Anda di halaman 1dari 24

PENERAPAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN

KELUARGA SEBAGAI BENTUK KETAHANAN KELUARGA

MAKALAH

Disusun Oleh:

Nama: Vironika Usmi


NPM : B1A021249

Dosen Pengampu:

1. Asep Suherman, SH, M.H.


2. Noeke Sri Wardhani, SH, M.HUM.

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BENGKULU
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah
yang berjudul ‘’PENERAPAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN
KELUARGA SEBAGAI BENTUK KETAHANAN KELUARGA.’’ Atas dukungan moral dan
materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Asep Suherman, SH, M.H.
2. Ibu Noeke Sri Wardhani, SH. M.HUM
3. Orang tua penulis yang banyak memberikan dukungan baik moril maupun materil.
Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam
proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih terdapat
beberapa kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.

Manna, Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka..............................................................................................................2
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian..............................................................................................................7
B. Pendekatan Penelitian.......................................................................................................7
C. Sumber Data......................................................................................................................8
D. Teknik Pengumpulan Data...............................................................................................8
E. Pengolahan Data................................................................................................................9
F. Analisis Data.....................................................................................................................10
BAB IV PEMBAHASAN
A. Cara Menerapkan Nilai-Nilai Pnacasila........................................................................11
B. Kendala Yang Dihadapi Dalam Menerapkan Nilai-Nilai
Pancasila...........................................................................................................................14
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................................................16
B. Saran................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18
LAMPIRAN-LAMPIRAN...................................................................................................................19

ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila adalah ideologi Bangsa Indonesia. . Secara etimologi, Pancasila berasal dari
Bahasa Sansekerta "Panca" artinya lima. Sedangkan "Sila" diartikan sebagai asas atau dasar. Jadi
Pancasila berarti lima dasar/lima asas. Pendidikan pancasila dalam kehidupan sehari hari dapat
memberikan dampak yang baik untuk masyarakat agar masyarakat mematuhi dan menganut nilai
nilai dalam pancasila karena nilai yang terkandung dalam pancasila mempunyai banyak makna
untuk kehidupan sehari hari dalam beragama, memberikan pendapat dan lain-lain (Dewantara &
Nurgiansah, 2021a). Nilai-nilai yang terkandung dalam butir-butir Pancasila perlu diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan nilai Pancasila diterapkan dalam berbagai bidang
kehidupan, mulai dari keluarga, sekolah, masyarakat, hingga bangsa dan negara.
Nilai terbentuk karena adanya rasa, cipta, dan keyakinan setiap orang. Nilai mampu mendorong
dan mengarahkan seseorang dalam bersikap dan berperilaku. Jadi, Nilai Pancasila didefinisikan
sebagai segala suatu yang berharga, bermakna, dan mampu menyadarkan manusia dalam
bersikap dan bertingkah laku berdasarkan Pancasila. Nilai-nilai Pancasila merupakan sumber
nilai yang dijadikan pedoman dalam bertingkah laku.

B. Rumusan Masalah:
1. Bagaimana cara menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari?
2. Kendala apakah yang sering dihadapi dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila dan
solusi untuk mengatasinya?

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

Pancasila merupakan dasar sekaligus ideologi bangsa dan negara indonesia, mengajarkan
prinsip kehidupan, berbangsa, dan bernegara. Pancasila yang terdapat pada pembukaan UUD
1945 diuraikan lebih mendalam pada pasal-pasal yang berbunyi : nilai-nilai pancasila menjadi
nilai yang mengatur seluruh kehidupan bebangsa dan bernegara dari bidang pendidikan, hukum,
politik, ekonomi, budaya, dan kemasyarakatan. Pendidikan budaya dan karakter bangsa memiliki
tujuan untuk mempersiapkan generasi bangsa yang baik, yaitu bangsa yang berkemampuan,
berkemauan seta mengimplementasikan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sebagai bangsa
indonesia (Sri Juliani 2010. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan). Pancasila memiliki kedudukan
dan fungsi bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu.

1). Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia : sebagai nilai-nilai kehidupan dalam
masyarakat bangsa indonesia melalui penjabaran instrumental sebagai ancuan hidup serta sesuai
dengan nafas jiwa bangsa indonesia dan karena pancasila lahir bersama dengan lahirnya bangsa
indonesia.

2). Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia : merupakan bentuk peran dalam
menunjukan adanya kepribadian bangsa indonesia yang dapat dibedakan dengan bangsa lain,
yaitu sikap mental, tingkah laku, dan amal perbuatan bangsa indonesia.

3). Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia : merupakan kristalisasi pengalaman
hidup dalam sejarah bangsa indonesia yang telah membentuk sikap, watak, prilaku, tata nilai
norma, dan etika yang telah melahirkan pandangan hidup.

4). Pancasila sebagai dasar negara Indonesia : untuk mengatur tatanan kehidupan bangsa
Indonesia dan negara Indonesia yang mengatur semua pelaksanaan sistem ketatanegaraan
Indonesia sesuai Pancasila.

2
5). Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum bagi negara republik Indonesia :
sebagai segala sumber hukum di negara Indonesia karena segala kehidupan negara Indonesia
berdasarkan pancasila, itu juga harus berlandaskan hukum. Semua tindakan kekuasaan dalam
masyarakat harus berlandaskan hukum.

6). Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia pada waktu mendirikan negara :
karena pada waktu mendirikan negara pancasila adalah perjanjian luhur yang disepakati oleh
para pendiri negara untuk dilaksanakan, pelihara, dan dilestarikan.

7). Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia : karena dalam pancasila,
mengandung cita-cita dan tujuan negara Indonesia adalah menjadikan pancasila sebagai patikan
atau landasan pemersatu bangsa.

Pendidikan pancasila adalah pendidikan nilai-nilai yang bertujuan membentuk sikap dan
prilaku positif manusia sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila (Kaelan
2010:29) anak muda indonesia adalah aset penting bagi negara, dimana nantinya anak mudalah
yang akan menjadi penerus pendiri bangsa yang akan menjadi pemimpin yang membawa
indonesia menjadi negara yang maju dan unggul. Pendidikan pancasila sebagai pondasi untuk
membentengi karakter anak bangsa akan menunjang sosok pribadi manusia yang cinta akan
tanah airnya dan rela berkorban demi negara dan bangsanya. Sebabb tujuan dari pendidikan
pancasila ini adalah untuk menghidupkan rasa cinta tanah air (nasionalis), mengembangkan
kepekaan jati diri dan moral sosial bangsa dalam kehidupan yang sesuai dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam pancasila.

(Jurnal Edumaspul, 5 (2), Year 2021 – 396).

Pada nilai pancasila ke-1 Ketuhanan Yang Maha Esa didalam keluarga menjelaskan
bahwa dalam agama Islam bahwa Ketuhanan Yang Maha Esa adalah bentuk keimanan kita yang
harus senantiasa kita pegang dan kita ajarkan kepada keturunan kita, karna tauhid inilah yang
akan menjadi pondasi serta landasan kita dalam berkehidupan terlebih di dalam keluargadan
betetangga yang berbeda agamanya. Menurut bapak Adem Tuturnya “ Ketuhanan Yang Maha
Esa itu dalam Islam adalah Allah SWT. adalah tuhan yang maha tunggal. Artinya bahwa saya
selaku orang tua wajib mengajarkan kepada anak saya mengenai ketauhidan, sebab itu upaya

3
dalam menjaga pondasi keimanan dalam berIslam, mengajak anak beribadah tepat waktu dan
menghormati perbedaan adalah bentuk kita taat kepada agama yang kita yakini”. Dan Ibu Uun
tuturnya “saya selalu mengingatkan kepada anak-anak untuk selalu jangan meninggalkan shalat
dan selalu ingat sama Allah dimanapun mereka berada.”
Pada nilai pancasila ke-2 Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab di dalam keluarga bahwa
orangtua adalah cerminan utama dalam melakukan prilaku yang adil terhadap anak maupun istri
didalam keluarga terlebih kepada tentangga sekitar. Sebab anak akan melihat dan mencontoh
bagaimana dia diperlakukan di dalam keluarga dan seberapa besar dia ikut andil dalam setiap
keputusan didalam keluarga. Menurut bapak Adem tuturnya “ menjadi manusia yang adil itukan
berarti kita harus bisa menempatkan sesuatu pada tempatnya, memberikan sesuatu yang sesuai
dengan kebutuhannya. Artinya hal yang selalu saya ajarkan dari nilai tersebut kepada anak
adalah saya memberika mereka kasih sayang dengan sama rata, mengajari mereka pemahaman
bahwa kakak dan adik mempunyai kebutuhan yang berbeda dan ada takaran-takaran agar
kebutuhan mereka terpenuhi sesuai dengan kebutuhannya dan begitu juga kepada istri saya. kita
selalu menyarankan berbuat baik kepada tetangga, sebab penolong pertama dalam keluarga kita
pasti tetangga kita yang secara letak rumahnya bedekatan dengan kita”. Dan ibu Uun tuturnya
“Saya selalu menyayangi mereka dan tidak membedakan mereka dalam hal kasih sayang.
terlebih ketika memberi uang jajan, saya selalu mengingatkan kebutuhan adik sama kakak itu
berbeda.”
Pada nilai pancasila ke-3 Persatuan Indonesia implementasinya didalam keluarga bahwa
persatuan adalah upaya kita menjaga keluarga agar tetap rukun dan damai. Menjaga persatuan
dan kesatuan didalam keluarga sangat penting dalam upaya menciptakan iklim keharmonisan
terhadap anak dan orang tua. Menurut bapak Adem tuturnya “ saya selalu tegas kan kepada
keluarga saya bahwa kita didalam keluarga harus saling bahu-membahu, bantu-membatu dalam
keadaan apapun, saling menghormati kepada yang lebih tua. Mengutamakan kepentingan
keluarga dan membantu tetangga yang membutuhkan”. Menurut ibu Uun “ kerukunan dalam
keluarga menurut saya adalah bentuk dari sebuah persatuan, karna sebagai seorang ibu saya
selalu engingatkan agar selalu rendah hati dan saling menyangi.”
Pada nilai pancasila ke-4 Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawarahan/Perwakilan didalam keluarga adalah bahwa setiap keputusan yang di ambil
dan dijalankan didalam keluarga harus di ambil dengan cara kemufakatan bersama antara

4
anggota keluaraga. Ikut andil dalam menentukan peraturan dirumah dan bertanggung jawab
dalam melaksanakannya. Menurut bapak Adem tuturnya “saya selaku kepala rumah tangga
berhak mengatur dan menentukan apa saja yang harus dilakukan didalam keluarga. Tapi karna
saya tahu bahwa hal tersebut adalah keputusan yang tidak tepat, dalam menyelesaikan setiap
masalah saya selalu mengumpulkan keluarga untuk mencari solusi bersama agar setiap masalah
yang dihadapi dapat terselesaikan. Contohnya saya memberikan pilihan dan masukan terhadap
minat pendidikan yang akan dia ambil untuk kedepannya”. Kemudian menurut ibu Uun “kalau
masalah ini biasanya saya lebih menyerahkan kepada kepala keluarga yaitu suami saya, dan saya
hanya memberikan masukan.”
Pada nilai pancasila ke-5 Keadilaan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia bentuk
pengimplementasiannya didalam keluarga berupa keadillan menyeluruh terhadap anggota
keluarga yang disepakati secara bersama dan bergotong royong serta bertanggung jawab dalam
melaksanakannya. Sila ke-5 merupakan bentu keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta
memupuk sikap adil terhadap anggota keluarga. Menurut bapak Adem tuturnya “ seperti yang
saya katakan tadi bahwa keadilan di dalam keluarga adalah menjadi manusia yang adil berarti
kita harus bisa menempatkan sesuatu pada tempatnya, memberikan sesuatu yang sesuai dengan
kebutuhannya. Dalam hal sederhana saja misalnya memberika uang jajan, keadilan itu bukan
berupa nominal yang sama rata, tetapi kita memberikan sesuai kebutuhan anak saja. Dan saya
selalu memberika kebebasan kepada anak-anak untuk menentukan pendidikan mereka asal
jangan meninggalkan ajaran agama. Kemudia menurut ibu Uun tuturnya “keadilaan ini bagi saya
adalah saya menyayangi dan mengasihi mereka semuanya sama, tidak ada yang dibeda-
bedakan.”
(Jurnal Edumaspul, 5 (2), Year 2021 – 400).

Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dari Sila ke 1 sampai Sila Sila ke 5 yang
harus diaplikasikan atau dijabarkan dalam setiap kegiatan dikehidupan sehari-hari adalah sebagai
berikut:
Dalam Sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai religius, antara lain:
Kepercayaan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta segala sesuatu dengan
sifat-sifat yang sempurna dan suci seperti Maha Kuasa, Maha Pengasih, Maha Adil, Maha
Bijaksana dan sebagainya; Contohnya: Menyayangi tumbuh-tumbuhan dan merawatnya; selalu
menjaga kebersihan dan sebagainya (Dedees, 2016).

5
Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab terkandung nilai-nilai perikemanusiaan yang
harus diperhatikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini antara lain sebagai berikut:
Pengakuan adanya harkat dan martabat manusia dengan segala hak dan kewajiban asasinya.
Penerapan, pengamalan/ aplikasi sila ini dalam kehidupan sehari hari yaitu: Dapat diwujudkan
dalam bentuk kepedulian akan hak setiap orang untuk memperoleh lingkungan hidup yang baik
dan sehat; hak setiap orang untuk mendapatkan informasi lingkungan hidup yang berkaitan
dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup; hak setiap orang untuk berperan dalam
rangka pengelolaan lingkungan hidup yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan hukum yang
berlaku dan sebagainya.
Sila Persatuan Indonesia terkandung nilai persatuan bangsa, dalam arti dalam hal-hal
yang menyangkut persatuan bangsa patut diperhatikan aspekaspek sebagai berikut: Persatuan
Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia serta wajib membela dan
menjunjung tinggi (patriotisme); Pengakuan terhadap Ke Bhinneka Tunggal Ika dan suku bangsa
(etnis) dan kebudayaan bangsa (berbeda-beda namun satu jiwa) yang memberikan arah dalam
pembinaan kesatuan bangsa; Cinta dan bangga akan bangsa dan Negara Indonesia (nasionalisme)
(Sutiyono, 2018).
Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan
Perwakilan terkandung nilai-nilai kerakyatan. Dalam hal ini ada beberapa hal yang harus
dicermati, yakni: Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran
dan tanggung jawab para pengambil keputusan dalam pengelolaan lingkungan hidup;
Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran akan hak dan
tanggung jawab masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup; Mewujudkan, menumbuhkan,
mengembangkan dan meningkatkan kemitraan, Masyarakat, dunia usaha dan pemerintah dalam
upaya pelestarian daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
Dalam Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia terkandung nilai keadilan
sosial. Dalam hal ini harus diperhatikan beberapa aspek berikut, antara lain: Penerapan sila ini
tampak dalam ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur masalah lingkungan hidup. Sebagai
contoh, dalam Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan
Negara (GBHN), Bagian H yang mengatur aspek-aspek pengelolaan lingkungan hidup dan
pemanfaatan sumber daya alam (Yunita & Suryadi, 2018).
(Jurnal Kewarganegaraan Vol. 5 No.1 Juni 2021).

6
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti merupakan masalah yang bersifat sosial dan
dinamis. Oleh karena itu, peneliti memilih menggunakan metode penelitian kualitatif untuk
menentukan cara mencari, mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data hasil penelitian
tersebut. Penelitian kualitatif ini dapat digunakan untuk memahami interaksi sosial, misalnya
dengan wawancara mendalam sehingga akan ditemukan pola-pola yang jelas. Penelitian
kualitatif bertujuan memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan
manusia yang diteliti. Penelitian kualitatif berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat atau
kepercayaan orang yang diteliti dan kesemuanya tidak dapat diukur dengan angka.

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Karena
pendekatan kualitatif merupakan data yang berbentuk kalimat, kata atau gambar. Data kualitatif
bisa juga didefinisikan sebagai data yang berbentuk kategorisasi, karekteristik bewujud
pertanyaan atau kata-kata. Pendekatan penelitian dan empiris dalam penelitian sangatlah
diperlukan. Oleh karena itu sesuai dengan makalah ini menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati. Penulis menggunakan penelitian kualitatif karena mempunyai tiga alasan
yaitu : pertama, lebih muda mengadakan penyesuaian dengan kenyataannya yang berdimensi
ganda. Kedua, lebih muda menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan
subjek penelitian. Ketiga, memiliki kepekaan dan daya penyesuaian diri dengan banyak
pengaruh yang timbul dari pola-pola nilai yang dihadapi.

7
C. Sumber Data

Dalam buku metodologi penelitian kualitatif karangan Prof. DR. Lexy J. Moleong, M.A,
jenis data dalam penelitian kualitatif dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data
tertulis, foto, dan statistik. Dalam penerepannya peneliti hanya menggunakan jenis data kata-kata
dan tindakan, Sumber data tertulis, dan foto yang kemudian peneliti simpulkan menjadi data
primer dan data sekunder.

1. Data Primer
Data primer adalah data yang hanya dapat kita peroleh dari sumber asli atau
pertama. Data yang diperoleh secara langsung dari responden atau obyek yang
akan diteliti melalui pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan fokus
penelitian yang penulis teliti. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan
responden. Semua data yang digali digunakan untuk mendapat informasi
tentang penelitian.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal
mencari dan mengumpulkan. Untuk itu dalam penelitian ini penulis bisa
menggunakan dokumentasi maupun informasi lain yang berkaitan dengan
jalannya penelitian ini. Data sekunder ini akan peneliti dapatkan dari satu orang
responden.

D. Pengolahan Data

Dalam penelitian ini, penulis mengolah data dengan cara yang sistematis atau sesuai
dengan prosedur yang telah diarahkan, dengan tahapan-tahapan yang pertama yaitu:
Penyuntingan, kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan memeriksa seluruh daftar pertanyaan
yang dikembalikan responden. Yang kedua pengkodean (Coding), tujuan dari pengkodean adalah
menyederhanakan jawaban dari pihak responden.

8
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk mendapatkan
data dalam suatu penelitian. Pada penelitian kali ini penulis memilih jenis penelitian kualitatif
maka data yang diperoleh haruslah mendalam, jelas dan spesifik. Selanjutnya dijelaskan oleh
Sugiyono (2009:225) bahwa pengumpulan data dapat diperoleh dari hasil observasi, wawancara,
dokumentasi, dan gabungan/triangulasi. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data dengan cara dokumentasi, dan wawancara.
1. Wawancara
Dalam teknik pengumpulan menggunakan wawancara hampir sama dengan kuesioner.
Wawancara itu sendiri dibagi menjadi 3 kelompok yaitu wawancara terstruktur, wawancara
semi-terstruktur, dan wawancara mendalam (in-depth interview). Namun disini peneliti memilih
melakukan wawancara mendalam, ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang kompleks,
yang sebagian besar berisi pendapat, sikap, dan pengalaman pribadi, Sulistyo-Basuki (2006:173).
Untuk menghindari kehilangan informasi, maka peneliti meminta ijin kepada informan untuk
menggunakan alat perekam. Sebelum dilangsungkan wawancara mendalam, peneliti menjelaskan
atau memberikan sekilas gambaran dan latar belakang secara ringkas dan jelas mengenai topik
penelitian.
2. Studi Pustaka

Yaitu Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari buku-buku


referensi, laporan-laporan, majalah-majalah, jurnal-jurnal dan media lainnya yang berkaitan
dengan obyek penelitian.

3. Dokumentasi

Dokumen menurut Sugiyono, (2009:240) merupakan catatan peristiwa yang sudah


berlalu. Dokumen yang digunakan peneliti disini berupa foto, gambar, serta data-data mengenai.
Hasil penelitian dari observasi dan wawancara akan semakin sah dan dapat dipercaya apabila
didukung oleh foto-foto.

9
F. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif menurut Bognan & Biklen (1982) sebagaimana dikutip Moleong
(2007:248), adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan
data, memilahmilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa
yang dapat diceritakan kepada orang lain. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
langkah awal dari analisis data adalah mengumpulkan data yang ada, menyusun secara
sistematis, kemudian mempresentasikan hasil penelitiannya kepada orang lain. Mc Drury
(Collaborative Group Analysis of Data, 1999) seperti yang dikutip Moleong (2007:248).

10
BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISIS

Laporan Hasil Wawancara

Hari/Tanggal Pelaksanaan : Jumat, 19 November 2021


Waktu Pelaksanaan : 14.30-17.00 WIB
Tempat Pelaksanaan : Rumah Responden
Tema Wawancara : Penerapan Nilai-Nilai Pancasila Dalam Kehidupan Keluarga

Pada tanggal 19 November 2021, penulis sudah melakukan wawancara kepada seorang
responden yang bernama Denny Fariani, berumur 45 tahun, yang berpendidikan terakhir sarjana
S1, beralamat di Jl. Letnan Jahidin, Kel. Kampung Baru, Kec. Kota Manna, Kab. Bengkulu
Selatan. Responden adalah seorang ibu rumah tangga sekaligus bekerja sebagai tenaga pendidik
di salah satu yayasan di Kota Manna, Kab. Bengkulu Selatan. Responden mempunyai 1 orang
suami dan satu orang anak yang berumur 20 Tahun.

A. Cara Menerapkan Nilai-Nilai Pancasila Di Kehidupan Sehari-Hari

Dalam nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila, responden hanya mengetahui


beberapa penerapan saja dari 5 sila yang terkandung dalam pancasila. Mengungkit kilas balik
sejarah pada kenangan masa kecilnya responden bercerita bahwa dia selalu dikelilingi oleh
orang- orang yang hebat dan ia lahir di keluarga yang berkecukupan, responden lahir ditengah-
tengah keluarga yang penuh kehangatan dan keharmonisan, ia juga dikelilingi oleh orang-orang
dan lingkungan sekitar yang baik, dan beliau dari SD-Pendidikan Tinggi bersekolah disekolah
negeri. Pada masa kecilnya ia juga bercerita kalau orang tua beliau selalu mengajarkan nilai-nilai
pancasila seperti, ia selalu diajarkan mengaji, sholat, berbakti kepada orang tua, bersikap sopan,
santun dan beradab. Responden mengaku kalau pada saat ini dalam menerapkan nilai-nilai yang
terkandung dalam pancasila responden mengalami beberapa kendala sejak ia menikah atau

11
berkeluarga dan karena adanya tuntutan pekerjaan yang membuat responden lalai dalam
menerapkannya.

Menurut responden setiap orang wajib menjalankan perintah agama sesuai dengan
kepercayaaan masing-masing, karena perintah tuhan merupakan suatu kewajiban yang harus
diamalkan dalam setiap diri umat manusia, responden juga mengatakan bahwa ia terlahir dari
keluarga yang taat dalam beragama, karena beliau dari kecil sudah diajarkan untuk taat beribadah
dan tepat waktu dalam menjalankannya. Setiap beribadah responden selalu melaksankan
kewajibannya di masjid maupun dirumah sesuai dengan kondisi saat itu, beliau juga mengakui
kalau pada saat ini beliau sering menunda-nunda waktu ibadah karena adanya tuntuntan yang
tidak bisa ditinggalkan seperti tuntutan waktu dalam hal pekerjaan. Responden mengatakan
setelah beliau melakukan ibadah, dirinya merasa lebih tenang dan tidak merasa gelisah dalam
melakukan sesuatu, ia selalu mengingatkan diri dan keluarga untuk beribadah dengan cara
seperti menyetel alarm pengingat di handphone dan saling mengingatkan/menegur satu sama
lain. Dalam kehidupan keluarganya responden selalu memberikan sesuatu hal yang memotivasi
kepada keluarganya untuk melakukan ibadah, dengan cara melakukan edukasi terhadap dunia
dan akhirat serta memberikan keyakinan bahwa dunia merupakan kesenangan yang tidak abadi
dengan seperti itu maka anggota keluarga akan termotivasi untuk selalu mengerjakan ibadah
demi mencapai cita-cita diakhirat kelak. Ia juga mengakui dalam memperlakukan keluarganya ia
sudah berusaha bersikap adil sesuai dengan perannya.

Dalam kehidupan keluarganya, responden mengakui jika ada salah seorang yang
melakukan kesalahan maka responden akan menasehati secara baik-baik , responden mengakui
jika ia dalam menjalankan perannya sebagai seorang istri atau ibu belum sepenuhnya benar,
karena terkadang ia juga sering lalai terhadap tugasnya. Dalam berkeluarga tentunya responden
pernah mengalami permasalahan seperti selisih paham, maka responden akan menyelesaikannya
secara baik dan dengan kepala dingin, beliau juga mengakui setiap kali ia marah, dia tidak
pernah memukuli atau main kasar terhadap fisik, tetapi ia pernah melontarkan kata-kata kasar
dan masih termasuk dalam hal wajar, karena responden tidak pernah diajarkan dalam
kehidupannya untuk bersikap kasar dalam pengaruh amarah. Menurut responden hal yang paling
ia sesali dalam kehidupannya yaitu ia pernah bersikap tidak senonoh dan pernah berbohong
kepada orang tuanya. Responden juga memberi tahukan cara ia meminta maaf jika telah

12
melakukan kesalahan ialah dengan mengatakan permintaaan maaf kepada yang bersangkutan dan
selalu bersikap baik, dalam menyikapi permasalahan diluar agar tidak dibawa ke dalam
lingkungan keluarga ia bersikap secara dewasa dan tidak terlalu diperlihatkan terhadap keluarga
atas permasalahan tersebut. Responden mengakui kalau ia merasakan kenyamanan didalam
hidup dengan tinggal bersama keluarga dirumah, karena keluarga adalah tempat/rumah paling
nyaman untuk berteduh. Menurut pendapat responden cara membuat suasana menjadi akur dan
tentram dengan penuh kasih sayang ialah dengan saling menjaga komunikasi dengan baik, saling
melibatkan satu sama lain dalam hal apapun, saling terbuka, dan saling memberikan pengertian.
Beliau juga menyebutkan cara menghindari hal-hal negatif yang datangnya dari luar yaitu
dengan bersikap cuek, dan jangan terlalu memperdulikan perkataan orang sekitar yang bisa
membawa pengaruh buruk. Ia juga bercerita dalam menyelesaikan pekerjaan rumah, keluarga
responden saling membantu satu sama lain agar terciptanya rasa empati dan gotong royong
dalam suatu keluarga dan tidak adanya rasa segan satu sama lain. Didalam kehidupan rumah
tangga hal yang membuat responden merasa jengkel atau marah yaitu karena adanya selisih
paham antara satu sama lain, cara mengatasinya yaitu dengan cara berkomunikasi dengan baik
dan saling terbuka antara masalah yang sedang dihadapi sehingga adanya jalan keluar dalam
permasalahan tersebut.

Menurut responden sikap buruk yang ada pada dirinya seeperti suka marah-marah tidak
ditiru oleh keluarganya, karena itu merupakan sikap yang tidak untuk ditiru. Responden
mengatakan bahwasanya anggota keluarganya telah mencerminkan sikap tanggung jawab baik
dalam keluarga maupun masyarakat, seperti saling membantu dalam pekerjaan rumah dan saling
bergotong royong dalam kehidupan masyarakat. Menurut responden dalam menyikapi setiap
permasalahan yang ada dikehidupan keluarga nya yaitu dengan membicarakannya kepada orang
tua responden seperti meminta saran maupun bantuan materi, responden juga mengatakan dalam
mengambil sebuah keputusan didalam keluarga lebih diambil oleh suami akan tetapi tetap
melakukan musyawarah bersama anggota keluarga. Menurut responden dalam setiap
kesepakatan yang diambil dengan diadakannya musyawarah bersama anggota keluarga untuk
mengambil sebuah keputusan sehingga kesepakatan didalam anggota keluarga disepakati.
Responden mengatakan dalam menyikapi anggota keluarga yang tidak taat terhadap aturan yang
telah sepakati, seperti contohnya seorang anak tidak memberikan uang jajan selama 1 hari,
responden mengatakan yang lebih berperan dalam memberikan nafkah dikehidupan keluarga

13
yaitu suami, namun tetap dibantu oleh responden. Menurut responden untuk kehidupannya saat
ini sudah dapat dikatakan layak karena sudah bisa memenuhi keperluan yang ada, untuk
menyikapi keperluan atau kebutuhan yang belum terpenuhi responden meinta pertolongan
kepada tetangga, misalka berupa beras dan bahan pokok lainnya. Responden mengatakan dalam
menyikapi permasalahan ia tidak pernah ingin lari dari masalah atau keluarga karena hal tersebut
bisa membuat permasalahan menjadi semakin rumit. Menurut responden usia yang pantas untuk
anak membantu dalam memenuhi kebutuhan keluarga berusia diatas 18 tahun, namun responden
tidak menuntut anaknya untuk memenuhi kebutuhan keluarga, karena responden lebih
mementingkan pendidikan anaknya.

B. Kendala Yang Sering Dihadapi Dalam Menerapkan Nilai-Nilai Pancasila

Menurut responden yang semestinya menjaga nilai-nilai pancasila dan keutuhan Negara
kesatuan republik Indonesia yaitu diri kita sendiri, karena sesuatu hal itu dimulai dari diri sendiri
dan tidak bergantung kepada orang lain, dalam keluarganya sendiri responden telah menanamkan
nilai-nilai pancasila, akan tetapi penerapan tersebut belum hampir sepenuhnya terlaksana karena
adanya kesibukan masing-masing sehingga adanya hambatan. Responden merasa yakin dengan
menanamkan nilai-nilai pancasila dapat mengubah pola perilaku anggota keluarga menjadi lebih
baik kedepannya karena nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila merupakan nilai-nilai yang
positif.

Responden mengatakan kendala yang dihadapi responden dalam menerapkan nilai-nilai


pancasila seperti sila pertama yaitu karena adanya hambatan waktu dan karena adanya tuntutan
pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan sehingga responden kurang bisa dalam membagi waktu.
Dalam menyelesaikan permasalahan tersebut responden selalu berusaha untuk memperbaiki
sikap dan tidak melakukan hal-hal yang tidak baik. Menurut responden jika upaya para oknum
itu dalam merubah ideologi pancasila itu berniat baik, maka responden setuju-setuju saja. Dan
untuk membuktikan kecintaannya terhadap pancasila ia rela mengorbankan jiwa dan raga nya
terhadap keutuhan Tanah Air Indonesia. Dari hasil wawancara tersebut responden menyarankan
dalam meningkatkan penguatan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan keluarga sebagai bentuk
ketahanan keluarga ialah dengan selalu berpegang teguh terhadap prinsip-prinsip dan nilai yang

14
terkandung dalam pancasila dan tidak goyah dengan keyakinan yang dianut dalam suatu keluarga
tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah penulis teliti diatas, pancasila merupakan suatu
dasar/pondasi kehidupan yang wajib untuk diamalkan dalam diri setiap orang, karena nilai-nilai
yang terkandung dalam pancasila merupakan nilai-nilai yang positif dan mampu menuntun ke
kehidupan yang lebih baik lagi. Jika nilai-nilai tersebut tidak diamalkan, maka tidak akan
terciptanya suatu ketahanan dalam keluarga.

15
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil wawancara yang telah penulis lakukan pada tanggal 19 November
2021, penulis dapat menyimpulkan bahwa penerapan nilai-nilai pancasila dalam ketahanan
keluarga merupakan hal yang sangat penting, karena pancasila merupakan suatu dasar atau
patokan yang apabila diamalkan akan mendapatkan kedamaian dan kesejahteraan dalam hidup,
dan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila merupakan nilai positif. Dalam penerapan nilai-
nilai pancasila kedalam kehidupan keluarga maupun masyarakat, kita mengetahui bahwa dalam
nilai ketuhanan mengandung makna bahwa setiap orang wajib taat dan menjalankan perintah
agama sesuai dengan agama dan keyakinan yang dianutnya, karena perintah agama merupakan
suatu kewajiban umat beragama untuk mengerjakan ibadah sesuai dengan kepercayaan dan itu
merupakan hal penting untuk menghubungkan antara manusia dengan Tuhan Nya, Sila kedua
kemanusiaan yang mengandung makna didalam kehidupan berkeluarga maupun dalam
lingkungan masyarakat harus berlaku adil dan baik kepada setiap manusia tanpa membeda-
bedakan, Sila ketiga persatuan mengandung makna bahwa saling menjaga keutuhan hubungan
antar anggota keluarga kemudian melakukan gotong royong dan saling bekeja sama didalam
masyarakat, kemudian untuk Sila keempat dapat kita simpulkan bahwa hendaklah melakukan
musyawarah dan mufakat dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarkat, dan untuk Sila kelima
keadilan mengandung makna bahwa harus bersikap adil kepada semua anggota keluarga maupun
masyarakat. Seperti yang telah diketahui, nilai pancasila sangat berpengaruh terhadap ketahanan
sebuah keluarga, yang mana nilai-nilai tersebut dapat membimbing kita semua untuk menuju ke
kehidupan yang lebih baik.

B. Saran

Sesuai dengan kesimpulan diatas, penulis memberikan saran hendaklah kita selaku umat
manusia mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila sebagai pedoman hidup dan
selalu berpegang teguh terhadap pendirian masing-masing, agar terciptanya suatu keluarga dan

16
lingkungan hidup bermasyarakat yang aman, damai, dan sejahtera sesuai dengan makna nilai-
nilai yang terkandung dalam pancasila tersebut.

17
DAFTAR PUSTAKA

akuntt.com. 2018, 12. Penerapan nilai-nilai pancasila. Google: Diakses : Senin, 25 Oktober
2021.

pelita.co.id. penerapan-nilai-nilai-pancasila-dalam-kehidupan-sehari-hari. Google: Diakses:


Senin, 25 Oktober 2021.

Edumaspul, e-Jurnal, 2021. 5 (2), Vol 396.

Edumaspul, e-Jurnal, 2021. 5 (2), Vol 400.

Kewarganegaraan, e-Jurnal. Juni 2021, Vol. 5. No.1.

18
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Dokumentasi Wawancara:

Gambar 1.

Gambar 2.

19
Gambar 3.

20

Anda mungkin juga menyukai