Anda di halaman 1dari 168

ANALISIS STRUKTUR KOLOM DAN BALOK PADA

PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT REGINA MARIS


Jl. BRIGJEND KATAMSO MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Dalam


Ujian Sidang Sarjana Teknik Sipil Sastra Satu
Universitas Medan Area

Disusun Oleh :

MASMUR NATOLIUS SILAEN


NPM : 188110109

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MEDAN AREA
2022
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISIS STRUKTUR KOLOM DAN BALOK PADA
PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT REGINA MARIS JL.
BRIGJEND KATAMSO MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Dalam


Ujian Sidang Sarjana Teknik Sipil Sastra Satu
Universitas Medan Area

Disusun Oleh :

MASMUR NATOLIUS SILAEN


188110109

Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Hermansyah, S.T, M.T Ir. Irwan, M.T


NIDN : 0106088004 NIDN : 0004045901

Mengetahui :

Dekan Fakultas Teknik Ketua Program Studi Teknik Sipil

Dr. Rahmad Syah, S.Kom, M.Kom Hermansyah, S.T, M.T


NIDN : 0105058804 NIDN : 0106088004
HALAMAN PERNYATAAN

Yang Bertanda Tangan Dibawah ini :

Nama : Masmur Natolius Silaen

NPM : 188110109

Jurusan : Teknik Sipil

Program Studi : Teknik Sipil

Judul Skripsi : Analisis Struktur Kolom Dan Balok Pada Pembangunan

Rumah Sakit Regina Maris Jl. Brigjend Katamso Medan.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil karya sendiri dan

belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan

tinggi dan dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis

atau di terbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan

disebutkan dalam daftar pustaka.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan apabila kelak

dikemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar (skripsi plagiat) maka saya

bersedia menerima sanksi pencabutan gelar kesarjanaan atau sanksi lainnya sesuai

dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 30 September 2022


Yang Membuat Pernyataan

Masmur Natolius Silaen


188110109
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR/SKRIPSI/TESIS UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Medan Area, saya yang bertanda tangan

dibawah ini :

Nama : Masmur Natolius Silaen

NIM : 18 811 0109

Program Studi : Teknik Sipil

Fakultas : Teknik

Jenis Kayra : Tugas Akhir/Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui memberikan kepada

Universitas Medan Area Hak Bebas Royalti Nonekskludif (Non-exclusive Royalty-

Free Right) atas karya saya yang berjudul Analisis Struktur Kolom dan Balok Pada

Pembangunan Rumah Sakit Regina Maris Jl. Brigjend Katamso Medan. Beserta

Perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini

Universitas Medan Area berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan,

mengelola dalam bentuk pangkalan data (database) merawat dan mempublikasikan

tugas akhir/skripsi/tesis saya selama tetap mencamtumkan nama saya sebagai

penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Medan, 30 September 2022


Yang membuat pernyataan

Masmur Natolius Silaen


188110109
RIWAYAT HIDUP

Masmur Natolius Silaen, dilahirkan di Torganda, Kota Riau, Meriah pada

tanggal 26 Januari 1999. Anak pertama dari lima bersaudara dari pasangan Nasib

Paruntungan Silaen dan Merry Manurung. Penulis menyelesaikan pendidikan di

Sekolah Dasar SD N 173628 Saroha Lumban Pinasa Kec. Habinsaran Kab. Toba

pada tahun 2012.

Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke SMP Swasta Kartini Parsoburan

Kec. Habinsaran Kab. Toba dan lulus pada tahun 2015, kemudian melanjutkan

pendidikan ke sekolah menengah atas SMA N 1 Habinsaran Kec. Habinsaran Kab.

Toba dan lulus pada tahun 2018. Pada tahun 2018 penulis melanjutkan pendidikan

Starata satu (S-1) disalah satu universitas swasta yang berada di kota Medan,

Sumatera Utara yaitu: Universitas Medan Area dengan mengambil jurusan Teknik

Sipil Fakultas Teknik.


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan yang maha esa, atas berkat yang diberikan

kepada saya, kedua orangtua saya, keluarga beserta teman teman. Sehingga saya

dapat menyelesaikan Skripsi saya dengan segala kemampuan dan kesempatan yang

baik ini.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Teknik pada Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Medan

Area. Penelitian ini berjudul “Analisis Struktur Kolom dan Balok Pada

Pembangunan Rumah Sakit Regina Maris Jl. Brigjend Katamso Medan.”

Selama penyusunan skripsi ini, banyak rintangan yang penyusun dapatkan,

tetapi berkat bantuan, Bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak akhirnya dapat

terselesaikan dengan baik. Melalui kesempatan ini, penyusun ingin menyampaikan

rasa terima kasih atas kerja sama dan dukungan dari berbagai pihak selama proses

penelitian hingga penyusunan skripsi ini kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Dadan Ramdan, M. Eng,M.Sc selaku Rektor Universitas

Medan Area.

2. Bapak Dr. Rahmad Syah, S.Kom, M.Kom selaku Dekan Fakultas Teknik

Universitas Medan Area

3. Bapak Hermansyah, S.T. M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil

dan Dosen Pembimbing I Laporan Skripsi saya yang dengan sabar telah

membimbing saya serta memberikan masukan- masukan yang sangat

berguna bagi saya.

i
4. Bapak Ir. H. Irwan, M.T. Selaku Dosen Pembimbing II saya yang juga

turut membantu saya.

5. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Medan

Area yang selalu membantu penulisan dalam pengajaran dan segala urusan

serta administrasi.

6. Bapak Erikson Sipahutar, S.T. dkk, yang sudah memberikan saya

kesempatan, bimbingan, nasehat dalam penelitian di pembangunan rumah

sakit regina maris katamso medan.

7. Teristimewa, kepada kedua orang tua saya, Ayah dan Ibunda saya serta

kepada seluruh keluarga besar saya yang telah memberikan doa, bantuan,

dorongan semangat dan pengertian yang tulus, baik material dan spiritual,

sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini.

8. Seluruh rekan-rekan sejawat Mahasiswa/I Teknik Sipil angkatan 2018

Universitas Medan Area dan teman-teman seperjuangan yang telah banyak

memberikan energy positif dan semangat kepada saya dan bantuan dalam

penyusunan Tugas Akhir ini.

Akhirnya, setelah segala kemampuan dicurahkan serta di iringi dengan doa

untuk menyelesaikan skripsi ini hanya kepada Tuhan yang Maha Esa Semua

dikembalikan.

Medan, 30 September 2022

Masmur Natolius Silaen


188110109

ii
ABSTRAK

Kolom dan Balok menjadi hal yang sangat penting untuk mendukung berdirinya
bangunan bertingkat yang kuat dan kokoh, dengan adanya pemasangan kolom dan
balok yang sesuai dan perhitungan struktur kolom dan balok berdasarkan SNI -
2847:2019 serta Analisis struktur yang dilakukan menggunakan program Aplikasi
SAP 2000 sehingga dapat diteliti sekaligus di pahami untuk pengujian sebelum
dilakukan pembangunan untuk tahap selanjutnya. Sehingga dalam penelitian
bertujuan untuk menganalisis gaya aksial, gaya geser dan momen menggunakan
Program SAP 2000 dan perhitungan struktur kolom dan balok berdasarkan SNI
2847 – 2019 dan perbandingan Analisa perhitungan pada proyek yang berdasarkan
SNI 2847 - 2013. Berdasarkan hasil dari perhitungan struktur dengan metode SNI-
2847 2019 diperoleh desain tulangan dengan A’s = 8D19 mm2 dan As = 4D19 mm2
dan pada kolom diperoleh desain tulangan 12D22 mm2. Dengan hasil yang
diperoleh dari kedua Analisis, maka tidak ada diperoleh perbedaan pada
perhitungan struktur kolom dan balok dengan berdasarkan SNI 2013 dan SNI 2019.
Namun untuk hasil analisis yang diperoleh pada Program SAP 2000 memeliki
perbedaan nilai gaya aksial, gaya geser, dan momen yang lebih besar dari hasil
analisis menggunakan ETABS V18.

Kata Kunci : Analisis, Perbandingan, Struktur Kolom dan Balok,


SNI 2847 – 2019.

iii
ABSTRACK

Columns and beams are very important to support the establishment of high-rise
buildings that are strong and sturdy, with the installation of appropriate columns
and beams and calculation of column and beam structures based on SNI -
2847:2019 as well as structural analysis carried out using the SAP 2000
Application program so that it can researched as well as understood for testing
before development for the next stage. So in this study the aim is to analyze the axial
force, shear force and moment using the SAP 2000 program and the calculation of
the column and beam structure based on SNI 2847 – 2019 and a comparison of the
calculation analysis on the project based on SNI 2847 - 2013. Based on the results
of the structural calculations using the SNI-2013 method. 2847 2019 obtained the
reinforcement design with A’s = 8D19 mm2 and As = 4D19 mm2 and on the column
the reinforcement design was obtained 12D22 mm2. With the results obtained from
the two analyzes, there is no difference in the calculation of the column and beam
structure based on SNI 2013 and SNI 2019. However, the analysis results obtained
in the SAP 2000 program have greater differences in the values of axial force, shear
force, and moment. most of the results of the analysis using ETABS V18.

Keywords: Analysis, Comparison, Column and Beam Structure,


SNI 2847 – 2019.

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

HALAMAN PERNYATAAN

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

RIWAYAT HIDUP

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i

ABSTRAK ....................................................................................................... iii

ABSTRACT ...................................................................................................... iv

DAFTAR ISI .....................................................................................................v

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii

DAFTAR NOTASI ......................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................1

1.1 Latar Belakang ..............................................................................1

1.2 Maksud Penelitian.........................................................................5

1.3 Tujuan Penelitian ..........................................................................5

1.4 Rumusan Masalah .........................................................................6

1.5 Batasan Masalah ...........................................................................6

1.6 Manfaat Penelitian ........................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................7

2.1 Penelitian Terdahulu ..................................................................7

2.2 Dasar Teori ...............................................................................10

2.3 Rumus Desain Balok ................................................................11

v
2.3.1 Baja Tulangan Untuk Lentur pada Tumpuan .................11

2.3.2 Baja Tulangan Untuk Lentur pada tengah Bentang ......14

2.3.3 Check Kapasitas Geser Balok ........................................16

2.3.4 Persyaratan Hoops (Sengkang Tertutup) ........................18

2.3.5 Splicing Untuk Tulangan Menenrus Baja ......................18

2.3.6 Penulangan Torsi ............................................................19

2.4 Rumus Desain Kolom...............................................................20

2.4.1 Pemeriksaan Dimensi dan Tulangan Utama..................20

2.4.2 Desain Tulangan Confinement ......................................20

2.5 Pemeriksaan Hubungan Kolom Balok ......................................22

2.5.1 Dimensi Join ..................................................................22

2.5.2 Penulangan Transversal untuk Confinement .................22

2.6 Pembahasan Struktur .................................................................23

2.6.1 Mutu Beton ....................................................................23

2.6.2 Baja Tulangan ................................................................24

2.6.3 Faktor Reduksi Kekuatan ..............................................24

2.6.4 Reduksi Kekuatan Penampung ......................................25

2.6.5 Berat Sendiri Struktur ....................................................25

2.6.6 Beban Mati Tambahan ..................................................26

2.6.7 Beban Hidup ..................................................................27

2.6.8 Kombinasi Pembebanan Struktur ..................................30

2.6.9 Kombinasi Pembebanan Struktur Bawah ......................31

BAB III METODE PENELITIAN ...............................................................36

3.1 Deskripsi Penelitian ....................................................................36

vi
3.2 Lokasi Penelitian ........................................................................36

3.3 Tahapan Penelitian .....................................................................37

3.4 Kuat Lentur Balok ......................................................................38

3.5 Kuat Geser Balok .......................................................................44

3.5.1 Mekanika Tahanan Geser Pada Balok ........................45

3.6 Kuat Momen Torsi Balok ...........................................................47

3.6.1 Teori Space Truss Torsi ..............................................48

3.7 Elemen Struktur Kolom ..............................................................50

3.7.1 Diagram Interaksi Kekuatan Element Kolom .................51

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PERHITUNGAN ........................55

4.1 Input Data Ke Software ..............................................................55

4.2 Perhitungan Struktur Kolom dan Balok Berdasarkan

SNI 2847 -2013 .........................................................................65

4.2.1 Perhitungan Desain Balok ...........................................65

4.2.2 Perhitungan Desain Kolom .........................................78

4.2.3 Perhitungan Pemeriksaan Hubungan Kolom dan

Balok ...........................................................................82

4.3 Perhitungan Struktur Kolom dan Balok Berdasarkan

SNI 2847 -2013 .........................................................................85

4.3.1 Perhitungan Kuat Lentur Balok ...................................86

4.3.2 Perhitungan Kuat Geser Balok ....................................92

4.3.3 Perhitungan Momen Torsi Balok ...............................103

4.3.4 Perhitungan Struktur Kolom ......................................114

4.4 Pembahasan ...............................................................................123

vii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................125

5.1 Kesimpulan ................................................................................235

5.2 Saran ..........................................................................................126

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................127

LAMPIRAN

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.6.a : Lokasi Titik Borlog pada Lokasi ........................................29

Gambar 2.6.b : Ss Gempa untuk Wilayah Medan .......................................30

Gambar 2.6.c : S1 Gempa untuk Wilayah Medan .......................................30

Gambar 2.6.d : Respon Spekta Desain untuk Kelas Situs ...........................31

Gambar 3.2.a : Lokasi Penelitian ................................................................36

Gambar 3.3.a : Alur Penelitian ....................................................................37

Gambar 3.4.a : Susunan Tulangan Balok ....................................................38

Gambar 3.4.b : Distribusi Tegangan Regangan ...........................................39

Gambar 3.4.c : Kondisi Tegangan Regangan ..............................................41

Gambar 3.4.d : Nilai dari Parameter Kuat Lentur Balok .............................43

Gambar 3.5.a : Web Shear Crack ................................................................44

Gambar 3.5.b : Flexure Shear Crack ...........................................................44

Gambar 3.5.c : Komponen Tahan Geser Setelah Terjadi Retak .................46

Gambar 3.6.a : Tegangan Torsi ...................................................................47

Gambar 3.6.b : Analogi Thin Walled ...........................................................49

Gambar 3.6.c : Space Truss Analogy ..........................................................49

Gambar 3.7.a : Space Truss Analogy ..........................................................51

Gambar 3.7.1 : Diagram Interaksi P-M .......................................................52

Gambar 3.7.2 : Kolom yang dibebani Beban Eksentrik .............................54

Gambar 4.1.a : Model Intialization .............................................................55

ix
Gambar 4.1.b : 3D Frame Type ...................................................................55

Gambar 4.1.c : Grid Data ............................................................................56

Gambar 4.1.d : Materi Property Data .........................................................56

Gambar 4.1.e : Material Property Data ......................................................57

Gambar 4.1.f : Frame Peoperties ...............................................................57

Gambar 4.1.g : Tampak Atas Grid Bangunan .............................................58

Gambar 4.1.h : 3D View Bangunan ............................................................58

Gambar 4.1.i : Define Load Pattern ...........................................................59

Gambar 4.1.j : Load Combination ..............................................................59

Gambar 4.1.k : Add New Area Section ........................................................60

Gambar 4.1.l : Add Properties Of Object ...................................................60

Gambar 4.1.m : Replace Exciting Loads ......................................................61

Gambar 4.1.n : Add To Exciting Loads .......................................................61

Gambar 4.1.o : Set Analisis Option .............................................................62

Gambar 4.1.p : Run Analisis ........................................................................62

Gambar 4.1.q : Block Frame .......................................................................63

Gambar 4.1.r : Start Design/Check Of Structure ........................................64

Gambar 4.1.s : Verifiy All Member .............................................................64

Gambar 4.2.a : Pondasi Balok B1 ...............................................................65

Gambar 4.2.b : Diagram Moment ................................................................66

Gambar 4.2.2 : Penulangan Balok ...............................................................68

Gambar 4.2.3 : Posisi Kolom yang Ditinjau ................................................78

Gambar 4.2.4 : Posisi Kolom yang Ditinjau ................................................78

Gambar 4.2.5 : Pembalokan Lantai 3A .......................................................80

x
Gambar 4.2.6 : Konsep Analisa Balok Tulangan Rangkap .........................80

Gambar 4.2.7 : Detail Balok (400 x 600). ...................................................80

Gambar 4.2.8 : Gaya geser ultimate sepanjang bentang balok.. ..................94

Gambar 4.2.9 : Tampak Memanjang Balok.. .............................................102

Gambar 4.2.10 : Tampak Memanjang Gedung Rumah Sakit.. .....................114

Gambar 4.2.11 : Aligment Chart... ...............................................................118

Gambar 4.2.12 : Desain Tulangan Kolom... .................................................118

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Mutu Beton ........................................................................................25

Tabel 2 : Baja Tulangan ....................................................................................26

Tabel 3 : Faktor Reduksi Kekuatan ...................................................................26

Tabel 4 : Beban Mati Tambahan .......................................................................28

Tabel 5 : Beban Mati Tambahan Pelat Atap Dak .............................................30

Tabel 6 : Beban Hidup Tambahan Pelat Atap Dak ...........................................30

Tabel 7 : Perhitungan struktur kolom dan balok berdasarkan SNI – 2847 2013

dan SNI – 2847 2019 ........................................................................123

xii
DAFTAR NOTASI

∅ : Faktor Reduksi Kuat Lentur


A’s : Luas Daerah Tekan Tulangan
As : Luas Daerah Tulangan
b : Lebar Balok
D : Diameter Tulangan Ulir
d : Tinggi Efektif Balok
DL : Dead Load
F’c : Mutu Beton
Fy : Mutu Baja
h : Tinggi Balok
LL : Live Load
Mn : Momen Nominal
Mu : Momen Ultimit
Ø : Diameter Tulangan Polos
SIDL : Superimposed Dead Load
ρ : Konfigurasi Penulangan

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring meningkatnya perekonomian di pusat kota menyebabkan semakin

banyaknya kebutuhan fasilitas kesehatan dengan fasilitas dan peralatan lengkap.

Melihat semakin banyaknya kebutuhan fasilitas kesehatan namun dengan luas lahan

yang terbatas di pusat kota. Maka pembangunan Rumah Sakit dengan konsep High

Rise Building menjadi solusi yang baik untuk merencanakan proyek pembangunan

rumah sakit dengan Gedung bertingkat. Sebagai contoh dalam pembangunan rumah

sakit siloam semarang yang di desain terhadap gaya lateral yang mungkin terjadi,

yaitu akibat gempa, meskipun dalam melakukan pemodelan dibantu dengan

software SAP 2000, tetap dilakukan pengkontrolan desain yang sesuai batasan SNI.

(Andre Obrien Damanik, 2018).

Setiap bangunan konstruksi gedung harus memiliki komponen struktur yang

kuat untuk menahan beban yang diterimanya. Komponen struktur terdiri dari

struktur atas berupa atap, tangga, balok dan kolom sedangkan struktur bawah

berupa fondasi. Struktur atas berfungsi sebagai pendukung gaya-gaya yang bekerja

pada suatu gedung. Sedangkan struktur bawah berfungsi meneruskan gaya-gaya

dari struktur atas ke tanah. Sehingga komponen struktur tersebut wajib dihitung dan

dianalisa berdasarkan kombinasi pembebanan dan gaya terfaktor yang sesuai.

Rumah sakit merupakan bangunan publik yang memiliki faktor keamanan tinggi

sehingga diperlukan perencanaan struktur yang mampu menahan gempa rencana

untuk menjamin keamanan, keutuhan dan keselamatan penghuni bangunan pasca

1
terjadinya gempa. Perencanaan atap harus memperhatikan prinsip dasar sebuah

struktur yaitu kuat, presisi, cukup ringan, dan tidak over design. Pelat lantai, tangga,

balok dan kolom dirancang dapat menahan beban mati dan beban hidup secara

bersamaan sesuai kombinasi pembebanan yang terjadi di atasnya. Penggunaan

mutu material beton yang digunakan dalam struktur pemikul beban gempa SRPMK.

(Aimmatul Husna, 2021).

Gedung bertingkat adalah suatu bangunan yang memiliki struktur tinggi

yang dibuat oleh manusia terdiri atas dinding dan atap yang didirikan secara

permanen di suatu tempat. Struktur adalah sebuah gabungan atau rangkaian dari

berbagai macam elemen-elemen yang dirakit sedemikian rupa hingga menjadi satu

kesatuan yang utuh. Faktor yang seringkali mempengaruhi kekuatan konstruksi

adalah beban hidup, beban mati, dan beban angin.

Pada penelitian ini, penulis terdorong untuk membuat “Perhitungan Struktur

Gedung Baru 9 Lantai Rumah Sakit Haji Darjad (RSHD) Samarinda ”ini akan

difungsikan sebagai Rumah Sakit. Dengan Pembangunan Gedung Baru 9 Lantai

Rumah Sakit Haji Darjad (RSHD) Samarinda, diharapkan dapat membantu

masyarakat sekitar dalam pelayanan kesehatan dengan letak yang strategis,

sehingga masyarakat sekitar, tidak memerlukan jarak yang jauh untuk melakukan

pengobatan. (Main Goncalves, 2017).

2
Dalam menganalisa suatu struktur bangunan baik statis tertentu maupun

statis tak tentu terdapat berbagai metode antara lain distribusi momen (Hendry

Cross), Slope Deflection, Metode Takabeya, Metode Matriks dan beberapa metode

yang dipakai umum lainnya. Salah satu metode yang digunakan pada penelitian ini

ialah metode Takabeya, yaitu perhitungan struktur portal bertingkat banyak yang

berlaku anggapan dasar bahwa deformasi yang disebabkan oleh gaya tekan/tarik

dan geser dalam diabaikan dan hubungan antara balok dan kolom dianggap sebagai

hubungan kaku sempurna (monolit). Analisa manual dari Metode Takabeya ini

nantinya akan dibandingkan dengan program komputer software SAP. Program

SAP 2000 merupakan salah satu program analisis dan perancangan struktur yang

telah dipakai secara luas diseluruh dunia, program ini merupakan hasil penelitian

dan pengembangan oleh tim dari University of California, yang dipimpin oleh Prof.

Edward L. Wilson selama lebih 25 tahun. ( Wahyuni, Munair, 2022).

Metode distribusi momen (Hendry Cross) cara untuk menyelesaikan

persamaan – persamaan simultan di dalam ubahan sudut dengan pendekatan

berturut – turut, dengan derajat ketelitian berapapun, seiring kehendak.

Metode slope deflaction digunakan untuk analisis struktur balok statis tak tentu

dan portal dengan menggunakan rotasi batang sebagai variabel dikategorikan

sebagai metode fleksibilitas (flexibility method).

Metode takabeya ialah perhitungan struktur portal bertingkat banyak yang

berlaku anggapan dasar bahwa deformasi yang disebabkan oleh gaya tekan/tarik

dan geser dalam diabaikan dan hubungan antara balok dan kolom dianggap sebagai

hubungan kaku sempurna (monolit).

3
Metode matriks adalah suatu metode untuk menganalisa struktur dengan

menggunakan bantuan matriks, yang terdiri dari : matriks kekakuan, matriks

perpindahan, dan matriks gaya.

SAP 2000 (Structural Analysis Program 2000) adalah program komputer

untuk menganalisa dan mendesain struktur bangunan, baik yang berupa struktur

bidang 2 dimensi maupun struktur 3 dimensi. Analisa struktur dapat dilakukan

secara statik maupun dinamik, dengan berbagai macam kombinasi pembebanan.

SAP 2000 menggunakan Metode Elemen Hingga sebagai dasar untuk analisis

perhitungannya.

Penggunaan yang efektif dari suatu program seperti SAP 2000 untuk keperluan

analisis struktur, memerlukan pengalaman yang cukup pada struktur yang akan

dianalisis. Tahap yang paling sulit didalam prosedur analisis adalah pemilihan

model struktur yang tepat, meliputi karakteristik dan prilaku yang mendekati

kondisi struktur yang sebenarnya.

Adapun kelebihan untuk melakukan anilisis menggunakan program SAP 2000

dibandingkan dengan metode lainnya seperti metode diatas yaitu pada program

SAP 2000 dapat menganalisa jenis struktur apapun dalam tampilan 2 dimensi dan

3 dimensi dengan berbagai macam pembebanan kombinasi yang diberikan dengan

penggunaan lebih efektif dan lebih mudah. Program SAP 2000 ini dirancang untuk

mengetahui adanya gaya-gaya yang muncul pada suatu elemen struktur sebagai

akibat dari munculnya beban yang diterima oleh elemen struktur.

4
Pengerjaan Selanjutnya adalah melakukan perhitungan terhadap daya kuat dan

perhitungan kebutuhan jumlah tulangan yang dipasang pada setiap struktur mulai

dari pondasi, kolom, balok, plat lantai dan plat atap melalui perhtingan yang sudah

dilakukan dan sudah diperiksa oleh bagian konsultan dan sudah memenuhi syarat

pembangunan pedung bertingkat dan semua yang terlibat dalam pembangunan akan

mendiskusikannya, sehingga dengan adanya permasalahan yang ingin di selesaikan

pada penelitian ini maka judul pada penelitian ini “Analisis Strutkur Kolom dan

Balok pada Pembangunan Rumah Sakit Regina Maris Jalan Brigjend

Katamso Medan.”

1.2 Maksud Penelitian

1. Untuk memahami struktur kolom dan balok gedung rumah sakit

Regina Maris Katamso Medan.

2. Untuk menganalisis struktur kolom dan balok menggunakan program

SAP 2000.

3. Untuk menganalisis perbandingan perhitungan desain struktur kolom

dan balok berdasarkan metode SNI 2847 – 2013 dengan SNI 2847 –

2019.

1.3 Tujuan Penelitian

Menganalisis dan memperoleh hasil Analisis struktur pada kolom dan balok

menggunakan program SAP 2000 dan perhitungan struktur kolom dan balok

dengan berdasarkan SNI 2847 – 2013 dan SNI 2847 – 2019 dan menganalisis

perbandingan perhitungan Struktur dengan berdasarkan metode SNI 2013 dan

SNI 2019.

5
1.4 Rumusan Masalah

Masalah – masalah yang timbul dari penelitian ini saya lampirkan sebagai

berikut :

1. Apa saja hal-hal yang perhatikan dalam memahami strutktur kolom dan

balok pada gedung.

2. Bagaimana pemahaman terhadap beban yang diperlukan dalam

menganalisis struktur pada Kolom dan Balok berdasarkan SNI 2019.

3. Bagaimana Perbandingan perhitungan pada struktur Kolom dan Balok

menggunakan SAP 2000 berdasarkan SNI 2019.

1.5 Batasan Masalah

Adapun Batasan masalah yang akan saya persiapkan dalam penelitian ini :

1. Mengetahui struktur dan pembebanan kolom dan balok pada gedung.

2. Memahami pengolahan data dan pembebanan kombinasi menggunakan

program SAP 2000.

3. Memahami Perbandingan Perhitungan struktur berdasarkan SNI - 2013

dan SNI – 2019.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang saya dapatkan dalam penelitian ini :

1. Memahami struktur dan pembebanan kolom dan balok pada gedung.

2. Memahami pengolahan data dan pembebanan kombinasi menggunakan

program SAP 2000.

3. Memahami Perbandingan Perhitungan struktur berdasarkan SNI - 2013

dan SNI – 2019.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian terdahulu

Pencipta Judul Jurnal Metode Kesimpulan Link

Jurnal Jurnal Jurnal

Andre Perencanaan Sap Hasil Analisa Struktur Gedung https://ej

Oberien Struktur 2000, menggunakan Program Sap 2000 ournal3.

Damani Gedung SNI 03 untuk mengetahui periode undip.ac.

k. Rumah – 1726 Fundamental Struktur dan gaya – id/index.

(2018) Sakit – 2012. gaya dalam yang bekerja pada php/jkts/

Siloam, struktur dan memeriksa article/vi

Semarang. keruntuhan struktur Sistem ew/1933

Rangka Pemikul Momen Khusus 4

(SRPMK). Perencanaan dan

Perhitungan Analisis Struktur

tahan Gempa sesuai dengan

Peraturan terbaru yaitu SNI 03 –

1726 – 2012.

Aimmat Perencanaan Sap Berdasarkan hasil dan pembahasan https://re

ul Struktur 2000, Perencanaan struktur Gedung pository.

Husna. Gedung SNI rumah sakit ketanggungan brebes usm.ac.i

(2020) Rumah menggunakan Analisa dengan d/files/jo

7
Sakit 2847 – program sap 2000 dan perhitungan urnalmh

Ketanggung 2013. nya memacu pada SNI 2847 – s/C.111.

an Brebes 2013 diperoleh hasil Analisa 17.0168-

Berbasis struktur bangunan termasuk dalam 2021071

Program kategori risiko IV sehingga 5084126

Sap 2000. memiliki tingkat risiko dengan .pdf

factor keutamaan gempa sebesar

1,50 sehingga struktur dihitung

system struktur pemikul momen

khusus,

Main Perhitungan Metode Perencanaan suatu struktur http://eju

Goncalv Struktur Takabe bangunan yang kuat serta dapat rnal.unta

es(2017) Gedung ya, mengantisipasi semua jenis beban g-

Baru 9 Progra maka menggunakan Program sap smd.ac.i

Lantai m Sap 2000 dan perhitungan d/index.

Rumah 2000 menggunakan metode takabeya, php/TE

Sakit Haji adapun Analisa struktur beton K/article

Darjad bertulang pada Gedung ini yaitu /view/24

Samarinda. Balok, Kolom, Plat Atap, Lantai. 12

M.Mirza Analisis Progra Berdasarkan Hasil Analisis yang https://jo

Abdillah Kinerja m telah dilakukan pada setiap sudut urnal.uni

Pratama. Bangunan Etabs, bangunan mampu memberikan lak.ac.id/

(2021) Gedung SNI kinerja struktur yang optimal index.ph

Tinggi dengan terpenuhinya seluruh p/SIKL

8
Dengan 1726 - syarat kinerja struktur US/articl

Penambaha 2019. berrdasarkan persyaratan struktur e/view/6

n Dinding tahan gempa pada SNI 1726 – 922

Geser. 2019. Peletakan Dinding Geser

pada sepanjang sisi Gedung perlu

dilakukan evaluasi kembali karena

tidak memenuhi syarat

perpindahan dan kekakuan

berlebih yang ditimbulkan

sehingga bangunan riskan

mengalami kegagalan getas.

Wahyun Analisis Berdasarkan perhitungan dan https://oj

i,Muawi Portal perbandingan analisis antara s.unmuh

r,Riski Struktur metode SAP 2000 dan Takabeya a.ac.id/in

Armiand Menggunak diperoleh hasil output momen SAP dex.php/

a. (2022) an Meotode 2000 lebih besar 2% dari hasil tameh/ar

Takabeya output momen Takabeya ticle/do

dan SAP sedangkan untuk gaya hasil geser wnload/

2000 dan gaya hasil aksial yang 141/112

mempunyai hasil yang sangat jauh.

Perbedaan disebabkan

kemumgkinan terjadi perbedaan

pendistribusian beban pada titik –

titik joint.

9
2.2 Dasar Teori

Pembangunan yang semakin maju membuat pembangunan Gedung

bertingkat menjadi pilihan utama baik dalam negri dan luar negri dan tidak lepas

dari kebutuhan yang semakin bertambah sementara ketersediaan lahan yang kurang

memadai dikarenakan berbagai macam hal, mulai dari semakin mahalnya harga jual

beli tanah dan tergantung dari kondisi dan tata letak lahan tersebut.

Balok dan Kolom menjadi satu kesatuan setelah pondasi yang sangat

berpengaruh pada pembangunan Gedung bertingkat. Dilihat dari besar dan

tingginya suatu bangunan Gedung dengan semakin besar dan semakin tingginya

bangunan Gedung maka pondasi, balok dan kolom pun akan dirancang memiliki

dimensi dan struktur yang lebih menentukan berdiri dan bertahannya Gedung

tersebut.

Pembangunan Gedung Rumah Sakit menjadi contoh yang diamati pada

penelitian ini, dengan memiliki Lahan yang luas dan memerlukan ruangan yang

diperllukan sesuai perencanaan maka perancanngan Gedung bertingkat akan

laksanakan.

Mengacu pada pembangunan Gedung Rumah Sakit Regina Maris Medan

berada di Jl. Brigjend Katamso dengan Pembangunan yang hampir selesai dan

menjadi tempat Proyek Penelitian yang sangat baik dan dapat menambah wawasan

pengetahuan bagi mahasiswa dan orang sekitar. Campuran Perbandingan Beton Cor

juga diperhatikan pada kebutuhan dalam mengikat tulangan dan agregat beserta

semen yang membentuk struktur Pondasi, Balok dan Kolom sehingga dapat

menghasilkan cetakan Struktur yang sesuai dan tidak memiliki kecacatan struktur.

10
sehingga tidak terjadi keruntuhan dan kerugian besar pada pembangunan.

Maka diberikan juga perhatian dan dilakukannya uji kuat tekan beton pada struktur

sebagai contoh untuk melanjutkan pembentukan Struktur Kolom dan Balok.

2.3 Rumus Desain Balok


2.3.1 Baja Tulangan untuk lentur pada tumpuan

Maka tulangan dapat dihitung dengan :


Mu
As = ....................................................................... 2.1
∅ .fy .jd

Cek Tulangan Minimum

√f′c
Asmin = b. d ......................................................................... 2.2
4fy

Dan tulangan tidak boleh kurang dari


1,4
b. d ............................................................................................... 2.3
fy

Sehingga digunakan As = 1780 mm2, keperluan jumlah tulangan yaitu :

As,t
nta = 1 ..................................................................................... 2.4
π d2b
4

Dibutuhkan jumlah tulangan dengan luas terpasang menjadi, As,t

Dipasang dua lapis sehingga nilai d.

Hitung momen rencana, ∅. 𝑀𝑛, dari tumpuan.

𝑠 𝐴 𝑓𝑦
a = 0,85.𝑓 ′ 𝑐.𝑏 ..................................................................................... 2.5

Maka Momen nominal, Mn,


a
Mn,1=Asfy (d−a2 Mn, 1 = Asfy (d − 2) ............................. 2.6

Sehingga kuat momen rencana diperoleh dengan persyaratan dibawah

ini.

∅𝑀𝑛, 1 ≥ 𝑀𝑢(−) → 𝑂𝐾

11
Cek rasio tulangan terpasang terhadap batas tulangan maksimum yang

dapat dipasang.
As,t
ρterpasang = ............................................................................ 2.7
b.d

0,85.β1.f′ c 600
ρmaks = 0,75 (600+fy) ............................................. 2.8
fy

Sehingga tulangan terpasang masih kurang dari 𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠 yang di

syaratkan.

Cek Tension Controlled.


𝑎
< 0,0375𝛽1 maka desain tulangan under reinforced.
𝑏

a. Kondisi 2, goyangkan ke kiri, tumpuan ke kiri.

Kebutuhan detailing sama dengan kondisi 1 untuk

memikul Mu yang sama, sehingga perhitungan

sama dengan kondisi 1, ∅ 𝑀𝑛, 2

b. Kondisi 3, momen positif tumpuan, goyangan ke kanan.

Dari hasil analisis diperoleh nilai 𝑀𝑢(+)

Tinggi efektif balok dengan rumus,

d = h – (cv + ds + ds/2) .......................................................... 2.9

Informasi perencanaan,

Untuk beton dengan f’c 35 MPa nilai 𝛽1 = 0,8

Maka tulangan dapat dihitung dengan :


Mu
As = .................................................................................2.10
∅ .fy .jd

Cek tulangan minimum,

√f′c
Asmin = b. d .......................................................................2.11
4fy

Dan tulangan tidak boleh kurang dari

12
1,4
b. d .............................................................................................2.12
fy

Sehingga digunakan As = 1047 mm2, keperluan jumlah tulangan yaitu :

As,t
nta = 1 ...................................................................................2.13
π d2b
4

Dibutuhkan jumlah tulangan dengan luas terpasang menjadi, As,t

Dipasang satu lapis sehingga nilai d tetap.

Hitung momen rencana, ∅. 𝑀𝑛, dari tumpuan.

𝑠 𝐴 𝑓𝑦
a = 0,85.𝑓 ′ 𝑐.𝑏 ................................................................................... 2.14

Maka Momen nominal, Mn,


a
Mn, 3 = Asfy (d − 2).................................................................2.15

Sehingga kuat momen rencana harus memenuhi persyaratan dibawah

ini,

∅𝑀𝑛, 1 ≥ 𝑀𝑢(−) , → 𝑂𝐾

SNI mensyaratkan bahwa kapasitas Momen positif dari tumpuan tidak


1
boleh kurang dari 2 ∅ Mn, 1(−)

Cek rasio tulangan terpasang terhadap batas tulangan maksimum yang

dapat dipasang.
As,t
ρterpasang = = .....................................................................2.16
b.d

0,85.β1.f′ c 600
ρmaks = 0,75 (600+fy) ...........................................2.17
fy

Sehingga tulangan terpasang masih kurang dari 𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠 yang di

syaratkan.

Cek Tension Controlled.


𝑎
< 𝜌𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔𝛽1 maka desain tulangan under reinforced.
𝑑

13
c. Kondisi 4, goyangan ke kiri, momen positif tumpuan ke kanan.

Kebutuhan detailing sama dengan kondisi 3 untuk memikul Mu

yang sama, sehingga perhitungan sama dengan kondisi 3,

∅. 𝑀𝑛, 4

2.3.2 Baja Tulangan untuk Lentur pada tengah bentang

a. Momen positif ditengah bentang

Maka akan diperoleh hasil 𝑀𝑢(+) dari Analisa program SAP 2000

Tinggi efektif balok,

d = h – (Cv + ds + db/2) ......................................................2.18

Informasi perencanaan,

Untuk beton dengan f’c 35 MPa nilai 𝛽1 = 0,8

Maka tulangan dapat dihitung dengan :


Mu
As = .................................................................................2.19
∅ .fy .jd

Cek tulangan minimum,

√f′c
Asmin = b. d .......................................................................2.20
4fy

Dan tulangan tidak boleh kurang dari


1,4
b. d .............................................................................................2.21
fy

Sehingga digunakan As = 1047 mm2, keperluan jumlah tulangan yaitu :

As,t
nta = 1 ...................................................................................2.22
π d2b
4

Dibutuhkan jumlah tulangan dengan luas terpasang menjadi, As,t

Dipasang satu lapis sehingga nilai d tetap

Hitung momen rencana, ∅. 𝑀𝑛, dari tumpuan.

14
𝑠 𝐴 𝑓𝑦
a = 0,85.𝑓 ′ 𝑐.𝑏
...................................................................................2.23

Maka Momen nominal, Mn,


a
Mn, 5 = Asfy (d − 2).................................................................2.24

Sehingga kuat momen rencana harus sesuai dengan pernyataan dibawah

ini,

∅𝑀𝑛, 5 ≥ 𝑀𝑢(−) → 𝑂𝐾

SNI mensyaratkan bahwa kapasitas Momen positif dari tumpuan tidak


1
boleh kurang dari 2 ∅ 𝑀𝑛, 1(−)

Cek rasio tulangan terpasang terhadap batas tulangan maksimum yang

dapat dipasang.
As,t
ρterpasang = ..........................................................................2.25
b.d

0,85.β1.f′ c 600
ρmaks = 0,75 (600+fy) ...........................................2.26
fy

Sehingga tulangan terpasang masih kurang dari 𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠 yang di

syaratkan.

Cek Tension Controlled.


𝑎
< 𝜌𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔𝛽1 maka akan diperoleh desain tulangan under
𝑑

reinforced.

a. Kapasitas momen negative di tengah bentang

SNI 2847 : 2013 mengaruskan sekurang kurangnya dua batang tulangan

atas dan dua tulangan bawah yang dipasang secara menerus, dan

kapasitas momen positif dan momen negative minimum Pada sembarang

penampang disepanjang bentang balok SPMRK tidak boleh kurang dari

15
¼ kali kapasitas momen maksimum yang disediakan pada kedua muka

kolom balok tersebut.

Kapasitas momen terbesar yaitu :

¼ kapasitas momen terbesar


1
∅. Mnmaks ................................................................................2.27
4

Sehingga tulangan yang terpasang sisi atas tengah bentang harus

memenuhi ketentuan diatas. Dicoba dipasang diameter tulangan dengan

luas terpasang menjadi, As,t dipasang satu lapis sehingga nilai d tetap

Hitung momen rencana, ∅𝑀𝑛.

Asfy
a= ...................................................................................2.28
0,85 f′ cb

Maka momen nominal , Mn.

a
Mn, 6 = Asfy (d − 2) ...............................................................2.29

Sehingga kuat momen rencana,∅𝑀𝑛


1
∅Mn, 6 ≥ ∅Mn, maks → OK
4

2.3.3 Check Kapasitas Geser Balok saat terjadi Sendi Plastis

Geser rencana akibat gempa pada balok dihitung dengan mengasumsikan

sendi plastis terbentuk diujung balok dengan tegangan tulangan lentur Tarik sebesar

1,25 fy dan factor reduksi kuat lentur ∅ = 1.

a. Hitung Mpr kondisi 1

As 1,25fy
apr, 1 = .........................................................................2.30
0,85f′ c

apr
Mpr, 1 = As1,25fy (d − ).................................................2.31
2

16
b. Hitung Mpr kondisi 2

As 1,25fy
apr, 2 = .........................................................................2.32
0,85f′ c

apr
Mpr, 2 = As1,25fy (d − ).................................................2.33
2

c. Hitung Mpr kondisi 3

As 1,25fy
apr, 3 = .........................................................................2.34
0,85f′ c

apr
Mpr, 3 = As1,25fy (d − ).................................................2.35
2

d. Hitung Mpr kondisi 4

As 1,25fy
apr, 4 = .........................................................................2.36
0,85f′ c

apr
Mpr, 4 = As1,25fy (d − ).................................................2.37
2

Tulangan tumpuan pada balok dipasang sama pada kedua sisinya, sehingga

nilai gaya, Ve,ki dan Ve,ka dapat dihitung dengan :


Mpr,1+Mpr,3
Veki = − Vu, g ....................................................2.38
In

Mpr,1+Mpr,3
Veka = − Vu, g ...................................................2.39
In

Sehingga nilai Vu, maks yang digunakan.

Syarat pemeriksaan Vc berdasarkan SNI 2873 – 2013, kontribusi beton

dalam menahan geser akibat terjadinya sendi plastis diujung balok harus

diperiksa sesuai dengan ketentuan. Jika gaya geser akibat moment Probable

balok lebih dari ½ atau lebih kuat geser maksimum, Vu, maka beton

dianggap tidak berkontribusi memikul geser.

Vsway= Mpr,1+Mpr,3 1
< Vu,maks
.....................................................2.40
In 2

Maka Vc (kontribusi beton) dalam memikul geser diperhitungkan.

Hitung kebutuhan tulangan geser untuk tumpuan.

17
Vc = 0,17 λ √f ′ c bd ...................................................................2.41

Vu,maks − Vc
Vs,perlu = ................................................................2.42

2
Vs,maks = 3 √f ′ c bd ...................................................................2.43

Vs < Vs,maks → OK

Dipasang Sengkang 2 kaki ds = 10 mm dengan jarak s

V A bd
s,terpasang = v > Vs,perlu → OK
s

2.3.4 Persyaratan Hoops (Sengkang tertutup)

Diperlukan Sengkang tertutup (hoops) di sepanjang jarak 2h = 1200 mm

dari muka kolom terdekat. Hoops pertama dipasang pada jarak 50 mm dari muka

kolom terdekat dan yang berikutnya dipasang dengan spasi terkecil diantara.

- d/4 = 129 mm

- 6db = 114 mm

- 150 mm

Sedangkan terpasang adalah Sengkang ds = 10 mm 2 kaki dengan jarak 100

mm < 114 mm, sehingga persyaratan jarak Sengkang masi terpenuhi. Untuk daerah

diluar sendi plastis, syarat jarak tulangan Sengkang maksimal adalah :

- d/2 = 259,25 mm

dari hasil perhitungan dipasanga Sengkang ds 10 mm 2 kaki dengan jarak 125 mm

< d/2 sehingga penulangan geser diluar sendi plastis telah memenuhi syarat.

2.3.5 Splicing untuk tulangan menerus Baja tulangan yang disalurkan harus

diikat dengan hoops yang dipasang dengan spasi terkecil diantara :

- d/4 = 129 mm

- 100 mm

18
Sehingga untuk balok B1 jika terdapat splicing tulangan menerus harus dipasang

dengan spesi terkecil diantara :

- d/4 = 129 mm

- 100 mm

Sehingga untuk balok B1 jika terdapat splicing tulangan menerus harus dipasang

hoops dengan jarak tidak lebih dari 100 mm.

2.3.6 Penulangan Torsi

Penulangan Torsi pada balok dijabarkan sebagai berikut :

Tu = 0 kN

Check penampang balok terhadap torsi

Vu 2 Tu.Ph 2 Vc 2
√(
b.d
) + (1,7 A2 oh ) < ∅ (b.d + 3
√f ′ c) ...................2.44

0,988 < 3,61 → penampang balok memenuhi persyaratan

Selanjutnya penampang balok diperiksa terhadap Batasan dari SNI,

pengaruh torsi dapat diabaikan jika torsi yang terjadi nilainya lebih kecil dari

persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan SNI 2847 : 2013.

A2 Pcp
Tu < ∅. 0,083 λ √f ′ c ( ) .............................................2.45
Pcp

19
2.4 Rumus Desain Kolom

2.4.1 Pemeriksaan Dimensi dan Tulangan utama

Mula mula akan dilakukan pemeriksaan terhadap dimensi kolom,

- Sisi terpendek penampang kolom tidak kurang dari 300 mm.

sehingga lebar kolom sudah memenuhi persyaratan ini.

- Rasio dimensi kolom tidak boleh kurang dari 0,4 dimana rasio

dimensi kolom.

Selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan terhadap konfigurasi penulangan,

luas tulangan perlu dari hasil perhitungan program SAP 2000, sehingga

dipasang tulangan, dimana


As,t
ρ= x 100 %........................................................................2.46
Ag

Sehingga tulangan terpasang telah memenuhi syarat

0,01 < 𝜌𝑡 < 0,06 → 𝑂𝐾

Dari tulangan terpasang tersebut, selanjutnya kolom akan di evaluasi

terhadap ketentuan strong column weak beam.

Jumlah Mn dua balok yang bertemu di joint :

∑ Mb = 1,2(Mb, kiri + Mb, kanan) ...............................2.46

Check ketentuan SCWB pada kolom K1 ini

∑ Mc = (Mc, b + Mc, a) > ∑ Mb .................................2.47

Sehingga kolom telah memenuhi ketentuan strong column weak beam.

2.4.2 Desain Tulangan Confinement

Kebutuhan tulangan confinement untuk kolom dihitung berdasarkan :

Sbc.f′ c Ag
Ash1 = 0,3 (( ) − 1) ............................................2.48
fy Ach

20
Sbc.f′c
Ash2 = 0,09 .................................................................2.49
fy

Tulangan confinement akan dipasang tiap jarak 100 mm, maka diperoleh

Diperoleh Ash, selanjutnya dihitung kebutuhan diameter tulangan dan

jumlah kaki dari tulangan confinement. Digunakan tulangan diameter ds =

13 mm, diperoleh jumlah kaki tulangan confinement yaitu 4 kaki dipasang

tiap jarak 100 mm.

Periksa syarat spasi maksimum dari tulangan confinement. Berdasarkan

SNI beton 2013 pasal 21.6.4.3 spasi maksimum ditentukan dari nilai terkecil

diantara :

- ¼ dimensi penampang kolom terkecil

- 6 kali diameter tulangan longitudinal

- So = 100 + ((350 – hx)/3)

Didapatkan syarat spasi maksimum, sehingga tulangan confinement telah

memenuhhi persyaratan.

Berdasarkan SNI beton 2013 pasal 21.6.4.1 tulangan confinement

diperlukan sepanjang Lo dari ujung kolom. Lo diambil dari terbesar diantara

- Hc, terbesar

- 1/6hn,c

- Digunakan Lo

21
2.5 Pemeriksaan Hubungan Kolom Balok (Joint)

2.5.1 Dimensi Join

Panjang joint yang di ukur parallel terhadap tulangan lentur balok yang

menyebabkan geser di join sedikitnya 20db terbesarPenulangan Transversal

untuk Confinement

Pada joint diperlukan tulangan tulangan Confinement yang besarnya

setengan tulangan Confinement pada ujung – ujung kolom.

Tulangan Confinement kolom ditentukan berdasarkan nilai maksimum dari

s.bc.f′c Ag
Ash1 = 0,3 ((Ach) − 1) ..............................................2.50
fy

s.bc.f′c
Ash2 = 0,09 ....................................................................2.51
fy

2.5.2 Perhitungan Geser di Joint

Gaya Geser yang terjadi pada kolom sebelah atas adalah :

(383 + 383)
Vsway =
3,35

Gaya Tarik dari B1 di sebelah kanan kolom

T1 = 1,25fy.As

Gaya Tekan dari B1 di sebelah kanan kolom

C1 = T1

Gaya Tarik dari B1 di sebelah kiri kolom

T2 = 1,25fy.As

Gaya Tekan dari B1 di sebelah kiri kolom

C2 = T2

Sehingga gaya geser joint pada potongan x-x

22
Vu = T1 + C2 – Vb ..................................................................2.52

Periksa apakah joint terkekang oleh balok di keempat sisinya.

3/4hc

3/4bc

Lebar balok yang bertemu pada joint adalah < 3/4hc, sehingga joint tidak

dikekang oleh balok.

Joint tidak dikekang oleh balok di keempat sisinya, sehingga kapasitas

geser joint.

∅𝑉𝑛 = ∅1.0√𝑓 ′ 𝑐 Ajoin > Vu → OK

2.6 Pembahasan Struktur

Pada pembahasan struktur yang berlaku dan di peroleh pada proyek

penelitian di Rumah Sakit Regina Maris Jalan Brigjend Katamso Medan telah

tercamtumkan pada bab ini. Didasarkan dari perhitungan struktur proyek dan akan

dilakukan perbandingan perhitungan dengan hasil perhitungan dari penelitian.

2.6.1 Mutu Beton

Mutu Beton menjadi hal yang sangat di utamakan dan sesuai yang

dibutuhkan dalam Strutkur bangunan, mulai dari mutu beton pondasi, kolom, balok,

plat atap dan plat lantai. Kekuatan karakteristik silinder beton (f’c) yang didasarkan

atas kekuatan beton pada umur 28 hari sebagai berikut :

23
Tabel 1 : Mutu Beton

Mutu Beton (Balok dan Plat 30 MPa


Lantai)
Mutu Beton (Kolom) 35 MPa
Bore Pile 35 MPa
Pondasi 35 MPa
Pile Cap 35 MPa
Dinding Basement, Tangga, 35 MPa
GWT, STP
Mutu Baja 400 MPa
Sumber : Data Lapangan

2.6.2 Baja Tulangan

Jenis dan tegangan leleh (fy) baja tulangan yang digunakan adalah :

Tabel 2 : Baja Tulangan

Baja Polos untuk D < 10 mm 240 MPa (BJTP U-24)


Baja Ulir untuk D > 10 mm 400 MPa (BJTD U-40)
Sumber : Data Lapangan

2.6.3 Faktor Reduksi Kekuatan

Faktor reduksi kekuatan Φ adalah sebagai berikut :

Tabel 3 : Faktor Reduksi Kekuatan

Lentur Murni 0,90


Aksial Tarik dan aksial Tarik 0,90
dengan lentur
Aksial Tekan dan aksial Tekan -. Tulangan Spiral = 0,75
dengan lentur -. Tulangan Sengkang = 0,65

Geser dan Torsi 0,75


Sumber : Data Lapangan

24
2.6.4 Reduksi Kekakuan Penampang

Karena pelat dimodelkan sebagai membrane element, maka balok dianggap

monolit dengan pelat lantai. Balok – balok tepi akan berperilaku sebagai Balok –

L, dan balok balok interior akan berperilaku sebagai Balok – T.

Sesuai dengan ketentuan dalam ACI 318 – 11 M (diadopsi menjadi SNI

2847 : 2013), Inersia Balok – T dapat diambil sebesar 2 kali inersia balok persegi.

Karena momen inersia balok pada kondis ultimate diperhitungkan sebesar

0,35 kali momen inersia gross, maka dalam desain, factor modifikasi momen

diambil :

𝐼𝑏𝑒𝑟𝑎𝑐𝑘 = 0,351𝑔 𝑥 2 = 0,7 𝐼𝑔

Sedangkan untuk kolom dan dinding geser :

Kolom = 0,7 Ig

Dinding Geser (Tak Retak) = 0,7 Ig

Dinding Geser (Retak) = 0,351 Ig

Sedangkan untuk torsi pada balok diambil reduksi sebesar : 0,1

2.6.5 Berat Sendiri Struktur (DL)

Beban akibat berat sendiri struktur (Dead Load) adalah berat seluruh

komponen elemen structural bangunan yang terjadi atas pelat lantai, balok, kolom

dan dinding geser. Beban mati akan dihitung secara otomatis oleh software dengan

menggunakan berat jenis material beton 2400 kg/m3 dan berat jenis tulangan 7850

kg/m3.

25
2.6.6 Beban Mati Tambahan (SIDL)

Beban Mati Tambahan (Superimposed Dead Load) adalah berat komponen

nonstructural (arsitektural dan MEP) yang terdapat pada Strruktur bangunan. Beban

SIDL yang digunakan untuk pelat lantai.

Tabel 4 : Beban Mati Tambahan Lantai (SIDL)

Beban dari adukan semen 21 kg/m3

Beban Acian 5 x 21 = 105 kg/m2

Tebal Spesi 5 cm

Beban Plafond 18 kg/m2

MEP 10 kg/m2

Beban Keramik 24 kg/m2

Total Beban Mati Taambahan 157 kg/m2


untuk Lantai Tipikal
Sumber : Data Lapangan

Tabel 5 : Beban Mati Tambahan Pelat Atap Dak (SIDL)

Beban dari adukan semen 21 kg/m3

Beban Acian 5 x 21 = 105 kg/m2

Tebal Spesi 5 cm

Beban Plafond 18 kg/m2

MEP 10 kg/m2

Beban Waterprofing 24 kg/m2

Total Beban Mati Taambahan 157 kg/m2


untuk Lantai Tipikal
Sumber : Data Lapangan.

26
2.6.7 Beban Hidup (LL)

Beban Hidup (Live Load) adalah beban yang terjadi akibat penghunian atau

penggunaan geedung yang berasal dari barang atau orang yang dapat berpindah

tempat sehingga mengakibatkan perubahan dalam pembebanan lantai. Sesuai

dengan ketentuan dalam SNI 1727 : 2013, besarnya beban hidup yang digunakan

dalam desain adalah :

Tabel 6 : Beban Hidup (LL)

Beban Hidup Untuk Parkir 400 kg/m3

Beban Hidup Untuk Ruang 700 kg/m2


Radiologi

Beban Hidup Untuk Ruang 300 kg/m2


Operasi, Radiologi

Beban Hidup Untuk Ruang Pasien 200 kg/m2

Beban Untuk Koridor 400 kg/m2

Beban Hidup Untuk Ruang 500 kg/m2


Pertemuan

Beban Hidup Untuk Ruang Kantor 250 kg/m2

Beban Hidup Untuk Ruang MEP / 600 kg/m2


Ultilitas

Beban Hidup untuk Roof Tank 2500 kg/m2

Beban Hidup Untuk Atap 100 kg/m2

Beban Tangga 500 kg/m2

Beban Hidup Untuk Ruang 500 kg/m2


Olahraga
Sumber : Data Lapangan.

Untuk menentukan kurva respons spekturm yang akan dijadikan sebagai

beban gempa, mula mula akan dilakukan Analisa klarifikasi situs berdasarkan data

27
borlog yang akan dikerjakan oleh PT. Perca Nusa Wahana Consultan yang

berlokasi sebagai berikut :

Gambar 2.6.a : Lokasi Titik borlog pada lokasi pembangunan Gedung


Sumber : PT. Perca Nusa Wahana Consultan

Namun karena hanya terdapat satu dari dua data yang di isyaratkan

yakni hanya terdapat data N SPT maka kelas situs dikategorikan sebagai

kelas situs SE (Tanah Lunak).

Berdasarkan pada peta Parameter Gerak Tanah pada gambar dibawah ini

sesuai SNI 1726 – 2019, maka masing – masing besar Ss = 0,650g dan S1

= 0,359 g.

28
Gambar 2.6.b ; Ss Gempa Untuk Wilayah Medan
Sumber : Puskim

Gambar 2.6.c : S1 Gempa Untuk Wilayah Medan


Sumber : Puskim

dengan memasukkan kelas situs SE dan factor keutamaan = 1.5 dan

kategori resiko IV, maka dengan bantuan program spekta Indonesia

didapatkan :

Faktor amplifikasi :

- Fa (Faktor amplifikasi untuk periode pendek) : 1,46

- Fv (Faktor amplifikasi untuk periode 1 detik) : 2,60

Parameter spekta desain didapatkan :


- SDS (Periode Pendek) 0,633 g

- SDI (Periode 1 Detik) ; 0,607 g

29
Gambar 2.6.d : Respon Spekta Desain untuk kelas Situs
SE dengan Ss = 0,650 g dan S1 = 0,350 g
berdasarkan SNI 1726 – 2019.
Sumber : Puskim

Berdasarkan parameter spectra desain diatas, maka didapatkan kategori

Desain Seismik D.

2.6.8 Kombinasi Pembebanan Struktur Atas.

Dari Uraian diatas dan uraian – uraian sebelumnya, dan uraian berikutnya

tentang gempa, factor redundansi ρ bias diambil = 1,0. Maka kombinasi

pembebanan untuk perencanaan struktur atas adalah sebagai berikut :

a. Comb 1 = 1,4 DL + 1,4 SIDL

b. Comb 2 = 1,2 DL + 1,2 SIDL + 1,66 LL

c. Comb 5 = 1,326 DL + 1,326 SIDL + 0,5 LL

d. Comb 6 = 1,326 DL + 1.326 SIDL + 0,5 LL + 0,3 Ex + 1 Ey

e. Comb 7 = 0,773 SIDL + 0,733 SIDL + 1 Ex + 0,3 Ey

f. Comb 8 = 0,733 DL + 0,733 SIDL + 0,3 Ex + 1 Ey

30
2.6.9 Kombinasi Pembebanan Struktur Bawah

Sistem struktur bawah meliputi pilecap dan pondasi. Untuk menentukan

dimensi pondasi atau jumlah tiang direncanakan sedemikian hingga gaya reaksi

pndasi dihitung berdasarkan persamaan kombinasi metode ijin (ASD) sebagai

berikut :

a. Comb P1 = 1,0 DL

b. Comb P2 = 1,0 DL + 0,4 LL

c. Comb P3 = 1,088 DL + + 0,63 Ex + 0,189 Ex + 0,63 Ey

d. Comb P4 = 1,088 DL + 0,189 Ex + 0,63 Ey

e. Comb P5 = 1,063 DL + 0,75 LL + 0,4725 Ex + 0,1418 Ey

f. Comb P6 = 1,063 DL + 0,75 LL + 0,1418 Ex + 0,4725 Ey

g. Comb P7 = 0,511 DL + 0,63 Ex + 0,189 Ey

h. Comb P8 + 0,511 DL + 0,189 Ex + 0,63 Ey

31
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Deskripsi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Proyek Pembangunan Gedung Rumah Sakit

Regina Maris Jl, Brigjend Katamso No 403-405, Medan, Sumatera Utara.

3.2 Lokasi Penelitian

Gedung Rumah Sakit Regina Maris berlokasi di Jl. Brigjend Katamso,

Medan, Sumatera Utara.

Gambar 3.2.a : Lokasi Penelitian


Sumber : google maps

36
3.3 Tahapan Penelitian

Mulai

Pengumpulan Data

Tata Cara Perhitungan Input Pembebanan ke dalam


Struktur Beton untuk Program Sap 2000 meliputi :
Bangunan Gedung
Beban Mati, Beban Hidup,
(SNI 03 – 2847 – 2019) Tata Cara Perhitungan
Beban Angin, Beban Gempa
Struktur Beton untuk
Pedoman Perencanaan Bangunan Gedung
Ketahanan Gempa untuk
Bangunan Gedung dan (SNI 03 – 2847 – 2019)
Non Gedung Analisis Struktur

(SNI 1726 : 2019) (menggunakan Software Sap


2000 v 14.)

Hasil Sap 2000

Perbandingan Hasil Etabs dari Proyek


dengan Hasil Penelitian Sap 2000 v 14.

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.3.a : Alir Penelitian.


Sumber : Data Penelitian

37
3.4 Kuat Lentur Balok

Balok merupakan elemen struktur yang memikul beban tegak lurus dengan

sumbu batangnya , baik berupa beban terpusat ataupun beban merata.Akibat beban

yang dipikul,balok mengalami gaya dalam ,berupa momen lentur dan gaya geser.

Adapun gaya aksial,besarannya dapat diabaikan karena relatif sangat kecil.

Gambar 3.4.a : Susunan Tulangan Balok


Sumber : Yudha Lesmana, Teori Desain Struktur Beton Bertulang, 2019.

Pada Gambar 3.4.a, dapat dilihat sebuah balok yang di bebani secara merata

sepanjang bentang. Balok tersebut diletakkan pada tumpuan sederhana di kedua

ujungnya. Dalam kondisi memikul beban tersebut, balok akan mengalami

fenomena lentur yang menyebabkan tegangan tarik dan tekan pada penampang

balok . Pada serat atas penampang balok, muncul tegangan tekan di karenakan

beban sedangkan untuk serat paling bawah akan mengalami tegangan tarik. Disaat

balok tersebut memikul beban yang relatif kecil,fenomena distrubusi tegangan-

regangan yang terjadi dapat dilihat seperti pada Gambar 2.2(a). Pada kondisi

tersebut tegangan tarik dan tegangan tekan belum mencapai batas kekuatan dari

38
material beton maupun tulangan .Distribusi tegangan -regangan dalam kondisi ini

berupa garis linear (garis lurus).

Dengan kata lain ,balok masih berperilaku elastis.Arti dari perilaku elastis

disini adalah disaat beban tersebut dihilangkan , maka kondisi balok akan kembalia

pada posisi semula tanpa adanya lendutan dan kerusakan (retakan).

Gambar 3.4.b : Distribusi tegangan regangan balok beton bertulang


Sumber : Yudha Lesmana, Teori Desain Struktur Beton Bertulang, 2019.

39
Disaat beban bertambah secara signifikan seperti pada Gambar 3.4.b, maka

distribusi tegangan pun akan berubah sesuai besaran beban yang ditambahkan.

Perubahan diawali dengan adanya perubahan tinggi garis netral (c) yang diikuti

dengan bertambahnya tegangan-regangan tekan dan tarik pada serat atas maupun

tekan .Pada kondisi tersebut tegangan pada baja tulangan telah mencapai batas kuat

lelehnya (fy) .

Distribusi tegangan pada daerah tekan pun berubah yanga awalnya lineat

berubah menjadi nonlinear . tegangan tarik pada serat tarik penampang beton telah

melampaui kekuatan beton sehingga pada kondisi ini telah terjadi retak (crack)pada

serat tarik . Lendutan permanen sudah mulai tampak pada beton meskipun beban

dihilangkan dari element balok .Hal ini mengangandung arti bahwa beton telah

melewati batas elastisnya.

Dengan terjadinya leleh pada tulangan tarik beton,maka tulangan baja akan

mengalami tambahan regangan dan diikuti dengan bertambahnya deformasi pada

balok,seperti pada Gambar 3.4.b. Kondisi retak pada permukaan serat tarik pun

akan semakin membesar dikarenakan tulangan baja telah melampaui kuat lelehnya

dan mengalami strain hardening. Regangan yang terjadi pada tulangan baja bisa

mencapai berkali-kali lipat dari regangan lelehnya . Dengan kata lain, kekuatan baja

untuk memikul beban semakin mengecil. Efek nonlinear pada tegangan tekan

semakin terlihat .Tinggi garis netral semakin berkurang seiring dengan

bertambahnya tegangan yang terjadi pada serat tarik balok . Hal ini berarti lengan

moment antara gaya tarik dan gaya tekan pada penampang balok semakin

meningkat.

40
Balok dikatakan mencapai batas maksimum (runtuh) bila serat tekan (serat

teratas) pada penampang beton telah mencapai ke kuatan maksimumnya( 𝜀cu =

0,003). Dan hal itu menandakan bahwa serat tekan tersebut mengalami kehancuran

(crach) dan beton akan runtuh. Pada Gambar 3.4 akan dibahas lebih detail terkait

perilaku lentur balok berdasarkan tegangan-regangan yang terjadi akibar moment

lentur yang bekerja. Pada kasus ini akan di asumsikan serat tekan pada serat atas

penampang telah mencapai regangan maksimum dari beton yaitu 𝜀cu =0,003.

Selain itu ada beberapa asumsi yanga akan digunakan guna menjelaskan prinsip

dasar perilaku lentur balok pada Gambar 2.3,yaitu:

a. Penampang balok akan di asumsikan tetap dalam keadaan datar (remained

plane) sesaat setelah mengalami moment lentur hingga keruntuhan. Dengan

penggunaan asumsi ini maka distribusi regangan pada penampang beton

bisa di anggap linier seperti yang terlihat pada Gambar 2.3 (b).

b. Asumsi yang kedua adalah lekatan (bond) antara tulangan dan beton

dianggap sempurna tanpa adanya slip. Hal ini mengandung arti bahwa

regangan yang terjadi pada beton dan tulangan baja adalah sama .

Gambar 3.4.c Kondisi tegangan-regangan balok saat kuat lentur tercapai.


Sumber : Yudha Lesmana, Teori Desain Struktur Beton Bertulang, 2019.

41
Pada Gambar 3.4.c kekuatan dari tegangan tarik beton tidak diperhitungkan

(seperti yang telah di jelaskan di awal bahwa beton lemah terhadap tarik maka hal

tersebut tidak memberikan sumbangan kekuatan yang signifikan terhadap kuat

lentur), sehingga penampang beton di bawah garis netral di abaikan. Karenanya,

penentuan nilai efektif (effective depth) penampang (d) cukup di ukur dari serat

tekan terluar hingga ke titik berat dari tulangan tarik, seoerti yang terlihat pada

gambar 3.4.c.

Terkait distribusi tegangan tekan yang terjadi pada daerah tekan penampang

beton, bentuk dan nilainya sangat sulit ditentukan secara pasti. Meskipun di

korelasikan terhadap hasil uji yang dilakukan pada benda uji silinder. Untuk itu,

para ahli menggunakan parameter k1, k2, k3 guna mendefinisikan blok tekan yang

terdapat pada daerah tekan dari penampang balok, Nilai parameter tersebut (k1, k2,

k3) bisa di tentukan berdasarkan hasil eksperiment yang telah di lakukan seperti

yang terlihat pada Gambar 2.4. Nilai (k1, k2, k3) menunjukkan nilai resultan gaya

tekan yang terdapat dalam penampang balok saat balok tersebut mengalami momen

lentur. Parameter k1 merespresentasikan oerbandingan antara tegangan rata-rata

(average stress) dengan tegangan maksimum (peak stress),k3f 1c. Sedangkan

parameter k2 adalah faktor yang digunakan untuk menetukan lokasi dari resultan

gaya tekan (C) terhadap serat terkan terluar penampang beton. Dan parameter k3

menggamarkan perbandingan antara tegangan maksimum (peak stress) pada daerah

tekan balok terhadap kuat tekan tekan yang diperoleh dari uji tekan silinder,f 1c.

42
Gambar 3.4.d nilai dari parameter kuat lentur pada balok (k1,k2,k3)
Sumber : Yudha Lesmana, Teori Desain Struktur Beton Bertulang, 2019.

Ketika terjadi retak pada sisi terluar pada sisi terluar dari serat tekan,

regangan yang terjadi pada tulangan baja bisa jadi lebih besar atau lebih kecil atau

lebih kecil dibandingkan regangan lelehnya, 𝜀s. Jika perbandingan antara luasan

tulangan (As) dan dan luasan penampang beton relatif cukup kecil, maka baja

tulangan akan leleh terlebih dahulu sebelum terjadi retak pada sisi terluar dari serat

tekan. Sehingga beton akan berperilaku daktail dengan menunjukkan deformasi

yang cukup besar sebelum mengalami keruntuhan. Kondisi semacam ini di kenal

dengan istilah under-reinforced . Sebaliknya ,bila rasio luasan tulangan (As) dan

luasan penampang beton relatif cukup besar (artinya: tulangan yang digunakan

banyak) maka tulangan baja akan tetap elastis , tidak mengalami rusak saat serat

tekan terluar penampang beton mengalami retak. Kondisi seperti ini sangat

berbahaya karena keruntuhan akan bersifat mendadak tanpa peringatan (bersifat

getas). Fenomena ini di kenal dengan istilah over-reinforced . Untuk mencegah

keruntuhan getas (brittle) pada balok, ACI (American Concrete Institute)

membatasi nilai regangan pada tulangan baja tarik.

43
3.5 Kuat Geser Balok

Prinsip dasar dari munculnya retak (crack) pada penampang balok adalah

adanya fenomena diagonal tension yang diakibatkan tegangan geser yang terjadi

pada balok. Pola dan lebar dari retak yang terjadi bisa dikontrol dengan

menyediakan tulangan geser (shear reinforcement) pada balok yang umumnya

dipasang secara tegak lurus terhadap tulangan lentur balok. Fenomena crack pada

balok tanpa tulangan geser dapat dilihat pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5.a Web shear crack


Sumber : Yudha Lesmana, Teori Desain Struktur Beton Bertulang, 2019.

Gambar 3.5.b flexure shear crack


Sumber : Yudha Lesmana, Teori Desain Struktur Beton Bertulang, 2019.

Pada Gambar 3.5.a, balck prestressed mengalami retak pada bagian badan

penampang balok atau dikenal dengan istilah web-shear-crack. Jenis retak ini

muncul pada balok tanpa didahului retak akibat lentur.

44
Umumnya kondisi retak jenis ini jarang terjadi pada balok nonprategang

(balok umum yang digunakan pada struktur rangka). Sedangkan retak yang muncul

yang didahului munculnya retak akibat lentur adalah flexure-shear-crack, seperti

yang terlihat pada Gambar 3.5.b. Jenis crack ini juga dikenal dengan istilah

initiating crack yang sering muncul pada balok, baik balok prestressed ataupun

nonprategang. Dengan demikian, peran dari tulangan geser pada balok sangatlah

penting guna mencegah terjadinya kegagalan akibat shear failure.

3.5.1 Mekanisme Tahanan Geser pada Balok

Mekanisme distribusi tegangan geser yang terjadi pada balok yang tidak

memiliki tulangan geser (shear reinforcement), melibatkan beberapa parameter

seperti yang terlihat pada Gambar 3.3. Adapun penjelasan terkait parameter tersebut

adalah sebagai berikut:

a. Tahanan geser pada beton yang tidak mengalami retak (uncracked concrete)

didaerah tegangan tekan, diberi simbol Vcz.

b. Gaya geser yang terdapat pada permukaan beton (aggregate interlock or

interface shear transfer) diberi simbol V. Besaran V sangat dipengaruhi

oleh kondisi permukaan yang mengalami retak Umumnya permukaannya

sangat kasar karena terdapat pecahan dari kerikil (aggretate) dari campuran

beton.

c. Tahanan yang disumbang oleh tulangan lentur biasanya disebut dengan

dowel action, Va. Dowel action ini merupakan tahanan terhadap gaya geser

yang berasal dari tulangan longitudinal balok.

d. Arch action, mekanisme tahanan geser yang didapat pada balok tinggi (deep

beam).

45
Gambar 3.5.c komponen tahan geseer setelah terjadi retak miring pada balok
Sumber : Yudha Lesmana, Teori Desain Struktur Beton Bertulang, 2019.

Kemampuan balok untuk memikul beban tambahan setelah terjadi retak

miring pada balok, tergantung kepada kemampuan dari bagian beton yang tidak

retak untuk mendistribusikan gaya gesernya ke bagian yang lain (bagian retak

miring atau pada daerah tegangan tekan). Dengan kata lain, 4 parameter yang telah

dijelaskan diatas adalah sangat menentukan tingkat kerusakan yang diakibatkan

gaya geser pada balok.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh ACI dan ASCE pada

tahun 1973, ditemukan bahwa persentase mekanisme distribusi geser pada balok

tanpa tulangan geser saat retak miring telah terbentuk adalah 15-25% oleh dowel

action, 20-40% oleh bagian beton didaerah tekan yang tidak mengalami retak dan

30-50% oleh aggregate interlock dari permukaan beton yang retak. Ketika lebar dan

panjang dari retak diagonal bertambah, maka persentase yang disebutkan diatas

juga akan berubah.

46
3.6 Kuat Momen Torsi Balok

Khusus penampang berbentuk lingkaran, disaat menerima momen torsi,

diasumsikan bahwa bidang penampang tetap datar meski telah menerima momen

torsi yang bekerja pada elemen. Hal ini menyebabkan resultan tegangan geser (u)

pada semua titik memiliki besaran yang proporsional terhadap titik tengah

penampang. Dengan mengasumsikan ʼn sebagai diameter penampang bulat dan v

merupakan tegangan geser torsi maksimum pada bagian keliling lingkaran, maka:

Gambar 3.6.a Tegangan torsi pada penampang homogen


Sumber : Yudha Lesmana, Teori Desain Struktur Beton Bertulang, 2019.

Momen torsi yang bekerja pada penampang balok dari struktur beton

bertulang menyebabkan terjadinya tegangan geser (v) diseluruh bagian penampang

balok, seperti yang terlihat pada Gambar 3.6.a. Namun berbeda halnya dengan

penampang persegi yang memiliki dimensi lebar dan tinggi berupa x dan y. Bila

pada penampang bulat, penampang tetap datar meski setelah menerima puntir,

namun untuk penampang persegi sedikit berbeda. Permukaan penampang

mengalami perubahan bentuk (wrap) saat setelah menerima puntir.

47
3.6.1 Teori space truss torsi
Secara umum, kekuatan dari struktur beton bertulang dalam memikul

momen torsi disediakan oleh tulangan dan material beton. Ada dua pendekatan

yang dilakukan, yaitu dengan memodelkan balok sebagai thin-walled tube dan

space truss, seperti yang terlihat pada Gambar 4.5. Tulangan longitudinal yang

terletak pada bagian pojok balok berperan dalam menyediakan gaya tarik

sedangkan material beton yang berada diantara garis retak berperan dalam

menyumbang kuat tekan. Kuat tekan yang disumbangkan oleh sisi beton diantara

retak, terdistribusi secara miring sehingga seolah-olah berperilaku seperti spiral

dalam penampang persegi. Kondisi tersebut menyebabkan timbulnya gaya pada sisi

horizontal dan vertikal dari penampang persegi.

Bila berbicara penampang balok yang solid, disaat balok telah mengalami

retak (crack), maka inti beton yang berada ditengah penampang berperan tidak

signifikan. Kondisi ini menunjukkan bahwa inti beton dapat diabaikan dalam proses

analisa dan ini menjadi dasar asumsi thin-walled tube pada balók persegi dalam

memikul momen torsi.

Perilaku elemen balok dari beton bertulang umumnya akan berperilaku

seperti thin-walled tube saat belum mengalami retak, seperti pada Gambar 4.5(a).

Sedangkan saat telah mengalami retak, balok lebih cenderung berperilaku sebagai

space truss, seperti yang terlihat pada Gambar 4.5(b). Hal ini dikarenakan, saat

terjadi retak, material beton pada bagian inti tidak berperan secara signifikan dalam

menyumbang kekuatan.

48
Gambar 3.6.b Analogi thin walled
Sumber : Yudha Lesmana, Teori Desain Struktur Beton Bertulang, 2019.

Gambar 3.6.c Space truss analogy


Sumber : Yudha Lesmana, Teori Desain Struktur Beton Bertulang, 2019.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa sesaat setelah terjadi retak

pada penampang, perilaku balok dalam memikul torsi dianalogikan sebagai space

truss. Dalam makanismenya, analogi space truss melibatkan tulangan longitudinal

yang terletak pada pojok balok, tulangan sengkang tertutup dan tegangan tekan

diagonal dari beton yang telah mengalami retak akibat torsi yang membentuk pola

spiral disepanjang balok, seperti yang terlihat pada Gambar 4.5(b). Besaran sudut

retak yang terbentuk pada kondisi tersebut sekitar 45". Namun bila retak semakin

bertambah, maka sudut kemiringan retak bisa bervariasi antara 30° sampai dengan

60".

49
3.7 Elemen Struktur Kolom

Ketika beton dan tulangan baja bekerja sama dalam kondisi tekan , beban

yang dipikul (pada beton & baja) berubah terus menerus secara beraturan selama

periode pembebanan. Awalnya , tegangan yang terjadi pada tulangan (ES / EC) kali

dari tegangan pada beton (berdasarkan teori elastis). Ketika terjadi pengaruh

rangkak dan susuk pada kolom, baja tulangan perlahan-lahan memikul beban lebih

besar dibandingkan kapasitas elastisnya.

Bila membandingkan perilaku kolom yang menggunakan sengkang persegi

(kolom persegi) dan sengkang spiral (kolom bulat), tentu keduanya memiliki

perbedaan yang cukup signifikan . Hal itu dapat dilihat pada Gambar 3.7.a yang

berupa hubungan antara gaya dan deformasi. Kolom bulat disaat menerima aksial

tekan akan mengalami leleh (yielding) pada kondisi beban tertentu. Bila beban terus

diberikan, maka selimut beton pada kolom bulat akan terkelupas dan elemen kolom

akan mulai berhenti berdeformasi secara lateral. Hal ini dikarenakan semgkang

spiral secara efektif mengikat inti beton yang berada di tengan dan mencegah agar

kolom tidak runtuh. Bila tulangan sengkang di desain dengan baik, maka kuat inti

beton yang ada di tengah bisa lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi kolom yang

masih utuh (sebelum selimut beton terkelupas ). Kondisi seperti ini bisa di sebut

dengan kuat batas maksimum (ultimate strenght) dari kolom bulat.

Berbeda halnya dengan perilaku kolom persegi yang tidak menunjukkan

kapasitas deformasi yang serupa kolom bulat. Hubungan force – deformation dari

kolom persegi hanya memiliki one peak , seperti yang terlihat pada gambar 3.7.a

Saat kondisi tersebut terjadi, selimut pada kolom akan mengelupas dan tulangan

longitudinal diantara sengkang akan mulai mengalami tekuk.

50
Dengan fenomena tersebut, bisa di katakan bahwa pada kolom persegi tidak

terdapat fenomena yield (leleh).Titik pumcan (one peak) pertama yang terjadi

adalah kuat batas maksimum (ultimate strenght) dari kolom perssegi.

Gambar 3.7.a Space truss analogy


Sumber : Yudha Lesmana, Teori Desain Struktur Beton Bertulang, 2019.

3.7.1 Diagram interaksi kekuatan element kolom

Kolom merupakan elemet struktur yang menerima kombinasi beban yang

berupa aksial tekan dan moment. Dari interaksi dua parameter tersebut (P & M ),

terdapat sejumlah kombinasi kekuatan yang tak terhitung jumlahnya, Interaksi dari

aksial tekan ( P ) dan moment ( M ) di wujudkan dalam sebuah kurva yang di kenal

sebagai diagram interaksi P – M , seperti yang terlihat pada Gambar 3.7.1.

51
Gambar 3.7.1 diagram interaksi P – M elemen kolom
Sumber : Yudha Lesmana, Teori Desain Struktur Beton Bertulang, 2019.

Berdasarkn rasio P & M , diagram interaksi tersebut terbagi menjadi

duakondisi, yaitu : compression dan tession . Pada kondisi compression (tekan),

hampir seluruh/sebagian penampang kolom mencapai regangan maksimum tekan

sebesar 𝜀c = 0,003, sebelum tulangan baja mengalami lelehnya (𝜀y) dan disaat

bersamaan pula, material kolom mencapai regangan tekannya (𝜀c = 0,003).

Diantara dua kondisi tersebut terdapat kondisi yang berimbang antara P dan M yang

dikenal dengan istilah kondisi regangan berimbang (balanced strain condition).

Kondisi regangan berimbang di kenal juga dengan istilah compression

control limit (batas kontrol tekan ). Hal ini mengandung arti bahwa bila interaksi P

& M berada diatas batas ini , maka kondisi kolom di kategorikan sebagai

compression controlled ini, faktor reduksi kolom adalah 0,75 untuk kolom bulat

dan 0,65 untuk kolom persegi, seperti yang di tentukan SNI 2847-2019; Pasal

21.2.2; Gambar R21 .2.2b; Hal-472. Sedangkan untuk wilayah yang berada

52
dibawah compression control limit, terbagi menjadi dua bagian yaitu: tension

controlled dan transition zone .

Pada kondisi tension controlled , regangan pada lapisan ekstrim tulangan

tarik tercapai 𝜀t ≥ 0,005 dan faktor reduksi kekuatan dalam kondisi ini mencapai

0,9. Selain itu pada kondisi tension controlled, elemen struktur menerima beban

hanya berupa momen lentur tampa adanya gaya aksial tekan (meskipun ada, namun

terbilang sangat kecil sehingga bisa diabaikan). Sedangkan pada transition zone,

regangan yang terjadi adalah fy / Es < 𝜀t < 0,005 dan faktor reduksi bervariasi

linear antara 0,75 – 0,9 untuk kolom bulat dan antara 0,65 – 0,9 untuk kolom

persegi.

Pada Gambar 3.7.1 dapat dilihat pula bahwa perbandingan antara P / M bisa

di nyatakan dengan istilah (e). Disaat kolom hanya menerima beban tekan eksentris

, maka kolom akan menerima pengaruh tekan dan sekaligus momen . Monen

tersebut muncul dikarenakan adanya pengaruh eksentrisitas beban. Oleh karena itu

pada diagram interaksi P – M ,sumbu vertikal diagram menyatakan nilai e = 0 dan

sumbu horizontal diagram menyatakan e = ∞ .

Konsep beban eksentris ini sering digunakan sebagai pendekatan dalam

proses analisa dan desain dari struktur beton bertulang untuk menyatakan gaya

aksial tekan dan momen (hanya dengan satu gaya tekan eksentris)

53
Gambar 3.7.2 kolom yang dibebani beban eksentris
Sumber : Yudha Lesmana, Teori Desain Struktur Beton Bertulang, 2019.

54
BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PERHITUNGAN

4.1 Input Data Ke Software

Langkah – langkah Analisis Data :

1. Membuka program SAP 2000 dengan mengklik icon atau diambil dari

start program.

2. Lalu buat model baru dengan perintah : File – New Model – pilih Units

untuk satuan yang digunakan pada gambar – 3D Frame.

Gambar 4.1.a : Model Intialization


Sumber : Program SAP 2000

3. Setelah itu Klik Use Custom grid dan klik Edit Grid Data.

Gambar 4.1.b : 3DFrame Type


Sumber : Program SAP 2000

55
4. Kemudian Membuat Grid atau jarak antar garis yang akan menjadi

patokan mulai dari arah melebar (x) arah memanjang (y) dan tinggi

Bangunan (z).

Gambar 4.1.c : Grid Data


Sumber : Program SAP 2000

5. Kemudian input data dari Mutu Beton (f’c) sesuai dengan data proyek.

Gambar 4.1.d : Material Property Data (f’c)


Sumber : Program SAP 2000

56
6. Setelah itu input data dari Mutu baja (fy) sesuai dengan data dari

proyek.

Gambar 4.1.e : Material Property Data (fy)


Sumber : Program SAP 2000

7. Setelah itu input Tipe-tipe balok dan kolom yang dipakai pada

bangunan sesuai dengan data dari proyek.

Gambar 4.1.f : Frame Properties


Sumber : Program SAP 2000

57
8. Kemudian potong atau hilangkan balok dan kolom yang tidak penting

pada gambar grid bangunan sehingga membentuk model gambar yang

sesuai dengan gambar bestek bangunan.

Gambar 4.1.g : Tampak Atas Grid Bangunan


Sumber : Program SAP 2000

9. Setelah itu sesuaikan semua tipe balok dan kolom pada grid yang sudah

ada pada gambar dan sesua dengan jarak yang sudah ditentukan dengan

panduan pada gambar bestek Autocad.

Gambar 4.1.h : 3d View Bangunan


Sumber : Program SAP 2000

58
10. Kemudian input Pembebanan pada perintah : Define – Load Pattern

setelah itu akan muncul Load Pattern Name tempat untuk input data

pembebanannya.

Gambar 4.1.i : Define Load Patterns


Sumber : Program SAP 2000

11. Lalu input data untuk beban kombinasi dengan perintah : Define – Load

combination - akan muncul tabs untuk kita input beban combinasi

dengan klik new combo.

Gambar 4.1.k : Load Combination


Sumber : Program SAP 2000

59
12. Kemudian kita akan input data untuk ketebalan dari pelat lantai dan pelat

atap dengan perintah : Define – Section Properties – Area Sections –

Add New Sections.

Gambar 4.1.l : Add New Area Sections


Sumber : Program SAP 2000

13. Lalu mengaplikasikan data dari pelat atap dan pelat lantai ke gambar

pada grid bangunan dengan perintah : Quick Draw Area Element –

Properties Of Object – Pelat Lantai – Pelat Atap.

Gambar 4.1.m : Add Properties Of Object


Sumber : Program SAP 2000

60
14. Setelah itu input data untuk pembebanan mulai dari Dead Live. Dengan

Perintah : Klik semua untuk lantai yang akan di input Dead Live –

Assign – Area Load – input Dead Load – Replace Exciting Loads – ok.

Gambar 4.1.n : Replace Exciting Loads


Sumber : Program SAP 2000

15. Setelah itu input data untuk pembebanan mulai dari Dead Live. Dengan

Perintah : Klik semua untuk lantai yang akan di input Dead Live –

Assign – Area Load – input Live Load – Add To Exciting Loads – ok.

Gambar 4.1.o : Add To Exciting Loads


Sumber : Program SAP 2000

61
16. Kemudian Set analisis dengan perintah : Analisis – Set Analisis Options

– Space Frame – Ok.

Gambar 4.1.p : Set Analisis Option


Sumber : Program SAP 2000

17. Lalu Run analisis dengan perintah : Analisis – Run Analisis – Run Now.

Gambar p.1.r : Run Analisis


Sumber : Program SAP 2000

62
18. Lalu blok semua frame dengan perintah Ctrl + A.

Gambar 4.1.s : Block Frame


Sumber : Program SAP 2000

19. Kemudian Start Design dengan perintah : Design – Concretye Frame

Design – Start Design / Check Of Strukture.

Gambar 4.1.t : Start Design/Check Of Strukture


Sumber : Program SAP 2000

63
20. Kemudian Start Design dengan perintah : Design – Concretye Frame

Design – Verify All Member.

Gambar 4.1.u : Verify All Member


Sumber : Program SAP 2000

64
4.2 Perhitungan Struktur Kolom dan Balok Berdasarkan SNI 2847 - 2013

Dalam perhitungan struktur kolom dan balok berdasarkan SNI 2847 – 2013

merupakan perhitungan yang didapatkan dari pihak proyek dengan menggunakan

program ETABS.

4.2.1 Perhitungan Desain Balok

Balok merupakan salah satu bagian dari struktur beton bertulang dan

struktur tidak bertulang (Pracetak), Balok berfungsi untuk meneruskan beban yang

di terima dan di teruskan ke balok dan akan diteruskan ke kolom lalu di teruskan ke

pondasi dan tanah dasar.

Berikut diberikan contoh perhitungan balok pada lantai 4 yaitu balok B1

(400 x 600) dengan nomor model B352. Gambar 5,1 menunjukkan posisi balok B1

yang akan dihitung dan Gambar 4.2 menunjukkan gambar bidang Momen dari B1.

Gambar 4.2.a : Pondasi Balok B1 Lantai 4


Sumber : Data Proyek.

65
Gambar 4.2.b : Diagram Moment (a) Beban Gravitasi, (b) Beban Gempa, (c)
Beban Kombinasi
Sumber : Data Proyek.

Mula – mula akan dilakukan pemeriksaan syarat elemen balok sesuai

dengan SNI 2847 – 2019 pasal 21.5 dari 21.5.1.1 hingga 21.5.1.4 :

a. Gaya Aksial terfaktor komponen struktur dibatasi maksimum 0,1 fc’

Ag : gaya aksial terfaktor dari B352, Pu = 0 kN < 0,1 fc’ Ag = 840 kN.

Sehingga balok memenuhi persyaratan ini.

b. Bentang bersih komponen struktur tidak boleh kurang dari 4 kali tinggi

efektifnya : tinggi efektif balok, d = (h – cov – ds – db/2) = 600 – 40 –

10 – 19/2 = 540,5 mm. Bentang bersih balok adalah 7,3 m. maka rasio

bentang terhadap d = 7300/540,5 = 13,5 > 4, maka balok memenuhi

persyaratan ini.

c. Perbandingan dimensi lebar terhadap tinggi tidak boleh kurang daro 0,3

dimana untuk B1 rasio lebar balok b terhadap tinggi balok h adalah

(400/600) 0,67 > 0,3 maka balok memenuhi syarat dimensi ini.

d. Lebar komponen balok tidak boleh kurang dari 250 mm, balok B1

memiliki lebar 400 mm. sehingga balok B1 memenuhi persyaratan ini.

66
1. Baja Tulangan untuk lentur pada tumpuan

a. Kondisi 1, goyangkan ke kanan, tumpuan ke kanan.

𝑀𝑢(−) = 303,10 kNm

Dicoba dengan dimensi balok b = 400, h = 600 mm, dengan tulangan

utama (db) = D19, selimut beton (Cv) = 40 mm, tulangan geser (ds) =

10 mm. Tinggi efektif balok, d = h – (Cv + ds + ds/2) = 540,5 mm

Informasi perencanaan,

J = 0,875 𝜙 = 0,9 f’c = 35 MPa fy = 400 MPa

Untuk beton dengan f’c 35 MPa nilai 𝛽1 = 0,8

Maka tulangan dapat dihitung dengan :

Mu
As = = 1780 mm2
∅ . fy . jd

Cek Tulangan Minimum

√f′c
Asmin = b. d = 799 mm2
4fy

Dan tulangan tidak boleh kurang dari

1,4
b. d = 757 mm2
fy

Sehingga digunakan As = 1780 mm2, keperluan jumlah tulangan yaitu

As, t
nta = = 6,28
1 2
4 π db

Dibutuhkan menjadi 7D19 dengan luas terpasang menjadi, As,t =

1985mm2

67
Gambar 4.2.2 : Penulangan Balok (400 x 600) cm
Sumber : Data Penelitian

Dipasang dua lapis sehingga nilai d menjadi = 518,5 mm

Hitung momen rencana, ∅. 𝑀𝑛, dari tumpuan.

𝐴 𝑓𝑦
𝑠
′ 𝑐.𝑏 = 66,71𝑚𝑚
a = 0,85.𝑓

Maka Momen nominal, Mn,


a
Mn, 1 = Asfy (d − ) = 385,15 kNm
2

Sehingga kuat momen rencana,

∅𝑀𝑛, 1 = 346,63 kNm ≥ 𝑀𝑢(−) = 303,1 𝑘𝑁𝑚, → 𝑂𝐾

Cek rasio tulangan terpasang terhadap batas tulangan maksimum yang

dapat dipasang.

As, t
ρterpasang = = 0,0096
b. d

0,85. β1. f ′ c 600


ρmaks = 0,75 ( ) = 0,021
fy 600 + fy

Sehingga tulangan terpasang masih kurang dari 𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠 yang di

syaratkan.

68
Cek Tension Controlled.
𝑎
= 0,129 < 0,0375𝛽1 = 0,3 maka desain tulangan under
𝑏

reinforced.

b. Kondisi 2, goyangkan ke kiri, tumpuan ke kiri.

Kebutuhan detailing sama dengan kondisi 1 untuk memikul Mu yang

sama, sehingga perhitungan sama dengan kondisi 1, ∅ 𝑀𝑛, 2 =

346,63 𝑘𝑁𝑚.

c. Kondisi 3, momen positif tumpuan, goyangan ke kanan.

Dari hasil analisis diperoleh nilai 𝑀𝑢(+) = 178,29 𝑘𝑁𝑚

Dicoba dengan dimensi balok balok b = 400, h = 600mm, dengan

tulangan utama (ds) = 10 mm.

Tinggi efektif balok, d = h – (cv + ds + ds/2) = 540 mm

Informasi perencanaan,

J = 0,875 ∅ = 0,9 f’c = 35 MPa fy = 400 MPa

Untuk beton dengan f’c 35 MPa nilai 𝛽1 = 0,8

Maka tulangan dapat dihitung dengan :

Mu
As = = 1047 mm2
∅ . fy . jd

Cek tulangan minimum,

√f′c
Asmin = b. d = 799 mm2
4fy

Dan tulangan tidak boleh kurang dari

1,4
b. d = 757 mm2
fy

69
Sehingga digunakan As = 1047 mm2, keperluan jumlah tulangan yaitu

As, t
nta = = 3,7
1 2
4 π db

Dibutuhkan menjadi 4D19 dengan luas terpasang menjadi, As,t =

1134 mm2

Dipasang satu lapis sehingga nilai d tetap = 540,5 mm

Hitung momen rencana, ∅. 𝑀𝑛, dari tumpuan.

𝐴 𝑓𝑦
𝑠
a = 0,85.𝑓 ′ 𝑐.𝑏 = 38,12𝑚𝑚

Maka Momen nominal, Mn,


a
Mn, 3 = Asfy (d − ) = 236,55 kNm
2

Sehingga kuat momen rencana,

∅𝑀𝑛, 1 = 212,89 kNm ≥ 𝑀𝑢(−) = 178,29 𝑘𝑁𝑚, → 𝑂𝐾

SNI mensyaratkan bahwa kapasitas Momen positif dari tumpuan tidak


1
boleh kurang dari 2 ∅ Mn, 1(−)

Cek rasio tulangan terpasang terhadap batas tulangan maksimum yang

dapat dipasang.

As, t
ρterpasang = = 0,0052
b. d

0,85. β1. f ′ c 600


ρmaks = 0,75 ( ) = 0,021
fy 600 + fy

Sehingga tulangan terpasang masih kurang dari 𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠 yang di

syaratkan.

70
Cek Tension Controlled.
𝑎
= 0,071 < 0,0375𝛽1 = 0,3 maka desain tulangan under
𝑑

reinforced.

d. Kondisi 4, goyangan ke kiri, momen positif tumpuan ke kanan.

Kebutuhan detailing sama dengan kondisi 3 untuk memikul Mu yang

sama, sehingga perhitungan sama dengan kondisi 3, ∅. 𝑀𝑛, 4 =

212,89 𝑘𝑁𝑚.

2. Baja Tulangan untuk Lentur pada tengah bentang

a. Momen positif ditengah bentang

𝑀𝑢(+) = 296,58 𝑘𝑁𝑚

Dicoba dengan dimensi balok b = 400 mm, h = 600 mm, dengan

tulangan utama (db) = D19, selimut beton (Cv) = 40 mm, tulangan geser

(ds) = 10 mm,

Tinggi efektif balok, d = h – (Cv + ds + db/2) = 540,5 mm.

Informasi perencanaan,

J = 0,875 ∅ = 0,9 f’c = 35 MPa fy = 400 MPa

Untuk beton dengan f’c 35 MPa nilai 𝛽1 = 0,8

Maka tulangan dapat dihitung dengan :

Mu
As = = 1741,94 mm2
∅ . fy . jd

Cek tulangan minimum,

√f′c
Asmin = b. d = 799 mm2
4fy

Dan tulangan tidak boleh kurang dari

71
1,4
b. d = 757 mm2
fy

Sehingga digunakan As = 1047 mm2, keperluan jumlah tulangan yaitu

As, t
nta = = 6,1
1 2
4 π db

Dibutuhkan menjadi 4D19 dengan luas terpasang menjadi, As,t =

1985 mm2

Dipasang satu lapis sehingga nilai d tetap = 518,5 mm

Hitung momen rencana, ∅. 𝑀𝑛, dari tumpuan.

𝐴 𝑓𝑦
𝑠
a = 0,85.𝑓 ′ 𝑐.𝑏 = 66,71𝑚𝑚

Maka Momen nominal, Mn,


a
Mn, 5 = Asfy (d − ) = 385,21 kNm
2

Sehingga kuat momen rencana,

∅𝑀𝑛, 5 = 346,7 kNm ≥ 𝑀𝑢(−) = 296,58 𝑘𝑁𝑚, → 𝑂𝐾

SNI mensyaratkan bahwa kapasitas Momen positif dari tumpuan tidak


1
boleh kurang dari 2 ∅ 𝑀𝑛, 1(−)

Cek rasio tulangan terpasang terhadap batas tulangan maksimum yang

dapat dipasang.

As, t
ρterpasang = = 0,0052
b. d

0,85. β1. f ′ c 600


ρmaks = 0,75 ( ) = 0,021
fy 600 + fy

Sehingga tulangan terpasang masih kurang dari 𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠 yang di

syaratkan.

72
Cek Tension Controlled.
𝑎
= 0,128 < 0,0375𝛽1 = 0,3 maka desain tulangan under
𝑑

reinforced.

b. Kapasitas momen negative di tengah bentang

SNI 2847 : 2013 mengaruskan sekurang kurangnya dua batang tulangan

atas dan dua tulangan bawah yang dipasang secara menerus, dan

kapasitas momen positif dan momen negative minimum Pada sembarang

penampang disepanjang bentang balok SPMRK tidak boleh kurang dari

¼ kali kapasitas momen maksimum yang disediakan pada kedua muka

kolom balok tersebut.

Kapasitas momen terbesar yaitu :

¼ kapasitas momen terbesar

1
∅. Mnmaks = 86,66 kNm
4

Sehingga tulangan yang terpasang sisi atas tengah bentang harus

memenuhi ketentuan diatas. Dicoba dipasang 4D19 dengan luas

terpasang menjadi, As,t = 850,59 mm2 dipasang satu lapis sehingga nilai

d tetap = 540,5 mm.

Hitung momen rencana, ∅𝑀𝑛.

Asfy
a= = 28,59 kNm
0,85 f ′ cb

Maka momen nominal , Mn.


a
Mn, 6 = Asfy (d − ) = 179,03 kNm
2

Sehingga kuat momen rencana,∅𝑀𝑛

73
1
∅Mn, 6 = 179,03 kNm ≥ ∅Mn, maks = 89,66 kNm → OK
4

3. Check Kapasitas Geser Balok saat terjadi Sendi Plastis

Geser rencana akibat gempa pada balok dihitung dengan

mengasumsikan sendi plastis terbentuk diujung balok dengan tegangan

tulangan lentur Tarik sebesar 1,25 fy dan factor reduksi kuat lentur ∅ = 1.

a. Hitung Mpr kondisi 1

As 1,25fy
apr, 1 = = 83,4 mm
0,85f ′ c
apr
Mpr, 1 = As1,25fy (d − ) = 473 kNm
2

b. Hitung Mpr kondisi 2

As 1,25fy
apr, 2 = = 83,4 mm
0,85f ′ c
apr
Mpr, 2 = As1,25fy (d − ) = 473 kNm
2

c. Hitung Mpr kondisi 3

As 1,25fy
apr, 3 = = 47,7 mm
0,85f ′ c
apr
Mpr, 3 = As1,25fy (d − ) = 292,98 kNm
2

d. Hitung Mpr kondisi 4

As 1,25fy
apr, 4 = = 47,7 mm
0,85f ′ c
apr
Mpr, 4 = As1,25fy (d − ) = 292,98 kNm
2

74
Penentuan gaya geser untuk perhitungan

Gambar dibawah menunjukkan diagram gaya geser berdasarkan

kombinasi 1,2 DL + 1LL.

Gambar : Diagram momen dan geser balok B1 akibat kombinasi


beban 1,2DL + 1LL nilai gaya geser akibat kombinasi ini
yaitu Vu,g = 160,9 kN.
Sumber : ETABS

Tulangan tumpuan pada balok dipasang sama pada kedua sisinya, sehingga nilai

gaya, Ve,ki dan Ve,ka dapat dihitung dengan :

Mpr, 1 + Mpr, 3
Veki = − Vu, g = −62,06 kN
In
Mpr, 1 + Mpr, 3
Veka = − Vu, g = 268,54 kN
In

Sehingga nilai Vu, maks yang digunakan adalah = 268,54 kN

Syarat pemeriksaan Vc berdasarkan SNI 2873 – 2013, kontribusi beton

dalam menahan geser akibat terjadinya sendi plastis diujung balok harus diperiksa

sesuai dengan ketentuan. Jika gaya geser akibat moment Probable balok lebih dari

75
½ atau lebih kuat geser maksimum, Vu, maka beton dianggap tidak berkontribusi

memikul geser.

V Mpr,1+Mpr,3 1
sway= =103,24 kN < Vu,maks =134,27 kN
In 2

Maka Vc (kontribusi beton) dalam memikul geser diperhitungkan.

Hitung kebutuhan tulangan geser untuk tumpuan.

Vc = 0,17 λ √f ′ c bd = 208 kN

Vu,maks − Vc
Vs,perlu = = 80,72 kN

2 ′
Vs,maks = √f c bd = 817 kN
3

Vs < Vs,maks → OK

Dipasang Sengkang 2 kaki ds = 10 mm dengan jarak s = 100 mm

V A bd
s,terpasang = v =325,6 kN > Vs,perlu → OK
s

4. Persyaratan Hoops (Sengkang tertutup)

Diperlukan Sengkang tertutup (hoops) di sepanjang jarak 2h = 1200

mm dari muka kolom terdekat. Hoops pertama dipasang pada jarak 50 mm

dari muka kolom terdekat dan yang berikutnya dipasang dengan spasi terkecil

diantara.

- d/4 = 129 mm

- 6db = 114 mm

- 150 mm

Sedangkan terpasang adalah Sengkang ds = 10 mm 2 kaki dengan jarak

100 mm < 114 mm, sehingga persyaratan jarak Sengkang masi terpenuhi.

76
Untuk daerah diluar sendi plastis, syarat jarak tulangan Sengkang maksimal

adalah :

- d/2 = 259,25 mm

dari hasil perhitungan dipasanga Sengkang ds 10 mm 2 kaki dengan

jarak 125 mm < d/2 sehingga penulangan geser diluar sendi plastis telah

memenuhi syarat.

5. Splicing untuk tulangan menerus

Baja tulangan yang disalurkan harus diikat dengan hoops yang dipasang

dengan spasi terkecil diantara :

- d/4 = 129 mm

- 100 mm

Sehingga untuk balok B1 jika terdapat splicing tulangan menerus harus

dipasang dengan spesi terkecil diantara :

- d/4 = 129 mm

- 100 mm

Sehingga untuk balok B1 jika terdapat splicing tulangan menerus harus

dipasang hoops dengan jarak tidak lebih dari 100 mm.

6. Penulangan Torsi

Penulangan Torsi pada balok dijabarkan sebagai berikut : Tu = 0 kN

Check penampang balok terhadap torsi

Vu 2 Tu. Ph 2 Vc 2 ′
√( )+( ) < ∅ ( + √f c)
b. d 1,7 A2 oh b. d 3

0,988 < 3,61 → penampang balok memenuhi persyaratan

77
Selanjutnya penampang balok diperiksa terhadap Batasan dari SNI,

pengaruh torsi dapat diabaikan jika torsi yang terjadi nilainya lebih kecil dari

persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan SNI 2847 : 2013.

A2 Pcp
Tu < ∅. 0,083 λ √f ′ c ( )
Pcp

0 kN < 15,55 kNm → tidak perlu tulangan torsi.

4.2.2 Perhitungan Desain Kolom

Kolom atau Struktur beton bertulang yang memiliki tugas utama dalam

bangunan Gedung bertingkat yaitu sebagai penyangga rangka bangunan sekaligus

sebagai penerima beban aksial tekan vertical, struktur dalam kolom sendiri terbuat

dari Tulangan besi dan beton yang sudah dalam perencanaan.

Berikut perhitungan kolom K1 (500 x 500) lantai 3A, dengan mutu beton f’c

= 35 MPa dan mutu tulangan fy = 400 MPa. Gambar dibawah menunjukkan lokasi

kolom K1.

Gambar 4.2.3 : Posisi Kolom yang ditinjau


Sumber : Data Lapangan

78
1. Pemeriksaan Dimensi dan Tulangan utama

Mula mula akan dilakukan pemeriksaan terhadap dimensi kolom,

- Sisi terpendek penampang kolom tidak kurang dari 300 mm, dimana

lebar kolom K1 adalah 700. Maka lebar kolom sudah memenuhi

persyaratan ini.

- Rasio dimensi kolom tidak boleh kurang dari 0,4 dimana rasio

dimensi kolom K1 yaitu :

500
= 1 > 0,4 𝑂𝐾
500

Selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan terhadap konfigurasi

penulangan, luas tulangan perlu dari hasil perhitungan program ETABS

adalah 2500 mm2, sehingga dipasang tulangan 20D19 = 5671 mm2, dimana

As, t
ρ= x 100 % = 1,16%
Ag

Sehingga tulangan terpasang telah memenuhi syarat

0,01 < 𝜌𝑡 < 0,06 → 𝑂𝐾

Dari tulangan terpasang tersebut, selanjutnya kolom akan di evaluasi

terhadap ketentuan strong column weak beam. Pada kolom K1 arah 5 bertemu

dengan balok B1 dikanan dan kirinya, sedangkan untuk arah As G bertemu

dengan balok B5 di kedua sisinya. Pada contoh ini akan disajikan perhitungan

untuk arah As 5.

Jumlah Mn dua balok yang bertemu di joint :

∑ Mb = 1,2(Mb, kiri + Mb, kanan) = 693,26 kNm

Kolom lantai 3A yang didesain menerima gaya aksial terfaktor Pu =

4515kN dari Cmbinasi gaya CD09, dengan diagram interaksi kolom

79
didapatkan Mnc,a = 883 kNm. Gambar dibawah menunjukkan diagram

interaksi kolom yang di tinjau dan kolom atasnya.

Gambar : diagram Interaksi Kolom K1 Lt2-3


Sumber : Data Penelitian

Gambar : diagram Interaksi Kolom K1 Lt 3A


Sumber : Data Penelitian

Check ketentuan SCWB pada kolom K1 ini

∑ Mc = (Mc, b + Mc, a) = 1840kNm > ∑ Mb = 693,26 kNm

Sehingga kolom telah memenuhi ketentuan strong column weak beam.

2. Desain Tulangan Confinement

Kebutuhan tulangan confinement untuk kolom K1 (700 x 700)

dihitung berdasarkan :

Sbc. f ′ c Ag
Ash1 = 0,3 (( ) − 1)
fy Ach

80
Sbc. f′c
Ash2 = 0,09
fy

Tulangan confinement akan dipasang tiap jarak 100 mm, maka diperoleh

Ash1 = 426 mm2

Ash2 = 465 mm2

Diperoleh Ash = 465 mm2, selanjutnya dihitung kebutuhan diameter

tulangan dan jumlah kaki dari tulangan confinement. Digunakan tulangan

diameter ds = 13 mm, diperoleh jumlah kaki tulangan confinement yaitu 4

kaki dipasang tiap jarak 100 mm. Periksa syarat spasi maksimum dari

tulangan confinement. Berdasarkan SNI beton 2013 pasal 21.6.4.3 spasi

maksimum ditentukan dari nilai terkecil diantara :

- ¼ dimensi penampang kolom terkecil = 175 mm

- 6 kali diameter tulangan longitudinal = 132 mm

- So = 100 + ((350 – hx)/3) = 149 mm

Didapatkan syarat spasi maksimum adalah 132 mm, sehingga tulangan

confinement telah memenuhhi persyaratan. Berdasarkan SNI beton 2013

pasal 21.6.4.1 tulangan confinement diperlukan sepanjang Lo dari ujung

kolom. Lo diambil dari terbesar diantara :

- Hc, terbesar = 500 mm

- 1/6hn,c = 558 mm

- 450 mm

- Digunakan Lo = 500 mm.

81
4.2.3 Perhitungan Pemeriksaan Hubungan Kolom Balok (Joint)

Berikut akan diberikan contoh pemeriksaan hubungan balok kolom lantai

3A, pertemuan antara kolom K1 dengan balok B1. Gambar dibawah menunjukkan

posisi pertemuan kolom balok yang ditinjau. Karena tulangan balok yang ditinjau.

Karena tulangan balok yang bertemu dikolom sama, maka perhitungan dapat

dijabarkan sebagai berikut.

Gambar 4.2.4 : Posisi Hubungan Kolom Balok yang Ditinjau


Sumber : Data Lapangan

1. Dimensi Join

Dimensi Kolom K1 = 500 x 500 mm, B1 = 400 x 600 mm, luas efektif

join dinyatakan dalam.

Aj = 500 x 500 = 250000 mm2

Panjang joint yang di ukur parallel terhadap tulangan lentur balok yang

menyebabkan geser di join sedikitnya 20db terbesar, Panjang joint

20 19 mm = 38 mm (OK) sisi kolom terkecil 500 mm.

82
2. Penulangan Transversal untuk Confinement

Pada joint diperlukan tulangan tulangan Confinement yang besarnya

setengan tulangan Confinement pada ujung – ujung kolom. Tulangan

Confinement kolom K1 500 x 500 cm ditentukan berdasarkan nilai

maksimum dari :

s. bc. f′c Ag
Ash1 = 0,3 (( ) − 1) = 4,35 mm2
fy Ach

s. bc. f′c
Ash2 = 0,09 = 5,57 mm2
fy

Sehingga Untuk Joint dipasang :

0,5 x 5,57 mm2 = 2,785 mm2

Jarak bersih antar tulangan tekan dan Tarik balok adalah 462 mm.

didalam joint akan dipasang dua tulangan hoops pada kedua arah (karena

kolom berbentuk persegi) dengan jarak 150 mm. maka luas tulangan hoops

yang diperlukan tiap jarak 150 mm adalah :

150 mm x 2,785 mm2 = 417,8 mm2

Dicoba dipasang 2 hoops dengan tulangan ds = 13 mm, Ash,

terpasang = 530,7 mm2 (OK).

3. Perhitungan Geser di Joint

Balok B1 yang masuk ke dalam kolom K1 memiliki Mpr,1 = 473 kNm

dan Mpr,3 = 292,98 kNm. Karena kolom atas dan bawah memiliki kekakuan

yang sama factor distribusi, DF = 0,5 sehingga :

Mc = 0,5 (473 + 292,98) = 383 kNm

Gaya Geser yang terjadi pada kolom sebelah atas adalah :

83
(383 + 383)
Vsway = = 228,65 kNm
3,35

Gaya Tarik dari B1 di sebelah kanan kolom

T1 = 1,25fy.As = 992,4 kN

Gaya Tekan dari B1 di sebelah kanan kolom

C1 = T1 = 992,4 kN

Gaya Tarik dari B1 di sebelah kiri kolom

T2 = 1,25fy.As = 992,4 kN

Gaya Tekan dari B1 di sebelah kiri kolom

C2 = T2 = 992,4 kN

Sehingga gaya geser joint pada potongan x-x

Vu = T1 + C2 – Vb = 1757 kN

Periksa apakah joint terkekang oleh balok di keempat sisinya.

3/4hc = 525 mm

3/4bc = 525 mm

Lebar balok yang bertemu pada joint adalah < 3/4hc, sehingga joint

tidak dikekang oleh balok. Joint tidak dikekang oleh balok di keempat sisinya,

sehingga kapasitas geser joint.

∅𝑉𝑛 = ∅1.0√𝑓 ′ 𝑐 Ajoin = 2464kN > Vu → OK.

84
4.3 Perhitungan Struktur Kolom dan Balok Berdasarkan SNI 2847 - 2019

Gambar 4.2.5 : Pembalokan Lantai 4 (400 x 600).


Sumber : Data Proyek

Tabel : Hasil Output Momen Ultimite Balok (400 x 600) cm

Frame Station OutputCase CaseType StepType M3


Text m Text Text Text kn-m
16489 0 COMB5 Combination Max 323,3935
16489 0,5 COMB5 Combination Max 322,2935
16489 1 COMB5 Combination Max 321,8756
16489 1,5 COMB5 Combination Max 318,7615
16489 2 COMB5 Combination Max 317,0659
16489 2,5 COMB5 Combination Max 316,0553
16489 3 COMB5 Combination Max 315,655
16489 3,5 COMB5 Combination Max 315,4853
16489 4 COMB5 Combination Max 315,1123
16489 4,5 COMB5 Combination Max 314,5107
16489 5 COMB5 Combination Max 313,3816
16489 5,5 COMB5 Combination Max 312,7531
16489 6 COMB5 Combination Max 311,8442
16489 6,5 COMB5 Combination Max 310,8193
16489 7 COMB5 Combination Max 310,3625
16489 7,5 COMB5 Combination Max 309,9861
16489 8 COMB5 Combination Max 309,5891
Sumber : Data Penelitian

85
4.3.1 Perhitungan Kuat Lentur Balok

Diketahui sebuah balok dengan spesifikasi sebagai berikut :

Mutu Beton (f’c) : 30 Mpa

Mutu Tulangan Utama : 400 Mpa

Mutu Tulangan Geser (fys) : 240 Mpa

Diameter Tulangan Utama (D) : 19 mm

Diameter Sengkang (Ø) : 10 mm

Dimensi Balok : (400 x 600) mm

Momen Ultimate (Mu) : 323,39 kNm

Lakukan perencanaan tulangan rangkap pada balok.

Gambar 4.2.6 : Konsep Analisa Balok Tulangan Rangkap


Sumber : Data Penelitian

1. Perencanaan Tulangan Rangkap Pada Balok


𝑐
Asumsikan nilai 𝑑𝑡 ≤ 0,375

Dengan metode Trial and Error nilai ditentukan sebesar :

𝑐
= 0,132
𝑑𝑡

86
𝒄
2. Hitung nilai c dengan nilai 𝒅𝒕 yang diperoleh pada langkah 1.

d = dt = ( h – ts – Øs – ½ D) = ( 600 – 40 – 10 – ½ 19 ) = 540,5 mm

c = 0,132 x dt = 0,132 x 540,5 = 71,346 mm

(diasumsikan tulangan tarik satu lapis, sehingga nilai dt sama dengan

nilai d ).

3. Hitung nilai tinggi balok (a) tegangan Whitney.

Nilai β1 harus ditentukan berdasarkan mutu beton f’c, yang digunakan

dikarenakan f’c yang digunakan antara 28 Mpa < 𝑓 ′ 𝑐 ≤ 55 Mpa,

maka nilai β1 sebagai berikut :

𝑓′ 𝑐 − 28 30 − 28
β1 = 0,85 – 0,05 = 0,85 – 0,05 = 0,836
7 7

sehingga nilai a adalah :

a = β1 x c = 0,836 x 71,346 = 59,645256 mm

4. Hitung nilai gaya tekan, Cc

Cc = 0,85 x f’c x b x a = 0,85 x 30 x 400 x 59,6452 = 608.381,04 N

5. Hitung nilai, As1.

Cc1 = T1
𝐶𝑐1 608,381
As1 = = = 1.5209525 mm2
𝑓𝑦 400

6. Hitung nilai, Mn1

𝑎 59,6452
Mn1 = As1 x fy x (𝑑 − ) = 1,5209 x 400 x (540,5 − )
2 2

87
= 310.675.703 Nmm.

Cek apakah diperlukan tulangan tekan atau tidak dengan ketentuan berikut :

Mn1 < Mn ; diperlukan Tulangan tekan = perhitungan tulangan rangkap

Mn1 > Mn ; tidak diperlukan tulangan tekan = perhitungan tulangan

tunggal dalam kasus ini, nilai

Mn1 < Mn

𝑀𝑢
Mn1 <

323.390.000
310.675.703 Nmm < 𝑁𝑚𝑚
0,9

310.675.703 Nmm < 359.322.222 Nmm

Maka diperlukan perhitungan rangkap.

7. Hitung nilai, Mn2

Mn2 = Mn – Mn1
Mn2 = 359.322.222 – 310.675.703 Nmm.
Mn2 = 48.646.519 Nmm

8. Hitung tegangan pada tulangan tekan, f’s

1 1
d’ = (ts + ∅𝑠 + 2 𝐷1) = (40 + 10 + 2 . 19) = 59,5 𝑚𝑚

(𝑐−𝑑′) (71,346−59,5)
regangan 𝜀 ′ 𝑠 = 0,003 𝑥 = 0,003 𝑥 =0,000498
𝑐 71,346

f’s = Es x 𝜀’s = 200000 x 0,000498 = 99,6 Mpa

f’s ≤ fy = 99,6 Mpa ≤ 400 Mpa ; Tulangan tekan tidak leleh, sehingga

tegangan leleh pada tulangan tekan tetap f’s. sedangkan bila tulangan

88
tekan leleh, maka tegangan leleh tulangan tekan diambil sama dengan

fy.

9. Hitung nilai A’s


𝑀𝑛2 48.646.519
A’s = 𝑓′ 𝑠(𝑑−𝑑′ ) = = 1015,423 mm2
99,6 𝑥 (540,5−59,5)

10. Diperoleh nilai luasan teoritis As dan A’s

As = As1 + As2 = 1.520 mm2 + 1015.423 mm2 = 2535 mm2


A’s = As2 = 1015 mm2

11. Hitung luas tulangan actual

Tulangan Tarik actual As


𝐴𝑠 𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 2535
n= 1 =1 = 8,945 = 8 tulangan
𝑥 𝜋𝑥 𝐷2 𝑥 3,14 𝑥 192
4 4

𝐴𝑠 𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 1015
n= 1 =1 = 3,5817 = 4 tulangan
𝑥 𝜋𝑥 𝐷2 𝑥 3,14 𝑥 192
4 4

Guna memenuhi syarat gempa, disarankan jumlah tulangan tekan diambil

setengah dari jumlah tulangan Tarik meskipun secara hitungan hanya

membutuhkan sedikit.

Jadi tulangan actual pada balok adalah :


1
As = 8-D19 mm2 = n x ¼ x 𝐷2 = 8 𝑥 4 𝑥 3,14 𝑥 192 = 2267 𝑚𝑚2

1
A’s = 4-D19 mm2 = n x ¼ x 𝐷2 = 4 𝑥 4 𝑥 3,14 𝑥 192 = 1134 𝑚𝑚2

Pada langkah ini, harus dipastikan apakah tulangan As terpasang satu lapis

atau dua lapis. Bila terpasang dua lapis maka tinggi efektif penampang (d)

harus dihitung kembali. Diawali dengan cek spasi tulangan.

89
𝑏−( 2 𝑥 𝑡𝑠 )−( 2 𝑥 ∅𝑠 )−( 𝑛 𝑥 𝐷)
S min =
(𝑛−1)

400−( 2 𝑥 40 )−( 2 𝑥 10 )−( 8 𝑥 19)


S min =
(8−1)

= 21,14 mm < 40 mm

Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa tulangan tidak memungkinkan

untuk dipasang satu lapis. Untuk itu, tulangan akan direncanakan

pemasangan dua lapis ( 4 tulangan lapis-1 dan 4 tulangan lapis-2)

𝑏−( 2 𝑥 𝑡𝑠 )−( 2 𝑥 ∅𝑠 )−( 𝑛 𝑥 𝐷)


S min =
(𝑛−1)

400−( 2 𝑥 40 )−( 2 𝑥 10 )−( 4 𝑥 19)


S min =
(4−1)

= 74,6 mm > 40 mm

Jadi tulangan dipasang dua lapis, setelah itu perlu dilakukan perhitungan

tinggi efektif (d) yang baru karena tulangan dipasang dua lapis.

(𝑛1 × 𝐴𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 ×𝑙1 ) +( 𝑛2 ×𝐴𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 ×𝑙2 )


y =
𝑛𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 ×𝐴𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛

(4 × 283,385 ×61,5) +( 4 ×283,385 ×105,5 )


y = = 83,55 𝑚𝑚
8 ×283,385

Sehingga tinggi efektif balok adalah :

d = h −y = 600− 83,55 = 516,5 mm

90
12. Hitunglah nilai tinggi balok teganggan Whitney (a) yang baru.

T =𝐶𝑐+ 𝐶𝑆

T = 0,85 × 𝑓′𝐶 × 𝑏 × 𝑎 + 𝐴′𝑆 × 𝑓′𝑆

Dimana T =𝐴𝑆 × 𝑓𝑦 sehingga nilai a bias dihitung dengan

persamaan :

(𝐴𝑆 ×𝑓𝑦 − 𝐴′𝑆 ×𝑓′𝑦 )


a =
0,85 × 𝑓′𝐶 ×𝑏

(2.267×400− 1.134 ×80 )


a = =80 mm
0,85 × 30 ×400

13. Hitung nilai tinggi garis netral (c) dan kategori penampang.

𝑎 80
c= = = 99 𝑚𝑚
𝛽1 0,836

Sehingga nilai dari c/ 𝑑𝑡 :

𝑐 96
c= = = 0,178
𝑑𝑡 538,5

Dengan nilai c/ 𝑑𝑡 : <0,375 berarti penampang balok termasuk kategori

terkontrol Tarik, sehingga nilai Φ =0,9.

14. Hitung kuat nominal dan cek kapasitas balok.


𝑎
𝑀𝑛 = 𝐶 𝑐 × (𝑑 − ) + 𝐶 𝑠 × 𝑑 × 𝑑′
2

𝑎
𝑀𝑛 = (𝐴𝑠 × 𝑓𝑦 − 𝐴′𝑠 × 𝑓′𝑠 ) × (𝑑 − ) + 𝐴′𝑠 × 𝑓 ′ 𝑠 (𝑑 − 𝑑 ′ )
2

91
80
𝑀𝑛 = (2.267 × 400 − 1.134 × 80 ) × (516,5 − ) + 1.134 × 80 ×
2

(516,5 − 61,5)

𝑀𝑛 =430.139.720 Nmm=430.140 kN-m.

Periksa kapasitas penampang φ𝑀𝑛 ≥ 𝑀𝑢 ; (nilai ф berdasarkan dari

perhitungan sebelumnya φ =0.9 ; terkonrol tarik).Sehingga:

Φ × 𝑀𝑛 ≥ 𝑀𝑢

0,9 × 430,140 kN-m ≥ 303,950 kN-m

387,126 kN-m ≥303,950 kN-m (Memenuhi persyaratan)

Jadi diperoleh desain tulangan seperti pada Gambar dibawah ;

Gambar 4.2.7 : Detail Balok (400 x 600).


Sumber : Data Proyek

4.3.2 Perhitungan Kuat Geser Balok

Sebuah balok dengan dimensi 400/600 memikul gravitasi beban sehingga

memiliki nilai geser max (SAP 2000) adalah sebesar 450.000 N. Bentang balok

adalah sekitar 5000 mm dan dimensi kolom yang digunakan adalah 500/500

92
(persegi). Adapun spesifikasi lengkap dari balok yang ditinjau adalah sebagai

berikut:

F’c =30 mpa

∅ = 12 mm (Diameter tulangan geser rencana)

Fyt =240 Mpa (Mutu tulangan geser)

d = 540,5 mm (Tinggi efektif balok diasumsikan)

vu = 450.000 N

Rencanakan tulangan geser sepanjang bentang balok agar balok kuat menahan

gaya geser ultimate (vu)

1. Tentukan nilai geser ultimate (vu)

Analisa geser pada balok ,seperti gambar 3,9 ,akan menjadi 2 daerah

,yaitu tumpuan dan lapangan .Sehingga perlu dicari nilai vu masing – masing

daerah.Berdasarkan SNI 2847-2019; Pasal 9,4,3;Hal-182 penentuan nilai

geser pada tumpuan cukup diambil pada penampang yang lokasinya sejarak

d.

a. Analisa daerah tumpuan

𝑣𝑢1 1.712
b. =
𝑣𝑢 2.500

93
Gambar 4.2.8 Gaya geser ultimate sepanjang bentang balok,satuan (mm)
Sumber : Data Lapangan

3.109,5 3109,5
Vu1 = x vu = x 523.000 =406,567 N
4000 4000

Jadi ,gaya geser ultimate pada tumpuan adalah vu1 = 406,567 N

b.Analisa daerah lapangan

𝑣𝑢2 1.125
=
𝑣𝑢 2.500

2000 2000
Vu2 =4000 x vu =4000 x 523.000 = 261,500 N

Jadi,gaya geser ultimate pada lapangan adalah adalah vu2 = 261,500 N

2. Hitung nilai kuat beton Vc,

Pada kasus ini akan digunakan rumus Vc yang sederhana ,yaitu

Vc = 0,17ƛ√𝑓 ′ 𝑐𝑏𝑤𝑑 =0,17x1,0 x √30 x 400 x 540,5 = 201.309 N

94
3. Periksa syarat kemampuan penampang dalam menerima beban geser.

Dalam hal ini akan diambil nilai Vu terbesar yaitu pada tumpuan.

Vu ≤ ∅(𝑉𝐶 + 0,66. √𝐹 ′ 𝑐𝑏𝑤𝑑)

406,567 N≤ 0,75 × (201.309 𝑁 + 0,66 × √30 × 400 × 540,5)

406,567 N ≤ 982.864 𝑁 (𝑀𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡)

Hal ini berarti ukuran penampang balok sudah memenuhi persyaratan bila

tidak,maka penampang perlu diperbesar.

4. Klasifikasi nilai Vu (Kategori 1 s/d 5)

a. Analisa daerah tumpuan

Cek kategori -1

Vu≤ 0,5 ∅𝑉𝑐

406,567 N ≤ 𝑜, 5 × 0,75 × 201.309 𝑁

406,567 N ≤ 75,490 𝑁 (𝑇𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡)

Cek kategori -2

0,5∅𝑉𝑐 ≤ 𝑣𝑢 ≤ ∅𝑣𝑐

75,490 N≤ 406,567 𝑁 ≤ 0,75 × 201.309 𝑁

56,357 N≤ 406,567 𝑁 ≤ 150,98 𝑁 (𝑇𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡)

95
Cek kategori -3

Dimana;


Vs,min =0,062√𝑓 𝑏𝑤𝑑 = 0,062√30 × 400 × 540,5 = 134.04 𝑁

Vs,min =0,35 bwd =0,35 × 400 × 540,5 = 75.670 𝑁

Dari dua perhitungan tersebut,diambil nilai terkecil sehingga

Vs,min =75.670 N

∅𝑉𝑐 ≤ 𝑉𝑢 ≤ ∅(𝑉𝑐 + Vs,min)

150,9817 N≤ 406,567 𝑁 ≤ 0,75 × (201,309 𝑁 + 75,670 𝑁)

150,981 N≤ 406,567 𝑁 ≤ 207,734 𝑁 (𝑇𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡)

Cek kategori -4

1
∅(𝑉𝐶 + 𝑉𝑠, min) ≤ 𝑉𝑢 ≤ ∅(𝑉𝑐 √𝑓 ′ 𝑐𝑏𝑤𝑑)
3

207,734 𝑁 ≤ 406,567 𝑁

1
≤ 0,75 × (201,309 𝑁 𝑥 √30 × 400 × 540,5)
3

207,734 𝑁 ≤ 406,567 𝑁 ≤ 595,96 𝑁 (𝑀𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡)

Jadi untuk daerah tumpuan ,analisis geser masuk kategori 4

96
b. Analisa daerah lapangan

Cek kategori -1

Vu≤ 0,5∅𝑉𝑐

261,500 N≤ 0,5 × 0,75 × 201,309 𝑁

261,500 N≤ 75,4908 𝑁 (𝑇𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡)

Cek kategori -2

0,5∅𝑉𝑐 ≤ 𝑉𝑢 ≤ ∅𝑉𝑐

75,4908 N ≤ 261,500 𝑁 ≤ 0,75 × 201,309

75,4908 𝑁 ≤ 261,500 N ≤151,0425 N

(𝑇𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡)

Cek kategori -3

Dimana:

𝑉𝑠, min = 0,062√𝑓 ′ 𝑐 𝑏𝑤𝑑 = 0,062√30 × 400 × 540,5 = 73,418𝑁

𝑉𝑠, min = 0,35bwd = 0,35 × 400

𝐷𝑎𝑟𝑖 𝑑𝑢𝑎 𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡, 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎

𝑉𝑠, min = 73,418 N

∅𝑉𝑐 ≤ 𝑉𝑢 ≤ ∅(𝑉𝑐 + 𝑉𝑠, min)

150,981 N≤ 261,500 N ≤ 0,75 × (201,309 𝑁 + 73,418 𝑁)

150,981 N≤ 261,500 𝑁 ≤206,0425 N

(𝑇𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡)

97
Cek kategori -4

1
∅(𝑉𝑐 + 𝑉𝑠, 𝑚𝑖𝑛 ) ≤ 𝑉𝑢 ≤ ∅ (𝑉𝑐 + √𝑓 ′ 𝑐𝑏𝑤𝑑)
3
1
206,045 N ≤ 261,500 𝑁 ≤ 0,75 × (201,309 𝑁 + 3 √30 × 400 ×

540,5)

206,045 N ≤ 261,500 𝑁 ≤ 595,96 N (𝑀𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡)

Jadi untuk daerah lapangan ,analisa geser masukkategori 4

5. Hitung Vsrencana berdasarkan kategori yang telah ditentukan.

a Analisis daerah tumpuan

Pada kategori 4,nilai gaya geser dari tulangan :

∅Vs= 𝑉𝑢 − ∅𝑉𝑐

𝑉𝑢−∅𝑉𝑐 406,567 −(0,75×201,309)


Vs= = = 340,783 N
∅ 0,75

b Analisis daerah lapangan

Pada kategori 4,nilai gaya geser dari tulangan:

∅𝑉𝑠 = 𝑉𝑢 − ∅𝑉𝑐

𝑉𝑢−∅𝑉𝑐 261,500 −(0,75×201,309)


Vs= = = 147,3606 N
∅ 0,75

98
6. Tentukan jarak tulangan geser (s)

a. Analisis daerah tumpuan

Berdasarkan kategori 4,batas max penentuan jarak antar tulangan

geser adalah :

𝑑 540,5
S= = = 270,25mm ≤ 600𝑚𝑚
2 2

Pada daerah tumpuan,gaya geser cukup besar sehingga jarak sengkang

harus lebih rapat.

Sehingga ditentukan jarak s=150 mm

b. Analisa daerah lapangan

Berdasarkan kategori 4,batas max penentu jarak antar tulangan

geser adalah

𝑑 540,5
S= = = 270,25mm ≤600mm
2 2

Pada daerah lapangan,gaya geser lebih kecil dibandingkan pada

daerah tumpuan sehingga jarak sengkang harus lebih besar dibanding

tumpuan.Sehingga ditentukan jarak s = 250 mm

7. Hitung nilai Av

a. Analisa daerah tumpuan

Luasan tulangan geser

𝑉𝑠.𝑆 340,783 ×150


Av = = = 394,059 mm2
𝐹𝑦𝑡,𝑑 240×540,5

99
b Analisa daerah lapangan

Luas tulangan geser

𝑉𝑠.𝑆 147,3606 ×250


Av = = = 170,397 mm2
𝐹𝑦𝑡,𝑑 240×540,5

8. Pastikan nilai Av aktual berdasarkan tulangan geser yang digunakan

dilapangan

∅ = 12 mm

1 1
A=4π𝐷2 = 4 𝜋122 = 113,04 m𝑚2

a. Analisa daerah tumpuan

Jumlah kaki dari tulangan geser adalah:

𝐴𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 247,483
ղ= = = 2,189 ~ 3
𝐴𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 113,04

Sehingga luasan aktual tulangan ngeser pada daerah tumpuan:

Av =2× 113,04 𝑚𝑚2 = 226,08 𝑚𝑚2

b. Analisa daerah lapangan

Jumlah kaki dari tulangan geser adalah:

𝐴𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 412,473
ղ= = = 3,6 ~4; (min 4 kaki)
𝐴𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 113,04

Sehingga luasan actual tulangan geser pada daerah tumpuan:

Av =2× 113,04 𝑚𝑚2 = 226,08 𝑚𝑚2

100
Luasan tulangan geser antar tumpuan dan lapangan memang sama,

namun jaraknya berbeda.

9. Hitung kembali nilai Vs,berdasarkan luas tulangan aktual dari step-7

a. Analiss daerah tumpuan

Gaya tulangan geser adalah:

𝐴𝑣𝐹𝑦𝑡𝑑 226,08 ×240×540,5


Vs = = = 293,270 N
𝑠 100

b. Analisa daerah tumpuan

𝐴𝑣𝐹𝑦𝑡𝑑 226,08×240×540,5
Vs = = = 146,635 N
𝑠 200

10. Lakukan pengecekan terhadap syarat kekuatan desain tulangan geser

(Vn) terhadap geser ultimate (Vn)

Analisa daerah tumpuan

Vn = Vc + Vs = 201,309 + 293,270 = 494,579 N

∅ × 𝑉𝑛 ≥ 𝑉𝑢

494,579 ≥ 484.304 𝑁 (𝑀𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡)

a. Analisa daerah lapangan

Vn = Vc + Vs = 150.284 + 145.957 = 296.241 N

∅ × 𝑉𝑛 ≥ 𝑉𝑢

0,75 × 296.241 ≥ 202.500

101
222.181 N ≥ 202.500 𝑁 (𝑀𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡)

Gambar 4.2.9 : Tampak memanjang balok


Sumber : Data penelitian

Jadi dapat disimpulkan bahwa tulangan geser yang digunakan

Daerah tumpuan = 4∅12 𝑚𝑚 − 100 𝑚𝑚

Daerah lapangan = = 2∅12 𝑚𝑚 − 200 𝑚𝑚

102
4.3.3 Perhitungan Momen Torsi Balok

Sebuah balok dengan dimensi 300/600 memikul beban gravitasi sehingga

memiliki nilai momen torsi (Tu) max (SAP 2000) sebesar 40.000.000 N.mm.

Bentang balok adalah sekitar 5.000 mm. Adapun spesifikasi lengkap dari balok

yang ditinjau adalah sebagai berikut :

f 1c = 30 M P a

fy = 400 M P a (Mutu tulangan longitudinal)

fyt = 240 M P a (Mutu tulangan geser)

D1 = 19 mm (Diameter tulangan longitudinal)

øs = 12 mm (Diameter tulangan geser rencana

d = 538 mm (tinggi efektif balok)

Vu = 308.160 N (Pada muka tumpuan)

Rencanakan tulangan torsi sepanjang bentang bentang balok agar balok kuat

menahan momen torsi ultimate (Tu).

1. Cek syarat pengaruh puntir

Pada tahap ini akan dilakukan pemeriksaan terhadap syarat umum punter.

Bila memenuhi øsyarat, maka pengaruh punter dapat diabaikan. Adapun

perhitungannya sebagai berikut :

øTth ≥ Tu

𝐴𝑐𝑝2
ø × 0,083.λ.√𝑓 ′ .( ) ≥ Tu
𝑐 𝑃𝑐𝑝

103
Untuk menyelesaikan persamaan diatas, diperlukan beberapa parameter

pendukung, yaitu :

Pcp = 2 (b + h) = 2(300+600) = 1.800 mm

Acp = b + h = 300 × 600 = 180.000 mm2

λ = 1,0 (beton normal)

ø = 0,75

Sehingga

𝐴𝑐𝑝2
ø × 0,083.λ. √𝑓 ′ .( ) ≥ Tu
𝑐 𝑃𝑐𝑝

180.000 2
0,75 × 0,083 × 1,0 × √30. ( )≥ 40.000.000 N.mm
1.800

6.137.231 N. mm ≥ 40.000.000 N.mm (Tidak memenuhi syarat)

Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa pengaruh torsi harus

diperhitungkan dan balok membutuhkan tulangan torsi.

2. Cek kapasitas penampang.

Pada tahap ini akan dilakukan pemeriksaan terhadap kapasitas penampang

balok terhadap momen torsi yang terjadi. Bila tidak memenuhi persyaratan ini,

maka penampang balok harus dilakukan perubahan (dibesarkan dimensinya).

Adapun perhitungannya sebagai berikut :

𝑉𝑢 𝑇 𝑃 𝑉𝑐
√( ) + (1,7𝑢𝐴𝑐ℎ
𝑢
) ≤ ∅(𝑏 + 0,66√𝐹′𝑐)
𝑏𝑤 𝑑 𝑤𝑑

Untuk menghitung persamaan diatas,diperlukan parameter pendukung yaitu:

104
Vc = 0,17.ƛ.√𝐹 ′ . 𝑏𝑤 . 𝑑 ;perlu diingat bahwa (𝑏𝑤 = 𝑏)

= 0,17 × 1, 𝑜 × √30 × 300 × 538

= 150.284 N

Ach = ( bo) × (ℎ𝑜)

= (b – 2ts) × (ℎ − 2𝑡𝑠)

= (300-(2× 40)) × (600 − (2 × 40))

= 114.400 m𝑚2

𝑝ℎ = 2(𝑏o+ℎ𝑜)

= 2× ((𝑏 − 2𝑡𝑠 ) +(h−2𝑡𝑠 )

= 2× ((300 − (2 × 40)) + (600 − (2 × 40)))

= 2× (220 + 520) = 1.480 𝑚𝑚

Vu =Diambil nilai yang terbesar,yaitu pada muka tumpuan (308.160 N)

Sehingga:

𝑉𝑢 𝑇 𝑃 𝑉𝑐
√( ) + (1,7𝑢𝐴𝑐ℎ
𝑢
) ≤ ∅(𝑏 + 0,66√𝐹′𝑐)
𝑏𝑤 𝑑 𝑤𝑑

308.160 40.10×1.400 150.284


√( ) + (1,7×114.400) ≤ 0,75((300×538 + 0,66√30)
300×538

√(1,909))2 + (2,661)2 ≤ 0,75(0,931 + 3,615)

3,275≤ 3,410 𝑁 (𝑀𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡)

105
Dengan hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa dimensi

penampangb balok memenuhi persyaratan,sehingga tidak ada perlu

perubahan.

3. Ttentukan nilai tulangan transversal akibat geser (𝑨𝒗 )

Pada tahap ini akan dilakukan penentuan nilai 𝐴𝑣 yang berupa luasan

tulangan transversal dari balok.Nilai 𝐴𝑣 diperoleh dari perhitungan geser balok

yyyannng telah dihitung pada bab sebelumnya.Untuk kasus ini,soal dibuat

samadengan contoh soal di bab geser sehingga nilai 𝐴𝑣 yang akan digunakan

berdasarkan hasil perhitungan geser sebelumnya. Berdasarkan hasil

perhitungan geser (bab geser)diperoleh tulangan geser balok sebagai berikut:

Tulangan:

𝐴𝑣 = 226,08 m𝑚2 ;(2∅12 − 100 𝑚𝑚)

𝐿𝑎𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛

𝐴𝑣 = 226,08 m𝑚2 ;(2∅12 − 200 𝑚𝑚

4. Tentukan tulangan transversal akibat torsi (𝑨𝒕 )

Pada tahap ini akan dilakukan penentuan nilai 𝐴𝑡 yang berupa luasan

tulangan transversal akibat pengaruh torsi.Nilai tersebut nantinya akan

digabungkan dengan nilai 𝐴𝑣 pada step 3.Adapun perhitungan detailnya

adalah;

𝑇𝑢𝑠
𝐴𝑡 = tan∅
∅2𝐴∅𝐹𝑦𝑡

Dimana 𝐴∅ = o,85𝐴∅ℎ =0,85 × 114.400 = 97.240 𝑚𝑚2

106
𝑇 40.106 ×100
𝐴𝑡 =∅2𝐴𝑢𝑠 tan∅ = 0,75×2×97.240×240 tan 450
∅𝐹𝑦𝑡

𝐴𝑡 = 114.312 𝑚𝑚2

Setelah diperoleh nilai 𝐴𝑡 ,selanjutnya melakukan pemeriksaan syarat sesuai

SNI 2847-2019.Adapun persyaratan yang harus dipenuhi adalah:

Syarat -1

(𝐴𝑡 +2𝐴𝑡 )𝑚𝑖𝑛 300


≥ 0,062 × √30 × 240
𝑠

4,547 ≥ 𝑜, 424 (Memenuhi syarat)

Syarat -2

(𝐴𝑡 +2𝐴𝑡 )𝑚𝑖𝑛 300


≥ 0,35×
𝑠 240

(226,8 + (2 × 114,312))𝑚𝑚 300


≥ 0,35 ×
100 240

4,547 ≥ 0,438 N (Memenuhi syarat)

Dari Perhitungan diatas disimpulkan bahwa besaran luasan At telah

memenuhi syarat, sehingga nilai total dari tulangan Sengkang yang

dibutuhkan untuk memiliki torsi pada daerah tumpuan dan lapangan adalah :

Tumpuan :

Atot = (Av + 2At) = (226,08 + (2 x 114,312) = 454,704 mm2

Jadi diperoleh luas tulangan transversal akibat pengaruh torsi 454,704

𝑚𝑚2.Dikarenakan nilai luasan bertambah dibanding dengan perhitungan

analisa geser ,maka beberapa skenario yang bisa dipilih:

107
- Diameter dan jumlah kaki berubah namun jarak Sengkang tetap.

- Jarak Sengkang yang berubah namun diameter dan jumlah kaki tetap.

Pada contoh kasus ini akan di pilih pilih pertama, yaitu jarak sengkakng

akan sama sesuai perhitungan geser, namun diameter dan jumlah kaki

(tulangan) akan menyesuaikan dengan luasan yang baru. Adapun

perhitungannya adalah sebagai berikut:

N = 3 kaki (jumlah kaki Sengkang rencana)

D =√(4A/(n.π)) = √(4x454,704/3xn) = 13,9 mm =14 mm

jadi di peroleh Sengkang yang baru yaitu 3 ∅ 14 – 100 mm

Lapangan

Pada kasus ini, luasan Sengkang (haisl nalisa geser) antara tumpuan

dan lapangan adalah sama. Hal yang memebedakan adalah jarak antara

Sengkang. Oleh karena itu pada perhiyungan ini, nilai Av yang di gunakan

sama dengan perhitungan tumpuan.

Atot = ( Av +2at) = ( 226,08+ (2x114,321)) = 454,704 mm2

Jadi jadi di peroleh luas tulangan transversal akibat pengaruh torsi yaitu

454,704 mm2

Sama seperti perhitungan pada bagian tumpuan, bagian lapangan ini

akan di pilih scenario yaitu: jarak Sengkang akan sama sesusai dengan

perhiyungan geser, namun diameter dan jumlah kaki akan menyesuaikan

dengan luasan yang baru Adapun perhitungan adalah sebagai berikut.

108
N = 3 kaki (jumlah kaki Sengkang rencana)

D =√(4A/(n.π)) = √(4x454,704/3xn) = 13,9 mm =14 mm

Jadi di peroleh Sengkang yang baru yaitu 3∅ 14-200 mm

Step-5: tentukan tulangan longitudinal akibat torsi (A1)

Pada contoh kasus ini akan dipilih pilihan pertama, yaitu jarak Sengkang

akan sama sesuai perhitungan geser, namun diameter dan jumlah kaki (luas

perhitungannya adalah sebagai berikut :

n = 3 kaki (Jumlah kaki Sengkang rencana)

4𝐴 4 𝑥 454,704
D = √𝑛.𝜋 = √ 13,9 𝑚𝑚 ≈ 14 𝑚𝑚
3𝑥𝜋

Jadi diperoleh Sengkang baru yaitu 3∅14 − 100 𝑚𝑚

Lapangan :

Pada tahap in akan di lakukan penentuan nilai A1 yang berupa luasan

tulangan longitudinal akibat pengaruh torsi. Dalam perhitugan tulangan

longitudinal tidak perlu membedakan tumpuan dalam lapangan. Hal ini di

karenakan tulangan longitudinal akan di pasang sepanjang balok dengan

kata lain. Luasan tulngan longitudinal pada tumpuan dan lapangan adalah

sama. Adapun perhitungan detailnya dadalah yaitu :

A1 = TuPh/(∅2Aof) cot∅

Dimana Ao = 0,85Aoh = (40.〖10〗^6 x1,480)/0,75x2x97.240x400 cot45

A1 = 1.014,517 mm2

109
Setelah di peroleh luasan yang di butuhkan, selanjutnya akan di

lakukan pengecekan terhadap syarat luasan minimum brdasarkan SNI 2847-

2019 adapun detail perhitungannya adalah :

Persamaan-1

Almin =0,42√fy (A/s) ph f/f

Di karenakan ada peubahan luasan tulangan transversal, maka luasan

At perlu di evaluasi sesuai dengan tulangan terpasang. Nilai At yang di

perhitungkan cukup bagian tumpuan, karena umumnya bagian tumpuan.

Karena umumnya tulangan yang di gunakan lebih besar, baik dari segi

luasan ataupun jarak (lebih rapat).

Tulangan Sengkang terpasang 3∅14-100mm, sehingga luasan total:

A= n x (πD^2)/4 = 3x (π〖14〗^2)/4 = 461,58 mm2

Sehingga nilai At adalah

Atot = (Av+2At)

At = (Atot - Av)/4 = (461,58-226,08)/2 = 117,75 mm2

Jadi

Al,min = 0,42 x√fc Acp/fyt – (At/s) ph fyt/fy

Al,min = 0,42/4 x√30 x 180.000/240 – (117,75/100) x 1,140 x240/400

Al,min = 1.725,326 – 1.045,62 = 679,706 mm2

110
Persamaan-2

𝐴𝑐𝑝 0,175𝑏𝑤 𝑓𝑦𝑡


Al,min = 0,42 √𝑓𝑐 ′ −( ) ph 𝑓
𝑓𝑦𝑡 𝑓𝑦𝑡 𝑦

180.000 0,175 240


Al,min = 0,42 × √30 × − ( 240 ) × 1.480 × 400
240

Dari dua persamaan diatas diambil nilai yang terbesar untuk mewaklili

nilai Al, min = 1.531,076 mm2. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan terhadap

nilai Alyang diperoleh. Dalam hal ini harus dipastikan apakah nilai Al ≥ Al,

min

Al ≥ Al, min

1.014,517 mm2 ≥1.531,076 mm2 (memenuhi syarat)

Dikarenakan hasil perhitungan Al = 1.532,076 mm2. Selanjutnya dilakukan

perhitungan tulangan yang akan dipasang.

Dalam aplikasi pemasangan tulangan longitudinalakibat torsi, selain tulangan

longitudinal torsi terdapat pula tulangan longitudinal fari lentur. Dengan kata

lain, tulangan longitudinal lentur secara tidak langsung juga berperan dalam

memikul beban torsi. Sehingga luasan tulangan longitudinal torsi yang

dipeorleh akan disebar secara merata pada tiga bagian yaiti : tulangan tarik,

tulangan tekan, dan tulangan torsi yang terletak pada bagian tengah.

1.531,076 𝑚𝑚2
Al = = 510,359 𝑚𝑚2
3

Dari penampang balok (tumpuan) kita bisa lihat bahwa tulangan lentur

yang terpasang adalah

111
Tulangan tarik = 3D19 = 850,155 mm2 > 510,359 mm2

Tulangan tarik = 2D19 566,770 mm2 > 510,359 mm2

Dariperhitungan diatas , dapat dilihat bahwa tulangan lentur yang terpasang

sudah melebihi luasan torsi yang dibutuhkan, sehingga tidakperlu ada

perubahan atau tambahan pada tulangan torsi yang terlertak pada bagian

tengah tinggi balok

Tulangan longitudinal torsi

510,359 510,359 510,359


n= =1 =1 = 1,8 ≈ 2
𝐴𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 ×𝜋×𝐷 2 ×𝜋×192
4 4

jadi tulangan longitudinal yang digunakan adalah 2D19 mm. Tulangan ini

digunakan disepanjang balok yang diletakkan ditengah tinggi baok. Dengan

kata lain, tumpuan dan lapangan adalah sama

Step-6: Cek kapasitas kuat torsi nominal

Penulangan torsi telah dilakukan pada step 1-5 dan pada tahap ini akan

dipastikan bahwa tulangan yang didesain telah memenuhi persyaratan Sni

2847-2019. Terdapat dua syarat yang harus terpenuhi semuanya. Bila salah

satu syarat tidak terpenuhi, maka perlu dilakukan desain ulang. Adapun

perhitungan detailnya adalah:

Syarat-1:

2𝐴0 𝐴𝑡 𝑓𝑦𝑡
Tn = cotθ
𝑠

2𝑥97.240×117,75×240
Tn = × 𝑐𝑜𝑡 45 = 54,951,677 N.mm
100

112
Cek:

∅Tn ≥ Tu

0,75× 54.951.667≥ 40.000.000 N. mm

41.213.758 N. mm≥ 40.000.000 N. mm

Syarat-2:

2𝐴0 𝐴𝑡 𝑓𝑦𝑡
Tn = tanθ
𝑠

2𝑥97.240×1.531,076×400
Tn = × 𝑐𝑜𝑡 45 = 54,951,677 N.mm
1.480

Cek:

∅Tn ≥ Tu

0,7580.476.665≥ 40.000.000 N. mm

60.357.499 N. mm≥ 40.000.000 N. mm

Dengan terpenuhi dua persyaratan yang diatur SNI 2847-2019, maka dapat

disimpulkan bahwa desain tulanagan torsi mampu menahan momen torsi

rencana. Adapun hasil akhir dari desain balok dapat dilihat pada gambar 4.8.

penempatan kaki tulangan geser tulangan praktis ini dianggap tidak

menyumbang kekuatan sama sekali dalam balok. Tulangan ini hanya

mempermudah proses aplikasi dilapangan.

113
4.3.4 Perhitungan Struktur Kolom

sebuah struktur kolom bergoyang ( sway ) dengan tinggi 4.000 mm,

dikekang oleh balok pada ujung atas dan ujung bawah nya, kolom tersebut terletak

pada lantai 3A dari sebuah struktur gedung, gedungn tersebut direncanakan mampu

memikul beban gempa. rencanakan penulangan kolom tersebut agar memikul

beban rencana. adapun detail properties kolom adalah sebagai berikut :

Gambar 4.2.10 : Tampak Memanjang Gedung Rumah Sakit


Sumber Data Penelitian

properties penampang dan material

h = 500 mm

ƒ’c = 35 Mpa ( 4 ksi )

ƒy = 400 Mpa ( 5 ksi )

D = 22 mm ( Tulangan longitudinal)

Øs = 12 mm ( Tulangan Transversal )

ts = 40 mm ( Tebal Selimut Beton )

114
Tabel : Hasil Output Momen Ultimit Kolom Lantai 3A

Fra Statio OutputC CaseType StepTy P V2 M3


me n ase pe
Text m Text Text Text kn-m kn-m kn-m
3074 5 COMB5 Combinati Max - 4751, 38907,
on 342191, 14 3
1
3074 5 COMB7 Combinati Max - 5748, 20213,
on 176214, 37 91
94
3074 0 COMB7 Combinati Max - 5748, 14276,
on 179554, 37 92
3
3074 0 COMB5 Combinati Max - 4751, 11979,
on 347919, 14 87
42
3074 5 COMB6 Combinati Max - 3,42 10735,
on 348050, 73
46
3074 5 COMB8 Combinati Max - 1000, 8046,6
on 182074, 66 1
3
3074 0 COMB8 Combinati Max - 1000, 2646,2
on 185413, 66 5
66
3074 2,5 COMB5 Combinati Max - 4751, 1703,0
on 345055, 14 1
26
3074 2,5 COMB7 Combinati Max - 5748, 1506,9
on 177884, 37 8
62
3074 2,5 COMB6 Combinati Max - 3,42 820,93
on 350914,
62
3074 2,5 COMB8 Combinati Max - 1000, 624,9
on 183743, 66
98
3074 0 COMB6 Combinati Max - 3,42 349,2
on 353778,
78
Sumber : Data Penelitian

115
Beban Rencana

Beban rencana dari struktur kolom diproleh dari analisa struktur 2D dengan

menggunakan SAP 2000. beban yang dilibatkan adalah beban gravity ( gravitasi )

dan beban eartquake (gempa ) . karena struktur akan direncanakan menerima beban

lateral berupa gempa, kolm tersebut dipastikan merupakan struktur kolom

bergoyang ( sway ).

1. Parameter pendukung

parameter yang dihitung adalah prameter terkait material dan penampang

properties dari balok dan kolom, serta akan digunakan pada perhitungan

selanjutnya.

• parameter material

Ec = 4.700√ƒ𝑐 = 4.700 × √35 = 27805,5749 Mpa

Ec = 200.000 Mpa

• Parameter penampang kolom


1 1
I = 12bh3 = 2 × 500 × 5003 = 5,208.109 mm4

1 5.208 .109
r =√𝐴 = √ 500 ×500 = 144 mm
𝑔

I = 4.000 mm ( tinggi dihitung dari as ke as)


1 1
Iu = 4.000 – ℎ𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 − ℎ𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 ( tinggi bersih kolom )
2 2

1 1
Iu = 4.000 − 2 600 − 2600 = 3.400 mm

• parameter penampang balok


1 1
I = 2bh3 = 2 × 300 × 6003 = 5,40 . 109 mm

I = 6.000 mm ( panjang balok dihitung dari as ke as )

116
• Nilai d’ penampang kolom

1 1
d’ = ts + Øs + 2 𝐷 = 40 + 12 + (2 × 22) = 63 𝑚𝑚

• Nilai γ penampang kolom

(ℎ−(2𝑑)) ( 500 –( 2×63))


γ= = = 0,748 ≈ 0,8
ℎ 500

2. Nilai kekakuan struktur kolom (k)

Dalam menentukan nilai k, akan digunakan alat bantu desain primer yang

dikenal dengan istilah jackson and moreland aligument chart yang terdapat

dalam SNI 2847-2019;gambar 6.25 ; hal – 93 adapun dalam buku ini disajikan

pada gambar 5.11 berikut perhitungan detailnya :

• Parameter pada bagian atas kolom

𝐸𝐼 𝐸𝐼 𝐸𝐼
𝛴( )𝐾𝑂𝐿𝑂𝑀 ( )𝐾4+( )𝐾3
ᴪA = ⎱
𝐸𝐼
=

𝐸𝐼

𝐸𝐼
𝛴( )𝐵𝐴𝐿𝑂𝐾 ( )𝐵1+( )𝐵2
⎱ ⎱ ⎱

27,805 ×5,208.109 27,805 ×5,208.109


( )𝐾4 +( )𝐾3
4.000 4000.
ᴪA = 25,742 ×5,40.109 25,742 ×5,40.109
( 6.000
)𝐵1 +( 6.000
)𝐵2

ᴪA = 1,56

• Parameter pada bagian bawah kolom

𝐸𝐼 𝐸𝐼 𝐸𝐼
𝛴( )𝐾𝑂𝐿𝑂𝑀 ( )𝐾3 +( )𝐾2
⎱ ⎱ ⎱
ᴪB = 𝐸𝐼
= 𝐸𝐼 𝐸𝐼
𝛴( )𝐵𝐴𝐿𝑂𝐾 ( )𝐵3 +( )𝐵4
⎱ ⎱ ⎱

24.870 ×5,208.109 24,870 ×5,208.109


( 4.000
)𝐾3 +( 4000.
)𝐾2
ᴪB = 24.870 ×5,40.109 24,870 ×5,40.109
( 6.000
)𝐵3 +( 6.000
)𝐵4

ᴪB = 1,56

117
Gambar 4.2.11 : Aligment Chart.
Sumber : Data Penelitian

Hasil dari dua parameter (ᴪA & ᴪB ) bernilai sama dikarenakan dimensi

kolom dan balok yang merangkai adalah sama. dengan memperoleh nilai ᴪA

& ᴪB, maka nilai k = 1,49

3. Analisa kelangsingan kolom

Setelah memperoleh nilai k, selanjutnya menetukan parameter

kelangsingan kolom yang ditinjau. sebelumnya harus dilakukan pemeriksaan

kelangsingan kolom kebaikan atau untuk kolom bergoyang, pengaruh

kelangsingan bisa diabaikan bila memenuhi persyaratan yang di atur dalam

SNI 2847-2019, yaitu :

𝑘.𝐼𝑢
≤ 22
𝑟

1.49 × 3.400
≤ 22
144

35,1 ≤ 22

118
sehingga pengaruh kelansingan harus di perhitugkan pengaruh

kelangsingan akan dinyatakan dengan pengaruh adanya pembesaran pada

momen.

4. Analisa pembesaran momen (δs)

Parameter ΣPu merupakan jumlah seluruh beban vertikal terfaktor yang

bekerja pada tingkat yang ditinjau umumnya yang diambil adalah dari

kombinasi 1,2D + 1,6 𝐿, karena nilai nya terbesar untuk gaya aksial

dibandingkan dengan kombinasi lainnya.pada kasus ini.

Nilai Σpu diperoleh dari jumlahan 24 kolom dalam satu lantai yang

ditinjau ( lantai -3 ) nilai total yang diproleh dari analisa SAP 2000 dari

Kombinasi beban 1,2 D + 1,6 L AD adalah ΣPu =30,384 Kn.

• menghitung nilai (EI)eff akan digunakan memiih salah satu persamaan

di SNI 2847-2019, pasal 6.6.4.4.4 dalam kasus ini akan digunakan

persamaan yang lebih sderhana guna mempermudah proses

perhitungan, yaitu:

0,4𝐸𝑐𝐼𝑔
(EI)eff =
1+𝛽𝑑𝑛𝑠

dimana
𝑝𝑢 ( 1,2 𝐷 +1,6 𝐿 ) 1.265,923
βdns = = = 1,016
𝑃𝑈 ( 1,2 𝐷 +𝐿 +𝑄) 1.245,7

• Pembesaran momen (M1 & M2 )

M1 = M1ns + δsM1s = 0,048 + (1,184 × 291,094) = 344,703 kNm

M2 = M2ns + δsM2s = 0,0696 + (1,184 × 328,550) = 389,073 kNm

119
Dari dua nilai momen tersebut, akan diambil nilai yang terbesar sebagai

nilai momen ultimate Mu. Sedangkan nilai Pu, diambil nilai aksial terbesar

akibat beban gravitasi. Jadi nilai Mu & Pu.

Pu = 1.265,923 kN = 1.265.923 N

Mu = 389,073 kNm = 389.073.000 Nmm

• Besaran eksentrisitas (e) pada kolom

𝑀𝑢 389.073.000
e= = = 307 mm
𝑃𝑢 1.265.923

• Nilai rasio tulangan (p) berdasarkan diagaram interaksi P – M.

Berikut nilai koordinat sumbu –x dan sumbu –y dari diagram interaksi

dengan menggunakan parameter yang telah dihitung sebelumnya.

Sumbu –x

1.265.923
𝑃𝑛𝑒 (𝑃𝑢/𝜙)𝑒 ( )×307
0,65
Rn = = = = 0,13
𝑓𝑐′ 𝐴𝑔ℎ 𝑓𝑐′ 𝐴𝑔ℎ 35 ×(500×500)×500

Sumbu –y

1.265.923
𝑃𝑛𝑒 (𝑃𝑢/𝜙) ( )
0,65
Kn = = = = 0,22
𝑓𝑐′ 𝐴𝑔 𝑓𝑐′ 𝐴𝑔 35 ×(500×500)

Dikarenakan diagram yang dipilih masih menggunakan satuan SI, maka

perlu diselesaikan dengan nilai material properties yang digunakan. Sehingga

diagram interaksi yang sesuai dengan material properties adalah R4-60.8.

Adapun nilai rasio tulangan kolom yang diperoleh adalah p = 0,018 atau 1,8

%.

120
5. Penentuan formasi tulangan.

Setelah ditentukan rasio tulangan, selanjutnya adalah memastikan bahwa

dengan rasio tersebut, tulangan bias terpasang pada kolom. Hal yang perlu

diperhatikan adalah jarak bersih antar tulangan yang disarankan harus lebih

besar dari yang disyaratkan.

• Jumlah total tulangan longitudinal

As,total = ρbh = 0,018 × 500 × 500 = 4.500 mm2

Sehingga jumlah tulangan longitudinal yang digunakan adalah

𝐴𝑠,𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 4.500
n= 1 =1 = 11,8 ≈ 12 tulangan
𝜋𝐷2 𝜋222
4 4

Tulangan tersebut akan disebar pada empat sisi kolam dengan perencanaan

4 tulangan pada tiap sisi kolam. Untuk itu perlu dipastikan bahwa jarak bersih

antar tulangan memenuhi syarat SNI 2847-2019; Pasal 25.2.3; Hal-560. Pada

pasal tersebut bahwa spasi bersih antar tulangan harus tidak kurang dari nilai

terbesar dari :

s ≥ 40 mm

atau

s ≥ 1,5 db =1,5 × 22 = 33 mm

atau

4 4
s ≥ (3)daggregat = (3) × 30 mm = 40 mm

121
Jadi syarat jarak bersih adalah s ≥ 40 mm. Adapun rumus menghitung

jarak bersih adalah:

𝑏−(2 × 𝑡𝑠 )−(2 × ∅𝑠 )−(𝑛 ×𝐷)


s=
(𝑛−1)

Jarak untuk 4 tulangan:

𝑏−(2 × 𝑡𝑠 )−(2 × ∅𝑠 )−(𝑛 ×𝐷)


s=
(𝑛−1)

500−(2×40)−(2×12)−(4×22)
s= = 102,67 mm > 40 mm
(4−1)

Sehingga disimpulkan bahwa perencanaan formasi tulangan memungkinkan

untuk diterapkan. Adapun hasilnya adalah seperti dibawah ini:

Gambar 4.2.12 : Desain tulangan kolom


Sumber : Data Penelitian

Pada umumnya, struktur kolom yang rasio tulangannya diperoleh dari

diagram interaksi, sudah pasti telah memenuhi syarat kekuatan. Bila tidak,

maka titik pertemuan akan berada diluar grafik yang tersedia pada diagram

interaksi yang digunakan.

122
4.4 Pembahasan

Pembahasan pada penelitian “Analisis struktur kolom dan balok pada

pembangunan Rumah Sakit Regina Maris Brigjend Katamso Medan saya

camtumkan pada tabel dibawah ini :

Tabel 7 : Perhitungan struktur kolom dan balok berdasarkan SNI – 2847


2013 dan SNI – 2847 2019.

Struktur Balok (400 x


600) cm. SNI – 2847 2013 SNI – 2847 2019
1. Kuat Lentur Balok
Momen Ultimit (Mu) 303,10 kNm 323,39 kNm
Jum. Tul. Tekan (n1) 4 Buah 4 Buah
Jum. Tul. Tarik (n2) 7 Buah 8 Buah
Diameter Tul. 19 𝑚𝑚2 19 𝑚𝑚2
As 1047 2267 𝑚𝑚2
A’s 799 𝑚𝑚2 1134 𝑚𝑚2
Kuat Nominal & Cek 346,163 kN-m 387,126 kN-m
Kapasitas Balok ≥303,10 kN-m ≥323,39 kN-m
(Memenuhi (Memenuhi
persyaratan) persyaratan)

2. Kuat Geser Balok


Geser Ultimite (Vu) 268,540 N 406,567 N
Syarat Menerima 406,567 N ≤
Beban Geser 982.864 𝑁
- (𝑀𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡)

Klasifikasi Nilai Vu 207,734 𝑁 ≤ 406,567 𝑁


(Daerah Tumpuan) ≤ 595,96 𝑁
- (𝑀𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡)
(Cek Kategori 4)
Klasifikasi Nilai Vu 206,045 N ≤ 261,500 𝑁
(Daerah Lapangan) ≤ 595,96 N
- (𝑀𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡)
(Cek Kategori 4)

123
3. Kuat Momen Torsi
Torsi Maksimal - 40.000.000 N.mm
Sengkang - 3∅14 − 100 𝑚𝑚

Tul. Tarik Tumpuan 3D19 = 850,155 mm2 >


510,359 mm2
- 2D19 566,770 mm2 >
510,359 mm2

Cek Kapasitas Kuat Syarat 1


Torsi Nominal ∅Tn ≥ Tu
41.213.758 N. mm≥
40.000.000 N. Mm
- Syarat 2
∅Tn ≥ Tu
60.357.499 N. mm≥
40.000.000 N. Mm

4. Struktur Kolom
D 22 mm 22 mm
Øs 12 mm 12 mm
fy 400 Mpa 400 Mpa
Mu 693.260.000 Nmm 389.073.000 Nmm
Pu 4.515.000 N 1.265.923 N
Jumlah Tul. (n) 12 Tulangan 12 Tulangan
Sumber Data Penelitian

124
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari analisis menggunakan Program SAP 2000 dan hasil

perhitungan yang didapatkan berdasarkan SNI 2847 – 2019 memiliki perbedaan

yang tidak jauh bedanya dengan SNI 2847 – 2013, sebagai hasil diperoleh desain

penulangan balok menggunakan metode SNI 2847 – 2019 diperoleh As = 8D-19

mm2 dan A’s = 4D-19 mm2, sedangkan berdasarkan metode SNI 2847 – 2013

diperoleh As = 7D-19 mm2 dan A’s = 4D-19 mm2. Dan untuk perhitungan struktur

pada kolom tidak memiliki perbedaan pada kebutuhan penulangan kolom. Hal yang

memungkinkan adanya perbedaan hasil perhitungan struktur balok yaitu pada

program yang digunakan dalam menganalisis struktur, dimana perhitungan struktur

pada proyek berdasarkan SNI 2847 – 2013 menggunakan program ETABS

sedangkan pada penelitian ini menggunakan program SAP 2000 V14, sehingga

nilai gaya aksial, gaya geser, dan momen yang di dapatkan berbeda antara program

ETABS dan program SAP 2000 V14. Sama halnya pada penelitian terdahulu yang

sudah dicantumkan pada penelitian ini membuktikan bahwa untuk perbandingan

“analisis portal struktur menggunakan metode Takabeya dan Program SAP 2000.”

Dalam penelitian ini menampilkan perbedaan antara hasil output momen ultimit

lebih besar 2% pada program SAP 2000 dibandingkan hasil output momen pada

metode Takabeya sedangkan untuk untuk nilai gaya aksial dan gaya geser

menggunakan program SAP 2000 jauh lebih besar mengunakan metode Takabeya.

125
5.2 Saran

1. Dalam Menganalisa struktur menggunakaan program software perlu

memahami struktur gambar dari bangunan terlebih dahulu dengan

berpatokan pada program autocad.

2. Selanjutnya memahami Struktur penggambaran dari autocad maka

akan dilanjutkan dengan memahami dari tiap elemen struktur yang

akan ditinjau yaitu : balok, kolom dan diaplikasikan pada program

SAP 2000.

3. Setelah mendapatan hasil Analisa dari Program SAP 2000 maka

akan dilakukan perhitungan menggunakan perhitungan berdasarkan

Metode SNI 2847 – 2019.

4. Kemudian dilakukan perbandingan Analisa terhadap bangunan yang

di Analisa sendiri dengan Analisa dari proyek berdasarkan program

SAP 2000.

5. Terakhir akan dilakukan perbandingan perhitungan manual dengan

metode SNI 2847 – 2019 dengan perhitungan manual dari proyek

yang menggunakan metode SNI 2847 – 2019.

126
DAFTAR PUSTAKA

BSN, 2013. Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung, SNI 2847 –

2013, ICS 91.080.40, Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional. 2019. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk

Bangunan Gedung, SNI 03-2847-2019. Jakarta : Standar Nasional Indonesia.

Badan Standarisasi Nasional. 2019. Peraturan Pembebanan Minimum Untuk

Bangunan Gedung Dan Struktur Lain, SNI 1727-2019. Jakarta : Standar Nasional

Indonesia.

Badan Standarisasi Nasional. 2019. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa

Untuk Bangunan , SNI 03-1726-2019. Jakarta : Standar Nasional Indonesia.

SNI-1726.(2019).Standar Desain Ketahanan Gempa untuk Struktur Gedung dan

Non-Gedung. Badan Standarisasi Nasional,Jakarta.

SNI-2847.(2019).Persyaratan Beton Struktural Untuk Gedung. Badan Standarisasi

Nasional. Jakarta.

SNI-2052.(2017) Baja Tulangan Beton. Badan Standarisasi Nasional Indonesia,

Jakarta.

127
LAMPIRAN

Gambar 1 : Pemodelan Struktur 3D

Gambar : Denah Kolom


Gambar : Denah Balok Lantai 1
Gambar : Denah Balok Lantai 2
Gambar : Denah Balok Lantai 3
Gambar : Denah Balok Lantai 3A
Gambar : Denah Balok Lantai 5
Gambar : Denah Balok Lantai 6
Gambar : Denah Balok Lantai 7
Gambar : Denah Balok Lantai 8
Gambar : Denah Balok Lantai 9
Gambar : Denah Balok Lantai 10
Gambar : Denah Balok Lantai Atap 1
Gambar : Denah Balok Lantai Atap 2
Gambar : Detail Kolom BS 1, BS 2, Lt 1, Lt 2
Gambar : Detail Kolom BS 1, BS 2, Lt 1, Lt 2, Lt 3
Gambar : Detail Kolom Lt 1, Lt 2, Lt 3, Lt 3A, Lt5
Gambar : Detail Kolom BS 1, BS 2
Gambar : Detail Kolom BS 1, BS 2
Gambar : Detail Kolom BS 1, BS 2, Lt 1, Lt2
Gambar : Detail Kolom BS 1, BS 2, Lt 1, Lt2
Gambar : Detail Kolom Lt 1, Lt2
Gambar : Detail Kolom Lt 3, Lt 3A, Lt 5, Lt 6, Lt 7
Gambar : Detail Kolom Lt 8, Lt 9, Lt 10
Gambar : Detail Kolom BS 1, BS 2, Lt 1, Lt 2
Gambar : Detail Kolom Lt 3A, Lt 5, Lt 7, Lt 9
Gambar : Detail Kolom Lt 8, Lt 9, Lt 10, Lt Atap

Anda mungkin juga menyukai