Anda di halaman 1dari 26

PRINSIP DASAR BUSANA DI ZAMAN PRA SEJARAH

Makalah
diajukansebagaitugasmatakuliahSejarah Perkembangan Mode Busana
Pada Jurusan PKK FKIP USK

Dosen pengampu:
Dr. Novita, S.Pd., MA.
NIP. 198011092006042001

Oleh:
Zahrina (2206104010003)
Irzani (2206104010002)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt. yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “Prinsip
Dasar Busana Di Zaman Pra Sejarah” dapat penulis selesaikan dengan baik. Selawat
beserta salam tidak lupa pula penulis berikan kepada Baginda Rasulullah saw. yang
telah membawa kita semua dari alam kebodohan kepada alam yang berilmu
pengetahuan. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak
yang bersedia membantu dalam penulisan makalah ini.

Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat guna menyelesaikan tugas mata
kuliah Perkembangan Mode Busana. Dalam penyusunan makalah ini penulis
mendapatkan beberapa kendala. Namun, berkat bimbingan dari dosen pengampuh
mata kuliah Perkembangan Mode Busana, makalah ini dapat diselesaikan. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih dan penghormatan setinggi tingginya
kepada Dr. Novita, S.Pd., MA. yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan saran-
saran dalam proses penyusunan makalah ini.

Akhirnya, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar makalah
ini dapat menjadi bahan bacaan yang berguna, baik bagi penulis sendiri maupun bagi
pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat digunakan menjadi salah satu
sumber belajar.

Banda Aceh, 2 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................ii


DAFTAR ISI .............................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................IV
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1
Latar Belakang ...........................................................................................................1
1.1 Rumusan Masalah ...............................................................................................2
1.2 Tujuan Masalah ...................................................................................................2
1.3 Manfaat Masalah .................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................3


2.1 Prinsip dasar busana di zaman pra sejara .............................................................3

2.2 Asal mulanya kebutuhan busana ..........................................................................5

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan mode ....................................6

2.4 Bentuk-bentuk dasar busana ................................................................................9

BAB III PENUTUP ..................................................................................................20


3.1 Kesimpulan .........................................................................................................20
3.2 Saran ....................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................21

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tunik ......................................................................................................10


Gambar 2.2 Kandys ....................................................................................................11
Gambar 2.3 Kalasiris ..................................................................................................11
Gambar 2.4 PakaianBungkus .....................................................................................12
Gambar 2.5 Himation .................................................................................................13
Gambar 2.6 Chlamys ..................................................................................................13
Gambar 2.7 Mantel atau Shawl ..................................................................................14
Gambar 2.8 Toga .......................................................................................................14
Gambar 2.9 Palla ........................................................................................................15
Gambar 2.10Cape atau Cope......................................................................................15
Gambar 2.11 Poncho Bahu.........................................................................................16
Gambar 2.12 Poncho Panggul ....................................................................................17
Gambar 2.13 Bentuk Dasar Celana ............................................................................17
Gambar 2.14 Macam MacamBentuk Celana .............................................................18
Gambar 2.15 Kaftan ...................................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan mode busana sejalan dengan perkembangan peradaban
manusia yang terkait dengan manusia sebagai makhluk yang berbudaya, yang
realitanya selalu berkembang dari suatu periode ke periode berikutnya. Semakin
tinggi tingkat kebudayaan manusia, maka semakin tinggi pula tingkat pemikiran
manusia. Kebudayaan bersifat akumulasi, maksudnya semakin lama akan
semakin bertambah kaya seperti pemikirannya, kreativitasnya, dan
keterampilannya.
dengan sifat dan kemampuan manusia menurut Harsojo ada bagian yang
sangat terkait dengan perjalanan sejarah dan perkembangan mode busana di
dunia ini, seperti manusia sebagai homo sapiens akan melahirkan pemikiran
manusia tentang perkembangan mode busana sejak zaman primitif sampai saat
ini dan ke depan. Untuk membuat bahan busana (tekstil) dan busana diperlukan
alat, dari yang paling sederhana sampai dengan alat yang teknologi tinggi sesuai
dengan kemajuan pemikiran manusia atau tingkat kebudayaan di mana manusia
itu berkiprah, yang dalam hal ini berkaitan dengan manusia sebagai homo faber.
Lebih jauh lagi bahwa manusia sebagai makhluk.
Jadi, dengan sifat dan kemampuan manusia tersebut salah satunya dapat
mempengaruhi perkembangan mode busana di dunia ini, yang umumnya
mengacu pada kebudayaan Barat. Mode yang datang dari Barat ini dapat
diterima dan diadaptasi sesuai kebutuhan masyarakat di negara dan daerah
masing-masing. Perkembangan mode busana yang kita lihat saat ini tidak
terlepas dari Sejarah busana masa lalu, mulai dari peradaban kuno sampai
peradaban modern saat ini yang sudah masuk pada era globalisasi. Di era
globalisasi ini dengan cepat mode yang berkembang di negara lain akan masuk
ke negara di mana kita berada, karena adanya peralatan teknologi yang sudah
cukup canggih.

1
2

1.2 Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Prinsip dasar busana di zaman pra sejarah?
2. Bagaimana yang dimaksud dengan Asal mulanya kebutuhan busana?
3. Sebutkan Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan mode?
4. Sebutkan Bentuk-bentuk dasar busana?

1.3 Tujuan masalah


2. Untuk mengetahui pengertian Prinsip dasar busana di zaman pra sejarah
3. Untuk mengetahui Asal mulanya kebutuhan busana
4. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan mode
5. Untuk mengetahui Bentuk-bentuk dasar busana

1.4 Manfaat Masalah

1. Bagi pembaca, makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan


wawasan bagi setiap pembaca mengenai prinsip dasar busana di zaman pra
sejarah.
2. Bagi peneliti, makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi yang baik dan
dapat dikembangkan menjadi lebih sempurna.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Prinsip dasar busana di zaman pra sejarah

Menurut Anne Ahira (1994:21), Busana dalam arti umum adalah bahan tekstil
atau bahan lainnya yang sudah dijahit atau tidak dijahit yang dipakai atau
disampirkan untuk penutup tubuh seseorang. Riza Mutia dkk (1996:6) mengatakan,
busana adalah barang yang dipakai manusia, melekat pada tubuh untuk keperluan
kehidupannya seperti baju, celana, tutup kepala, ikat pinggang, dan sebagainya, dan
contoh lainnya, yaitu kebaya dan kain panjang atau sarung, rok, blus, blazer, bebe,
celana rok, celana pendek atau celana panjang (pantalon), sporthem, kemeja, T-Shirt,
piyama, singlet, kutang (brassier) atau Buste Houder (BH), rok dalam, bebe dalam.
Dalam pengertian lebih luas sesuai dengan perkembangan peradaban manusia,
khususnya bidang busana, termasuk ke dalamnya aspek-aspek yang menyertainya
sebagai perlengkapan pakaian itu sendiri, baik dalam kelompok milineris
(millineries) maupun aksesoris (accessories).

Dalam arti sempit busana dapat diartikan bahan tekstil yang disampirkan atau
dijahit terlebih dahulu dipakai untuk penutup tubuh seseorang yang langsung
menutup kulit ataupun yang tidak langsung menutup kulit seperti sarung atau kain
dan kebaya, rok, blus, bebe, celana panjang atau pendek, kemeja, singlet, BH (bahasa
Belanda), piyama, dan daster. Pengertian busana dalam arti luas adalah semua yang
kita pakai mulai dari kepala sampai dengan ujung kaki yang menampilkan keindahan
meliputi:

a. Yang bersifat pokok seperti: kebaya dan kain panjang, sarung, rok, blus,
blazer, bebe, celana rok, celana pendek atau celana panjang (pantalon),
sporthem, kemeja, T-Shirt, piyama, singlet, kutang, BH, rok dalam, bebe
dalam.
b. Yang bersifat pelengkap seperti: alas kaki (khususnya sepatu, sandal, selop),
kaus kaki, tas, topi, peci, selendang, kerudung, dasi, scarf, syaal, stola, ikat

3
4

pinggang, sarung tangan, payung, yang dalam istilah asing disebut


millineries.
c. Yang bersifat menambah seperti: pita rambut, sirkam, bondu, jepit hias,
penjepit dasi, kancing manset (manchet), jam tangan, kaca mata, giwang,
anting, kalung dan liontin, gelang tangan, gelang kaki, cincin, bros, mahkota,
yang dalam istilah asing disebut accessories.

Pada zaman pra-sejarah, prinsip busana lebih sederhana dan fungsional


daripada zaman modern. Manusia pada periode ini mengenakan pakaian untuk
melindungi diri dari elemen-elemen alam, seperti cuaca dan lingkungan. Beberapa
prinsip busana pada zaman pra-sejarah meliputi:

a. Bahan Alami: Pakaian umumnya terbuat dari bahan alami yang tersedia,
seperti kulit binatang, daun, ranting, atau serat tumbuhan. Bahan-bahan ini
dipilih karena daya tahan dan keandalannya.
b. Fungsionalitas: Pakaian dirancang untuk tujuan utama, yaitu melindungi
tubuh dari cuaca ekstrem dan cedera. Mereka juga sering digunakan untuk
menunjukkan status sosial atau suku.
c. Konstruksi Sederhana: Pakaian pada zaman pra-sejarah biasanya simpel
dalam konstruksi. Mereka mungkin terdiri dari selembar kain atau kulit yang
dibentangkan atau digulung dan diikat dengan simpul atau ikatan.
d. Warna Alami: Warna pakaian cenderung mengikuti warna alami bahan baku,
seperti cokelat dari kulit binatang atau hijau dari daun tumbuhan. Pewarnaan
pakaian yang lebih kompleks menjadi mungkin setelah perkembangan teknik
pewarnaan.
e. Aksesoris Minimalis: Aksesoris terbatas pada perhiasan sederhana yang
dibuat dari bahan-bahan alami, seperti cangkang, batu, atau gigi binatang.
f. Desain Berdasarkan Fungsi: Desain pakaian sangat dipengaruhi oleh fungsi
mereka. Misalnya, pakaian musim dingin mungkin lebih tebal dan pakaian
musim panas lebih ringan.
5

Perlu diingat bahwa prinsip busana pada zaman pra-sejarah berbeda-beda di


berbagai wilayah dunia dan berkembang seiring waktu seiring perkembangan
manusia dan perkembangan teknologi.

2.2 Asal mulanya kebutuhan busana

Pada zaman prasejarah manusia belum mengenal busana seperti yang ada
sekarang. Manusia hidup dengan cara berburu, bercocok tanam dan hidup berpindah-
pindah dari suatu tempat ke tempat lain dengan memanfaatkan apa yang mereka
peroleh di alam sekitarnya. Ketika mereka berburu binatang liar, mereka
mendapatkan dua hal yang sangat penting dalam hidupnya yaitu daging untuk
dimakan dan kulit binatang untuk menutupi tubuh. Pada saat itu manusia baru
berfikir untuk melindungi badan dari pengaruh alam sekitar seperti gigitan serangga,
pengaruh udara, cuaca atau iklim dan benda-benda lain yang berbahaya.

Cara manusia melindungi tubuhnya pada saat itu berbeda-beda, sesuai dengan
alam sekitarnya. Di daerah dingin, manusia menutup tubuhnya dengan kulit binatang,
khususnya binatang-binatang buruan berbulu tebal seperti domba. Kulit binatang
tersebut dibersihkan terlebih dahulu dari daging dan lemak yang menempel lalu
dikeringkan. Hal ini biasanya dilakukan oleh kaum wanita. Begitu juga dengan
daerah yang panas, mereka memanfaatkan kulit kayu yang direndam terlebih dahulu
lalu dipukul-pukul dan dikeringkan. Ada juga yang menggunakan daun-daun kering
dan rerumputan. Selain itu ada yang memakai rantai dari kerang atau biji-bijian yang
disusun sedemikian rupa dan untaian gigi dan taring binatang. Untaian gigi dan
taring binatang ini dipakai di bagian leher, pergelangan tangan, pergelangan kaki dan
pada panggul sebagai penutup bagian-bagian tertentu pada tubuh. Pemakaian untaian
gigi, taring dan tulang, selain berfungsi untuk penampilan dan keindahan juga
berhubungan dengan kepercayaan atau tahayul.

Menurut kepercayaan mereka, dengan memakai benda-benda tersebut dapat


menunjukkan kekuatan atau keberanian dalam melindungi diri dari roh-roh jahat dan
agar selalu dihormati. Cara lain adalah dengan menoreh tubuh dan wajah dan diberi
bahan pewarna yang lebih dikenal men “tattoo”. Namun mentato menurut Roosmy
6

M Sood dan Dra. Arifah A Rianto, M.Pd (2003:44) bahwa semua yang dilakukan
oleh masyarakat primitif belum dapat dikatakan berbusana karena seni berbusana
baru muncul setelah masyarakat mengenakan penutup tubuh dari kulit binatang, kulit
kayu atau bahan-bahan tenunan.

Telah dikemukakan di atas bahwa orang menutup tubuhnya dengan kulit


kayu, kulit binatang atau yang lainnya akan tergantung dari kondisi alamnya. Di
daerah panas, orang membuat busana dari kulit kayu, dan di daerah dingin membuat
busana dari kulit binatang. Untuk membuat busana dari kulit kayu diperlukan
pengetahuan untuk mengenal jenis-jenis pohon keras tertentu yang mempunyai serat
yang kuat dan panjang yang dimungkinkan dapat diolah dengan cara direndam dan
dipukul-pukul, lalu dikeringkan. Dari sinilah mulai dikenal istilah celemek panggul.

Sejarah perkembangan pakaian atau busana dapat dilihat dari berbagai


dimensi dan cara, salah satunya adalah dengan mengulik historis evolusi manusia.
Koentjaraningrat (2013) menggambarkan bagaimana perubahan manusia dari satu
fase ke fase lainnya. bentuk atau objek perubahan manusia dari satu fase ke fase lain
tidak hanya bertumpu pada perubahan fisik semata, tapi juga peruhaban atribut-
atribut yang dipakai dan digunakan. Salah satu atribut yang juga berubah adalah
pakaian.

Bersamaan dengan penemuan bahan busana baik dari kulit binatang maupun
kulit kayu dan cara pemakaiannya maka lahirlah bentuk dasar busana. Bentuk dasar
busana yang terdapat di Indonesia, yaitu:

1. Kutang
2. pakaian bungkus
3. poncho
4. celana
5. kaftan

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan mode

Perkembangan mode fashion dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk:


7

1. Budaya: Budaya memiliki peran besar dalam membentuk mode fashion.


Nilai-nilai, tradisi, dan preferensi budaya dapat memengaruhi gaya
berpakaian.
2. Teknologi: perkembangaan teknologi memungkinkan desainer untuk
menciptakan desain yang lebih inovatif dan efisien, serta memungkinkan
penyebaran tren fashion melalui media sosial dan e-commerce
3. Ekonomi: Kondisi ekonomi dapat memengaruhi apa yang orang mampu beli
dan bagaimana tren fashion berubah seiring waktu.
4. Selebriti dan Influencer: Selebriti dan influencer memiliki pengaruh besar
dalam menentukan tren fashion. Mereka seringkali menjadi inspirasi bagi
orang lain dalam hal gaya berpakaian.
5. Lingkungan: Isu-isu lingkungan, seperti kesadaran akan keberlanjutan, telah
memengaruhi industri fashion, mendorong tren berpakaian yang lebih ramah
lingkungan.
6. Sejarah dan Nostalgia: Mode seringkali mengalami siklus, dengan tren masa
lalu yang kembali menjadi populer berkat rasa nostalgia.
7. Politik dan Sosial: Isu-isu sosial dan politik juga dapat memengaruhi mode
fashion, seperti tren yang muncul sebagai bentuk protes atau dukungan
terhadap perubahan sosial.
8. Demografi: Perbedaan demografi, seperti usia, gender, dan lokasi geografis,
dapat memengaruhi preferensi fashion masyarakat.
9. Industri Fashion Itself: Industri fashion memiliki peran dalam menentukan
tren melalui perancangan, produksi, dan pemasaran pakaian.\
10. Perubahan Sosial: Perubahan dalam gaya hidup dan kebiasaan masyarakat
juga dapat memengaruhi mode fashion, seperti tren pakaian kasual yang lebih
dominan dalam gaya hidup modern.

Semua faktor ini bekerja bersama-sama untuk membentuk dan memengaruhi


perkembangan mode fashion yang terus berubah seiring waktu.

Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi fashion:


8

1. Media Massa
Dengan media massa fashion diseluruh dunia dengan mudah terupdate
sehingga kita dapat mengikuti trend yang sedang berkembangan. Media
seolah mensosialisasikan fashion kepada masyarakat.
2. Media Internet
Tanpa kita sadari internet juga menjadi faktor penentu penyebar
luasan trend fashion. Misalnya seperti website ini yang selalu menyajikan tips
dan trend fashion terkini. Tentu saja informasi mengenai trend fashion terbaru
akan cepat menyebar luas di masyarakat. Penyedia busana secara online pun
ikut memberikan peran dengan menyediakan berbagai busana yang mengikuti
trend fashion. Sehingga mau tidak mau masyarakat akan mengikuti trend
fashion yang ada.
3. Dunia Internet
Dunia internet tentu saja menjadi faktor yang sangat besar dalam
penyebar luasan trend fashion ditengah masyarakat. Para selebritis yang
selalu muncul diberbagai media pun menjadi idola selalu berganti mode
busana mengikuti trend fashion. Hal ini bisa menjadi
penyebab masyarakat untuk mengikutinya. Sudah menjadi hukum alam jika
idola mengikuti trend fashion tertentu bahkan bisa menjadi trendsetter dan
pasti akan diikuti oleh penggemar mereka.
4. Dunia Musik
Dunia musik juga menjadi faktor berkembangnya trend fashion. Saat
ini dunia musik kita sedang mengalami wabah boyband dan girlband.
Boyband dan girlband ini mengikuti trend fashion yang berkiblat pada korea
dan jepang. Saat ini banyak kita temui busana yang menyerupai stylenya
orang korea dan jepang. Hal ini dari munculnya boyband dan girlband
diblantika musik Indonesia.
5. Dunia Bisnis
Yang bikin berkembangnya trend fashion melonjak yaitu bisa jadi dari
dunia bisnis ini. Banyak desainer yang berlomba untuk
merancang fashion kekinian. Majalah fashion SHE edisi Maret 2020
9

memberikan dua pendapat mengenai bagaimana sesuatu mempengaruhi tren


fashion.
6. Budaya dan tradis
Adanya batasan waktu memang menjadi penyebab utama fashion
selalu berganti, akan tetapi penyebab mode atau fashion bisa berganti adalah
adanya budaya yang dimiliki suatu wilayah tertentu. Demografi
dari masyarakat pada wilayah tersebut juga bisa mempengaruhi mode, tidak
jarang suatu tren fashion dari suatu tempat tidak bisa menjadi tren ditempat
lain atau bahkan mengalami akulturasi atau pencampuran dikarenakan
penyesuaian dengan budaya setempat.
7. Aktivitas global
Mode dari suatu masa akan dipengaruhi oleh acara global yang
sedang terjadi di seluruh dunia. Contoh: Gucci mengeluarkan lini pakaian
pada momen seri piala dunia 2018. Fashion mengikuti aktivitas global
sebagai bagian dari tren, Trend adalah gaya mutakhir. “kecenderungan akan
suatu gaya busana tertentu. Dalam hal ini suatu gambaran besar atau gerakan
dalam pola pikir mode lazim disebut dengan trend” (Sri Widarwati,
dkk,1996:24).
2.4 Bentuk-bentuk dasar busana
Busana merupakan kebutuhan pokok manusia disamping kebutuhan
makanan dan tempat tinggal. Kata busana berasal dari bahasa sansekerta yaitu
“bhusana”. Busana adalah segala sesuatu yang kita pakai mulai dari ujung
rambut hinggaujung kaki. Busana mencakup busana pokok, pelengkap (milineris
dan aksesoris), dan tata riasnya.Sedangkan pakaian merupakan busana pokok
yang digunakanuntuk menutupi bagian-bagian tubuh. Busana yang dipakai juga
dapatmenyampaikan kesan atau image kepada orang yang melihat.
1. Kutang
Bentuk dasar kutang merupakan bentuk pakaian tertua yang sudah
dikenalsebelum manusia mengenal adanya kain hasil tenun. Bentuk kutang
menyerupaisilinder atau pipa tabung yang berasal dari kulit kayu yang
dipukul-pukulsedemikian rupa sehingga kulit tersebut terlepas dari
10

batangnya dan dipakai untukmenutupi tubuh dari bawah ketiak sampai


panjang yang diinginkan. Negeri asalkutang yaitu Asia, lalu dibawa ke Iran,
Asia kecil, Mesir, Roma dan Eropa. DiAsia dan Afrika bentuk pakaian ini
menjadi bentuk utama pakaian walaupunukuran panjang dan bentuknya
berbeda.
a. Tunik
Tunik disebut juga tunika merupakan salah satu bentuk kutang yang
pemakaianyadari bawah buah dada sampai mata kaki yang diberi dua buah
tali atau ban ke bahu. Pada perkembanganya, bentuk tunik dan cara
pemakainya disesuaikandengan tingkat dan golongan pemakai seperti tunik
talaris dipakai oleh parakonsul, tunik dengan ukuran pendek (sebatas lutut)
longgar dan memakai lengan panjang hanya boleh dipakai oleh orang-orang
istana. Tunik yang sederhanadengan hiasan kancing pada leher dan
pinggang dipakai oleh golongan menengah pada abad ke-6 s.d ke-5 SM di
Bizantium. Abad ke-5 SM s.d ke-1 sesudah masehidi Roma terdapat tunik
permata. Perkembangnya sampai abad ke-5 masehi panjangnya sampai
pertengahan betis. Dengan masuknya agama islam di Acehmaka terbawalah
setelan celana dengan tunik yang datang dari Pakistan yangselanjutnya
disebut dengan baju kurung.

Gambar 1. Tunik
11

b. Kandys
Kandys merupakan busana yang berasal dari bentuk dasar
kutang yang dipakaioleh pria Hebren di Asia kecil pada zaman
prasejarah. Busana ini longgar denganlipit-lipit pada sisi sebelah kanan
dan lenganya berbentuk sayap.

Gambar 2. Kandys
c. Kalasiris
Kalasiris yaitu busana yang dipakai oleh wanita Mesir kuno. Kalasiris
berbentukdasar kutang, panjangnya sampai mata kaki, longgar dan lurus,
adakalanyamemakai ikat pinggang dan lengan setali. Kalasiris kadang-
kadang dipakai bersama mantel dan cape yang berbentuk syal sebagai
tambahan.

Gambar 3. Kalasiris
12

2. Pakaian bungkus
Pakaian bungkus merupakan pakaian yang berasal dari kain berbentuk
segi empat panjang yang dipakai dengan cara dililitkan atau dibungkus ke badan
mulai daridada, atau dari pinggang sampai panjang yang diinginkan seperti
celemek panggul. Pakaian bungkus ini tidak dijahit walaupun sudah ditemukan
jarum jahit.Pemakaian pakaian bungkus ini terdapat di India yang dinamakan
sari, toga dan palla di Roma, kain panjang dan selendang di Indonesia.

4. Pakaian Bungkus

Pada perkembanganya, pakaian bungkus berbeda-beda dalam cara


pemakaianyauntuk tiap daerah, sehingga muncul pakaian bungkus yang
namanya berbeda-bedadiantaranya:

a. Himation
Himation merupakan bentuk busana bungkus yang biasa dipakai
oleh ahli filosofiatau orang terkemuka di Yunani kuno. Himation ini
panjangnya 12 atau 15 kakiyang terbuat dari bahan wol atau lenan putih
yang seluruh bidangnya di sulam.Busana ini dapat dipakai diatas chiton
atau peplos, berfungsi sebagai mantel.Bentuk busana yang hampir
menyerupai himation ini yaitu pallium yang biasadipakai diatas toga oleh
kaum pria di Romawi pada abad ke-2.
13

Gambar 5. Himation
b. Chlamy
Chlamys merupakan busana yang menyerupai himation, yang berbentuk
longgar.Biasanya dipakai oleh kaum pria Yunani kuno.

Gambar 6. Chlamys

c. Mantel atau Shawl


Mantel merupakan busana yang berbentuk segi empat panjang yang
dalam pemakaianya disampirkan pada satu bahu atau kedua bahu. Pada
bagian dadadiberi peniti sehingga muncul lipit-lipit dan pada kedua ujungnya
diberi jumbai- jumbai.
14

Gambar 7. Mantel atau Shawl


d. Toga
Toga merupakan busana khas yang dipakai oleh orang-orang Romawi
kuno, berupa pakaian semicircular yang menutupi dari bahu sampai sekitar
tubuh. Togadikenal sebagai pakaian resmi bagi pria warga (citizen) Romawi
kuno. Tipe pakaian ini digunakan untuk acara-acara resmi dan pegawai
pemerintahan.Terdapat beberapa jenis toga diantaranya toga virilis, toga
praetexta, toga candida,toga pulla, toga picta, trabea dan laena.

Gambar 8. Toga
e. Palla
Palla merupakan busana wanita roma di zaman republik dan kerajaan
dipakai diatas tunika atau stola. Pemakaianya hampir sama dengan shawl
yang disematdengan peniti. Warna palla pada umumnya biru, hijau dan
keemas an.
15

Gambar 9. Palla
f. Cape atau Cope
Cape merupakan busana paling luar pada pakaian pria di Byzantium yang
berbentuk mantel yang diikat pada bahu atau leher dan diberi hiasan bros.

Gambar 10. Cape atau Cope

3. Poncho
Poncho merupakan bentuk busana bagian luar yang dipakai untuk
menjaga tubuhtetap hangat. Poncho dikenal sebagai busana khas penduduk asli
Amerika, yaituBolivia dan Peru. Bentuk aslinya dipergunakan sebagai penutup
badan bagianatas, terdiri dari selembar kain yang dilipat melebar di tengah-
tengahnya. Padalipatan bagian tengahnya dibuatkan lubang untuk lubang leher.
Ciri khas bentukdasar ini bahwa tengah muka tidak mempunyai belahan. Poncho
16

terbuat dari kulit binatang, kulit pohon kayu dan dun-daunan yang diberi lubang
pada bagian tengahnya agar kepala bisa masuk, sedangkan bagian sisi dibiarkan
tidak dijahit.Gambar berikut ini adalah bentuk busana poncho :
a. Poncho Bahu
Poncho bahu merupakan poncho yang menutupi bagian bahu
dan badan bagianatas. Panjang poncho bahu sampai batas lutut atau
sampai betis. Poncho bahu biasanya dipakai oleh suku Indian penduduk
asli Amerika, Peru, Mexico danTiongkok. Poncho bahu ada yang
menutupi bahu saja seperti poncho bahu diTiongkok, sementara poncho
dari Mexico dibuat dari bulu binatang yang panjangnya sampai lutut
dan ada juga yang sampai.

Gambar 11. Poncho Bahu

b. Poncho Panggul
Poncho panggul ditemukan pada gambar seorang laki-laki di
istana raja zamanYunani kuno. Poncho panggul yaitu poncho yang
menutupi panggul sampai panjang yang diinginkan dan pada badan
bagian atas terbuka. Poncho panggul adayang hanya menutupi panggul
saja dan ada juga yang dibuat sampai menutupimata kaki.
17

Gambar 12. Poncho panggul

4. Celana
Celana merupakan bagian busana yang berfungsi menutupi tubuh bagian
bawah,mulai dari pinggang, pinggul dan kedua kaki. Bentuk dasar celana dibuat
dari bahan berbentuk segi empat yang dilipat dua mengikuti panjang kain dan
bagian lipatan tersebut dipotong dan dijahit pada kedua sisinya. Untuk lobang
kakisampai paha dibuat potongan pada bagian tengahnya yang kemudian
dijahit,sehingga ada lubang untuk kaki. Pada bagian pinggang dibuat lajur
untukmemasukan tali sebagai penahan celana pada pinggang. Celana seperti ini
masih banyak ditemukan dan dipakai oleh wanita Aceh.

Gambar 13. Bentuk Dasar Celana

Bentuk ini muncul untuk melengkapi kaftan yang biasanya dibuat


menutupiseluruh tubuh, sehingga timbul ide untuk memisahkan busana atas dan
18

bawah.Busana atas disebut tunik dan bawah dikenal dengan rok. Dari rok inilah
dirubah menjadi bentuk celana yang diberi lobang untuk memasukan kaki.
Celana biasa dipakai oleh wanita dan laki-laki seperti di Albania, Persia,
Tiongkok, Tunisia danArab Saudi.

Bentuk celana bermacam-macam, ada yang longgar seperti celana


perempuanTurki dan ada yang sempit seperti celana turki di Jepang. Pada abad
ke-18 munculcelana yang panjangnya sampai lutut dikenal dengan culotte. Pada
akhir abad ke-18 perkembangan bentuk celana dipengaruhi oleh budaya barat
sehingga muncul celana pantaloons, yaitu celana panjang yang sampai mata
kaki.

Gambar 14. Macam-macam bentuk celana

5. Kaftan
Bentuk kaftan merupakan perkembangan dari bentuk dasar kutang atau
tunikayang dipotong bagian tengah muka sehingga terdapat belahan pada bagian
depan pakaian. Orang-orang Babylonia telah lama menggunakanya sebagai
penutup badan bagian atas. Bentuk kaftan yang asli masih dipakai oleh petani
Mesir.Busana kaftan berbentuk baju panjang yang longgar, sisi lurus, berlengan
panjangdan ada belahan pada tengah muka. Dengan kata lain bentuk kaftan
memiliki cirikhas, mempunyai belahan di sepanjang tengah muka dan memakai
lengan.Belahan ini adakalanya disemat dengan peniti dan ada juga yang
dibiarkan lepas(tidak disemat) seperti gambar berikut :
19

Gambar 15. Kaftan


20

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Busana dalam arti umum adalah bahan tekstil atau bahan lainnya yang
sudah dijahit atau tidak dijahit yang dipakai atau disampirkan untuk penutup
tubuh seseorang. Dalam arti sempit busana dapat diartikan bahan tekstil yang
disampirkan atau dijahit terlebih dahulu dipakai untuk penutup tubuh seseorang
yang langsung menutup kulit ataupun yang tidak langsung menutup kulit seperti
sarung atau kain dan kebaya, rok, blus, bebe, celana panjang atau pendek,
kemeja, singlet, BH (bahasa Belanda), piyama, dan daster. Pengertian busana
dalam arti luas adalah semua yang kita pakai mulai dari kepala sampai dengan
ujung kaki yang menampilkan keindahan.

Pada zaman pra-sejarah, prinsip busana lebih sederhana dan fungsional


daripada zaman modern. Manusia pada periode ini mengenakan pakaian untuk
melindungi diri dari elemen-elemen alam, seperti cuaca dan lingkungan. Cara
manusia melindungi tubuhnya pada saat itu berbeda-beda, sesuai dengan alam
sekitarnya. Di daerah dingin, manusia menutup tubuhnya dengan kulit binatang,
khususnya binatang-binatang buruan berbulu tebal seperti domba. Di daerah
panas, orang membuat busana dari kulit kayu, dan di daerah dingin membuat
busana dari kulit binatang. Perkembangan mode fashion dipengaruhi oleh
berbagai faktor, yaitu: Budaya, Tekhnologi, Ekonomi, selebriti dan Influencer,
lingkungan, politik dan sosial, demografi, industry fasion itself, perubahan
sosial.

3.2 Saran

Dengan adanya pembahasan “Prinsip Dasar Busana Di Zaman Pra


Sejarah”, diharapkan pembaca dapat memahami lebih lanjut tentang “Prinsip
Dasar Busana Di Zaman Pra Sejarah”. Semoga bermanfaat dan bisa dijadikan
pelajaran baru dalam kehidupan.
21

DAFTAR PUSTAKA

Ahira anne, 1994. Tata Busana Pernikahan. Jakarta

Arifah A. Riyanto. (2003). Desain Busana. Bandung: Yapemdo.

Sri Widarwati.1996. Desain Busana I. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.


Koentjaraningrat. 2013. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta

Joanne Entwistle.The Fashioned Body:Fashion,Dress & Modern Social Theory.


Second Edition.Polity Press: Cambridge, UK,2015;247.
.

22

Anda mungkin juga menyukai