Anda di halaman 1dari 7

Pengembangan M-Learning IPA Mata Air Tilanga pada Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Siswa Kelas VII SMP

PENGEMBANGAN M-LEARNING IPA MATA AIR TILANGA PADA PEMBELAJARAN BERBASIS


MASALAH UNTUK SISWA KELAS VII SMP

Normalia Sandy Palumpun 1), Jumadi2

1)
Program Studi Magister Pendidikan Sains, Fakultas Matematika dan IPA, Universitas Negeri Yogyakarta,
Indonesia
2)
Jurusan Pendidikan IPA, Fakultas Matematika dan IPA, Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia

email: normaliasandy.2020@student.uny.ac.id

ABSTRAK

Pembelajaran berbasis tekonologi yang dipadukan dengan potensi lokal yang kurang bervariasi menjadi
latar belakang dilakukannya penelitian pengembangan M-Learning IPA Mata Air Tilanga pada pembelajaran
berbasis masalah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan, kepraktisan, dan keterbacaan M-
Learning IPA Mata Air Tilanga. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan menggunakan model
4D yang terdiri dari tahap define, design, develop, dan disseminate. Penilaian kelayakan dilakukan oleh ahli
media dan ahli materi untuk mengetahui kelayakan produk. Penilaian uji kepraktisan dilakukan oleh guru
IPA dan uji keterbacaan dilakukan oleh peserta didik. Hasil uji kelayakan menunjukkan bahwa M-Learning
IPA Mata Air Tilanga dinyatakan sangat layak menurut ahli media dan ahli materi dengan skor total sebesar
45 dan 54. Hasil uji kepraktisan juga memperoleh nilai sebesar 161,5. Penilaian uji keterbacaan M-Learning
IPA Mata Air Tilanga menunjukkan hasil yang sangat tinggi dengan skor sebesar 69,1. M-Learning IPA Mata
Air Tilanga yang telah dinyatakan layak, praktis dan memiliki nilai keterbacaan yang tinggi kemudian
disebarluaskan dalam skala kecil.

Kata kunci: IPA, M-Learning, Potensi Lokal, Problem Based Learning.

ABSTRACT

Technology-based learning combined with less varied local potential is the background for conducting
research on the M-Learning IPA Mata Air Tilanga development of problem-based learning. This study aims
to determine the feasibility, practicality, and readability of M-Learning IPA Mata Air Tilanga. This research is
a development research using the 4D model, which consists of the define, design, develop, and disseminate
stages. The feasibility assessment is carried out by media experts and material experts to determine the
feasibility of the product. The practicality test assessment was carried out by the science teacher, and the
readability test was carried out by the students. The results of the due diligence showed that the M-Learning
IPA Mata Air Tilanga was declared very feasible according to media experts and material experts, with a
total score of 45 and 54. The results of the practicality test also obtained a score of 161.5. The M-Learning
IPA Mata Air Tilanga readability test showed very high results with a score of 69.1. The M-Learning IPA
Mata Air Tilanga which has been declared feasible, practical and has a high readability value, is then
disseminated on a small scale.

Keywords: Local Potential, M-Learning, Problem Based Learning Science.

PENDAHULUAN
Pembelajaran IPA akan lebih bermakna jika objek, sumber dan bahan ajar yang digunakan
berhubungan dengan kehidupan serta kebutuhan peserta didik (Ibrohim, 2015). Indonesia kaya akan ragam
potensi, budaya, dan sumber alam tiap daerahnya (Anisa, 2017). Pengintegrasian potensi lokal dalam
pembelajaran IPA sesuai dengan kurikulum 2013, dimana potensi lokal mampu menyimpan konsep IPA
yang asli dan berguna bagi kehidupan peserta didik dan masyarakat luas (Fitriani et al., 2019).
Pengintegrasian pembelajaran IPA dengan potensi lokal membuat pembelajaran lebih menarik karena
memuat hal-hal yang ada di sekitar peserta didik. Salah satu potensi lokal yang terkenal di Toraja adalah
Mata Air Tilanga. Mata Air Tilanga merupakan kolam alam alami yang terkenal karena memiliki mitos turun
temurun dan di dalamnya hidup ikan sidat yang dianggap keramat oleh masyarakat Toraja, ikan ini biasa
disebut dengan masapi. Interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya merupakan salah satu
pembelajaran IPA yang dipelajari pada kelas VII SMP pada KD 3.7 dan KD 4.7. Perpaduan antara Mata Air

35 | Jurnal Bioeducation, Vol. 10, No 1, Februari 2023


Pengembangan M-Learning IPA Mata Air Tilanga pada Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Siswa Kelas VII SMP

Tilanga dengan KD 3.7 dan KD 4.7 memampukan peserta didik untuk mempelajari interaksi antara tiap
komponan yang ada di lingkungan Mata Air Tilanga.
Mobile learning (m-learning) merupakan salah satu sarana belajar yang dibutuhkan peserta didik
saat ini. Pemanfaatan m-learning, memampukan peserta didik untuk mengakses pembelajaran dari rumah,
berkomunikasi dengan guru, bekerja dengan orang lain secara online dan memungkinkan peserta didik
untuk saling terhubung, berkolaborasi dan berkreasi menggunakan digital yang kaya akan sumber daya
(West, 2013). Dari hasil penelitian sebelumnya diketahui bahwa pembelajaran saat ini masih berfokus pada
guru dan cenderung satu arah (Nufus et al., 2019). Guru terbiasa memberikan konsep materi secara
langsung tanpa merangsang keingintahuan peserta didik sehingga peserta didik kurang dapat
mengembangkan keterampilan berpikir kritisnya (Prihatiningsih et al., 2016). M-learning merupakan proses
pembelajaran yang melibatkan penggunaan teknologi seluler, baik sendiri maupun dikombinasikan dengan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) lainnya yang mampu diakses kapan saja dan dimana saja (Vosloo,
2011). Dengan memanfaatkan perangkat seluler, peserta didik mampu mengakses pembelajaran dari
rumah, berkomunikasi dengan guru, bekerja dengan orang lain secara online dan memungkinkan peserta
didik untuk saling terhubung, berkolaborasi dan berkreasi menggunakan digital yang kaya akan sumber
daya (West, 2013). Pembelajaran menggunakan m-learning dapat diakses secara mandiri oleh peserta
didik. M-learning juga mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik karena mampu
memfasilitasi peserta didik untuk dapat mengumpulkan, menyusun serta membagikan pengetahuan dan
informasi untuk dirinya sendiri maupun orang lain (Mallawaarachchi, 2019). M-learning dapat diakses secara
offline maupun online (Rahmat et al., 2019).
M-learning dipadukan dengan model Problem Based Learning (PBL) memampukan pembelajaran
yang berpusat pada peserta didik, PBL mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis, berpikir tingkat
tinggi, belajar mandiri, memecahakan masalah dan pengetahuan ilmu yang mendalam (Yew & Goh, 2016).
PBL merupakan model pembelajaran berbasis masalah di mana prosesnya berpusat pada orientasi
masalah dan peserta didik belajar untuk memecahkan masalah tersebut (English & Kitsantas, 2013).
Berdasarkan pada penjelasan di atas, tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk mengembangkan M-Learning
IPA Mata Air Tilanga pada pembelajaran berbasis masalah yang layak digunakan pada siswa kelas VII
SMP. M-Learning IPA Mata Air Tilanga dikembangkan melalui Articulate Storyline 3 dengan hasil akhir
berupa aplikasi.

Metode
Penelitian ini merupakan metode penelitian pengembangan (Research and Development) dengan
mengadaptasi model 4-D yang dikembangkan oleh Thiagarajan et al. (1974). Model pengembangan yang
digunakan pada penelitian ini diadopsi dari model 4-D yang terdiri dari 4 tahap, yaitu pendefinisian (define),
perancangan (design), pengembangan (develop), dan diseminasi (disseminate). Adapun penjelasan
mengenai keempat model tersebut dapat diketahui sebagai berikut.
1. Tahap Define
Tahap define terdiri dari adalah analisis awal, analisis peserta didik, analisis tugas, analisis
konsep dan spesifikasi tujuan pembelajaran. Analisis awal digunakan untuk mengetahui pengetahuan
awal kepada pendidik perihal media dan materi yang akan dikembangkan, serta masalah yang sering
terjadi dalam proses pembelajaran melalui wawancara. Analisis peserta didik digunakan untuk
mengetahui pemahaman peserta didik mengenai media, materi, serta potensi lokal yang akan
dipelajari. Analisis tugas digunakan untuk menganalisis KI dan KD yang terkait dengan potensi lokal
yang digunakan. Analisis konsep digunakan untuk menganalisis dan mengidentifikasi konsep pada

36 | Jurnal Bioeducation, Vol. 10, No 1, Februari 2023


Pengembangan M-Learning IPA Mata Air Tilanga pada Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Siswa Kelas VII SMP

materi IPA yang dikaitkan dengan potensi lokal. Spesifikasi tujuan pembelajaran digunakan untuk
merumuskan tujuan pembelajaran.
2. Tahap Design
Tahap design terdiri dari penyusunan tes acuan kriteria, pemilihan media, pemilihan format,
dan penyusunan rancangan awal. Penyusunan tes acuan kriteria digunakan untuk menyusun tes
instrument berdasarkan Kompetensi Dasar (KD) yang telah ditetapkan dan diintegrasikan dengan
potensi lokal. Pemilihan media digunakan untuk memilih jenis media yang akan digunakan. Pemilihan
format digunakan untuk menyusun format media yang akan dikembangkan. Rancangan awal
digunakan untuk merangcang media pembelajaran berupa M-Learning IPA Mata Air Tilanga pada
pembelajaran berbasis masalah.
3. Tahap Develop
Tahap develop terdiri dari uji validasi, uji kepraktisan, dan uji coba terbatas. Uji validasi terdiri
dari validasi media dan materi yang dinilai oleh dua dosen ahli yang bersal dari Universitas Negeri
Yogyakarta. Hasil validasi ahli digunakan untuk mengetahui kelayakan media yang akan digunakan
sebelum dilakukan uji kepraktisan dan juga uji keterbacaan. Setelah dinyatakan layak, media yang telah
direvisi diuji kepraktisannya oleh dua orang guru. Media yang telah diuji kepraktisannya dan dinyatakan
praktis digunakan, diuji cobakan kepada peserta didik melalui uji coba terbatas. Uji coba terbatas yang
terdiri dari 28 orang peserta didik kelas VII digunakan untuk mengetahui keterbacaan media yang
dikembangkan.
4. Tahap Disseminate
Produk yang telah melalui uji kelayakan, kepraktisan, dan keterbacaan, kemudian disebarluaskan
dalam skala kecil, yaitu kepada guru IPA kelas VII SMP.
Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa wawancara dan observasi. Sedangkan
instrumen yang digunakan berupa pedoman wawancara, lembar observasi, angket pendahulan, lembar
kelayakan ahli media dan ahli materi, lembar uji kepraktisan, serta lembar uji keterbacaan. Teknik analisis
data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Bentuk data yang diperoleh pada penelitian ini berupa data
kuantitatif dan kualitatif. Kuantitatif berupa hasil penilaian kelayakan dari ahli media dan ahli materi, hasil uji
kepraktisan dari guru, dan hasil uji keterbacaan dari peserta didik. Sedangkan kualitatif berupa komentar,
saran dan masukan dari ahli media dan materi, guru, dan peserta didik terhadap m-learning IPA Mata Air
Tilanga. data hasil kelayakan, keparaktisan dan keterbacaan diubah menjadi data kuantitatif menggunakan
persamaan menurut Arikunto (2013).
∑𝑋
𝑋̅ =
𝑛

Keterangan:
𝑋̅ = rerata skor
∑𝑋 = Jumlah skor semua komponen
N = Jumlah semua pernyataan
Data kuantitatif yang diperoleh kemudian diubah menjadi data kualitatif dengan cara mengubah skor yang
diperoleh menjadi skala lima menurut Widoyoko (2011: 238).
Tabel 1 Interval Skor Untuk Kelayakan, Kepraktisan dan Keterbacaan
Interval Skolr Nilai Kategori
𝑋 > (𝑋̅𝑖 + 1,8𝑆𝑏𝑖 ) A Sangat Tinggi
(𝑋̅𝑖 + 0,6𝑆𝑏𝑖 < 𝑋 ≤ (𝑋̅𝑖 + 1,8𝑆𝑏𝑖 ) B Tinggi
(𝑋̅𝑖 − 0,6𝑆𝑏𝑖 ) < 𝑋 ≤ (𝑋̅𝑖 + 0,6𝑆𝑏𝑖 ) C Cukup
(𝑋̅𝑖 − 1,8𝑆𝑏𝑖 ) < 𝑋 ≤ (𝑋̅𝑖 − 0,6𝑆𝑏𝑖 ) D Rendah
𝑋 ≤ (𝑋̅𝑖 − 1,8𝑆𝑏𝑖 ) E Sangat Rendah

37 | Jurnal Bioeducation, Vol. 10, No 1, Februari 2023


Pengembangan M-Learning IPA Mata Air Tilanga pada Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Siswa Kelas VII SMP

Keterangan:
𝑋= skor empiris
1
𝑋̅𝑖 = rerata ideal ( (skor maksimum + skor minimum))
2
𝑆𝑏𝑖 = simpangan baku ideal (1/6 (skor maksimum - skor minimum))

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil produk yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa media pembelajaran dalam bentuk
aplikasi bernama M-Learning IPA Mata Air Tilanga. Materi yang digunakan, yaitu KD 4.7 dan 4.7 kelas VII
SMP mengenai interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya. Mata Air Tilanga terkenal dengan masapi
yang hidup di dalamnya serta mitos yang masih dipercaya oleh masyarakat yang ada di sekitarnya. Hal
inilah yang menyebabkan kelestarian hidup di Mata Air Tilanga masih terjaga sampai sekarang sehingga
pengunjung mampu melihat interaksi antar komponen yang terdapat di dalamnya. Karakteristik yang dimiliki
oleh Mata Air Tilanga ini relevan dengan materi IPA mengenai interaksi makhluk hidup dengan
lingkunganya. Potensi lokal menggambarkan tradisi masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya alam
dan sosial yang ada di sekitarnya secara bijaksana untuk menjamin kelangsungan hidup alam mereka
(Bahri, 2016).
Aplikasi M-Learning IPA Mata Air Tilanga dapat dioperasikan melalui smartphone android, IOS,
tablet, maupun laptop. (Göksu & Atici, 2013) berpendapat bahwa contoh perangkat seluler yang dapat
digunakan dalam proses pembelajaran berupa smartphone, laptop, tablet PC, dan Personal Digital Assistant
(PDA). pPmbelajaran menggunakan perangkat seluler memungkinkan terjadinya interaksi antara guru dan
peserta didik di dalam proses pembelajaran (Wang et al., 2003). Format aplikasi M-Learning IPA Mata Air
Tilanga yang dikembangkan meliputi tombol START, input identitas, menu utama yang terdiri menu
kompetensi, pendahuluan, dan kegiatan belajar. Menu kompetensi terdiri dari KD dan indikator yang akan
dicapai. Menu pendahuluan meliputi deskripsi media dan peta konsep. Menu kegiatan pembelajaran terdiri
dari menu Kegiatan Belajar 1, Kegiatan Belajar , dan Kegiatan Belajar 3. Tiap menu kegiatan belajar terdiri
dari tujuan belajar, petunjuk belajar, LKPD, materi belajar, dan evaluasi belajar yang memuat soal essay
dan pilihan ganda. Selain ketiga menu utama yang telah disebutkan, terdapat pula menu backsound untuk
mengatur latar musik selama aplikasi dijalankan serta menu info yang memuat petunjuk penggunaan
aplikasi, referensi, dan profil pengembang. Struktur mobile learning secara umum hampir sama, yaitu terdiri
dari cover, daftar isi, menu, materi, dan evaluasi pembelajaran (Munoto et al., 2021). M-Learning IPA Mata
Air Tilanga dapat dioperasikan secara offline maupun online. Tampilan aplikasi M-Learning IPA Mata Air
Tilanga dapat dilihat pada Gambar 1.

A B

C D

Gambar 1. Tampilan Aplikasi M-Learning IPA Mata Air Tilanga: A) Bagian Cover; B) Input Identitas; C)
Menu Utama; D) Sub-Menu
38 | Jurnal Bioeducation, Vol. 10, No 1, Februari 2023
Pengembangan M-Learning IPA Mata Air Tilanga pada Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Siswa Kelas VII SMP

1. Hasil Kelayakan Produk


Penilaian kelayakan M-Learning IPA Mata Air Tilanga dillakukan dengan memberikan lembar
validasi kepada ahli media dan ahli materi. Uji validasi dilakukan untuk mengetahui kelayakan produk
yang dikembangkan berdasarkan penilaian, saran, dan masukan dari validator ahli. Uji validitas
dilakukan oleh dua dosen ahli media dan ahli materi.
Komponen penilaian ahli media meliputi aspek: (1) kualitas konten dan tampilan; (2) kualitas
instruksional; (3) kualitas teknis; (4) pemanfaatan software; (5) pengoperasian. Adapun hasil penilaian
kelayakan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil Penilaian Kelayakan oleh Ahli Media
No. Aspek Jumlah Skor Skor Max Kategori
1 Kualitas Konten dan 26 26 Sangat Layak
Tampilan
2 Kualitas Instruksional 1 1 Sangat Layak
3 Kualitas Teknis 13 13 Sangat Layak
4 Pemanfaatan Software 1 1 Sangat Layak
5 Pengoperasian 4 4 Sangat Layak
Total 45 45 Sangat Layak

Tabel 2 menunjukkan bahwa media M-Learning IPA Mata Air Tilanga yang dikembangkan sangat layak
digunakan dalam pembelajaran IPA. Ahli media menyatakan bahwa M-Learning IPA Mata Air Tilanga
sangat layak digunakan tanpa revisi karena produk yang dikembangkan telah memadai, baik dari aspek
visual, layout, maupun keterbacaan, dan fitur-fitur yang tersedia sudah sangat memadai untuk
diimplementasikan dalam proses pembelajaran IPA. Penggunaan media pembelajaran berbasis
teknologi merupakan salah satu sarana yang mempu memberikan ilmu pengetahuan yang cukup
efektif. Hal ini dapat terjadi karena media yang berbasis teknologi mampu menyempaikan suatu materi
secara visual, audio, grafik, dan animasi yang dikemas dalam satu produk sehingga dapat mengasah
indra penglihatan serta pendengaran peserta didik (Hikam et al., 2013). Pembelajaran berbantuan
android memberikan dampak positif terhadap proses pembelajaran terutama dalam dimensi kognitif,
metakognitif, sosial budaya dan dalam meningkatkan pengalaman belajarar peserta didik (Yektyastuti
& Ikhsan, 2016).
Komponen penilaian ahli materi meliputi aspek kelayakan isi, kualitas bahasa dan kualitas
penyajian. Adapun hasil penilaian kelayakan ahli materi dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Hasil Penilaian Kelayakan oleh Ahli Materi
No. Aspek Jumlah Skor Skor Max Kategori
1 Kelayakan Isi 33 33 Sangat Layak
2 Kualitas Bahasa 10 10 Sangat Layak
3 Kualitas Penyajian 11 11 Sangat Layak
Total 54 54 Sangat Layak

Tabel 3 menunjukkan bahwa materi yang terdapat dalam M-Learning IPA Mata Air Tilanga sangat layak
digunakan dalam pembelajaran IPA. Ahli materi menyatakan bahwa M-Learning IPA Mata Air Tilanga
sangat layak digunakan tanpa revisi. Kompetensi dan materi yang terdapat dalam produk sudah sangat
memadai dan dikembangkan berdasarkan tuntutan KD dengan mempertimbangkan potensi lokal Mata
Air Tilanga. Pembelajaran yang mengintegrasikan materi pembelajaran dengan potensi lokal di sekitar
peserta didik mampu menarik perhatian peserta didik untuk lebih memahami materi IPA yang mereka
pelajari (Fuadati & Wilujeng, 2019). Peserta didik akan lebih tertarik dalam mempelajari suatu materi
jika dalam proses pembejarannya guru menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi yang
dapat diakses pada laptop maupun smartphone (Seftiana & Yermiandhoko, 2022).

39 | Jurnal Bioeducation, Vol. 10, No 1, Februari 2023


Pengembangan M-Learning IPA Mata Air Tilanga pada Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Siswa Kelas VII SMP

2. Hasil Kepraktisan Produk


Uji kepraktisan terdiri dari tiga aspek, yaitu kualitas konten kualitas penyajian dan kebahasaan. Adapun
hasil uji kepraktisan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Hail Uji Kepraktisan
No. Aspek Jumlah Skor Skor Max Kategori
1 Kelayakan Konten 83,5 92 Sangat Praktis
2 Kualitas Penyajian 47 48 Sangat Praktis
3 Kebahasaan 31 32 Sangat Praktis
Total 161,5 172 Sangat Praktis

Tabel 4 menunjukkan bahwa hasil analisis uji kepraktisan sangat praktis digunakan dengan skor total
sebesar 161,5. Guru IPA menilai petunjuk belajar, materi, kemudahan mengakses, bahasa yang
digunakan, serta media yang digunakan sudah baik dan menarik sehingga dapat menarik minat
peserta. M-learning mampu menyediakan materi pembelajaran yang dapat diakses kapan saja dan
dimana saja, serta mampu menampilkan materi yang lebih menarik untuk meningkatkan performa
peserta didik terutama dalam ranah kognitif peserta didik (Rahmat et al., 2019).
3. Hasil Keterbacaan Produk
Uji keterbacaan terdiri dari dua aspek, yaitu media dan materi. Hasil analisis uji keterbacaan
pada kelas 28 peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Rantepao menunjukkan bahwa keterbacaan media
M-Learning IPA Mata Air Tilanga adalah sebesar 69,1 dengan kategori sangat baik. Pembelajaran yang
memanfaatkan teknologi mampu meningkatkan antusiasme peserta didik dalam proses pembelajaran
(Dashtestani, 2015).
M-Learning IPA Mata Air Tilanga yang telah dianggap layak, praktis dan memiliki keterbacaan
yang tinggi dinyatakan siap digunakan. Penyebaran produk dilakukan dalam skala kecil pada guru IPA dan
peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Rantepao sebagai salah satu sumber belajar. M-Learning IPA Mata
Air Tilanga memuat fitur-fitu menarik yang mampu menarik minat peserta didik untuk mempelajarinya.

Kesimpulan
M-Learning IPA Mata Air Tilanga merupakan salah satu sumber belajar yang mampu menarik minat
belajar peserta didik terutama dalam pembelajaran IPA karena berisi fitur-fitur yang menarik serta
diintegrasikan dengan potensi lokal Toraja yang ada di daerah peserta didik. Hasil penilaian kelayakan oleh
ahli media dan materi menunjukkan bahwa M-Learning IPA Mata Air Tilanga sangat layak digunakan dalam
pembelajaran IPA. M-Learning IPA Mata Air Tilanga juga dinyatakan sangat praktis oleh guru IPA dengan
skor total sebesar 161,5. Sebanyak 28 peserta didik kelas VII juga menyatakan bahwa keterbacaan M-
Learning IPA Mata Air Tilanga sangat tinggi dengan skor total sebesar 69,1. Berdasarkan uji yang telah
dilakukan M-Learning IPA Mata Air Tilanga siap digunakan sebagai sumber belajar pada mata pelajaran
IPA kelas VII terutama pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya.

Referensi

Anisa, A. (2017). Meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik melalui pembelajaran IPA berbasis
potensi lokal Jepara. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 3(1), 1. https://doi.org/10.21831/jipi.v3i1.8607
Arikunto, S. 2013.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Bahri, H. (2016). Pengelolaan Pendidikan Dan Pembelajaran Berbasis Potensi Lokal. Nuansa : Jurnal Studi
Islam Dan Kemasyarakatan, 9(1), 41–47.
https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/nuansa/article/view/372
Dashtestani, R. (2015). Moving bravely towards mobile learning: Iranian students’ use of mobile devices for
learning English as a foreign language. Computer Assisted Language Learning, 29(4), 815–832.
https://doi.org/10.1080/09588221.2015.1069360
English, M. C., & Kitsantas, A. (2013). Supporting Student Self-Regulated Learning in Problem- and Project-
Based Learning. Interdisciplinary Journal of Problem-Based Learning, 7(2), 127–150.

40 | Jurnal Bioeducation, Vol. 10, No 1, Februari 2023


Pengembangan M-Learning IPA Mata Air Tilanga pada Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Siswa Kelas VII SMP

http://10.0.30.91/1541-
5015.1339%5Cnhttp://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&db=eue&AN=90663292&amp
%5Cnlang=ko&site=ehost-live
Fitriani, N., Efendi, I., & Harisanti, B. M. (2019). PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN IPA
BERBASIS KEARIFAN LOKAL DESA SEMBALUN UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR
KOGNITIF SISWA MTs. Bioscientist : Jurnal Ilmiah Biologi, 7(1), 68.
https://doi.org/10.33394/bjib.v7i1.2386
Fuadati, M., & Wilujeng, I. (2019). Web-Lembar Kerja Peserta Didik IPA terintegrasi potensi lokal pabrik gula
untuk meningkatkan rasa ingin tahu peserta didik. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 5(1), 98–108.
https://doi.org/10.21831/jipi.v5i1.24543
Göksu, İ., & Atici, B. (2013). Need for Mobile Learning: Technologies and Opportunities. Procedia - Social
and Behavioral Sciences, 103, 685–694. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.10.388
Hikam, A. R., Kariada, N., & Santosa, K. (2013). Unnes Journal of Biology Education PENGEMBANGAN
GAME EDUKASI VISUAL NOVEL BERBASIS. Unnes Journal of Biology Education, 2(2).
Ibrohim. (2015). Pengembangan IPA/Biologi Pembelajaran Berbasis Discovery/Inquiry Dan Potensi Lokal
untuk Meningkatkan Keterampilan dan Sikap Ilmiah Serta Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan.
Semnas Sains & Entrepreneurship II, 1–19.
Mallawaarachchi, C. (2019). The positive impact in changing of e-learning environment to m-learning to
enhance critical thinking skills in foreign language learning. ACM International Conference Proceeding
Series, 73–77. https://doi.org/10.1145/3338188.3338206
Munoto, M., Sumbawati, M. S., & Sari, S. F. M. (2021). The Use of Mobile Technology in Learning With
Online and Offline Systems. International Journal of Information and Communication Technology
Education, 17(2), 54–67. https://doi.org/10.4018/ijicte.2021040104
Nufus, H., Wira, C., & Kurniati, A. (2019). Pengaruh Penerapan Model Learning Cycle 7E terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ditinjau berdasarkan Kemandirian Belajar Siswa SMPN
31 Pekanbaru. JURING (Journal for Research in Mathematics Learning), 2(3), 199.
https://doi.org/10.24014/juring.v2i3.7730
Prihatiningsih, Zubaidah, S., & Kusairi, S. (2016). Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Pada Materi
Klasifikasi Makhluk Hidup. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA Pascasarjana UM (Vol. 1,
pp. 1053–1062).
Rahmat, R. F., Mursyida, L., Rizal, F., Krismadinata, K., & Yunus, Y. (2019). Pengembangan media
pembelajaran berbasis mobile learning pada mata pelajaran simulasi digital. Jurnal Inovasi Teknologi
Pendidikan, 6(2), 116–126. https://doi.org/10.21831/jitp.v6i2.27414
Seftiana, D., & Yermiandhoko, Y. (2022). Pengembangan Media “ Heroes of the Earth ” Berbasis Android
Pada Materi Ipa Tema Selalu Berhemat Energi Kelas Iv Di Sdn 2 Sawahan. Jurnal Penelitian
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 10(2), 328–337.
Thiagarajan, S., Semmel, D. S., & Semmel, M. I. (1976). Instructional development for training teachers of
exceptional children: A sourcebook. In Indiana University (Vol. 14, Issue 1).
https://doi.org/10.1016/0022-4405(76)90066-2
Vosloo, S. (2011). UNESCO Policy Guidelines for Mobile Learning : An Overview (Issue January 2013).
Wang, C. Y., Liu, B. J., Chang, K. E., Horng, J. T., & Chen, G. D. (2003). Using mobile techniques in
improving information awareness to promote learning performance. Proceedings - 3rd IEEE
International Conference on Advanced Learning Technologies, ICALT 2003, 106–109.
https://doi.org/10.1109/ICALT.2003.1215036
West, D. M. (2013). Mobile Learning Transforming Education, Engaging. September, 1–17.
https://www.brookings.edu/wp-content/uploads/2016/06/BrookingsMobileLearning_Final.pdf
Widoyoko, E. P. 2011. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Yektyastuti, R., & Ikhsan, J. (2016). Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Android pada Materi
Kelarutan untuk Meningkatkan Performa Akademik Peserta Didik SMA Developing Android-Based
Instructional Media of Solubility to Improve Academic Performance of High School Students. Jurnal
Inovasi Pendidikan IPA, 2(1), 88–99.
Yew, E. H. J., & Goh, K. (2016). Problem-Based Learning: An Overview of its Process and Impact on
Learning. Health Professions Education, 2(2), 75–79. https://doi.org/10.1016/j.hpe.2016.01.004

41 | Jurnal Bioeducation, Vol. 10, No 1, Februari 2023

Anda mungkin juga menyukai