Anda di halaman 1dari 2

LIBUR 2 MINGGU COVID 19

Pada awalnya saya masih berada di kelas 9 SMP, lalu ketika hampir
mendekati akhir semester 2 kami diberitahu bahwa ada libur massal selama 2
minggu yang di perintahkan oleh mentri Pendidikan dikarenakan adanya kasus
covid 19 yang semakin marak pada waktu itu, sebenarnya saya dan teman
teman khawatir dengan keadaan yang membuat huru hara di seluruh penjuru
dunia itu, namun disamping itu sebagai pelajar yang normal saya juga merasa
senang atas berita libur itu begitu juga dengan teman teman saya yang lain.
Lalu libur pun terlaksana namun bukan selama 2 minggu tapi berlanjut lanjut
sampai kurang lebih selama 8 bulanan saya merasakan libur di rumah. Namun
buruknya, saya dan teman teman seangkatan saya pada waktu itu yang sudah
mempersiapkan perpisahan yang seharusnya sangat amat membekas pada
saya dan teman teman saya dikarenakan selama kurang lebih 3 tahunan saya
dan teman teman saya selalu bersama sama dalam kegiatan sehari hari, kami
harus menerima kenyataan pahit bahwa perpisahan tidak bisa dilaksanakan
oleh sekolah karena larangan dari pemerintah untuk tidak melakukan kegiatan
yang menyebabkan banyak orang berkumpul dalam hal apapun itu. Jadi, saya
dan teman teman saya akhirnya hanya melakukan kegiatan perpisahan kecil
kecilan sebagai tanda bahwa kami akan bepisah dan masuk ke SMA impian
kami masing masing. Lalu selama liburan di rumah yang kurang lebih 8 bulanan
itu, saya hanya melakukan kegiatan kegiatan lain seperti membantu kedua
orang tua, makan dan tidur selayaknya manusia normal pada umumnya.
Lalu pada bulan mei 2020 saya mendaftar di suatu SMA di Kota
Pekanbaru dan diterima menjadi salah satu murid disana, namun dikarenakan
adanya kasus covid 19 yang masih berlanjut, saya dan para siswa disana tidak
dapat belajar secara tatap muka di sekolah, hal ini menyebabkan kami selama
kurang lebih 5 bulanan belajar secara daring dari rumah melalui e-learning.
Setelah 5 bulan lamanya belajar daring dari rumah, pihak sekolah memberi
kabar bahwa pemerintah mengizinkan untuk para pelajar melakukan
pembelajaran tatap muka namun secara terbatas, setelah itu saya diantar
orang tua saya dari rumah menuju ke sekolah untuk belajar normal dengan
para guru dan siswa di sekolah seperti pada umumnya. Pada waktu itu covid
masih terus meningkat kasusnya, banyak di sekitar saya yang terkena dampak
dari kasus covid 19 ini. Ketika saya tinggal di sana, suatu ketika saya terkena
covid 19 dengan beberapa teman sekolah saya yang lain. Dikarenakan adanya
ketentuan yang mengharuskan orang yang terkena covid 19 agar dikarantina,
maka saya dan teman teman saya yang terkena covid dikarantina selama
kurang lebih 10 hari di suatu ruangan yang terpisah dengan siswa yang lain
yang tidak terkena covid 19. Pada waktu itu kegiatan yang harusnya tidak
dilakukan di kamar menjadi dilakukan di kamar seperti sholat dan olahraga
untuk kebugaran tubuh. Lalu sekolah memerintahkan agar seluruh siswa di
karantina selama 2 minggu, lalu kami semuapun dikarantina baik itu yang
terkena dan juga yang tidak terkena covid 19 dikarenakan pada 2 minggu
berikutnya seluruh siswa di sekolah kami akan di pulangkan ke rumah kami
masing masing. Penyebab kami semua dipulangkan yaitu karena waktu itu
covid 19 sedang marak maraknya di kota Pekanbaru sehingga kota Pekanbaru
berada pada fase zona merah tentang penyebaran kasus covid 19. Setelah itu,
kami dipulangkan ke rumah kami masing masing dan kamipun belajar secara
daring kembali, berminggu minggu bahkan berbulan bulan kami melaksanakan
pembelajaran secara daring dari rumah kami masing masing, sehingga waktu
itu untuk mendapatkan nilai dari masing masing mata pelajaran, kami
diharuskan untuk melakukan absen setiap harinya, menghadiri zoom dari guru
mata pelajaran dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru melalui
daring.

Anda mungkin juga menyukai