DI POSYANDU MOJOSONGO
Disusun Oleh
(DB221002)
2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. LATAR BELAKANG
Bayi prematur maupun bayi cukup bulan yang lahir dengan berat badan rendah,
terutama di bawah 2.000 gram, terancam kematian akibat hipotermia-yaitu penurunan suhu
badan di bawah 36,5 derajat Celcius-di samping asfiksia (kesulitan bernapas) dan infeksi.
Hipotermia terjadi karena evaporasi atau menguapnya cairan (air ketuban/air) dari
kulit bayi yang basah, radiasi, atau kehilangan panas karena udara ruangan lebih dingin
dibanding tubuh bayi, konduksi atau kehilangan panas karena bayi bersentuhan dengan
benda yang lebih dingin (alas tidur dingin atau popok basah), serta konveksi jika bayi
telanjang terkena aliran udara dingin.
"Suhu tubuh ideal bayi adalah 36,5-37 derajat Celcius. Bayi akan kedinginan dan stres kalau
suhu tubuhnya di bawah 36,5 derajat Celcius. Jika suhunya di bawah 32 derajat Celcius,
bayi akan mengalami cold injury yang ditandai dengan muka, ujung tangan, dan ujung kaki
berwarna merah terang, bagian tubuh lain pucat, kadang-kadang terjadi pengerasan kulit
yang kemerahan, serta pembengkakan terutama di punggung," papar Imral.
Faktor risiko hipotermia, antara lain bayi lahir tidak segera dikeringkan, terlalu cepat
dimandikan, setelah dikeringkan tidak segera diberi pakaian, tutup kepala dan dibungkus,
tidak segera didekapkan pada tubuh ibu, bayi baru lahir dipisah dari ibunya, tidak segera
disusui ibunya, bayi berat lahir rendah, dan bayi sakit.
Perawatan BBLR yang berkualitas baik bisa menurunkan kematian neonatal, seperti
inkubator dan perlengkapannya pada Neonatal Intensive Care Unit. Namun, teknologi ini
relatif mahal. Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, dihadapkan pada masalah
kekurangan tenaga terampil, biaya pemeliharaan alat, serta logistik.
Selain itu, penggunaan inkubator dinilai menghambat kontak dini ibu-bayi dan
pemberian air susu ibu (ASI), serta berakibat ibu kurang percaya diri dan tidak terampil
merawat bayi BBLR. Sehingga para pakar khususnya dibidang Perinatologi melakukan
penelitian dan didaptkannya asuhan metode kangguru yang banyak memberikan manfaat
dalam menangani BBLR. Untuk lebih jelasnya lagi penulis akan membahas lebih rinci
dalam penggunaan metode ini.
B. TUJUAN
1. Tujuan Intruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang Kangaroo Mother Care selama 40 menit,
diharapkan ibu dengan bayi BBLR ( Berat Bayi Lahir Rendah ) mengetahui tentang
perawatan Kangaroo Mother Care.
2. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang Kangaroo Mother Care diharapkan Ibu dengan
bayi BBLR mampu :
a. Memahami definisi dari Kangaroo Mother Care dengan tepat
b. Memahami tentang manfaat dari Kangaroo Mother Care dengan tepat
c. Memahami Kriteria Bayi Yang Diberikan Kangaroo Mother Care
d. Memahami cara perawatan Kangaroo Mother Care dengan tepat
e. Memahami prosedur perawatan Kangaroo Mother Care dengan tepat
f. Memahami komponen perawatan Kangaroo Mother Care dengan tepat
g. Memahami tanda bahaya selama perawatan Kangaroo Mother Care
C. SASARAN
Ibu dengan bayi BBLR ( Berat Bayi Lahir Rendah ) di Kelurahan Mojosongo
D. MEDIA
Leaflet dan lembar balik
E. STRATEGI PELAKSANAAN
No Terapis Waktu Subjek Terapi
1 Persiapan (Pra interaksi) 5 menit Ruangan, alat-alat,
a. Menyiapkan ruangan ibu dan bayinya
b. Menyiapkan alat-alat sudah siap.
c. Menyiapkan ibu dan bayinya
F. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa
b. Posisi tempat di Ruang Melati
c. Peserta sepakat untuk mengikuti penyuluhan
d. Lifleat sudah disediakan
2. Evaluasi Hasil
a. Diharapkan ibu mampu menjelaskan , mempraktikkan apa yang sudah diajarkan.
b. Menyampaikan perasaan setelah mengikuti penyuluhan.
c. Ibu memahami isi keseluruhan dari penyuluhan tentang Kangaroo Mother Care.
MATERI TERLAMPIR
Depkes RI. (2010). Angka kematian bayi dan ibu. (www.Depkes.go.id diakses pada
Suradi. dan Yanuarso, et al. (2009). Perawatan bayi berat lahir rendah dengan
Priya, J.J. (2004). Kangaroo care for low birth weight babies. Nursing Journal of