ABSTRAK
Busanaadat Solo Puterimerupakanbusana yang telahdipakai oleh
kelompokmasyarakatsecaraturuntemurun, dan cirikhasnyamencerminkanbudayalokal yang diciptakan
oleh busanaadattersebut. (Condronegoro, 1995:3) menyatakanbahwapakaianadat yang
digunakandalamupacarakerajaandapatdilihatsebagailambangidentitas yang berkaitandenganhak dan
kewajibanpemakainya. Gesik (dalamCondronegoro, 1995:4)
klaimbahwapakaiankebesarandipertahankanuntukmenunjukkanmartabat dan
keunggulandalampenggunaan. Ketimpangansosialinitidakhanyahadir di Surakarta tetapi juga di era
Victoria. 2 halinilah yang melatarbelakangi 2 pakaianadat yang saratnuansa modern, pelestarian dan
inovasi. Menerapkankonsep modern adalahmemodifikasibusanapengantinadat Solo Putri
sesuaidengan design rendering denganmemadukanunsur modern dan tradisional. Hal inidilakukan
agar busanapengantinadat Solo Putri disukai dan dikenakan oleh berbagaikalanganmasyarakat,
terutamakalanganmenengah. Pada perancanganini, penulismenggunakanmetode ATUMICS. Teori
ATUMICS berbedadengan “melestarikantradisiberartiterusmengembangkantradisitersebut agar
sesuaidengankehidupansaatini”. Dengan kata lain, agar tradisidapatberkelanjutan,
iaharustetapterhubungdengansemuaaspekkehidupankontemporer; denganmodernitas.
Dalambanyakkasus, tradisi yang statis dan
tidaklagiberkembangdariwaktukewaktusecarabertahapdihapus dan mati. Metode ATUMICS
berurusandenganperpaduantradisi dan modernitas dan menciptakanobjekbaru yang
tetapmemilikihubungandengantradisi yang berubah.
Kata Kunci: (Solo Puteri, Victoria, Atumics)
ABSTRACT
Solo Puteri traditional clothing is clothing that has been worn by community groups for
generations, and its characteristics reflect the local culture created by these traditional clothing.
(Condronegoro, 1995:3) states that the traditional clothing used in royal ceremonies can be seen as a
symbol of identity related to the rights and obligations of the wearer. Gesik (in Condronegoro, 1995:4)
claims that oversized clothing is maintained to show dignity and excellence in use. This social inequality
is not only present in Surakarta but also in the Victorian era. These 2 things are the background of the 2
traditional clothes which are full of modern nuances, preservation and innovation. Applying a modern
concept is modifying the traditional Solo Putri wedding dress according to the design rendering by
combining modern and traditional elements. This is done so that the traditional Solo Putri wedding
dress is liked and worn by various groups of people, especially the middle class. In this design, the
author uses the ATUMICS method. The ATUMICS theory is different from "preserving traditions means
continuing to develop these traditions to suit current life". In other words, for a tradition to be
A. PENDAHULUAN tampakberbedabagipemakainya.
Busanaadat Solo Puterimerupakanbusana Secaraumumpakaiansebagaiatributkebangs
yang telahdipakai oleh awanandapatdibedakanmenjadiduakelomp
kelompokmasyarakatsecaraturuntemurun, ok, yaitupakaianuntuk acara sehari-
dan cirikhasnyamencerminkanbudayalokal hariatau informal dan pakaianuntuk acara
yang diciptakan oleh busanaadattersebut. yang lebih formal atauresmi.
(Condronegoro, 1995:3) Pakaianresmiterbagimenjadipakaianuntuk
menyatakanbahwapakaianadat yang menghadiriupacara Alit dan 2
digunakandalamupacarakerajaandapatdilih pakaianuntukupacaraAgeng. Dari
atsebagailambangidentitas yang golongansandangtersebutselanjutnyadigolo
berkaitandenganhak dan ngkanmenjadisandanganak-anak, remaja,
kewajibanpemakainya. Gesik dan lanjutusia (Condronegoro, 1995:21).
(dalamCondronegoro, 1995:4) Selainitu,
menyatakanbahwabusanakebesarandibuda dalamkhasanahpakaianadatJawaterbagime
yakanuntukmenunjukkankewibawaan dan njadiduagayapakaianadat, yaitugaya
keunggulandalampenggunaannya, Surakarta.
apalagijikabusanatersebutdihiasdenganban Ketimpangansosialinitidakhanyahadir di
yakbarangmewah, mahal dan langka yang Surakarta tetapi juga di era Victoria. Era
hanyadimiliki oleh segelintir orang. Victoria berlangsungdaritahun 1837
Faktaini pada hingga 1901.
hakekatnyamenunjukkansupremasimanusi IniadalahperiodeketikatahaplanjutRevolusi
adalam strata sosialmasyarakat. Pigeaud Industri dan
(dalamCondronegoro, 1995:3) perluasanimperialismeInggrisbertepatande
menyebutkanbahwaperbedaan- nganberbagaiperubahansosial,
perbedaankecil pada pakaianadat, termasuktarikulurtentangperlunyakonserva
sepertilebarnyahiasan pada tisme dan pelestariantradisi, di
pakaianataulebarnyagarisputus-putus, satusisiberbagaiupayareformasisosial dan
D. PENUTUP(Judul Section,
Garamond, Bold, 12pt)
1. Kesimpulan
Dalam proses perancangan busana
resepsi yang dihasilkan oleh perancang
merupakan pemecahan masalah dari
permasalahan kesenjangan social
dalam pemakaian baju adat Solo Puteri
dan kesenjangan Sosial dalam
pemakaian busana Victoria. Sehingga
dari permasalahan tersebut, penulis
merancang busana modern untuk
resepsi pernikahan perempuat yang
terinspirasi dari adat Solo Puteri dan
cita Rasa Victoria. Karena kedua
tradisi tersebut memiliki latar belakang
yang sama yaitu kesenjangan social
dalam mengenakan busana adat.