PTK BK Akreditasi
PTK BK Akreditasi
PENDAHULUAN
pembangunan bangsa suatu Negara. Undang undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi Warga Negara yang
Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut perlu adanya kegiatan yang mendukung
yaitu sekolah sebagai salah satu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan secara formal
mempunyai peranan yang sangat penting dalam usaha mendewasakan anak dan membentuknya
menjadi insan yang berguna bagi masyarakat. Sekolah memiliki tanggung jawab yang besar
untuk pencapaiannya.
Kita sebagai manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai mahluk sosial,
tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Mereka saling membutuhkan antara satu sama lainnya
dalam memenuhi kebutuhan hidup. Dalam hidup bersama perlu adanya suatu interaksi yaitu
proses timbal balik yang bertujuan mendewasakan manusia agar nantinya dapat menemukan jati
Pendidikan adalah soal interaksi antar manusia. Interaksi antara pendidik, antara guru
1
dan murid, serta antara lingkungan dan para pembelajar. Guru adalah inti dari proses pendidikan
Guru menjadi kunci utama kualitas pendidikan ( Anies Baswedan, 2013 : Kompas, 28
November).
Untuk dapat memahami interaksi itulah secara khusus dikenal istilah interaksi belajar
mengajar yang titik penekanannya ada pada motivasi. Motivasi inilah yang mendorong seseorang
untuk melakukan sebuah pekerjaan maupun kegiatan seperti halnya belajar. Hasil belajar akan
menjadi optimal jika ada motivasi belajar. Dengan motivasi, pelajar dapat mengembangkan
aktivitas dan inisiatif kearah yang lebih baik. Jadi motivasi merupakan salah satu faktor yang
sangat penting dalam kehidupan manusia, demikian pentingnya sampai ada pernyataan bahwa
masa remaja karena masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak sehingga remaja sering
dihadapkan pada persoalan persoalan yang kompleks yang menjadi permasalahan yang dirasakan
sulit oleh para remaja termaksud dalam hal belajar. Siswa SMP yang tergolong dalam usia
kurang stabil secara psikis banyak mengalami kesulitan dalam memotivasi cara belajar,
akibatnya aktivitas belajarnya menurun dan prestasi yang diperolehnya kurang memuaskan.
yang hendak dicapai dan akan memuaskan individu. Adanya tujuan akan mempengaruhi
kebutuhan dan akan membangkitkan motivasi didalam diri”. Sehingga seorang haruslah
diberikan penguatan tentang tujuan dari apa yang ia lakukan untuk dapat meningkatkan motivasi
2
Pada dirinya. Seorang pelajar harus diberi sebuah pemahaman tentang tujuan belajar yang
Pemberian pemahaman tentang pentingnya tujuan belajar masih sangat sulit untuk
dipahami oleh siswa pada umumnya. Sehingga dibutuhkan layanan-layanan yang bisa membantu
siswa dalam menyelesaikan konflik yang ada pada dirinya. Salah satunya ada pada layanan
bimbingan dan konseling. Bimbingan dan Konseling memiliki tujuh layanan yang merupakan
kegiatan bantuan dan tuntunan yang diberikan kepada individu pada umumnya dan siswa sekolah
Tugas guru adalah menumbuh kembangkan potensi yang dimiliki oleh anak didik
dengan bimbingan dan motivasi belajar, karena pada kenyataannya di lapangan nilai atau prestasi
belajar yang diperoleh masih rendah khususnya pada mata pelajaran matematika, serta masih
adanya kesenjangan prestasi belajar yang diperoleh dibandingkan dengan tingkat kecerdasannya.
Masih terdapat siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM padahal memiliki tingkat
kecerdasan diatas diatas rata-rata, untuk itu perlu penanganan yang tepat dalam mengatasinya
yaitu melalui konseling kelompok Dari data yang diperoleh masih terdapat 37% siswa yang
mengalami kesulitan belajar dan perlu pemberian bantuan untuk meningkatkan motivasinya
Dari pengamatan yang ada penulis menganggap layanan bimbingan kelompok akan
jauh lebih efektif dibandingkan dengan layanan yang lainnya. Karena dari pengalaman yang
terjadi dilapangan siswa sudah mulai merasa bosan dan jenuh dengan penggunaan layanan-
layanan klasikal sehingga diperlukan sebuah layanan yang melibatkan partisipasi keseluruhan.
Sedangkan penggunaan layanan konseling individu kadangkala dianggap negatif oleh siswa
3
karena siswa dipanggil secara pribadi dan mendapatkan pandangan yang buruk dari siswa-siswa
lainya.
masalah siswa dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Apabila dinamika kelompok dapat
terwujud dengan baik maka anggota kelompok akan saling menolong, menerima dan berempati
dengan tulus. Bimbingan kelompok merupakan wahana untuk menambah penerimaan diri dan
orang lain, menemukan alternatif cara penyelesaian masalah dan mengambil keputusan yang
tepat dari konflik yang dialamimya dan untuk meningkatkan tujuan diri, otonomi dan rasa
tanggung jawab pada diri sendiri dan orang lain. Dengan demikian bimbingan kelompok
memberikan kontribusi yang penting dalam memotivasi siswa, apalagi masalah motivasi diri
merupakan masalah yang banyak dialami oleh siswa sehingga untuk mengefisiensikan waktu
Untuk mengetahui kondisi motivasi siswa, penulis akan mencoba melihat dari aspek prestasi
Tabel 1.1 Hasil Ulangan Harian Mata Pelajaran Matematika di Kelas IX.3
76 - 100 3 11 %
56 - 75 8 40 %
36 - 55 10 43 %
0 - 35 2 4%
23 100 %
Sumber : Daftar nilai mata pelajaran matematika kelas IX.3 SMPIT At Taqwa Narogong
4
Berdasarkan hasil assesment motivasi belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.2 Daftar hasil Assesment motivasi siswa pada mata Pelajaran
1. 81 - 100 2 20 %
2. 65 - 80 11 52 %
3. 45 - 64 9 26 %
4. 20 - 44 1 2%
penelitian ini berkaitan dengan rendahnya motivasi belajar siswa pada mata pelajaran
matematika sebanyak 28 %.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul
Bimbingan Kelompok Siswa Kelas IX.3 Semester Ganjil SMPIT At Taqwa Narogong tahun
ajaran 2021/2022”
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah diatas maka penulis mengidentifikasi masalahnya sebagai
berikut:
5
1. Apakah terdapat peningkatan motivasi belajar pada Mata Pelajaran Matematika melalui
Pendekatan Bimbingan Kelompok Siswa Kelas IX.3 SMPIT At Taqwa Narogong tahun
ajaran 2021/2022 ?
3. Seberapa besar peningkatan motivasi belajar pada Mata Pelajaran Matematika setelah
C. Pembatasan Masalah
1. Mengamati peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika melalui
pendekatan bimbingan kelompok siswa kelas IX-3 SMPIT At Taqwa Narogong tahun ajaran
2021/2022.
3. Mengamati berapa besar peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika
D. Perumusan Masalah
dalam penelitian ini adalah : “ Bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa pada mata
pelajaran matematika melalui pendekatan bimbingan kelompok pada siswa kelas IX-3 SMPIT At
6
E. Tujuan Penelitian
pendekatan bimbingan kelompok siswa kelas IX.3 semester ganjil di SMPIT At Taqwa
2. Untuk mengetahui proses peningkatan sesudah dan sebelum diberikan layanan bimbingan
kelompok kelas IX.3 semester ganjil di SMPIT At Taqwa Narogong tahun ajaran 2021/2022.
3. Untuk mengukur seberapa besar peningkatan motivasi belajar pada mata pelajaran
matematika setelah diterapkan pendekatan bimbingan kelompok kelas IX.3 SMPIT At Taqwa
1. Bagi siswa
matematika.
2. Bagi Guru
b. Dapat meningkatkan kemampuan konselor dalam memilih teknik dan pendekatan yang
7
c. Dapat meningkatkan kemampuan dan kualitas proses bimbingan dan konseling sehingga
3. Bagi sekolah
b. Tingkat akomodatif akan lebih efektif antara bakat, minat dan motivasi belajar dengan
program sekolah.
c. Memudahkan dalam menyusun muatan yang ada dalam stuktur kurikulum sesuai dengan
a. Dengan adanya penelitian tindakan bimbingan konseling akan lebih menambah wawasan
dalam pengambilan kebijakan dalam upaya meningkatkan profesional guru, sehingga tujuan
BAB II
8
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Teori
Menurut Mc. Donald (dalam Sardiman, 2010 : 73) motivasi adalah perubahan energi
dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan
Menurut Eysenck dkk (dalam Slameto, 2003 : 170) motivasi dirumuskan sebagai suatu
proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah
laku manusia, merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan konsep-konsep lain seperti
Menurut Oemar Hamalik (2007 : 28), belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku
individu melalui interaksi dengan lingkungannya. Aspek tingkah laku tersebut adalah:
jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. Sedangkan, Sardiman A.M. (2010 : 22) mengatakan
bahwa “belajar merupakan suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu
motif atau dorongan untuk melakukan suatu kegiatan/pekerjaan guna mencapai tujuan
dalam rangka
merubah tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya baik dari aspek kognitif,
9
Menurut Kenneth H. Hover (dalam Oemar Hamalik, 2007 : 163) mengemukakan prinsip-prinsip
c. Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif daripada motivasi
d. Motivasi itu mudah menjalar atau tersebar terhadap orang lain.
motivasi.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa proses belajar akan mendapatkan hasil
yang lebih maksimal jika pemberian motivasi dapat diterima oleh siswa didik dengan baik.
Menurut Sardiman A.M. (2010 : 85) ada tiga fungsi motivasi belajar yaitu sebagai berikut:
1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan
2. energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang
akan dikerjakan.
3. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian
motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan
tujuannya.
10
b. dikerjakan serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang
Menurut Oemar Hamalik (2007 : 161) fungsi motivasi belajar yaitu antara lain :
Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu proses perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak
d. Motivasi berfungsi sebagai penggerak, yang artinya bahwa besar kecilnya motivasi akan
Dari beberapa pendapat yang ada dapat disimpulkan bahwa fungsi dari motivasi itu sendiri
adalah sebagai motor pengerak kemana dan bagaimana perbuatan yang akan dilaksanakan.
Menurut Oemar Hamalik (2007 : 162) motivasi belajar dapat dibagi menjadi 2 yaitu sebagai
berikut :
a. Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang hidup dalam diri siswa dan berguna dalam situasi
b. Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari situasi belajar,
c. Menurut Sardiman A.M. (2010 : 86) macam- macam motivasi belajar dilihat yaitu antara
lain.
Sebagai contoh misalnya : dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk
11
b. Motif-motif yang dipelajari, yaitu motif-motif yang timbul karena dipelajari.
Sebagai contoh : dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk
Menurut Frandsen (dalam Sardiman A.M. (2010 : 87) macam- macam motivasi belajar dilihat
a. Cognitive motives, motif ini menunjuk pada gejala intrinsik, yakni menyangkut kepuasan
individual.
b. Self-expresive, penampilan diri adalah sebagian dari perilaku manusia. Yang penting
kebutuhan individu itu tidak sekedar tahu mengapa dan bagaimana sesuatu itu terjadi,
d. Menurut Woodworth dan Marquis (dalam Sardiman A.M. (2010 : 88) macam- macam
a. Motif atau kebutuhan organis, meliputi misalnya : kebutuhan untuk minum, bernafas,
b. Motif-motif darurat yang meliputi : dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk
13
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi terjadi karena 2
faktor. Yaitu faktor yang berasal dari diri sendiri ( intrinsik ) dan faktor yang berasal dari luar
12
5. Ciri-Ciri Motivasi
Menurut Sardiman A.M. (2010 : 83) bahwa setiap tindakan manusia terjadi karena adanya unsur
a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak
b. Ulet menghadapi kesulitan. Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi
sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapai)
e. Cepat bosan dengan tugas-tugas rutin (hal-hal yang berulang begitu saja sehingga
kurang kreatif)
Berdasarkan hal tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa dalam kegiatan belajar
mengajar akan berhasil baik jika siswa mampu tekun mengerjakan tugas, ulet dalam
Menurut Sardiman A.M. (2010 : 91) ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan
13
a. Memberi angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa
belajar yang utama justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Angka-angka yang baik itu
b. Hadiah
Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian. Karena
hadiah untuk suatu pekerjaan tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang atau
tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut. Sebagai contoh hadiah yang diberikan untuk
gambar yang terbaik mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak memiliki bakat
menggambar.
c. Saingan/kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar
d. Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya
sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai
e. Memberi ulangan
Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu
14
f. Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong siswa
untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada
motivasi pada diri siswa untuk terus belajar dengan suatu harapan hasilnya akan meningkat.
g. Pujian
Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik,
perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus
merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu, supaya pujian ini merupakan motivasi,
h. Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak
Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar.
Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa
Maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk
j. Minat
15
Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah minat
merupakan alat motivasi yang tepat. Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan
minat. Mengenai minat ini antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut:
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi
sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena diarasa sangat
berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.
Berdasarkan hal itu maka dapat diambil kesimpulan bahwa bentuk-bentuk motivasi
merupakan sarana untuk dapat mengarahkan dan mengerakan perilaku manusia dari perilaku
kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara kelompok yang memanfaatkan dinamika
kelompok. Artinya semua anggota kelompok dalam kegiatan kelompok saling berinteraksi,bebas
mengeluarkan pendapat, menanggapi dan member saran dan lain-lain, apa yang dibicarakan itu
semuanya bermanfat untuk peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta lainnya,
layanan bimbingan kelompok adalah layanan yang diberikan dalam suasana kelompok. Gazda
16
( 1978) mengemukan bahwa bimbingan kelompok disekolah merupakam kegiatan informasi
kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dalam keputusan yang
informasi yang bersifat personal, vokasional, dan sosial dengan demikian, kegiatan dalam
bimbingan kelompok ialah pemberian informasi untuk keprluan tertentu bagi anggota kelompok.
Menurut Dewa Ketut Sukardi (2003 :48) , bimbingan kelompok merupakan layanan
berbagai bahan dari nara sumber ( terutama dari pembimbimg atau konselor) yang berguna untuk
menunjang kehidupannya sehari-hari, baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, anggota
keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan guna dalam pengambilan keputusan. Layanan
Ada beberapa ciri homogenitas kelompok yang menandai bimbingan kelompok. Pertama,
dalam bimbingan kelompok para anggota kelompok homogen ( yaitu siswa-siswa satu kelas atau
satu tingkat kelas yang sama). Kedua, “masalah” yang dialami oleh semua anggota kelompok
adalah sama, yaitu memerlukan informasi yang akan disajikan itu. Ketiga, tindak lanjut dari
diterimanyanya informasi itu juga sama, yaitu untuk menyususn rencana dan membuat
keputusan. Keempat reaksi atau kegiatan yang dilakukan oleh para anggota dalam proses
pemberian informasi (dan tindak lanjutnya) relatif sama, seperti mendengarkan, mencatat,
bertanya.
Tujuan bimbingan kelompok tidak jauh beda dengan tujuan bimbingan konseling itu
sendiri yaitu supaya orang yang dilayani menjadi mampu mengatur kehidupannya sendiri,
memiliki pandangannya sendiri dan tidak sekedar mengikuti pendapat orang lain, mengambil
17
sikap sendiri dan berani menanggung sendiri efek serta konsekuensi dari tindakan-tindakannya
namun dalam bimbingan kelompok yang terutama dituju bukanlah perkembangan kelompok
dalam kelompok. Dengan demikian penekanan sebenarnya masih terletak pada pelayanan
kelompok. Bagi konselor sekolah, terutama yang bertugas dijenjang pendidikan menengah,
masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan tersebut
1. Pengenalan sikap dan kebiasaan, bakat dan minat, dan cita-cita serta penyalurannya.
4. Pengenalan sikap dan kebiasaan belajar yang baik disekolah dan dirumah sesuai dengan
6. Orientasi dan informasi karir, dunia kerja, dan upaya memperoleh penghasilan.
7. Orientasi dan informasi perguruan tinggi sesuai dengna karir yang hendak
dikembangkan.
18
Berdasarkan kajian diatas, peneliti memberikan batasan bahwa layanan bimbingan
kelompok yang akan diselenggarakan bertujuan untuk memperkenalkan dan mengajarkan teknik
mencatat peta pikiran sebagai sebuah keterampilan mencatat baru yang diharapkan .
Tahapan pelaksanaan bimbingan kelompok sangat ditentukan pada tahapan-tahapan yang harus
dilalui sehingga akan terarah, runtut, dan tepat pada sasaran. Tahap pelaksanaan bimbingan
a. Tahap I Pembentukan
Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap memasukkan diri ke
dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling
memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin
dicapai baik oleh masing-masing, sebagian, maupun seluruh anggota. Memberikan penjelasan
tentang bimbingan kelompok sehingga masing-masing anggota akan tahu apa arti dari bimbingan
kelompok dan mengapa bimbingan kelompok harus dilaksanakan serta menjelaskan aturan main
yang akan diterapkan dalam bimbingan kelompok ini. Jika ada masalah dalam proses
juga disampaikan kepada seluruh anggota agar orang lain tidak mengetahui permasalahan yang
b. Tahap II Peralihan
Tahap kedua merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan ketiga. Ada kalanya jembatan
ditempuh dengan amat mudah dan lancar, artinya para anggota kelompok dapat segera memasuki
19
kegiatan tahap ketiga dengan penuh kemauan dan kesukarelaan. Ada kalanya juga jembatan itu
ditempuh dengan susah payah, artinya para anggota kelompok enggan memasuki tahap kegiatan
keompok yang sebenarnya, yaitu tahap ketiga. Dalam keadaan seperti ini pemimpin kelompok,
dengan gaya kepemimpinannya yang khas, membawa para anggota meniti jembatan itu dengan
selamat.
Adapun yang dilaksanakan dalam tahap ini yaitu: 1) Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh
pada tahap berikutnya; 2) menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap
menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya; 3) membahas suasana yang terjadi; 4) meningkatkan
kemampuan keikutsertaan anggota; 5) Bila perlu kembali kepada beberapa aspek tahap pertama.
Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang pemimpin, yaitu:
kekuasaannya.
Tahap ini merupakan inti dari kegiatan kelompok, maka aspek-aspek yang menjadi isi
dan pengiringnya cukup banyak, dan masing-masing aspek tersebut perlu mendapat perhatian
yang seksama dari pemimpin kelompok. ada beberapa yang harus dilakukan oleh pemimpin
dalam tahap ini, yaitu sebagai pengatur proses kegiatan yang sabar dan terbuka, aktif akan tetapi
tidak banyak bicara, dan memberikan dorongan dan penguatan serta penuh empati.
20
2. Menetapkan masalah atau topik yang akan dibahas terlebih dahulu.
4. Kegiatan selingan.
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar dapat terungkapnya masalah atau topik yang
dirasakan, dipikirkan dan dialami oleh anggota kelompok. Selain itu dapat terbahasnya masalah
yang dikemukakan secara mendalam dan tuntas serta ikut sertanya seluruh anggota secara aktif
dan dinamis dalam pembahasan baik yang menyangkut unsur tingkah laku, pemikiran ataupun
perasaan.
d. Tahap IV Pengakhiran
Pada tahap pengakhiran bimbingan kelompok, pokok perhatian utama bukanlah pada
berapa kali kelompok itu harus bertemu, tetapi pada hasil yang telah dicapai oleh kelompok itu.
Kegiatan kelompok sebelumnya dan hasil-hasil yang dicapai seyogyanya mendorong kelompok
itu harus melakukan kegiatan sehingga tujuan bersama tercapai secara penuh. Dalam hal ini ada
kelompok yang menetapkan sendiri kapan kelompok itu akan berhenti melakukan kegiatan, dan
kemudian bertemu kembali untuk melakukan kegiatan. Ada beberapa hal yang dilakukan pada
Setelah kegiatan kelompok memasuki pada tahap pengakhiran, kegiatan kelompok hendaknya
dipusatkan pada pembahasan dan penjelajahan tentang apakah para anggota kelompok mampu
21
menerapkan hal-hal yang mereka pelajari (dalam suasana kelompok), pada kehidupan nyata
mereka sehari-hari.
1. Kepraktisan yaitu dalam waktu relative singkat konselor dapat berhadapan dengan
sejumlah siswa di dalam kelompok dalam upaya untuk membantu memenuhi kebutuhan
2. Dalam bimbingan kelompok anggota akan belajar untuk berlatih tentang prilaku yang
baru.
penerimaan, pengakuan dan afiliasi, apabila unsure-unsur tersebut terpenuhi semua maka
perilaku, sikap, pendapat dan apa yang disebut ciri-ciri pribadi yaitu individu yang unik.
22
1. Tidak semua siswa cocok berada dalam kelompok beberapa diantaranya
2. Tidak semua siswa siap atau bersedia untuk bersikap terbuka dan jujur
3. Persoalan pribadi satu atau dua anggota kelompok makin kurang mendapat perhatian
persoalan pribadi anggota yang lain, sebagai akibatnya siswa tidak akan merasa puas.
4. Sering siswa mengharapkan terlalu banyak bantuan dari kelompok, sehingga tidak
5. Sering kelompok bukan dijadikan sarana untuk berlatih melakukan perubahan tapi
terdapat kekuatan dan keterbatasan yang harus diperhatikan agar penyelenggaraan bimbingan
kelompok dapat terarah dan berjalan secara lancer serta sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
B. Hipotesis Tindakan
Penelitian tindakan bimbingan dan konseling ini didasari oleh hipotesis bahwa
pendekatan bimbingan kelompok akan dapat meningkatkan motivasi belajar pada mata pelajaran
matematika di kelas IX.3 ajaran 2021/2022 tahun ajaran 2021/2022 secara signifikan.
Melihat masalah tersebut di atas, pemecahan masalah yang paling efektif untuk meningkatkan
motivasi belajar dalam mata pelajaran matematika yaitu melalui pendekatan bimbingan
kelompok.
23
Proses bimbingan kelompok melalui empat mulai dari pembentukan, peralihan,
kegiatan/aktifitas, pengakhiran/penutup.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
tindakan bimbingan konseling yang merupakan salah satu strategi yang memanfaatkan tindakan
nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah
24
dalam bimbingan dan konseling dengan menggabungkan rangkaian tindakan dengan
Menurut Kemmis dan Mc. Taggart (Mohammad Asrori, 2008:68) penelitian tindakan
bimbingan konseling ini pada hakekatnya berupa rangkaian kegiatan yang terdiri dari 4 tahap
terdiri dari : perencanaan, tindakan, pengamatan, refleksi. Keempat langkah tersebut dipandang
Narogong. Lokasi tersebut dipilih karena peneliti bertugas sebagai guru bimbingan dan
konseling.
Waktu penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yakni mulai bulan Oktober 2021 sampai
bulan Desember 2022. Untuk lebih jelasnya alokasi waktu dalam penelitian ini dapat dilihat pada
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
25
1. Identifikasi,Analisis,Rencan X X
Pemecahan Masalah
2. Penyusunan Proposal X
Instrumen Penelitian
4. Pelaksanaan Siklus 1 X X
4. Pelaksanaan Siklus 2 X X
Penelitian
C.Subyek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX.3 SMPIT At Taqwa Narogong, semester
ganjil tahun ajaran 2021 / 2022. Banyak siswa di kelas tersebut berjumlah 23 orang terdiri dari
11 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Kelas tersebut dijadikan subjek penelitian karena
sebagian siswa di kelas tersebut mengalami kesulitan dalam belajar dan memiliki motivasi
D. Prosedur Penelitian
26
Penelitian tindakan bimbingan dan konseling ini prosedurnya menggunakan model
siklus. Dimana menurut Kemmis dan Mc Taggart ( Mohammad Asrori, 2008 : 68) dalam setiap
siklus mengandung empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dimana siklus kedua sangat tergantung
kepada dampak atau hasil dari pemberian tindakan pada siklus pertama. Hasil refleksi pada
siklus pertama terungkap kekurangannya dan ditindaklanjuti dengan perencanaan siklus kedua.
Menurut Suharsimi Arikunto (2009 : 16) penelitian tindakan bimbingan dan konseling
dilakukan empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, dan diikuti dengan pengamatan
yang sistematik terhadap hasil tindakan yang dilakukan (observasi) dan refleksi .
PELAKSANAAN
PE PENGAMATAN
PER PERENCANAAN
PPERpPPERPE SIKLUS 1 1
REFLEKSI
PELAKSANAAN
PERENCANAAN PENGAMATAN
SIKLUS 2
REFLEKSI
27
Penelitian tindakan bimbingan konseling ini dilaksanakan dalam dua siklus selama tiga bulan.
instrument atau angket, satuan layanan konseling kelompok pada setiap siklus dan metode
konseling yang digunakan pada upaya peningkatan motivasi belajar yakni pendekatan
Menyusun rencana tindakan perbaikan motivasi belajar dengan penilaian yang akan
digunakan pada siklus berikutnya berdasarkan hasil refleksi dan analisis terhadap hasil
Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus dengan masing-masing siklus dilaksanakan dalam
Perencanaan
Dalam tahapan ini disusun perencanaan pembelajaran untuk perbaikan pembelajaran. Dimana
bukan hanya berisi tentang tujuan yang harus dicapai tetapi juga harus lebih ditonjolkan
d. Membuat rangkuman materi yang akan diberikan ke siswa yakni motivasi belajar.
28
f. Menyiapkan lembar observasi
Pelaksanaan Tindakan
yang telah disusun. Tindakan adalah perlakuan yang dilaksanakan oleh peneliti sesuai dengan
fokus masalah. Tindakan ini adalah inti dari penelitian, sebagai upaya meningkatkan kinerja guru
a. Tahap pembentukan yaitu upaya penumbuhan minat bersama dalam bimbingan kelompok.
Pengamatan (observasi)
dilakukan peneliti sesuai dengan tindakan yang telah disusun. Melalui observasi penelitian dapat
mencatat berbagai kelemahan dan kekuatan yang dilakukan guru dalam melaksanakan tindakan,
sehingga hasilnya dapat dijadikan masukan ketika peneliti melakukan refleksi untuk penyusunan
Pengamatan dilakukan oleh guru yang dibantu oleh rekan sejawat atau guru mitra selama proses
29
d. Lebih senang bekerja sendiri
e. Cepat bosan dengan tugas-tugas rutin. Hal-hal yang berulang begitu saja sehingga kurang
kreatif.
Refleksi
Refleksi adalah aktivitas melihat berbagai kekurangan yang dilaksanakan peneliti selama
tindakan. Refleksi dilakukan dengan melakukan diskusi dengan observer yang biasanya
dilakukan oleh teman sejawat. Dari hasil refleksi, guru dapat mencatat segala kekurangan yang
perlu diperbaiki, sehingga dapat dijadikan dasar dalam penyusunan rencana ulang.
Setelah melakukan proses layanan bimbingan konseling, masih ditemukan kekurangan dari segi
a. Guru belum mampu memotivasi siswa untuk dapat menyelesaikan masalah yang mengganggu
konsentrasi belajarnya.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini baik yang menyangkut perencanaan
1. Satuan layanan bimbingan dan konseling bidang bimbingan belajar dengan jenis layanan
konseling kelompok.
30
2. Pedoman observasi, untuk mengumpulkan data pada saat berlangsungnya pelaksanaan
tindakan baik yang menyangkut kegiatan guru maupun siswa sebagai subjrk penelitian.
3. Angket, instrument ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil yang dicapai
atau perubahan yang terjadi setelah pemberian tindakan. Instrumen ini akan mengungkap
perubahan siswa dalam meningkatkan motivasi belajar matematika dengan cara mengisi
angket tersebut.
F. Analisis Data
Agar setiap data dapat memberikan informasi yang jelas sehingga mudah dipahami, maka data
Biasanya sebuah tabel terdiri atas judul kolom, judul baris, dan sumber data.
Teknik analisis data dalam PTK dapat dilakukan dengan analisis kualitatif dan analisis
konseling khususnya berbagi tindakan yang dilakukan peneliti sedangkan analisis data
kuantitatif digunakan untuk peningkatan motivasi belajar matematika siswa sebagai pengaruh
31
2) Mendeskripsikan data sehingga data yang telah diorganisir menjadi bermakna.
G. Pengolahan Data
1. Verifikasi data
dan keandalannya.
3. Menghitung Persentase
4. Menganalisis data
BAB IV
A. Hasil Penelitian
1. Kegiatan Pendahuluan
Pemberian layanan bimbingan dan konseling terhadap siswa, khususnya siswa kelas
IX.3 SMPIT At Taqwa Narogong belum sepenuhnya memberikan hasil sesuai dengan yang
32
diharapkan. Jenis layanan yang telah diberikan belum mampu mengubah kemampuan seluruh
siswa dalam bidang belajar, terutama motivasi belajar siswa di sekolah khususnya dalam mata
pelajaran matematika.
bimbingan dan konseling maka diterapkan pendekatan bimbingan kelompok sebagai upaya
pengamatan awal melalui pemberian angket kepada seluruh siswa di kelas tersebut. Kegiatan ini
dilaksanakan pada tanggal 29 Oktober 2021 serta dilanjutkan dengan pengolahan data, sehingga
setiap siswa mendapatkan skor dan persetase tingkat motivasi belajarnya. Untuk lebih jelasnya
1. 81 - 100 2 20 %
2. 65 - 80 11 52 %
3. 45 - 64 9 26 %
33
4. 20 - 44 1 2%
23 100 %
bimbingan dan konseling adalah seperti yang terlihat pada tabel berikut :
1. 76 - 100 3 11 %
2. 56 - 75 8 42 %
3. 36 - 55 10 43 %
4. 0 - 35 2 4 %
23 100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa yang memperoleh nilai matematika yang
masih dibawah nilai ketuntasan minimal sebesar 47 % dan berdasarkan hasil nilai assessment
motivasi terdapat 28 % siswa yang masih memiliki motivasi rendah pada mata pelajaran
Berdasarkan hasil angket dan wawancara dapat disimpulkan bahwa faktor yang menyebabkan
a. Belum memahami dan menemukan kekurangan dan kelebihan aspek fisik dalam hubungannya
b. Belum memahami dan menemukan kekurangan dan kelebihan aspek psikis dalam hubungannya
34
c. Belum mampu menerima dan mengarahkan kekurangan dan kelebihan aspek fisik dan psikis
d. Belum memahami tugas pokok dari belajar matematika sehingga motivsi belajarnya rendah.
kelompok merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata
pelajaran matematika
2.Penelitian Siklus 1
a. Perencanaan Tindakan
Perencanaan yang disusun sebelum dilaksanakan tindakan konseling kelompok terdiri dari :
1) Menyusun program bimbingan dan konseling dalam bidang bimbingan belajar dengan materi
2) Menyusun satuan layanan dalam bidang belajar dengan jenis layanan bimbingan kelompok.
Langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam bimbingan kelompok terdiri dari tahap
pembentukan yaitu menjelaskan pengertian, tujuan dan kegiatan konseling kelompok dengan
memberikan layanan ajakan dan pembentukan kelompok dengan materi meningkatkan motivasi
belajar matematika jumlah siswa yang hadir 23 siswa dibagi menjadi 4 kelompok, tahap
peralihan yaitu masa setelah pembentukan kelompok kegiatan utamanya yaitu memantau
ekspresi, emosi dan interaksi dalam kelompok, selajutnya tahap kegiatan utama dalam konseling
kelompok tahap ini disebut tahap bekerja atau tindakan inti, tahap pengakhiran adalah tahap
35
3) Untuk memperjelas pengalamannya, mengkonsolidasikan hasil bimbingan kelompok, membuat
keputusan akhir dalam kelompok mengenai peningkatan motivasi belajar yang dapat diterapkan
4) Menyusun pedoman observasi atau pengamatan untuk menilai berjalannya proses pemberian
tindakan, dalam hal ini penyelenggaraan bimbingan kelompok. Observasi ini dilakukan baik
untuk aktivitas konselor/ guru pembimbing maupun aktivitas klien atau siswa.
5) Menyusun alat penilaian dalam bentuk angket. Alat ini digunakan untuk mengumpulkan data
dari siswa mengenai perubahan yang terjadi setelah pemberian tindakan bimbingan dan
konseling pada siklus 1. Perubahannya adalah ada atau tidaknya peningkatan motivasi belajar
siswa.
6) Membuat kriteria keberhasilan . Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini ditetapkan sebesar 65
%. Artinya siswa dinyatakan memiliki motivasi belajar yang tinggi apabila persentase jawaban
b. Pelaksanaan tindakan
Pertemuan Pertama
Tahap pertama yaitu pembentukan, apada tahap ini konselor menumbuhkan minat klien,
menjelaskan pengertian dan tujuan dari konseling kelompok dan ajakan untuk memasuki
kegiatan kkonseling kelompok yaitu pembentukan kelompok jumlah siswa 23 dibagi 4 kelompok
dan pada tahap ini konselor mulai menjelaskan tentang motivasi belajar.
Tahap kedua yaitu peralihan, pada tahap ini adalah masa antara pembentukan kelompok
ke kegiatan utama yaitu memantau ekspresi, emosi dan interaksi dalam kelompok.
36
Tahap ketiga yaitu kegiatan atau aktivitas, pada tahap ini merupakan kegiatan inti dari
konseling kelompok, waktu yang dibutuhkan sangat banyak karena disinilah aktivitas yang
permintaan konselor, siswa menyampaikan situasi yang dirasakan yang berkenaan dengan
motivasi belajar dan klien atau siswa diajak untuk memberikan makna terhadap permasalahan
yang dihadapi.
Tahap keempat yaitu pengakhiran , dalam tahap ini diberikan kesempatan kepada
membuat keputusan akhir dalam kelompok atau mengambil kesimpulan yang dapat bermanfaat
mengenai upaya meningkatklan motivasi belajar sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari, pada tahap ini konselor memberikan kesempatan pada masing-masing kelompok
oleh wakilnya mengemukakan hasil dari bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok diakhiri
atau ditutup oleh konselor dengan memberikan kesimpulan akhir dalam mengatasi masalah
Dalam proses bimbingan kelompok, siswa atau konseli didorong agar memberikan
respon terhadap pertanyaan atau pernyataan konselor, diantara respon tersebut adalah :
1. Kelompok satu menjelaskan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan motivasi belajar
matematika rendah adalah kondisi fisik misalnya sulit konsentrasi, penglihatan yang kurang jelas
sehingga sulit memahami materi pelajaran matematika, kurang memfungsikan panca indera.
Salah satu usahanya adalah rajin memerikasa kondisi keshatan dan upaya perbaikan gizi.
2. Kelompok dua menjelaskan bahwa faktor yang menyebabkan motivasi belajar matematika
rendah adalah kondisi psikis misalnya kurangnya minat, kurang menarik atau kurang
menyenangkan, merasa diri tidak mampu atau kurang percaya diri, merasa sulit mempelajarinya,
37
kadang-kadang menimbulkan stress dan adanya rasa takut. Salah satu usahanya adalah adanya
kemauan untuk konsultasi dengan guru bimbingan dan konseling, membuat perasaan bahwa
3. Kelompok tiga mengemukakan bahwa mata pelajaran matematika muatan materinya terlalu
banyak dan berat karena siswa merasa satu materi belum mengerti sudah dihadapkan dengan
materi baru yang lebih sulit bahkan kadang-kadang cara guru menyampaikan sulit difahami/
metode mengajar yang kurang menarik, kurangnya sarana dan prasarana yang memadai.
Sebaiknya pemberian materi secara bertahap sampai betul-betul mengerti setiap materi
4. Kelompok empat mengemukakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh rendahnya motivasi
belajar matematika adalah faktor lingkungan baik di rumah maupun di sekolah misalnya di
sekolah kadang guru kurang bersahabat dan teman yang kurang memberikan semangat belajar,
faktor lingkungan rumah misalnya keadaan di rumah yang tidak nyaman, orang tua kurang
mendukung kadang tidak membantu atau tidak member semangat juga gangguan media
5. elektronik. Salah satu usahanya adalah ciptakan suasana di rumah dan di sekolah yang
Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 10 November 2021 bertempat di ruang kelas
IX.3. Pelaksanaan tindakan pada pertemuan kedua siklus 1 adalah konselor mengungkapkan
kembali hasil dari pemberian layanan bimbingan konseling dengan pendekatan bimbingan
kelompok tentang meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika sesuai
dengan hasil pertemuan pertama. Selanjutnya masing masing dari kelompok mengemukakan
38
kembali hasil dari proses bimbingan kelompok seperti pada pertemuan pertama. Setelah selesai
konselor memberikan kembali angket tentang motivasi belajar siswa pada mata pelajaran
matematika untuk melihat hasil perkembangan dari proses penelitian tindakan bimbingan dan
konseling.
Setelah selesai melaksanakan pertemuan kedua dalam siklus l, peneliti meminta bantuan pada
guru mata pelajaran matematika untuk melaksanakan ulangan harian sebagai usaha untuk
Hasil pengamatan terhadap proses pelaksanaan tindakan dilakukan oleh teman sejawat
baik terhadap aktivitas konselor maupun aktivitas konseli dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Penilai
No Aspek Pengamatan an
Baik Cukup Kurang
1. Tahap Attending
a.Penerimaan kehadiran konsel V
b.Menggali pernyataan konseli secara verbal V
c.Mendengarkan untuk mendapatkan informasi V
konseli
2, Tahap Responding
a.Kemampuan merespon terhadap isi V
b.Kemampuan merespon terhadap makna V
3. Tahap Personalizing
a.Mengajak konseli untuk melihat masalahnya V
b.Mengajak konseli agar V
39
mempertanggungjawabkan masalahnya
c.Menjaga komunikasi positif yang terbentuk V
d.Memberikan pemahaman terhadap konseli V
keberartian suatu pengalaman bagi dirinya
e.Merumuskan yang menjadi kekurangan V
konseli
f.Merumuskan perilaku sebagai jawaban V
terhadap masalah yang dihadapi konseli
4. Tahap Initiating
a.Mendorong konseli agar memiliki kekuatan V
untuk mencapai tujuan
b.Mendorong konseli agar memprogram V
pencapaian tujuan
c.Memberikan penguatan baik positif atau V
negative
d.Memberikan semangat pencapaian tujuan V
40
a.Adanya pemahaman akan makna, masalah, V
dan tujuan
b.Kelompok menemukan cara dan V
pemecahannya
c.Kelompok menemukan alternatif tindakan V
yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut
d.Kelompok dapat menyelesaikan masalah V
dengan tuntas
4. Tahap Pengakkhiran
a.Kelompok mengemukakan hasil kegiatan V
b.Mengemukakan kesimpulan kesan ,pesan V
dan harapan
c.Merumuskan tujuan,kesimpulan untuk V
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
d.Adanya kepuasan baik konseli dan konselor V
Dari hasil pengamatan terhadap proses pelaksanaan tindakan bimbingan konseling pada siklus 1
pertemuan 1 yang dilakukan oleh teman sejawat tergambar dari aktivitas konselor pada tahap
attending aspek menggali pernyataan konseli dalam bimbingan kelompok secara verbal dan non
verbal.
merumuskan yang menjadi kekurangan konseli, tahap initiating aspek memberikan penguatan
baik positif maupun negatif dikategorikan kurang. Sedangkan tahap personalizing aspek
mengajak konseli mellihat masalahnya dikategorikan baik. Aspek lainnya dikategorikan cukup.
Untuk melihat ada tidaknya perubahan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran
matematika, peneliti menyebarkan angket terhadap siswa yang menjadi subjek penelitian.
41
Tabel 4.5 Gambaran Umum Assesment Motivasi Belajar PraPTBK dan Siklus1
1. 81 - 100 2 20 % 3 29 %
2. 65 - 80 11 52 % 8 53%
3. 45 - 64 9 26 % 10 16 %
4. 20 - 44 1 2% 2 2%
23 100 % 45 100 %
Tabel 4.6 Gambaran Umum Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
42
6. Ibnu Rapitullah 62% 64%
Grafik 4.1 Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Pra PTBK dan Siklus I
43
65.00%
64.00%
63.00%
62.00%
61.00%
60.00%
59.00%
58.00%
57.00%
56.00%
Pra PTBK Siklus I
Dari data diatas jelas sewaktu belum PTBK siswa yang memiliki motivasi yang rendah
sebanyak 13 orang atau 28 % dari jumlah siswa kelas IX.3 Setelah dilaksanakan siklus 1 jumlah
siswa yang motivasi rendah berkurang jadi 8 orang atau 20 % dari jumlah siswa. Artinya
terdapat peningkatan motivasi belajar siswa dilihat dari rata-rata pra PTBK sebesar 58,9 %.
Setelah dilaksanakan PTBK melalui siklus 1 meningkat menjadi 63,7 % atau adanya peningkatan
sebesar 4,8 %.
Berdasarkan hasil analisis tersebut di atas maka penelitian tindakan bimbingan dan
konseling dalam meningkatkan motivasi belajar pada mata pelajaran matematika belm mencapai
hasil yang diharapkan. Untuk itu perlu dilanjutkan ke kegiatan siklus II.
44
Pra kegiatan Siswa merasa tidak nyaman sewaktu peneliti
Hasil tes motivasi belajar Rata-rata skor 63,7% (kategori sedang) ada kenaikan
4,8% dari data awal 58,9 %
ternyata mengalami peningkatan sebelum siklus1 nilai rata-rata ulangan harian matematika
adalah 59,8% ternyata mengalami peningkatan nilai ulangan harian matematika menjadi 72,3%
d.Refleksi
terhadap proses pelaksanaan tindakan maupun hasil pemberian tindakan. Hasil pengamatan
dilakukan baik terhadap proses pelaksanaan tindakan menjadi salah satu bahan analisis. Selain
itu data yang diperoleh melalui angket untuk melihat perubahan yang terjadi setelah pemberian
tindakan juga menjadi juga menjadi bahan analisis dalam kegiatan refleksi
46
45
di ruang bimbingan dan konseling SMPIT At Taqwa Narogong dan dihadiri oleh teman sejawat.
Dalam pertemuan tersebut antara peneliti dan teman sejawat mengadakan diskusi, tukar pikiran
dan sumbang saran serta secara bersama-sama membahas data hasil pengamatan pertemuan
pertama dan pertemuan kedua pada siklus 1. Dan dalam kesempatan ini dibahas dan dianalisis
data hasil pemberian angket yang mengungkap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran
matematika.
Berikut ini merupakan hasil pembahasan analisis terhadap data-data yang ada baik dari
2. Hasil penilaian terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika , berdasarkan
data hasil pengolahan menunjukkan pemberian tindakan pada siklus I lebih mampu
meningkatkan motivasi belajar siswa mencapai angka rata-rata 63,7 %. Pencapaian tersebut jika
dibandingkaan dengan data penelitian pendahuluan yang berada pada rata-rata 58,9 % berarti ada
peningkatan sebesar 4,8%. Jika dibandingkan dengan kriteria keberhasilan sebesar 65%, maka
Berdasarkan data hasil analisis tersebut, maka penelitian tindakan bimbingan dan konseling perlu
3. Hasil ulangan harian matematika setelah dilaksanakan siklus 1 mengalami peningkatan. Data
Penelitian awal nilai rata-rata ulangan harian matematika adalah 59,8%, setelah siklus satu
nilai harian matematika meningkat menjadi 72,3% atau mengalami peningkatan 12,5%. Jika
dibandingkan dengan kriteria KKM sebesar 75%, maka angka 72,3% belum mencapai hasil
46
3. Penelitian Siklus II
a. Perencanaan Tindakan
Pada siklus kedua perencanaan yang dibuat sebelum pelaksanaan tindakan bimbingan
kelompok yaitu :
1. Menyusun satuan layanan dalam meningkatkan motivasi belajar pada mata pelajaran matematika
melalui tahap-tahap: tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan dan tahap pengakhiran.
2. Menyusun pedoman observasi atau pengamatan menilai berjalannya proses pemberian tindakan
yaitu bimbingan kelompok, baik terhadap konselor (pembimbing) maupun klien (siswa).
3. Menyusun alat penilaian dalam bentuk angket. Alat ini digunakan untuk mengumpulkan data
dari siswa mengenai perubahan yang terjadi setelah pemberian bimbingan kelompok pada siklus
II. Perubahan yang dimaksud yaitu ada tidaknya peningkatan motivasi belajar siswa pada mata
pelajaran matematika.
4. Menetapkan kriteria keberhasilan . Kriteria keberhasilan dalam siklus II ini sama dengan kriteria
pada siklus I yaitu siswa dinyatakan memiliki motivasi tinggi jika prosentase jawaban mencapai
Pelaksanaan Tindakan
1. Pertemuan Pertama
Pertemuan ini dilaksanakan pada tanggal 17 Nopember 2021 bertempat di ruang kelas IX.3
Tahap pertama yaitu pembentukan, pada tahap ini konselor menumbuhkan minat klien,
menjelaskan pengertian dan tujuan dari konseling kelompok dan ajakan untuk memasuki
47
kegiatan konseling kelompok yaitu pembentukan kelompok jumlah siswa 23 dibagi 4 kelompok
dan pada tahap ini konselor mulai menjelaskan tentang motivasi belajar.
Tahap kedua yaitu peralihan, pada tahap ini adalah masa antara pembentukan kelompok
ke kegiatan utama yaitu memantau ekspresi, emosi dan interaksi dalam kelompok.
Tahap ketiga yaitu kegiatan atau aktivitas, pada tahap ini merupakan kegiatan inti dari
konseling kelompok, waktu yang dibutuhkan sangat banyak karena disinilah aktivitas yang
permintaan konselor, siswa menyampaikan situasi yang dirasakan yang berkenaan dengan
motivasi belajar dan klien atau siswa diajak untuk memberikan makna terhadap permasalahan
yang dihadapi.
Tahap keempat yaitu pengakhiran , dalam tahap ini diberikan kesempatan kepada
membuat keputusan akhir dalam kelompok atau mengambil kesimpulan yang dapat bermanfaat
mengenai upaya meningkatklan motivasi belajar sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari, pada tahap ini konselor memberikan kesempatan pada masing-masing kelompok
oleh wakilnya mengemukakan hasil dari bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok diakhiri
atau ditutup oleh konselor dengan memberikan kesimpulan akhir dalam mengatasi masalah
Dalam proses bimbingan kelompok, siswa atau konseli didorong agar memberikan
respon terhadap pertanyaan atau pernyataan konselor, diantara respon tersebut adalah :
1. Kelompok satu menjelaskan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan motivasi belajar
matematika rendah adalah kondisi fisik misalnya sulit konsentrasi, penglihatan yang kurang jelas
48
2. sehingga sulit memahami materi pelajaran matematika, kurang memfungsikan panca indera.
Salah satu usahanya adalah rajin memerikasa kondisi kesehatan dan upaya perbaikan gizi.
3. Kelompok dua menjelaskan bahwa faktor yang menyebabkan motivasi belajar matematika
rendah adalah kondisi psikis misalnya kurangnya minat, kurang menarik atau kurang
menyenangkan, merasa diri tidak mampu atau kurang percaya diri, merasa sulit mempelajarinya,
kadang-kadang menimbulkan stress dan adanya rasa takut. Salah satu usahanya adalah adanya
kemauan untuk konsultasi dengan guru bimbingan dan konseling, membuat perasaan bahwa
4. Kelompok tiga mengemukakan bahwa mata pelajaran matematika muatan materinya terlalu
banyak dan berat karena siswa merasa satu materi belum mengerti sudah dihadapkan dengan
materi baru yang lebih sulit bahkan kadang-kadang cara guru menyampaikan sulit difahami/
metode mengajar yang kurang menarik, kurangnya sarana dan prasarana yang memadai.
Sebaiknya pemberian materi secara bertahap sampai betul-betul mengerti setiap materi
5. Kelompok empat mengemukakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh rendahnya motivasi
belajar matematika adalah faktor lingkungan baik di rumah maupun di sekolah misalnya di
sekolah kadang guru kurang bersahabat dan teman yang kurang memberikan semangat belajar,
faktor lingkungan rumah misalnya keadaan di rumah yang tidak nyaman, orang tua kurang
mendukung kadang tidak membantu atau tidak member semangat juga gangguan media
elektronik. Salah satu usahanya adalah ciptakan suasana di rumah dan di sekolah yang
2. Pertemuan Kedua
49
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 24 Nopember 2021 di kelas IX.3 SMPIT At Taqwa
Narogong.
Tahap pertama yaitu pembentukan, pada tahap ini konselor menumbuhkan minat
klien, menjelaskan pengertian dan tujuan dari konseling kelompok dan ajakan untuk memasuki
kegiatan konseling kelompok yaitu pembentukan kelompok, pada tahap ini konselor mulai
Tahap kedua yaitu peralihan, pada tahap ini adalah masa antara pembentukan kelompok
ke kegiatan utama yaitu memantau ekspresi, emosi dan interaksi dalam kelompok.
Tahap ketiga yaitu kegiatan atau aktivitas, pada tahap ini merupakan kegiatan inti dari
konseling kelompok, waktu yang dibutuhkan sangat banyak karena disinilah aktivitas yang
permintaan konselor, siswa menyampaikan situasi yang dirasakan yang berkenaan dengan
motivasi belajar dan klien atau siswa diajak untuk memberikan makna terhadap permasalahan
yang dihadapi.
Tahap keempat yaitu pengakhiran, dalam tahap ini diberikan kesempatan kepada
membuat keputusan akhir dalam kelompok atau mengambil kesimpulan yang dapat bermanfaat
mengenai upaya meningkatklan motivasi belajar sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari, pada tahap ini konselor memberikan kesempatan pada masing-masing kelompok
oleh wakilnya mengemukakan hasil dari bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok diakhiri
atau ditutup oleh konselor dengan memberikan kesimpulan akhir dalam mengatasi masalah
50
Setelah selesai kegiatan bimbingan kelompok siswa diberi angket untuk mengetahui
sejauh mana keberhasilan proses pemberian layanan bimbingan kelompok mengenai motivasi
Hasil pengamatan teman sejawat terhadap pelaksanaan tindakan bimbingan konseling pada
Penilaia
No Aspek Pengamatan n
Baik Cukup Kurang
1. Tahap Attending
a.Penerimaan kehadiran konseli V
b.Menggali pernyataan konseli secara verbal V
c.Mendengarkan untuk mendapatkan informasi V
2, Tahap Responding
a.Kemampuan merespon terhadap isi V
b.Kemampuan merespon terhadap makna V
3. Tahap Personalizing
a.Mengajak konseli untuk melihat masalahnya V
b.Mengajak konseli agar mempertanggungjawab V
kan masalahnya
c.Menjaga komunikasi positif yang terbentuk V
d.Memberikan pemahaman terhadap konseli V
keberartian suatu pengalaman bagi dirinya
e.Merumuskan yang menjadi kekurangan konseli V
f.Merumuskan perilaku sebagai jawaban terhadap V
masalah yang dihadapi konseli
4. Tahap Initiating
a.Mendorong konseli agar memiliki kekuatan V
untuk mencapai tujuan
b.Mendorong konseli agar memprogram langkah V
pencapaian tujuan
c.Memberikan penguatan baik positif atau negatif V
d.Memberikan semangat pencapaian tujuan V
51
No Aspek Pengamatan Penilaian
Baik Cukup Kurang
1. Tahap Pembentukan
a.Kehadiran dengan penuh kesadaran V
b.Pembentukan kelompok V
c.Pernyataan kelompok secara verbal V
2. Tahap Peralihan
a.Adanya kesadaran kesukarelaan V
b.Kelompok menyampaikan situasi V
yang dirasakannya
c.Kelompok mengekspresikan perasaannya V
d.Kelompok mengeksplorasi alasan V
terhadap perasaannya
3. Tahap Kegiatan/ Tindakan
a.Adanya pemahaman akan makna, V
masalah, dan tujuan
b.Kelompok menemukan cara dan V
pemecahannya
c.Kelompok menemukan alternatif tindakan V
yang sesuai dengan nilai-nilai yangdianut
d.Kelompok dapat menyelesaikan masalah V
dengan tuntas
4. Tahap Pengakkhiran
a.Kelompok mengemukakan hasil kegiatan V
b.Mengemukakan kesimpulan kesan ,pesan V
dan harapan
c.Merumuskan tujuan,kesimpulan untuk V
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
d.Adanya kepuasan baik konseli dan V
konselor
peningkatan dari kategori cukup menjadi baik. Dan pada pertemuan ini adanya kepuasan baik
52
Temuan essensial berdasarkan hasil observasi pada siklus II
observer
Hasil tes motivasi belajar Rata-rata skor 71,7% (kategori tinggi) jika
dibandingkan dengan kriteria yaitu 65% ada
kenaikan 8% dari siklus I yaitu 63,7%
motivasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran matematika, hal ini dapat terlihat dari data
hasil penyebaran angket terhadap siswa yang menjadi subjek penelitian . Data peningkatan
motivasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika pada siklus II dapat dilihat pada tabel
berikut.
53
Tabel 4.9 Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
matematika dari siklus I ke Siklus II dapat digambarkan dalam bentuk grafik berikut ini.
54
Grafik 4.2 Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Pada Siklus I dan Siklus 2
72%
70%
68%
66%
64%
62%
60%
58%
sikus 1 siklus 2
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa ada kenaikan yang signifikan
motivasi belajar siswa setelah dilaksanakan siklus II yaitu adanya kenaikan sebesar 8%, pada
d. Refleksi
terhadap proses pelaksanaan tindakan maupun hasil pemberian tindakan. Hasil pengamatan
dilakukan baik terhadap proses pelaksanaan tindakan menjadi salah satu bahan analisis. Selain
itu data yang diperoleh melalui angket untuk melihat perubahan yang terjadi setelah pemberian
tindakan juga menjadi juga menjadi bahan analisis dalam kegiatan refleksi
bimbingan dan konseling SMPIT At Taqwa Narogong dan dihadiri oleh teman sejawat. Dalam
55
pertemuan tersebut antara peneliti dan teman sejawat mengadakan diskusi, tukar pikiran dan
sumbang saran serta secara bersama-sama membahas data hasil pengamatan pertemuan pertama
dan pertemuan kedua pada siklus II. Dan dalam kesempatan ini dibahas dan dianalisis data hasil
pemberian angket yang mengungkap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika.
Setelah mencermati, mengkaji dan menganalisis data yang ada, maka peneliti dan
1. Aktivitas Guru Pembimbing dan siswa secara umum mencapai kategori baik, dan adanya
pemahaman yang tinggi dengan meningkatnya motivasi belajar dan adanya rasa puas baik
2. Pelaksanaan tindakan melalui bimbingan kelompok telah membawa perubahan yang positif
pada peningkatan motivasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran matematika. Data
penelitian siklus II tingkat motivasi belajar siswa mencapai angka 71,7% jika dibandingkan
dengan hasil penelitian siklus I terjadi peningkatan sebesar 8% dimana angka rata-rata siklus I
71,7% persen berarti telah mencapai hasil yang diharapkan, dimana angka tersebut telah
peningkatan yang signifikan yaitu 76,1 % meningkat 3,2% jika dibandingkan dengan hasil
ulangan setelah siklus I yaitu 72,3%. Tingkat pencapaian nilai rata-rata 76,1% sudah
56
Oleh karena itu penelitian tindakan bimbingan dan konseling dalam upaya
meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika dianggap cukup dan
B. Pembahasan
merupakan upaya membantu siswa dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan
lain serta berusaha meningkatkan motivasinya sendiri dirinya dan orang lain. Hal ini tercermin
dalam pemahaman, aktivitas maupun peningkatan hasil tes motivasi belajar sebelum
penelitian tindakan bimbingan konseling sebagai data awal sebesar 58,9%. Setelah siklus I
meningkat rata-ratanya menjadi 63,7%. Hal ini membuktikan adanya peningkatan sebesar
4,8% .
pada mata pelajaran matematika menunjukkan peningkatan yang signifikan, pada siklus I
angka rata-rata yang diperoleh 63,7% setelah siklus II rata-rata yang diperoleh menjadi 71,7%
berarti mengalami peningkatan sebesar 8%.Hal ini sudah melampaui kriteria yaitu 65%.
Begitupun dengan hasil nilai ulangan harian matematika, data awal sebelum
penelitian tindakan bimbingan konseling mengenai motivasi belajar, nilai rata-rata yang
diperoleh 59,8%. Setelah dilaksanakan siklus I, nilai ulangan harian matematika rata-ratanya
58
57
menjadi 72,3% berarti adanya peningkatan sebesar 12,5%. Setelah dilanjutkan dengan siklus
II, nilai ulangan harianpun meningkat rata-ratanya menjadi 76,1%, adanya peningkatan
sebesar 3,2% dan sudah memenuhi kriteria ketuntasan minimal yaitu 75.
Grafik 4.3 Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Pra PTBK, Siklus I,Siklus II
1
0.9
0.8
0.7
0.6 Motivasi 58,9% 63,7%
0.5 71,7%
NH.Mat 59,8% 72,3%
0.4 76,1%
0.3
0.2
0.1
0
Pra PTBK Siklus I SiklusII
Maka berdasarkan data yang telah diolah dan dianalis tersebut dapat
prestasi sesuai dengan pendapat Satria Hadi Lubis (2007:229) menyatakan bahwa
individu yang ingin sukses membutuhkan semangat (motivasi) sebagai modal awal,
58
tujuan (visi) sebagai harapan dan impian (cita-cita), pelaksanaan (aksi) yaitu cara
2. Gambaran motivasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika sebagai data awal
adalah rata-rata siswa memiliki motivasi belajar yang rendah, sebesar 58,9%.
Terjadi proses peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika
63,7% atau mengalami peningkatan 4,8%. Dan setelah siklus II rata-ratanya menjadi
3. Terjadi juga proses peningkatan prestasi belajar siswa dari ulangan harian awal rata-
rata sebagai data awal yaitu 59,8%. Setelah dilaksanakan siklus I diadakan ulangan
harian dan diperoleh rata-rata 72,3% adanya peningkatan sebesar 12,5%. Setelah
dilaksanakan siklus II diadakan lagi ulangan harian diperoleh rata-rata 76,1% adanya
BAB V
59
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
siswa kelas IX.3 SMPIT At Taqwa Narogong tahun pelajaran 2021/2022 yang telah
matematika.
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sebesar 4,8% dari 58,9% pada Pra
PTBK menjadi 63,7% pada Siklus I. Kemudian hasil penelitian siklus II meningkat
lagi sebesar 8% dari 63,7% pada Siklus I menjadi 71,7% pda Siklus II.
pada hasil belajar siswa dari data awal nilai rata-rata ualangan harian diperoleh
lagi siklus II, rata-rata nilai ulangan harianpun meningkat menjadi 76,1%, adanya
meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika.
60
5. Kegiatan bimbingan kelompok sangat membantu dan dapat meingkatkan
belajar , strategi ini sangat efektif untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan.
B. Saran
Berdasarkan kajian teoritis dan hasil penelitian , ada beberapa saran yang
optimal dibutuhkan inovasi dan improvisasi secara terus menerus sesuai dengan
tahapan pembelajaran atau layanan konseling, konsep awal siswa, serta alat atau
guru melibatkan siswa secara aktif dan menjadikan kegiatan dinamika kelompok
4. Guru dan pembimbing hendaknya mau mencoba untuk mencari teknik atau metode
pembelajaran dan layanan bimbingan konseling yang kreatif, inovatif dan tidak
konvensional.
61
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 2002, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : PT. Rineka Cipta
BNSP dan Pusat Kurikulum 2006, Panduan Pengembangan Diri, Jakarta : Depdiknas.
Corey, Gerald, 2002, Teori dan Praktek Konseling dan psikologi. Bandung:Refika.
Gunarsa, Singgih D, 1996,. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
______, 1996,. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
MGBK Provinsi Jabar dan DKI, 2008, Panduan Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling
Muslihuddin, 2012, Kiat Sukses Melakukan Penelitian Tindakan Kelas dan Sekolah,
Bandung : Rizqi Press.
62
Sudjana, Nana, 2010. Menyusun Karya Tulis Ilmiah Berbasis Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Bekasi: LPP Binamitra.
63