SKRIPSI
Disusun Oleh :
SKRIPSI
Disusun Oleh :
Disetujui Oleh :
Mengetahui :
NPM : 188110109
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil karya sendiri dan
tinggi dan dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau di terbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
Demikian pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan apabila kelak
dikemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar (skripsi plagiat) maka saya
bersedia menerima sanksi pencabutan gelar kesarjanaan atau sanksi lainnya sesuai
Sebagai sivitas akademik Universitas Medan Area, saya yang bertanda tangan
dibawah ini :
Fakultas : Teknik
Free Right) atas karya saya yang berjudul Analisis Struktur Kolom dan Balok Pada
Pembangunan Rumah Sakit Regina Maris Jl. Brigjend Katamso Medan. Beserta
Perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini
tanggal 26 Januari 1999. Anak pertama dari lima bersaudara dari pasangan Nasib
Sekolah Dasar SD N 173628 Saroha Lumban Pinasa Kec. Habinsaran Kab. Toba
Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke SMP Swasta Kartini Parsoburan
Kec. Habinsaran Kab. Toba dan lulus pada tahun 2015, kemudian melanjutkan
Toba dan lulus pada tahun 2018. Pada tahun 2018 penulis melanjutkan pendidikan
Starata satu (S-1) disalah satu universitas swasta yang berada di kota Medan,
Sumatera Utara yaitu: Universitas Medan Area dengan mengambil jurusan Teknik
Puji dan Syukur kepada Tuhan yang maha esa, atas berkat yang diberikan
kepada saya, kedua orangtua saya, keluarga beserta teman teman. Sehingga saya
dapat menyelesaikan Skripsi saya dengan segala kemampuan dan kesempatan yang
baik ini.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Teknik pada Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Medan
Area. Penelitian ini berjudul “Analisis Struktur Kolom dan Balok Pada
tetapi berkat bantuan, Bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak akhirnya dapat
rasa terima kasih atas kerja sama dan dukungan dari berbagai pihak selama proses
Medan Area.
2. Bapak Dr. Rahmad Syah, S.Kom, M.Kom selaku Dekan Fakultas Teknik
3. Bapak Hermansyah, S.T. M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil
dan Dosen Pembimbing I Laporan Skripsi saya yang dengan sabar telah
i
4. Bapak Ir. H. Irwan, M.T. Selaku Dosen Pembimbing II saya yang juga
Area yang selalu membantu penulisan dalam pengajaran dan segala urusan
serta administrasi.
7. Teristimewa, kepada kedua orang tua saya, Ayah dan Ibunda saya serta
kepada seluruh keluarga besar saya yang telah memberikan doa, bantuan,
dorongan semangat dan pengertian yang tulus, baik material dan spiritual,
memberikan energy positif dan semangat kepada saya dan bantuan dalam
untuk menyelesaikan skripsi ini hanya kepada Tuhan yang Maha Esa Semua
dikembalikan.
ii
ABSTRAK
Kolom dan Balok menjadi hal yang sangat penting untuk mendukung berdirinya
bangunan bertingkat yang kuat dan kokoh, dengan adanya pemasangan kolom dan
balok yang sesuai dan perhitungan struktur kolom dan balok berdasarkan SNI -
2847:2019 serta Analisis struktur yang dilakukan menggunakan program Aplikasi
SAP 2000 sehingga dapat diteliti sekaligus di pahami untuk pengujian sebelum
dilakukan pembangunan untuk tahap selanjutnya. Sehingga dalam penelitian
bertujuan untuk menganalisis gaya aksial, gaya geser dan momen menggunakan
Program SAP 2000 dan perhitungan struktur kolom dan balok berdasarkan SNI
2847 – 2019 dan perbandingan Analisa perhitungan pada proyek yang berdasarkan
SNI 2847 - 2013. Berdasarkan hasil dari perhitungan struktur dengan metode SNI-
2847 2019 diperoleh desain tulangan dengan A’s = 8D19 mm2 dan As = 4D19 mm2
dan pada kolom diperoleh desain tulangan 12D22 mm2. Dengan hasil yang
diperoleh dari kedua Analisis, maka tidak ada diperoleh perbedaan pada
perhitungan struktur kolom dan balok dengan berdasarkan SNI 2013 dan SNI 2019.
Namun untuk hasil analisis yang diperoleh pada Program SAP 2000 memeliki
perbedaan nilai gaya aksial, gaya geser, dan momen yang lebih besar dari hasil
analisis menggunakan ETABS V18.
iii
ABSTRACK
Columns and beams are very important to support the establishment of high-rise
buildings that are strong and sturdy, with the installation of appropriate columns
and beams and calculation of column and beam structures based on SNI -
2847:2019 as well as structural analysis carried out using the SAP 2000
Application program so that it can researched as well as understood for testing
before development for the next stage. So in this study the aim is to analyze the axial
force, shear force and moment using the SAP 2000 program and the calculation of
the column and beam structure based on SNI 2847 – 2019 and a comparison of the
calculation analysis on the project based on SNI 2847 - 2013. Based on the results
of the structural calculations using the SNI-2013 method. 2847 2019 obtained the
reinforcement design with A’s = 8D19 mm2 and As = 4D19 mm2 and on the column
the reinforcement design was obtained 12D22 mm2. With the results obtained from
the two analyzes, there is no difference in the calculation of the column and beam
structure based on SNI 2013 and SNI 2019. However, the analysis results obtained
in the SAP 2000 program have greater differences in the values of axial force, shear
force, and moment. most of the results of the analysis using ETABS V18.
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
HALAMAN PERNYATAAN
RIWAYAT HIDUP
ABSTRACT ...................................................................................................... iv
v
2.3.1 Baja Tulangan Untuk Lentur pada Tumpuan .................11
vi
3.2 Lokasi Penelitian ........................................................................36
Balok ...........................................................................82
vii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................125
LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
Gambar 4.1.b : 3D Frame Type ...................................................................55
x
Gambar 4.2.6 : Konsep Analisa Balok Tulangan Rangkap .........................80
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 7 : Perhitungan struktur kolom dan balok berdasarkan SNI – 2847 2013
xii
DAFTAR NOTASI
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Melihat semakin banyaknya kebutuhan fasilitas kesehatan namun dengan luas lahan
yang terbatas di pusat kota. Maka pembangunan Rumah Sakit dengan konsep High
Rise Building menjadi solusi yang baik untuk merencanakan proyek pembangunan
rumah sakit dengan Gedung bertingkat. Sebagai contoh dalam pembangunan rumah
sakit siloam semarang yang di desain terhadap gaya lateral yang mungkin terjadi,
software SAP 2000, tetap dilakukan pengkontrolan desain yang sesuai batasan SNI.
kuat untuk menahan beban yang diterimanya. Komponen struktur terdiri dari
struktur atas berupa atap, tangga, balok dan kolom sedangkan struktur bawah
berupa fondasi. Struktur atas berfungsi sebagai pendukung gaya-gaya yang bekerja
dari struktur atas ke tanah. Sehingga komponen struktur tersebut wajib dihitung dan
Rumah sakit merupakan bangunan publik yang memiliki faktor keamanan tinggi
1
terjadinya gempa. Perencanaan atap harus memperhatikan prinsip dasar sebuah
struktur yaitu kuat, presisi, cukup ringan, dan tidak over design. Pelat lantai, tangga,
balok dan kolom dirancang dapat menahan beban mati dan beban hidup secara
mutu material beton yang digunakan dalam struktur pemikul beban gempa SRPMK.
yang dibuat oleh manusia terdiri atas dinding dan atap yang didirikan secara
permanen di suatu tempat. Struktur adalah sebuah gabungan atau rangkaian dari
berbagai macam elemen-elemen yang dirakit sedemikian rupa hingga menjadi satu
Gedung Baru 9 Lantai Rumah Sakit Haji Darjad (RSHD) Samarinda ”ini akan
sehingga masyarakat sekitar, tidak memerlukan jarak yang jauh untuk melakukan
2
Dalam menganalisa suatu struktur bangunan baik statis tertentu maupun
statis tak tentu terdapat berbagai metode antara lain distribusi momen (Hendry
Cross), Slope Deflection, Metode Takabeya, Metode Matriks dan beberapa metode
yang dipakai umum lainnya. Salah satu metode yang digunakan pada penelitian ini
ialah metode Takabeya, yaitu perhitungan struktur portal bertingkat banyak yang
berlaku anggapan dasar bahwa deformasi yang disebabkan oleh gaya tekan/tarik
dan geser dalam diabaikan dan hubungan antara balok dan kolom dianggap sebagai
hubungan kaku sempurna (monolit). Analisa manual dari Metode Takabeya ini
SAP 2000 merupakan salah satu program analisis dan perancangan struktur yang
telah dipakai secara luas diseluruh dunia, program ini merupakan hasil penelitian
dan pengembangan oleh tim dari University of California, yang dipimpin oleh Prof.
Metode slope deflaction digunakan untuk analisis struktur balok statis tak tentu
berlaku anggapan dasar bahwa deformasi yang disebabkan oleh gaya tekan/tarik
dan geser dalam diabaikan dan hubungan antara balok dan kolom dianggap sebagai
3
Metode matriks adalah suatu metode untuk menganalisa struktur dengan
untuk menganalisa dan mendesain struktur bangunan, baik yang berupa struktur
SAP 2000 menggunakan Metode Elemen Hingga sebagai dasar untuk analisis
perhitungannya.
Penggunaan yang efektif dari suatu program seperti SAP 2000 untuk keperluan
analisis struktur, memerlukan pengalaman yang cukup pada struktur yang akan
dianalisis. Tahap yang paling sulit didalam prosedur analisis adalah pemilihan
model struktur yang tepat, meliputi karakteristik dan prilaku yang mendekati
dibandingkan dengan metode lainnya seperti metode diatas yaitu pada program
SAP 2000 dapat menganalisa jenis struktur apapun dalam tampilan 2 dimensi dan
penggunaan lebih efektif dan lebih mudah. Program SAP 2000 ini dirancang untuk
mengetahui adanya gaya-gaya yang muncul pada suatu elemen struktur sebagai
4
Pengerjaan Selanjutnya adalah melakukan perhitungan terhadap daya kuat dan
perhitungan kebutuhan jumlah tulangan yang dipasang pada setiap struktur mulai
dari pondasi, kolom, balok, plat lantai dan plat atap melalui perhtingan yang sudah
dilakukan dan sudah diperiksa oleh bagian konsultan dan sudah memenuhi syarat
pembangunan pedung bertingkat dan semua yang terlibat dalam pembangunan akan
pada penelitian ini maka judul pada penelitian ini “Analisis Strutkur Kolom dan
Katamso Medan.”
SAP 2000.
dan balok berdasarkan metode SNI 2847 – 2013 dengan SNI 2847 –
2019.
Menganalisis dan memperoleh hasil Analisis struktur pada kolom dan balok
menggunakan program SAP 2000 dan perhitungan struktur kolom dan balok
dengan berdasarkan SNI 2847 – 2013 dan SNI 2847 – 2019 dan menganalisis
SNI 2019.
5
1.4 Rumusan Masalah
Masalah – masalah yang timbul dari penelitian ini saya lampirkan sebagai
berikut :
1. Apa saja hal-hal yang perhatikan dalam memahami strutktur kolom dan
Adapun Batasan masalah yang akan saya persiapkan dalam penelitian ini :
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1726 – 2012.
7
Sakit 2847 – program sap 2000 dan perhitungan urnalmh
khusus,
8
Dengan 1726 - syarat kinerja struktur US/articl
Perbedaan disebabkan
titik joint.
9
2.2 Dasar Teori
bertingkat menjadi pilihan utama baik dalam negri dan luar negri dan tidak lepas
dari kebutuhan yang semakin bertambah sementara ketersediaan lahan yang kurang
memadai dikarenakan berbagai macam hal, mulai dari semakin mahalnya harga jual
beli tanah dan tergantung dari kondisi dan tata letak lahan tersebut.
Balok dan Kolom menjadi satu kesatuan setelah pondasi yang sangat
tingginya suatu bangunan Gedung dengan semakin besar dan semakin tingginya
bangunan Gedung maka pondasi, balok dan kolom pun akan dirancang memiliki
dimensi dan struktur yang lebih menentukan berdiri dan bertahannya Gedung
tersebut.
penelitian ini, dengan memiliki Lahan yang luas dan memerlukan ruangan yang
laksanakan.
berada di Jl. Brigjend Katamso dengan Pembangunan yang hampir selesai dan
menjadi tempat Proyek Penelitian yang sangat baik dan dapat menambah wawasan
pengetahuan bagi mahasiswa dan orang sekitar. Campuran Perbandingan Beton Cor
juga diperhatikan pada kebutuhan dalam mengikat tulangan dan agregat beserta
semen yang membentuk struktur Pondasi, Balok dan Kolom sehingga dapat
menghasilkan cetakan Struktur yang sesuai dan tidak memiliki kecacatan struktur.
10
sehingga tidak terjadi keruntuhan dan kerugian besar pada pembangunan.
Maka diberikan juga perhatian dan dilakukannya uji kuat tekan beton pada struktur
√f′c
Asmin = b. d ......................................................................... 2.2
4fy
As,t
nta = 1 ..................................................................................... 2.4
π d2b
4
𝑠 𝐴 𝑓𝑦
a = 0,85.𝑓 ′ 𝑐.𝑏 ..................................................................................... 2.5
ini.
∅𝑀𝑛, 1 ≥ 𝑀𝑢(−) → 𝑂𝐾
11
Cek rasio tulangan terpasang terhadap batas tulangan maksimum yang
dapat dipasang.
As,t
ρterpasang = ............................................................................ 2.7
b.d
0,85.β1.f′ c 600
ρmaks = 0,75 (600+fy) ............................................. 2.8
fy
syaratkan.
Informasi perencanaan,
√f′c
Asmin = b. d .......................................................................2.11
4fy
12
1,4
b. d .............................................................................................2.12
fy
As,t
nta = 1 ...................................................................................2.13
π d2b
4
𝑠 𝐴 𝑓𝑦
a = 0,85.𝑓 ′ 𝑐.𝑏 ................................................................................... 2.14
ini,
∅𝑀𝑛, 1 ≥ 𝑀𝑢(−) , → 𝑂𝐾
dapat dipasang.
As,t
ρterpasang = = .....................................................................2.16
b.d
0,85.β1.f′ c 600
ρmaks = 0,75 (600+fy) ...........................................2.17
fy
syaratkan.
13
c. Kondisi 4, goyangan ke kiri, momen positif tumpuan ke kanan.
∅. 𝑀𝑛, 4
Maka akan diperoleh hasil 𝑀𝑢(+) dari Analisa program SAP 2000
Informasi perencanaan,
√f′c
Asmin = b. d .......................................................................2.20
4fy
As,t
nta = 1 ...................................................................................2.22
π d2b
4
14
𝑠 𝐴 𝑓𝑦
a = 0,85.𝑓 ′ 𝑐.𝑏
...................................................................................2.23
ini,
∅𝑀𝑛, 5 ≥ 𝑀𝑢(−) → 𝑂𝐾
dapat dipasang.
As,t
ρterpasang = ..........................................................................2.25
b.d
0,85.β1.f′ c 600
ρmaks = 0,75 (600+fy) ...........................................2.26
fy
syaratkan.
reinforced.
atas dan dua tulangan bawah yang dipasang secara menerus, dan
15
¼ kali kapasitas momen maksimum yang disediakan pada kedua muka
luas terpasang menjadi, As,t dipasang satu lapis sehingga nilai d tetap
Asfy
a= ...................................................................................2.28
0,85 f′ cb
a
Mn, 6 = Asfy (d − 2) ...............................................................2.29
sendi plastis terbentuk diujung balok dengan tegangan tulangan lentur Tarik sebesar
As 1,25fy
apr, 1 = .........................................................................2.30
0,85f′ c
apr
Mpr, 1 = As1,25fy (d − ).................................................2.31
2
16
b. Hitung Mpr kondisi 2
As 1,25fy
apr, 2 = .........................................................................2.32
0,85f′ c
apr
Mpr, 2 = As1,25fy (d − ).................................................2.33
2
As 1,25fy
apr, 3 = .........................................................................2.34
0,85f′ c
apr
Mpr, 3 = As1,25fy (d − ).................................................2.35
2
As 1,25fy
apr, 4 = .........................................................................2.36
0,85f′ c
apr
Mpr, 4 = As1,25fy (d − ).................................................2.37
2
Tulangan tumpuan pada balok dipasang sama pada kedua sisinya, sehingga
Mpr,1+Mpr,3
Veka = − Vu, g ...................................................2.39
In
dalam menahan geser akibat terjadinya sendi plastis diujung balok harus
diperiksa sesuai dengan ketentuan. Jika gaya geser akibat moment Probable
balok lebih dari ½ atau lebih kuat geser maksimum, Vu, maka beton
Vsway= Mpr,1+Mpr,3 1
< Vu,maks
.....................................................2.40
In 2
17
Vc = 0,17 λ √f ′ c bd ...................................................................2.41
Vu,maks − Vc
Vs,perlu = ................................................................2.42
∅
2
Vs,maks = 3 √f ′ c bd ...................................................................2.43
Vs < Vs,maks → OK
V A bd
s,terpasang = v > Vs,perlu → OK
s
dari muka kolom terdekat. Hoops pertama dipasang pada jarak 50 mm dari muka
kolom terdekat dan yang berikutnya dipasang dengan spasi terkecil diantara.
- d/4 = 129 mm
- 6db = 114 mm
- 150 mm
mm < 114 mm, sehingga persyaratan jarak Sengkang masi terpenuhi. Untuk daerah
- d/2 = 259,25 mm
< d/2 sehingga penulangan geser diluar sendi plastis telah memenuhi syarat.
2.3.5 Splicing untuk tulangan menerus Baja tulangan yang disalurkan harus
- d/4 = 129 mm
- 100 mm
18
Sehingga untuk balok B1 jika terdapat splicing tulangan menerus harus dipasang
- d/4 = 129 mm
- 100 mm
Sehingga untuk balok B1 jika terdapat splicing tulangan menerus harus dipasang
Tu = 0 kN
Vu 2 Tu.Ph 2 Vc 2
√(
b.d
) + (1,7 A2 oh ) < ∅ (b.d + 3
√f ′ c) ...................2.44
pengaruh torsi dapat diabaikan jika torsi yang terjadi nilainya lebih kecil dari
A2 Pcp
Tu < ∅. 0,083 λ √f ′ c ( ) .............................................2.45
Pcp
19
2.4 Rumus Desain Kolom
- Rasio dimensi kolom tidak boleh kurang dari 0,4 dimana rasio
dimensi kolom.
luas tulangan perlu dari hasil perhitungan program SAP 2000, sehingga
Sbc.f′ c Ag
Ash1 = 0,3 (( ) − 1) ............................................2.48
fy Ach
20
Sbc.f′c
Ash2 = 0,09 .................................................................2.49
fy
Tulangan confinement akan dipasang tiap jarak 100 mm, maka diperoleh
SNI beton 2013 pasal 21.6.4.3 spasi maksimum ditentukan dari nilai terkecil
diantara :
memenuhhi persyaratan.
- Hc, terbesar
- 1/6hn,c
- Digunakan Lo
21
2.5 Pemeriksaan Hubungan Kolom Balok (Joint)
Panjang joint yang di ukur parallel terhadap tulangan lentur balok yang
untuk Confinement
s.bc.f′c Ag
Ash1 = 0,3 ((Ach) − 1) ..............................................2.50
fy
s.bc.f′c
Ash2 = 0,09 ....................................................................2.51
fy
(383 + 383)
Vsway =
3,35
T1 = 1,25fy.As
C1 = T1
T2 = 1,25fy.As
C2 = T2
22
Vu = T1 + C2 – Vb ..................................................................2.52
3/4hc
3/4bc
Lebar balok yang bertemu pada joint adalah < 3/4hc, sehingga joint tidak
geser joint.
penelitian di Rumah Sakit Regina Maris Jalan Brigjend Katamso Medan telah
tercamtumkan pada bab ini. Didasarkan dari perhitungan struktur proyek dan akan
Mutu Beton menjadi hal yang sangat di utamakan dan sesuai yang
dibutuhkan dalam Strutkur bangunan, mulai dari mutu beton pondasi, kolom, balok,
plat atap dan plat lantai. Kekuatan karakteristik silinder beton (f’c) yang didasarkan
23
Tabel 1 : Mutu Beton
Jenis dan tegangan leleh (fy) baja tulangan yang digunakan adalah :
24
2.6.4 Reduksi Kekakuan Penampang
monolit dengan pelat lantai. Balok – balok tepi akan berperilaku sebagai Balok –
2847 : 2013), Inersia Balok – T dapat diambil sebesar 2 kali inersia balok persegi.
0,35 kali momen inersia gross, maka dalam desain, factor modifikasi momen
diambil :
Kolom = 0,7 Ig
Beban akibat berat sendiri struktur (Dead Load) adalah berat seluruh
komponen elemen structural bangunan yang terjadi atas pelat lantai, balok, kolom
dan dinding geser. Beban mati akan dihitung secara otomatis oleh software dengan
menggunakan berat jenis material beton 2400 kg/m3 dan berat jenis tulangan 7850
kg/m3.
25
2.6.6 Beban Mati Tambahan (SIDL)
nonstructural (arsitektural dan MEP) yang terdapat pada Strruktur bangunan. Beban
Tebal Spesi 5 cm
MEP 10 kg/m2
Tebal Spesi 5 cm
MEP 10 kg/m2
26
2.6.7 Beban Hidup (LL)
Beban Hidup (Live Load) adalah beban yang terjadi akibat penghunian atau
penggunaan geedung yang berasal dari barang atau orang yang dapat berpindah
dengan ketentuan dalam SNI 1727 : 2013, besarnya beban hidup yang digunakan
beban gempa, mula mula akan dilakukan Analisa klarifikasi situs berdasarkan data
27
borlog yang akan dikerjakan oleh PT. Perca Nusa Wahana Consultan yang
Namun karena hanya terdapat satu dari dua data yang di isyaratkan
yakni hanya terdapat data N SPT maka kelas situs dikategorikan sebagai
Berdasarkan pada peta Parameter Gerak Tanah pada gambar dibawah ini
sesuai SNI 1726 – 2019, maka masing – masing besar Ss = 0,650g dan S1
= 0,359 g.
28
Gambar 2.6.b ; Ss Gempa Untuk Wilayah Medan
Sumber : Puskim
didapatkan :
Faktor amplifikasi :
29
Gambar 2.6.d : Respon Spekta Desain untuk kelas Situs
SE dengan Ss = 0,650 g dan S1 = 0,350 g
berdasarkan SNI 1726 – 2019.
Sumber : Puskim
Desain Seismik D.
Dari Uraian diatas dan uraian – uraian sebelumnya, dan uraian berikutnya
30
2.6.9 Kombinasi Pembebanan Struktur Bawah
dimensi pondasi atau jumlah tiang direncanakan sedemikian hingga gaya reaksi
berikut :
a. Comb P1 = 1,0 DL
31
BAB III
METODE PENELITIAN
36
3.3 Tahapan Penelitian
Mulai
Pengumpulan Data
Selesai
37
3.4 Kuat Lentur Balok
Balok merupakan elemen struktur yang memikul beban tegak lurus dengan
sumbu batangnya , baik berupa beban terpusat ataupun beban merata.Akibat beban
yang dipikul,balok mengalami gaya dalam ,berupa momen lentur dan gaya geser.
Pada Gambar 3.4.a, dapat dilihat sebuah balok yang di bebani secara merata
fenomena lentur yang menyebabkan tegangan tarik dan tekan pada penampang
balok . Pada serat atas penampang balok, muncul tegangan tekan di karenakan
beban sedangkan untuk serat paling bawah akan mengalami tegangan tarik. Disaat
regangan yang terjadi dapat dilihat seperti pada Gambar 2.2(a). Pada kondisi
tersebut tegangan tarik dan tegangan tekan belum mencapai batas kekuatan dari
38
material beton maupun tulangan .Distribusi tegangan -regangan dalam kondisi ini
Dengan kata lain ,balok masih berperilaku elastis.Arti dari perilaku elastis
disini adalah disaat beban tersebut dihilangkan , maka kondisi balok akan kembalia
39
Disaat beban bertambah secara signifikan seperti pada Gambar 3.4.b, maka
distribusi tegangan pun akan berubah sesuai besaran beban yang ditambahkan.
Perubahan diawali dengan adanya perubahan tinggi garis netral (c) yang diikuti
dengan bertambahnya tegangan-regangan tekan dan tarik pada serat atas maupun
tekan .Pada kondisi tersebut tegangan pada baja tulangan telah mencapai batas kuat
lelehnya (fy) .
Distribusi tegangan pada daerah tekan pun berubah yanga awalnya lineat
berubah menjadi nonlinear . tegangan tarik pada serat tarik penampang beton telah
melampaui kekuatan beton sehingga pada kondisi ini telah terjadi retak (crack)pada
serat tarik . Lendutan permanen sudah mulai tampak pada beton meskipun beban
dihilangkan dari element balok .Hal ini mengangandung arti bahwa beton telah
Dengan terjadinya leleh pada tulangan tarik beton,maka tulangan baja akan
balok,seperti pada Gambar 3.4.b. Kondisi retak pada permukaan serat tarik pun
akan semakin membesar dikarenakan tulangan baja telah melampaui kuat lelehnya
dan mengalami strain hardening. Regangan yang terjadi pada tulangan baja bisa
mencapai berkali-kali lipat dari regangan lelehnya . Dengan kata lain, kekuatan baja
untuk memikul beban semakin mengecil. Efek nonlinear pada tegangan tekan
bertambahnya tegangan yang terjadi pada serat tarik balok . Hal ini berarti lengan
moment antara gaya tarik dan gaya tekan pada penampang balok semakin
meningkat.
40
Balok dikatakan mencapai batas maksimum (runtuh) bila serat tekan (serat
0,003). Dan hal itu menandakan bahwa serat tekan tersebut mengalami kehancuran
(crach) dan beton akan runtuh. Pada Gambar 3.4 akan dibahas lebih detail terkait
lentur yang bekerja. Pada kasus ini akan di asumsikan serat tekan pada serat atas
penampang telah mencapai regangan maksimum dari beton yaitu 𝜀cu =0,003.
Selain itu ada beberapa asumsi yanga akan digunakan guna menjelaskan prinsip
bisa di anggap linier seperti yang terlihat pada Gambar 2.3 (b).
b. Asumsi yang kedua adalah lekatan (bond) antara tulangan dan beton
dianggap sempurna tanpa adanya slip. Hal ini mengandung arti bahwa
regangan yang terjadi pada beton dan tulangan baja adalah sama .
41
Pada Gambar 3.4.c kekuatan dari tegangan tarik beton tidak diperhitungkan
(seperti yang telah di jelaskan di awal bahwa beton lemah terhadap tarik maka hal
penentuan nilai efektif (effective depth) penampang (d) cukup di ukur dari serat
tekan terluar hingga ke titik berat dari tulangan tarik, seoerti yang terlihat pada
gambar 3.4.c.
Terkait distribusi tegangan tekan yang terjadi pada daerah tekan penampang
beton, bentuk dan nilainya sangat sulit ditentukan secara pasti. Meskipun di
korelasikan terhadap hasil uji yang dilakukan pada benda uji silinder. Untuk itu,
para ahli menggunakan parameter k1, k2, k3 guna mendefinisikan blok tekan yang
terdapat pada daerah tekan dari penampang balok, Nilai parameter tersebut (k1, k2,
k3) bisa di tentukan berdasarkan hasil eksperiment yang telah di lakukan seperti
yang terlihat pada Gambar 2.4. Nilai (k1, k2, k3) menunjukkan nilai resultan gaya
tekan yang terdapat dalam penampang balok saat balok tersebut mengalami momen
parameter k2 adalah faktor yang digunakan untuk menetukan lokasi dari resultan
gaya tekan (C) terhadap serat terkan terluar penampang beton. Dan parameter k3
tekan balok terhadap kuat tekan tekan yang diperoleh dari uji tekan silinder,f 1c.
42
Gambar 3.4.d nilai dari parameter kuat lentur pada balok (k1,k2,k3)
Sumber : Yudha Lesmana, Teori Desain Struktur Beton Bertulang, 2019.
Ketika terjadi retak pada sisi terluar pada sisi terluar dari serat tekan,
regangan yang terjadi pada tulangan baja bisa jadi lebih besar atau lebih kecil atau
lebih kecil dibandingkan regangan lelehnya, 𝜀s. Jika perbandingan antara luasan
tulangan (As) dan dan luasan penampang beton relatif cukup kecil, maka baja
tulangan akan leleh terlebih dahulu sebelum terjadi retak pada sisi terluar dari serat
yang cukup besar sebelum mengalami keruntuhan. Kondisi semacam ini di kenal
dengan istilah under-reinforced . Sebaliknya ,bila rasio luasan tulangan (As) dan
luasan penampang beton relatif cukup besar (artinya: tulangan yang digunakan
banyak) maka tulangan baja akan tetap elastis , tidak mengalami rusak saat serat
tekan terluar penampang beton mengalami retak. Kondisi seperti ini sangat
43
3.5 Kuat Geser Balok
Prinsip dasar dari munculnya retak (crack) pada penampang balok adalah
adanya fenomena diagonal tension yang diakibatkan tegangan geser yang terjadi
pada balok. Pola dan lebar dari retak yang terjadi bisa dikontrol dengan
dipasang secara tegak lurus terhadap tulangan lentur balok. Fenomena crack pada
Pada Gambar 3.5.a, balck prestressed mengalami retak pada bagian badan
penampang balok atau dikenal dengan istilah web-shear-crack. Jenis retak ini
44
Umumnya kondisi retak jenis ini jarang terjadi pada balok nonprategang
(balok umum yang digunakan pada struktur rangka). Sedangkan retak yang muncul
yang terlihat pada Gambar 3.5.b. Jenis crack ini juga dikenal dengan istilah
initiating crack yang sering muncul pada balok, baik balok prestressed ataupun
nonprategang. Dengan demikian, peran dari tulangan geser pada balok sangatlah
Mekanisme distribusi tegangan geser yang terjadi pada balok yang tidak
seperti yang terlihat pada Gambar 3.3. Adapun penjelasan terkait parameter tersebut
a. Tahanan geser pada beton yang tidak mengalami retak (uncracked concrete)
sangat kasar karena terdapat pecahan dari kerikil (aggretate) dari campuran
beton.
dowel action, Va. Dowel action ini merupakan tahanan terhadap gaya geser
d. Arch action, mekanisme tahanan geser yang didapat pada balok tinggi (deep
beam).
45
Gambar 3.5.c komponen tahan geseer setelah terjadi retak miring pada balok
Sumber : Yudha Lesmana, Teori Desain Struktur Beton Bertulang, 2019.
miring pada balok, tergantung kepada kemampuan dari bagian beton yang tidak
retak untuk mendistribusikan gaya gesernya ke bagian yang lain (bagian retak
miring atau pada daerah tegangan tekan). Dengan kata lain, 4 parameter yang telah
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh ACI dan ASCE pada
tahun 1973, ditemukan bahwa persentase mekanisme distribusi geser pada balok
tanpa tulangan geser saat retak miring telah terbentuk adalah 15-25% oleh dowel
action, 20-40% oleh bagian beton didaerah tekan yang tidak mengalami retak dan
30-50% oleh aggregate interlock dari permukaan beton yang retak. Ketika lebar dan
panjang dari retak diagonal bertambah, maka persentase yang disebutkan diatas
46
3.6 Kuat Momen Torsi Balok
diasumsikan bahwa bidang penampang tetap datar meski telah menerima momen
torsi yang bekerja pada elemen. Hal ini menyebabkan resultan tegangan geser (u)
pada semua titik memiliki besaran yang proporsional terhadap titik tengah
merupakan tegangan geser torsi maksimum pada bagian keliling lingkaran, maka:
Momen torsi yang bekerja pada penampang balok dari struktur beton
balok, seperti yang terlihat pada Gambar 3.6.a. Namun berbeda halnya dengan
penampang persegi yang memiliki dimensi lebar dan tinggi berupa x dan y. Bila
pada penampang bulat, penampang tetap datar meski setelah menerima puntir,
47
3.6.1 Teori space truss torsi
Secara umum, kekuatan dari struktur beton bertulang dalam memikul
momen torsi disediakan oleh tulangan dan material beton. Ada dua pendekatan
yang dilakukan, yaitu dengan memodelkan balok sebagai thin-walled tube dan
space truss, seperti yang terlihat pada Gambar 4.5. Tulangan longitudinal yang
terletak pada bagian pojok balok berperan dalam menyediakan gaya tarik
sedangkan material beton yang berada diantara garis retak berperan dalam
menyumbang kuat tekan. Kuat tekan yang disumbangkan oleh sisi beton diantara
dalam penampang persegi. Kondisi tersebut menyebabkan timbulnya gaya pada sisi
Bila berbicara penampang balok yang solid, disaat balok telah mengalami
retak (crack), maka inti beton yang berada ditengah penampang berperan tidak
signifikan. Kondisi ini menunjukkan bahwa inti beton dapat diabaikan dalam proses
analisa dan ini menjadi dasar asumsi thin-walled tube pada balók persegi dalam
seperti thin-walled tube saat belum mengalami retak, seperti pada Gambar 4.5(a).
Sedangkan saat telah mengalami retak, balok lebih cenderung berperilaku sebagai
space truss, seperti yang terlihat pada Gambar 4.5(b). Hal ini dikarenakan, saat
terjadi retak, material beton pada bagian inti tidak berperan secara signifikan dalam
menyumbang kekuatan.
48
Gambar 3.6.b Analogi thin walled
Sumber : Yudha Lesmana, Teori Desain Struktur Beton Bertulang, 2019.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa sesaat setelah terjadi retak
pada penampang, perilaku balok dalam memikul torsi dianalogikan sebagai space
yang terletak pada pojok balok, tulangan sengkang tertutup dan tegangan tekan
diagonal dari beton yang telah mengalami retak akibat torsi yang membentuk pola
spiral disepanjang balok, seperti yang terlihat pada Gambar 4.5(b). Besaran sudut
retak yang terbentuk pada kondisi tersebut sekitar 45". Namun bila retak semakin
bertambah, maka sudut kemiringan retak bisa bervariasi antara 30° sampai dengan
60".
49
3.7 Elemen Struktur Kolom
Ketika beton dan tulangan baja bekerja sama dalam kondisi tekan , beban
yang dipikul (pada beton & baja) berubah terus menerus secara beraturan selama
periode pembebanan. Awalnya , tegangan yang terjadi pada tulangan (ES / EC) kali
dari tegangan pada beton (berdasarkan teori elastis). Ketika terjadi pengaruh
rangkak dan susuk pada kolom, baja tulangan perlahan-lahan memikul beban lebih
(kolom persegi) dan sengkang spiral (kolom bulat), tentu keduanya memiliki
perbedaan yang cukup signifikan . Hal itu dapat dilihat pada Gambar 3.7.a yang
berupa hubungan antara gaya dan deformasi. Kolom bulat disaat menerima aksial
tekan akan mengalami leleh (yielding) pada kondisi beban tertentu. Bila beban terus
diberikan, maka selimut beton pada kolom bulat akan terkelupas dan elemen kolom
akan mulai berhenti berdeformasi secara lateral. Hal ini dikarenakan semgkang
spiral secara efektif mengikat inti beton yang berada di tengan dan mencegah agar
kolom tidak runtuh. Bila tulangan sengkang di desain dengan baik, maka kuat inti
beton yang ada di tengah bisa lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi kolom yang
masih utuh (sebelum selimut beton terkelupas ). Kondisi seperti ini bisa di sebut
kapasitas deformasi yang serupa kolom bulat. Hubungan force – deformation dari
kolom persegi hanya memiliki one peak , seperti yang terlihat pada gambar 3.7.a
Saat kondisi tersebut terjadi, selimut pada kolom akan mengelupas dan tulangan
50
Dengan fenomena tersebut, bisa di katakan bahwa pada kolom persegi tidak
terdapat fenomena yield (leleh).Titik pumcan (one peak) pertama yang terjadi
berupa aksial tekan dan moment. Dari interaksi dua parameter tersebut (P & M ),
terdapat sejumlah kombinasi kekuatan yang tak terhitung jumlahnya, Interaksi dari
aksial tekan ( P ) dan moment ( M ) di wujudkan dalam sebuah kurva yang di kenal
51
Gambar 3.7.1 diagram interaksi P – M elemen kolom
Sumber : Yudha Lesmana, Teori Desain Struktur Beton Bertulang, 2019.
sebesar 𝜀c = 0,003, sebelum tulangan baja mengalami lelehnya (𝜀y) dan disaat
Diantara dua kondisi tersebut terdapat kondisi yang berimbang antara P dan M yang
control limit (batas kontrol tekan ). Hal ini mengandung arti bahwa bila interaksi P
& M berada diatas batas ini , maka kondisi kolom di kategorikan sebagai
compression controlled ini, faktor reduksi kolom adalah 0,75 untuk kolom bulat
dan 0,65 untuk kolom persegi, seperti yang di tentukan SNI 2847-2019; Pasal
21.2.2; Gambar R21 .2.2b; Hal-472. Sedangkan untuk wilayah yang berada
52
dibawah compression control limit, terbagi menjadi dua bagian yaitu: tension
tarik tercapai 𝜀t ≥ 0,005 dan faktor reduksi kekuatan dalam kondisi ini mencapai
0,9. Selain itu pada kondisi tension controlled, elemen struktur menerima beban
hanya berupa momen lentur tampa adanya gaya aksial tekan (meskipun ada, namun
terbilang sangat kecil sehingga bisa diabaikan). Sedangkan pada transition zone,
regangan yang terjadi adalah fy / Es < 𝜀t < 0,005 dan faktor reduksi bervariasi
linear antara 0,75 – 0,9 untuk kolom bulat dan antara 0,65 – 0,9 untuk kolom
persegi.
Pada Gambar 3.7.1 dapat dilihat pula bahwa perbandingan antara P / M bisa
di nyatakan dengan istilah (e). Disaat kolom hanya menerima beban tekan eksentris
, maka kolom akan menerima pengaruh tekan dan sekaligus momen . Monen
tersebut muncul dikarenakan adanya pengaruh eksentrisitas beban. Oleh karena itu
proses analisa dan desain dari struktur beton bertulang untuk menyatakan gaya
aksial tekan dan momen (hanya dengan satu gaya tekan eksentris)
53
Gambar 3.7.2 kolom yang dibebani beban eksentris
Sumber : Yudha Lesmana, Teori Desain Struktur Beton Bertulang, 2019.
54
BAB IV
1. Membuka program SAP 2000 dengan mengklik icon atau diambil dari
start program.
2. Lalu buat model baru dengan perintah : File – New Model – pilih Units
3. Setelah itu Klik Use Custom grid dan klik Edit Grid Data.
55
4. Kemudian Membuat Grid atau jarak antar garis yang akan menjadi
patokan mulai dari arah melebar (x) arah memanjang (y) dan tinggi
Bangunan (z).
5. Kemudian input data dari Mutu Beton (f’c) sesuai dengan data proyek.
56
6. Setelah itu input data dari Mutu baja (fy) sesuai dengan data dari
proyek.
7. Setelah itu input Tipe-tipe balok dan kolom yang dipakai pada
57
8. Kemudian potong atau hilangkan balok dan kolom yang tidak penting
9. Setelah itu sesuaikan semua tipe balok dan kolom pada grid yang sudah
ada pada gambar dan sesua dengan jarak yang sudah ditentukan dengan
58
10. Kemudian input Pembebanan pada perintah : Define – Load Pattern
setelah itu akan muncul Load Pattern Name tempat untuk input data
pembebanannya.
11. Lalu input data untuk beban kombinasi dengan perintah : Define – Load
59
12. Kemudian kita akan input data untuk ketebalan dari pelat lantai dan pelat
13. Lalu mengaplikasikan data dari pelat atap dan pelat lantai ke gambar
60
14. Setelah itu input data untuk pembebanan mulai dari Dead Live. Dengan
Perintah : Klik semua untuk lantai yang akan di input Dead Live –
Assign – Area Load – input Dead Load – Replace Exciting Loads – ok.
15. Setelah itu input data untuk pembebanan mulai dari Dead Live. Dengan
Perintah : Klik semua untuk lantai yang akan di input Dead Live –
Assign – Area Load – input Live Load – Add To Exciting Loads – ok.
61
16. Kemudian Set analisis dengan perintah : Analisis – Set Analisis Options
17. Lalu Run analisis dengan perintah : Analisis – Run Analisis – Run Now.
62
18. Lalu blok semua frame dengan perintah Ctrl + A.
63
20. Kemudian Start Design dengan perintah : Design – Concretye Frame
64
4.2 Perhitungan Struktur Kolom dan Balok Berdasarkan SNI 2847 - 2013
Dalam perhitungan struktur kolom dan balok berdasarkan SNI 2847 – 2013
program ETABS.
Balok merupakan salah satu bagian dari struktur beton bertulang dan
struktur tidak bertulang (Pracetak), Balok berfungsi untuk meneruskan beban yang
di terima dan di teruskan ke balok dan akan diteruskan ke kolom lalu di teruskan ke
(400 x 600) dengan nomor model B352. Gambar 5,1 menunjukkan posisi balok B1
yang akan dihitung dan Gambar 4.2 menunjukkan gambar bidang Momen dari B1.
65
Gambar 4.2.b : Diagram Moment (a) Beban Gravitasi, (b) Beban Gempa, (c)
Beban Kombinasi
Sumber : Data Proyek.
dengan SNI 2847 – 2019 pasal 21.5 dari 21.5.1.1 hingga 21.5.1.4 :
Ag : gaya aksial terfaktor dari B352, Pu = 0 kN < 0,1 fc’ Ag = 840 kN.
b. Bentang bersih komponen struktur tidak boleh kurang dari 4 kali tinggi
10 – 19/2 = 540,5 mm. Bentang bersih balok adalah 7,3 m. maka rasio
persyaratan ini.
c. Perbandingan dimensi lebar terhadap tinggi tidak boleh kurang daro 0,3
(400/600) 0,67 > 0,3 maka balok memenuhi syarat dimensi ini.
d. Lebar komponen balok tidak boleh kurang dari 250 mm, balok B1
66
1. Baja Tulangan untuk lentur pada tumpuan
utama (db) = D19, selimut beton (Cv) = 40 mm, tulangan geser (ds) =
Informasi perencanaan,
Mu
As = = 1780 mm2
∅ . fy . jd
√f′c
Asmin = b. d = 799 mm2
4fy
1,4
b. d = 757 mm2
fy
As, t
nta = = 6,28
1 2
4 π db
1985mm2
67
Gambar 4.2.2 : Penulangan Balok (400 x 600) cm
Sumber : Data Penelitian
𝐴 𝑓𝑦
𝑠
′ 𝑐.𝑏 = 66,71𝑚𝑚
a = 0,85.𝑓
dapat dipasang.
As, t
ρterpasang = = 0,0096
b. d
syaratkan.
68
Cek Tension Controlled.
𝑎
= 0,129 < 0,0375𝛽1 = 0,3 maka desain tulangan under
𝑏
reinforced.
346,63 𝑘𝑁𝑚.
Informasi perencanaan,
Mu
As = = 1047 mm2
∅ . fy . jd
√f′c
Asmin = b. d = 799 mm2
4fy
1,4
b. d = 757 mm2
fy
69
Sehingga digunakan As = 1047 mm2, keperluan jumlah tulangan yaitu
As, t
nta = = 3,7
1 2
4 π db
1134 mm2
𝐴 𝑓𝑦
𝑠
a = 0,85.𝑓 ′ 𝑐.𝑏 = 38,12𝑚𝑚
dapat dipasang.
As, t
ρterpasang = = 0,0052
b. d
syaratkan.
70
Cek Tension Controlled.
𝑎
= 0,071 < 0,0375𝛽1 = 0,3 maka desain tulangan under
𝑑
reinforced.
212,89 𝑘𝑁𝑚.
tulangan utama (db) = D19, selimut beton (Cv) = 40 mm, tulangan geser
(ds) = 10 mm,
Informasi perencanaan,
Mu
As = = 1741,94 mm2
∅ . fy . jd
√f′c
Asmin = b. d = 799 mm2
4fy
71
1,4
b. d = 757 mm2
fy
As, t
nta = = 6,1
1 2
4 π db
1985 mm2
𝐴 𝑓𝑦
𝑠
a = 0,85.𝑓 ′ 𝑐.𝑏 = 66,71𝑚𝑚
dapat dipasang.
As, t
ρterpasang = = 0,0052
b. d
syaratkan.
72
Cek Tension Controlled.
𝑎
= 0,128 < 0,0375𝛽1 = 0,3 maka desain tulangan under
𝑑
reinforced.
atas dan dua tulangan bawah yang dipasang secara menerus, dan
1
∅. Mnmaks = 86,66 kNm
4
terpasang menjadi, As,t = 850,59 mm2 dipasang satu lapis sehingga nilai
Asfy
a= = 28,59 kNm
0,85 f ′ cb
73
1
∅Mn, 6 = 179,03 kNm ≥ ∅Mn, maks = 89,66 kNm → OK
4
tulangan lentur Tarik sebesar 1,25 fy dan factor reduksi kuat lentur ∅ = 1.
As 1,25fy
apr, 1 = = 83,4 mm
0,85f ′ c
apr
Mpr, 1 = As1,25fy (d − ) = 473 kNm
2
As 1,25fy
apr, 2 = = 83,4 mm
0,85f ′ c
apr
Mpr, 2 = As1,25fy (d − ) = 473 kNm
2
As 1,25fy
apr, 3 = = 47,7 mm
0,85f ′ c
apr
Mpr, 3 = As1,25fy (d − ) = 292,98 kNm
2
As 1,25fy
apr, 4 = = 47,7 mm
0,85f ′ c
apr
Mpr, 4 = As1,25fy (d − ) = 292,98 kNm
2
74
Penentuan gaya geser untuk perhitungan
Tulangan tumpuan pada balok dipasang sama pada kedua sisinya, sehingga nilai
Mpr, 1 + Mpr, 3
Veki = − Vu, g = −62,06 kN
In
Mpr, 1 + Mpr, 3
Veka = − Vu, g = 268,54 kN
In
dalam menahan geser akibat terjadinya sendi plastis diujung balok harus diperiksa
sesuai dengan ketentuan. Jika gaya geser akibat moment Probable balok lebih dari
75
½ atau lebih kuat geser maksimum, Vu, maka beton dianggap tidak berkontribusi
memikul geser.
V Mpr,1+Mpr,3 1
sway= =103,24 kN < Vu,maks =134,27 kN
In 2
Vc = 0,17 λ √f ′ c bd = 208 kN
Vu,maks − Vc
Vs,perlu = = 80,72 kN
∅
2 ′
Vs,maks = √f c bd = 817 kN
3
Vs < Vs,maks → OK
V A bd
s,terpasang = v =325,6 kN > Vs,perlu → OK
s
dari muka kolom terdekat dan yang berikutnya dipasang dengan spasi terkecil
diantara.
- d/4 = 129 mm
- 6db = 114 mm
- 150 mm
100 mm < 114 mm, sehingga persyaratan jarak Sengkang masi terpenuhi.
76
Untuk daerah diluar sendi plastis, syarat jarak tulangan Sengkang maksimal
adalah :
- d/2 = 259,25 mm
jarak 125 mm < d/2 sehingga penulangan geser diluar sendi plastis telah
memenuhi syarat.
Baja tulangan yang disalurkan harus diikat dengan hoops yang dipasang
- d/4 = 129 mm
- 100 mm
- d/4 = 129 mm
- 100 mm
6. Penulangan Torsi
Vu 2 Tu. Ph 2 Vc 2 ′
√( )+( ) < ∅ ( + √f c)
b. d 1,7 A2 oh b. d 3
77
Selanjutnya penampang balok diperiksa terhadap Batasan dari SNI,
pengaruh torsi dapat diabaikan jika torsi yang terjadi nilainya lebih kecil dari
A2 Pcp
Tu < ∅. 0,083 λ √f ′ c ( )
Pcp
Kolom atau Struktur beton bertulang yang memiliki tugas utama dalam
sebagai penerima beban aksial tekan vertical, struktur dalam kolom sendiri terbuat
Berikut perhitungan kolom K1 (500 x 500) lantai 3A, dengan mutu beton f’c
= 35 MPa dan mutu tulangan fy = 400 MPa. Gambar dibawah menunjukkan lokasi
kolom K1.
78
1. Pemeriksaan Dimensi dan Tulangan utama
- Sisi terpendek penampang kolom tidak kurang dari 300 mm, dimana
persyaratan ini.
- Rasio dimensi kolom tidak boleh kurang dari 0,4 dimana rasio
500
= 1 > 0,4 𝑂𝐾
500
adalah 2500 mm2, sehingga dipasang tulangan 20D19 = 5671 mm2, dimana
As, t
ρ= x 100 % = 1,16%
Ag
terhadap ketentuan strong column weak beam. Pada kolom K1 arah 5 bertemu
dengan balok B5 di kedua sisinya. Pada contoh ini akan disajikan perhitungan
untuk arah As 5.
79
didapatkan Mnc,a = 883 kNm. Gambar dibawah menunjukkan diagram
dihitung berdasarkan :
Sbc. f ′ c Ag
Ash1 = 0,3 (( ) − 1)
fy Ach
80
Sbc. f′c
Ash2 = 0,09
fy
Tulangan confinement akan dipasang tiap jarak 100 mm, maka diperoleh
kaki dipasang tiap jarak 100 mm. Periksa syarat spasi maksimum dari
- 1/6hn,c = 558 mm
- 450 mm
81
4.2.3 Perhitungan Pemeriksaan Hubungan Kolom Balok (Joint)
3A, pertemuan antara kolom K1 dengan balok B1. Gambar dibawah menunjukkan
posisi pertemuan kolom balok yang ditinjau. Karena tulangan balok yang ditinjau.
Karena tulangan balok yang bertemu dikolom sama, maka perhitungan dapat
1. Dimensi Join
Dimensi Kolom K1 = 500 x 500 mm, B1 = 400 x 600 mm, luas efektif
Panjang joint yang di ukur parallel terhadap tulangan lentur balok yang
82
2. Penulangan Transversal untuk Confinement
maksimum dari :
s. bc. f′c Ag
Ash1 = 0,3 (( ) − 1) = 4,35 mm2
fy Ach
s. bc. f′c
Ash2 = 0,09 = 5,57 mm2
fy
Jarak bersih antar tulangan tekan dan Tarik balok adalah 462 mm.
didalam joint akan dipasang dua tulangan hoops pada kedua arah (karena
kolom berbentuk persegi) dengan jarak 150 mm. maka luas tulangan hoops
dan Mpr,3 = 292,98 kNm. Karena kolom atas dan bawah memiliki kekakuan
83
(383 + 383)
Vsway = = 228,65 kNm
3,35
T1 = 1,25fy.As = 992,4 kN
C1 = T1 = 992,4 kN
T2 = 1,25fy.As = 992,4 kN
C2 = T2 = 992,4 kN
Vu = T1 + C2 – Vb = 1757 kN
3/4hc = 525 mm
3/4bc = 525 mm
Lebar balok yang bertemu pada joint adalah < 3/4hc, sehingga joint
tidak dikekang oleh balok. Joint tidak dikekang oleh balok di keempat sisinya,
84
4.3 Perhitungan Struktur Kolom dan Balok Berdasarkan SNI 2847 - 2019
85
4.3.1 Perhitungan Kuat Lentur Balok
𝑐
= 0,132
𝑑𝑡
86
𝒄
2. Hitung nilai c dengan nilai 𝒅𝒕 yang diperoleh pada langkah 1.
d = dt = ( h – ts – Øs – ½ D) = ( 600 – 40 – 10 – ½ 19 ) = 540,5 mm
nilai d ).
𝑓′ 𝑐 − 28 30 − 28
β1 = 0,85 – 0,05 = 0,85 – 0,05 = 0,836
7 7
Cc1 = T1
𝐶𝑐1 608,381
As1 = = = 1.5209525 mm2
𝑓𝑦 400
𝑎 59,6452
Mn1 = As1 x fy x (𝑑 − ) = 1,5209 x 400 x (540,5 − )
2 2
87
= 310.675.703 Nmm.
Cek apakah diperlukan tulangan tekan atau tidak dengan ketentuan berikut :
Mn1 < Mn
𝑀𝑢
Mn1 <
∅
323.390.000
310.675.703 Nmm < 𝑁𝑚𝑚
0,9
Mn2 = Mn – Mn1
Mn2 = 359.322.222 – 310.675.703 Nmm.
Mn2 = 48.646.519 Nmm
1 1
d’ = (ts + ∅𝑠 + 2 𝐷1) = (40 + 10 + 2 . 19) = 59,5 𝑚𝑚
(𝑐−𝑑′) (71,346−59,5)
regangan 𝜀 ′ 𝑠 = 0,003 𝑥 = 0,003 𝑥 =0,000498
𝑐 71,346
f’s ≤ fy = 99,6 Mpa ≤ 400 Mpa ; Tulangan tekan tidak leleh, sehingga
tegangan leleh pada tulangan tekan tetap f’s. sedangkan bila tulangan
88
tekan leleh, maka tegangan leleh tulangan tekan diambil sama dengan
fy.
𝐴𝑠 𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 1015
n= 1 =1 = 3,5817 = 4 tulangan
𝑥 𝜋𝑥 𝐷2 𝑥 3,14 𝑥 192
4 4
membutuhkan sedikit.
1
A’s = 4-D19 mm2 = n x ¼ x 𝐷2 = 4 𝑥 4 𝑥 3,14 𝑥 192 = 1134 𝑚𝑚2
Pada langkah ini, harus dipastikan apakah tulangan As terpasang satu lapis
atau dua lapis. Bila terpasang dua lapis maka tinggi efektif penampang (d)
89
𝑏−( 2 𝑥 𝑡𝑠 )−( 2 𝑥 ∅𝑠 )−( 𝑛 𝑥 𝐷)
S min =
(𝑛−1)
= 21,14 mm < 40 mm
= 74,6 mm > 40 mm
Jadi tulangan dipasang dua lapis, setelah itu perlu dilakukan perhitungan
tinggi efektif (d) yang baru karena tulangan dipasang dua lapis.
90
12. Hitunglah nilai tinggi balok teganggan Whitney (a) yang baru.
T =𝐶𝑐+ 𝐶𝑆
persamaan :
13. Hitung nilai tinggi garis netral (c) dan kategori penampang.
𝑎 80
c= = = 99 𝑚𝑚
𝛽1 0,836
𝑐 96
c= = = 0,178
𝑑𝑡 538,5
𝑎
𝑀𝑛 = (𝐴𝑠 × 𝑓𝑦 − 𝐴′𝑠 × 𝑓′𝑠 ) × (𝑑 − ) + 𝐴′𝑠 × 𝑓 ′ 𝑠 (𝑑 − 𝑑 ′ )
2
91
80
𝑀𝑛 = (2.267 × 400 − 1.134 × 80 ) × (516,5 − ) + 1.134 × 80 ×
2
(516,5 − 61,5)
Φ × 𝑀𝑛 ≥ 𝑀𝑢
memiliki nilai geser max (SAP 2000) adalah sebesar 450.000 N. Bentang balok
adalah sekitar 5000 mm dan dimensi kolom yang digunakan adalah 500/500
92
(persegi). Adapun spesifikasi lengkap dari balok yang ditinjau adalah sebagai
berikut:
vu = 450.000 N
Rencanakan tulangan geser sepanjang bentang balok agar balok kuat menahan
Analisa geser pada balok ,seperti gambar 3,9 ,akan menjadi 2 daerah
,yaitu tumpuan dan lapangan .Sehingga perlu dicari nilai vu masing – masing
geser pada tumpuan cukup diambil pada penampang yang lokasinya sejarak
d.
𝑣𝑢1 1.712
b. =
𝑣𝑢 2.500
93
Gambar 4.2.8 Gaya geser ultimate sepanjang bentang balok,satuan (mm)
Sumber : Data Lapangan
3.109,5 3109,5
Vu1 = x vu = x 523.000 =406,567 N
4000 4000
𝑣𝑢2 1.125
=
𝑣𝑢 2.500
2000 2000
Vu2 =4000 x vu =4000 x 523.000 = 261,500 N
94
3. Periksa syarat kemampuan penampang dalam menerima beban geser.
Dalam hal ini akan diambil nilai Vu terbesar yaitu pada tumpuan.
Hal ini berarti ukuran penampang balok sudah memenuhi persyaratan bila
Cek kategori -1
Cek kategori -2
0,5∅𝑉𝑐 ≤ 𝑣𝑢 ≤ ∅𝑣𝑐
95
Cek kategori -3
Dimana;
′
Vs,min =0,062√𝑓 𝑏𝑤𝑑 = 0,062√30 × 400 × 540,5 = 134.04 𝑁
Vs,min =75.670 N
Cek kategori -4
1
∅(𝑉𝐶 + 𝑉𝑠, min) ≤ 𝑉𝑢 ≤ ∅(𝑉𝑐 √𝑓 ′ 𝑐𝑏𝑤𝑑)
3
207,734 𝑁 ≤ 406,567 𝑁
1
≤ 0,75 × (201,309 𝑁 𝑥 √30 × 400 × 540,5)
3
96
b. Analisa daerah lapangan
Cek kategori -1
Vu≤ 0,5∅𝑉𝑐
Cek kategori -2
0,5∅𝑉𝑐 ≤ 𝑉𝑢 ≤ ∅𝑉𝑐
Cek kategori -3
Dimana:
97
Cek kategori -4
1
∅(𝑉𝑐 + 𝑉𝑠, 𝑚𝑖𝑛 ) ≤ 𝑉𝑢 ≤ ∅ (𝑉𝑐 + √𝑓 ′ 𝑐𝑏𝑤𝑑)
3
1
206,045 N ≤ 261,500 𝑁 ≤ 0,75 × (201,309 𝑁 + 3 √30 × 400 ×
540,5)
∅Vs= 𝑉𝑢 − ∅𝑉𝑐
∅𝑉𝑠 = 𝑉𝑢 − ∅𝑉𝑐
98
6. Tentukan jarak tulangan geser (s)
geser adalah :
𝑑 540,5
S= = = 270,25mm ≤ 600𝑚𝑚
2 2
geser adalah
𝑑 540,5
S= = = 270,25mm ≤600mm
2 2
7. Hitung nilai Av
99
b Analisa daerah lapangan
dilapangan
∅ = 12 mm
1 1
A=4π𝐷2 = 4 𝜋122 = 113,04 m𝑚2
𝐴𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 247,483
ղ= = = 2,189 ~ 3
𝐴𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 113,04
𝐴𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 412,473
ղ= = = 3,6 ~4; (min 4 kaki)
𝐴𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 113,04
100
Luasan tulangan geser antar tumpuan dan lapangan memang sama,
𝐴𝑣𝐹𝑦𝑡𝑑 226,08×240×540,5
Vs = = = 146,635 N
𝑠 200
∅ × 𝑉𝑛 ≥ 𝑉𝑢
∅ × 𝑉𝑛 ≥ 𝑉𝑢
101
222.181 N ≥ 202.500 𝑁 (𝑀𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡)
102
4.3.3 Perhitungan Momen Torsi Balok
memiliki nilai momen torsi (Tu) max (SAP 2000) sebesar 40.000.000 N.mm.
Bentang balok adalah sekitar 5.000 mm. Adapun spesifikasi lengkap dari balok
f 1c = 30 M P a
Rencanakan tulangan torsi sepanjang bentang bentang balok agar balok kuat
Pada tahap ini akan dilakukan pemeriksaan terhadap syarat umum punter.
øTth ≥ Tu
𝐴𝑐𝑝2
ø × 0,083.λ.√𝑓 ′ .( ) ≥ Tu
𝑐 𝑃𝑐𝑝
103
Untuk menyelesaikan persamaan diatas, diperlukan beberapa parameter
pendukung, yaitu :
ø = 0,75
Sehingga
𝐴𝑐𝑝2
ø × 0,083.λ. √𝑓 ′ .( ) ≥ Tu
𝑐 𝑃𝑐𝑝
180.000 2
0,75 × 0,083 × 1,0 × √30. ( )≥ 40.000.000 N.mm
1.800
balok terhadap momen torsi yang terjadi. Bila tidak memenuhi persyaratan ini,
𝑉𝑢 𝑇 𝑃 𝑉𝑐
√( ) + (1,7𝑢𝐴𝑐ℎ
𝑢
) ≤ ∅(𝑏 + 0,66√𝐹′𝑐)
𝑏𝑤 𝑑 𝑤𝑑
104
Vc = 0,17.ƛ.√𝐹 ′ . 𝑏𝑤 . 𝑑 ;perlu diingat bahwa (𝑏𝑤 = 𝑏)
= 150.284 N
= (b – 2ts) × (ℎ − 2𝑡𝑠)
= 114.400 m𝑚2
𝑝ℎ = 2(𝑏o+ℎ𝑜)
Sehingga:
𝑉𝑢 𝑇 𝑃 𝑉𝑐
√( ) + (1,7𝑢𝐴𝑐ℎ
𝑢
) ≤ ∅(𝑏 + 0,66√𝐹′𝑐)
𝑏𝑤 𝑑 𝑤𝑑
105
Dengan hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa dimensi
perubahan.
Pada tahap ini akan dilakukan penentuan nilai 𝐴𝑣 yang berupa luasan
samadengan contoh soal di bab geser sehingga nilai 𝐴𝑣 yang akan digunakan
Tulangan:
𝐿𝑎𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
Pada tahap ini akan dilakukan penentuan nilai 𝐴𝑡 yang berupa luasan
adalah;
𝑇𝑢𝑠
𝐴𝑡 = tan∅
∅2𝐴∅𝐹𝑦𝑡
106
𝑇 40.106 ×100
𝐴𝑡 =∅2𝐴𝑢𝑠 tan∅ = 0,75×2×97.240×240 tan 450
∅𝐹𝑦𝑡
𝐴𝑡 = 114.312 𝑚𝑚2
Syarat -1
Syarat -2
dibutuhkan untuk memiliki torsi pada daerah tumpuan dan lapangan adalah :
Tumpuan :
107
- Diameter dan jumlah kaki berubah namun jarak Sengkang tetap.
- Jarak Sengkang yang berubah namun diameter dan jumlah kaki tetap.
Pada contoh kasus ini akan di pilih pilih pertama, yaitu jarak sengkakng
akan sama sesuai perhitungan geser, namun diameter dan jumlah kaki
Lapangan
Pada kasus ini, luasan Sengkang (haisl nalisa geser) antara tumpuan
dan lapangan adalah sama. Hal yang memebedakan adalah jarak antara
Sengkang. Oleh karena itu pada perhiyungan ini, nilai Av yang di gunakan
Jadi jadi di peroleh luas tulangan transversal akibat pengaruh torsi yaitu
454,704 mm2
akan di pilih scenario yaitu: jarak Sengkang akan sama sesusai dengan
108
N = 3 kaki (jumlah kaki Sengkang rencana)
Pada contoh kasus ini akan dipilih pilihan pertama, yaitu jarak Sengkang
akan sama sesuai perhitungan geser, namun diameter dan jumlah kaki (luas
4𝐴 4 𝑥 454,704
D = √𝑛.𝜋 = √ 13,9 𝑚𝑚 ≈ 14 𝑚𝑚
3𝑥𝜋
Lapangan :
kata lain. Luasan tulngan longitudinal pada tumpuan dan lapangan adalah
A1 = TuPh/(∅2Aof) cot∅
A1 = 1.014,517 mm2
109
Setelah di peroleh luasan yang di butuhkan, selanjutnya akan di
Persamaan-1
Karena umumnya tulangan yang di gunakan lebih besar, baik dari segi
Atot = (Av+2At)
Jadi
110
Persamaan-2
Dari dua persamaan diatas diambil nilai yang terbesar untuk mewaklili
nilai Alyang diperoleh. Dalam hal ini harus dipastikan apakah nilai Al ≥ Al,
min
Al ≥ Al, min
longitudinal torsi terdapat pula tulangan longitudinal fari lentur. Dengan kata
lain, tulangan longitudinal lentur secara tidak langsung juga berperan dalam
dipeorleh akan disebar secara merata pada tiga bagian yaiti : tulangan tarik,
tulangan tekan, dan tulangan torsi yang terletak pada bagian tengah.
1.531,076 𝑚𝑚2
Al = = 510,359 𝑚𝑚2
3
Dari penampang balok (tumpuan) kita bisa lihat bahwa tulangan lentur
111
Tulangan tarik = 3D19 = 850,155 mm2 > 510,359 mm2
perubahan atau tambahan pada tulangan torsi yang terlertak pada bagian
jadi tulangan longitudinal yang digunakan adalah 2D19 mm. Tulangan ini
Penulangan torsi telah dilakukan pada step 1-5 dan pada tahap ini akan
2847-2019. Terdapat dua syarat yang harus terpenuhi semuanya. Bila salah
satu syarat tidak terpenuhi, maka perlu dilakukan desain ulang. Adapun
Syarat-1:
2𝐴0 𝐴𝑡 𝑓𝑦𝑡
Tn = cotθ
𝑠
2𝑥97.240×117,75×240
Tn = × 𝑐𝑜𝑡 45 = 54,951,677 N.mm
100
112
Cek:
∅Tn ≥ Tu
Syarat-2:
2𝐴0 𝐴𝑡 𝑓𝑦𝑡
Tn = tanθ
𝑠
2𝑥97.240×1.531,076×400
Tn = × 𝑐𝑜𝑡 45 = 54,951,677 N.mm
1.480
Cek:
∅Tn ≥ Tu
0,7580.476.665≥ 40.000.000 N. mm
Dengan terpenuhi dua persyaratan yang diatur SNI 2847-2019, maka dapat
rencana. Adapun hasil akhir dari desain balok dapat dilihat pada gambar 4.8.
113
4.3.4 Perhitungan Struktur Kolom
dikekang oleh balok pada ujung atas dan ujung bawah nya, kolom tersebut terletak
pada lantai 3A dari sebuah struktur gedung, gedungn tersebut direncanakan mampu
h = 500 mm
D = 22 mm ( Tulangan longitudinal)
Øs = 12 mm ( Tulangan Transversal )
114
Tabel : Hasil Output Momen Ultimit Kolom Lantai 3A
115
Beban Rencana
Beban rencana dari struktur kolom diproleh dari analisa struktur 2D dengan
menggunakan SAP 2000. beban yang dilibatkan adalah beban gravity ( gravitasi )
dan beban eartquake (gempa ) . karena struktur akan direncanakan menerima beban
bergoyang ( sway ).
1. Parameter pendukung
properties dari balok dan kolom, serta akan digunakan pada perhitungan
selanjutnya.
• parameter material
Ec = 200.000 Mpa
1 5.208 .109
r =√𝐴 = √ 500 ×500 = 144 mm
𝑔
1 1
Iu = 4.000 − 2 600 − 2600 = 3.400 mm
116
• Nilai d’ penampang kolom
1 1
d’ = ts + Øs + 2 𝐷 = 40 + 12 + (2 × 22) = 63 𝑚𝑚
Dalam menentukan nilai k, akan digunakan alat bantu desain primer yang
dikenal dengan istilah jackson and moreland aligument chart yang terdapat
dalam SNI 2847-2019;gambar 6.25 ; hal – 93 adapun dalam buku ini disajikan
𝐸𝐼 𝐸𝐼 𝐸𝐼
𝛴( )𝐾𝑂𝐿𝑂𝑀 ( )𝐾4+( )𝐾3
ᴪA = ⎱
𝐸𝐼
=
⎱
𝐸𝐼
⎱
𝐸𝐼
𝛴( )𝐵𝐴𝐿𝑂𝐾 ( )𝐵1+( )𝐵2
⎱ ⎱ ⎱
ᴪA = 1,56
𝐸𝐼 𝐸𝐼 𝐸𝐼
𝛴( )𝐾𝑂𝐿𝑂𝑀 ( )𝐾3 +( )𝐾2
⎱ ⎱ ⎱
ᴪB = 𝐸𝐼
= 𝐸𝐼 𝐸𝐼
𝛴( )𝐵𝐴𝐿𝑂𝐾 ( )𝐵3 +( )𝐵4
⎱ ⎱ ⎱
ᴪB = 1,56
117
Gambar 4.2.11 : Aligment Chart.
Sumber : Data Penelitian
Hasil dari dua parameter (ᴪA & ᴪB ) bernilai sama dikarenakan dimensi
kolom dan balok yang merangkai adalah sama. dengan memperoleh nilai ᴪA
𝑘.𝐼𝑢
≤ 22
𝑟
1.49 × 3.400
≤ 22
144
35,1 ≤ 22
118
sehingga pengaruh kelansingan harus di perhitugkan pengaruh
momen.
bekerja pada tingkat yang ditinjau umumnya yang diambil adalah dari
kombinasi 1,2D + 1,6 𝐿, karena nilai nya terbesar untuk gaya aksial
Nilai Σpu diperoleh dari jumlahan 24 kolom dalam satu lantai yang
ditinjau ( lantai -3 ) nilai total yang diproleh dari analisa SAP 2000 dari
perhitungan, yaitu:
0,4𝐸𝑐𝐼𝑔
(EI)eff =
1+𝛽𝑑𝑛𝑠
dimana
𝑝𝑢 ( 1,2 𝐷 +1,6 𝐿 ) 1.265,923
βdns = = = 1,016
𝑃𝑈 ( 1,2 𝐷 +𝐿 +𝑄) 1.245,7
119
Dari dua nilai momen tersebut, akan diambil nilai yang terbesar sebagai
nilai momen ultimate Mu. Sedangkan nilai Pu, diambil nilai aksial terbesar
Pu = 1.265,923 kN = 1.265.923 N
𝑀𝑢 389.073.000
e= = = 307 mm
𝑃𝑢 1.265.923
Sumbu –x
1.265.923
𝑃𝑛𝑒 (𝑃𝑢/𝜙)𝑒 ( )×307
0,65
Rn = = = = 0,13
𝑓𝑐′ 𝐴𝑔ℎ 𝑓𝑐′ 𝐴𝑔ℎ 35 ×(500×500)×500
Sumbu –y
1.265.923
𝑃𝑛𝑒 (𝑃𝑢/𝜙) ( )
0,65
Kn = = = = 0,22
𝑓𝑐′ 𝐴𝑔 𝑓𝑐′ 𝐴𝑔 35 ×(500×500)
Adapun nilai rasio tulangan kolom yang diperoleh adalah p = 0,018 atau 1,8
%.
120
5. Penentuan formasi tulangan.
dengan rasio tersebut, tulangan bias terpasang pada kolom. Hal yang perlu
diperhatikan adalah jarak bersih antar tulangan yang disarankan harus lebih
𝐴𝑠,𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 4.500
n= 1 =1 = 11,8 ≈ 12 tulangan
𝜋𝐷2 𝜋222
4 4
Tulangan tersebut akan disebar pada empat sisi kolam dengan perencanaan
4 tulangan pada tiap sisi kolam. Untuk itu perlu dipastikan bahwa jarak bersih
antar tulangan memenuhi syarat SNI 2847-2019; Pasal 25.2.3; Hal-560. Pada
pasal tersebut bahwa spasi bersih antar tulangan harus tidak kurang dari nilai
terbesar dari :
s ≥ 40 mm
atau
s ≥ 1,5 db =1,5 × 22 = 33 mm
atau
4 4
s ≥ (3)daggregat = (3) × 30 mm = 40 mm
121
Jadi syarat jarak bersih adalah s ≥ 40 mm. Adapun rumus menghitung
500−(2×40)−(2×12)−(4×22)
s= = 102,67 mm > 40 mm
(4−1)
diagram interaksi, sudah pasti telah memenuhi syarat kekuatan. Bila tidak,
maka titik pertemuan akan berada diluar grafik yang tersedia pada diagram
122
4.4 Pembahasan
123
3. Kuat Momen Torsi
Torsi Maksimal - 40.000.000 N.mm
Sengkang - 3∅14 − 100 𝑚𝑚
4. Struktur Kolom
D 22 mm 22 mm
Øs 12 mm 12 mm
fy 400 Mpa 400 Mpa
Mu 693.260.000 Nmm 389.073.000 Nmm
Pu 4.515.000 N 1.265.923 N
Jumlah Tul. (n) 12 Tulangan 12 Tulangan
Sumber Data Penelitian
124
BAB V
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari analisis menggunakan Program SAP 2000 dan hasil
yang tidak jauh bedanya dengan SNI 2847 – 2013, sebagai hasil diperoleh desain
mm2 dan A’s = 4D-19 mm2, sedangkan berdasarkan metode SNI 2847 – 2013
diperoleh As = 7D-19 mm2 dan A’s = 4D-19 mm2. Dan untuk perhitungan struktur
pada kolom tidak memiliki perbedaan pada kebutuhan penulangan kolom. Hal yang
sedangkan pada penelitian ini menggunakan program SAP 2000 V14, sehingga
nilai gaya aksial, gaya geser, dan momen yang di dapatkan berbeda antara program
ETABS dan program SAP 2000 V14. Sama halnya pada penelitian terdahulu yang
“analisis portal struktur menggunakan metode Takabeya dan Program SAP 2000.”
Dalam penelitian ini menampilkan perbedaan antara hasil output momen ultimit
lebih besar 2% pada program SAP 2000 dibandingkan hasil output momen pada
metode Takabeya sedangkan untuk untuk nilai gaya aksial dan gaya geser
menggunakan program SAP 2000 jauh lebih besar mengunakan metode Takabeya.
125
5.2 Saran
SAP 2000.
SAP 2000.
126
DAFTAR PUSTAKA
BSN, 2013. Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung, SNI 2847 –
Badan Standarisasi Nasional. 2019. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung Dan Struktur Lain, SNI 1727-2019. Jakarta : Standar Nasional
Indonesia.
Nasional. Jakarta.
Jakarta.
127
LAMPIRAN