seseorang ( ekstrinsik ).

12
5.      Ciri-Ciri Motivasi

Menurut Sardiman A.M. (2010 : 83) bahwa setiap tindakan manusia terjadi karena adanya unsur

pribadi manusia. Sehingga terdapat ciri-ciri tersendiri dalam motivasi yaitu :

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak

pernah berhenti sebelum selesai).

b. Ulet menghadapi kesulitan. Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi

sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapai)

c. Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah (Misalnya masalah

pembangunan, agama, politik, ekonomi, keadilan, korupsi, dan sebagainya)

d. Lebih senang bekerja sendiri

e. Cepat bosan dengan tugas-tugas rutin (hal-hal yang berulang begitu saja sehingga

kurang kreatif)

f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu)

g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu

h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal

Berdasarkan hal tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa dalam kegiatan belajar

mengajar akan berhasil baik jika siswa mampu tekun mengerjakan tugas, ulet dalam

memecahkan masalah serta hambatan secara mandiri.

6.    Bentuk-Bentuk Motivasi Belajar

Menurut Sardiman A.M. (2010 : 91) ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan

motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah yaitu :

13
a.    Memberi angka

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa

belajar yang utama justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Angka-angka yang baik itu

bagi siswa merupakan motivasi yang kuat.

b.    Hadiah

Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian. Karena

hadiah untuk suatu pekerjaan tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang atau

tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut. Sebagai contoh hadiah yang diberikan untuk

gambar yang terbaik mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak memiliki bakat

menggambar.

c.    Saingan/kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar

siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa.

d.   Ego-involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya

sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai

salah satu motivasi yang sangat penting

e.    Memberi ulangan

Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu

memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi.

14
f.    Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong siswa

untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada

motivasi pada diri siswa untuk terus belajar dengan suatu harapan hasilnya akan meningkat.

g.   Pujian

Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik,

perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus

merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu, supaya pujian ini merupakan motivasi,

pemberiannya harus tepat.

h.    Hukuman

Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak

bisa menjadi alat motivasi.

i.     Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar.

Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa

Maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk

belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.

j.     Minat

15
Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah minat

merupakan alat motivasi yang tepat. Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan

minat. Mengenai minat ini antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut:

1) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan.

2) Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau.

3) Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik.

4) Menggunakan berbagai macam untuk mengajar

k.   Tujuan yang diakui

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi

sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena diarasa sangat

berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.

Berdasarkan hal itu maka dapat diambil kesimpulan bahwa bentuk-bentuk motivasi

merupakan sarana untuk dapat mengarahkan dan mengerakan perilaku manusia dari perilaku

tertentu diubah menjadi perilaku yang baik.

2. Hakekat Metode : Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok merupakan salah satu jenis layanan Bimbingan yang

siselenggarakan di sekolah. Menurut Prayitno (1995 : 178) mengemukakan bahwa bimbingan

kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara kelompok yang memanfaatkan dinamika

kelompok. Artinya semua anggota kelompok dalam kegiatan kelompok saling berinteraksi,bebas

mengeluarkan pendapat, menanggapi dan member saran dan lain-lain, apa yang dibicarakan itu

semuanya bermanfat untuk peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta lainnya,

layanan bimbingan kelompok adalah layanan yang diberikan dalam suasana kelompok. Gazda

16
( 1978) mengemukan bahwa bimbingan kelompok disekolah merupakam kegiatan informasi

kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dalam keputusan yang

tepat. Lebih lanjut menurutnya , bimbingan kelompok diselenggarakan untuk memberikan

informasi yang bersifat personal, vokasional, dan sosial dengan demikian, kegiatan dalam

bimbingan kelompok ialah pemberian informasi untuk keprluan tertentu bagi anggota kelompok.

         Menurut Dewa Ketut Sukardi (2003 :48) , bimbingan kelompok merupakan layanan

bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh

berbagai bahan dari nara sumber ( terutama dari pembimbimg atau konselor) yang berguna untuk

menunjang kehidupannya sehari-hari, baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, anggota

keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan guna dalam pengambilan keputusan. Layanan

bimbingan kelompok mempunyai beberapa fungsi, diantaranya berfungsi informatif,

pengembangan, dan preventif serta kuratif.

        Ada beberapa ciri homogenitas kelompok yang menandai bimbingan kelompok. Pertama,

dalam bimbingan kelompok para anggota kelompok homogen ( yaitu siswa-siswa satu kelas atau

satu tingkat kelas yang sama). Kedua, “masalah” yang dialami oleh semua anggota kelompok

adalah sama, yaitu memerlukan informasi yang akan disajikan itu. Ketiga, tindak lanjut dari

diterimanyanya informasi itu juga sama, yaitu untuk menyususn rencana dan membuat

keputusan. Keempat reaksi atau kegiatan yang dilakukan oleh para anggota dalam proses

pemberian informasi (dan tindak lanjutnya) relatif sama, seperti mendengarkan, mencatat,

bertanya.

            Tujuan bimbingan kelompok tidak jauh beda dengan tujuan bimbingan konseling itu

sendiri yaitu supaya orang yang dilayani menjadi mampu mengatur kehidupannya sendiri,

memiliki pandangannya sendiri dan tidak sekedar mengikuti pendapat orang lain, mengambil

17
sikap sendiri dan berani menanggung sendiri efek serta konsekuensi dari tindakan-tindakannya

namun dalam bimbingan kelompok yang terutama dituju bukanlah perkembangan kelompok

sebagai kelompok, melainkan perkembangan optimal masing-masing individu yang tergabung

dalam kelompok. Dengan demikian penekanan sebenarnya masih terletak pada pelayanan

terhadap masing-masing individu, meskipun ia dilayani melalui keterlibatannya dalam kegiatan

kelompok. Bagi konselor sekolah, terutama yang bertugas dijenjang pendidikan menengah,

bimbingan kelompok merupakan sarana untuk menunjang perkembangan optimal masing-

masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan tersebut

bagi dirinya sendiri.

Materi-materi layanan bimbingan kelompok, meliputi :

1. Pengenalan sikap dan kebiasaan, bakat dan minat, dan cita-cita serta penyalurannya.

2. Pengenalan kelemahan diri dan penanggulanganya . Kekuatan diri dan pengembanganya.

3. Pengenalan kemampuan berkomunikasi menerima atau menyampaikan pendapat,

bertingkah laku dan hubungan sosial.

4. Pengenalan sikap dan kebiasaan belajar yang baik disekolah dan dirumah sesuai dengan

kemempuan pribadi siswa.

5. Pengenalan teknik-teknik penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian sesuai

dengan kondisi fisik, sosial dan budaya.

6. Orientasi dan informasi karir, dunia kerja, dan upaya memperoleh penghasilan.

7. Orientasi dan informasi perguruan tinggi sesuai dengna karir yang hendak

dikembangkan.

8. Pengambilan keputusan dan perencanaan masa depan.

18
Berdasarkan kajian diatas, peneliti memberikan batasan bahwa layanan bimbingan

kelompok yang akan diselenggarakan bertujuan untuk memperkenalkan dan mengajarkan teknik

mencatat peta pikiran sebagai sebuah keterampilan mencatat baru yang diharapkan .

2. Tahapan Pelaksanaan Bimbingan Kelompok

Tahapan pelaksanaan bimbingan kelompok sangat ditentukan pada tahapan-tahapan yang harus

dilalui sehingga akan terarah, runtut, dan tepat pada sasaran. Tahap pelaksanaan bimbingan

kelompok menurut Prayitno (1995: 40) ada empat tahapan, yaitu:

a. Tahap I Pembentukan

Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap memasukkan diri ke

dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling

memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin

dicapai baik oleh masing-masing, sebagian, maupun seluruh anggota. Memberikan penjelasan

tentang bimbingan kelompok sehingga masing-masing anggota akan tahu apa arti dari bimbingan

kelompok dan mengapa bimbingan kelompok harus dilaksanakan serta menjelaskan aturan main

yang akan diterapkan dalam bimbingan kelompok ini. Jika ada masalah dalam proses

pelaksanaannya, mereka akan mengerti bagaimana cara menyelesaikannya. Asas kerahasiaan

juga disampaikan kepada seluruh anggota agar orang lain tidak mengetahui permasalahan yang

terjadi pada mereka.

b. Tahap II Peralihan

Tahap kedua merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan ketiga. Ada kalanya jembatan

ditempuh dengan amat mudah dan lancar, artinya para anggota kelompok dapat segera memasuki

19
kegiatan tahap ketiga dengan penuh kemauan dan kesukarelaan. Ada kalanya juga jembatan itu

ditempuh dengan susah payah, artinya para anggota kelompok enggan memasuki tahap kegiatan

keompok yang sebenarnya, yaitu tahap ketiga. Dalam keadaan seperti ini pemimpin kelompok,

dengan gaya kepemimpinannya yang khas, membawa para anggota meniti jembatan itu dengan

selamat.

Adapun yang dilaksanakan dalam tahap ini yaitu: 1) Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh

pada tahap berikutnya; 2) menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap

menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya; 3) membahas suasana yang terjadi; 4) meningkatkan

kemampuan keikutsertaan anggota; 5) Bila perlu kembali kepada beberapa aspek tahap pertama.

Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang pemimpin, yaitu:

1. Menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka

2. Tidak mempergunakan cara-cara yang bersifat langsung atau mengambil alih

kekuasaannya.

3. Mendorong dibahasnya suasana perasaan.

4. Membuka diri, sebagai contoh dan penuh empati.

c. Tahap III Kegiatan

Tahap ini merupakan inti dari kegiatan kelompok, maka aspek-aspek yang menjadi isi

dan pengiringnya cukup banyak, dan masing-masing aspek tersebut perlu mendapat perhatian

yang seksama dari pemimpin kelompok. ada beberapa yang harus dilakukan oleh pemimpin

dalam tahap ini, yaitu sebagai pengatur proses kegiatan yang sabar dan terbuka, aktif akan tetapi

tidak banyak bicara, dan memberikan dorongan dan penguatan serta penuh empati.

Tahap ini ada berbagai kegiatan yang dilaksanakan, yaitu:

1. Masing-masing anggota secara bebas mengemukakan masalah atau topik bahasan.

20
2. Menetapkan masalah atau topik yang akan dibahas terlebih dahulu.

3. Anggota membahas masing-masing topik secara mendalam dan  tuntas.

4. Kegiatan selingan.   

          Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar dapat terungkapnya masalah atau topik yang

dirasakan, dipikirkan dan dialami oleh anggota kelompok. Selain itu dapat terbahasnya masalah

yang dikemukakan secara mendalam dan tuntas serta ikut sertanya seluruh anggota secara aktif

dan dinamis dalam pembahasan baik yang menyangkut unsur tingkah laku, pemikiran ataupun

perasaan.

d. Tahap IV Pengakhiran

   Pada tahap pengakhiran bimbingan kelompok, pokok perhatian utama bukanlah pada

berapa kali kelompok itu harus bertemu, tetapi pada hasil yang telah dicapai oleh kelompok itu.

Kegiatan kelompok sebelumnya dan hasil-hasil yang dicapai seyogyanya mendorong kelompok

itu harus melakukan kegiatan sehingga tujuan bersama tercapai secara penuh. Dalam hal ini ada

kelompok yang menetapkan sendiri kapan kelompok itu akan berhenti melakukan kegiatan, dan

kemudian bertemu kembali untuk melakukan kegiatan. Ada beberapa hal yang dilakukan pada

tahap ini, yaitu:

1. Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri.

2. Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil - hasil kegiatan.

3. Membahas kegiatan lanjutan.

4. Mengemukakan pesan dan harapan.

Setelah kegiatan kelompok memasuki pada tahap pengakhiran, kegiatan kelompok hendaknya

dipusatkan pada pembahasan dan penjelajahan tentang apakah para anggota kelompok mampu

21
menerapkan hal-hal yang mereka pelajari (dalam suasana kelompok), pada kehidupan nyata

mereka sehari-hari.

Kelebihan dan Kelemahan Bimbingan Kelompok

Menurut Mungin Eddy Wibowo (2005:41) ada beberapa kelebihan bimbingan

kelompok antara lain :

1. Kepraktisan yaitu dalam waktu relative singkat konselor dapat berhadapan dengan

sejumlah siswa di dalam kelompok dalam upaya untuk membantu memenuhi kebutuhan

yang berkaitan dengan pencegahan, pengembangan pribadi dan pengentasan masalah.

2. Dalam bimbingan kelompok anggota akan belajar untuk berlatih tentang prilaku yang

baru.

3. Dalam bimbingan kelompok terdapat kesempatan luas untuk berkomunaksi dengan

teman-teman mengenai segala kebutuhan yang berfokus pada pengembangan pribadi,

pencegahan, dan pengentasan masalah yang dialami oleh setiap anggota.

4. Bimbingan kelompok mempunyai kesempatan untuk saling memberi bantuan, menerima

bantuan dan berempati dengan tulus didalam bimbingan kelompok.

5. Motivasi manusia muncul dari hubungan kelompok kecil, manusia membutuhkan

penerimaan, pengakuan dan afiliasi, apabila unsure-unsur tersebut terpenuhi semua maka

perilaku, sikap, pendapat dan apa yang disebut ciri-ciri pribadi yaitu individu yang unik.

6. Melalui bimbingan kelompok individu mencapai tujuannya dan berhubungan dengan

individu lain dengan cara produktif dan inovatif.

Adapun kelemahan dari bimbingan kelompok adalah :

22
1. Tidak semua siswa cocok berada dalam kelompok beberapa diantaranya

membutuhkan perhatian dan intervensi individual.

2. Tidak semua siswa siap atau bersedia untuk bersikap terbuka dan jujur

mengemukakan isi hatinya terhadap teman-temannya di dalam kelompok.

3. Persoalan pribadi satu atau dua anggota kelompok makin kurang mendapat perhatian

dan tanggapan bagaimana mestinya, karena perhatian kelompok terfokus pada

persoalan pribadi anggota yang lain, sebagai akibatnya siswa tidak akan merasa puas.

4. Sering siswa mengharapkan terlalu banyak bantuan dari kelompok, sehingga tidak

berusaha untuk berubah.

5. Sering kelompok bukan dijadikan sarana untuk berlatih melakukan perubahan tapi

justru dipakai sebagai tujuan.

Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok

terdapat kekuatan dan keterbatasan yang harus diperhatikan agar penyelenggaraan bimbingan

kelompok dapat terarah dan berjalan secara lancer serta sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

B. Hipotesis Tindakan

Penelitian tindakan bimbingan dan konseling ini didasari oleh hipotesis bahwa

pendekatan bimbingan kelompok akan dapat meningkatkan motivasi belajar pada mata pelajaran

matematika di kelas IX.3 ajaran 2021/2022 tahun ajaran 2021/2022 secara signifikan.

Melihat masalah tersebut di atas, pemecahan masalah yang paling efektif untuk meningkatkan

motivasi belajar dalam mata pelajaran matematika yaitu melalui pendekatan bimbingan

kelompok.

23
Proses bimbingan kelompok melalui empat mulai dari pembentukan, peralihan,

kegiatan/aktifitas, pengakhiran/penutup.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

tindakan bimbingan konseling yang merupakan salah satu strategi yang memanfaatkan tindakan

nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah

24
dalam bimbingan dan konseling dengan menggabungkan rangkaian tindakan dengan

menggunakan prosedur penelitian.

Menurut Kemmis dan Mc. Taggart (Mohammad Asrori, 2008:68) penelitian tindakan

bimbingan konseling ini pada hakekatnya berupa rangkaian kegiatan yang terdiri dari 4 tahap

terdiri dari : perencanaan, tindakan, pengamatan, refleksi. Keempat langkah tersebut dipandang

sebagai satu siklus penelitian tindakan bimbingan konseling.

B.Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian tindakan bimbingan dan konseling ini berlokasi di SMPIT At Taqwa

Narogong. Lokasi tersebut dipilih karena peneliti bertugas sebagai guru bimbingan dan

konseling.

Waktu penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yakni mulai bulan Oktober 2021 sampai

bulan Desember 2022. Untuk lebih jelasnya alokasi waktu dalam penelitian ini dapat dilihat pada

table di bawah ini:

Tabel 3.1 Jadual Kegiatan Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling

No Kegiatan Oktober November Desember

Minggu Minggu Minggu

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

25
1. Identifikasi,Analisis,Rencan X X

Pemecahan Masalah

2. Penyusunan Proposal X

3. Penyusunan Rencana Pelak- X

sanaan Layanan BK dan

Instrumen Penelitian

4. Pelaksanaan Siklus 1 X X

4. Pelaksanaan Siklus 2 X X

5. Tabulasi dan Analisis Data X X

6. Penyusunan Laporan Hasil X X

Penelitian

C.Subyek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX.3 SMPIT At Taqwa Narogong, semester

ganjil tahun ajaran 2021 / 2022. Banyak siswa di kelas tersebut berjumlah 23 orang terdiri dari

11 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Kelas tersebut dijadikan subjek penelitian karena

sebagian siswa di kelas tersebut mengalami kesulitan dalam belajar dan memiliki motivasi

belajar yang rendah dalam mata pelajaran matematika.

D. Prosedur Penelitian

26
Penelitian tindakan bimbingan dan konseling ini prosedurnya menggunakan model

siklus. Dimana menurut Kemmis dan Mc Taggart ( Mohammad Asrori, 2008 : 68) dalam setiap

siklus mengandung empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dimana siklus kedua sangat tergantung

kepada dampak atau hasil dari pemberian tindakan pada siklus pertama. Hasil refleksi pada

siklus pertama terungkap kekurangannya dan ditindaklanjuti dengan perencanaan siklus kedua.

Menurut Suharsimi Arikunto (2009 : 16) penelitian tindakan bimbingan dan konseling

dilakukan empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, dan diikuti dengan pengamatan

yang sistematik terhadap hasil tindakan yang dilakukan (observasi) dan refleksi .

PELAKSANAAN

PE PENGAMATAN
PER PERENCANAAN
PPERpPPERPE SIKLUS 1 1

REFLEKSI

PELAKSANAAN

PERENCANAAN PENGAMATAN
SIKLUS 2

REFLEKSI

Gambar 1. Bagan Siklus Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling

Model John Elliot ( Muslihuddin, 2012 : 72)

27
Penelitian tindakan bimbingan konseling ini dilaksanakan dalam dua siklus selama tiga bulan.

Adapun pelaksanaannya antara lain :

Menyusun jadwal konseling, perangkat layanan bimbingan konseling berupa

instrument atau angket, satuan layanan konseling kelompok pada setiap siklus dan metode

konseling  yang digunakan pada upaya peningkatan motivasi belajar yakni pendekatan

eksistensial humanistik, dan terapi tingkah laku.

Menyusun rencana tindakan perbaikan motivasi belajar dengan penilaian   yang akan

digunakan pada siklus berikutnya berdasarkan hasil refleksi dan analisis terhadap hasil

pembelajaran pada siklus sebelumnya

Rincian Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus dengan masing-masing siklus dilaksanakan dalam

empat tahap. Tahap-tahap tersebut merupakan tahap perencanaan, pelaksanaaan, pengamatan

(observasi) dan refleksi.

Perencanaan

Dalam tahapan ini disusun perencanaan pembelajaran untuk perbaikan pembelajaran. Dimana

bukan hanya berisi tentang tujuan yang harus dicapai tetapi juga harus lebih ditonjolkan

perlakuan khusus yang harus diberikan.

Pada tahap ini langkah-langkahnya sebagai berikut :

a.    Menganalisis efektifitas waktu belajar.

b.    Membuat need assessment atau instrument penelitian.

c.    Membuat satuan layanan konseling kelompok.

d.   Membuat rangkuman materi yang akan diberikan ke siswa yakni motivasi belajar.

e.    Menyusun alat evaluasi (skala penilaian).

28
f.     Menyiapkan lembar observasi

Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan adalah perlakuan yang dilaksanakan peneliti berdasarkan perencanaan

yang telah disusun. Tindakan adalah perlakuan yang dilaksanakan oleh peneliti sesuai dengan

fokus masalah. Tindakan ini adalah inti dari penelitian, sebagai upaya meningkatkan kinerja guru

untuk menyelesaikan masalah.

Tahap pelaksanaan tindakan meliputi langkah-langkah sebagai berikut :

a.    Tahap pembentukan yaitu upaya penumbuhan minat bersama dalam bimbingan kelompok.

b.    Tahap peralihan, yaitu proses pembentukan interaksi

c.    Tahap kegiatan sharing yang merupakan inti proses bimbingan kelompok

d.   Tahap pengakhiran, yaitu membuat suatu kesimpulan.

Pengamatan (observasi)

Observasi dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang proses pembelajaran yang

dilakukan peneliti sesuai dengan tindakan yang telah disusun. Melalui observasi penelitian dapat

mencatat berbagai kelemahan dan kekuatan yang dilakukan guru dalam melaksanakan tindakan,

sehingga hasilnya dapat dijadikan masukan ketika peneliti melakukan refleksi untuk penyusunan

rencana ulang memasuki putaran atau siklus berikutnya.

Pengamatan dilakukan oleh guru yang dibantu oleh rekan sejawat atau guru mitra selama proses

kegiatan konseling berlangsung.

Adapun hal-hal yang diamati meliputi :

a.      Ketekunan menghadapi tugas

b.      Ulet menghadapi kesulitan.

c.      Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah

29
d.      Lebih senang bekerja sendiri

e.      Cepat bosan dengan tugas-tugas rutin. Hal-hal yang berulang begitu saja sehingga kurang

kreatif.

f.       Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu)

g.      Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.

h.      Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal

Refleksi

Refleksi adalah aktivitas melihat berbagai kekurangan yang dilaksanakan peneliti selama

tindakan. Refleksi dilakukan dengan melakukan diskusi dengan observer yang biasanya

dilakukan oleh teman sejawat. Dari hasil refleksi, guru dapat mencatat segala kekurangan yang

perlu diperbaiki, sehingga dapat dijadikan dasar dalam penyusunan rencana ulang.

Setelah melakukan proses layanan bimbingan konseling, masih ditemukan kekurangan dari segi

peneliti maupun yang diteliti. Kekurangan tersebut misalnya

a. Guru belum mampu memotivasi siswa untuk dapat menyelesaikan masalah yang mengganggu

konsentrasi belajarnya.

b.    Mengelola waktu belum efektif

c.    Proses bimbingan kelompok belum bisa merasakan empati antar konseli

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini baik yang menyangkut perencanaan

tindakan, proses pelaksanaan tindakan, maupun hasil pelaksanaan tindakan yaitu:

1. Satuan layanan bimbingan dan konseling bidang bimbingan belajar dengan jenis layanan

konseling kelompok.

30
2. Pedoman observasi, untuk mengumpulkan data pada saat berlangsungnya pelaksanaan

tindakan baik yang menyangkut kegiatan guru maupun siswa sebagai subjrk penelitian.

3. Angket, instrument ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil yang dicapai

atau perubahan yang terjadi setelah pemberian tindakan. Instrumen ini akan mengungkap

perubahan siswa dalam meningkatkan motivasi belajar matematika dengan cara mengisi

angket tersebut.

F. Analisis Data

Agar setiap data dapat memberikan informasi yang jelas sehingga mudah dipahami, maka data

tersebut perlu disajikan dalam berbagai bentuk penyajian.

Bentuk-bentuk penyajian data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data dalam bentuk tabel

Tabel adalah bentuk penyajian data untuk mengambarkan keadaan sesuatu.

Biasanya sebuah tabel terdiri atas judul kolom, judul baris, dan sumber data.

2. Data dalam bentuk Diagram atau Grafik

Grafik dapat memvisualkan perkembangan sesuatu dalam kurun waktu atau

setiap kegiatan. ( Sanjaya Wina, 2009:115)

Teknik analisis data dalam PTK dapat dilakukan dengan analisis kualitatif dan analisis

kuantitatif. Analisis data kualitatif digunakan untuk menentukan peningkatan proses

konseling khususnya berbagi tindakan yang dilakukan peneliti sedangkan analisis data

kuantitatif  digunakan untuk peningkatan motivasi belajar matematika siswa sebagai pengaruh

dari setiap tindakan yang dilakukan peneliti

Analisis data dapat dilakukan dalam tiga tahap :

1) Reduksi data yaitu kegiatan menyeleksi data disesuaikan dengan fokus masalah.

31
2) Mendeskripsikan data sehingga data yang telah diorganisir menjadi bermakna.

3) Membuat kesimpulan berdasarkan deskripsi data. (Sanjaya wina,2009:107)

G. Pengolahan Data

Langkah-langkah pengolahan data yang digunakan dalam penelitian tindakan bimbingan

dan konseling adalah sebagai berikut :

1. Verifikasi data

Data hasil pemantauan dan evaluasi diteliti untuk mengetahui objektifitas

dan keandalannya.

2. Mengklasifikasikan dan mentabulasikan data

Data dikelompokkan berdasarkan aspek-aspek yang diungkap yaitu mengenai

motivasi belajar kemudian diberi skor dan ditabulasikan.

3. Menghitung Persentase

Data yang ditabulasikan dihitung dan dikonversikan dalam bentuk prosentase.

4. Menganalisis data

Perhitungan dalam bentuk prosentase dianalisis dengan cara membandingkan

dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan .

5. Penyimpulan dan pemaknaan

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Kegiatan Pendahuluan

Pemberian layanan bimbingan dan konseling terhadap siswa, khususnya siswa kelas

IX.3 SMPIT At Taqwa Narogong belum sepenuhnya memberikan hasil sesuai dengan yang

32
diharapkan. Jenis layanan yang telah diberikan belum mampu mengubah kemampuan seluruh

siswa dalam bidang belajar, terutama motivasi belajar siswa di sekolah khususnya dalam mata

pelajaran matematika.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut melalui kegiatan penelitian tindakan

bimbingan dan konseling maka diterapkan pendekatan bimbingan kelompok sebagai upaya

meningkatkan motivasi belajar pada mata pelajaran matematika.

Agar penelitian dilakukan secara efektif dan produktif, maka diselenggarakan

pengamatan awal melalui pemberian angket kepada seluruh siswa di kelas tersebut. Kegiatan ini

dilaksanakan pada tanggal 29 Oktober 2021 serta dilanjutkan dengan pengolahan data, sehingga

setiap siswa mendapatkan skor dan persetase tingkat motivasi belajarnya. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat data pengamatan awal tersebut

Tabel 4.1 Gambaran Umum Hasil Assesment Tentang Motivasi

Belajar Matematika di Kelas IX.3 PRA PTBK

No Nilai Jumlah Siswa Persentase

1. 81 - 100 2 20 %

2. 65 - 80 11 52 %

3. 45 - 64 9 26 %

33
4. 20 - 44 1 2%

23 100 %

Sedangkan nilai ulangan harian matematika sebelum dilaksanakan penelitian tindakan

bimbingan dan konseling adalah seperti yang terlihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2 Gambaran Umum Hasil Ulangan Harian Matematika Di Kelas

IX.3 PRA PTBK

No Nilai Jumlah Siswa Persentase

1. 76 - 100 3 11 %

2. 56 - 75 8 42 %

3. 36 - 55 10 43 %

4. 0 - 35 2 4 %

23 100 %

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa yang memperoleh nilai matematika yang

masih dibawah nilai ketuntasan minimal sebesar 47 % dan berdasarkan hasil nilai assessment

motivasi terdapat 28 % siswa yang masih memiliki motivasi rendah pada mata pelajaran

matematika. Oleh karena itu peneliti melakukan penanganan segera.

Berdasarkan hasil angket dan wawancara dapat disimpulkan bahwa faktor yang menyebabkan

rendahnya motivasi belajar pada mata pelajaran matematika adalah :

a. Belum memahami dan menemukan kekurangan dan kelebihan aspek fisik dalam hubungannya

dengan motivasi belajar.

b. Belum memahami dan menemukan kekurangan dan kelebihan aspek psikis dalam hubungannya

dengan motivasi belajar.

34
c. Belum mampu menerima dan mengarahkan kekurangan dan kelebihan aspek fisik dan psikis

dalam meningkatkan motivasi belajar.

d. Belum memahami tugas pokok dari belajar matematika sehingga motivsi belajarnya rendah.

e. Belum memiliki keyakinan yang kuat akan manfaat mempelajari matematika.

Dilihat dari permasalahan yang diuraikan di atas maka penerapan bimbingan

kelompok merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata

pelajaran matematika

2.Penelitian Siklus 1

a. Perencanaan Tindakan

Perencanaan yang disusun sebelum dilaksanakan tindakan konseling kelompok terdiri dari :

1) Menyusun program bimbingan dan konseling dalam bidang bimbingan belajar dengan materi

pokok peningkatan motivasi belajar.

2) Menyusun satuan layanan dalam bidang belajar dengan jenis layanan bimbingan kelompok.

Langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam bimbingan kelompok terdiri dari tahap

pembentukan yaitu menjelaskan pengertian, tujuan dan kegiatan konseling kelompok dengan

memberikan layanan ajakan dan pembentukan kelompok dengan materi meningkatkan motivasi

belajar matematika jumlah siswa yang hadir 23 siswa dibagi menjadi 4 kelompok, tahap

peralihan yaitu masa setelah pembentukan kelompok kegiatan utamanya yaitu memantau

ekspresi, emosi dan interaksi dalam kelompok, selajutnya tahap kegiatan utama dalam konseling

kelompok tahap ini disebut tahap bekerja atau tindakan inti, tahap pengakhiran adalah tahap

memberikan kesempatan pada anggota kelompok.

35
3) Untuk memperjelas pengalamannya, mengkonsolidasikan hasil bimbingan kelompok, membuat

keputusan akhir dalam kelompok mengenai peningkatan motivasi belajar yang dapat diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari.

4) Menyusun pedoman observasi atau pengamatan untuk menilai berjalannya proses pemberian

tindakan, dalam hal ini penyelenggaraan bimbingan kelompok. Observasi ini dilakukan baik

untuk aktivitas konselor/ guru pembimbing maupun aktivitas klien atau siswa.

5) Menyusun alat penilaian dalam bentuk angket. Alat ini digunakan untuk mengumpulkan data

dari siswa mengenai perubahan yang terjadi setelah pemberian tindakan bimbingan dan

konseling pada siklus 1. Perubahannya adalah ada atau tidaknya peningkatan motivasi belajar

siswa.

6) Membuat kriteria keberhasilan . Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini ditetapkan sebesar 65

%. Artinya siswa dinyatakan memiliki motivasi belajar yang tinggi apabila persentase jawaban

mencapai angka 65 % atau lebih.

b. Pelaksanaan tindakan

Pertemuan Pertama

Penyelenggaraan konseling kelompok pertemuan pertama pada tanggal 3 November

2021 bertempat di kelas IX.3. Adapun kegiatannya sebagai berikut :

Tahap pertama yaitu pembentukan, apada tahap ini konselor menumbuhkan minat klien,

menjelaskan pengertian dan tujuan dari konseling kelompok dan ajakan untuk memasuki

kegiatan kkonseling kelompok yaitu pembentukan kelompok jumlah siswa 23 dibagi 4 kelompok

dan pada tahap ini konselor mulai menjelaskan tentang motivasi belajar.

Tahap kedua yaitu peralihan, pada tahap ini adalah masa antara pembentukan kelompok

ke kegiatan utama yaitu memantau ekspresi, emosi dan interaksi dalam kelompok.

36
Tahap ketiga yaitu kegiatan atau aktivitas, pada tahap ini merupakan kegiatan inti dari

konseling kelompok, waktu yang dibutuhkan sangat banyak karena disinilah aktivitas yang

sangat diharapkan yaitu dinamika kelompok, masing-masing kelompok mengeskplorasi, atas

permintaan konselor, siswa menyampaikan situasi yang dirasakan yang berkenaan dengan

motivasi belajar dan klien atau siswa diajak untuk memberikan makna terhadap permasalahan

yang dihadapi.

Tahap keempat yaitu pengakhiran , dalam tahap ini diberikan kesempatan kepada

kelompok untuk memperjelas pengalamannya, mengkonsolidasi hasil dari bimbingan kelompok,

membuat keputusan akhir dalam kelompok atau mengambil kesimpulan yang dapat bermanfaat

mengenai upaya meningkatklan motivasi belajar sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari, pada tahap ini konselor memberikan kesempatan pada masing-masing kelompok

oleh wakilnya mengemukakan hasil dari bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok diakhiri

atau ditutup oleh konselor dengan memberikan kesimpulan akhir dalam mengatasi masalah

motivasi belajar khususnya pada pelajaran matematika.

Dalam proses bimbingan kelompok, siswa atau konseli didorong agar memberikan

respon terhadap pertanyaan atau pernyataan konselor, diantara respon tersebut adalah :

1. Kelompok satu menjelaskan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan motivasi belajar

matematika rendah adalah kondisi fisik misalnya sulit konsentrasi, penglihatan yang kurang jelas

sehingga sulit memahami materi pelajaran matematika, kurang memfungsikan panca indera.

Salah satu usahanya adalah rajin memerikasa kondisi keshatan dan upaya perbaikan gizi.

2. Kelompok dua menjelaskan bahwa faktor yang menyebabkan motivasi belajar matematika

rendah adalah kondisi psikis misalnya kurangnya minat, kurang menarik atau kurang

menyenangkan, merasa diri tidak mampu atau kurang percaya diri, merasa sulit mempelajarinya,

37
kadang-kadang menimbulkan stress dan adanya rasa takut. Salah satu usahanya adalah adanya

kemauan untuk konsultasi dengan guru bimbingan dan konseling, membuat perasaan bahwa

materi matematika itu mudah dan bisa mengerjakan.

3. Kelompok tiga mengemukakan bahwa mata pelajaran matematika muatan materinya terlalu

banyak dan berat karena siswa merasa satu materi belum mengerti sudah dihadapkan dengan

materi baru yang lebih sulit bahkan kadang-kadang cara guru menyampaikan sulit difahami/

metode mengajar yang kurang menarik, kurangnya sarana dan prasarana yang memadai.

Sebaiknya pemberian materi secara bertahap sampai betul-betul mengerti setiap materi

pembelajaran, kurikulumnya jangan terlalu berat.

4. Kelompok empat mengemukakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh rendahnya motivasi

belajar matematika adalah faktor lingkungan baik di rumah maupun di sekolah misalnya di

sekolah kadang guru kurang bersahabat dan teman yang kurang memberikan semangat belajar,

faktor lingkungan rumah misalnya keadaan di rumah yang tidak nyaman, orang tua kurang

mendukung kadang tidak membantu atau tidak member semangat juga gangguan media

5. elektronik. Salah satu usahanya adalah ciptakan suasana di rumah dan di sekolah yang

menyenangkan, yang membangkitkan gairah dan semangat dalam belajar matematika.

Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 10 November 2021 bertempat di ruang kelas

IX.3. Pelaksanaan tindakan pada pertemuan kedua siklus 1 adalah konselor mengungkapkan

kembali hasil dari pemberian layanan bimbingan konseling dengan pendekatan bimbingan

kelompok tentang meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika sesuai

dengan hasil pertemuan pertama. Selanjutnya masing masing dari kelompok mengemukakan

38
kembali hasil dari proses bimbingan kelompok seperti pada pertemuan pertama. Setelah selesai

konselor memberikan kembali angket tentang motivasi belajar siswa pada mata pelajaran

matematika untuk melihat hasil perkembangan dari proses penelitian tindakan bimbingan dan

konseling.

Setelah selesai melaksanakan pertemuan kedua dalam siklus l, peneliti meminta bantuan pada

guru mata pelajaran matematika untuk melaksanakan ulangan harian sebagai usaha untuk

melihat perkembangan atau perubahan hasil dari pemberian layanan.

c. Observasi atau Pengamatan

1. Proses Pelaksanaan Tindakan

Hasil pengamatan terhadap proses pelaksanaan tindakan dilakukan oleh teman sejawat

baik terhadap aktivitas konselor maupun aktivitas konseli dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.3 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Konselor Siklus 1

Penilai
No Aspek Pengamatan an
Baik Cukup Kurang
1. Tahap Attending
a.Penerimaan kehadiran konsel V
b.Menggali pernyataan konseli secara verbal V
c.Mendengarkan untuk mendapatkan informasi V
konseli
2, Tahap Responding
a.Kemampuan merespon terhadap isi V
b.Kemampuan merespon terhadap makna V
3. Tahap Personalizing
a.Mengajak konseli untuk melihat masalahnya V
b.Mengajak konseli agar V

39
mempertanggungjawabkan masalahnya
c.Menjaga komunikasi positif yang terbentuk V
d.Memberikan pemahaman terhadap konseli V
keberartian suatu pengalaman bagi dirinya
e.Merumuskan yang menjadi kekurangan V
konseli
f.Merumuskan perilaku sebagai jawaban V
terhadap masalah yang dihadapi konseli
4. Tahap Initiating
a.Mendorong konseli agar memiliki kekuatan V
untuk mencapai tujuan
b.Mendorong konseli agar memprogram V
pencapaian tujuan
c.Memberikan penguatan baik positif atau V
negative
d.Memberikan semangat pencapaian tujuan V

Tabel 4.4 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Konseli pada Siklus 1

No Aspek Pengamatan Penilaian


Baik Cukup Kurang
1. Tahap Pembentukan
a.Kehadiran dengan penuh kesadaran V
b.Pembentukan kelompok V
c.Pernyataan kelompok secara verbal V
2. Tahap Peralihan
a.Adanya kesadaran kesukarelaan V
b.Kelompok menyampaikan situasi V
yang dirasakannya
c.Kelompok mengekspresikan perasaannya V
d.Kelompok mengeksplorasi alasan terhadap V
perasaannya
3. Tahap Kegiatan/ Tindakan

40
a.Adanya pemahaman akan makna, masalah, V
dan tujuan
b.Kelompok menemukan cara dan V
pemecahannya
c.Kelompok menemukan alternatif tindakan V
yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut
d.Kelompok dapat menyelesaikan masalah V
dengan tuntas
4. Tahap Pengakkhiran
a.Kelompok mengemukakan hasil kegiatan V
b.Mengemukakan kesimpulan kesan ,pesan V
dan harapan
c.Merumuskan tujuan,kesimpulan untuk V
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
d.Adanya kepuasan baik konseli dan konselor V

Dari hasil pengamatan terhadap proses pelaksanaan tindakan bimbingan konseling pada siklus 1

pertemuan 1 yang dilakukan oleh teman sejawat tergambar dari aktivitas konselor pada tahap

attending aspek menggali pernyataan konseli dalam bimbingan kelompok secara verbal dan non

verbal.

Tahap personalizing aspek mengajak kelompok mempertanggungjawabkan masalahnya dan

merumuskan yang menjadi kekurangan konseli, tahap initiating aspek memberikan penguatan

baik positif maupun negatif dikategorikan kurang. Sedangkan tahap personalizing aspek

mengajak konseli mellihat masalahnya dikategorikan baik. Aspek lainnya dikategorikan cukup.

2. Hasil Pemberian Tindakan

Untuk melihat ada tidaknya perubahan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran

matematika, peneliti menyebarkan angket terhadap siswa yang menjadi subjek penelitian.

Hasilnya dapat dilihat dalam table berikut ini

41
Tabel 4.5 Gambaran Umum Assesment Motivasi Belajar PraPTBK dan Siklus1

No Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase


Nilai/Skor Siswa Pra PTBK Siswa Siklus 1

1. 81 - 100 2 20 % 3 29 %

2. 65 - 80 11 52 % 8 53%

3. 45 - 64 9 26 % 10 16 %

4. 20 - 44 1 2% 2 2%
23 100 % 45 100 %

Tabel 4.6 Gambaran Umum Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran

Matematika Berdasarkan Assessment Motivasi Pra PTBK Dan Siklus 1

No Nama Pra PTBK Siklus 1

1. Dea Nurzaskia 52% 54%

2. El Sweet Prasetya 50% 55%

3. Fadhlan Rizki Ramadhan 64% 65%

4. Hanif Fahmi Hakim 64% 65%

5. Hapsari Sekar Ayu 61% 64%

42
6. Ibnu Rapitullah 62% 64%

7. Inas Rafifa Rahma 42% 49%

8. Indah Aryanti K. S. 64% 70%

9. Kayyisah Nailah 61% 64%

10. M. Farel Firdaus 62% 70%

11. M. Afriza Yosaviano 55% 70%

12. M. Zaki Alfian 64% 64%

13. Nabila Alya Rafi'a Dinda 63% 64%

Rata-rata 58,9% 63,7%

Grafik 4.1 Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Pra PTBK dan Siklus I

43
65.00%
64.00%
63.00%
62.00%
61.00%
60.00%
59.00%
58.00%
57.00%
56.00%
Pra PTBK Siklus I

Dari data diatas jelas sewaktu belum PTBK siswa yang memiliki motivasi yang rendah

sebanyak 13 orang atau 28 % dari jumlah siswa kelas IX.3 Setelah dilaksanakan siklus 1 jumlah

siswa yang motivasi rendah berkurang jadi 8 orang atau 20 % dari jumlah siswa. Artinya

terdapat peningkatan motivasi belajar siswa dilihat dari rata-rata pra PTBK sebesar 58,9 %.

Setelah dilaksanakan PTBK melalui siklus 1 meningkat menjadi 63,7 % atau adanya peningkatan

sebesar 4,8 %.

Berdasarkan hasil analisis tersebut di atas maka penelitian tindakan bimbingan dan

konseling dalam meningkatkan motivasi belajar pada mata pelajaran matematika belm mencapai

hasil yang diharapkan. Untuk itu perlu dilanjutkan ke kegiatan siklus II.

Temuan essensial berdasarkan hasil observasi pada siklus 1

Kegiatan Peneliti Temuan essensial pada siklus 1

44
Pra kegiatan Siswa merasa tidak nyaman sewaktu peneliti

memasuki ruangan kelas disertai satu orang observer

Apersepsi Siswa belum dapat mengemukakan konsepsi awal

Kegiatan Bimbingan Masih ada siswa yang kurang aktif dalam

Kelompok pembetukan kelompok, siswa kurang aktif, masih

belum terjalin kerjasama yang kompak

Hasil tes motivasi belajar Rata-rata skor 63,7% (kategori sedang) ada kenaikan
4,8% dari data awal 58,9 %

Setelah dilaksanakan siklus 1 juga melihat perkembangan hasil ulangan matematika

ternyata mengalami peningkatan sebelum siklus1 nilai rata-rata ulangan harian matematika

adalah 59,8% ternyata mengalami peningkatan nilai ulangan harian matematika menjadi 72,3%

atau mengalami peningkatan 12,5% dengan standar KKM 75%.

d.Refleksi

Refleksi dilaksanakan setelah tahapan observasi atau pengamatan dilakukan baik

terhadap proses pelaksanaan tindakan maupun hasil pemberian tindakan. Hasil pengamatan

dilakukan baik terhadap proses pelaksanaan tindakan menjadi salah satu bahan analisis. Selain

itu data yang diperoleh melalui angket untuk melihat perubahan yang terjadi setelah pemberian

tindakan juga menjadi juga menjadi bahan analisis dalam kegiatan refleksi

Kegiatan refleksi dilaksanakan pada tanggal 10 November 2021 yang dilaksanakan

46

45
di ruang bimbingan dan konseling SMPIT At Taqwa Narogong dan dihadiri oleh teman sejawat.

Dalam pertemuan tersebut antara peneliti dan teman sejawat mengadakan diskusi, tukar pikiran

dan sumbang saran serta secara bersama-sama membahas data hasil pengamatan pertemuan

pertama dan pertemuan kedua pada siklus 1. Dan dalam kesempatan ini dibahas dan dianalisis

data hasil pemberian angket yang mengungkap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran

matematika.

Berikut ini merupakan hasil pembahasan analisis terhadap data-data yang ada baik dari

proses maupun hasil pemberian tindakan bimbingan dan konseling.

1. Aktivitas konselor dalam pelaksanaan bimbingan kelompok dapat dikategirikan cukup.

2. Hasil penilaian terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika , berdasarkan

data hasil pengolahan menunjukkan pemberian tindakan pada siklus I lebih mampu

meningkatkan motivasi belajar siswa mencapai angka rata-rata 63,7 %. Pencapaian tersebut jika

dibandingkaan dengan data penelitian pendahuluan yang berada pada rata-rata 58,9 % berarti ada

peningkatan sebesar 4,8%. Jika dibandingkan dengan kriteria keberhasilan sebesar 65%, maka

angka 63,7% masih belum mencapai tingkat keberhasilan yang diharapkan.

Berdasarkan data hasil analisis tersebut, maka penelitian tindakan bimbingan dan konseling perlu

dilanjutkan pada siklus II

3. Hasil ulangan harian matematika setelah dilaksanakan siklus 1 mengalami peningkatan. Data

Penelitian awal nilai rata-rata ulangan harian matematika adalah 59,8%, setelah siklus satu

nilai harian matematika meningkat menjadi 72,3% atau mengalami peningkatan 12,5%. Jika

dibandingkan dengan kriteria KKM sebesar 75%, maka angka 72,3% belum mencapai hasil

yang diharapkan, maka penelitian tindakan perlu dilanjutkan.

46
3. Penelitian Siklus II

a. Perencanaan Tindakan

Pada siklus kedua perencanaan yang dibuat sebelum pelaksanaan tindakan bimbingan

kelompok yaitu :

1. Menyusun satuan layanan dalam meningkatkan motivasi belajar pada mata pelajaran matematika

melalui tahap-tahap: tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan dan tahap pengakhiran.

2. Menyusun pedoman observasi atau pengamatan menilai berjalannya proses pemberian tindakan

yaitu bimbingan kelompok, baik terhadap konselor (pembimbing) maupun klien (siswa).

3. Menyusun alat penilaian dalam bentuk angket. Alat ini digunakan untuk mengumpulkan data

dari siswa mengenai perubahan yang terjadi setelah pemberian bimbingan kelompok pada siklus

II. Perubahan yang dimaksud yaitu ada tidaknya peningkatan motivasi belajar siswa pada mata

pelajaran matematika.

4. Menetapkan kriteria keberhasilan . Kriteria keberhasilan dalam siklus II ini sama dengan kriteria

pada siklus I yaitu siswa dinyatakan memiliki motivasi tinggi jika prosentase jawaban mencapai

65% atau lebih.

Pelaksanaan Tindakan

1. Pertemuan Pertama

Pertemuan ini dilaksanakan pada tanggal 17 Nopember 2021 bertempat di ruang kelas IX.3

SMPIT At Taqwa Narogong, dengan tahapan sebagai berikut:

Tahap pertama yaitu pembentukan, pada tahap ini konselor menumbuhkan minat klien,

menjelaskan pengertian dan tujuan dari konseling kelompok dan ajakan untuk memasuki

47
kegiatan konseling kelompok yaitu pembentukan kelompok jumlah siswa 23 dibagi 4 kelompok

dan pada tahap ini konselor mulai menjelaskan tentang motivasi belajar.

Tahap kedua yaitu peralihan, pada tahap ini adalah masa antara pembentukan kelompok

ke kegiatan utama yaitu memantau ekspresi, emosi dan interaksi dalam kelompok.

Tahap ketiga yaitu kegiatan atau aktivitas, pada tahap ini merupakan kegiatan inti dari

konseling kelompok, waktu yang dibutuhkan sangat banyak karena disinilah aktivitas yang

sangat diharapkan yaitu dinamika kelompok, masing-masing kelompok mengeskplorasi, atas

permintaan konselor, siswa menyampaikan situasi yang dirasakan yang berkenaan dengan

motivasi belajar dan klien atau siswa diajak untuk memberikan makna terhadap permasalahan

yang dihadapi.

Tahap keempat yaitu pengakhiran , dalam tahap ini diberikan kesempatan kepada

kelompok untuk memperjelas pengalamannya, mengkonsolidasi hasil dari bimbingan kelompok,

membuat keputusan akhir dalam kelompok atau mengambil kesimpulan yang dapat bermanfaat

mengenai upaya meningkatklan motivasi belajar sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari, pada tahap ini konselor memberikan kesempatan pada masing-masing kelompok

oleh wakilnya mengemukakan hasil dari bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok diakhiri

atau ditutup oleh konselor dengan memberikan kesimpulan akhir dalam mengatasi masalah

motivasi belajar khususnya pada pelajaran matematika.

Dalam proses bimbingan kelompok, siswa atau konseli didorong agar memberikan

respon terhadap pertanyaan atau pernyataan konselor, diantara respon tersebut adalah :

1. Kelompok satu menjelaskan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan motivasi belajar

matematika rendah adalah kondisi fisik misalnya sulit konsentrasi, penglihatan yang kurang jelas

48
2. sehingga sulit memahami materi pelajaran matematika, kurang memfungsikan panca indera.

Salah satu usahanya adalah rajin memerikasa kondisi kesehatan dan upaya perbaikan gizi.

3. Kelompok dua menjelaskan bahwa faktor yang menyebabkan motivasi belajar matematika

rendah adalah kondisi psikis misalnya kurangnya minat, kurang menarik atau kurang

menyenangkan, merasa diri tidak mampu atau kurang percaya diri, merasa sulit mempelajarinya,

kadang-kadang menimbulkan stress dan adanya rasa takut. Salah satu usahanya adalah adanya

kemauan untuk konsultasi dengan guru bimbingan dan konseling, membuat perasaan bahwa

materi matematikan itu mudah dan bisa mengerjakan.

4. Kelompok tiga mengemukakan bahwa mata pelajaran matematika muatan materinya terlalu

banyak dan berat karena siswa merasa satu materi belum mengerti sudah dihadapkan dengan

materi baru yang lebih sulit bahkan kadang-kadang cara guru menyampaikan sulit difahami/

metode mengajar yang kurang menarik, kurangnya sarana dan prasarana yang memadai.

Sebaiknya pemberian materi secara bertahap sampai betul-betul mengerti setiap materi

pembelajaran, kurikulumnya jangan terlalu berat.

5. Kelompok empat mengemukakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh rendahnya motivasi

belajar matematika adalah faktor lingkungan baik di rumah maupun di sekolah misalnya di

sekolah kadang guru kurang bersahabat dan teman yang kurang memberikan semangat belajar,

faktor lingkungan rumah misalnya keadaan di rumah yang tidak nyaman, orang tua kurang

mendukung kadang tidak membantu atau tidak member semangat juga gangguan media

elektronik. Salah satu usahanya adalah ciptakan suasana di rumah dan di sekolah yang

menyenangkan, yang membangkitkan gairah dan semangat dalam belajar matematika.

2. Pertemuan Kedua

49
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 24 Nopember 2021 di kelas IX.3 SMPIT At Taqwa

Narogong.

Tahap pertama yaitu pembentukan, pada tahap ini konselor menumbuhkan minat

klien, menjelaskan pengertian dan tujuan dari konseling kelompok dan ajakan untuk memasuki

kegiatan konseling kelompok yaitu pembentukan kelompok, pada tahap ini konselor mulai

menjelaskan tentang motivasi belajar terutama pada mata pelajaran matematika.

Tahap kedua yaitu peralihan, pada tahap ini adalah masa antara pembentukan kelompok

ke kegiatan utama yaitu memantau ekspresi, emosi dan interaksi dalam kelompok.

Tahap ketiga yaitu kegiatan atau aktivitas, pada tahap ini merupakan kegiatan inti dari

konseling kelompok, waktu yang dibutuhkan sangat banyak karena disinilah aktivitas yang

sangat diharapkan yaitu dinamika kelompok, masing-masing kelompok mengeskplorasi, atas

permintaan konselor, siswa menyampaikan situasi yang dirasakan yang berkenaan dengan

motivasi belajar dan klien atau siswa diajak untuk memberikan makna terhadap permasalahan

yang dihadapi.

Tahap keempat yaitu pengakhiran, dalam tahap ini diberikan kesempatan kepada

kelompok untuk memperjelas pengalamannya, mengkonsolidasi hasil dari bimbingan kelompok,

membuat keputusan akhir dalam kelompok atau mengambil kesimpulan yang dapat bermanfaat

mengenai upaya meningkatklan motivasi belajar sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari, pada tahap ini konselor memberikan kesempatan pada masing-masing kelompok

oleh wakilnya mengemukakan hasil dari bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok diakhiri

atau ditutup oleh konselor dengan memberikan kesimpulan akhir dalam mengatasi masalah

motivasi belajar khususnya pada pelajaran matematika.

50
Setelah selesai kegiatan bimbingan kelompok siswa diberi angket untuk mengetahui

sejauh mana keberhasilan proses pemberian layanan bimbingan kelompok mengenai motivasi

belajar siswa pada mata pelajaran matematika.

c. Observasi atau Pengamatan

1. Proses Pelaksanaan Tindakan

Hasil pengamatan teman sejawat terhadap pelaksanaan tindakan bimbingan konseling pada

siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.7 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Konselor Siklus II

Penilaia
No Aspek Pengamatan n
Baik Cukup Kurang
1. Tahap Attending
a.Penerimaan kehadiran konseli V
b.Menggali pernyataan konseli secara verbal V
c.Mendengarkan untuk mendapatkan informasi V
2, Tahap Responding
a.Kemampuan merespon terhadap isi V
b.Kemampuan merespon terhadap makna V
3. Tahap Personalizing
a.Mengajak konseli untuk melihat masalahnya V
b.Mengajak konseli agar mempertanggungjawab V
kan masalahnya
c.Menjaga komunikasi positif yang terbentuk V
d.Memberikan pemahaman terhadap konseli V
keberartian suatu pengalaman bagi dirinya
e.Merumuskan yang menjadi kekurangan konseli V
f.Merumuskan perilaku sebagai jawaban terhadap V
masalah yang dihadapi konseli
4. Tahap Initiating
a.Mendorong konseli agar memiliki kekuatan V
untuk mencapai tujuan
b.Mendorong konseli agar memprogram langkah V
pencapaian tujuan
c.Memberikan penguatan baik positif atau negatif V
d.Memberikan semangat pencapaian tujuan V

Tabel 4.8 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Konseli pada Siklus II

51
No Aspek Pengamatan Penilaian
Baik Cukup Kurang
1. Tahap Pembentukan
a.Kehadiran dengan penuh kesadaran V
b.Pembentukan kelompok V
c.Pernyataan kelompok secara verbal V
2. Tahap Peralihan
a.Adanya kesadaran kesukarelaan V
b.Kelompok menyampaikan situasi V
yang dirasakannya
c.Kelompok mengekspresikan perasaannya V
d.Kelompok mengeksplorasi alasan V
terhadap perasaannya
3. Tahap Kegiatan/ Tindakan
a.Adanya pemahaman akan makna, V
masalah, dan tujuan
b.Kelompok menemukan cara dan V
pemecahannya
c.Kelompok menemukan alternatif tindakan V
yang sesuai dengan nilai-nilai yangdianut
d.Kelompok dapat menyelesaikan masalah V
dengan tuntas
4. Tahap Pengakkhiran
a.Kelompok mengemukakan hasil kegiatan V
b.Mengemukakan kesimpulan kesan ,pesan V
dan harapan
c.Merumuskan tujuan,kesimpulan untuk V
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
d.Adanya kepuasan baik konseli dan V
konselor

Dalam pertemuan ini aktivitas konselor maupun aktivitas konseli mengalami

peningkatan dari kategori cukup menjadi baik. Dan pada pertemuan ini adanya kepuasan baik

konselor maupun konseli.

52
Temuan essensial berdasarkan hasil observasi pada siklus II

Kegiatan Peneliti Temuan essensial pada siklus II

Pra kegiatan Siswa merasa merasa nyaman dan antusias sewaktu

peneliti memasuki ruangan kelas disertai satu orang

observer

Apersepsi Siswa sudah dapat mengemukakan konsepsi awal

Kegiatan Bimbingan siswa aktif dalam pembetukan kelompok, sudah

Kelompok terjalin kerjasama yang kompak mengarah kepada

tujuan bersama, adanya kepuasan baik siswa maupun

guru, siswa aktif mengemukan perasaan dan kesan

Hasil tes motivasi belajar Rata-rata skor 71,7% (kategori tinggi) jika
dibandingkan dengan kriteria yaitu 65% ada
kenaikan 8% dari siklus I yaitu 63,7%

2) Hasil Pemberian Tindakan

Dampak positif pemberian tindakan melalui penerapan bimbingan kelompok dapat

motivasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran matematika, hal ini dapat terlihat dari data

hasil penyebaran angket terhadap siswa yang menjadi subjek penelitian . Data peningkatan

motivasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika pada siklus II dapat dilihat pada tabel

berikut.

53
Tabel 4.9 Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran

Matematika Pada Siklus I dan Siklus II

No Nama Siklus I Siklus 2

1. Dea Nurzaskia 54% 65%

2. El Sweet Prasetya 55% 67%

3. Fadhlan Rizki 65% 70%

4. Muchamad Farel 65% 69%

5. Muhammad Afriza 64% 71%

6. Muhammad Zaki 64% 74%

7. Nabila Alya Rafi'a 49% 62%

8. Fadhlan Rizki 70% 75%

9. Hanif Fahmi Hakim 64% 70%

10. Hapsari Sekar Ayu 70% 75%

11. Ibnu Rapitullah 70% 76%

12. Inas Rafifa Rahma 64% 73%

13. Indah Aryanti 64% 70%

Rata-rata 63,7% 71,7%

Selanjutnya perubahan peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran

matematika dari siklus I ke Siklus II dapat digambarkan dalam bentuk grafik berikut ini.

54
Grafik 4.2 Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Pada Siklus I dan Siklus 2

72%

70%

68%

66%

64%

62%

60%

58%
sikus 1 siklus 2

Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa ada kenaikan yang signifikan

motivasi belajar siswa setelah dilaksanakan siklus II yaitu adanya kenaikan sebesar 8%, pada

siklus I sebesar 63,7 % dan setelah siklus II menjadi 71,7%.

d. Refleksi

Refleksi dilaksanakan setelah tahapan observasi atau pengamatan dilakukan baik

terhadap proses pelaksanaan tindakan maupun hasil pemberian tindakan. Hasil pengamatan

dilakukan baik terhadap proses pelaksanaan tindakan menjadi salah satu bahan analisis. Selain

itu data yang diperoleh melalui angket untuk melihat perubahan yang terjadi setelah pemberian

tindakan juga menjadi juga menjadi bahan analisis dalam kegiatan refleksi

Kegiatan refleksi siklus II dilaksanakan pada tanggal 17 November 2021 di ruang

bimbingan dan konseling SMPIT At Taqwa Narogong dan dihadiri oleh teman sejawat. Dalam

55
pertemuan tersebut antara peneliti dan teman sejawat mengadakan diskusi, tukar pikiran dan

sumbang saran serta secara bersama-sama membahas data hasil pengamatan pertemuan pertama

dan pertemuan kedua pada siklus II. Dan dalam kesempatan ini dibahas dan dianalisis data hasil

pemberian angket yang mengungkap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika.

Setelah mencermati, mengkaji dan menganalisis data yang ada, maka peneliti dan

teman sejawat dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Aktivitas Guru Pembimbing dan siswa secara umum mencapai kategori baik, dan adanya

pemahaman yang tinggi dengan meningkatnya motivasi belajar dan adanya rasa puas baik

siswa maupun guru.

2. Pelaksanaan tindakan melalui bimbingan kelompok telah membawa perubahan yang positif

pada peningkatan motivasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran matematika. Data

penelitian siklus II tingkat motivasi belajar siswa mencapai angka 71,7% jika dibandingkan

dengan hasil penelitian siklus I terjadi peningkatan sebesar 8% dimana angka rata-rata siklus I

berada pada angka 63,7%.

Tingkat pencapaian hasil penelitian siklus II yang mencapai angka rata-rata

71,7% persen berarti telah mencapai hasil yang diharapkan, dimana angka tersebut telah

melampaui kriteria keberhasilan sebesar 65%.

Begitupun hasil ulangan harian matematika setelah siklus II mengalami

peningkatan yang signifikan yaitu 76,1 % meningkat 3,2% jika dibandingkan dengan hasil

ulangan setelah siklus I yaitu 72,3%. Tingkat pencapaian nilai rata-rata 76,1% sudah

melampaui nilai KKM yaitu 75.

56
Oleh karena itu penelitian tindakan bimbingan dan konseling dalam upaya

meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika dianggap cukup dan

tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.

B. Pembahasan

Penerapan bimbingan kelompok dalam penelitian tindakan bimbingan dan konseling

merupakan upaya membantu siswa dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan

motivasi belajar khususnya pada mata pelajaran matematika.

Berdasarkan deskripsi kegiatan dan analisis yang telah dilakukan menunjukkan

adanya peningkatan pemahaman siswa terhadap pengertian motivasi, siswa dapat

mengidentifikasi motivasinya sendiri, berempati dengan keadaan / kebutuhan motivasi orang

lain serta berusaha meningkatkan motivasinya sendiri dirinya dan orang lain. Hal ini tercermin

dalam pemahaman, aktivitas maupun peningkatan hasil tes motivasi belajar sebelum

penelitian tindakan bimbingan konseling sebagai data awal sebesar 58,9%. Setelah siklus I

meningkat rata-ratanya menjadi 63,7%. Hal ini membuktikan adanya peningkatan sebesar

4,8% .

Penerapan bimbingan kelompok pada siklus II mengenai motivasi belajar siswa

pada mata pelajaran matematika menunjukkan peningkatan yang signifikan, pada siklus I

angka rata-rata yang diperoleh 63,7% setelah siklus II rata-rata yang diperoleh menjadi 71,7%

berarti mengalami peningkatan sebesar 8%.Hal ini sudah melampaui kriteria yaitu 65%.

Begitupun dengan hasil nilai ulangan harian matematika, data awal sebelum

penelitian tindakan bimbingan konseling mengenai motivasi belajar, nilai rata-rata yang

diperoleh 59,8%. Setelah dilaksanakan siklus I, nilai ulangan harian matematika rata-ratanya

58

57
menjadi 72,3% berarti adanya peningkatan sebesar 12,5%. Setelah dilanjutkan dengan siklus

II, nilai ulangan harianpun meningkat rata-ratanya menjadi 76,1%, adanya peningkatan

sebesar 3,2% dan sudah memenuhi kriteria ketuntasan minimal yaitu 75.

Untuk jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Grafik 4.3 Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Pra PTBK, Siklus I,Siklus II

1
0.9
0.8
0.7
0.6 Motivasi 58,9% 63,7%
0.5 71,7%
NH.Mat 59,8% 72,3%
0.4 76,1%
0.3
0.2
0.1
0
Pra PTBK Siklus I SiklusII

Maka berdasarkan data yang telah diolah dan dianalis tersebut dapat

menjawab pertanyaan penelitian yang diuraikan sebagai berikut:

1. Peningkatan motivasi belajar pada mata pelajaran matematika meningkat signifikan

melalui bimbingan kelompok dan sangat efektif dalam kegiatan

pembelajaran.Apabila motivasi belajar tinggi maka akan lebih mudah mencapai

prestasi sesuai dengan pendapat Satria Hadi Lubis (2007:229) menyatakan bahwa

individu yang ingin sukses membutuhkan semangat (motivasi) sebagai modal awal,

58
tujuan (visi) sebagai harapan dan impian (cita-cita), pelaksanaan (aksi) yaitu cara

yang ditempuh untuk mewujudkannya.

2. Gambaran motivasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika sebagai data awal

adalah rata-rata siswa memiliki motivasi belajar yang rendah, sebesar 58,9%.

Terjadi proses peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika

sesudah melaksanakan bimbingan kelompok setelah siklus I rata-ratanya menjadi

63,7% atau mengalami peningkatan 4,8%. Dan setelah siklus II rata-ratanya menjadi

71,7% atau mengalami peningkatan 8%.

3. Terjadi juga proses peningkatan prestasi belajar siswa dari ulangan harian awal rata-

rata sebagai data awal yaitu 59,8%. Setelah dilaksanakan siklus I diadakan ulangan

harian dan diperoleh rata-rata 72,3% adanya peningkatan sebesar 12,5%. Setelah

dilaksanakan siklus II diadakan lagi ulangan harian diperoleh rata-rata 76,1% adanya

peningkatan sebesar 3,2%/

BAB V

59
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan bimbingan dan konseling terhadap

siswa kelas IX.3 SMPIT At Taqwa Narogong tahun pelajaran 2021/2022 yang telah

dideskripsikan pada uraian sebelumnya maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Penerapan bimbingan kelompok dalam kegiatan bimbingan dan konseling dapat

membantu meningkatkan motivasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran

matematika.

2. Data hasil penelitian siklus I dengan diterapkannya bimbingan kelompok ternyata

dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sebesar 4,8% dari 58,9% pada Pra

PTBK menjadi 63,7% pada Siklus I. Kemudian hasil penelitian siklus II meningkat

lagi sebesar 8% dari 63,7% pada Siklus I menjadi 71,7% pda Siklus II.

3. Data hasil penelitian setelah diterapkan bimbingan kelompok memiliki pengaruh

pada hasil belajar siswa dari data awal nilai rata-rata ualangan harian diperoleh

59,8%. Setelah dilaksanakan Siklus I nilai ulangan harian meningkat rata-ratanya

menjadi 72,3% mengalami peningkatan sebesar 12,5%. Dan setelah dilaksakan

lagi siklus II, rata-rata nilai ulangan harianpun meningkat menjadi 76,1%, adanya

peningkatan sebesar 3,2%.

4. Melalui penerapan bimbingan kelompok, siswa memiliki pemahaman dalam upaya

meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika.

60
5. Kegiatan bimbingan kelompok sangat membantu dan dapat meingkatkan

pemahaman tentang motivasi belajar dan upaya untuk meningkatkan prestasi

belajar , strategi ini sangat efektif untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan.

B. Saran

Berdasarkan kajian teoritis dan hasil penelitian , ada beberapa saran yang

peneliti kemukakan sebagai berikut:

1. Agar penyelenggaran program bimbingan dan konseling mencapai hasil yang

optimal dibutuhkan inovasi dan improvisasi secara terus menerus sesuai dengan

kebutuhan dan perkembangan jaman.

2. Dalam melaksanakan pembelajaran dan layanan bimbingan konseling hendaknya

guru dan pembimbing mengetahui karakteristik kebutuhan siswa, tahapan-

tahapan pembelajaran atau layanan konseling, konsep awal siswa, serta alat atau

media yang digunakan sesuai dengan kebutuhan.

3. Dalam setiap kegiatan pembelajaran dan layanan bimbingan konseling hendaknya

guru melibatkan siswa secara aktif dan menjadikan kegiatan dinamika kelompok

sebagai uapaya dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi siswa.

4. Guru dan pembimbing hendaknya mau mencoba untuk mencari teknik atau metode

pembelajaran dan layanan bimbingan konseling yang kreatif, inovatif dan tidak

konvensional.

5. Setiap guru hendaknya meningkatkan terus kompetensinya baik pedagogik,

kepribadian, sosial maupun profesional.

6. Sekolah hendaknya memberikan dukungan kepada guru untuk pengembangan.

61
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2002, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : PT. Rineka Cipta

BNSP dan Pusat Kurikulum 2006, Panduan Pengembangan Diri, Jakarta : Depdiknas.

Corey, Gerald, 2002, Teori dan Praktek Konseling dan psikologi. Bandung:Refika.

Farouk, Muhamad Djaali.2003, Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Restu Agung .

Gunarsa, Singgih D, 1996,. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

______, 1996,. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Lubis, Satria Hadi, 2007, Total Motivation,Yogyakarta :Pro.You.


            

MGBK Provinsi Jabar dan DKI, 2008, Panduan Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling

Di Sekolah Menengah, Bandung : UPI.

Muslihuddin, 2012, Kiat Sukses Melakukan Penelitian Tindakan Kelas dan Sekolah,
Bandung : Rizqi Press.

Priyatno dan Ermananti, 1994, Dasar-Dasar bimbingan Konseling.Jakarta : Rineka


Cipta.

Sarwono, Sarlito, 2010. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Press.

62
Sudjana, Nana, 2010. Menyusun Karya Tulis Ilmiah Berbasis Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Bekasi: LPP Binamitra.

63

Anda mungkin juga menyukai