Anda di halaman 1dari 2

Mengenal Cabang Filsafat: Eksistensialisme

Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang menjalankan eksistensia. Berasal dari kata "Exist" dengan akar
kata ex yang berarti "Keluar" dan sister yang berarti "Berdiri", sehingga "Eksistensi" diartikan sebagai:
manusia yang berdiri dari diri sendiri dan keluar dari diri sendiri.

Dalam eksistensialisme terdapat esensia dan eksistensia. Dalam artian, esensia yaitu hakikat, inti, dan hal
yang pokok. Esensia membuat suatu yang ada kemudian membuatkannya bentuk.

Sebagai contoh manusia menjadi manusia; Lampu menjadi lampu. Namun, esensia tidak membuat sesuatu
menjadi jelas, apakah yang ada pasti berada, tampil atau tidak. Oleh karenanya eksistensia mengambil peran
yang amat penting.

Eksistensia membantu menyempurnakan esensia, membuat sesuatu yang ada kemudian dijadikannya berada
dan bermakna. Manusai menjadi manusia, dengan eksistensia kita dapat mengetahui makna serta peranan
manusia, seperti hidup, belajar, bekerja, bersosialisasi. Lampu menjadi lampu, selama ia bereksistensia,
lampu dapat memberi cahaya dan menerangi ruang gelap. Seperti itulah eksistensia bekerja.

Tapi bagaimana jika eksistensia meninggalkan wujudnya, maka sesuatu yang ada akan menjadi tidak ada,
tidak bermakna, tidah hidup, tidak tampil. Manusia akan mati, lampu akan rusak dan akan terbuang.

Para pengamat eksistensia biasanya berpikir bagaimana sesuatu yang ada dapat berada dan untuk apa ada.
Mereka berpikir bahwa hidup ini terbuka, maka segala sesuatu yang menghambat, mengganggu, meniadakan
harus dilawan demi hidup yang merdeka, sehingga dalam kemerdekaan muncullah hidup yang terbuka.

Dalam hal etika, mereka memegang teguh kemerdekaan sebagai norma, mereka berbuat apa saja yang
dianggap membantu menyelesaikan persoalan hidup dengan bermodalkan tanggung jawab pribadi. Dalam
menyelesaikan masalah hidup, mereka selalu mempertanyakan apa yang paling baik untuk menyelesaikan
masalah tersebut berdasarkan norma mereka.

Etika eksistensialis terbilang istimewa dalam memandang hidup, tidak seperti nihilsme yang menganggap
hidup itu tak berarti. Etika eksistensialis mendorong manusia untuk hidup dan bereksistensi, mencari makna
kehidupan, merubah sesuatu yang dianggap tak dapat dirubah, belajar sesuatu yang baru, bekerja, semua
dilakukan demi kelangsungan hidup. Mereka juga beranggapan bahwa hidup ini belum selesai dan mungkin
tak akan pernah selesai, selagi hari-hari masih terus berganti mereka akan terus mencoba menemukan
eksistensi mereka dan mencari hal baru demi hidup
Tokoh-tokoh aliran ini adalah Friedrich Nietzsche, Martin Heidegger, Jean-Paul Sartre, Karl Jaspers, Gabriel
Marcel, Ren Le Senne, M. Merleau-Ponty, dan S. Kierkegaard.

Refrensi:

Buku "Pengantar Filsafat: Dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme" oleh Dr. Ali Maksum

Anda mungkin juga menyukai