TATALAKSANA KASUS
PENYAKIT MATA
KLINIK MATA UTAMA TANGERANG SELATAN
GLAUKOMA
Jl. Legoso Raya No. B4a
Ciputat Timur, Tangsel.
085710033353, 021-22741793.
GLAUKOMA
Jl. Legoso Raya No. B4a
Ciputat Timur, Tangsel.
085710033353, 021-22741793.
PACG ( Primary Angle Closure Glaucoma) atau Glaukoma Sudut Tertutup Primer
1. Pengertian PACG (Primary Angle Closure Glaucoma ) atau Glaukoma sudut
(Definisi) tertutup primer Neuropati Optik , defek lapang pandang, Sudut
tertutup atau sempit dengan TIO meninokat
2. Anamnesis - Tajam penglihatan turun mendadak
- Mata kadang merah
- Sakit kepala
- Mual, dan kadang disertai muntah
3. Pemeriksaan fisik - Visus menurun
- TIO meninkat
- Mata merah
- Injeksi konjungtiva
- Kornea edema
- Iris dilatasi
- Lensa keruh
4. Kriteria Diagnosis 1. Injeksi konjungtiva / injeksi silier
2. TIO meningkat, kornea edema
3. Papil/ iris dilatasi, lensa keruh
4. Gonioskopi : sudut sempit
5. Humphrey bila meningkat ada defek lapang pandang
5. Diagnosis Kerja Primary Angle Closure Glaucoma
6. Diagnosis 1. Glaukoma Akut Sekunder
Banding 2. Glaukoma Maligna
3. Phacomorfic Glaukoma
7. Pemeriksaan 1. Gonioskopi
Penunjang 2. Humphrey Perimetry
3. OCT
4. Fotofundus
8. Tata laksana 1. Obat anti Glaukoma :
- Beta Blocker
- Diuretik (Brinzolamide)
- Miotikum
- Analog prostaglandin
- Gliserin / Manitol
2. Iridotomi laser/iridektomi
3. Trabekulektomi
9. Edukasi 1. Kontrolberkala
2. EvaluasiPerimetri tiap 6 bulan
GLAUKOMA
Jl. Legoso Raya No. B4a
Ciputat Timur, Tangsel.
085710033353, 021-22741793.
NTG : Normal Tension Glaukoma
1. Pengertian NTG : Normal Tension Glaukoma : Glaukoma Tekanan Normal :
(Definisi) Neuropati Optik disertai defek lapang pandang, sudut terbuka
denqan TIO Normal
2. Anamnesis - Sakit kepala
- Lapang pandang menyempit
3. Pemeriksaan fisik - Visus Normal atau menurun
- Segmen anterior : tenang
- Funduskopi : pelebaran cupping
- Gonioskopi : sudut terbuka
4. Kriteria Diagnosis 1. TIO Normal
2. Funduskopi : Pelebaran cupping
3. Gonioskopi : sudut terbuka
4. Lapang pandang: menyempit
5. Diagnosis Kerja Normo Tension Glaucoma
6. Diagnosis 1. POAG
Banding 2. Anomali papil
7. Pemeriksaan 1. Gonioskopi
Penunjang 2. Humphrey Perimetry
3. OCT
4. Fotofundus
8. Tata laksana 1. Obat anti Glaukoma :
- Beta Blocker
- Miotikum
- Analog prostaglandin
- Gliserin / Manitol
2. Laser trabekuloplasti
3. Operasi trabekulektomi
9. Edukasi Pemakaian obat teratur
10. Prognosis Ad Vitam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat I/II/III
Evidens
12. Tingkat A/B/C
Rekomendasi
13. Lama rawat Polilinik, bila operasi rawat inap selama 3 hari
REFRAKSI
Jl. Legoso Raya No. B4a
Ciputat Timur, Tangsel.
085710033353, 021-22741793.
Buta Warna
1. Pengertian (Definisi) Buta Warna : Kelainan penglihatan yang diturunkan Color
Blindness) secara ginetik akibat ketidak mampuan seseorang
membedakan warna tertentu yang disebut juga.
Sex Linted kornea dibawa oleh kromosom x
2. Anamnesis - Kesulitan melihat warna tertentu
- Adakah riwayat penyakit tertentu → untuk mengetahui etiologi
(katarak, degenerasi makula, retinopati diabetikum, glaukoma,
neuropati optik)
3. Pemeriksaan fisik - Pemeriksaan visus dengan koreksi terbaik
- Uji lshihara ( 38 Plate )
Ruang pemeriksaan harus cukup pencahayaan
Lama pengamatan masing - masing lembar maksimal 10 detik
4. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesis
2. Pemeriksaan status oftalmologi
5. Diagnosis Kerja Color blindness → Acquired atau inherited → parsial atau total
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan 1. Funduskopi
Penunjang 2. Pemeriksaan lapang pandang
8. Tata laksana Sesuai dengan etiologi
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan 1. Autorefraktometer
Penunjang 2. Streak retinoscopy
8. Tata laksana 1. Kacamata atau lensa kontak dengan koreksi spheris tertinggi
dengan taiam penglihatan terbaik
2. Pada keadaan tertentu dapat dilakukan bedah refraktif
9. Edukasi Koreksi optik sebaiknya digunakan saat melakukan pekerjaan sehari-
hari
10. Prognosis Ad Vitam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat I/II/III
Evidens
12. TingkatRekomen A/B/C
dasi
13. Penelaah
Kritis
14. Indikator
Medis
15. Lama rawat
7. Pemeriksaan 1. Autorefraktometer
Penunjang 2. Streak retinoscopy
14. Indikator
Medis
15. Lama rawat
Miopia
1. Pengertian Suatukeadaanmatayangmempunyaikekuatanpembiasan yang
(Definisi) melebihi panjang bola mata, sehingga sinar sejajar yang
datang dibiaskan di depan retina
2. Anamnesis - Pengelihatan jauh kabur
- Cepat lelah
- Pada miopia tinggi terdapat degenerasi retina perifer
- Gambaran spot flooting dikarenakan deqenerasi vitreous
3. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan dan koreksi tajam pengelihatan
4. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesis
2. Pemeriksaan visus dan koreksi
5. Diagnosis Kerja Miopia, dibagi menjadi :
- Miopia ringan : - 3,00 D
- Miopia Sedang : -3,00 D s/d -6,00 D
- Miopia tinggi / berat : > -6,00 D
6. Diagnosis
Banding
7. Pemeriksaan 1. Autorefraktometer
Penunjang 2. Streak retinoscopy
8. Tata laksana 1. Kacamata atau lensa kontak dengan koreksi spheris terendah
dengan tajam pengelihatan terbaik
2. Pada keadaan tertentu dapat dilakukan bedah refraktif
9. Edukasi Koreksi optik sebaiknya digunakan saat melakukan pekerjaan
sehari-hari
10. Prognosis Ad Vitam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat I/II/III
Evidens
12. Tingkat A/B/C
Rekomendasi
13. Penelaah
Kritis
14. Indikator
Medis
15. Lama rawat
16. Kepustakaan 1. AAO 2015-2016
2. Clinical Refraction Borish's (William J. Benjamin)
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATALAKSANA KASUS
PENYAKIT MATA
KLINIK MATA UTAMA TANGERANG SELATAN
Amblyopia
1. Pengertian Amblyopia adalah Gangguan perkembangan penglihatanspatial
(Definisi) pada satu atau kedua mata terjadi pada siapaperkembangan
dihubungkan dengan kelainanstrabismus,kelainan refraksi dan
hambatan media.
2. Anamnesis - Riwayat kehamilan dan persalinan?
- Riwayat pgnyakit yang sama dalam keluaarga? pedigree
- Apakah penglihatan kabur perlahan?
- Adakah kabur melihat jauh/dekat?
- Apakah penyakit mengenai satu mata atau dua mata?
- Adakah mata juling?
3. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan oftalmologis (segmen anterior dan posterior)
4. Kriteria Diagnosis - Mata kabur
- Mata juling
5. Diagnosis Kerja Amblyopia
6. Diagnosis - Strabismic amblyopia
Banding - Anisometrik amblyopia
- Refractive amblyopia
- Deprivation amblyopia
7. Pemeriksaan 1. Pemeriksaan refraksi objektif dan subjektif
Penunjang 2. Funduscopy
8. Tata laksana Penanganan ambliopia pada prinsipnya mencegah progresifitas
ambliopia
Epidemik Keratokonjungtivitis
1. Pengertian Epidemik keratokonjungtivitis adalah konjungtivitis viral yang
(Definisi) sering disebabkan oleh adenovirus (DNA virus) dan terjadi
secara epidemik.
lnfeksi konjungtivitis viral adalah konjungtivitis folikularakut yang
biasanya unilateral dan disertai pembesaran kelelenjar limfe
preaurikular
2. Anamnesis - Nyeri periorbital
- Rasa mengganjal
- Mata merah
- Berair-air
- Sering pada anak-anak
3. Pemeriksaan fisik - Miks injeksi konjungtiva
- Edema konjungtiva
- Konjungtiva membran
- Erosi kornea
- lnfiltrat subepitel
4. Kriteria Diagnosis 1. Onset 2 minggu
2. Anamnesa
3. Pemeriksaan fisik
5. Diagnosis Kerja Pemeriksaan klinis
Test imunochromatography
6. Diagnosis 1. Konjungtivitis atopi
Banding 2. Konjungtivitis alergi
7. Pemeriksaan Test lmunochromatography
Penunjang
8. Tata laksana 1. Suportif
2. Topikal steroid 3 -4 kali /hari
3. Artificialtears
4. Kompres dinqin
9. Edukasi 1. Membersihkan kotoran mata dengan tisue sekali pakai
2. Membersihkan kotoran mata sesering mungkin
3. Membuang tisue bekas pakai pada tempatnya (mencegah
penularan)
4. lstirahat dirumah atau izin dari sekolah
10. Prognosis Ad Vitam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat I/II/III
Evidens
12. Tingkat A/B/C
Rekomendasi
13. Penelaah 1. Biasanya meluas secara epidemic
Kritis 2. Mudah menular
3. Perlu meningkatkan daya tahan tubuh
4. Pemberian suplemen roborantia bila perlu
14. Indikator
Medis
15. Lama rawat
16. Kepustakaan 1. AAO section 6
2. AAO section 8
3. Protap FKUI-RSCM
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATALAKSANA KASUS
PENYAKIT MATA
KLINIK MATA UTAMA TANGERANG SELATAN
Ophthalmia Neonatorum
1. Pengertian Ophtalmia neonatorum adalah konjungtivitis yang terjadi dalam 1
(Definisi) bulan pertama kehidupan oleh agen termasuk bacterial,viral, dan
kimia.
2. Anamnesis - Riwayat kehamilan dan persalinan?
- Riwayat penyakit yang sama dalam keluaarga? pedigree
- Ada kotoran pada air ketuban? warna? kekentalan?
- Ada rasa nyeri? Tiba-tiba?
- Apakah ada rasa silau?
- Apakah penglihatan kabur perlahan/mendadak?
- Apakah mata berair-air?
- Adakah reaksi alergi obat?
- Riwayat mata merah?
3. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan oftalmologis (segmen anterior dan posterior)
4. Kriteria Diagnosis - Mata merah
- Sekret purulen
- Unilateral/bilateral
- Terjadi 1 bulan pertama kehidupan
5. Diagnosis Kerja Ophtalmia neonatorum
6. Diagnosis 1. Obstruksi duktus nasolakrmalis
Banding 2. Konjungtivitis neonatus
3. Konjungtivitis yang terjadi pada periode neonatus (bakteri,
viral, chlamidia, chemical)
4. Pemeriksaan Laboratorium
Penunjang Sediaan langsung sekret, kultur + resistensi
5. Tata laksana - N.gonorrhoe:penderita dirawat diruang isolasi, ceftriakson IV
atau IM 50 mg/kgBB I per hari selama 1 minggu, irigasi,topical
antibiotic jika kornea terlibat
- Chlamidia : oral eritromisin 50 mg/kgBB I hari dibagi 4
dosisselama 14 hari eritromisin, topikal eritromisin salep
6. Edukasi Bila penyebab gonnorhoe sangatinfeksius dan menyebabkan
perforasi kornea sampai kebutaan. Terapi harus ditujukan
kepada pasangan orang tua.
7. Prognosis Ad Vitam : bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam
8. Tingkat Evidens I/II/III
9. Tingkat A/B/C
Rekomendasi
10. Penelaah
Kritis
11. Indikator
Medis
12. Lama rawat
13. Kepustakaan The foundation of American academic ophthalmology, basic and
efidence Course. Pediatric ophthalmology and Clinical
Strabismus. Section 6. San Fransisco California2010-2011: 221
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATALAKSANA KASUS
PENYAKIT MATA
KLINIK MATA UTAMA TANGERANG SELATAN
Amblyopia
1. Pengertian Amblyopia adalah Gangguan perkembangan penglihatanspatial
(Definisi) pada satu atau kedua mata terjadi pada siapaperkembangan
dihubungkan dengan kelainanstrabismus,kelainan refraksi dan
hambatan media.
2. Anamnesis - Riwayat kehamilan dan persalinan?
- Riwayat pgnyakit yang sama dalam keluaarga? pedigree
- Apakah penglihatan kabur perlahan?
- Adakah kabur melihat jauh/dekat?
- Apakah penyakit mengenai satu mata atau dua mata?
- Adakah mata juling?
3. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan oftalmologis (segmen anterior dan posterior)
4. Kriteria Diagnosis - Mata kabur
- Mata juling (bisa ada/tidak)
5. Diagnosis Kerja Amblyopia
6. Diagnosis - Strabismic amblyopia
Banding - Anisometrik amblyopia
- Refractive amblyopia
- Deprivation amblyopia
7. Pemeriksaan 1. Pemeriksaan refraksi objektif dan subjektif
Penunjang 2. Funduscopy
8. Tata laksana Penanganan ambliopia tergantung jenisnya, prinsipnya terdiri
dari:
1. Menghilangkan deprivasi
2. Koreksi kelainanrefraksi
3. Oklusi mata dominan
9. Edukasi Kepatuhan pasien dalam menjalani semua tindakan terapisangat
menentukan keberhasilan terapi,dalam hallni keria sama dan
perhatian orang tua sangat dibutuhkan.
10. Prognosis Ad Vitam: ad bonam
Ad Sanationam :dubia ad bonam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat I/II/III
Evidens
12. Tingkat A/B/C
Rekomendasi
13. Penelaah
Kritis
14. Indikator
Medis
15. Lama rawat
16. Kepustakaan The foundation of American academic ophthalmology, basic
andnce Course. Pediatric ophthalmology and Clinical Strabismus
section 6. San Fransisco California 2010-2011:77
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATALAKSANA KASUS
PENYAKIT MATA
KLINIK MATA UTAMA TANGERANG SELATAN
Afakia
1. Pengertian Afakia adalah keadaan tidak ada lensa akibat koplikasi operasi
(Definisi) katarak sebelumnya
2. Anamnesis Keluhan utama: pengelihatan tetap kabur setelah operasi, ada
riwayat operasi katarak
3. Pemeriksaan fisik Visus : ≥ 1/60
TIO : normal
Lensa : tidak ada
Keratometri
Biometri
4. Kriteria Diagnosis 1. Riwayat operasi katarak
2. Lensa tidak ada
5. Diagnosis Kerja Afakia
6. Diagnosis Afakia
Banding Astigmatisma
7. Pemeriksaan 1. Laboratorium : Darah rutin dan Gula darah
Penunjang 2. Ultrasonografi bola mata
3. Keratometri
4. Biometri
8. Tata laksana 1. lnsersi lensa tanam dengan atau tanpa fiksasi sklera
2. Antibiotik oral
3. Antibiotik + steroid tetes
4. Analgetik oral
5. Steroid oral
9. Edukasi Komplikasi tindakan
Perawatan setelah operasi
10. Prognosis Ad Vitam : ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
Ad Fungsionam : ad bonam
11. Tingkat Evidens I/II/III
12. Tingkat A/B/C
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis Tajam penelihatan
15. Lama rawat 2-5 hari
16. Kepustakaan American Academic of Ophthalmology ed 2012-2013
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATALAKSANA KASUS
PENYAKIT MATA
KLINIK MATA UTAMA TANGERANG SELATAN
Katarak Sekunder
1. Pengertian Katarak Sekunder : kekeruhan kapsul posterior setelah operasi
(Definisi) ekstraksi lensa dan insersi lensa tanam
2. Anamnesis Keluhan utama: pengelihatan kabur secara bertahap beberapa
bulan sampai tahun setelah operasi katarak
Riwayat penyakit yang mendasari
3. Pemeriksaan fisik Visus : 6/9 - 1/60
TIO : normal
Lensa : keruh
4. Kriteria Diagnosis 1. Riwayat penyakit
2. Visus menurn perlahan
3. Lensa keruh
5. Diagnosis Kerja Katarak Sekunder (Postrior Capsutar Opacity= PCO)
6. Diagnosis 1. Katarak Sekunder
Banding 2. Katarak
3. Katarak Juvenil
7. Pemeriksaan 1. Laboratorium : Darah rutin dan Gula darah
Penunjang 2. Ultrasonografi bola mata
3. Keratometri
4. Biometri
8. Tata laksana 1. Nd Yag laser
2. Antibiotik + steroi tetes
9. Edukasi 1. Jenis Penyakit dan perkembangannya
2. Komplikasi Penyakf dan Tindakan
3. Perawatan setelah operasi
10. Prognosis Ad Vitam : ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam - malam
Ad Fungsionam : ad bonam
11. Tingkat I/II/III
Evidens
12. Tingkat A/B/C
Rekomendasi
13. Penelaah
Kritis
14. Indikator Tajam penelihatan
Medis
15. Lama rawat 2-5 hari
16. Kepustakaan American Academic of Ophthalmology ed 2012-2013
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATALAKSANA KASUS
PENYAKIT MATA
KLINIK MATA UTAMA TANGERANG SELATAN
Anestesiumum :
- Rontgent thorax : Tidak ada tanda2 edema paru
- Lab: K <5,5
- Kreatinin <7,5
- Pasien TB paru : setelah menyelesaikan pengobatan fase
intensif
- Pasien Hepatitis B : Tindakan Kamis minggu ke 3
5. Kepustakaan 1. Sanityoso, Andri. Hepatitis Viral Akut. Dalam ;Sudoyo A,
SetiyohadiB, Alwi l, Simodibroto M, Setioti S editors. Buku ajar
ilmu penyakit dalam. 5th ed. Jakarta; Pusat lnformasidan
Penerbitan Bagian llmu Penyakit Dalam FKUI, 2009:544-652.
2. Acute Viral Hepatitis. Dalam : FauciA, Kasper D, Longo D,
Brounwald E, Hauser S, Jameson J, Loscalzo J, editors.
Harrison's principles of internal medicine. 18th ed. United
States of America; The McGrow-Hill Companies,2012.
3. Acute Viral Hepatitis. Dalam : Ausiello. Goldman. Cecil
Medicine 23'o edition. Saunders : Philadhelphia.2007
4. Nasution SA, Ranitya R, Ginanjar E, FibrilasiAtrial, ln: Buku
Ajar llmu Penyakit Dalam, Jakarta : Pusat lnformasidan
Penerbitan Bagian llmu Penyakit DalamFKUI. 2014, p 1365-
1379
5. Makmun L, Aritmia Supra Ventrikular, ln : Buku Ajar llmu
Penyakit Dalam, Jakarta : Pusat lnformasi dan Penerbitan
Bagian llmu Penyakit Dalam FKUI. 2014, p1380-1384
6. British Hypertenson Society. Guidelines for management of
hypertension: Report of the Fourth Working Party for the
British Hypertension Society. J Hum Hypertension. 2004;18:
139-85
7. T.Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, et al. The Seventh
Report of the Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure.
Hypertension, 2003 ;42 .1206.52.
8. PERKENI. Konsensus pengelolaan diabetes melitus tipe 2 di
lndonesia. 2006
9. PERKENI. Petunjuk pengelolaan diabetes melitus tipe 2.
2006.
10. The Expert Committee on The Diagnosis and
Classification of Diabetes Mellitus Report of The Expert
Committee on The Diagnosis and Classification of Diabetes
Mellitus Care, Jan 2003;26 (Suppl.1) 55-20