Anda di halaman 1dari 8

1. Cara monitoring pasien TB!

Pada awal pengobatan pasien harus berada di bawah pengawasan untuk


memastikan mematuhi terapi yang di berikan. Setelah pemberian obat sangat penting
untuk melakukan evaluasi bakteriologi untuk memantau respons terhadap terapi TB.
Pasian akan melakukan pemerisaan seputum setiap bulan hingga di nyatakan negative.
Jika biakan sputum tetap positif lebih dari 3 bulan perlu di curigai kegagalan pengobatan
dan resisten terhadap obat.
Sepesimen harus di ambil di akhir terapi untuk membuktikan kesembuhan. Jika
hasil tetap positif setalah 3 bulan walaupun pasien patuh menandakan adanya kegagalan
pengobatan dan kemungkinan resistansi obat, sehingga dilakukan pemeriksaan
kerentanan obat. Pada pasien TB ekstraparu harus dinilai secara klinis dan radiografis.
Selama pengobatan pasien harus selalu di pantau untuk toksisitas obat seperti
hepatitis. Pasien harus di beritahu tentang tanda dan gejala hepatitis imbas obat(urin
gelap dan hilang napsu makan) dan perlu untuk menghentikan pengobatan. Pasien
dewasa juga dianjurkan untuk memperiksakan basal fungsi hati. Pada pasien gejala
hepatitis disertai kadar aminotransferase aspartatnya sangat tinggi pengobatan harus di
hentikan dan di berikan ketika fungsi hati kembali normal

Sumber:
Loscalzo, J. 2016. Harrison Pullmonologi dan Penyakit Kritis edisi 2. Penerbit Buku
kedokteran EGC

2. Prognosis TB!

3. Epidemilogi pasien TB!


Pada tahun 1993 WHO menetapkan TB sebagai Global health emergency. Karena
1/3 penduduk dunia terpapar. Sebagian besar angka kasus TB (95%) dan kematian (98%)
terjadi dinegara berkembang. salah satunya asia karena tingginya prevelansi lebih dari
65% kasus baru dan kematian. 75% TB menyerang usia produktif yakni 20-50 Tahun.
Berdasarkan WHO 2013 ada 8,6 juta insiden dengan 1,1 juta penderita HIV.
1995-2012 ada 56 juta penderita TB yang di obati. Pada tahun 2012 terhitung 450.000
orang sakit karena MDR-TB dan 170000 orang meninggal karena MDR-TB.
Indonesia adalah negara ke 3 dengan prevalansi terbanyak, tetapi pada tahun 2011
turun menjadi ke 4 dengan 0,38-0,54 juta kasus.

Sumber:
Setiati, S., Alwi, I., Sudoyo, A. W. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI.
Internapublishing

4. Etiologi TB! (didapatkan/dalam diri)


Pada Tahun 1882 Robert Koch Menemukan kuman Penyebab TB berbentuk
batang, lalu Robert Koch mengidentifikasinya menjadi bakteri tahan asam (BTA)
Myobakterium tuberculosis. Penyebaran TB paru karena kuman di batukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet yang dapat menetap bebas dalam udara sekitar 1-2
tergantung pada sinar violet, fentilasi dan kelembaban

Sumber:
Setiati, S., Alwi, I., Sudoyo, A. W. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI.
Internapublishing

5. Kelasifikasi TB!
 Berdasarkan Patologis
 Tuberkulosis Primer
 Tuberculosis Post-Primer
 Berdasarkan Aktifitas Radiologi
 Aktif
 Non-aktif
 Quiescent(bentuk aktif yang mulai menyembuh)
 Berdasarkan radiologi (luas lesi)
 Tuberkulosis Minimal
 Moderately advanced tuberculosis
 Far advanced tuberculosis
 Aspek Kesehatan Masyarakat (American thoracic society)
 Kategori 0 : tidak terpajan, tidak terinfeksi, kontak (-), tuberkulin (-)
 Kategori I : terpanjan, tidak terbukti terinfeksi, kontak (+), tuberkulin (-)
 Kategori II : terinfeksi, Tuberkulin(+), radiologi dan sputum (-)
 Kategori III : terinfeksi dan sakit
 Kelainan klinis, radiologi, dan mikro biologis:
 Tuberculosis
 Bekas Tubercolosis
 Tersangka Tuberculosis:
 TB tersangka yang di obati ( Sputum BTA(-) tanda dan gejala(+))
 TB tersangka yang tidak di obati (Sputum BTA(-), tanda dan
gejala meragukan
 Berdasarkan Terapi (WHO, 1991)
 Kategori I : kasus baru Sputum (+) atau Bentuk TB berat
 Kategori II : kasus kambuh atau gagal dengan sputum (+)
 Kategori III : Kasus BTA negative dengan kelainan paru tidak luas atau
TB ekstra palu selain kategori I
 Kategori IV : TB kronik
Sumber:
Setiati, S., Alwi, I., Sudoyo, A. W. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI.
Internapublishing
6. Patogenesis TB!
Patogenesis TB di bagi menjadi 2 yaitu Tuberculosis primer dan tuberculosis
pasca primer(Tuberculosis sekunder).
Tuberculosis Primer berasal dari luar tubuh karena M.Tuberculosis dapat hidup di
udara bebas selama 1-2 jam tergantung sinar ultraviolet, ventilasi dan kelembaban. Bila
partikel ini di hirup akan menempel pada saluran pernafasan. Kuman ini pertama kali
akan dihadapi oleh Magrofag dan kebanyakan mati lalu di keluarkan bersamaan dengan
gerakan silia. Bila tidak mati akan berkembang dalam sito-plasma makrofag dan akan
terbawa keseluruh tubuh
Tuberculosis Pasca Primer terjadi karena kuman yang dormant infeksi primer
setelah bertahun-tahun menjadi tuberculosis dewasa. 90% kuman reinfeksi dikarenakan
turunnya imunistas tubuh karena Malnutrisi,alkohol, maligna,diabetes,AIDS,gagal ginjal.
TB ini ditandai dengan adanya sarang pada regio atas paru. Invasi kuman ini akan
menyerang daerah parenkim paru-paru.
Sumber:
Setiati, S., Alwi, I., Sudoyo, A. W. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI.
Internapublishing

7. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan Penunjang (Mengapa pengambilan sekutum 3 kali).


 Pemeriksaan fisik
 Konjunggatif mata atau kulit karena anemia, demam dan berat badan
menurun
 Pada kasus dini sulit untuk di nilai melalui Palpasi, perkusi dan auskultasi
 Secara anamnesis dan Pemeriksaan fisik sulit dibedakan dengan
pneumonia biasa
 Pada apeks paru bila ada infiltrat yang agak luas perkusi redup, auskultasi
suara bronkial
 Terdapat suara ronki basah, kasar dan nyaring
 Jika ada penebalan plaura suara nafas vesicular melemah
 Jika cavita cukup besar perkusi hipersonor atau timpani dan auskultasi
amforik
IPD 938
 Pemeriksaan darah
 TB baru aktif jumlah leokosit sedikit meningkat, limfosit dibawah normal,
laju endapan darah meningkat
 Mulai sembuh leokosit normal, limfosit diatas normal, laju endapan darah
turun kearah normal
 Anemia ringan
 Gama globulin meningkat
 Kadar natrium darah menurun
Ipd
 Suptum BTA
 Dapat menemukan BTA dapat menegakkan diagnosis
 Evaluasi terhadap pengobatan
 Pemeriksaan dilakukan dengan mikroskop biasa
 Pemeriksaan dilakukan dengan mikroskop fluoresens
 Pemeriksaan dengan biakan, setelah 4-6 minggu koloni mulai tampak, jika
pada minggu ke 8 koloni tidak tampak (-)
 Pemeriksaan resisten terhadap obat

Sumber:
Setiati, S., Alwi, I., Sudoyo, A. W. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI.
Internapublishing
8. Tatalaksana TB akut dan definitive!

Sumber:
Menkes RI. 2019. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/755/2019 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
Tata Laksana Tuberkulosis
9. Nutrisi Pasien TB!
10. Rujukan Pasien TB!
 Alur rujukan Pasial Antar FKTP

 Alur rujukan dari FKTP ke rumah sakit

Kriteria Rujukan:
1. TB dengan kondisi khusus seperti TB dengan kehamilan, TB dengan
hepatitis, TB dengan gangguan fungsi ginjal dan TB dengan DM
2. TB paru sputum negative dengan kriteria: klinis tidak membaik setalah
pemberian antibiotic spectrum luas, terduga HIV dan kondisi klinis berat.
3. Terduga TB ekstra paru
4. Terduga TB anak di FKTP yang tidak memiliki tuberculin
5. TB dengan HIV

 Alur rujukan pasien terduga TB resisten Obat

Sumber:
Wadaningrum, C., Mustikawai, D. E., 2015. Petunjuk Teknis Pelayanan Tuberkulosis
Bagi Peseta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Kementerian kesehatan Republik
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai