Anda di halaman 1dari 23

lOMoAR cPSD| 27535826

PENYEDERHANAAN RANGKAIAN LOGIKA


(MENGGUNAKAN ATURAN BOOLEAN)

Oleh:
IMAM ARIP R
312019022

PROGRAM STUDI TEKNIK KOMPUTER


POLITEKNIK SUKABUMI
2023
lOMoAR cPSD| 27535826

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................ i

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ii


DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Tujuan Percobaan ........................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Aljabar Boolean ........................................................................... 3
B. Bilangan Biner ............................................................................................... 4
C. Hukum-Hukum Aljabar Boolean ................................................................... 5
D. Fungsi Boolean .............................................................................................. 6
BAB III PERANCANGAN
C. Alat dan Bahan ............................................................................................... 7
D. Prosedur Penyderhanaan ................................................................................ 7
BAB IV PENYEDERHNAAN
A. Data Pengamatan............................................................................................ 9
B. Pembahasan .................................................................................................... 12
BAB V KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

i
lOMoAR cPSD| 27535826

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Rangkaian 1 ....................................................................................... 8


Gambar 2. Rangakaian A sebelum penyederhanaan ............................................ 12
Gambar 3. Rangakaian A sesudah penyederhanaan............................................. 13
Gambar 4. Rangkaian B sebelum penyederhanaan ............................................. 14
Gambar 5. Rangkaian B sesudah penyederhanaan .............................................. 14
Gambar 6. Rangkaian 1 sebelum penyederhanaan .............................................. 16
Gambar 7. Rangkaian 1 sesudah penyederhanaan .............................................. 16

ii
lOMoAR cPSD| 27535826

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel Kebenaran Rangkaian A sebelum penyederhanaan ......................... 9


Tabel 2. Tabel Kebenaran Rangkaian A setelah penyederhanaan ........................... 9
Tabel 3. Tabel Kebenaran Rangkaian B sebelum penyederhanaan ...................... 10
Tabel 4. Tabel Kebenaran Rangkaian B sesudah penyederhanaan ........................11
Tabel 5. Tabel Kebenaran Rangkaian 1 sebelum penyederhanaan ........................11
Tabel 6. Tabel Kebenaran Rangkaian 1 setelah penyederhanaan ......................... 12

iii
lOMoAR cPSD| 27535826

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya rangkaian logika (digital) dibentuk dari beberapa gabungan


komponen elektronika yang terdiri dari beberapa macam gate dan rangkaian-
rangkaian lainnya, sehingga membentuk rangkaian elektronika yang kompleks.
Pada rangkaian logika tentunya diperlukan beberapa metode penyederhanaan
rangkaian logika, penyelesaian atau operasi logika guna menganalisis rangkaian
logika tersebut. Aljabar Boolean, suatu teknik matematika yang dipakai untuk
menyelesaikan masalah-masalah logika. Aljabar boolean mendasari operasi-
operasi aritmartika yang dilakukan oleh komputer dan juga bermanfaat
menganalisis dan mendesain rangkaian yang menjadi dasar bagi pembentukan
komputer sendiri.
Matematika itu sendiri sarana yang berguna dalam analisis rangkaian logika
digital. Semua operasi logika dalam suatu rangkaian logika tergantung pada ada
atau tiadanya sisnyal, suatu variabel logika hanya dapat memiliki satu dari dua
nilai yang mungkin terjadi yaitu 0 atau 1.
Matematika dengan dua nilai itu disebut dengan Aljabar Boolean dua nilai.
Aljabar Boolean dapat didefinisikan dengan suatu himpunan unsur dan sejumlah
aturan-aturan untuk menentukan logika digital, atau “switching algebra”, yaitu
berupa aksioma-aksioma dan teorema-teorema. Aksioma- aksioma dan Teorema-
aksioma digunakan untuk membantu atau mereduksi logika kompleks menjadi
logika lebih sederhana meningkatkan “area dan kecepatan” dari rangkaian digital.
Tiga operasi dasar dari aljabar boolean yaitu operasi inverse (complement),
operasi AND (multiplication) dan OR (addition). Oleh karena itu dilakukan
percobaan ini agar dapat membuat sebuah rangkaian logika sederhana melalui
persamaan Boolean dan Tabel Kebenaran yang diketahui serta mendisain
rangkaian logika sederhana.

1
2

B. Tujuan Penyederhanaan

Tujuan dilakukannya penyederhanaan ini adalah sebagai berikut.


1. Mahasiswa mampu membuat sebuah rangkaian logika sederhana
melalui persamaan Boolean dan Tabel Kebenaran yang diketahui.
2. Mahasiswa mampu mendisain rangkaian logika sederhana.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Aljabar Boolean

Dikenal banyak macam aljabar seperti aljabar biasa, aljabar himpunan,


aljabar vektor, aljabar group, aljabar boole, dan lain-lain. Dalam setiap aljabar
memiliki postulat, teorema, dan operasi sendiri-sendiri. Aljabar boolean berbeda
dengan aljabar biasa atau aljabar yang lain. Aljabar boole diciptakan pada abad 19
oleh George Boole sebagai suatu sistem untuk menganalisis secara matematis
mengenai logika. Aljabar boole didasarkan pada pernyataan logika bernilai benar
atau salah. Ternyata, aljabar boole ini menjadi alat yang sangat ampuh untuk
merancang maupun menganalisis rangkaian digital. Selanjutnya, dalam aljabar
boole baik konstanta maupun nilai dari suatu variabel hanya diijinkan memiliki
dua kemungkinan nilai (biner) yaitu 0 atau 1.
Variabel aljabar boole sering digunakan untuk menyajikan suatu tingkat
tegangan pada terminal suatu rangkaian. Terminal itu dapat berupa kawat atau
saluran masukan/keluaran suatu rangkaian. Misalnya 0 sering digunakan untuk
menandai suatu jangkauan tegangan dari 0 volt sampai dengan 0,8 volt.
Sedangkan 1 sering digunakan untuk jangkauan tegangan dari 2 volt hingga 5
volt. Dengan demikian tanda 0 dan 1 tidak menggambarkan bilangan yang
sebenarnya tetapi menyatakan keadaan suatu variabel tegangan. Aljabar boole
digunakan untuk menyatakan pengaruh berbagai rangkaian digital pada masukan-
masukan logika, dan untuk memanipulasi variabel logika dalam menentukan cara
terbaik pada pelaksanaan (kinerja) fungsi rangkaian tertentu. Oleh karena hanya
ada dua nilai yang mungkin, aljabar boole lebih cocok digunakan untuk rangkaian
digital dibandingkan dengan aljabar yang lain. Dalam aljabar boole aljabar boole
hanya mengenal 3 (tiga) operasi dasar, yaitu penjumlahan dan pengurangan
invers[1].

3
4

B. Bilangan Biner

Dalam teknik digital, pada dasarnya proses, baik yang menyangkut operasi
aritmatik maupun pergeseran data ataupun konversi arfiara satuan, dilakukan
terhadap deretan bilangan biner, sehingga masukan maupun keluarannya secara
prinsip juga berupa angka biner. Sistem digital hanya mengenal bilangan biner
yang dipahami sebagai angka 0 (off) dan 1 (on) oleh rangkaian logika atau unit
pemroses mikroprosesor. Bilangan 0 diartikan sebagai masukan atau keluaran itu
berarus tegangan tertentu. Idealnya logika 0 akan dikenali sebagai 0V (nol Volt).
Sistem digital hanya mengenal bilangan biner yang dipahami rangkaian logika
dan mikroprosesor.
Bilangan 1 diartikan sebagai masukan atau keluaran yang beraras tegangan
tertentu, idealnya 5V (5 Volt). besaran arus masukan dan keluaran gerbang baik
pada kondisi "1" dan "0" di atas menentukan banyaknya gerbang yang mampu
didorong oleh satu gerbang didepan terhadap gerbang- gerbang dibelakangnya.
Sama halnya bilangan desimal, penjumlahan bilangan biner dilakukan mulai dari
digit paling tidak berarti (paling kanan, dengan pembobotan 2n terkecil), bila hasil
penjumlahan lebih besar dari 1 (1+ 1 biner) akan memberikan tambahan 1 kepada
digit di atasnya. Pengurangan bilangan biner dilakukan mulai dari digit paling
tidak berarti (paling kanan, dengan pembobotan 2n terkecil), bila besaran digit
pengurangan lebih besar dari yang dikurang (misalnya 1 terhadap 0), peminjaman
dilakukan terhadap digit denganpembobotan 2n lebih besar di atasnya.
Perkalian bilangan biner dilakukan dengan mengalikan bilangan yang dikali
dengan bilangan pengali yang dimulai dari digit paling tidak berarti (paling kanan,
dengan pembobotan 2n terkecil), setiap kenaikan satu digit bilangan pengali, hasil
perkalian untuk digit tersebut bergeser satu digit ke kiri (ke arah pcmbobotan 2n
tinggi), setelah semua digit pada bilangan pengali selesai dikalikan, maka bila
hasil penjumlahan tiap digit (mulai dari paling kanan) lebih besar dari 1 (1+ 1
biner) akan memberikan tambahan 1 kepada digit di atasnya. bilangan dasar yang
dipergunakan dalam sistem digital berbeda dengan bilangan dasar yang dikenal
dalam kehidupan praktis sehari-hari[2].
5

C. Hukum-Hukum Aljabar Boolean

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa dalam setiap aljabar


memiliki potulat, aturan main, dan operasi sendiri. Ketiga hal tersebut saling
terkait dan terangkum dalam istilah teorema. Berdasarkan teorema dalam aljabar
boole dapat membantu menyederhanakan pernyataan dan rangkaian logika. Sekali
lagi, dalam aljabar boole setiap konstanta dan setiap variabel hanya dapat bernilai
0 atau 1. tiga hukum aljabar Boolean untuk fungsi penjumlahan Iogika (gerbang
OR) dan fungsi perkalian logika (gerbang AND) adalah hukurn komutatif, yaitu
baik fungsi penjumlahan logika maupu fungsi perkaiian logika berlaku hukum
komutatif dimana bahwa posisi masukan A atau B dibalik tidak akan
rnempengaruhi keluaran gerbang.
Hukum asosiatif, yaitu baik fungsi penjumlahan logika (gerbang OR)
maupun fungsi perkalian logika (gerbang AND) berlaku hukum asosiatif. Dan
Hukum distributif, yaitu baik fungsi penjumlahan logika (gerbang OR) maupun
fungsi perkalian logika (gerbang AND) berlaku hukum distributif. Sebenarnya
baik sifat komutatif, asosiatif dan distributif secara otomatis akan terpenuh bila
hanya menyangkut operasi skala, fungsi gerbang logika bukanlah bersifat vektor
sehingga selalu memenuhi ketiga sifat tersebut. Sebenarnya selain menggunakan
aljabar Boolean, juga terdapat Karnaugh yang dapat digunakan untuk
menyederhanakan sebuah persamaan aljabar Boolean. Kemudian digunakan pula
hukum De Morgan. Hukum De Morgan dalam teori Himpunan Klasik termasuk
hukum yang sangat bermanfaat dan banyak digunakan dalam Aljabar Boolean,
Logika Matematika, atau Rangkaian Logika untuk mendapatkan ekivalens dari
suatu ekspresi himpunan atau ekspresi logika.
Hukum De Morgan sudah terbukti atau diakui keberlakuannya dalam
Himpunan Klasik. Terdapat dua teori yaitu, teori De Morgan I dan 2. Teori De
Morgan I, teori ini menyatakan bahwa komplemen dari hasil penjumlahan akan
sama dengan hasil perkalian dar masing-masing komplemen. Teori ini melibatkan
gerbang OR dan AND. Lalu ada teori De Morgan II, teori ini menyatakan bahwa
komplemen dari hasil kali akan sama dengan hasil penjumlahan dari masing-
masing komplemen, dengan gerbang OR dan AND [3].
6

D. Fungsi Boolean
Fungsi Boolean seringkali mengandung operasi-operasi yang tidak perlu,
literal atau suku-suku yang berlebihan. Oleh karena itu, kita dapat
menyederhanakan fungsi Boolean lebih lanjut. Menyederhanakan fungsi Boolean
artinya mencari bentuk fungsi lain yang ekivalen tetapi dengan jumlah literal atau
operasi yang lebih sedikit. Penyederhanaan fungsi Boolean disebut juga
minimisasi fungsi. Dipandang dari segi aplikasi aljabar Boolean, fungsi Boolean
yang lebih sederhana berarti rangkaian logikanya juga lebih sederhana
(menggunakan jumlah gerbang logika lebih sedikit). Fungsi Boolean (disebut juga
fungsi biner) adalah pemetaan dari Bn ke B melalui ekspresi Boolean, kita
menuliskannya sebagai f : Bn  B. yang dalam hal ini Bn adalah himpunan yang
beranggotakan pasangan terurut ganda-n (ordered n-tuple) di dalam daerah asal B.
Misalkan ekspresi Boolean dengan n peubah adalah E(x1, x2, ..., xn). Menurut
definisi di atas, setiap pemberian nilai-nilai kepada peubah x1, x2, ..., xn
merupakan suatu pasangan terurut gandan di dalam daerah asal B n dan nilai
ekspresi tersebut adalah bayangannya di dalam daerah hasil B. Dengan kata lain,
setiap ekspresi Boolean tidak lain merupakan fungsi Boolean. Misalkan sebuah
fungsi Boolean adalah f(x, y, z) = xyz + x’y + y’z. Fungsi f memetakan nilai –
nilai pasangan terurut ganda-3 (x, y, z) ke himpunan {0, 1}. Contoh pasangan
terurut ganda-3 misalnya (1, 0, 1) yang berarti x = 1, y = 0, dan z = 1 sehingga f(1,
0, 1) = 1 . 0 . 1 + 1’ . 0 + 0’ . 1 = 0 + 0 + 1 = 1. Bila sebuah fungsi Boolean
dikomplemenkan, kita memperoleh fungsi komplemen. Fungsi komplemen
berguna pada saat kita melakukan penyederhanaan fungsi Boolean. Fungsi
komplemen dari suatu fungsi f, yaitu f ’ dapat dicari dengan dua cara. Cara
pertama menggunakan hukum De Morgan, Cara kedua menggunakan prinsip
dualitas, dimana akan menentukan dual dari ekspresi Boolean yang
merepresentasikan f, lalu komplemenkan setiap literal di dalam dual tersebut.
Bentuk akhir yang diperoleh menyatakan fungsi komplemen [4].
BAB III

PERACANGAN

A. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada penyderhanaan ini adalah
softwareLogic simulator (Logisim).

B. Prosedur Penyederhanaan
Prosedur pada penyederhanaan rangkaian logika dasar adalah sebagai
berikut.
1. Membuat rangkaian logika pada Trainer sesuai dengan
persamaan berikutini:
a)
b)
Buat tabel kebenaran untuk masing-masing persamaan.
2. Menyederhanakan persamaan-persamaan di atas (tulis pada kertas
buram) hingga mendapatkan hasil yang peling sederhana.
Memeriksa hasil yang didapatkan pada instruktur.
3. Juka hasil menyatkan benar, merangkai kembali pada Trainer
menggunakan persamaan hasil penyederhanaan. Membuat tabel
kebenarannya.
4. Membandingkann output dari tabel kebenaran pada masing-
masing persamaan (output pada rangkaian sebelum dan sesudah
menyederhanakan)
5. Memberi komentar perbandingan di atas.
6. Membuat persamaan logika dari rangkaian 1 pada gambar 1.
Merangkai di trainer, membuat tabel kebenarannya.

7
8

Gambar 1. Rangkaian 1
7. Menyederhanakan persamaan di atas, merangkai hasil
penyederhanaan di trainer. Mendapatkan tabel kebenarannya.
Membandingkan hasil pada langkah 6 dan 7. Memberi komen
BAB IV

PENYEDERHANAAN

A. Data Pengamatan

Adapun data pengamatan penyederhanaan ini adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Tabel Kebenaran Rangkaian A sebelum penyederhanaan


Input Output I Input Output II Out
A B A C put
0 0 1 0 0 1 1
0 1 1 0 1 0 1
1 0 1 1 0 0 1
1 1 0 1 1 0 0

Tabel 2. Tabel Kebenaran Rangkaian A setelah penyederhanaan


Input Output
A B
0 0 1
0 1 1
1 0 1
1 1 0

9
10

Tabel 3. Tabel Kebenaran Rangkaian B sebelum penyederhanaan


Input Output
A B C D Y
0 0 0 0 1
0 0 0 1 1
0 0 1 0 1
0 0 1 1 1
0 1 0 0 1
0 1 0 1 1
0 1 1 0 1
0 1 1 1 1
1 0 0 0 1
1 0 0 1 1
1 0 1 0 0
1 0 1 1 1
1 1 0 0 1
1 1 0 1 1
1 1 1 0 0
1 1 1 1 1
11

Tabel 4. Tabel Kebenaran Rangkaian B sesudah penyederhanaan


Input Output
A B C D Y
0 0 0 0 1
0 0 0 1 1
0 0 1 0 1
0 0 1 1 1
0 1 0 0 1
0 1 0 1 1
0 1 1 0 1
0 1 1 1 1
1 0 0 0 1
1 0 0 1 0
1 0 1 0 1
1 0 1 1 1
1 1 0 0 1
1 1 0 1 0
1 1 1 0 1
1 1 1 1 1

Tabel 5. Tabel Kebenaran Rangkaian 1 sebelum penyederhanaan


Input Output
A B C
0 0 0 1
0 0 1 1
0 1 0 1
0 1 1 0
1 0 0 1
1 0 1 1
1 1 0 1
1 1 1 1

Tabel 6. Tabel Kebenaran Rangkaian 1 setelah penyederhanaan


Input Out
put
A B C
0 0 0 1
0 0 1 1
0 1 0 1
0 1 1 0
1 0 0 1
1 0 1 1
1 1 0 1
1 1 1 1
12

B. Pembahasan

Pada percobaan ini melakukan percobaan dengan menggunakan software


Logic Simulation (Logisim). Komponen yang digunakan yaitu gerbang logika,
input, output, dan wire sebagai penghubung. Pada percobaan membuat tiga
rangkaian lalu pada tiap-tiap rangkaian akan mencari penyederhanaannya serta
tabel kebenaran untuk sebelum penyederhanaan dan sesudah penyederhanaan.
Pada langkah pertama membuat 2 rangkaian yaitu rangkaian a dan b. untuk
rangkaian a diberikan persamaan Dari persamaan tersebut maka dibuat
rangkaiannya dengan menggunakan tiga gerbang logika, gerbang pertama adalah
gerbang NAND 2-input dengan inputnya adalah A dan B, gerbang kedua adalah
gerbang NOR 2-input dengan inputnya adalah A dan C, lalu gerbang kegitga
adalah gerbang OR 2-input dengan inputnya adalah hasil output dari dua gerbang
sebelumnya. Output akhirnya disimbolkan dengan W. Sehingga hasil
rangkaiannya seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar 2. Rangakaian A Sebelum penyederhanaan

Lalu melakukan penyederhanaan dari persamaan tersebut dengan


penjabaran:
Setelah itu membuat rangkaian dari penyederhanaan di atas, maka menggunakan
dua gerbang yaitu gerbang NOT dan OR, dimana gerbang NOT akan dipasangkan
ke masing-masing input (A dan B) lalu input itu akan dioperasikan menggunakan
gerbang OR, sehingga di dapat rangkaian seperti pada gambar di bawah ini.
13

Gambar 3. Rangakaian A sesudah penyederhanaan

Kemudian mencari tabel kebenarannya. Untuk sebelum penyederhanaan


diperoleh hasil, pada saat A=0, B=0, C=0 maka output I=1 dan output II=1
sehingga mendapatkan output akhir W=1; pada saat A=0, B=1, C=1, maka output
I=1 dan output II=0 sehingga mendapatkan output akhir W=1; pada saat A=1,
B=0, C=0, maka output I=1 dan output II=0 sehingga mendapatkan output akhir
W=1; pada saat A=1, B=1, C=1, maka output I=0 dan output II=0 sehingga
mendapatkan output akhir W=0. Lalu untuk sesudah penyederhanaan diperoleh
hasil, jika input A=0 B=0 maka output W=1; jika input A=0 B=1 maka output
W=1; jika input A=1 B=0 maka output W=1; jika input A=1 B=1 maka output
W=0. Dapat dilihat dari hasil tabel kebenaran bahwa hasil sebelum dan sesudah
penyederhanaan persamaan didapat hasil output akhir yang sama.
Untuk selanjutnya rangkaian B, diberika persamaan . Dari persamaan itu
kita dapat membuat rangkaian dengan menggunakan enam gerbang, yaitu gerbang
AND 2-input dengan input C dan D, gerbang NAND 2-input dengan input A dan
B, lalu hasil kedua gerbang tersebut menjadi input untuk gerbang ketiga yaitu
gerbang NOR 2-input. Lalu gerbang keempat yaitu NAND 3-input dengan
inputnya yaitu A,C, dan input D yang diberikan gerbang NOT. Lalu output dari
gerbang NOR 2-input dan NAND 3-input dioperasikan dengan gerbnag OR 2-
input yang nantinya sebagai output akhir. Untuk lebih jelasnya seperti gambar di
bawah ini.
14

Gambar 4. Rangkaian B sebelum penyederhanaan

Lalu melakukan penyederhanaan dari persamaan tersebut, sehingga dari hasil

penyederhanaan rangkaian B, untuk membuat rangakaiannya memerlukan

gerbang AND 4-input yang merupakan nilai output akhir, gerbang AND 3-input

dan gerbang NOT 3 buah, sehingga dapat dirangkai seperti pada gambar di bawah

ini.

Gambar 5. Rangkaian B sesudah penyederhanaan

Kemudian mencari tabel kebenarannya. Untuk sebelum penyederhanaan


diperoleh hasil, pada saat input A=0, B=0, C=0, D=0 maka output Y=1; pada saat
input A=0, B=0, C=0, D=1 maka output Y=1; pada saat input A=0, B=0, C=1,
D=0 maka output Y=1; pada saat input A=0, B=0, C=1, D=1 maka output Y=1;
pada saat input A=0, B=1, C=0, D=0 maka output Y=1; pada saat input A=0,
B=1, C=0, D=1 maka output Y=1; pada saat input A=0, B=1, C=1, D=0 maka
output Y=1; pada saat input A=0, B=1, C=1, D=1 maka output Y=1; pada saat
input A=1, B=0, C=0, D=0 maka output Y=1; pada saat input A=1, B=0,
15

C=0, D=1 maka output Y=1; pada saat input A=1, B=0, C=1, D=0 maka output
Y=0; pada saat input A=1, B=0, C=1, D=1 maka output Y=1; pada saat input
A=1, B=1, C=0, D=0 maka output Y=1; pada saat input A=1, B=1, C=0, D=1
maka output Y=1; pada saat input A=1, B=1, C=1, D=0 maka output Y=0; pada
saat input A=1, B=1, C=1, D=1 maka output Y=1. Sedangkan Untuk sesudah
penyederhanaan diperoleh hasil, pada saat input A=0, B=0, C=0, D=0 maka
output Y=1; pada saat input A=0, B=0, C=0, D=1 maka output Y=1; pada saat
input A=0, B=0, C=1, D=0 maka output Y=1; pada saat input A=0, B=0, C=1,
D=1 maka output Y=1; pada saat input A=0, B=1, C=0, D=0 maka output Y=1;
pada saat input A=0, B=1, C=0, D=1 maka output Y=1; pada saat input A=0,
B=1, C=1, D=0 maka output Y=1; pada saat input A=0, B=1, C=1, D=1 maka
output Y=1; pada saat input A=1, B=0, C=0, D=0 maka output Y=1; pada saat
input A=1, B=0, C=0, D=1 maka output Y=0; pada saat input A=1, B=0, C=1,
D=0 maka output Y=1; pada saat input A=1, B=0, C=1, D=1 maka output Y=1;
pada saat input A=1, B=1, C=0, D=0 maka output Y=1; pada saat input A=1,
B=1, C=0, D=1 maka output Y=0; pada saat input A=1, B=1, C=1, D=0 maka
output Y=1; pada saat input A=1, B=1, C=1, D=1 maka output Y=1. Dapat dilihat
untuk niali tabel kebenarannya sedikit berbeda namun jumlah untuk output
berdilai 1 maupun 0 sama, hanya saja ada beberapa hasil yang berbeda saat
keadaan nilai inputnya sama.
Selanjutnya pada langkah 6 di prosedur diberikan Rangkaian 1 seperti pada
gambar di bawah ini

Gambar 6. Rangkaian 1 sebelum penyederhanaan

Dari rangkaian yang diberikan maka didapat persamaannya adalah:

Lalu persamaan di atas disederhanakan, sehingga.


16

Maka dari penyederhanaan di atas dapat dirangkai rangkaian dengan gerbang OR


3-input dan 2 gerbang NOT yang dipasang pada iinput B dan C, sehingga seperti
pada gambar di bawah ini.

Gambar 7. Rangkaian 1 sesudah penyederhanaan

Setelah itu mencari nilai tabel kebenarannya, dengan menggunakan software


logisim diperoleh hasil tabel kebenaran untuk rangkaian sebelum disederhanakan,
yaitu, pada saat input A=0, B=0, dan C=0 maka outputnya Y=1; pada saat input
A=0, B=0, dan C=1 maka outputnya Y=1; pada saat input A=0, B=1, dan C=0
maka outputnya Y=1; pada saat input A=0, B=1, dan C=1 maka outputnya Y=0;
pada saat input A=1, B=0, dan C=0 maka outputnya Y=1; pada saat input A=1,
B=0, dan C=1 maka outputnya Y=1; pada saat input A=1, B=1, dan C=0 maka
outputnya Y=1; pada saat input A=1, B=1, dan C=1 maka outputnya Y=1. Dan
untuk rangkaian sesudah disederhanakan diperoleh hasil, pada saat input A=0,
B=0, dan C=0 maka outputnya Y=1; pada saat input A=0, B=0, dan C=1 maka
outputnya Y=1; pada saat input A=0, B=1, dan C=0 maka outputnya Y=1; pada
saat input A=0, B=1, dan C=1 maka outputnya Y=0; pada saat input A=1, B=0,
dan C=0 maka outputnya Y=1; pada saat input A=1, B=0, dan C=1 maka
outputnya Y=1; pada saat input A=1, B=1, dan C=0 maka outputnya Y=1; pada
saat input A=1, B=1, dan C=1 maka outputnya Y=1. Dapat dilihat dari hasil
tabel kebenaran bahwa hasil sebelum dan sesudah penyederhanaan persamaan
didapat hasil output akhir yang sama.
17

Pada dasarnya rangkaian logika (digital) yang dibentuk dari beberapa


gabungan komponen elektronik yang terdiri dari bermacam-macam gerbang dan
rangkaian-rangkaian lainnya, sehingga membentuk rangkaian elektronika yang
bersifat kompleks dan rumit. Sehingga seringkali fungsi Boolean mengandung
operasi-operasi yang tidak perlu, literal atau suku-suku yang berlebihan. Oleh
karena itu, diperlukan penyederhanaan fungdi Boolean, yang artinya mencari
bentuk fungsi yang ekivalen tetapi dengan jumlah literal atau operasi yang lebih
sedikit. Kelebihan jika kita menyederhanakannya adalah dapat membuat sirkuit
elektronik dengan bentuk terbaik dengan biaya minimum dalam pembuatan
sirkuit elektronik tersebut dan menghasilkan kinerja yang cepat dalam
pengoperasian. Dalam percobaan untuk ketiga rangkaian, untuk rangkaian A dan
rangkaian 1 menghasilkan nilai yang sama walau setelah penyedarhanaan, itu
sesuai dengan teori, namun untuk rangkaian B nilai hasil tabel kebenaran sesudah
dan sebelum penyederhanaan agak berbeda, hal ini merupakan kendala dari
praktikum ini, yang mungkin ada kesalahan pada saat penyederhanaan dan
sebagainya.
BAB V
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari penyederhanaan ini adalah sebagai berikut.


1. Nilai tabel kebenaran untuk rangkaian A sebelum penyederhanaan
yaitu 1, 1, 1, dan 0. Untuk setelah penyederhanaan juga 1, 1, 1, dan 0.
2. Nilai tabel kebenaran untuk rangkaian B sebelum penyederhanaan
yaitu 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 0, 1, 1, 1, 0, dan 1. Untuk setelah
penyederhanaan nilai tabel kebenarannya yaitu 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1, 1,
0, 1, 1, 1, 0, 1, dan 1.
3. Nilai tabel kebenaran untuk rangkaian 1 sebelum penyederhanaan
yaitu 1, 1, 1, 0, 1, 1, 1, dan 1. Untuk setelah penyederhanaan juga 1,
1, 1, 0, 1, 1, 1, dan 1.
4. Penyederhanaan persamaan rangkaian A yaitu:
5. Penyederhanaan persamaan rangkaian B yaitu:
6. Penyederhanaan persamaan rangkaian 1 yaitu:

18
DAFTAR PUSTAKA

[1] Sumarna. 2006. Elektronika Digital: Konsep Dasar dan


Aplikasinya. Graha Ilmu: Yogyakarta.

[2] Muis, Saludin. 2012. Teknik Digital Dasar: Pendekatan Praktis.


Graha Ilmu: Yogyakarta.

[3] Ali, Muhamad, dan Ariadie Chandra Nugraha. 2018. Teknik Digital
Teori dan Aplikasi. UNY Press: Yogyakarta.

[4] Ismayanto, dan Andri Sukmaindrayana. 2018. Penyederhanaan


Fungsi Boolean dengan Metode Quib MC-Cluskey. JUMANTAKA.
Vol. 1 No. 1. Hal 231 dan 233.

Anda mungkin juga menyukai