Anda di halaman 1dari 28

BUKU INFORMASI

MEMBANTU JALAN PADA LANSIA YANG LUMPUH


SEBELAH

T.970000.048.02

BLK-LN
CITRA ABDI PERTIWI
DUSUN JAMBEAN DS JAMBEAN KECAMATAN KRAS

KABUPATEN KEDIRI
KODE UNIT : T.970000.048.02
JUDUL UNIT : Membantu Jalan pada Lansia yang Lumpuh Sebelah

DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan,keterampilan,


dan sikap yang dibutuhka dalam melatih jalan pada lansia yang
lumpuh sebelah (hemiplegia) se-bagai bagian dari memenuhi
kebutuhan dasar pelayanan
lansia di rumah ataupun tinggal di panti.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Menyiapkan Lansia 1.1 Salam terapeutik disampaikan kepada


lansia
1.2 Pemberitahuan prosedur untuk melatih
jalan pada lansia disampaikan dengan
jelas meliputi tujuan dan caranya

2. Menyiapkan peralatan 2.1 Alat dan bahan dipersiapkan sesuai jenis


dan bahan dan kegunaanya
2.2 Kebutuhan alat dan bahan diperhatikan
jangan sampai ada yang rusak dan
membahayakan lansia

3. Melakukan pelatihan 3.1 Alat dan bahan dipergunakan sesuai


jalan fungsinya.
3.2 Lansia dilatih jalan menggunakan alat
sesuai kondisi lansia
3.3 Keadaan umum lansia diperiksa jangan
sampai menurun
3.4 Privasi dan kesehatan lansia dijaga
sesuai standar minimal pelayanan

4. Membereskan peralatan 4.1 Peralatan dibersihkan dan diperiksa ke-


adaanya
4.2 Peralatan disimpan pada tempat semula

5. Melaporkan hasil pela- 5.1 Kemajuan lansia di dalam pelatihan di-


tihan lansia catat
5.2 Hasilnya dilaporkan pada keluarga dan
dokter keluarga

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit kompetensi ini berlaku untuk melatih jalan pada lansia yang lum-puh sebelah,
merupakan pelayanan kesehatan pada lansia dalam rangka pemenuhan kebutuhan
dasar dalam perawatan lansia.
1.2 Persyaratan yang harus dipenuhi untuk melaksanakan unit kompe-tensi ini adalah
1.2.1 SOP yang relevan;

1.2.2 Set peralatan;


1.2.3 Program mobilisasi.
1.3 Apabila lansia tinggal di rumah biasanya dilakukan pelaporan lisan terhadap
keluarga lansia.

2. Peralatan dan perlengkapan yang diperlukan


2.1 Peralatan
2.1.1 Wolker atau krueg
2.1.2 Anak Tangga
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Tensimeter
2.2.2 Jam tangan/pulse steler
2.2.3 Stetoskop

3. Peraturan yang diperlukan


(Tidak ada.)

4. Norma dan standar


4.1 Norma
Kebiasaan lansia dan keluarganya
4.2 Standar
(Tidak ada.)

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
Unit Kompetensi ini dinilai dalam lingkungan yang aman terhadap individu pelayan
kesehatan,untuk pengetahuan dengan cara lisan, wawancara atau tertulis adapun
keterampilan serta sikap kerja dapat dilakukan di tempat kerja maupun secara observasi
demonstrasi, bagi yang berpengalaman dan memiliki bukti pendukung yang sudah
memadai, penilaian dapat dilakukan dengan portofolio sesuai dengan standar perawatan
lansia.

2. Persyaratan kompetensi
2.1 T.970000.058.02 : Mengukur suhu badan dan menghitung denyut
nadi lansia
2.2 T.970000.059.02 : Mengukur tekanan darah dan Menghitung
Pernafasan Lansia
2.3 T.970000.007.02 : Melakukan Komunikasi dengan Menggunakan
Bahasa Negara Penempatan

3. Pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan


3.1 Pengetahuan
3.1.1 Posisi anatomis manusia
3.1.2 Tujuan dan langkah-langkah mobilisasi
3.2 Keterampilan yang diperlukan:
3.2.1 Etika bertugas di dalam perawatan
3.2.2 Cara melatih lansia lumpuh sebelah/hemiplegia

4. Sikap kerja yang diperlukan


4.1 Sabar dalam menghadapi lansia
4.2 Menerapkan SOP secara disiplin

5. Aspek kritis
5.1 Lansia dilatih jalan menurut SPM.
5.2 Keadaan umum lansia diperiksa jangan sampai menurun.
5.3 Privasi dan kesehatan lansia dijaga sesuai standar minimal pelayanan
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Tujuan Umum.................................................................................................................
B. Tujuan Khusus................................................................................................................
BAB II ELEMEN I MENYIAPKAN LANSIA........................................................................
1. Pengetahuan Yang Diperlukan Dalam Menyiapkan Lansia...................................................
KUK 1.1 Salam terapeutik disampaikan kepada lansia.........................................................
KUK 1.2 Pemberitahuan prosedur untuk melatih jalan pada lansia disampaikan dengan
jelas meliputi tujuan dan caranya.......................................................................................
2. Keterampilan Yang Diperlukan Dalam Menyiapkan Lansia..................................................
3. Sikap Kerja Dalam Menyiapkan Lansia.................................................................................
BAB III ELEMEN II MENYIAPKAN PERALATAN DAN BAHAN..................................
1. Pengetahuan yang Diperlukan Dalam Menyiapkan Peralatan dan Bahan..............................
KUK 2.1 Alat dan bahan di persiapkan sesuai jenis dan kegunaannya ................................
KUK 2.2 Kebutuhan alat dan bahan diperhatikan jangan sampai ada yang rusak dan
membahayakan lansia.........................................................................................................
2. Keterampilan Yang Diperlukan Dalam Menyiapkan Peralatan dan Bahan ...........................
3. Sikap Kerja Dalam Menyiapkan Peralatan dan Bahan...........................................................
BAB III ELEMEN II MELAKUKAN PELATIHAN JALAN...............................................
1. Pengetahuan Yang Diperlukan Dalam Melakukan Pelatihan Jalan........................................
KUK 2.1 Alat dan bahan dipergunakan sesuai fungsinya ...............................................
KUK 2.2 Lansia dilatih jalan menggunakan alat sesuai kondisi............................................
KUK 2.3 Keadaan umum lansia diperiksa jangan sampai menurun......................................
KUK 2.4 Privasi dan kesehatan lansia di jaga sesuai standar minimal pelayanan................
1. Keterampilan Yang Diperlukan Dalam Melakukan pelatihan jalan.......................................
2. Sikap Kerja Dalam Melakukan Pelatihan Jalan......................................................................
BAB IV ELEMEN III MEMBERESKAN PERALATAN......................................................
1. Pengetahuan Yang Diperlukan Dalam Membereskan Peralatan............................................
KUK 3.1 Peralatan dibersihkan dan diperiksa keadaanya.....................................................
KUK 3.2 Peralatan disimpan pada tempat semula.................................................................
2. Keterampilan Yang Diperlukan Dalam Membereskan Peralatan...........................................
3. Sikap Kerja Dalam Membereskan Peralatan..........................................................................
BAB V ELEMEN IV MELAPORKAN HASIL PELATIHAN LANSIA..............................
1. Pengetahuan Yang Diperlukan Dalam Melaporkan Hasil Pelatihan Lansia...........................
KUK 4.1 Kemajuan lansia di dalam pelatihan dicatat...........................................................
KUK 4.2 Hasilnya dilaporkan pada keluarga dan dokter keluarga........................................
1. Keterampilan Yang Diperlukan Dalam Melaporkan Hasil Pelatihan Lansia.........................
2. Sikap Kerja Yang Diperlukan Dalam Melaporkan Hasil Pelatihan Lansia............................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Tujuan Umum
Setelah mempelajari modul ini peserta pelatihan diharapkan mampu membantu jalan
pada lansia yang lumpuh sebelah.

B. Tujuan Khusus
Dengan mempelajari unit kompetensi melalui buku informasi untuk memfasilitasi
peserta membantu jalan pada lansia yang lumpuh sebelah sehingga pada akhir pelatihan
peserta diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Menyiapkan lansia meliputi Salam terapeutik disampaikan kepada lansia,
Pemberitahuan prosedur untuk melatih jalan pada lansia disampaikan dengan jelas
meliputi tujuan dan caranya.
2. Menyiapkan peralatan dan bahan meliputi Alat dan bahan di persiapkan sesuai jenis
dan kegunaannya, Kebutuhan alat dan bahan diperhatikan jangan sampai ada yang
rusak dan membahayakan lansia.
3. Melakukan pelatihan jalan meliputi Alat dan bahan dipergunakan sesuai
fungsinya, Lansia dilatih jalan menggunakan alat sesuai kondisi lansia, Keadaan
umum lansia diperiksa jangan sampai menurun, Privasi dan kesehatan lansia di jaga
sesuai standar minimal pelayanan.
4. Membereskan peralatan meliputi Peralatan dibersihkan dan diperiksa keadaanya,
Peralatan disimpan pada tempat semula.
5. Melaporkan hasil pelatihan lansia meliputi Kemajuan lansia di dalam pelatihan
dicatat, Hasilnya dilaporkan pada keluarga dan dokter keluarga.
BAB II
ELEMEN I MENYIAPKAN LANSIA
1. Pengetahuan Yang Diperlukan Dalam Menyiapkan Lansia
KUK 1.1 Salam terapeutik disampaikan kepada lansia
Salam terapeutik merupakan komunikasi yang direncakan secara sadar,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Atau bisa
diartikan komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan
pengertian antar perawat dengan pasien, persoalan mendasar dan komunikasi
ini adalah adanya saling membutuhkan antara perawat dan pasien, sehingga
dapat dikategorikan kedalam komunikasi pribadi diantara perawat dan pasien,
perawat membantu dan pasien menerima bantuan
Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang bisa dikesampingkan,
namun harus direncanakan, disengaja, dan merupakan tindakan profesional.
Akan tetapi, jangan sampai karena terlalu asyik bekerja, kemudian melupakan
pasien sebagai manusia dengan beragam latar belakang dan masalahnya
 Manfaat Komunikasi Terapeutik
Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan
menganjurkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan
perawat dan pasien. Mengidentifikasi. mengungkap perasaan dan mengkaji
masalah dan evaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat

 Tujuan Komunikasi Terapeutik


Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan
dan pikiran serta dapat mengambil tindakan yang efektif untuk pasien,
membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri
KUK 1.2 Pemberitahuan prosedur untuk melatih jalan pada lansia disampaikan
dengan jelas meliputi tujuan dan caranya
a. Tongkat
 Tongkat adalah  alat yang ringan, dapat dipindahkan, setinggi pinggang
dan terbuat dari kayu atau logam.
 Tujuan
Mempertahankan tonus otot, meningkatkan peristaltik usus sehingga
mencegah obstipasi, memperlancar peredaran darah, mempertahankan
fungsi tubuh, mengembalikan pada aktivitas semula.
 Tekhnik berjalan dengan tongkat:
1. Cuci tangan untuk mengurangi transmisi organisme
2. Jelaskan prosedur dan tujuan dilakukan tindakan tersebut pada klien
3. Gunakan tongkat pada sisi tubuh klien yang terkuat
4. Jelaskan pada klien untuk memegang tongkat dengan tangan yang sehat
5. Klien mulai melangkah dengan kaki yang terlemah, bergerak maju
dengan tongkat, sehingga berat badan klien terbagi antaratongkat dan
kaki yang terkuat
6. Kaki yang terkuat maju melangkah setelah tongkat, sehingga kaki
terlemah dan berat badan klien disokong oleh tongkat dan kaki terkuat.
7. Berjalanlah disisi bagian tungkai klien yang lemah.
8. Klien kemungkinan jatuh ke arah bagian tungkai yang lemah tersebut.
9. Ajak klien berjalan selama waktu atau jarak yang telah ditetapkan
dalam rencana keperawatan.
10. Jika klien kehilangan keseimbangan atau kekuatannya dan tidak segera
pulih, masukkan tangan anda keketiak klien, dan ambil jarak berdiri
yang luas untuk mendapatkan dasar tumpuan yang baik. Sandarkan
klien pada pinggul  andasampai tiba bantuan, atau rendahkan badan
andadan turunkan klien secara perlahan ke lantai
11. Dokumentasikan kemajuan klien.
b. Kruk

 Kruk yaitu tongkat atau alat bantu untuk berjalan, biasanya digunakan secara
berpasangan yang di ciptakan untuk mengatur keseimbangan pada saat akan
berjalan.
 Tujuan Penggunaan Kruk
Meningkatkan kekuatan otot,pergerakan sendi dan kemampuan
mobilisasi,menurunkan resiko komplikasi dari mobilisasi, menurunkan
ketergantungan pasien dan orang lain, meningkatkan rasa percaya diri klien

 Tekhnik penggunaan kruk


1. Pastikan panjang kruk sudah tepat
2. Bantu klien mengambil posisi segitiga, posisi dasar berdiri menggunakan
kruk sebelum mulai berjalan.
3. Ajarkan klien tentang salah satu dari empat cara berjalan dengan kruk
4. Perubahan empat titik atau cara berjalan empat titik memberi kestabilan
pada klien, tetapi  memerlukan panahanan berat badan pada kedua tungkai.
Masing-masing tungkai digerakkan secara bergantian dengan masing-
masing kruk, sehingga sepanjang waktu terdapat tiga titikdukungan pada
lantai
5. Perubahan tiga titik atau cara berjalan tiga titik mengharuskan klien
menahan semua beratbadan pada satu kaki. Berat badan dibebankan pada
kaki yang sehat, kemudian pada kedua krukdan selanjutnya urutan tersebut
diulang. Kaki yang sakit tidak menyentuh lantai selama fase dini berjalan
tiga titik. Secara bertahap klien menyentuh lantai dan semua beban berat
badan bertumpu pada 
6. Cara berjalan dua titik memerlukan sedikitnya pembebanan berat badan
sebagian pada masing-masing kaki. Kruk sebelah kiri dan kaki kanan  maju
bersama-sama. Kruk sebelah kanan dan kaki kiri maju bersama-sama.
7. Cara jalan mengayun  ke kruk ( swing to gait), klien yang mengalami
paralisi tungkai dan pinggul dapat menggunakan cara jalan mengayun ini.
Penggunaan cara ini dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan
atrofi otot yang tidak terpakai. Minta klien untuk menggerakkan kedua kruk
kedepan  secara bersamaan.pindahkan berat badan kelengan dan mengayun
melewati kruk.
8. Cara jalan mengayun melewati kruk ( swing throughgait)
9. Cara jalan ini sangat memerlukan ketrampilan,kekuatan dan koordinasi
klien. Minta klien untuk menggerakkan kedua kruk kedepan secara
bersamaan. Pindahkan berat  badan ke lengan dan mengayun melewati kruk.
10. Ajarkan klien menaiki dan menuruni tangga
Naik:
1. Lakukan posisi tiga titik
2. Bebankan berat badan pada kruk
3. Julurkan tungkai yang tidak sakit antara kruk dan anak tangga
4. Pindahkan beban berat badan dari kruk ketungkai yang tidak sakit 
5. Luruskan kedua kruk dengan kaki yang tidak sakit diatas anak tangga 
Turun:
1. Bebankan berat badan pada kaki yang tidak sakit 
2. Letakkan kruk pada anak tangga dan mulai memindahkan berat badan
pada kruk, gerakkan kaki yang sakit kedepan 
3. Luruskan kaki yang tidak sakit pada anak tangga dengan kruk 
4. Ajarkan klien tentang cara duduk di kursi dancara beranjakdari kursi.

5. Duduk:
6. Klien diposisi tengah depan kursi dengan aspek posterior kaki
menyentuh kursi
7. Klien memegang kedua kruk dengan tangan berlawanan dengan tungkai
yang sakit. Jika kedua tungkai sakit kruk ditahan dan pegang pada
tangan klien yang lebih kuat
8. Klien meraih tangan kursi dengan tangan yang lain dan merendahkan
tubuh kekursi
Bangun:
1. Lakukan tiga langkah di atas dalam urutan sebaliknya.
2. Cuci tangan
3. Catat cara berjalan dan   prosedur yang diajarkan serta kemampuan
klien untuk melakukan cara berjalan dalam catatan perawat.
c. Kursi Roda 

Ada dua tipe kursi roda yaitu kursi roda manual dan listrik. Kursi roda listrik
merupakan kursi roda yang digerakkan dengan motor listrik biasanya digunakan
untuk perjalanan jauh bagi penderita cacat atau bagi penderita cacat ganda
sehingga tidak mampu untuk menjalankan sendiri kursi roda, untuk menjalankan
kursi roda mereka cukup dengan menggunakan tuas seperti joystick untuk
menjalankan maju, mengubah arah kursi roda belok kiri atau belok kanan dan
untuk mengerem jalannya kursi roda.
Biasanya kursi roda listrik dilengkapi dengan alat untuk mengecas/mengisi ulang
aki/baterainya yang dapat terus dimasukkan dalam stop kontak dirumah/bangunan
yang dikunjungi.
Kursi roda  manual memiliki bentuk lipat atau rangka kaku.  kursi roda digerakkan
dengan tangan si penderita cacat, merupakan kursi roda yang biasa digunakan
untuk semua kegiatan. Kursi roda manual dapat dioperasikan dengan bantuan
orang lain maupun oleh penggunanya sendiri. Kursi roda seperti ini tidak dapat
dioperasikan oleh penderita cacat yang mempunyai kecacatan ditangan.
 Penatalaksanaan
1. Cuci tangan untuk mengurangi transmisi organisme
2. Jelaskan prosedur pelaksanaan
3. Rendahkan posisi tempat tidur pada posisi terendah sehinggaa kaki klien dapat
menyentuh lantai. Kunci semua roda tempat tidur
4. Letakkan kursi roda sejajar dan sedekat mungkin dengan tempat tidur. Kunci
semua roda dari kursi roda. Bantu  klien pada posisi duduk di tepi tempat tidur
5. Kaji adanya hipotensi ssebelum memindahkan klien dari tempat tidur
6. Ketika klien turun dari tempat tidur, perawat harus berdiri tepat dihadapannya
dan klien meletakkan tangannya dipundak perawat. Selanjutnya, perawat
meletakkan tangannya dipinggang klien.
7. Sementara klien mendorong badannya keposisi berdiri, perawat membantu
mengangkat bagian atas tubuh klien.
8. Klien dibiarkan berdiri selama beberapa detik untuk memastikan tidak adanya
pusing 
9. Perawat tetap berdiri menghadap klien lalu memutar tubuh klien sehingga
membelakangi kursi  roda. Setelah itu, perawat memajukan salah satu kakinya
dan memegang kedua lutut untuk menjaga keseimbangan, kemudian
membantu klien untuk duduk di kursi roda.
d. Walker Kruk

Walker ditujukan bagi klien  yang membutuhkan lebih banyak bantuan  dari yang
bisa diberikan oleh tongkat. Tipe standar walker terbuat dari alumunium yang telah
dihaluskan. Walker mempunyai empat kaki dengan ujung dilapisi karet dan
pegangan tangan yang dilapisi plastik. Walker standar membutuhkan kekuatan
parsial pada kedua tangan dan pergelanga tangan; ekstensor siku yang  kuat, dan
depresor bahu yang kuat pula. Selainitu klien juga harus mampu menahan
setengahberat badan pada kedua tungkai. Walkker dengan empat roda atau walker
beroda tidak perlu diangkat ketika hendak bergerak, namun walker jenis ini kurang
stabil dibandingkan dengan walker jenis standar. Beberapa jenis walker beroda
mempunyai tempat duduk pada bagian belakang sehingga klien dapat duduk untuk
istirahat jika diinginkan.

Walker jenis lain mempunyai dua ujung karet dan dua roda. Klien memiringkan
walker,mengangkat ujung karet sementara rodanya tetap di permukaan tanah,
kemudian mendorong walker tersebut kearah depan.
Perawat mungkin harus menyesuaikan tinggi walker sehingga penyangga tangan
berada dibawah pinggang klien dan siku klien agak fleksi. Walker yang terlalu
rendah dapat menyebabkan klien membungkuk, sementara yang terlalu tinggi
dapat membuat klien tidak dapat meluruskan lengannya.
Cara penggunaan walker kruk
a. Ketika klien membutuhkan bantuan maksimal.
 Gerakkan walker kedepan  kira-kira 15cm sementara berat badan bertumpu pada
kedua tungkai
 Kemudian gerakkan kaki kanan hingga mendekakti walker sementara berat
badan dibebankan pada tungkai kiri dan kedua tangan.
 Selanjutnya, gerakkan kaki kiri hingga mendekati kaki kanan sementara berat
badan bertumpu pada tungkai kanan dan kedua lengan.
b.Jika salah satu tungkai klien lemah

 Gerakkan tungkai yang lemah kedepan secara bersamaan sekitar 15 cm (6 inchi)


sementara berat badan bertumpu pada tungkai yang kuat
 Kemudian, gerakkan tungkai yang lebih kuat ke depan sementara beratbadan
bertumpu pada tungkai lemah dan kedua lengan

2. Keterampilan Yang Diperlukan DalamMenyiapkan Lansia


1. Dapat mengucapkan salam terapeutik yang disampaikan kepada lansia
2. Dapat memberitahuankan prosedur untuk melatih jalan pada lansia disampaikan
dengan jelas meliputi tujuan dan caranya
3. Sikap Kerja Dalam Menyiapkan Lansia
1. Sabar dalam menghadapi lansia
2. Menerapkan SOP secara disiplin
BAB III
ELEMEN II MENYIAPKAN PERALATAN DAN BAHAN

1. Pengetahuan yang Diperlukan Dalam Menyiapkan Peralatan dan Bahan


KUK 2.1 Alat dan bahan di persiapkan sesuai jenis dan kegunaannya
 Macam – macam alat bantu jalan :
1. Tongkat
2. Kruk
3. Kursi Roda
4. Walker Kruk
 Alat bantu dipilih sesuai dengan kebutuhan
Misalnya :
1. Tongkat
Tongkat adalah  alat yang ringan, dapat dipindahkan, setinggi pinggang dan
terbuat dari kayu atau logam. Terdapat 3 jenis tongkat yaitu tongkat standar
yang berbentuk lurus, tongkat kaki tiga dan tongkat kaki empat. Digunakan
untuk Mempertahankan fungsi tubuh dan Mengembalikan pada aktivitas
semula.
Gambar Tongkat

2. Kruk
Kruk yaitu tongkat atau alat bantu untuk berjalan, biasanya digunakan
secara berpasangan yang di ciptakan untuk mengatur keseimbangan pada saat
akan berjalan.
Gambar Kruk

3. Kursi roda
Ada dua tipe kursi roda yaitu kursi roda manual dan listrik. Kursi roda
listrik merupakan kursi roda yang digerakkan dengan motor listrik biasanya
digunakan untuk perjalanan jauh bagi penderita cacat atau bagi penderita cacat
ganda sehingga tidak mampu untuk menjalankan sendiri kursi roda, untuk
menjalankan kursi roda mereka cukup dengan menggunakan tuas seperti
joystick untuk menjalankan maju, mengubah arah kursi roda belok kiri atau
belok kanan dan untuk mengerem jalannya kursi roda.
Kursi roda  manual memiliki bentuk lipat atau rangka kaku.  kursi roda
digerakkan dengan tangan si penderita cacat, merupakan kursi roda yang biasa
digunakan untuk semua kegiatan. Kursi roda manual dapat dioperasikan
dengan bantuan orang lain maupun oleh penggunanya sendiri. Kursi roda
seperti ini tidak dapat dioperasikan oleh penderita cacat yang mempunyai
kecacatan ditangan
Gambar Kursi Roda

Gambar Kursi Roda Manual Gambar Kursi Roda Listrik


4. Walker kruk
Walker ditujukan bagi klien  yang membutuhkan lebih banyak bantuan
dari yang bisa diberikan oleh tongkat. Tipe standar walker terbuat dari
alumunium yang telah dihaluskan. Walker mempunyai empat kaki dengan ujung
dilapisi karet dan pegangan tangan yang dilapisi plastik. Walker standar
membutuhkan kekuatan parsial pada kedua tangan dan pergelanga tangan;
ekstensor siku yang  kuat, dan depresor bahu yang kuat pula. Selainitu klien
juga harus mampu menahan setengahberat badan pada kedua tungkai. Walkker
dengan empat roda atau walker beroda tidak perlu diangkat ketika hendak
bergerak, namun walker jenis ini kurang stabil dibandingkan dengan walker
jenis standar. Beberapa jenis walker beroda mempunyai tempat duduk pada
bagian belakang sehingga klien dapat duduk untuk istirahat jika diinginkan.
Walker jenis lain mempunyai dua ujung karet dan dua roda. Klien memiringkan
walker,mengangkat ujung karet sementara rodanya tetap di permukaan tanah,
kemudian mendorong walker tersebut kearah depan.
Perawat mungkin harus menyesuaikan tinggi walker sehingga penyangga tangan
berada dibawah pinggang klien dan siku klien agak fleksi. Walker yang terlalu
rendah dapat menyebabkan klien membungkuk, sementara yang terlalu tinggi
dapat membuat klien tidak dapat meluruskan lengannya.
Gambar Walker Kruk
KUK 2.2 Kebutuhan alat dan bahan diperhatikan jangan sampai ada yang rusak
dan membahayakan lansia
Alat dan bahan sebelum di gunakan sebaiknya di cek dahulu dan harus
diperhatikan jangan sampai ada yang rusak karena bisa membahayakan pasien ketika
peralatan dan bahan tersebut dugunakan.

2. Keterampilan Yang Diperlukan Dalam Menyiapkan Peralatan dan Bahan


1. Dapat mempersiapkan alat dan bahan sesuai jenis dan kegunaannya
2. Dapat memperhatikan kebutuhan alat dan bahan jangan sampai ada yang rusak dan
membahayakan lansia

3. Sikap Kerja DalamMenyiapkan Peralatan dan Bahan


a. Sabar dalam menghadapi lansia
b. Menerapkan SOP secara disiplin
BAB IV
ELEMEN III MELAKUKAN PELATIHAN JALAN

1. Pengetahuan Yang Diperlukan Dalam Melakukan Pelatihan Jalan


KUK 3.1 Alat dan bahan dipergunakan sesuai fungsinya
 Macam – macam alat bantu jalan :
1. Tongkat
2. Kruk
3. Kursi Roda
4. Walker Kruk
 Alat bantu dipilih sesuai dengan kebutuhan
Misalnya :
1. Tongkat
Tongkat adalah  alat yang ringan, dapat dipindahkan, setinggi pinggang dan
terbuat dari kayu atau logam. Terdapat 3 jenis tongkat yaitu tongkat standar yang
berbentuk lurus, tongkat kaki tiga dan tongkat kaki empat. Digunakan untuk
Mempertahankan fungsi tubuh dan Mengembalikan pada aktivitas semula.

Gambar Tongkat

2. Kruk
Kruk yaitu tongkat atau alat bantu untuk berjalan, biasanya digunakan
secara berpasangan yang di ciptakan untuk mengatur keseimbangan pada saat akan
berjalan.
Gambar Kruk

3. Kursi roda
Ada dua tipe kursi roda yaitu kursi roda manual dan listrik. Kursi roda
listrik merupakan kursi roda yang digerakkan dengan motor listrik biasanya
digunakan untuk perjalanan jauh bagi penderita cacat atau bagi penderita cacat
ganda sehingga tidak mampu untuk menjalankan sendiri kursi roda, untuk
menjalankan kursi roda mereka cukup dengan menggunakan tuas seperti joystick
untuk menjalankan maju, mengubah arah kursi roda belok kiri atau belok kanan
dan untuk mengerem jalannya kursi roda.
Kursi roda  manual memiliki bentuk lipat atau rangka kaku.  kursi roda
digerakkan dengan tangan si penderita cacat, merupakan kursi roda yang biasa
digunakan untuk semua kegiatan. Kursi roda manual dapat dioperasikan dengan
bantuan orang lain maupun oleh penggunanya sendiri. Kursi roda seperti ini tidak
dapat dioperasikan oleh penderita cacat yang mempunyai kecacatan ditangan
Gambar Kursi Roda

Gambar Kursi Roda Manual Gambar Kursi Roda Listrik


4. Walker kruk
Walker ditujukan bagi klien  yang membutuhkan lebih banyak bantuan  dari
yang bisa diberikan oleh tongkat. Tipe standar walker terbuat dari alumunium yang
telah dihaluskan. Walker mempunyai empat kaki dengan ujung dilapisi karet dan
pegangan tangan yang dilapisi plastik. Walker standar membutuhkan kekuatan
parsial pada kedua tangan dan pergelanga tangan; ekstensor siku yang  kuat, dan
depresor bahu yang kuat pula. Selainitu klien juga harus mampu menahan
setengahberat badan pada kedua tungkai. Walkker dengan empat roda atau walker
beroda tidak perlu diangkat ketika hendak bergerak, namun walker jenis ini kurang
stabil dibandingkan dengan walker jenis standar. Beberapa jenis walker beroda
mempunyai tempat duduk pada bagian belakang sehingga klien dapat duduk untuk
istirahat jika diinginkan.
Walker jenis lain mempunyai dua ujung karet dan dua roda. Klien memiringkan
walker,mengangkat ujung karet sementara rodanya tetap di permukaan tanah,
kemudian mendorong walker tersebut kearah depan.
Perawat mungkin harus menyesuaikan tinggi walker sehingga penyangga tangan
berada dibawah pinggang klien dan siku klien agak fleksi. Walker yang terlalu
rendah dapat menyebabkan klien membungkuk, sementara yang terlalu tinggi
dapat membuat klien tidak dapat meluruskan lengannya.
Gambar Walker Kruk

KUK 3.2 Lansia dilatih jalan menggunakan alat sesuai kondisi


1. Tongkat
Digunakan untuk Mempertahankan fungsi tubuh dan Mengembalikan pada
aktivitas semula.
2. Kruk
Indikasi penggunaan kruk
Kruk digunakan untuk pasien Pasca amputasi kaki, Hemiparese, Paraparese,
Fraktur pada ekstremitas bawah, Terpasang gibs, Pasca pemasangan gibs.
3. Kursi Roda
Indikasi penggunaan kursi roda
Kursi roda digunakan untuk pasien Paraplegia, Tidak dapat berjalan atau tirah
baring, Pada pelaksanaan prosedur tindakan, misal klien akan foto rontgen, dan
Pasca amputasi kedua kaki

KUK 3.3 Keadaan umum lansia diperiksa jangan sampai menurun


Sebelum kita membantu lansia yang lumpuh sebelah untuk berjalan keadaan
lansia harus diperiksa dahulu, lansia dalam keadaan sehat atau tidak karena jika
keadaan lansia sedang menurun bisa menyebabkan kecelakaan pada saat perawat
membantu jalan.
KUK 3.4 Privasi dan kesehatan lansia di jaga sesuai standar minimal pelayanan
Pengertian privasi
Privasi merupakan tingkatan interaksi atau keterbukaan yang
dikehendaki seseorang pada suatu kondisi atau situasi tertentu. tingkatan
privasi yang diinginkan itu menyangkut keterbukaan atau ketertutupan, yaitu
adanya keinginan untuk berinteraksi dengan orang lain, atau justru ingin
menghindar atau berusaha supaya sukar dicapai oleh orang lain. adapun
definisi lain dari privasi yaitu sebagai suatu kemampuan untuk mengontrol
interaksi, kemampuan untuk memperoleh pilihan pilihan atau kemampuan
untuk mencapai interaksi seperti yang diinginkan. privasi jangan dipandang
hanya sebagai penarikan diri seseorang secara fisik terhadap pihak pihak lain
dalam rangka menyepi saja.

2. Keterampilan Yang Diperlukan Dalam Melakukan pelatihan jalan


1. Dapat mempergunakan alat dan bahan sesuai dengan fungsinya
2. Dapat menggunakan alat dan bahan sesuai kondisi lansia saat dilatih jalan.
3. Dapat menentukan keadaan umum lansia saat diperiksa jangan sampai keadaan
menurun
4. Dapat merahasiakan privasi dan kesehatan lansia dijaga sesuai standar minimal
pelayanan

3. Sikap Kerja DalamMelakukan Pelatihan Jalan


1. Sabar dalam menghadapi lansia
2. Menerapkan SOP secara disiplin
BAB V
ELEMEN IV MEMBERESKAN PERALATAN

1. Pengetahuan Yang Diperlukan Dalam Membereskan Peralatan


KUK 4.1 Peralatan dibersihkan dan diperiksa keadaanya
Sebelum digunakan peralatan yang sudah dibersihkan periksalahdahulu keadaanya
karena untuk mencegah terjadinya kecelakaan jika peralatan ada kerusakan.

KUK 4.2 Peralatan disimpan pada tempat semula


Setelah peralatan selesai di bersihkan dan diperiksa keadaanya peralatan di simpan
atau dikembalikan ketempat semula supaya kalau akan melakukan tindakan lagi
perawat bisa langsung menyiapkan tanpa mencari – cari peralatan terlebih dahulu.

2. Keterampilan Yang Diperlukan Dalam Membereskan Peralatan


1. Dapat menentukan peralatan saat dibersikan dan diperiksa keadaanya
2. Dapat mengembalikan peralatan yang disimpan pada tempat semula

3. Sikap Kerja Dalam Membereskan Peralatan


1. Sabar dalam menghadapi lansia
2. Menerapkan SOP secara disiplin
BAB VI
ELEMEN V MELAPORKAN HASIL PELATIHAN LANSIA

1. Pengetahuan Yang Diperlukan Dalam Melaporkan Hasil Pelatihan Lansia


KUK 5.1 Kemajuan lansia di dalam pelatihan dicatat
 Pencatatan
Pengertian Dokumentasi Perawatan ( pencatatan Keperawatan )
Dokumentasi Keperawatan adalah informasi tertulis tentang status dan
perkembangan kondisi klien serta semua kegiatan asuhan keperawatan yang dilakukan
oleh perawat.
Pendokumentasian merupakan laporan secara tertulis atau bentuk tetap lainnya
yang menyajikan fakta yang otentik dan benar dari suatu  kejadian tindakan, pernyataan
transaksi atau prosedur. Pelaporan merupakan Pembicaraan atau tulisan informasi di
antara staf pemberi perawatan dan mengkonfirmasikan informasi tertentu pada
kelompok klien yang berhubungan dengan keperawatan
Pencatatan adalah bagian yg penting dalam asuhan keperawatan. Pencatatan
menjadi media komunikasi yang efektif antar profesi dalam satu tim pelayanan
kesehatan. Pencatatan asuhan keperawatan bukan sekedar menuliskan sesuatu dalam
lembar pencatatan tetapi  sebelum pencatatan tersebut,  harus dianalisa apa yang harus
dicatat, bagaimana penyusunan kalimat, dan dimana tiap tulisan tersebut diletakkan 
Tujuan Pendokumentasian
1. Mengkomunikasikan data klien ke semua anggota tim kesehatan sehingga tidak
terjadi data yang tumpang tindih, berulang dan kesenjangan dalam memberikan
asuhan keperawatan.
2. Memberikan bukti-bukti untuk tujuan evaluasi hasil implementasi asuhan
keperawatan (audit keperawatan). Selain itu membantu administrator
mengevaluasi prestasi kerja karyawan serta dipakai untuk akreditasi institusi.
3. Memberi jaminan kepada masyarakat tentang lingkup dan mutu pelayanan
keperawatan dan membuktikan pekerjaan perawatan serta meningkatkan
tanggung gugat perawat.
4. Sebagai sumber data untuk melakukan penelitian.
5. Sebagai catatan tetap untuk dokumentasi yang sah dan untuk tujuan finansial,
pencatatan ini membantu dalam tindakan hukum  dan untuk meyakinkan bahwa
tindakan, obat, terapi telah diberikan dan dihubungkan dengan pembayaran
6. Menjamin kelanjutan perawatan  di masa mendatang sehungga klien
mendapatkan pelayanan yang tepat
7. Menyediakan bukti untuk kepentingan proses pengadilan/hukum

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pendokumentasian 


1. Isi, Informasi yang ditulis harus lengkap, akurat, jelas, mengandung fakta
(obyektif) dan tidak menggunakan istilah atau singkatan yang tidak umum.
Benar, dimana informasi mengenai klien dan tindakan yang diberikan haruslah
faktual. Catatan harus berisi deskripsi, informasi yang objektif sesuai dengan
pengamatan perawat, bukan berupa penafsira. (Begerson, 1988)
2. Waktu, Dokumentasikan waktu setiap melakukan intervensi keperawatan. Up to
Date, laporan yang terlambat merupakan suatu kelalaian yang serius dan
menyebab kelambatan untuk memberikan suatu tindakan. Misalnya kesalahan
dalam melaporkan penurunan tekanan darah dapat memperlambat pemberian
obat yang diperlukan. Secara legal, kelambatan dari pelaporan dapat
diinterpretasikan sebagai kelalaian.
3. Kegiatan untuk mengkomunikasikan hal ini mencakup :
 Tanda tanda vital (Vital sign)
 Penatalaksanaan medis
 Persiapan  tes diagnostik test  pembedahan
 Perubahan status
 Waktu masuk, pindah, pulang atau kematian klien
 Penatalaksanaan untuk perubahan status yang tiba-tiba.
4. Format , Gunakan format yang telah ada sesuai dengan kebijaksanaan institusi
pelayanan kesehatan
5. Kerahasiaan, komunikasi yang rahasia adalah informasi yang diberikan oleh
seseorang  kepada orang lain yang dipercaya dan merahasiakan bahwa beberapa
informasi itu tidak akan diungkapkan. Pasien mempunyai hak moral dan legal
untuk memastikan bahwa informasi yang ada dalam catatan kesehatannya terjaga
kerahasiaannya
6. Akontabilitas, Berikan nama dan tanda tangan setiap melakukan intervensi
keperawatan. jangan menggunakan penghapus atau tip-ex bila melakukan
kesalahan dalam penulisan.
7. Penyimpanan ,
Teknik Pencatatan
1. Ditulis dengan tinta, dapat dibaca dengan jelas, bila terjadi kesalahan jangan
dihapus tetapi dicoret, tulis perbaikan diatasnya serta beri tanda tangan yang
merevisi
2. Menulis nama klien dan tanggal pada setiap lembaran catatan perawatan
3. Mencatat  kegiatan segera setelah melakukannya
4. Mencatat dengan tepat bagaimana, bilamana dan dimana tindakan
dilakukan, apa respon klien
5. Selalu Menandatatangani dan menuliskan nama jelas setelah menuliskan
pada catatan tentang suatu kegiatan
6. Membedakan observasi dan interpretasi
7. Jangan meninggalkan kolom kosong, beri tanda tangan jika tidak ada yang
perlu ditulis
8. Pergunakan istilah/simbol yang telah disepakati
9. Hindari kata-kata yang tidak dapat ditukar seperti normal, baik, jelek,
negatif, karena setiap pembaca akan memberi nilai yang berbeda
10. Merupakan penulisan obyektif dari klien, bersumber dari apa yang dilihat,
didengar, dibau, dan dirasakan dan bukan merupakan persepsi atau
kesimpulan perawat

KUK 5.2 Hasilnya dilaporkan pada keluarga dan dokter keluarga


PELAPORAN
Pengertian
Informasi tentang klien dipertukarkan diantara anggota keluarga perawat
mengkomunikasikanj informasi tentang klien sehingga semua anggota tim dapat
membuat keputusan terbaik tentang klien mereka.
Macam-Macam Pelaporan
1. Laporan Pertukaran Tugas
Laporan pertukaran tugas terjadi dua atau tiga kali sehari setiap tipe unit
keperawatan di semua tipe lingkungan perawatan kesehatan. Pada akhir giliran
tugas perawat melaporkan informasi tentang klien yang menjadi tanggung
jawabnyakepada perawat yang bekerja pada giliran tugas berikunya.
2. Laporan Telepon
Anggota tim keperawatan kesehatan sering berbicara satu sama lain menggunakan
telepon. Sebagai contoh, perawat menginformasikan kepada dokter tentang
perubahan dalm kondisi klien, perawat dari satu unityang lain mengenai
pemindahan klien, perawat dari satu unit mengomunikasikan informasikan kepada
perawat diunit yang lain mengenai pemindahan klien, atau staf laboratorium atau
laporan hasil radiologi dari pemeriksaan diagnostik.
Intruksi Per Telepon
Intruksi per telepon (IT) mencakup dokter yang menyatakan terapi yang ditemukan
melalui telepon kepada perawat yang bertugas. Mengklarifikasi pesan sangat
penting ketika perawat menerima pesanan dokter melalui telepon.
3. Laporan Pemindahan Klien
Klien sering kali dipindahkan dari unit satu keunit lainnya untuk mandapat tingkat
perawatan yang berbeda. Laporan pemindahan klien mencakup komunikasi tentang
informasi mngenai klien dari perawat unit pengirim keperawat ke unit penerima.

2. Keterampilan Yang Diperlukan Dalam Melaporkan Hasil Pelatihan Lansia


1. Dapat memajukan lansia di dalam pelatihan dicatat
2. Dapat menghasilkan laporan pada keluarga dan dokter keluarga

3. Sikap Kerja Dalam Membereskan Peralatan


1. Sabar dalam menghadapi lansia
2. Menerapkan SOP secara disiplin

Anda mungkin juga menyukai