Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN HASIL OBSERVASI

PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN

DI SEKOLAH DASAR NEGERI 04 BAWU JEPARA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Problematika Pendidikan


dan Pembelajaran di SD

Dosen Pengampu : Muhammad Misbahul Munir, M.Pd.

Disusun Oleh : Kelompok 3 (4SDA7)

Salsa Oka Sabrina 211330000735


Rani Purna Anggraeni 211330000765
Alfiana Latifah 211330000869

Fitriani Khoirunnisa 211330000916


Maila Fazza 211330000921
Ifa Latifatur Rohmaniyah 211330000923

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA

TAHUN AKADEMIK 2022 / 2023


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang.......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2

C. Metode Observasi ..................................................................................... 2

D. Waktu Pelaksanaan Observasi .................................................................. 2

BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 3

A. Problematika Pendidik di SDN 04 Bawu ................................................. 3

B. Problematika Peserta Didik di SDN 04 Bawu .......................................... 5

C. Problematika Bahan Ajar di SDN 04 Bawu ............................................. 9

D. Problematika Media Pembelajaran di SDN 04 Bawu ............................ 11

E. Problematika Model, Strategi dan Metode di SDN 04 Bawu .................... 13

F. Problematika Lingkungan di SDN 04 Bawu .............................................. 16

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 19

A. Simpulan ................................................................................................. 19

B. Saran ....................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 20

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah investasi sumberdaya manusia penerus generasi


untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Pada dasarnya pendidikan
adalah upaya untuk mempersiapkan peserta didik agar mampu hidup dengan
baik dalam masyarakatnya, mampu meningkatkan dan mengembangkan
kualitas hidupnya sendiri, serta berkontribusi secara bermakna dalam
mengembangkan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan bangsanya
(Budyartati, 2014). Pendidikan juga berperan dalam mempersiapkan individu
untuk menghadapi tantangan dan tuntutan kehidupan, mengembangkan
keterampilan sosial, dan membantu dalam membangun fondasi yang kuat
untuk karier dan kehidupan yang sukses.
Pendidikan dan pembelajaran di Sekolah Dasar (SD) merupakan
tahap awal dalam proses pendidikan formal yang sangat penting. Pada tahap
ini, anak-anak mulai mengembangkan keterampilan akademik, sosial, dan
emosional yang akan membentuk dasar bagi perkembangan mereka di masa
depan. Namun, ada beberapa problematika yang sering dihadapi dalam konteks
pembelajaran di sekolah dasar, yang dapat memengaruhi kualitas pendidikan
yang diberikan kepada siswa. Agar dapat tercipta proses pembelajaran yang
baik, tentunya diharapkan tidak ada problematika yang terjadi dalam proses
pembelajaran di sekolah dasar.
Problematika proses pembelajaran dalam pendidikan di sekolah
dasar selalu menjadi hal yang sering terjadi di Indonesia. Terlebih pada
beberapa sekolah dasar di daerah pedesaan atau terpencil. Munculnya
problematika dalam proses pembelajaran dapat berasal dari beberapa aspek
pendidikan seperti pendidik, peserta didik, bahan ajar, media pembelajaran,
model, metode, dan lingkungan sekolah. Problematika pendidikan di sekolah
dasar dapat bervariasi dari satu sekolah dengan sekolah lainnya. Problematika

1
pembelajaran tidak boleh dibiarkan terjadi berlarut-larut. Problematika
pembelajaran tentunya perlu dicari penyelesain dan juga solusi agar nantinya
tidak mengganggu tercapainya tujuan pendidikan. Solusi yang efektif harus
disesuaikan dengan kebutuhan dan konteks setempat.

B. Rumusan Masalah

Latar belakang di atas merumuskan berbagai rumusan masalah


sebagai berikut:
a. Bagaimana problematika pendidik di SDN 04 Bawu?
b. Bagaimana problematika peserta didik di SDN 04 Bawu?
c. Bagaimana problematika bahan ajar di SDN 04 Bawu?
d. Bagaimana problematika media pembelajaran di SDN 04 Bawu?
e. Bagaimana problematika model, strategi dan metode di SDN 04 Bawu?
f. Bagaimana problematika lingkungan di SDN 04 Bawu?

C. Metode Observasi

Metode yang digunakan dalam mencari informasi mengenai


problematika pendidikan dan pembelajaran di SDN 04 Bawu yaitu dengan
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Observasi dilakukan dengan cara
mengamati secara langsung kondisi fisik di lingkungan sekolah, dan juga
situasi pada saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Selain dengan
cara observasi, digunakan juga metode wawancara dengan melakukan tanya
jawab secara langsung dengan dua narasumber. Narasumber pertama yaitu
siswa kelas 3 SDN 04 Bawu berjumlah 36 siswa, yang terdiri dari 16 siswa
laki-laki dan 20 siswa perempuan. Narasumber kedua yaitu wali kelas 3 di
SDN 04 Bawu, Bapak Alviyan Puji Ananto, S.Pd.

D. Waktu Pelaksanaan Observasi

Observasi ini dilaksanakan di SDN 04 Bawu Jepara pada hari Sabtu,


10 Juni 2023. Informasi yang dikumpulkan dalam observasi ini mengenai
problematika pendidikan dan pembelajaran yang dialami di SDN 04 Bawu.

2
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Problematika Pendidik di SDN 04 Bawu

1. Keterbatasan Jumlah Guru yang Mengajar

Problematika dalam bidang pendidik yang ada di SD N 04 Bawu


yang pertama yaitu keterbatasan jumlah guru yang menyebabkan beban
kerja yang berlebihan. Dimana guru yang mengajar di SDN 04 Bawu Hal
ini dapat mengakibatkan guru tidak dapat memberikan perhatian yang
cukup kepada setiap siswa secara individual, sehingga kualitas pengajaran
dan pembelajaran dapat terpengaruh. Kualitas pengajaran menurun dalam
kondisi keterbatasan guru, guru yang membagi waktu mereka di antara
banyak kelas atau mata pelajaran. Hal ini dapat mengakibatkan kualitas
pengajaran menurun karena guru tidak memiliki waktu yang cukup untuk
mempersiapkan pelajaran dengan baik atau memberikan bantuan ekstra
kepada siswa yang membutuhkannya. Beban kerja yang berlebihan bagi
guru di mana jumlah guru tidak mencukupi untuk mengajar semua siswa,
guru dapat mengalami beban kerja yang berat. Mereka harus mengajar lebih
banyak kelas atau mengambil tanggung jawab tambahan, Beban kerja yang
berlebihan ini dapat menyebabkan kelelahan dan stres pada guru, yang dapat
mempengaruhi kualitas pengajaran mereka (Suwardi et al., 2017).

Solusi yang dapat ditawarkan untuk mengatasi permalahan ini yaitu


dengan melakukan rekrutmen dan pelatihan guru yang intensif. Pihak
sekolah dan pemerintah perlu meningkatkan upaya rekrutmen guru dengan
menarik agar lebih banyak individu yang berminat menjadi guru di tingkat
SD. Selain itu, diperlukan pelatihan guru yang intensif untuk
mempersiapkan mereka dalam mengajar dan mengelola kelas dengan
efektif.

3
2. Kurangnya Kualifikasi atau Pembaharuan Kompetensi Guru dalam
Mengajar
Problematika dalam bidang pendidik yang ada SDN 04 Bawu yang
kedua yaitu kurangnya kualifikasi atau pembaharuan guru dalam
melaksanakan pembelajaran yang efektif. Hal ini dapat mengakibatkan
penurunan kualitas pengajaran. Guru yang tidak memahami sepenuhnya
materi yang diajarkan dan tidak memiliki keterampilan yang diperlukan
dalam mendesain dan mengimplementasikan pembelajaran yang efektif
dapat menghambat kemajuan belajar siswa dan membuat siswa bosan karna
pembelajaran dilakukan dengan monoton. Menurut Alamsyah (2020)
kualifikasi akademik dan pengalaman mengajar guru bersama–sama
berpengaruh signifikan terhadap profesionalisme guru di sekolah dasar.
Guru sebagai pelaksana pendidikan dituntut untuk lebih meningkatkan
kualifikasi akademik dan pengalaman mengajarnya karena pada dasar nya
keberhasilan siswa dalam belajar tentu tidak terlepas dari peran dan
kompetensi guru dalam mengajar, membimbing serta membinan para siswa.

Solusi dari permasalahan tersebut yaitu dengan mengadakan


pelatihan dan pengembangan guru. Pelatihan ini harus mencakup
pembaruan kompetensi, pengembangan keterampilan pengajaran,
pemahaman tentang metode pembelajaran terbaru, penggunaan teknologi
pendidikan, dan strategi pengajaran yang efektif. Pelatihan ini dapat
dilakukan secara berkala untuk memastikan guru tetap mendapatkan
pengetahuan dan keterampilan terbaru. Kolaborasi dan pertukaran
pengetahuan. Mendorong kolaborasi antara guru-guru dengan memfasilitasi
pertukaran pengetahuan dan pengalaman adalah langkah penting. Ini dapat
dilakukan melalui kelompok diskusi, atau platform online yang
memungkinkan guru untuk saling berbagi praktik terbaik, memperoleh
wawasan baru, dan mendapatkan inspirasi dari rekan-rekan mereka.

4
3. Kurangnya Koordinasi dan Kolaborasi antara Guru

Problematika dalam bidang pendidik di SDN 04 Bawu yang ketiga


yaitu kurangnya koordinasi dan kolaborasi antara guru untuk memperbaiki
kualitas pembelajaran Tanpa adanya koordinasi yang baik, guru-guru
mungkin mengajar sesuai dengan pendekatan dan metode yang berbeda-
beda. Hal ini dapat menyebabkan ketidaksesuaian dalam pengajaran dan
kurikulum yang diterapkan di sekolah. Kolaborasi yang terbatas dapat
menghambat berbagi pengalaman dan pengetahuan antara guru-guru. Setiap
guru memiliki keahlian, pengalaman, dan ide-ide yang berbeda yang dapat
memberikan kontribusi berharga untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran. Dengan kurangnya kolaborasi, potensi ini tidak dapat
dimanfaatkan sepenuhnya, dan inovasi dalam pengajaran dapat terhambat.
Koordinasi dan kolaborasi yang lemah dapat menyulitkan upaya pemecahan
masalah yang kompleks dalam pembelajaran. Dengan kolaborasi yang kuat,
guru-guru dapat saling mendukung, berbagi ide, dan mencari solusi bersama
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Tentunya untuk memperbaiki kualitas pembelajaran, penting bagi


guru-guru untuk bekerja sama, berkoordinasi, dan berkolaborasi secara
efektif. Ini dapat dilakukan melalui pertemuan rutin, pelatihan bersama,
forum diskusi, atau melalui platform online yang memfasilitasi kolaborasi.
Dengan saling berbagi pengalaman, pengetahuan, dan ide-ide inovatif,
guru-guru dapat bekerja sama untuk menciptakan lingkungan.

B. Problematika Peserta Didik di SDN 04 Bawu

1. Ketidakhadiran atau Absensi yang Tinggi dari sebagian Peserta Didik

Problematika peserta didik di kelas 3 SDN 04 Bawu yang pertama


yaitu tingkat absen yang tinggi dari sebagian peserta didik. Tingkat absen
yang tinggi dari peserta didik disebabkan oleh beberapa hal, pertama yakni
kondisi kesehatan peserta didik. Beberapa siswa terkadang mengalami
masalah kesehatan yang mengharuskan siswa untuk absen sekolah untuk

5
mendapatkan perawatan medis. Ketidakhadiran yang berkepanjangan
akibat masalah kesehatan ini dapat mengganggu keteraturan belajar dan
menyebabkan kesulitan dalam mengejar materi yang telah diajarkan. Selain
masalah kesehatan, penyebab tingginya ketidakhadiran siswa disebabkan
oleh kondisi ekonomi, kondisi ekonomi siswa yang sulit dapat memiliki
dampak jangka panjang terhadap pendidikan mereka. Hal ini dapat
memengaruhi kebutuhan dasar mereka di sekolah seperti pemenuhan untuk
perlengkapan sekolah. Terdapat juga beberapa orangtua siswa yang
terkadang tidak memiliki cukup uang guna memberikan uang saku untuk
anaknya bersekolah. Hal tersebut terkadang membuat siswa tersebut enggan
untuk berangkat sekolah dikarenakan tidak diberikan uang saku dan
membuatnya tidak bisa membeli jajan. Selain itu, siswa dengan jumlah
saudara atau adiknya yang banyak dan orang tua kurang memprihatikan
juga berdampak pada tingkat absensi siswa. Peserta didik yang kurang
diperhatikan oleh orang tuanya karena jumlah adiknya yang banyak akan
mengakibatkan siswa tidak semangat untuk bersekolah dan akhirnya
mereka tidak hadir ke sekolah.

Solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah


ketidakhadiran ini yaitu dengan kolaborasi antara sekolah dengan orang tua.
Sekolah dapat memanggil para orang tua dan memberikan pengertian
tentang pentingnya pendidikan, pentingnya kehadiran secara teratur, serta
memberikan motivasi dan dukungan kepada siswa. Orang tua juga perlu
terlibat aktif dalam mengawasi kehadiran anak-anak mereka, dan lebih
memperhatikan keadaan anaknya agar anak memiliki motivasi untuk
bersekolah dan bisa mengikuti pembelajaran dengan baik.

2. Tingkat Motivasi Rendah Peserta Didik untuk Belajar

Tingkat motivasi yang rendah atau keengganan peserta didik untuk


belajar merupakan salah satu permasalahan di kelas 3 SDN 04 Bawu. Hal
ini disebabkan oleh beberapa faktor, pertama yaitu kurangnya minat siswa
terhadap materi pelajaran tertentu, contohnya ketika mata pelajaran tersebut

6
disukai siswa mereka akan semangat dan aktif dalam pembelajaran, tetapi
ketika mata pelajaran tersebut kurang diminati anak akan kehilangan
motivasi untuk belajar. Contohnya ada siswa yang tidak menyukai
matematika maka siswa itu akan malas dan kesulitan ketika pembelajaran
matematika. Faktor kedua yaitu penggunaan metode yang tidak bervariasi,
penggunaan metode di kelas 3 SDN 04 Bawu kurang bervariasi yang
menjadikan pembelajaran menjadi membosankan dan membuat siswa
kehilangan motivasi belajar.

Solusi yang bisa digunakan untuk mengatasi masalah motivasi yang


rendah dan enggan untuk belajar yaitu guru dapat menciptakan lingkungan
belajar yang menarik dan menyenangkan, misalnya guru menggunakan
metode serta media pembelajaran yang interaktif, dimana pembelajaran
akan lebih menyenangkan dan membuat siswa mau untuk mengikuti
pembelajaran. Selain itu guru perlu mengidentifikasi minat dan peserta
didik dan menerapkannya dalam pembelajaran. Hal ini membantu mereka
merasa lebih terlibat dan termotivasi dalam proses belajar.

3. Kurangnya Partisipasi Aktif Peserta Didik saat Proses Pembelajaran

Tingkat partisipasi aktif yang kurang dari sebagian peserta didik


dalam proses pembelajaran menjadi salah satu problematika peserta didik
di kelas 3 SDN 04 Bawu. Pada saat pembelajaran ada beberapa siswa yang
tidur dengan menaruh kepalanya di meja, masih ada yang mengobrol
dengan temannya, dan tidak mendengarkan apa yang disampaikan oleh
guru. Siswa mungkin kurang tertarik pada materi pelajaran atau pada cara
peyampaian materi oleh gurunya. Ini bisa mengurangi motivasi mereka
untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar. Jika pembelajaran hanya
berpusat pada guru dan siswa jarang diberi kesempatan untuk berinteraksi
dengan sesama siswa, hal ini dapat mengurangi keaktifan siswa dalam kelas.
Metode pengajaran yang monoton atau tidak menarik juga dapat membuat
siswa merasa bosan dan kurang termotivasi untuk berpartisipasi.

7
Foto siswa sedang ngobrol saat pembelajaran

Solusi yang bisa dilakukan guru yaitu dengan guru menggunakan


metode pembelajaran yang melibatkan partisipasi aktif dari siswa, bisa
dengan membuat kelompok diskusi atau yang lainnya. Mendorong
pertanyaan, tanggapan, dan diskusi dalam kelas akan membuat siswa
merasa lebih terlibat dan aktif dalam pembelajaran.

4. Perbedaan Kemampuan dan Tingkat Pemahaman antar Peserta Didik

Setiap individu pasti memiliki perbedaan yang unik. Perbedaan


inilah yang nantinya akan membedakan antara individu yang satu dengan
yang lainnya sehingga dapat dijadikan sebagai cirri khas yang dapat
membedakan individu tersebut. Perbedaan kemampuan dan tingkat
pemahaman antar peserta didik yang cukup besar, di kelas 3 SDN 04 Bawu
terdapat perbedaan kemampuan dan tingkat pemahaman antar peserta didik
yang cukup besar, terdapat beberapa siswa yang. Lambat dalam memahami
pembelajaran sehingga ketika diberi pertanyaan oleh guru siswa tersebut
kesulitan untuk menjawab. Setiap peserta didik pasti memiliki kemampuan
yang berbeda dan tidak bisa disama ratakan.

Solusi yang bisa digunakan untuk permasalahan ini yaitu guru


membantu siswa untuk memahami materi pelajaran secara baik dengan

8
memahami karakteristik siswa, dan pembelajaran yang dilakukan harus
memperhatikan karakteristik siswa.

C. Problematika Bahan Ajar di SDN 04 Bawu

1. Kurangnya Variasi Bahan Ajar


Problematika bahan ajar yang ada di SD 4 Bawu yang pertama yaitu
kurangnya variasi atau keberagaman bahan ajar yang digunakan dalam
proses pembelajaran. Bahan ajar yang digunakan. Hal ini dapat
mengakibatkan keterbatasan pemahaman dan kekurangan minat belajar
pada siswa. Dengan adanya kurangnya variasi bahan ajar, siswa mungkin
merasa bosan atau kurang termotivasi untuk belajar. Materi yang monoton
dapat menghambat perkembangan kreativitas siswa serta mengurangi minat
mereka dalam mencari pengetahuan baru. Menurut Kosasih (2021) bahan
ajar yang monoton berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa akibat
daya serap siswa rendah terhadap topik pembelajaran yang sedang
dipelajari. Penggunaan bahan ajar di SDN 04 Bawu hanya mengandalkan
buku siswa dari sekolah yang kualitas dan jumlahnya kurang memadai.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, solusi yang dapat


diterapkan yaitu dengan meningkatkan variasi bahan ajar. Untuk mengatasi
masalah ini, perlu adanya upaya untuk meningkatkan variasi bahan ajar
yang digunakan dalam proses pembelajaran di SDN 04 Bawu. Guru dapat
mencari sumber daya pembelajaran yang beragam, seperti buku teks yang
menarik, media interaktif, permainan edukatif, atau kunjungan ke lapangan.
Dengan memanfaatkan teknologi dan sumber daya yang tersedia, guru dapat
menciptakan pengalaman pembelajaran yang lebih menarik dan beragam
bagi siswa.

2. Kurangnya Adaptasi Bahan Ajar yang Sesuai dengan Kebutuhan Dan


Tingkat Pemahaman Peserta Didik

9
Tidak adanya atau kurangnya adaptasi bahan ajar yang sesuai
dengan kebutuhan dan tingkat pemahaman peserta didik di SDN 04 Bawu
dapat menjadi tantangan dalam mencapai pembelajaran yang efektif. Setiap
siswa di SDN 04 Bawu memiliki karakteristik, kemampuan, dan tingkat
pemahaman yang berbeda. Namun, jika bahan ajar tidak disesuaikan dengan
kebutuhan individu, siswa mungkin mengalami kesulitan dalam memahami
konsep dan mencapai hasil belajar yang optimal. Guru perlu memahami
perbedaan dan karakteristik individu dalam kelas agar bahan ajar yang
digunakan sesuai dengan karakteristik siswa (Septianti & Afiani, 2020).

Permasalahan kurangnya adaptasi bahan ajar yang sesuai dengan


kebutuhan dan tingkat pemahaman peserta didik bisa diatasi dengan
pendekatan yang lebih individualistik dalam menyusun bahan ajar. Guru
harus mengenal setiap peserta didik mereka dengan baik, memahami
kebutuhan dan gaya belajar mereka, serta mampu menyesuaikan cara
pengajaran dan materi yang disampaikan. Selain itu, pemanfaatan teknologi
pendidikan juga dapat menjadi solusi, seperti pengembangan perangkat
lunak pembelajaran adaptif yang dapat menyesuaikan materi dan tingkat
kesulitan sesuai dengan kemampuan peserta didik.

3. Ketidakmampuan dalam Memanfaatkan Teknologi


Ketidakmampuan dalam memanfaatkan teknologi dan media
pembelajaran untuk memperkaya bahan ajar merupakan problematika yang
dihadapi dalam mengembangkan bahan ajar untuk siswa SDN 04 Bawu.
Meski teknologi dan media pembelajaran telah menjadi bagian penting
dalam dunia pendidikan, masih ada beberapa kendala yang dapat
menghambat pemanfaatannya secara efektif. Hal ini disebabkan kurangnya
fasilitas yang memadai, seperti komputer, proyektor, atau akses internet.
Solusi yang bisa digunakan yaitu dengan penggunana bahan ajar
sederhana dan menarik, jika teknologi memang sulit untuk digunakan maka
bisa mengatasinya dengan mengembangkan bahan ajar yang dapat
diperoleh dengan mudah. Contoh bahan ajar yang bisa digunakan seperti,

10
buku teks ilustrasi, media manipulatif, eksperimen sederhana. Pemanfaatan
bahan ajar ini dapat meningkatkan keterlibatan siswa dan memperkuat
pemahaman mereka terhadap materi pelajaran.

4. Keterbatasan Bahan Ajar


Keterbatasan bahan ajar di SDN 04 Bawu yang pertama yaitu
terbatasnya buku teks atau materi pembelajaran, Hal ini dapat membatasi
kesempatan siswa untuk memperoleh pemahaman yang mendalam terhadap
materi pembelajaran. Kedua yaitu keterbatasan pengetahuan dan
keterampilan guru juga dapat mempengaruhi pemanfaatan bahan ajar.
Beberapa guru mungkin tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang
pengembangan dan penggunaan bahan ajar yang inovatif. Dan yang terakhir
yakni keterbatasan ruang dan waktu. Ruang kelas yang terbatas dapat
membatasi penyediaan dan penggunaan berbagai jenis bahan ajar. Selain
itu, jadwal pembelajaran yang padat dan waktu yang terbatas dapat
menghambat kesempatan untuk melibatkan siswa dalam kegiatan
pembelajaran yang lebih interaktif.
Solusi untuk permasalahan keterbatasan bahan ajar yaitu dengan
menambah jumlah serta variasi buku teks, memanfaatkan sumber daya lokal
yang tersedia, atau menjalin kemitraan dengan lembaga atau komunitas lain
untuk mengakses bahan ajar tambahan. Pelatihan dan pengembangan
profesional juga dapat membantu guru meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan mereka dalam merancang dan menggunakan bahan ajar yang
bervariasi dan efektif.

D. Problematika Media Pembelajaran di SDN 04 Bawu

1. Kurangnya Alat Media Pembelajaran


Masalah kurangnya alat media pembelajaran di sekolah dapat
menjadi hambatan dalam proses pembelajaran yang efektif. Kurangnya alat
media pembelajaran dapat membatasi variasi dan keberagaman metode
pengajaran yang dapat digunakan oleh guru, serta mempengaruhi tingkat

11
keterlibatan dan pemahaman siswa. Adanya keterbatasan media
pembelajaran yang dimiliki oleh SDN 04 Bawu yang membuat siswa harus
bergantian dalam menggunakan perangkat pembelajaran untuk menunjang
hasil belajar mereka.
Untuk mengatasi masalah kurangnya media pembelajaran ini, guru
dapat melibatkan siswa dalam menciptakan alat media pembelajaran
sendiri. Misalnya, siswa dapat diminta untuk membuat poster atau yang lain.
Media pembelajaran tidak harus sesuatu yang mahal, media pembelajaran
dapat dibuat dari sesuatu yang sederhana, dengan memanfaatkan bahan-
bahan yang ada disekitar lingkungan siswa.

2. Kurang Memanfaatkan Media dalam Pembelajaran


Salah satu problematika media pembelajaran di SDN 04 Bawu yaitu
kurangnya pemanfaatan media pembelajaran yang ada. Karena ketersediaan
media pembelajaran yang kurang menjadikan guru terbiasa untuk tidak
menggunakan media yang mengakibatkan pembelajaran hanya
menggunakan metode ceramah, dimana guru hanya menjelaskan materi dan
siswa mendengarkan penjelasan guru pada pembelajaran dan kurang
memanfaatkan media yang ada. Sehingga media yang tersedia tidak terawat.

Foto guru mengajar dengan ceramah, tanpa menggunakan media.

Untuk mengatasi hal tersebut, guru perlu sesekali menggunakan


media pembelajaran agar media yang ada bisa bermanfaat untuk
pembelajaran serta media akan terawat.

12
3. Media Kurang Interaktif dan Menarik
Dalam pembelajaran, guru kurang memanfaatkan media
pembelajaran yang menyebabkan media pembelajaran tidak upgrade,
sedangkan pada saat ini zaman semakin berkembang, sehingga media yang
sudah tersedia terkesan monoton. Kurangnya interaksi dalam media
pembelajaran dapat membuatnya terasa pasif dan membosankan.
Untuk mengatasi hal tersebut, guru juga harus mengasah kreatifitas
dalam membuat media pembelajaran yang interaktif dan menarik bagi
siswa. Guru dapat menyediakan interaksi yang lebih banyak dengan
menggunakan fitur-fitur seperti pertanyaan pilihan ganda, tugas-tugas
berbasis proyek, simulasi, dan permainan edukatif. Hal itu memungkinkan
siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran akan meningkatkan
keterlibatan mereka. Dalam pembelajaran guru juga dapat memanfaatkan
barang-barang yang ada dikelas beserta kegunaannya sebagai contoh
penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai guru juga harus inovatif
dalam membuat media pembelajaran sederhana dari game agar menarik
perhatian siswa dalam belajar untuk menunjang hasil belajar yang lebih
baik.

E. Problematika Model, Strategi dan Metode Pembeljaran di SDN 04 Bawu

Muhammad Fathurrohman dengan menyertakan pendapat Joyce dan


Weil yang mengatakan bahwa model pembelajaran adalah sebagai suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
melaksanakan pembelajaran (Fhaturrohman, 2016). Terkait pengertian strategi
pembelajaran, Sri Anita mendefinisikan bahwa strategi juga dapat diartikan
sebagai pola kegiatan pembelajaran yang dipilih dan digunakan guru secara
kontekstual, sesuai dengan karakteristik siswa, kondisi sekolah, kemudian
lingkungan sekitar, serta tujuan khusus pembelajaran yang dirumuskan. Jika
dikaitkan dengan dunia pendidikan, strategi dapat diartikan sebagai
perencanaan yang berisi tantang rangkaian kegiatan tertentu, kemudian
didesain untuk mencapai tujuan pembelajaran (Sanjaya, 2016).

13
Berikut adalah problematika dibidang model, strategi, dan metode
pembelajaran di sekolah dasar :

1. Kurangnya Variasi atau Keberagaman Metode Pembelajaran yang


Digunakan oleh Guru
Seringkali kita temui metode ataupun cara penyampaian materi
pembelajaran oleh guru yang masih bersifat monoton. Dimana tak jarang
dari guru menggunakan metode pembelajaran yang sama setiap harinya
dalam penyampaian materi pembelajaran. Hal ini menjadi salah satu
problem atau masalah dalam pembelajaran. Yang menyebabkan kurang
efektifnya proses pembelajaran. Seperti halnya yang terjadi di SDN 04
Bawu, dimana beberapa guru lebih banyak mengajaran hanya dengan
metode ceramah saja. Siswa lebih sering hanya mendengar saja tanpa
mempraktikkan. Dapat dilihat pada gambar dibawah, guru muatan pelajaran
IPA sedang menerangkan pembelajaran, ia sedang menulis di papan tulis
lalu meminta siswa untuk mencatat apa yang ia catat.

Foto guru sedang menulis materi di papan tulis, dan juga siswa mencatat dibuku.

Solusi yang dapat diberikan adalah guru dapat menggunakan metode


pembelajaran yang bervariasi. Bukan hanya menggunakan metode
pembelajaran dengan ceramah dan diskusi. Namun, guru juga dapat
menerapkan metode pembelajaran yang menyenangkan lainnya selama
proses pembelajaran berlangsung. Seperti halnya tanya jawab, NHT
(Number Head Together), Make a Match, PBL (Problem Based Learning),
dan lainnya. Jika metode ceramah tidak diselingi dengan metode lainnya,

14
maka kondisi belajar siswa cenderung pasif. Untuk mengaktifkan siswa
dalam penerapan metode ceramah, siswa perlu dilatih mengembangkan
keterampilan mental untuk memahami suatu proses, yaitu dengan
mengajukan pertanyaan, memberikan tanggapan dan mencatat
penalarannya secara sistematis (Shaleh, 2020).

2. Ketidaksesuaian antara Metode Pembelajaran yang Digunakan


dengan Kebutuhan dan Karakteristik Peserta Didik
Ketika guru tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang
kebutuhan individu peserta didik, metode pembelajaran yang digunakan
mungkin tidak sesuai dengan level pemahaman atau tingkat kesiapan siswa.
Setiap peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, seperti
visual, auditori, atau kinestetik. Jika metode pembelajaran tidak
mempertimbangkan gaya belajar individu, peserta didik mungkin
mengalami kesulitan dalam memproses dan menginternalisasi informasi.
Solusi yang dapat dilakukan adalah Guru dapat melakukan evaluasi
awal untuk menilai level pemahaman dan kesiapan peserta didik. Evaluasi
ini dapat melibatkan tes, tugas, atau diskusi individu dengan siswa. Dengan
memahami kebutuhan dan tingkat kemampuan siswa, guru dapat
menyesuaikan metode pembelajaran, menyediakan bahan tambahan, atau
memberikan dukungan tambahan jika diperlukan. Guru dapat mencoba
mengidentifikasi gaya belajar individu peserta didik dengan menggunakan
tes atau observasi. Setelah itu, guru dapat menyesuaikan metode
pembelajaran dengan gaya belajar masing-masing siswa. Misalnya,
memberikan materi visual untuk siswa visual, memfasilitasi diskusi atau
ceramah untuk siswa auditori, atau menyediakan aktivitas fisik untuk siswa
kinestetik.
3. Kurangnya Pelibatan Aktif Peserta Didik
Metode pembelajaran yang tidak menarik atau tidak melibatkan
peserta didik dapat mengurangi motivasi dan minat mereka dalam belajar.
Ini dapat menyebabkan penurunan partisipasi dan keterlibatan siswa dalam
proses pembelajaran. Nana Sudjana (2004: 61) menyatakan keaktifan siswa

15
dapat dilihat dalam hal: (1) turut serta dalam melaksanakan tugas
belajarnya; (2) terlibat dalam pemecahan masalah; (3) Bertanya kepada
siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya;
(4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan
masalah; (5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru;
(6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil– hasil yang diperolehnya; (7)
Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis; (8)
Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang diperoleh dalam
menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.
Solusi yang dapat dilakukan yaitu guru dapat mencoba
menggunakan pendekatan yang lebih interaktif dan melibatkan siswa secara
aktif dalam proses pembelajaran. Misalnya, melibatkan siswa dalam
proyek, diskusi kelompok. Menggunakan pendekatan pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik, seperti pembelajaran kolaboratif, proyek
berbasis masalah, dan penggunaan teknologi pendidikan, dapat
meningkatkan pelibatan aktif peserta didik. Selain itu, memberikan umpan
balik positif dan memberikan pengakuan terhadap upaya peserta didik dapat
membantu meningkatkan motivasi mereka untuk terlibat secara aktif dalam
proses pembelajaran.

F. Problematika Lingkungan di SDN 04 Bawu

1. Ruang Kelas Kurang Tertata Rapi

Salah satu problematika lingkungan yang terjadi di SDN 04 Bawu


yaitu ruang kelas yang kurang tertata dengan rapi. Pada saat obervasi
dilakukan di ruang kelas 3, terdapat beberapa buku modul siswa yang hanya
ditaruh di lantai sehingga hal tersebut terkesan berserakan dan dapat
merusak buku karena kurang perawatan yang baik. Dampak dari lingkungan
ruang kelas yang kurang rapi dan berantakan dapat mempengaruhi proses
pembelajaran dan kenyamanan, serta dapat mengganggu konsentrasi siswa.

16
Foto buku siswa berserakan di lantai keas 3 SDN 04 Bawu.

Untuk mengatasi permasalahan kurang tertatanya ruang kelas dan


buku yang berserakan di lantai kelas 3 SDN 04 Bawu, dapat diatasi dengan
cara merapikan ruang kelas, membersihkan dan membereskan buku-buku
yang berserakan tersebut. Diruang kelas tersebut tidak terdapat lemari
ataupun rak buku dikarenakan ruang kelas sudah tidak muat atau
mencukupi. Akan tetapi hal tersebut dapat diatasi dengan cara membuat rak
ambalan yang menempel pada dinding. Tidak harus membeli lemari atau
rak yang bagus karena tentunya membutuhkan dana yang tidak sedikit. Guru
dan siswa dapat bekerja sama untuk membuat sendiri rak ambalan tersebut
dengan memanfaatkan bahan-bahan yang sudah ada disekitar kita.
Misalnya, ada siswa yang diminta untuk membawa kayu, paku, dan alat lain
yang dibutuhkan. Hal itu akan lebih meringankan karena dikerjakan
bersama, dan tentunya rak ambalan tidak akan memakan tempat karena
menempel di dinding. Dengan adanya rak ambalan tersebut, dapat
digunakan untuk menaruh buku-buku modul tematik siswa yang berserakan
di lantai sehingga kelas akan nampak bersih dan tertata dengan rapi. Selain
itu, guru dapat mengadakan diskusi dan kegiatan mengenai pentingnya
menjaga lingkungan bersih dan rapi. Guru dapat menyampaikan bahwa
mereka juga mempunyai tanggung jawab atas kebersihan dan kerapian
lingkungan kelas, siswa diminta untuk mengembalikan buku kembali ke
tempatnya setelah selesai mereka gunakan.

17
2. Ruang Kelas Terlalu Sempit
Problematika lingkungan di SDN 04 Bawu selanjutnya yaitu ruang
kelas yang terlalu sempit dengan jumlah siswa yang terlalu banyak. Seperti
pada kelas 3 yang berjumlah 36 siswa dalam satu kelasnya. Dikarenakan
banyaknyanya siswa dan ruang kelas tidak begitu luas, menyebabkan kelas
menjadi desak-desakan, terkesan pengap dan hampir tidak ada ruang kosong
karena dipenuhi oleh meja dan kursi siswa. Hal tersebut membuat kondisi
di kelas kurang nyaman terlebih siswa yang menempati bangku paling
depan. Jarak anatara bangku dengan papan tulis hanya satu meter saja, yang
membuat siswanya menengadah ke atas saat melihat papan tulis dan saat
menatap wajah guru didepannya. Tentunya hal tersebut membuat siswa
menjadi kurang nyaman saat proses pembelajaran berlangsung. Selain itu,
ruang kelas yang berdempetan antara satu kelas dengan lainnya dimana
dinding belakang terbuat dari pintu rolling besi yang tidak kedap suara
menyebabkan kegaduhan dari kelas lain terdengar jelas/bising, sehingga
mengurangi kenyamanan dalam proses pembelajaran.

Foto jarak bangku dengan papan tulis Foto kondisi ruang kelas

Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan cara membagi


siswa menjadi dua lokal. Dengan pembagian tersebut tentunya akan
mengurangi suasana desak-desakan di kelas dan dapat menjadikan
pembelajaran lebih nyaman. Pihak guru juga dapat mencoba mendiskusikan
masalah ruang kelas yang terlalu kecil dengan pihak sekolah atau otoritas
yang berwenang. Ajukan saran atau permintaan untuk memperoleh ruang
kelas yang lebih besar atau fasilitas tambahan yang diperlukan.

18
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Observasi yang dilakukan di SDN 04 Bawu memperlihatkan adanya


beberapa problematika pendidikan dan pengajaran yang terjadi di sekolah
tersebut. Munculnya problematika dalam proses pembelajaran di sekolah
tersebut berasal dari beberapa aspek pendidikan seperti pendidik, peserta didik,
bahan ajar, media pembelajaran, model, metode, dan lingkungan sekolah.
Problematika-problematika tersebut diantaranya yaitu : terbatasnya jumlah
guru yang mengajar di SDN 04 Bawu, banyaknya ketidakhadiran siswa dalam
proses pembelajaran, kurangnya bahan ajar yang bervariasi, kurangnyaa
pemanfaatan media yang tersedia, kurangna variasi penggunaan metode
pembelajaran, serta ruang kelas yang tidak tertata rapi.

Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi problematika-


problematika tersebut diantaranya yakni dengan menambah atau merekrut guru
baru yang insentif, dengan menghadirkan orang tua siswa dan memberikan
pemahaman tentang pentingnya keadiran dalam suatu proses pembelajaran,
membuat bahan ajar yang bervariasi, memanfaatkan media yang tersedia
dengan lebih baik lagi, dan menggunakan metode-metode pembelajaran yang
dapat lebih menarik minat dan motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran,
dan solusi untuk problematika yang terakhir yaitu dengan bekerja sama menata
dan menjaga kebersihan ruang kelas.

B. Saran

Obseravasi ini dilakukan dengan harapan problematika pendidikan dan


pengajaran yang terjadi di SDN 04 Bawu dapat teratasi dengan solusi dan
pemecahan masalah yang telah dipaparkan diatas. Serta diharapkan dapat
menjadikan SDN 04 Bawu berkembang maju lebih baik ke depannya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, M., Ahmad, S., & Harris, H. (2020). Pengaruh Kualifikasi Akademik
dan Pengalaman Mengajar terhadap Profesionalisme Guru. Journal of
Education Research, 1(3), 1830187.

Budyartati, S. (2014). Problematika Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:


Deepublish.

Fhaturrohman, M. (2016). Model-Model-Model Pembelajaran Inovatif: Alternatif


Desain Pembelajaran Yang Menyenangkan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Kosasih, E. (2021). Pengembangan bahan ajar. Jogjakarta: Bumi Aksara.

Pupuh, F., & Sobry, M. S. (2014). Strategi Belajar Mengajar, Bandung: PT. Refika
Aditama.

Sanjaya, W. (2011). Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan.

Septianti, N., & Afiani, R. (2020). Pentingnya Memahami Karakteristik Siswa


Sekolah Dasar Di SDN Cikokol 2. As-Sabiqun, 2(1), 7–17.

Shaleh, A. R. (2020). Pendidikan Agama dan Keagamaan: Visi, Misi, dan Aksi.
Jakarta: Gemawindu Pancaperkasa.

Suwardi, S., Firmiana, M. E., & Nida, F. (2017). Pengaruh loyalitas terhadap
kinerja guru SD awal. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Humaniora, 3(1), 96–
108.

20

Anda mungkin juga menyukai