Anda di halaman 1dari 77

PENILAIAN KINERJA DAN KESEHATAN KEUANGAN

TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI MASA


PEMERINTAHAN PRESIDEN JOKO WIDODO
TAHUN 2014 – 2021

oleh

Setiawan

211015200161

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2023
PRAKATA

Bismillahirahmanirrahiim

Segala puji bagi Allah SWT sebagai sumber segala ilmu pengetahuan di

dunia, yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada seluruh makhluk di

alam semesta. Shalawat dan salam terhaturkan kepada junjungan Nabi

Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan kita semua yang

senantiasa istiqomah dalam menjalankan sunah-Nya. Alhamdulillah, atas

izin Allah SWT penulis dapat menyelesaikan Penyusunan Proposal Tesis

dengan judul “Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Pusat Masa

Pemerintahan Joko Widodo 2014 – 2021”. Penyusunan Tesis ini

dimaksudkan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata 2 (S2)

pada Program Studi Magister Manajemen Universitas Pamulang. Pada

kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada orang-

orang yang telah memberikan bimbingan, saran dan dukungan untuk

menyelesaikan studi ini tepat waktu. Oleh karena itu, penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak (alm.) Dr (HC). H. Darsono selaku ketua Yayasan Sasmita

Jaya.

2. Bapak Dr. E. Nurzaman, M.M., M.Si, selaku Rektor

2
UniversitasPamulang.

3. Bapak Dr. Ir. H. Sarwani, M.T., M.M, selaku Direktur Program Studi

Magister Manajemen Universitas Pamulang.

4. Bapak Dr. xxxxx, SE. MBA, Selaku dosen pemimbing I yang telah

meluangkan waktu dan memberikan saran kepada penulis selama

penyusunan penelitian ini.

5. Bapak Dr. xxxxx, S.E., M.M, Selaku dosen pemimbing II yang telah

meluangkan waktu dan memberikan saran kepada penulis selama

penyusunan penelitian ini

6. Seluruh Dosen Program Pascasarjana Program Studi Magister Ilmu

Manajemen Universitas Pamulang.

7. Orang tua serta dan keluarga tersayang yang senantiasa

memberikan semangat dorongan dan motivasi serta moril dan

materil kepada penulis.

8. Seluruh rekan-rekan mahasiswa yang tidak dapat penulis sebutkan

satu persatu, terima kasih atas dukungan dan motivasi yang

diberikan

Akhir kata peneliti berharap semoga Allah membalas kebaikan kepada

kalian dan pahala yang sebesar-besarnya kepada semua yang telah

memberikan dukungan moril dan materil. Aamin Yaa Robbal’ Alamiin.

3
Tangerang Selatan, Maret 2023

Penulis

Setiawan

DAFTAR ISI

PRAKATA 2
DAFTAR ISI 4
DAFTAR GAMBAR 5
DAFTAR TABEL 6
BAB I 7
PENDAHULUAN 7
A. Latar Belakang 7
B. Identifikasi Masalah 10
C. Pembatasan Masalah 11
D. Perumusan Masalah 13
E. Tujuan Penelitian 14
F. Manfaat Penelitian 15
G. Sistematika Penulisan 16
BAB II 17
TINJAUAN PUSTAKA 17

4
A. Tinjauan Pustaka 17
B. Penelitian Terdahulu 42
C. Kerangka Pemikiran 49
D. Hipotesis Penelitian 50
BAB III 52
METODOLOGI PENELITIAN 52
A. Jenis Penelitian 52
B. Tempat dan Waktu Penelitian 52
C. Operasional Variabel Penelitian 53
D. Metode Penelitian 54
E. Desain Penelitian 54
F. Sumber dan Cara Pengumpulan Data/Informasi 56
G. Teknik Penentuan Data 57
H. Rancangan Analisis dan Uji Hipotesa 57
DAFTAR PUSTAKA 62

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Kerangka Berpikir 50

Gambar 2 : Desain Penelitian 55

5
DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Penelitian Terdahulu 48

6
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita

dalam jangka panjang. Tekanannya pada tiga aspek, yaitu proses,

output perkapita dan jangka panjang. Disini kita melihat aspek dinamis

dari suatu perekonomian. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi

dari perkembangan suatu perekonomian. Dari suatu periode ke

periode lainnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang

dan jasa akan meningkat.

Kemampuan yang meningkat ini disebabkan oleh pertambahan

7
faktor-faktor produksi baik dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi

akan menambah barang modal dan teknologi yang digunakan juga

makin berkembang. Disamping itu tenaga kerja bertambah sebagai

akibat perkembangan penduduk seiring dengan meningkatnya

pendidikan dan keterampilan mereka.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak tahun 1961 mengalami

fluktuasi yang cukup tajam, terutama tahun 1998 dan tahun 2020.

Krisis ekonomi dan moneter tahun 1998 berdampak buruk terhadap

pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi tahun 1998

adalah yang paling parah selama 6 dekade terakhir yaitu -13,13%.

Perekonomian Indonesia dalam tahun 1998 ditandai dengan laju

pertumbuhan yang meprihatinkan, krisis moneter yang berlarut-larut

telah menimbul-kan pertumbuhan ekonomi menjadi negatif. Meskipun

nilai PDB atas dasar harga berlaku pada tahun 1998 yang diperkirakan

sebesar 989.573,1 miliar rupiah jauh lebih tinggi dibandingkan dengan

tahun sebelumnya yaitu sebesar 625.505,9 miliar rupiah, namun

berdasarkan harga konstan 1993, nilai PDB pada tahun 1998 yang

diperkirakan sebesar 374.718,7 miliar rupiah lebih rendah

dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu 434.095,5 miliar rupiah.

Hal ini berarti dalam tahun 1998 ekonomi Indonesia mencatat

penurunan hampir 14 persen. Seluruh sektor mengalami pertumbuhan

yang negatif kecuali sektor pertanian yang tumbuh sebesar 0,2 persen

pada tahun 1998. Kenaikan ini jauh lebih rendah dibanding tahun 1997.

8
Rendahnya pertumbuhan sektor tersebut disebabkan oleh sub sektor

Peternakan dan hasil-hasilnya, serta sektor Tanaman Bahan Makanan

yang mengalami penurunan masing-masing sebesar 6,4 persen dan

1,0 persen. Sedangkan sub sektor yang mengalami pertumbuhan

cukup tinggi adalah sub sektor Tanaman Perkebunan dan sub sektor

Perikanan masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 6,0

persen dan 4,1 persen. Menurunnya pertumbuhan sektor listrik tahun

1998 dibanding dengan tahun sebelumnya yang diperkirakan sekitar

3,7 persen, terutama disebabkan sub sektor Gas Kota yang menurun

sebesar 16,9 persen. Sedangkan sub sektor Listrik dan Air Bersih

masing-masing meningkat sekitar 5,1 persen dan 2,9 persen. Sektor-

sektor yang lain, umumnya mengalami penurunan yaitu antara 4,1

persen sampai dengan 39,7 persen, dengan penurunan terbesar terjadi

pada sektor Bangunan yaitu 39,7 persen. Sejak tahun 1991 sampai

1998 sumbangan terbesar terhadap Produk Domestik Bruto diberikan

oleh sektor Industri Pengolahan. Berdasarkan harga berlaku,

sumbangan sektor Industri Pengolahan tahun 1998 sebesar 26,2

persen terhadap PDB, diikuti oleh sektor Pertanian, Peternakan,

Kehutanan dan Perikanan dengan kontribusi 18,8 persen.

Pertumbuhan ekonomi pada masa pemerintahan Presiden Joko

Widodo tahun 2014-2021 relatif lebih stabil, namun sempat tertekan

pada angka negatif tahun 2020 saat wabah pandemi Covid-19

melanda Indonesia pada angka -2,07%.

9
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia

mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2020 sebesar

-2,07 persen. Hal ini menyebabkan perekonomian Indonesia pada

tahun 2020 mengalami deflasi atau penurunan drastis karena

perkembangan ekonomi di Indonesia mempunyai pegerakan yang

kurang stabil. Perubahan yang terjadi dipengaruhi oleh adanya

pandemi Covid-19.

Pemerintah Indonesia mengeluarkan berbagai kebijakan guna

mengurangi rantai penyebaran pandemi Covid-19 namun kebijakan ini

menyebabkan berkurangnya jumlah konsumsi Rumah Tangga (RT)

dan konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga

(LNPRT) padahal kedua konsumsi ini sangat memberi pengaruh atas

kontraksi pada Produk Domestik Bruto (PDB). Konsumsi di Indonesia

tidak terkendali karena situasi yang terjadi dan menyebabkan

perekonomian pada konsumsi Rumah Tangga (RT) mengalami

penurunan dari 5,04 persen menjadi -2,63 persen dan konsumsi

Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga

(LNPRT) mengalami penurunan dari 10,62 persen menjadi -4,29

persen .

Konsumsi Pemerintah mengalami penurunan dari 3,25 persen

menjadi 1,94 persen. Hal ini karena Pemerintah mengurangi alokasi di

bidang infrastruktur pada tahun 2020 sedangkan anggaran untuk

kesehatan lebih ditingkatkan pemerintah sesuai dengan fokus

10
Pemerintah untuk penanggulangan pandemi di Indonesia.

Tidak hanya konsumsi, investasi juga mengalami penurunan dari

3,25 persen menjadi 1,94 persen. Penurunan ini mempengaruhi

perekonomian di Indonesia. Penurunan investasi lebih besar atas

pengaruh berkurangnya lapangan kerja. Aktivitas perdagangan yaitu

ekspor dan impor dengan pihak luar negeri juga mengalami

penurunan dari -0,87 persen menjadi -7,70 persen pada ekspor dan -

7,69 persen menjadi -17,71 persen pada impor. Meskipun ekspor dan

impor terjadi penurunan yang drastis mempengaruhi nilai dari ekspor

neto pada saat kontraksi perekonomian.

Melihat kontraksi pada tahun 2020 Pemerintah mengeluarkan

strategi kebijakan guna memulihkan perekonomian Indonesia.

Pemerintah optimis melaksanakan kebijakan dengan konsisten dan

membangun kerja sama dengan seluruh komponen bangsa. Hal ini

tidak hanya dilakukan oleh Pemerintah Pusat namun harus didukung

penuh oleh Pemerintah Daerah sebagai peran utama pada pergerakan

pemulihan ekonomi Indonesia saat ini. Pemerintah Daerah berperan

strategis dalam mendorong percepatan dan efektivitas pemulihan

ekonomi serta memahami struktur ekonomi daerah, demografi, dan

kondisi sosial ekonomi masyarakatnya saat Pandemi terjadi.

Pemerintah Daerah mempunyai tolak ukur utama guna mendorong

pemulihan perekonomian yaitu kebijakan yang telah dirancang dalam

APBD.

11
Masyarakat dan pelaku usaha juga memiliki peran strategis

dalam pergerakan pemulihan ekonomi Indonesia.

Pemerintah memberikan kemudahan dalam kebijakan fiskal maupun

kebijakan moneter, kedua kebijakan ini dapat disambut dengan positif

oleh masyarakat dan pelaku usaha serta dapat bergerak maju sesuai

rancangan Pemerintah guna memulihkan ekonomi Indonesia yang

telah mengalami kontraksi.

Kebijakan dari Pemerintah adalah mengalokasikan dana APBN

untuk pemulihan ekonomi Indonesia bertujuan perekonomian dapat

pulih dan kesejahteraan masyarakat. Kebijakan ini dilakukan dengan

meningkatkan konsumsi dalam negeri, peningkatan aktivitas dunia

usaha serta menjaga stabilitasi ekonomi dan ekspansi moneter. Tiga

kebijakan akan dilaksanakan bersamaan sinergi antara pemegang

kebijakan fiskal, pemegang kebijakan moneter dan institusi terkait.

Perekonomian Indonesia 2021 yang diukur berdasarkan Produk

Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp16.970,8

triliun dan PDB per kapita mencapai Rp62,2 juta atau US$4.349,5.

Ekonomi Indonesia tahun 2021 tumbuh sebesar 3,69 persen,

lebih tinggi dibanding capaian tahun 2020 yang mengalami kontraksi

pertumbuhan sebesar 2,07 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan

tertinggi terjadi pada Lapangan Usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial sebesar 10,46 persen. Sementara dari sisi pengeluaran

pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Ekspor Barang dan

12
Jasa sebesar 24,04 persen.

Ekonomi Indonesia triwulan IV-2021 terhadap triwulan IV-2020

mengalami pertumbuhan sebesar 5,02 persen (y-on-y). Dari sisi

produksi, Lapangan Usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 12,16 persen. Sementara

dari sisi pengeluaran, Komponen Ekspor Barang dan Jasa mengalami

pertumbuhan tertinggi sebesar 29,83 persen.

Ekonomi Indonesia triwulan IV-2021 terhadap triwulan

sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar 1,06 persen (q-to-q).

Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib mengalami pertumbuhan

tertinggi sebesar 22,20 persen. Dari sisi pengeluaran, Komponen

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P) mengalami pertumbuhan

tertinggi sebesar 33,00 persen.

Struktur ekonomi Indonesia secara spasial tahun 2021

didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa yang memberikan

kontribusi ekonomi sebesar 57,89 persen dan kinerja ekonomi yang

mengalami pertumbuhan sebesar 3,66 persen.

Pertumbuhan ekonomi erat kaitannya dengan kinerja pemerintah

dalam mengelola APBN ataupun APBD. Penilaian kinerja (performance

appraisal) adalah suatu proses atau kegiatan yang dilakukan oleh

perorangan atau kelompok dalam sebuah perusahaan untuk

mengevaluasi dan mengomunikasikan bagaimana karyawan

13
melakukan pekerjaan dengan cara membandingkan hasil

pekerjaannya dengan seperangkat standar yang telah dibuat dalam

suatu periode tertentu yang digunakan sebagai dasar pertimbangan

suatu kegiatan.

Penilaian kinerja disebut juga sebagai evaluasi karyawan, tinjauan

kinerja, dan penilaian hasil. Penilaian kinerja adalah proses

pengevaluasian kinerja, penyusunan rencana pengembangan, dan

pengomunikasian hasil proses tersebut kepada karyawan itu sendiri.

Penilaian kinerja merupakan hasil dari suatu penilaian yang sistematik

dan didasarkan pada kelompok indikator kinerja kegiatan yang berupa

indikator-indikator input, output, hasil, manfaat dandampak.

Penilaian kinerja merupakan metode mengevaluasi dan menghargai

kinerja yang paling umum digunakan. Penilaian kinerja dilakukan untuk

memberi tahu karyawan apa yang diharapkan pengawas untuk

membangun pemahaman yang lebih baik satu sama lain. Penilaian

kinerja menitik beratkan pada penilaian sebagai suatu proses

pengukuran sejauh mana kerja dari orang atau sekelompok orang

dapat bermanfaat untuk mencapai tujuan yang ada.

Kinerja pemerintah menjadi sebuah concern dalam mengelola

keuangan negara. Artinya kinerja keuangan dapat menunjukan

bagaimana kondisi keuangan pemerintah serta kemampuan

pemerintah dalam memperoleh dan menggunakan dana untuk

pembanguan negara. Oleh karena itu kinerja pemerintah perlu

14
dilakukan untuk mengukur sejauh mana kemajuan dicapai oleh

pemerintah dalam menjalankan tugasnya (progress report). Untuk

mengetahui kinerja keuangan pemerintah maka perlu dilakukan suatu

analisis terhadap kinerja keuangan pemerintah pusat dalam

mengelola keuangan negara. Salah satu alat untuk menganalisis

kinerja pemerintah dalam mengelola keuangan negara adalah dengan

melakukan analisis rasio keuangan. Hasil analisis rasio keuangan ini

selanjutnya digunakan sebagai tolak ukur untuk menilai kemandirian

keuangan pemerintah dalam membiayai penyelenggaraan negara,

mengukur efektifitas dalam merealisasikan pendapatan, mengukur

efisiensi belanja, serta mengukur sejauh mana kinerja keuangan dari

pertumbuhan pendapatan dan belanja tiap tahunnya. Kinerja keuangan

pemerintah menjadi poin penting serta topik yang menarik untuk

diteliti. Hal ini dikarenakan, dengan meneliti kinerja keuangan

pemerintah dapat diketahui hasil program dan kegiatan yang

dilaksanakan oleh pemerintah, apakah pemerintah sudah baik

menjalankan tugas dan fungsinya sesuai yang diamanatkan oleh

rakyatnya untuk mencapai kesejahteraan.

Pengelolaan keuangan pemerintah pusat sangat besar

pengaruhnya terhadap perkembangan pemerintah untuk mengetahui

tingkat target capaian keuangan pemerintah pusat tersebut. Untuk itu

pengelolaan keuangan pemerintah pusat harus dilakukan secara

ekonomis efisien dan efektif atau memenuhi value for money serta

15
transparansi, akuntabilitas, keadilan dan partisipasi masyarakat agar

bisa mendorong pertumbuhan ekonomi yang selanjutnya bisa

mengurangi jumlah penganggaran serta menurunkan tingkat

kemiskinan. Untuk pengelolaan pemerintah pusat tidak hanya

dibutuhkan sumber daya manusia, tetapi juga sumber daya ekonomi

berupa keuangan yang dituangkan dalam suatu anggaran pemerintah

pusat. Kondisi ini mendorong peningkatan kebutuhan adanya suatu

pengukuran kinerja keuangan terhadap para penyelenggara negara

yang telah menerima amanat dari rakyat. Pengukuran tersebut akan

melihat seberapa jauh kinerja yang telah dihasilkan dalam suatu

periode tertentu dibandingkan dengan yang telah direncanakan.

Dengan dilakukannya pengukuran kinerja keuangan tersebut maka

dapat dipastikan apakah pengambilan keputusan sudah dilakukan

secara tepat dan objektif. Selain itu, dapat juga mengevaluasi

pelaksanaan kinerja serta menentukan tindakan apa yang akan

dilakukan selanjutnya untuk memperbaiki kinerja pada periode

berikutnya. Dalam PSAP No.4, keberhasilan pencapaian kinerja dapat

diketahui berdasarkan tingkat efisiensi dan tingkat efektivitas.

Pengukuran kinerja keuangan juga harus dikaitkan dengan tujuan dan

sasaran dari rencana strategis pemerintah dan indikator yang

digunakan harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Sistem pengukuran kinerja sektor publik merupakan suatu

sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik menilai

16
pencapaian suatu strategi, hal ini menekankan pada peranan manajer

publik agar memberikan pelayanan yang berkualitas kepada

masyarakat, mendorong meningkatkan pengelolaan manajerial yang

bersih dari korupsi.

Asas pengelolaan keuangan salah satunya adalah akuntabel. Untuk

dapat diterima sebagai bentuk akuntabilitas kepada publik, laporan

keuangan tersebut diperiksa oleh auditor independen. Laporan

keuangan setiap tahunnya diperiksa oleh auditor Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK).

Laporan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tahun 2022

mengungkap ada 6.011 masalah di laporan keuangan pemerintah

pusat tahun 2021.

Temuan yang dirangkum dalam Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester

(IHPS) II. Dalam laporannya, BPK menemukan terdapat 6.011 masalah

yang nilainya mencapai Rp31,34 triliun di laporan keuangan

pemerintah.

Permasalahan tersebut terdiri dari 53% masalah berkaitan dengan

ketidakhematan, ketidakefisienan, dan ketidakefektifan bernilai Rp

1,64 triliun. Kemudian, 29% masalah berkaitan dengan ketidakpatuhan

terhadap peraturan perundang-undangan senilai Rp29,7 triliun. Sisanya,

18% masalah berupa kelemahan sistem pengendalian intern.

Namun pada kenyataannya selama masa pemerintahan Presiden

Joko Widodo, pengelolaan keuangan negara cukup baik.

17
Dalam hal pengelolaan keuangan negara, Laporan Keuangan

pemerintah Pusat (LKPP) Tahun 2021 kembali mendapatkan opini

Wajar Tanpa pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan

(BPK). Artinya, pemerintah dapat mempertahankan capaian opini audit

terbaik atas laporan keuangan tersebut selama enam tahun berturut-

turut sejak tahun 2016. BPK memberikan opini WTP atas LKPP Tahun

2021 dalam semua hal yang material sesuai dengan standar akuntansi

pemerintahan. Opini tersebut didasarkan pada opini WTP atas 83

LKKL dan 1 LKBUN yang berpengaruh signifikan terhadap LKPP 2021.

Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk menyusun thesis ini

dengan judul: “Penilaian Kinerja dan Kesehatan Keuangan Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Masa Pemerintahan Presiden Joko Widodo

Tahun 2014 – 2021”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarakan latar belakang permasalahan tersebut diatas maka

dapat diidentifikasi beberapa masalah penelitian sebagai berikut:

1. Pertumbuhan ekonomi masa Pemerintahan Presiden Joko Widodo

paling buruk terjadi pada tahun 2020 saat pandemi covid-19.

2. Badan Pengawas Keuangan (BPK) menemukan terdapat 6.011

masalah yang nilainya mencapai Rp 31,34 triliun di laporan keuangan

pemerintah tahun 2021 masa Pemerintahan Presiden Joko Widodo.

3. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) masa pemerintahan

Presiden Joko Widodo sejak tahun 2015 – 2021 meraih opini Wajar

18
Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

C. Pembatasan Masalah

Mengingat keterbatasan waktu dan permasalahan yang dihadapi

penulis sangat kompleks dan luas dalam penulisan proposal ini, maka

berdasarkan identifkasi masalah maka ruang lingkup penelitian dibatasi

sebagai berikut:

1. Kinerja keuangan pemerintah yang dimaksud disini dibatasi pada

kinerja keuangan pemerintah pada masa pemerintahan Presiden

Joko Widodo periode tahun 2014 - 2021.

2. Pemerintah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Presiden

Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan

negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan

menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3. Keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang

dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang

maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara

berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

Keuangan negara dalam hal ini dibatasi hanya yang bersumber

dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

4. Kesehatan keuangan dalam penelitian ini diukur dengan

menggunakan rasio likuiditas dan rasio solvabilitas;

19
a. Rasio likuiditas

Rasio likuiditas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan

negara dalam membiayai dan memenuhi kewajiban (utang)

pada saat ditagih.

b. Rasio solvabilitas

Rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur sejauh mana

aset negara dibiayai dengan utang. Artinya, berapa besar

beban utang yang ditanggung negara dibandingkan dengan

asetnya.

5. Kinerja keuangan dalam penelitian ini diukur dengan

menggunakan rasio efektivitas pendapatan negara, rasio efisiensi

belanja, analisis pertumbuhan pendapatan dan analisis

pertumbuhan belanja.

a. Rasio efektivitas pendapatan negara

Rasio efektivitas digunakan untuk mengetahui pengaruh

program pemerintah terhadap pelayanan kepada masyarakat

yang merupakan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

b. Rasio efisiensi belanja

Rasio efisiensi belanja digunakan untuk mengukur tingkat

penghematan anggaran yang dilakukan oleh pemerintah.

c. Analisis pertumbuhan pendapatan

Analisis pertumbuhan digunakan untuk mengetahui kinerja

anggaran pemerintah mengalami pertumbuhan pendapatan

20
secara positif atau negatif.

d. Analisis pertumbuhan belanja

Analisis pertumbuhan belanja digunakan untuk mengetahui

perkembangan belanja dari tahun ke tahun.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang teridentifikasi di atas, maka peneliti

merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana kinerja keuangan pemerintah dilihat dari rasio efektivitas

pendapatan negara, rasio efisiensi belanja, analisis pertumbuhan

pendapatan, analisis pertumbuhan belanja pada masa pemerintahan

Presiden Joko Widodo tahun 2014 - 2021?

2. Bagaimana kesehatan keuangan pemerintah dilihat dari rasio

likuiditas dan rasio solvabilitas pada masa pemerintahan Presiden

Joko Widodo tahun 2014 - 2021?

3. Bagaimana kinerja keuangan pemerintah dan kesehatan keuangan

pemerintah secara bersama-sama mempengaruhi pertumbuhan

ekonomi pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo periode

tahun 2014 - 2021?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

21
1. Untuk mengetahui kinerja keuangan pemerintah dilihat dari rasio

efektivitas pendapatan negara, rasio efisiensi belanja, analisis

pertumbuhan pendapatan, analisis pertumbuhan belanja pada

masa pemerintahan Presiden Joko Widodo tahun 2014 - 2021

2. Untuk mengetahui kesehatan keuangan pemerintah dilihat dari

rasio likuiditas dan rasio solvabilitas pada masa pemerintahan

Presiden Joko Widodo tahun 2014 - 2021

3. Untuk mengetahui kinerja keuangan pemerintah dan kesehatan

keuangan pemerintah secara bersama-sama mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi pada masa pemerintahan Presiden Joko

Widodo tahun 2014 – 2021

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis Bagi Akademik

Diharapkan dapat memberikan masukan dan berguna untuk

bahan kajian bagi peneliti yang membutuhkan referensi,

khususnya di lingkungan Universitas Pamulang Fakultas

Ekonomi konsentrasi Magister Manajemen sehingga penelitian

ini dapat digunakan sebagai bahan untuk penelitian lebih lanjut

khususnya pada pembahasan bidang yang sama sehingga

diharapkan munculnya generasi bangsa yang lebih baik.

22
2. Manfaat Teoritis Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan memberikan tambahan pengetahuan

tentang penilaian kinerja dan kesehatan keuangan terhadap

pertumbuhan ekonomi masa pemerintahan Presiden Joko

Widodo tahun 2014-2021 sehingga diperoleh gambaran yang

lebih jelas mengenai kesesuaian antara teori yang ada dengan

fakta terjadi dilapangan.

3. Manfaat Praktisi

Bagi perusahaan hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan masukan yang berguna bagi pemerintah dalam

menjalankan fungsinya dan dapat memberikan gambaran

tentang penilaian kinerja dan kesehatan keuangan terhadap

pertumbuhan ekonomi masa pemerintahan Presiden Joko

Widodo tahun 2014-2021.

G. Sistematika Penulisan

Dalam menyusun karya tulis imiah ini, agar dalam pembahasan

terfokus pada pokok permasalahan dan tidak melebar kemasalah

yang lain, maka penulis membuat sistematika penulisan karya tulis

ilmiah sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis membahas tentang Latar Belakang Masalah,

Identifikasi Masalah, Perumusan Masalah, Pembatasan Masalah,

23
Tujuan Penelitian, Manfaat Penulisan dan Sistematika Penulisan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini penulis membahas mengenai teori manajemen, teori

manajemen keuangan dan teori-teori laporan keuangan.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini penulis membahas tentang METODOLOGI PENELITIAN

Jenis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian, Operasional Variabel,

Penelitian, Metode Penelitian, Desain Penelitian, Sumber dan Cara

Pengumpulan Data/Informasi, Teknik Penentuan Data, Rancangan

Analisis dan Uji Hipotesa

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Teori Manajemen

Pengertian Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses

pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya

24
secara efektif dan efesien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Manajemen adalah suatu ilmu juga seni untuk membuat orang lain

mau dan bersedia berkerja untuk mencapai tujuan yang telah

dirumuskan bersama oleh sebab itu manajemen memerlukan

konsep dasar pengetahuan, kemampuan untuk menganalisis

situasi, kondisi, sumber daya manusia yang ada dan memikirkan

cara yang tepat untuk melaksanakan kegiatan yang saling

berkaitan untuk mencapai tujuan. Pada hakekatnya kegiatan

manusia pada umumnya adalah mengatur (managing) untuk

mengatur disini diperlukan suatu seni, bagaimana orang lain

memerlukan pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama.

Pengertian Manajemen adalah suatu rangkaian proses yg meliputi

kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,

pengawasan, evaluasi dan pengendalian dalam rangka

memberdayakan seluruh sumber daya organisasi/ perusahaan,

baik sumberdaya manusia (human resource capital), modal

(financial capital), material (land, natural resources or raw

materials), maupun teknologi secara optimal untuk mencapai

tujuan organisasi/perusahaan.

Manajemen dibutuhkan dibutuhkan oleh individu atau kelompok

individu, organisasi bisnis, organisasi sosial atau pun organisasi

pemerintah untuk mengatur, merencanakan segala hal untuk

memperoleh hasil yang optimal pada waktu yang akan datang.

25
Manajemen dibutuhkan oleh semua orang, karena tanpa

manajemen yang baik, segala usaha yang dilakukan kurang berhasil.

Dalam perkembangannya proses manajemen adalah langkah

langkah strategis yang juga adalah manfaat dari manajemen

tersebut. Untuk mencapai tujuan organisasi, oleh karena itu manjer

perlu menjaga keseimbangan yang berbeda yaitu tuntutan

stakeholders dan tuntutan pekerja. Tiap-tiap organisasi tentunya

memiliki satu atau sebagian tujuan yang memastikan arah serta

menjadikan satu pandangan unsur manajemen yang ada dalam

organisasi itu. Sudah tentunya tujuan yang mau diraih nantinya yaitu

satu kondisi yang tambah baik daripada kondisi diawalnya. Dalam

perkembangannya manajemen digunakan untuk mengendalikan

organisasi. Organisasi dapat diartikan sebagai suatu kumpulan

orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Di dalam organisasi dirasakan perlunya bekerja sama

atau bantuan orang lain. Keberhasilan suatu organisasi antara lain

ditentukan oleh kemampuan pemimpin/manajer untuk mengatur

kerja sama tersebut. Kegiatan memimpin, mengatur, mengelola,

mengendalikan, mengembangkan kegiatan organisasi merupakan

kegiatan organisasi merupakan kegiatan manajemen.

a. Implementasi Fungsi Manajemen

26
Implementasi merupakan penyediaan sarana untuk

melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau akibat

terhadap sesuatu. Sesuatu tersebut dilakukan untuk

menimbulkan dampak atau akibat itu dapat berupa undang-

undang, Peraturan Pemerintah, keputusan peradilan dan

kebijakan yang dibuat oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam

kehidupan kenegaraan.

Implementasi sebagai suatu proses tindakan Administrasi dan

Politik. Pandangan ini sejalan dengan pendapat Peter S. Cleaves

dalam bukunya Solichin Abdul Wahab, yang secara tegas

menyebutkan bahwa: Implementasi itu mencakup “a process of

moving toward a policy objective by means of administrative and

political steps” (Cleaves, 1980). Secara garis besar, beliau

mengatakan bahwa fungsi implementasi itu ialah untuk

membentuk suatu hubungan yang memungkinkan tujuan-tujuan

ataupun sasaran-sasaran kebijakan publik diwujudkan sebagai

outcome hasil akhir kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah.

Sebab itu fungsi implementasi mencakup pula penciptaan apa

yang Dalam ilmu kebijakan public disebut “policy delivery system”

(sistem penyampaian/penerusan kebijakan publik) yang

biasanya terdiri dari cara-cara atau saran-sarana tertentu yang

dirancang atau didesain secara khusus serta diarahkan menuju

tercapainya tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang dikehendaki.

27
Sedangkan Van Meter dan Van Horn, dalam bukunya Leo

Agustino, mendefinisikan implementasi sebagai: “tindakan-

tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-

pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang

diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan

dalam keputusan kebijaksanaan”. Pandangan Van Meter dan Van

Horn bahwa implementasi merupakan tindakan oleh individu,

pejabat, kelompok badan pemerintah atau swasta yang

diarahkan pada tercapainya tujuan- tujuan yang telah digariskan

dalam suatu keputusan tertentu. Badan- badan tersebut

melaksanakan pekerjaan-pekerjaan pemerintah yang membawa

dampak pada warganegaranya.

Namun dalam praktinya badan-badan pemerintah sering

menghadapi pekerjaan-pekerjaan di bawah mandate dari Undang

- Undang, sehingga membuat mereka menjadi tidak jelas untuk

memutuskan apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang

seharusnya tidak dilakukan. Secara sederhana implementasi bisa

diartikan pelaksanaan atau penerapan.

Pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata

implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan,

atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme

mengandung arti bahwa implementasi bukan sekadar aktivitas,

tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara

28
sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk

mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu, implementasi tidak

berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh obyek berikutnya yaitu

kurikulum. Dalam kenyataannya, implementasi kurikulum

menurut Fullan merupakan proses untuk melaksanakan ide,

program atau seperangkat aktivitas baru dengan harapan orang

lain dapat menerima dan melakukan perubahan.

Dalam konteks implementasi kurikulum pendekatan-pendekatan

yang telah dikemukakan di atas memberikan tekanan pada

proses. Esensinya implementasi adalah suatu proses, suatu

aktivitas yang digunakan untuk mentransfer ide/gagasan,

program atau harapan- harapan yang dituangkan dalam bentuk

kurikulum desain (tertulis) agar dilaksanakan sesuai dengan

desain tersebut. Masing-masing pendekatan itu mencerminkan

tingkat pelaksanaan yang berbeda.

b. Fungsi Manajemen

Fungsi manajemen dapat dibagi menjadi empat bagian, yakni

planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian),

actuating (penggerakan), dan controlling (pengawasan) yaitu :

1) Planning (perencanaan)

Planning (perencanaan) ialah menetapkan pekerjaan yang

harus dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan

29
yang digariskan.16 Planning mencakup kegiatan pengambilan

keputusan, karena termasuk dalam pemilihan alternatif-

alternatif keputusan. Diperlukan kemampuan untuk

mengadakan visualisasi dan melihat ke depan guna

merumuskan suatu pola dari himpunan tindakan untuk masa

mendatang.

2) Organizing (Pengorganisasian)

Organizing berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani

yang berarti alat, yaitu proses pengelompokan

kegiatankegiatan untuk mencapai tujuan-tujuan dan

penugasan setiap kelompok kepada seorang manajer.

Pengorganisasian mempersatukan sumber-sumber daya

pokok dengan cara yang teratur dan mengatur orang-orang

dalam pola yang demikian rupa, hingga mereka dapat

melaksanakan aktivitas-aktivitas guna mencapai tujuan-tujuan

yang ditetapkan. Pengorganisasi adalah proses dan rangkaian

kegiatan dalam pembagian pekerjaan yang direncanakan

untuk diselesaikan oleh anggota kelompok pekerjaan,

penentuan hubungan pekerjaan yang baik diantara mereka,

serta pemeliharaan lingkungan dan fasilitas pekerjaan yang

pantas.

3) Actuating (Penggerakan)

Penggerakan adalah satu usaha untuk menggerakan anggota-

30
anggota kelompok demikian rupa hingga mereka berkeinginan

dan berusaha untuk mencapai sasaran-sasaran perusahaan

yang bersangkutan dan sasaran-sasaran anggota-anggota

perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu ingin

mencapai sasaran-sasaran tersebut.30 Menggerakan

berhubungan erat dengan sumber daya manusia yang pada

akhirnya merupakan pusat sekitar apa aktivitas-aktivitas

manajemen berputar. Nilai-nilai, sikap, harapan, kebutuhan,

ambisi, harapan, pemuasan seseorang dan interaksinya

dengan orang-orang lain dan dengan lingkungan fisik

kesemuanya bertautan dengan proses menggerakan.

4) Controlling (Pengawasan)

Pengawasan adalah suatu kegiatan untuk mencocokkan

apakah kegiatan operasional (actuating) di lapangan sesuai

dengan rencana (planning) yang telah ditetapkan dalam

mencapai tujuan (goal) dari organisasi, Dengan demikian yang

menjadi obyek dari kegiatan pengawasan adalah mengenai

kesalahan, penyimpangan, cacat dan hal-hal yang bersifat

negatif. Sebutan controlling lebih banyak digunakan karena

lebih mengandung konotasi yang mencakup penetapan

standar, pengukuran kegiatan, dan pengambilan tindakan

korektif.

31
2. Manajemen Keuangan

a. Pengertian Manajemen Keuangan

Suatu perusahaan dalam mencapai tujuan yang dikehendaki,

perusahaan harus menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik.

Manajemen keuangan memiliki arti penting di semua jenis

bisnis, seperti perbankan dan institusi-institusi keuangan

lainnya sekaligus juga perusahaan-perusahaan industri dan ritel.

Manajemen keuangan adalah segala aktivitas perusahaan yang

berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, dan

mengelola aset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh

(Martono dan Harjito, 2008).

Menurut Sudana (2011) Manajemen keuangan merupakan

bidang keuangan yang menerapkan prinsip-prinsip keuangan

dalam suatu organisasi perusahaan untuk menciptakan dan

mempertahankan nilai melalui pengambilan keputusan dan

pengelolaan sumber daya yang tepat. Manajemen keuangan

merupakan manajamen fungsi keuangan yang terdiri atas

keputusan investasi, pendanaan, dan keputusan pengelolaan

asset.

b. Tujuan Manajemen Keuangan

Menurut Horne dan Wachowicz (2005) tujuan manajemen

keuangan yang efisiensi membutuhkan keberadaan beberapa

32
tujuan atau sasaran, karena penilaian untuk apakah suatu

keputusan keuangan efisiensi atau tidak harus berdasarkan

pada beberapa standar tertentu. Tujuan manajemen keuangan

adalah memaksimalkan nilai perusahaan (memaksimumkan

kemakmuran pemegang saham) yang diukur dari harga saham

perusahaan.

c. Fungsi Manajemen Keuangan

Menurut Martono dan Harjito (2008) ada 3 fungsi utama dalam

manajemen keuangan, anatara lain sebagai berikut :

1) Keputusan Investasi

Keputusan investasi merupakan keputusan terhadap aktiva

apa yang akan dikelola oleh perusahaan. Keputusan

investasi merupakan keputusan yang paling penting karena

keputusan investasi ini berpengaruh secara langsung

terhadap besarnya laba investasi dan aliran kas perusahaan

untuk waktu-waktu yang akan datang.

2) Keputusan Pendanaan

Keputusan pendanaan menyangkut tentang sumber-sumber

dana yang berada di sisi aktiva. Ada beberapa hal mengenai

keputusan pendanaan, yaitu keputusan mengenai

penetapan sumber dana yang diperlukan untuk membiayai

33
investasi, dan penetapan tentang perimbangan

pembelanjaan yang terbaik atau sering disebut struktur

modal yang optimum.

3) Keputusan Pengelolaan Aktiva

Apabila aset telah diperoleh dengan pendanaan yang tepat,

maka aset-aset tersebut memerlukan pengelolaan secara

efisien. Manajer keuangan bersama manajer-manajer lain

diperusahaan bertanggung jawab terhadap berbagai

tingkatan dari aset-aset yang ada. Tanggung jawab tersebut

menuntut manajer keuangan lebih memperhatikan

pengelolaan aktiva lancar daripada aktiva tetap. Manajer

keuangan yang konservatif akan mengalokasikan dananya

sesuai dengan jangka waktu aset yang didanai.

3. Laporan Keuangan Sektor Publik

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 tahun 2005 tentang

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) mendefinisikan laporan

keuangan adalah suatu penyajian data keuangan termasuk

catatan yang menyertainya (bila ada), yang dimaksudkan untuk

mengkomunikasikan sumber daya ekonomi (aktiva) dan/atau

kewajiban suatu entitas pemerintah pada saat tertentu atau

perubahan atas aktiva dan/atau kewajiban selama suatu periode

34
tertentu sesuai dengan standar akuntansi pemerintah. Peraturan

Pemerintah (PP) Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan (SAP) menjelaskan bahwa laporan keuangan

merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan

dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas

pelaporan.

Laporan Keuangan sektor publik menurut Rasdianto, dkk

(2013) yaitu suatu hasil dari proses pengidentifikasian,

pengukuran, pencatatan dari transaksi ekonomi (keuangan) dari

entitas akuntansi yang ada pada suatu instansi yang dijadikan

sebagai informasi dalam pertanggungjawaban pengelolaan

keuangan entitas akuntansi dan pengambilan keputusan ekonomi

oleh pihak-pihak yang memerlukannya. Informasi mengenai

pengelolaan dana atau keuangan publik dapat dilihat dari laporan

keuangan (Mahsun, 2006).

Komponen Laporan Keuangan Sektor Publik berdasarkan

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar

Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah sebagai berikut :

a. Laporan Realisasi Anggaran

b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL)

c. Neraca

d. Laporan Arus Kas

e. Laporan Operasional

35
f. Laporan Perubahan Ekuitas

g. Catatan atas Laporan Keuangan

a. Laporan Realisasi Anggaran.

Menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber

daya keuangan yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah,

yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan

realisasinya dalam satu periode pelaporan. Unsur yang

dicakup secara langsung oleh Laporan Realisasi Anggaran

terdiri dari pendapatan-LRA, belanja, transfer, dan pembiayaan.

Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Pendapatan-LRA adalah penerimaan oleh Bendahara Umum

Negara/Bendahara Umum Daerah atau oleh entitas

pemerintah lainnya yang menambah Saldo Anggaran Lebih

dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang

menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali

oleh pemerintah.Pendapatan (basis akrual) adalah hak

pemerintah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan

bersih.

2) Belanja adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum

Negara/Bendahara Umum Daerah yang mengurangi Saldo

Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran

bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya

36
kembali oleh pemerintah.

3) Transfer adalah penerimaan atau pengeluaran uang oleh

suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain,

termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil.

4) Pembiayaan (financing) adalah setiap

penerimaan/pengeluaran yang tidak berpengaruh pada

kekayaan bersih entitas yang perlu dibayar kembali

dan/atau akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran

bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya,

yang dalam penganggaran pemerintah terutama

dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan

surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain

dapat berasal dari pinjaman dan hasil divestasi.

Pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk

pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman

kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah.

b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih. Menyajikan

informasi kenaikan atau penurunan Saldo Anggaran Lebih

tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

c. Neraca. Menggambarkan posisi keuangan suatu entitas

pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada

tanggal tertentu. Unsur yang dicakup oleh neraca terdiri dari

aset, kewajiban, dan ekuitas dana.

37
d. Laporan Operasional. Menyajikan ikhtisar sumber daya

ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunaannya yang

dikelola oleh pemerintah pusat/daerah untuk kegiatan

penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan.

Unsur yang dicakup secara langsung dalam Laporan

Operasional terdiri dari pendapatan-LO, beban, transfer, dan

pos-pos luar biasa.

e. Laporan Arus Kas. Laporan Arus Kas menyajikan informasi

kas sehubungan dengan aktivitas operasi, investasi,

pendanaan, dan transitoris yang menggambarkan saldo awal,

penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah

pusat/daerah selama periode tertentu.Unsur yang dicakup

dalam Laporan Arus Kas terdiri dari penerimaan dan

pengeluaran kas, yang masing-masing didefinisikan sebagai

berikut:

a) Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk

ke Bendahara Umum Negara/Daerah.

b) Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar

dari Bendahara Umum Negara/Daerah.

f. Laporan Perubahan Ekuitas. Menyajikan informasi kenaikan

atau penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan

tahun sebelumnya.

38
g. Catatan atas Laporan Keuangan. Meliputi penjelasan naratif

atau rincian dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi

Anggaran, Laporan Perubahan SAL, Laporan Operasional,

Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Laporan Arus Kas.

Catatan atas Laporan Keuangan juga mencakup informasi

tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas

pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan

untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi Pemerintahan

serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk

menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.

4. Pemerintah Pusat

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah mengartikan Pemerintah Pusat sebagai

Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan

pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil

Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta

lembaga-lembaga pemerintahan pusat.

Dalam menjalankan operasionalnya pemerintah pusat

mengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Salah satu perwujudan nyata dari penerapan transparansi dan

akuntabilitas adalah melalui penyusunan laporan keuangan

39
pemerintahan yang relevan dan andal, yang disusun berdasarkan

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan sistem akuntansi yang

menyediakan prosedur pemrosesan transaksi sampai menjadi

laporan keuangan.

5. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

Pemerintah pusat secara periodik menyusun laporan

keuangan yang disebut Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

(disingkat LKPP). Pengertian dari Laporan Keuangan Pemerintah

Pusat itu sendiri adalah laporan keuangan yang dibuat oleh

Pemerintah Pusat dalam rangka transparansi dan

pertanggungjawaban atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN).

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat adalah laporan

pertanggung-jawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara yang terdiri dari Laporan realisasi anggaran,

Neraca, Laporan arus kas dan Catatan atas laporan keuangan

yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah. LKPP

Merupakan konsolidasi laporan keuangan Kementerian

Negara/Lembaga yang disusun dengan berdasarkan praktik

terbaik internasional (best practice) dalam pengelolaan keuangan

Negara. LKPP diterbitkan setiap tahun, dan pertama kali

diterbitkan pada tahun 2004 sejak Indonesia merdeka sebagai

40
bentuk pertanggungjawaban keuangan pemerintah. LKPP disusun

oleh Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan, Direktorat

Jenderal Perbendaharaan, Kementerian Keuangan Indonesia.

6. Komponen LKPP

Saat ini laporan keuangan pemerintah pusat disusun

berdasarkan penerapan akuntansi basis kas menuju akrual. Pada

tahun 2015 penerapan basis akrual akan diberlakukan di Indonesia

sehingga laporan keuangan yang diberi opini oleh Badan

Pemeriksa Keuangan adalah yang berbasis akrual.

Komponen laporan keuangan pemerintah berbasis akrual

terdiri dari:

a. Laporan Pelaksanaan Anggaran (Basis Kas), yang terdiri dari

Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Perubahan Saldo

Anggaran Lebih

b. Laporan Finansial (Basis Akrual), yang terdiri dari Neraca,

Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan

Laporan Arus Kas. Adapun Laporan Operasional (LO) disusun

untuk melengkapi pelaporan dan siklus akuntansi berbasis

akrual sehingga penyusunan LO, Laporan Perubahan Ekuitas

dan Neraca mempunyai keterkaitan yang dapat

dipertanggungjawabkan.

c. Catatan Atas Laporan Keuangan (Penjelas atas semua entitas

41
LKP)

7. Analisis Laporan Keuangan

Menurut Harahap (2018:189) analisis laporan keuangan berarti

menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi

yang lebih sederhana dan melihat hubungannya yang bersifat

signifikan atau yang mempunyai makna antara suatu dengan yang

lain, baik antara data kuantitatif maupun non-kuantitatif yang

bertujuan untuk memberitahu kondisi keuangan lebih dalam yang

sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.

Analisis laporan keuangan mencakup posisi keuangan perusahaan

yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan.

Manfaat melakukan analisis laporan keuangan sendiri yaitu untuk

mengetahui serta mengevaluasi kinerja efektivitas keuangan suatu

perusahaan. Sedangkan menurut Hery (2018: 113) analisis laporan

keuangan sangat berguna tidak hanya bagi pihak internal

perusahaan, namun juga berguna bagi investor serta pemangku

kepentingan lain.

Menurut Kasmir (2018: 68), tujuan dari analisis laporan keuangan

yaitu:

a. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu

periode, baik harta, kewajiban, modal maupun hasil usaha yang

telah dicapai perusahaan untuk beberapa periode.

42
b. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang

menjadi kekurangan perusahaan.

c. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki perusahaan.

d. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang

perlu dilakukan perusahaan kedepannya yang berkaitan dengan

posisi keuangan perusahaan saat ini.

e. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen perusahaan

apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap

berhasil atau gagal.

f. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan

sejenis tentang hasil yang mereka capai.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti menarik kesimpulan bahwa

analisis laporan keuangan dimanfaatkan untuk mendapatkan

informasi, memahami posisi keuangan perusahaan, dan

memproyeksikan laporan keuangan pada masa yang akan datang

dengan melihat hasil telaah dan mengukur tingkat kesehatan

keuangan perusahaan.

8. Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan merupakan hal terpenting bagi pelaku bisnis

karena kinerja keuangan merupakan salah satu indikator untuk

mengetahui apakah bisnis yang dijalankan akan tetap terus

berjalan dengan baik ke depannya atau tidak.

43
Menurut Jumingan (2006), kinerja keuangan adalah gambaran

kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu baik

menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana,

yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas,

dan profitabilitas.

9. Tujuan Kinerja Keuangan

Menurut Munawir (2012), tujuan dari melakukan kinerja keuangan

adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui tingkat likuiditas. Likuiditas menunjukkan

kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban

keuangan yang harus segera diselesaikan pada saat ditagih.

b. Mengetahui tingkat solvabilitas. Solvabilitas menunjukkan

kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban

keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik

keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.

c. Mengetahui tingkat rentabilitas. Rentabilitas atau yang sering

disebut dengan profitabilitas menunjukkan kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

d. Mengetahui tingkat stabilitas. Stabilitas menunjukkan

kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan

stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan

perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya serta

44
membayar beban bunga atas hutang-hutangnya tepat pada

waktunya

Adapun pendapat lainnya yakni Rudianto (2013:186) menjelaskan

bahwa kinerja keuangan merupakan hasil atau prestasi yang telah

dicapai manajemen perusahaan dalam menjalankan fungsinya

mengelola aset perusahaan secara efektif selama periode tertentu.

Kinerja keuangan sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk

mengetahui dan mengevaluasi sampai mana tingkat keberhasilan

perusahaan berdasarkan aktivitas keuangan yang telah

dilaksanakan.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas, dapat ditarik

kesimpulan bahwa kinerja keuangan yaitu sebuah proses untuk

menganalisis dan mengelola aset dengan efektif. Analisis tersebut

diperlukan untuk mencari tahu seberapa besar tingkat

keberhasilan yang dicapai dalam periode tertentu.

Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

pengukuran kinerja adalah suatu penilaian untuk mengetahui

pencapaian kinerja suatu organisasi. Pengukuran kinerja diperkuat

dengan menetapkan sistem penghargaan dan hukuman.

Pengukuran Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah dilakukan untuk

memenuhi 3 tujuan yaitu (Mardiasmo, 2016):

a. Memperbaiki kinerja pemerintah daerah.

45
b. Membantu mengalokasikan sumber daya dan pembuatan

keputusan.

c. Mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki

komunikasi kelembagaan.

Pemerintah adalah aparatur yang bertanggungjawab dalam

menjalankan roda pemerintahan, pembangunan masyarakat dan

pelayanan terhadap masyarakat dan pemerintah

bertanggungjawab untuk menyampaikan laporan kinerjanya

sebagai tolak ukur atau bentuk capaian yang telah dilakukan

selama periode berjalan (Halim, 2014).

Salah satu alat yang digunakan dalam menganalisis kinerja

keuangan pemerintah daerah yaitu melakukan analisis rasio

keuangan. Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan rasio ketergantungan. Hasil dari analisis rasio

keuangan ini selanjutnya digunakan sebagai tolak ukur untuk

(Mahmudi, 2011):

a. Melihat pertumbuhan atau perkembangan perolehan

pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan selama periode

waktu tertentu.

b. Mengukur efektivitas dan efisiensi dalam merealisasikan

pendapatan daerah.

c. Mengukur sejauh mana aktivitas pemerintah daerah dalam

46
membelanjakan pendapatan daerahnya.

d. Mengukur kontribusi masing-masing sumber pendapatan

dalam pembentukan pendapatan daerah.

e. Melihat pertumbuhan atau perkembangan perolehan

pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan selama periode

waktu tertentu.

10. Tahap-Tahap Menganalisis Kinerja Keuangan

Secara umum ada lima tahap menganalisis kinerja keuangan

suatu perusahaan menurut Hutabarat (2020:5), yaitu:

1. Melakukan review terhadap data laporan keuangan.

Review disini dilakukan dengan tujuan agar laporan keuangan

yang sudah dibuat tersebut sesuai dengan penerapan kaidah-

kaidah yang berlaku umum dalam dunia akuntansi, sehingga

dengan demikian hasil laporan keuangan tersebut dapat

dipertanggungjawabkan.

2. Melakukan perhitungan.

Penerapan metode hitungan disini adalah disesuaikan dengan

kondisi dan permasalahan yang sedang dilakukan sehingga

hasil dari perhitungan tersebut akan memberikan suatu

kesimpulan sesuai dengan analisis yang diinginkan.

3. Melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan yang telah

didapatkan.

47
Dari hasil hitungan yang sudah diperoleh tersebut kemudian

dilakukan perbandingan dengan hasil hitungan dari berbagai

perusahaan lainnya.

4. Melakukan interpretasi terhadap berbagai permasalahan

yang ditemukan.

Setelah tahap-tahap sebelumnya dilakukan, maka akan

dilakukan interpretasi untuk mengetahui apa saja

permasalahan, hambatan dan kendala yang dialami oleh suatu

perusahaan. Kemudian dilakukan analisis untuk melihat

kinerja keuangan perusahaan..

5. Menyelidiki dan memberikan pemecahan masalah terhadap

berbagai permasalahan yang ditemukan.

Pada tahap terakhir ini setelah ditemukan berbagai

permasalahan yang dihadapi, maka perlu dicarikan solusi guna

memberikan saran atau masukan apa saja yang harus

diselesaikan.

11. Rasio Keuangan

Menurut Hery (2015:139), menjelaskan bahwa pengertian

analisis rasio keuangan adalah analisis yang dilakukan dengan

menghubungkan berbagai perkiraan yang ada pada laporan

keuangan dalam bentuk rasio keuangan. Beda halnya dengan

Kasmir (2015:104) mendefinisikan rasio keuangan adalah

48
kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan

keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka yang

lain. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan

komponen lainnya dalam suatu laporan keuangan atau antar

komponen yang ada diantara laporan keuangan.

Menurut Fahmi (2014:44) menyatakan bahwa rasio

keuangan adalah hasil yang diperoleh dari perbandingan jumlah,

baik dari satu jumlah dengan jumlah lainnya. Rasio keuangan ini

hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan

hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan

penyederhanaan ini dapat dinilai secara cepat hubungan antara

pos dan dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga

diperoleh informasi dan memberikan penilaian. Sehingga, dapat

disimpulkan bahwa rasio keuangan adalah suatu kegiatan untuk

membandingkan satu angka dengan angka lainnya yang dimana

angka tersebut dapat diperoleh dalam laporan keuangan.

12. Bentuk-Bentuk Rasio Keuangan

Ada beberapa rasio keuangan yang dapat digunakan untuk

mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan. Bentuk-bentuk dari

rasio keuangan yang digunakan, yaitu sebagai berikut:

1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)

Rasio likuiditas atau liquidity ratio atau sering disebut juga

49
dengan nama rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukur seberapa likuid suatu perusahaan. Menurut

Kasmir (2015:110) mendefinisikan bahwa rasio likuiditas adalah

rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk

membayar utang-utang (kewajiban) jangka pendeknya yang jatuh

tempo, atau rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan

dalam membiayai dan memenuhi kewajiban (utang) pada saat

ditagih.

2. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio)

Rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka

pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dilikuidiasi

(dibubarkan) (Kasmir, 2015:151). Menurut pendapat lain yakni

Hery (2015:190) menjelaskan bahwa rasio yang dinilai

bagaimana aset perusahaan dibiayai dengan utang disebut rasio

solvabilitas. Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat

dinyatakan dan simpulkan bahwa rasio solvabilitas adalah rasio

yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar

seluruh kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi.

3. Rasio efektivitas pendapatan negara

Rasio efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah

dalam merealisasikan pendapatan negara selain pendapatan

hibah dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi rill.

50
Kemampuan pemerintah dalam menjalan kan tugas

dikategorikan efektif apabila mencapai minimal sebesar 100

persen (Halim, 2002). Rasio efektivitas berkaitan dengan

keberhasilan suatu kegiatan operasi atau program pemerintah.

Suatu kegiatan dinilai efektif apabila kegiatan atau program

tersebut mempunyai pengaruh yang besar terhadap pelayanan

kepada masyarakat yang merupakan sasaran yang telah

ditetapkan sebelumnya. Rasio efektivitas memberi gambaran

tentang kontribusi pendapatan negara (pendapatan pajak dan

pendapatan negara bukan pajak) selain hibah terhadap jumlah

total pendapatan pemerintah pusat (Mahmudi, 2007)

4. Analisis pertumbuhan pendapatan

Analisis pertumbuhan pendapatan bermanfaat untuk mengetahui

apakah pemerintah pusat dalam tahun anggaran yang

bersangkutan atau selama beberapa periode anggaran, kinerja

anggarannya mengalami pertumbuhan pendapatan secara positif

atau negatif (Mahmudi,2007). Jika kinerja anggarannya

mengalami pertumbuhan pendapatan secara negatif maka

menunjukan adanya penurunan kinerja pendapatan. Sebaliknya,

jika kinerja anggarannya mengalami pertumbuhan secara positif

maka menunjukan adanya peningkatan kinerja pendapatan.

5. Analisis pertumbuhan belanja

Analisis pertumbuhan belanja bermanfaat untuk mengetahui

51
perkembangan belanja dari tahun ke tahun. Pada umumnya

pertumbuhan belanja memiliki kecenderungan untuk naik.

Alasannya, kenaikan belanja biasanya dikaitkan dengan

penyesuian terhadap inflasi, perubahan nilai mata uang, dan

penyesuaian faktor makro ekonomi (Mahmudi, 2007)

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi

kewajiban keuangan jangka pendek. Rasio-rasio ini dihitung

melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos

aktiva lancar dan hutang lancar (Harahap. 2015:301). Jadi, dapat

disimpulkan bahwa rasio likuiditas adalah rasio yang

menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh

kewajiban atau hutang-hutang jangka pendeknya.

6. Rasio efisiensi belanja

Rasio efisiensi belanja digunakan untuk mengukur tingkat

penghematan anggaran yang dilakukan oleh pemerintah pusat.

Angka yang dihasilkan dari rasio efisiensi belanja bersifat absolut,

artinya tidak ada standar baku yang dianggap baik untuk rasio

efisiensi belanja (Mahmudi, 2007). Tingkat efisiensi kegiatan

pemerintah pusat dapat mempengaruhi kinerja keuangan

pemerintah pusat dengan menunjukkan apakah pemerintah

pusat telah menggunakan semua faktor produksinya dengan

efektif dan efisien. Jika tingkat efisiensi rendah, berarti belanja

negara semakin kecil sehingga kinerja pemerintah pusat semakin

52
membaik. Oleh karena itu, pemerintah pusat perlu mengambil

langkah untuk menekan belanja negara dan meningkatkan

pendapatan negara.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini juga pernah diangkat sebagai topik penelitian oleh

beberapa peneliti sebelumnya. Maka peneliti juga harus mempelajari

penelitian-penelitian terdahulu atau sebelumnya yang dapat dijadikan

sebagai acuan bagi peneliti dalam melakukan penelitian ini, penelitian

terdahulu menyebutkan masih adanya perbedaan hasil antara penelitian

yang satu dengan yang lain, sedangkan penelitian ini merupakan penelitian

lanjutan dari penelitian terdahulu yang mengkombinasikan beberapa

variabel dan tahun terbarukan sebagai bentuk penelitian yang baru,

sehingga peneliti bermaksud mengkaji ulang penelitian sejenis untuk

mendapatkan hasil yang terbaru.

Rahayu dan Salman Jumaili tahun 2016 pernah meneliti masalah

Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Pusat: Studi Komparatif Tiga

Periode Kepemimpinan Presiden Republik Indonesia. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa bahwa :

1. Rasio likuiditas tertinggi terdapat pada tahun 2008 yaitu 145,62% dan

terendah pada tahun 2013 yaitu 68,66%.

2. Rasio Solvabilitas debt to equity terendah terjadi pada tahun tahun

2006 sebesar -1208,07% dan tertinggi pada tahun 2007 sebesar

53
845,49%.

3. Rasio Solvabilitas debt to assets terendah terjadi pada tahun 2012

sebesar 62,83% dan tertinggi pada tahun 2004 sebesar 158,36%.

4. Pendapatan yang paling efektif terjadi pada tahun 2008 sebesar

109,68%, dan pendapatan yang paling tidak efektif terjadi pada tahun

2015 sebesar 85,60%.

5. Anggaran biaya yang paling efisien terjadi pada tahun 2016 sebesar

89,50% dan anggaran biaya yang paling tidak efisien terjadi pada

tahun 2007 sebesar 100,70%.

6. Pertumbuhan pendapatan yang paling tinggi terjadi pada tahun 2008

sebesar 38,68% dan paling rendah terjadi pada tahun 2009 sebesar -

13,53%.

7. Pertumbuhan belanja yang paling rendah terjadi pada tahun 2009

sebesar -4,19 dan paling tinggi terjadi pada tahun 2006 sebesar

30,90%.

Meliyana Fitri dan Husnul Khotimah tahun 2021 pernah meneliti

Pengaruh Kinerja Keuangan Pemerintah Pusat Terhadap Akuntabilitas

Pelaporan Keuangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa solvabilitas

tidak berkontribusi terhadap peningkatan akuntabilitas pelaporan

keuangan sedangkan efektivitas pendapatan dan efisiensi belanja mampu

meningkatkan akuntabilitas pelaporan keuangan.

Demvi Vebiani, Nugraha, Rd Dian Hardiana tahun 2021 pernah

54
meneliti Analisis Kinerja Keuangan Daerah Sebelum dan Pada Saat

Pandemi COVID-19 (Studi Kasus Pada Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa

Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kinerja

keuangan daerah sebelum dan pada saat pandemi COVID-19 dilihat dari

rasio efektivitas dan rasio efisiensi keuangan. Namun, tidak terdapat

perbedaan kinerja keuangan dilihat dari rasio kemandirian keuangan dan

rasio derajat desentralisasi fiskal. Kinerja keuangan pada saat COVID-19

mengalami perbaikan dilihat dari rasio kemandirian dan rasio derajat

desentralisasi fiskal. Sementara kinerja keuangan dari rasio efektivitas

dan rasio efisiensi mengalami penurunan.

Kurniawan dan Dr. Sumiyana, M.Si tahun 2012 pernah meneliti

Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Pusat Sebelum dan Sesudah Krisis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hasil Wilcoxon Signed Ranks Test

menunjukkan bahwa semua hipotesis yang diuji tidak terbukti (H1-H17

ditolak), sehingga disimpulkan bahwa kinerja keuangan pemerintah

setelah krisis tidak menjadi lebih baik/lebih buruk atau tidak menunjukkan

perbedaan signifikan dibandingkan dengan sebelum krisis. Kondisi

tersebut disebabkan beberapa hal antara lain karena krisis keuangan

global yang bersumber dari produk turunan pasar modal (derivatives) tidak

terlalu berdampak terhadap pengelolaan keuangan negara. Di sisi lain,

adanya kebijakan stimulus fiskal, pertumbuhan alokasi belanja negara dan

optimalisasi utang dalam negeri membawa dampak pada variabel rasio

keuangan pemerintah cenderung sama pada kedua periode penelitian.

55
Chevin Aditya Cahyadi tahun 2021 pernah meneliti Analisis Kinerja

Keuangan Pada Masa Pandemi Covid-19 di BPKAD Kabupaten Lombok

Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

secara umum kinerja keuangan daerah Kabupaten Lombok Barat masih

tergolong rendah, yang dilihat dari beberapa rasio keuangan. Pelaksanaan

kinerja keuangan daerah tersebut terdapat beberapa faktor penghambat

sehingga menjadi suatu kendala dalam pengelolaan keuangan daerah.

Saran yang dapat diberikan yaitu peningkatan efisiensi PAD,

mengoptimalkan intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber

pendapatan sesuai kewenangan dan potensi asli daerah yang ada, serta

peningkatan dan pengembangan kualitas SDM.

Rifka Amalia Mirza tahun 2012 pernah meneliti Analisis Kinerja

Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2005 sampai Tahun 2010. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa kinerja keuangan pemerintah dalam bentuk

likuditas, solvabilitas, efektivitas pendapatan efisiensi belanja,

pertumbuhan pendapatan dan pertumbuhan belanja periode opini audit

disclaimer sama dengan qualified . Tidak ada perbedaan kinerja keuangan

pemerintah pusat periode opini audit disclaimer dan qualified.

Secara terperinci terkait dengan hasil penelitian sebelumnya, dapat

digambarkan pada tabel

No Nama Judul Metodologi Hasil


Peneliti Penelitian Penelitian
Persamaa Perbedaan

56
No Nama Judul Metodologi Hasil
1 Rahayu Analisis Analisis Tiga Periode Rasio likuiditas
dan Laporan Rasio Kepemimpina tertinggi tahun
Salman Keuangan Keuangan n Presiden 2008, Rasio
Jumaili Pemerintah Pemerinta Republik Solvabilitas debt
Pusat: Studi h Pusat Indonesia to equity tertinggi
Komparatif tahun 2007,
Tiga Periode Rasio Solvabilitas
Kepemimpina debt to assets
n Presiden tertinggi tahun
Republik 2004,
Indonesia Pendapatan yang
paling efektif
Jurnal tahun 2008,
Akuntansi Anggaran biaya
dan yang paling
Keuangan efisien terjadi
Unja pada tahun 2016,
Volume III, Pertumbuhan
Nomor 1, pendapatan
Januari- tertinggi tahun
Maret 2018 2008,
Pertumbuhan
belanja tertinggi
tahun 2006
2 Meliyana Pengaruh Analisis Akuntabilitas solvabilitas tidak
Fitri dan Kinerja Rasio Pelaporan berkontribusi
Husnul Keuangan Keuangan Keuangan terhadap
Khotimah Pemerintah Pemerinta peningkatan
Pusat h Pusat akuntabilitas
Terhadap pelaporan
Akuntabilitas keuangan
Pelaporan sedangkan
Keuangan efektivitas
pendapatan dan
Jurnal Keunis efisiensi belanja
(Keuangan mampu
dan Bisnis) meningkatkan
Vol. 10, No. 1, akuntabilitas
Januari 2022 pelaporan
keuangan

57
No Nama Judul Metodologi Hasil
3 Demvi Analisis Analisis Analisis Terdapat
Vebiani, Kinerja Kinerja Kinerja perbedaan kinerja
Nugraha, Keuangan Keuangan Keuangan keuangan daerah
Rd Dian Daerah Daerah sebelum dan
Hardiana Sebelum dan pada saat
Pada Saat pandemi COVID-
Pandemi 19 dilihat dari
COVID-19 rasio efektivitas
(Studi Kasus dan rasio
Pada efisiensi
Kabupaten keuangan.
dan Kota Tidak terdapat
Provinsi perbedaan kinerja
Jawa Barat) keuangan dilihat
dari rasio
Fineteach : kemandirian
Journal of keuangan dan
finance, rasio derajat
Entrepreneur desentralisasi
ship, and fiskal.
Accounting
Education
Research

Vol. 1, No. 1,
Agustus,
2022
4 Kurniawa Analisis Analisis Sebelum Dan
n dan Dr. Kinerja Rasio Sesudah
Sumiyana Keuangan Keuangan Krisis
, M.Si Pemerintah Pemerinta
Pusat h Pusat
Sebelum Dan
Sesudah
Krisis

Tesis S2
Magister
Management
UGM tahun
2015
5 Chevin Analisis Analisis Analisis Kinerja keuangan
Aditya Kinerja Kinerja Kinerja daerah
Cahyadi Keuangan Keuangan Keuangan Kabupaten

58
No Nama Judul Metodologi Hasil
Pada Masa Daerah Lombok Barat
Pandemi masih tergolong
Covid-19 Di rendah, yang
BPKAD dilihat dari
Kabupaten beberapa rasio
Lombok keuangan.
Barat Pelaksanaan
Provinsi kinerja keuangan
Nusa daerah tersebut
Tenggara terdapat
Barat beberapa faktor
penghambat
Skripsi sehingga menjadi
Chevin suatu kendala
Aditya dalam
Cahyadi pengelolaan
NPP. keuangan daerah
29.1250,
IPDN,
Kemendagri,
Tahun 2022
6 Rifka Analisis Analisis Kinerja Kinerja keuangan
Amalia Kinerja Kinerja Keuangan pemerintah
Mirza Keuangan Keuangan Pemerintah dalam bentuk
Pemerintah Pemerinta Pusat Tahun likuditas,
Pusat Tahun h Pusat 2005 Sampai solvabilitas,
2005 Sampai Tahun 2010 efektivitas
Tahun 2010 pendapatan
efisiensi belanja,
Skripsi Rifka pertumbuhan
Amalia Mirza pendapatan dan
NIM. pertumbuhan
C2C008120 belanja periode
Fakultas opini audit
Ekonomika disclaimer sama
Dan Bisnis dengan qualified.
Universitas Tidak ada
Diponegoro perbedaan kinerja
Semarang keuangan
2012 pemerintah pusat
periode opini
audit disclaimer
dan qualified.

59
Tabel 1 : Penelitian Terdahulu

C. Kerangka Pemikiran

Menurut Uma Sekaran dalam Sugiyono (2011:60), “Kerangka

berfikir dapat diartikan sebagai model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai

masalah yang penting”. Berdasarkan uraian kajian pustaka dan landasan

teoritis, maka penulis menyusun model analisis berupa penggambaran

hubungan antara variabel-variabel sehingga dapat berfungsi untuk

merumuskan hipotesis dalam penelitian.

Berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, maka

bentuk pengelolaan keuangan pemerintah pusat dipertanggungjawabkan

salah satunya dengan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP).

Penyusunan Laporan Keuangan disusun berdasarkan pada PP 24 tahun

2005 yang diganti dengan PP 71 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003

Pengelolaan Keuangan Pemerintah Pusat Laporan Keuangan Pemerintah

Pusat (LKPP) Indikator Kinerja Pemerintah Rasio Keuangan tentang

Standar Akuntansi Pemerintahan.

Untuk mengukur kinerja keuangan tersebut, dilakukan dengan

menggunakan analisis rasio keuangan.

Berdasarkan hal tersebut maka dapat digambarkan kerangka

pemikiran sebagai berikut:

60
Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat (LKPP) Periode 2014-
2021

Rasio Analisis
Rasio Rasio Rasio Analisis
Efektivitas Pertumbuh
Likuidita Solvabilita Efisiens Pertumbuha
Pendapata an
s s i Belanja n Belanja
n Negara Pendapatan

Kinerja Keuangan
Pemerintah Pusat (LKPP) Periode 2004-
Gambar 1 : Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2016) menyatakan bahwa Hipotesis adalah

jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu

rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat

pernyataan. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif

yang merupakan masing-masing variabel maupun antar variabel didasari

pada skala pengukuran kuantitatif, terdiri dari rasio likuiditas, solvabilitas,

efektivitas pendapatan, efisiensi belanja, pertumbuhan pendapatan dan

pertumbuhan belanja menggunakan metode analisis rasio keuangan dan

analisa chi square pada Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP).

61
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka berfikir di atas maka

dugaan sementara penulis terhadap penelitian ini adalah bahwa Kinerja

keuangan dengan menggunakan rasio Likuiditas, Solvabilitas, Rasio

Efektivitas Pendapatan Negara, Rasio Efisiensi Belanja, Analisis

Pertumbuhan Pendapatan dan Analisis Pertumbuhan Belanja pada masa

pemerintahan Presiden Joko Widodo adalah “Sehat”.

62
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu pengumpulan,

mengklasifikasikan, menganalisa serta menginterpretasikan data yang

berhubungan dengan variabel yang diteliti membandingkan dengan

pengetahuan teknis dengan keadaan yang sebenarnya untuk kemudian

mengambil kesimpulan.

Penelitian deskriptif kuantitatif merupakan jenis penelitian yang

digunakan untuk menganalisis data dalam bentuk angka dengan cara

mendeskripsikan atau menggambarkan data laporan keuangan dimana

data tersebut berisikan informasi akuntansi yang digunakan pihak

manajemen untuk di analisa dengan menggunakan rasio keuangan, yaitu

rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio efektivitas pendapatan negara,

rasio efisiensi belanja, analisis pertumbuhan pendapatan dan analisis

pertumbuhan belanja.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian yaitu studi pustaka pada Laporan Keuangan

63
Pemerintah Pusat (LKPP) yang diperoleh dari website Direktorat Jenderal

Perbendaharaan, Kementerian Keuangan. Adapun penelitian ini dilakukan

selama 6 (enam) bulan, dimulai dari bulan Januari - Juni 2023.

1. Pertama, persiapan penelitian yang meliputi penelitian pendahuluan,

penyusunan proposal, pengurusan perizinan penelitian dan ujian

proposal.

2. Kedua, pelaksanaan penelitian yang meliputi menjaring data, tabulasi

data, analisis data dan pengecekan data.

C. Operasional Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2016:38) definisi variabel penelitian adalah

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk

apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Berikut ini adalah variabel- variabel yang akan diuji dalam penelitian:

1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas dalam penelitian ini berupa rasio-rasio keuangan yang

terdiri dari rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio efektivitas

pendapatan negara, rasio efisiensi belanja, analisis pertumbuhan

pendapatan dan analisis pertumbuhan belanja. Rasio likuiditasnya

adalah variabel X1 terdiri dari current ratio. Rasio solvabilitas sebagai

X2 debt to equity ratio dan debt to assets. Rasio efektivitas pendapatan

64
negara sebagai X3. Rasio efisiensi belanja sebagai X4. Analisis

pertumbuhan pendapatan sebagai X5 dan analisis pertumbuhan belanja

sebagai X6.

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat dalam penelitian ini berupa kinerja keuangan

pemerintah pusat dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP)

periode tahun 2014-2021.

D. Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif artinya penelitian ini

dilakukan dengan cara menjelaskan hasil data dari perhitungan angka

yang dihitung dan dianalisis. Menurut Sugiyono, (2016:2), Metode

penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

penelitian deskriptif dan verifikatif, karena adanya variabel-variabel yang

akan di telaah hubungannya serta tujuannya untuk menyajikan gambaran

secara terstruktur, faktual, mengenai fakta-fakta hubungannya antara

variabel yang di teliti.

Menurut Sugiyono, (2016:53) definisi penelitian deskriptif adalah

Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui keberadaan nilai variabel

mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat

perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain.

65
E. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah kerangka atau rancangan untuk

mengadakan suatu penelitian yang memuat prosedur dalam upaya

memperoleh informasi serta mengolahnya dalam rangka memecahkan

masalah (Rangkuti, 2011:16).

Untuk mempermudah penelitiannya, peneliti menggunakan desain

penelitian deskriptif (studi kasus). Penelitian deskriptif dilakukan dengan

tujuan untuk mendiskripsikan atau menggambarakan fakta-fakta

mengenai populasi secara sistematis, dan akurat. Dalam penelitian

deskriptif fakta-fakta hasil penelitian disajikan apa adanya. Hasil penelitian

deskriptif sering digunakan, atau dilanjutkan dengan dilakukannya

penelitian analitik.

Desain penelitian studi kasus merupakan rancangan penelitian yang

mencakup pengkajian satu unit penelitian secara intensif, misalnya satu

pasien, keluarga, kelompok, komunitas, atau institusi (Nursalam, 2003 :

83). Karakteristik studi kasus adalah subjek yang diteliti sedikit tetapi

aspek-aspek yang diteliti banyak

Mulai

Perumusan Masalah

Studi

Tujuan

Pengumpulan data
66
Gambar 2 : Desain Penelitian

F. Sumber dan Cara Pengumpulan Data/Informasi

1. Sumber data

Sumber data yang akan digunakan untuk menganalisis dalam

penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder dikumpulkan

langsung dengan cara mendowload Laporan Keuangan Pemerintah

Pusat (LKPP) tahun 2014 – 2021 dari website Direktorat Jenderal

Perbendaharaan, Kementerian Keuangan yang beralamat

https://djpb.kemenkeu.go.id/.

2. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data informasi yang diperlukan dalam penelitian

ini dikumpulkan melalui dua tahapan, yaitu:

67
Pengambilan data sekunder berupa Laporan Keuangan Pemerintah

Pusat (LKPP) tahun 2014-2021 yang tercatat di website Direktorat

Jenderal Perbendaharaan, Kementerian Keuangan yang beralamat

https://djpb.kemenkeu.go.id/. Penelitian kepustakaan (library

research). Penulis mengumpulkan data yang diperlukan dengan

cara membaca literatur-literatur, bahan referensi, bahan kuliah, junal

dan penelitian terdahulu yang relevan dengan kasus yang sedang

dibahas.

3. Studi Dokumentasi

Cara pengumpulan data melalui dokumentasi yaitu dengan

mempelajari dan mengkaji setiap dokumen yang berkaitan dengan

seluruh data yang diperlukan dalam penelitian.

1. Studi kepustakaan

Teknik pengumpulan data ini penulis gunakan dalam mencari

data-data sebagai landasan teori dalam penyusunan skripsi,

yang diperoleh dengan cara membaca serta mempelajari buku-

buku perpustakaan, buku referensi, catatan kuliah, dan bahan

pustaka lainnya yang erat kaitannya dengan masalah yang akan

dibahas dalam penelitian ini.

2. Studi Internet

Dalam teknik pengumpulan data ini, penulis menggunakan

internet untuk mengakses berbagai website yang diperlukan

dalam hal mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk

68
menunjang penyelesaian penelitian ini.

G. Teknik Penentuan Data

Penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Dalam penelitian ini,

penulis memilih metode purposive sampling, pemilihan sampel bukan

secara acak, melainkan sampel yang memiliki kriteria yang ingin diteliti.

Untuk penentuan sampel, peneliti menentukan kriteria yaitu: Laporan

Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2014– 2021;

H. Rancangan Analisis dan Uji Hipotesa

Menurut Sugiyono (2016:147), analisis data adalah: Kegiatan setelah

data dari seluruh responden atau sumber data lain tekumpul. Kegiatan

dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel

dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh

responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan

perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan

perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Metode analisis

data dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Metode

kuantitatif digunakan untuk mengolah data LKPP. Data LKPP diolah

dengan menggunakan rasio-rasio keuangan (Mahmudi, 2007)

Menurut Sugiyono (2016:147), analisis deskriptif adalah Mengalisis

data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah

terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan

yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

69
Tahapan – tahapan dalam melaksanakan kegiatan penelitian ini

diawali dengan menganalisis data yang digunakan dalam kegiatan

penelitian, diikut sertakan dengan pengujian terhadap hipotesispenelitian.

Analisis data merupakan penyederhanaan data ke dalam bentuk yang

mudah dibaca, dipahami dan diinterprestasikan. Data yang akan dianalisis

merupakan data hasil penelitian perpustakaan, serta diikut dengan

pengujian terhadap hipotesis penelitian, kemudian peneliti melakukan

analisis untuk menarik kesimpulan.

Rasio merupakan pedoman yang bermanfaat dalam mengevaluasi

posisi dan operasi keuangan perusahaan dan mengadakan perbandingan

dengan hasil-hasil dari tahun-tahun sebelumnya (Kasmir 2008). Beberapa

jenis rasio yang dapat dikembangkan berdasarkan data keuangan yang

bersumber dari Laporan Keuangan Pemerintah Pusat antara lain:

1. Rasio likuiditas

Rasio likuiditas menujukan kemampuan pemerintah untuk memenuhi

kewajiban jangka pendeknya atau untuk melihat kemampuan

pemerintah untuk mendanai kebutuhan. Walaupun pemerintah sudah

menyusun anggaran kas, tetapi analisis likuiditas akan lebih

bermanfaat bagi manajemen dibandingkan jika hanya mendasarkan

pada anggaran kas (Mahmudi, 2007). Analisis likuiditas dapat dilihat

dari rasio lancar. Rasio lancar merupakan ukuran standar untuk

menilai kesehatan keuangan organisasi. Rasio lancar menggambarkan

apakah pemerintah memiliki aset yang mencukupi untuk melunasi

70
utangnya.

Aktiva Lancar
Dihitung dengan cara:
Utang Lancar

2. Rasio solvabilitas

Rasio solvabilitas digunakan untuk melihat kemampuan pemerintah

dalam memenuhi seluruh kewajiban yang dimiliki pemerinyah, baik

kewajiban jangka panjang ataupun jangka pendek. Kasmir (2008)

mendefinisikan bahwa rasio solvabilitas merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai

dengan utang. Artinya, berapa besar beban utang yang ditanggung

perusahaan dibandingkan dengan aktivanya.

Total Utang
Dihitung dengan cara:
Total Ekuitas

3. Rasio efektivitas pendapatan negara

Rasio efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah dalam

merealisasikan pendapatan negara selain pendapatan hibah dengan

target yang ditetapkan berdasarkan potensi rill. Kemampuan

pemerintah dalam menjalan kan tugas dikategorikan efektif apabila

mencapai minimal sebesar 100 persen (Halim, 2002). Rasio efektivitas

berkaitan dengan keberhasilan suatu kegiatan operasi atau program

pemerintah. Suatu kegiatan dinilai efektif apabila kegiatan atau

program tersebut mempunyai pengaruh yang besar terhadap

pelayanan kepada masyarakat yang merupakan sasaran yang telah

71
ditetapkan sebelumnya. Rasio efektivitas memberi gambaran tentang

kontribusi pendapatan negara (pendapatan pajak dan pendapatan

negara bukan pajak) selain hibah terhadap jumlah total pendapatan

pemerintah pusat (Mahmudi, 2007).

Total Utang
Dihitung dengan cara:
Total Aset

4. Rasio efisiensi belanja

Rasio efisiensi belanja digunakan untuk mengukur tingkat

penghematan anggaran yang dilakukan oleh pemerintah pusat. Angka

yang dihasilkan dari rasio efisiensi belanja bersifat absolut, artinya

tidak ada standar baku yang dianggap baik untuk rasio efisiensi

belanja (Mahmudi, 2007). Tingkat efisiensi kegiatan pemerintah pusat

dapat mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah pusat dengan

menunjukkan apakah pemerintah pusat telah menggunakan semua

faktor produksinya dengan efektif dan efisien. Jika tingkat efisiensi

rendah, berarti belanja negara semakin kecil

sehingga kinerja pemerintah pusat semakin membaik. Oleh karena itu,

pemerintah pusat perlu mengambil langkah untuk menekan belanja

negara dan meningkatkan pendapatan negara.

Realisasi Pendapatan
Dihitung dengan cara:
Target Pendapatan

72
5. Analisis pertumbuhan pendapatan

Analisis pertumbuhan pendapatan bermanfaat untuk mengetahui

apakah pemerintah pusat dalam tahun anggaran yang bersangkutan

atau selama beberapa periode anggaran, kinerja anggarannya

mengalami pertumbuhan pendapatan secara positif atau negatif

(Mahmudi,2007). Jika kinerja anggarannya mengalami pertumbuhan

pendapatan secara negatif maka menunjukan adanya penurunan

kinerja pendapatan.

Sebaliknya, jika kinerja anggarannya mengalami pertumbuhan secara

positif maka menunjukan adanya peningkatan kinerja pendapatan.

Realisasi Belanja
Dihitung dengan cara:
Target Belanja

6. Analisis pertumbuhan belanja

Analisis pertumbuhan belanja bermanfaat untuk mengetahui

perkembangan belanja dari tahun ke tahun. Pada umumnya

pertumbuhan belanja memiliki kecenderungan untuk naik.

Alasannya,kenaikan belanja biasanya dikaitkan dengan penyesuian

terhadap inflasi, perubahan nilai mata uang, dan penyesuaian faktor

makro ekonomi (Mahmudi, 2007).

Dihitung dengan cara:

Realisasi Belanja thn t-(thn t-1)


Realisasi Belanja thn t-1

73
DAFTAR PUSTAKA

Erlina, Rasdianto. (2013). Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis Akrual.


Medan: Brama Ardian

Fahmi, I. (2014). Analisa Kinerja Keuangan. Bandung : Alfabeta.

Halim, A. (2014). Manajemen Keuangan Sektor Publik Problematika


Penerimaan dan Pengeluaran Pemerintah (Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara/Daerah). Jakarta : Salemba Empat.

Harahap, Syafri, S. (2015). Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta:


Rajawali Pers.

___________________. (2018). Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan.


Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Hery. (2015). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: CAPS (Center for


Academic Publishing Service).

____. (2018). Analisis Laporan Keuangan : Integrated and Comprehensive


Edition. Cetakan Ketiga. PT. Gramedia : Jakarta.

Hutabarat, F. (2020). Analisis kinerja keuangan perusahaan. Serang :


Desanta Muliavisitama.

Jumingan. (2006). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : Bumi Aksara.

Kashmir. (2008). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : Rajawali Pers.

_______. (2015). Analisis laporan keuangan. Jakarta : Rajawali Pers.

74
_______. (2018). Analisis Laporan Keuangan. Depok: PT. Raja Grafindo
Persada

Kemenkeu. (2020). Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP). Jakarta :


Kemenkeu.

Mahmudi. (2011). Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: UII Press.

Mahsun, M. (2006). Pengukuran Kinerja Sektor Publik : Cetakan Pertama.


Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta.

Mardiasmo. (2016). Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: CV.Andi Offset.

Munawir, S. (2014).  Analisa laporan keuangan . Yogyakarta : Yogyakarta


Liberty

Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Rangkuti, F. (2011). Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis.


Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Septiana, A. (2019). Analisis Laporan Keuangan. Jawa Timur : Duta Media


Publishing.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.


Bandung: Afabeta.

________. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.


Bandung: PT Alfabet.

Peraturan

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 pasal 1 (1) tentang Pemerintahan


Daerah.

75
Jurnal

Fitri, M dan Khotimah, K. (2021). Pengaruh Kinerja Keuangan Pemerintah


Pusat Terhadap Akuntabilitas Pelaporan Keuangan. Jurnal Keunis.
Vol.10, No.1,Januari 2022, Hlm.1-12.

Rahayu dan Jumaili, S. (2017). Analisis Laporan Keuangan Pemerintah


Pusat : Studi Komparatif Tiga Periode Kepemimpinan Presiden
Republik Indonesia. Jurnal Akuntansi & Keuangan Unja. Vol. 3 No.
1.

Vebiani, D., Nugraha, Hardiana, Rd. (2022). Analisis Kinerja Keuangan


Daerah Sebelum dan Pada Saat Pandemi COVID-19 (Studi Kasus
Pada Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Barat). Journal of finance,
Entrepreneurship, and Accounting Education Research. Vol. 1, No.
1, [Agustus], 2022 : 113-126

Skripsi dan Thesis

Cahyadi, C.A. (2022). Analisis Kinerja Keuangan Pada Masa Pandemi


Covid-19 di BPKAD Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa
Tenggara Barat. Diploma thesis, Institut Pemerintahan Dalam
Negeri.

Kurniawan, Sumiyana. (2012). Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah


Pusat Sebelum dan Sesudah Krisis. Tesis S2 Magister Manajemen
Universitas Gadjah Mada.

Mirza, R, A. (2012). Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Pusat Tahun


2005 sampai Tahun 2010. Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis,
Universitas Diponegoro.

76
77

Anda mungkin juga menyukai