YOGYAKARTA
2022
ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PADA
KEMASAN DAN PRODUK PAKAN TERNAK DI CV.
CHAIJEDANG BATANG DENGAN METODE SIX
SIGMA DAN STATISTICAL PROCESS CONTROL
YOGYAKARTA
2022
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN INTEGRATED CAPSTONE DESIGN
Disusun oleh:
IQHBAL LILYAN SYAPUTRA
5200611036
RAHMAD YUSUF
5200611039
AGAM SETIANANDHA
5200611089
DEWAN PENGUJI
Yogyakarta,………………
Ketua Program Studi Teknik Industri
NIK.……….………
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN INTEGRATED CAPSTONE DESIGN
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Penulisan Laporan
Integrated capstone design ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat
pencapaian gelar Sarjana Teknik Industri pada Program Studi Teknik Industri,
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Teknologi Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa banyak bantuan dan bimbingan telah penulis terima dari
berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai dengan penyusunan tugas akhir ini.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
ABSTRAK
CV. Chaijedang adalah sebuah perusahaan yangn menghasilkan produk pakan ternak
dengan berbagai jenis dan disesuaikan dengan umur ternak yang akan diberikan.
Perusahaan ini terletak di Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) Batang, Jawa
Tengah. CV. Chaijedang sering mengalami kecacatan pada produk pellet yang dihasilkan,
ditemukan warna pellet diluar warna coklat, kadar abu 4-6% yang menyebabkan pellet
mudah hancur , ukuran pellet yang mencapai 0,3 – 0,5 cm sebagaimana ukuran tersebut
bukan ukuran yang pas untuk dimakan oleh hewan ternak dan juga terdapat kecacatan
pada kemasan yaitu karung sobek dan jahitan lepas. Metode Six sigma dan Statistical
Process Control terdapat tiga jenis defect pada proses produksi produk pakan ternak pellet
yaitu karung sobek sebanyak 111 pcs, karung ketidaksergaman warna sebanyak 47
karung dan gagal timbang sebanyak 74 karung. Sedangkan total kecacatan sebanyak 232
karung dari total produksi 4.427 karung selama 8 minggu dari bulan agustus sampai
september. Berdasarkan analisis menggunakan peta kendali tidak ada yang keluar dari
garis batas kontrol atas dan bawah. Hal ini menunjukkan tidak adanya proses yang berada
diluar kontrol secara statistik. Dengan demikian proses telah berada dalam kontrol dan
dianggap telah memenuhi standar perusahaan. Dalam perhitungan DPMO kemungkinan
kerusakan yaitu sebesar 201.000 dalam persejuta kesempatan dengan rata-rata nilai sigma
yaitu 3.47. Melihat nilai sigma ini dapat disimpulkan bahwa level sigma 3 melebihi rata-
rata dari industri Indonesia.
Kata kunci : Quality Control, Six sigma, Statistical Quality Control, Pengendalian
Kualitas, Pakan ternak
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDU
L.........................................................................................................................................i
HALAMAN PENGAJUAN SYARAT GELAR SARJANA.................................ii
HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN...........................................................iv
KATA PENGANTAR...................................................................................................v
ABSTRAK......................................................................................................................vi
DAFTAR ISI.................................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................x
DAFTAR TABEL..........................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................11
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................11
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................15
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................................15
1.4 Batasan Masalah..................................................................................................15
1.5 Manfaat Penelitian..............................................................................................16
DAFTAR PUSATAKA...............................................................................................68
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Untuk menjaga kualitas dari produk yang dihasilkan, maka salah satu cara
adalah dengan menetapkan standar mutu atau kualitas karena dengan adanya
standar mutu atau kualitas itu menunjukkan bahwa perusahaan tersebut
bertanggung jawab penuh terhadap produk yang mereka hasilkan. Meskipun
demikian, masih sering ditemukannya produk yang telah selesai produksi
namun berada dalam kondisi cacat atau tidak layak pakai. Misalnya pada
produk pellet dimana dalam produksi nya masih ada ditemukan kecacatan
seperti mix produk, adanya abu dan overbag.
11
dan lingkungan kerja, jika kesalahan terjadi pada bagian ini, maka perusahaan
harus melakukan suatu perbaikan terhadap operator dan lingkungan
pekerjaan.
12
Untuk mendapatkan kualitas produksi yang bisa bersaing dalam dunia
industri di butuhkan metode pengendalian kualitas yaitu metode Six sigma.
Pengendalian kualitas dengan metode Six sigma sering di terapkan oleh
banyak perusahaan. Arwanda dkk, (2021) melakukan pengendalian kualitas
untuk mengurangi defect pada produk plywood thin panel dengan metode Six
sigma di PT. Sumber Mas Indah Plywood dengan menganalisis menggunakan
perhitungan nilai DPMO bahwa dalam 1.000.000 pcs terdapat 24.375 defect
dengan nilai sigma 2,476. Dan Fandi Ahmad (2019) juga melakukan
pengendalian kualitas pada produk kursi di PT. Subur Mandiri, terdapat 6
jenis defect pada produk, selanjutnya dilakukannya perhitungan dan
didapatkan nilai DPMO sebesar 47.361 dapat diartikan bahwa masih ada
kecacatan pada proses produksi dalam 1.000.000 yang ada masih terdapat
47.361 kemungkinan proses produksi tersebut mengalami kecacatan dan bila
nilai DPMO 47.361 dikonversikan ke dalam nilai sigma maka nilainya adalah
3,17.
13
14
Kemudian kegiatan pengendalian kualitas dapat dilakukan mulai dari
bahan baku, selama proses produksi berlangsung sampai pada produk akhir
dan disesuaikan dengan standar yang telah ditetapkan dan diberlakukan oleh
perusahaan. Pengendalian kualitas penting dilaksanakan. Karena produk yang
dihasilkan beragam sehingga pengendalian kualitas dirasakan sangat penting,
maka melakukan penelitian mengenai pengendalian kualitas produk pakan
ternak di CV. Chaijedang.
15
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya yaitu,
sebagai berikut :
16
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
Bagi perusahaan
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Oleh karena itu suatu kualitas produk perlu dua sudut pandang, dari
perspektif konsumen dan produsen. Dari sudut pandang produsen suatu
produk harus mempunyai ciri tersendiri untuk bisa mencapai kualitas
produk yang apik dan layak. Tapi pada dasarnya suatu kualitas produk
selalu dilihat dari perspektif konsumen atau cuma berfokus pada
penilaian dan keingin konsumen.
18
2.1.2 Dimensi Kualitas
Menurut Gaspersz (dalam Kiki dkk, 2019), terdapat (delapan)
dimensi yang dapat digunakan untuk menganalisis karakteristik kualitas
suatu produk, sebagai berikut:
1. Kinerja (Performance)
Berkaitan dengan aspek fungsional dari suatu produk dan
merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan konsumen
ketika ingin membeli produk tersebut.
2. Fitur (Features)
Merupakan aspek kedua dari kinerja yang menambah fungsi dasar
suatu produk, berkaitan dengan pilihan-pilihan dan
pengembangannya.
3. Keandalan (Reliability)
Berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan suatu produk
melaksanakan fungsinya secara berhasil dalam periode waktu
tertentu di bawah kondisi tertentu.
4. Kesesuaian (Conformance)
Berkaitan dengan tingkat kesesuaian suatu produk terhadap
spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan
konsumen.
5. Daya Tahan (Durability)
Merupakan ukuran masa pakai suatu produk.Karakteristik ini
berkaitan dengan daya tahan dari produk itu.
6. Kemampuan Pelayanan (Serviceability)
Merupakan karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan.
Keramahan/kesopanan, kompetensi, dan kemudahan serta akurasi
dalam perbaikan.
7. Estetika (Aesthetics)
Merupakan karakteristik yang bersifat subjektif sehingga
berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari preferensi
individual.
19
8. Kualitas yang Dirasakan (Perceived Quality)
Bersifat subjektif, berkaitan dengan perasaan konsumen dalam
mengkonsumsi produk itu seperti: meningkatkan harga diri, dan lain-
lain.
20
Pada pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa pengendalian
kualitas adalah suatu aktivitas untuk mencapai, mempertahankan, dan
meningkatkan suatu kualitas produk agar sesuai spesifikasi standar dan
dapat memenuhi permintaan konsumen .
21
2.2 Six sigma
2.2.1 Definisi Six sigma
Six sigma menurut Peter S dalam Arwanda, dkk (2021), merupakan
sebuah sistem yang kompresif dan fleksibel untuk mencapai,
mempertahankan, dan memaksimalkan sukses bisnis.
22
3. Defect Per Unit
Merupakan ukuran kemungkinan terjadinya cacat atau kegagalan
per unit, dihitung dengan persamaan :
Banyaknya Defect
DPU = (2.1)
Banyaknya Unit
Banyaknya Defect
DPO = (2.2)
Banyaknya Unit x oppurtunity
6. Capability Process
Menurut Arwanda, dkk (2021) merupakan kemampuan proses
untuk memproduksi atau menyerahkan output sesuai ekspetasi dan
kebutuhan konsumen.
23
2.2.2 Tahapan Pengendalian Kualitas Menggunakan Six sigma
Metode Six sigma dapat digunakan untuk menganalisis kualitas
produk melalui langkah Define, Measure, Analyze, Improve, Control
yang sering di sebut dengan langkah DMAIC (Widyarto dkk, 2019).
Berikut tahapan menggunakan metode Six sigma :
1. Define
Menurut Kusumawati & Fitriyeni (2017) Define merupakan
langkah pertama dalam program peningkatan kualitas Six sigma
dengan cara melakukan identifikasi jumlah produk reject dan jenis–
jenis reject yang terjadi.
2. Measure
Merupakan langkah kedua dari Six sigma tahap ini bertujuan
untuk mengetahui produk jadi yang di hasilkan dapat memenuhi
ekspetasi konsumen. Terdapat 2 hal yang harus di lakukan pada
tahap Measure yaitu :
3. Analyze
Mengidentifikasi masalah dan menentukan sumber penyebab
masalah kualitas, digunakan alat analisis diagram sebab akibat atau
diagram tulang ikan. Diagram ini menbentuk cara-cara membuat
produk-produk yang lebih baik dan mencapai akibatnya (hasilnya).
(Baldah, 2020).
4. Improve
Pada tahap ini dilakukan seleksi solusi dan tindakan yang
diharapkan dapat meningkatkan performansi dari Sigma. Langkah
ini dapat dilakukan dengan memberikan rekomendasi perbaikan
untuk meminimalkan kemungkinan cacat yang terjadi (Kusumawati
& Fitriyeni, 2017).
24
5. Control
Menurut Gaspersz (dalam Widyarto, dkk, 2019) Tahap control
merupakan tahapan terakhir dari Six sigma. Tahap ini akan
mendokumentasikan dan menyebarkan hasil-hasil peningkatan
kualitas, membuat standardisasi dan penyebarluasan praktek-praktek
terbaik yang sukses dalam meningkatkan proses, pendokumentasian
prosedur-prosedur dan dijadikan pedoman kerja standar, serta
kepemilikan dan tanggungjawab ditransfer dari tim Six sigma kepada
pemilik tau penanggungjawab proses.
25
2.3.2 Tahapan Penegendalian Kualitas Metode Statistical Process Control
1. Flowchart
2. Check sheet
26
3. Menyusun data secara otomatis sehingga lebih mudah untuk
dikumpulkan.
4. Memisahkan antara opini dan fakta.
3. Histogram
4. Diagram Pareto
27
5. Control Chart
6. Scatter Diagram
7. Diagram Fishbone
28
penyebab dan akibat suatu masalah, untuk selanjutnya diambil
tindakan perbaikan atas masalah tersebut. (Elyas dan Handayani,
2020).
29
Product panel. dengan nilai sigma 2,476,
Plywood serta FMEA diperoleh
Thin Panel nilai Risk Priority Number
Dengan (RPN) tertinggi yaitu 648.
Metode Sebagai rekomendasi
Six sigma untuk mengurangi defect
di PT. salah satunya dilakukan
Sumber training kepada karyawan
Mas Indah dan penjadwalan preventif
Plywood maintenance.
Ardhyani Analisis Mengalisis Six sigma Hasil dari analisis
, dkk Cacat masalah menggunakan dengan
(2020) Produk kualitas, metode Six sigma untuk
Kemasan dan meningkatkan kualitas
Wafer di pengendali produksi. Pada tahap
PT. TKT an kualitas define jenis cacat yang
Mojokerto upaya terjadi sebanyak delapan
menigkatk jenis. Pada tahap Measure
an kualitas diperoleh nilai DPMO
prduksi sebesar 134.298 dengan
nilai sigma sebesar 2,8.
Dari hasil analisis
diperoleh faktor-faktor
penyebab cacat pada
produk diantaranya: cara
pengeliman yang kurang
efektif, kurangnya
pemerikasaan terhadap
proses, faktor operator,
dan faktor lingkungan
kerja.
Elyas Statistical Menerapk Statistic Berdasarkan hasil check
dan Process an Process sheet, disimpulkan bahwa
Handaya Control Statistical Control rata-rata cacat produk
ni (2020) (spc) Process adalah 10,38% per bulan.
untuk Control Dari hasil diagram Pareto
pengendali untuk dapat diketahui bahwa
an kualitas pengendali tingkat cacat tertinggi
produk an kualitas adalah tergores dengan
mebel di terhadap total 104 unit atau 61,18%
ud. Ihtiar produk dari total produk cacat
jaya mebel pada tahun 2018.
Sedangkan hasil bagan
kontrol yang telah dibuat
dapat dilihat bahwa
kontrol kualitas tidak
terkontrol dan tidak sesuai
dengan standar. Dari hasil
30
diagram tulang ikan
disimpulkan bahwa faktor
yang menyebabkan cacat
produk adalah faktor
manusia, mesin produksi,
bahan, metode kerja, dan
lingkungan kerja.
Refangg Analisis Mengalisis Statistical Penelitian ini
a, dkk Pengendal masalah Process menggunakan model
(2018) ian kualitas, Control penelitian deskriptif
Kualitas dan statistik. Analisis yang
Produk pengendali digunakan yaitu dengan
Air an kualitas Statistical Process Control
Minum secara (SPC) dan Kaizen. Hasil
Dalam statistik analisis menunjukkan
Kemasan upaya bahwa pengendendalian
dengan menigkatk kualitas produk berada di
Mengguna an kualitas luar batas kendali yang
kan prduksi ditetapkan. Jenis
Statistical kerusakan
Process paling banyak adalah
Control kemasan penyok sebanyak
(SPC) dan 239pcs. Dari diagram
Kaizen sebab akibat dapat
Pada PT. diketahui faktor penyebab
Tujuh kerusakan dari yang paling
Impian dominan meliputi mesin,
Bersama bahan baku, manusia, dan
Kabupaten metode. Berdasarkan alat-
Jember alat implementasi kaizen
maka rekomendasi
perbaikan yang diperoleh
adalah perawatan rutin dan
penyetelan ulang terhadap
mesin produksi, pemilihan
lebih teliti terhadap
supplier dengan standar
yang lebih ketat, dan
peningkatan kinerja
sumber daya manusia
melalui pengawasan
dan briefing.
Hernade Improveme Meningkat Six sigma From the results of the
wita, dkk nt of kan study, the sigma value of
(2019) Magazine kualitas current production is 3.6
Production produksi or DPMO of
Quality
mengguna 15919.63613. The type of
Using Six
kan defect that occurs is
31
sigma metode blurred by 59%, does not
Method Six sigma register at 29% and paper
Case Study cut by 12%. To achieve
of a Six sigma it is necessary
PT.XYZ to take corrective steps
using the results of the
analysis.
Attaqwa, Product Menganali Statistical in this study based on the
dkk Quality sis secara Process results of the control chart
(20210 Control statistik Control p, it appears that the
Analysis upaya product is outside the
with
meminima control limits it should.
Statistical
Process
lisir The process is in an
Control kecacatan uncontrolled or idle state
(SPC) pada experiencing deviations.
Method in produk To suppress or reduce the
Weaving mengguna number of product defects
Section kan that occur in production, 3
(Case metode types of defects are
Study PT.I) Statistical dominant The models that
Process can be applied are woven
Control models (254 units), loose
woven (122 units), and
woven nails (119 units).
Causative factor
production defects
originating from
human/worker factors,
methods, materials/raw
materials and work
environment.
32
BAB III
METODE PENELITIAN
33
3.3 Tahapan Penelitian
3.3.1 Tahapan Penelitian Menggunakan Metode Six sigma
1. Define
Langkah ini merupakan langkah awal untuk melakukan
peningkatan kualitas produk dengan mengidentifikasi jenis cacat
yang terjadi. CTQ (Critical to Quality), yang digunakan untuk
menggambarkan kebutuhan dan keinginan pelanggan akan produk
pakan ternak.
2. Measure
Merupakan langkah kedua dari Six sigma tahap ini bertujuan
untuk mengetahui produk jadi yang di hasilkan dapat memenuhi
ekspetasi customer. Pada tahap kedua ini dilakukan pengukuran
terhadap performansi Sigma dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
kerja sekarang (baseline kinerja) . Pada tahap maesure akan ada dua
langkah yaitu :
a) Menganalisis dengan diagram control (P-Chart)
Input data jumlah produksi.
Menghitung presentase kecacatan
np
p= (3.1)
n
n = jumlah produksi
np = jumlah defect
34
Menghitung nilai mean (CL) dengan rumus :
p=
∑ np (3.2)
∑n
n = jumlah produksi
np = jumlah defect
UCL= p+ 3
√ p (1−P)
n
(3.3)
LCL= p−3
√ p(1−P)
n
(3.4)
n = jumlah produksi
Banyaknya Defect
DPO= (3.5)
Jumlah total produksi x CTQ
35
Nilai sigma=NORMSINV ( 1.0001.000
.000−DPMO
.000 )+1,5 (3.7)
3. Analyze
Pada tahap ini akan melakukan identifikasi mengenai akar dari
terjadinya masalah atau cacat produk selanjutnya menganalisis data
menggunakan diagram Fishbone untuk mengetahui akar dari
permasalahan yang menyebabkan mutu produk menurun.
4. Improve
Tahap ini bertujuan untuk meningkatkan proses dan
merekomendasikan suatu perbaikan yang dapat menimalisir defect
pada produk pakan ternak pellet yang terjadi.
36
3.3.2 Tahapan Penelitian Menggunakan Statistical Process Control
Pada peneletian ini permasalahan yang dihadapi CV. Chaijedang
yaitu suatu produk yang di hasilkan selalu ada perbedaan. Untuk
menyelesaikan permasalahan ini akan melakukan pengendalian kualitas
menggunakan SPC dengan alat bantu yaitu:
1. Flowchart
Proses (Flowchart) yaitu menjelaskan tentang proses di
lingkungan industri yang pada umumnya merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang berulang. Setiap siklus kegiatan tersebut biasanya
dapat dipecahkan ke dalam beberapa langkah kecil. Ada lima simbol
dalam pembuatan Flowchart yaitu :
a) Decision, digunakan untuk menunjukan kondisi tertentu yang
akan menghasilkan dua kemungkinan jawaban, yaitu ya dan tidak.
b) Flow, digunakan untuk menggabungkan antara simbol yang satu
dengan simbol yang lain.
c) Data, digunakan untuk menyatakan input dan output.
d) Process, digunakan untuk menyatakan suatu proses yang sedang
terjadi.
e) Terminator, digunakan untuk menyatakan titik awal dan akhir
dari suatu program.
2. Check sheet
Check sheet atau Lembar Periksa merupakan tools yang sering
dipakai dalam Industri Manufakturing untuk pengambilan data di
proses produksi yang kemudian diolah menjadi informasi dan hasil
yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Adapun manfaat
menggunakan Check sheet yaitu :
a) Mempermudah pengumpulan data terutama untuk mengetahui
bagaimana suatu masalah terjadi.
b) Mengumpulkan data tentang jenis masalah yang sedang terjadi.
c) Menyusun data secara otomatis sehingga lebih mudah untuk
dikumpulkan.
37
d) Memisahkan antara opini dan fakta.
3. Histogram
Histogram merupakan tampilan bentuk grafis untuk menunjukkan
distribusi data secara visual atau seberapa sering suatu nilai yang
berbeda itu terjadi dalam suatu kumpulan data. Manfaat dari
penggunaan Histogram adalah untuk memberikan informasi
mengenai variasi dalam proses dan membantu manajemen dalam
membuat keputusan dalam upaya peningkatan proses yang
berkesimbungan (Continous Process Improvement).
4. Diagram Pareto
Merupakan grafik batang khusus yang dapat digunakan sebagai
alat interpretasi dalam menentukan frekuensi atau tingkat
kepentingan relative dari berbagai persoalan atau sebab.
Cara Membuat Diagram Pareto:
a) Mengidentifikasi kategori masalah/sebab yang akan dibandingkan
b) Tentukan periode waktu untuk dipelajari
c) Mengumpulkan dan meringkas data
d) Menggambar sumbu horizontal dan vertikal.
e) Memetakan batang-batang Diagram Pareto
5. Control Chart
Control chart (Peta Kendali) merupakan salah satu dari alat dari
QC 7 tools yang berbentuk grafik dan dipergunakan untuk
memonitor/memantau stabilitas dari suatu proses serta mempelajari
perubahan proses dari waktu ke waktu.
a) Menganalisis dengan diagram control (P-Chart)
Input data jumlah produksi.
Menghitung nilai mean (CL) dengan rumus :
p=
∑ np (3.7)
∑n
38
n = jumlah produksi
np = jumlah defect
p = rata-rata proposi defect
UCL= p+ 3
√ p (1−P)
n
(3.8)
LCL= p−3
√ p(1−P)
n
(3.9)
6. Scatter Diagram
Scatter Diagram atau diagram sebar atau disebut juga dengan peta
korelasi adalah grafik yang menampilkan hubungan antara dua
variabel apakah hubungan antara dua variable tersebut kuat atau
tidak yaitu antara faktor proses atau yang mempengaruhi proses
dengan kualitas produk. Pada dasarnya diagram sebar merupakan
suatu alat interpretasi data yang digunakan untuk menguji bagaimana
kuatnya hubungan antara dua variabel dan menentukan jenis
hubungan dari dua variabel tersebut, apakah positif, negatif, atau
tidak ada hubungan.
7. Fish Bone
Alat penemuan sebab-akibat yang membantu mencari tahu
berbagai alasan terjadinya kegagalan atau kerusakan dalam suatu
proses. Dapat dikatakan pula, analisis Fishbone adalah metode untuk
membantu memecahkan suatu masalah di setiap lapisan hingga
potensi akar penyebab yang berkontribusi pada efeknya.
Dengan diagram Fishbone dapat melihat lebih detail faktor-faktor
yang mempengaruhi dan mempengaruhi faktor-faktor kunci tersebut
39
yang dapat kita lihat pada panah herringbone. Faktor penyebab
utama dapat dikelompokkan menjadi: Material (bahan baku),
Machine (mesin), Man (tenaga kerja), Method (metode),
Environment (lingkungan).
Adapun langkah dalam pembuatan diagram Fishbone yaitu:
a) Menyepakati pernyataan masalah
b) Mengidentifikasi kategori-kategori
c) Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara brainstorming
d) Mengkaji dan menyepakati sebab-sebab yang paling mungkin.
40
BAB IV
PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA
41
Tabel 4. 2 Jenis Defect
Pada tahap awal ini dapat dilihat dari tabel 4.2 akan dipilih jenis
cacat yang paling dominan yaitu pada jenis defect karung sobek dengan
jumlah cacat sebanyak 111 karung selama 8 periode.
4.2.2 Measure
Measure merupakan tahap pengukuran yang dibagi menjadi dua
tahap yaitu tahap analisis diagram control, tahap pengukuran tingkat
Sigma dan Defect Per Million Opportunitie.
42
1. Tahap Analisis Diagram Kontrol (P-Chart)
a) Menghitung rata-rata ketidaksuaian
Dihitung rata-rata ketidaksesuaian (P), yaitu jumlah produk
cacat akhir (np) dibagi jumlah sampel (n). Rata-rata
ketidaksesuaian akhir minggu pertama dengan n = 525 dan np =
14 adalah :
np
P= (4.1)
n
14
P=
525
P=0.0266
CL=
∑ np (4.2)
∑n
CL=
∑ 111
∑ 4427
CL=0.025073
UCL=0.025073+3
√ 0.02507341(1−0.02507341)
525
(4.3)
UCL=0.0455442
LCL=0.025073−3
√ 0.02507341(1−0.02507341)
525
(4.4)
LCL=0.00460264
43
Berikut lembar pengukuran dan Peta kendali P dengan
mengambil sampel pada bulan Agustus sampai September untuk
menetapkan nilai UCL (upper Control Limit) dan LCL (Lower
Control Limit). Untuk jenis defect karung sobek.
Total Karung
No. Periode Produksi Proposi UCL CL LCL
Sobek
Berdasarkan peta kendali diatas dapat dilihat bahwa tidak ada yang
keluar dari garis batas kontrol atas dan bawah. Hal ini menunjukkan
tidak adanya proses yang berada diluar kontrol secara statistik. Karena
tidak adanya proses yang berada diluar batas pengendalian maka dari
itu tidak diperlukan adanya revisi dan data dapat digunakan untuk
pengolahan selanjutnya Dengan demikian proses telah berada dalam
kontrol dan dianggap telah memenuhi standar perusahaan.
44
(Sumber : Olah Data, 2022)
Jumlah Defect
DPO= (4.5)
Jumlah produksi x CTQ
14
DPO=
525 x 1
DPO=0.026666
DPMO=26667
45
Hasil nilai Sigma merupakan ukuran pentingnya kapabilitas
proses atau dapat sebagai frekuensi kemungkinan produk cacat,
semakin tinggi nilai Sigma maka proses dianggap semakin baik.
46
Berikut adalah tabel nilai DPO, DPMO dan nilai Sigma dari jenis
defect karung sobek selama 8 periode.
4.2.3 Analyze
Pada tahap ini akan melakukan identifikasi mengenai akar dari
terjadinya masalah atau cacat produk selanjutnya menganalisis data
menggunakan diagram Fishbone untuk mengetahui akar dari
permasalahan yang menyebabkan mutu produk menurun.
47
Faktor-faktor yang mempengaruhi dan menjadi suatu penyebab
kecacatan pada kemasan produk yaitu sebagai berikut :
1. Man (Manusia)
Para pekerja yang melakukan pekerjaan yang terlibat dalam proses
produksi.
2. Material (Bahan)
Segala sesuatu yang dipergunakan oleh perusahaan sebagai
komponen produk yang akan diproduksi, terdiri dari bahan baku
utama dan bahan baku pembantu.
3. Machine (Mesin)
Mesin-mesin dan berbagai peralatan yang digunakan dalam proses
produksi
4. Methode (Metode)
Instruksi kerja atau perintah kerja yang harus diikuti dalam proses
produksi.
5. Environment (Lingkungan)
Keadaan sekitar perusahaan yang secara langsung atau tidak
langsung mempengaruhi perusahaan secara umum dan
mempengaruhi proses produksi secara khusus.
48
Adapun penggunaan diagram Fishbone untuk menelusuri penyebab
kecacatan yang terjadi adalah sebagai berikut :
49
4.2.4 Improve
Pada tahap keempat ini dilakukannya pencarian penyebab pada
permasalahan yakni menurunkan produk cacat dengan optimalisasi
tahapan sebagai entitas produk kemasan yang berkualitas. Pada tahap
ini akan meneyimpulkan usulan dan saran perbaikan mengenai
pengendalian kualitas upaya meminimalisir kecacatan pada kemasan
produk. Berikut tabel usulan perbaikan :
50
4.3 Pengolahan Data dengan Metode Statistical Process Control
SPC (Statistical Process Control) adalah teknik ilmiah yang sangat baik
untuk mengendalikan kualitas produk dengan berfokus pada proses. Metode
statistik ini membantu memahami asal variasi proses yang terjadi, di mana
proses produksi dikendalikan kualitasnya. Berikut tahapan pengolahan data
menggunakan metode Statistical Process Control
4.3.1 Flowchart
Membuat flowchart dapat mempermudah melihat gambaran alur
proses produksi pakan ternak pada CV. Chaijedang. Selain itu, dengan
adanya flowchart dapat diketahui pada bagian produksi mana yang
berpotensi menimbulkan produk cacat.
51
4.3.2 Check sheet
Check sheet atau Lembar Periksa merupakan tools yang sering
dipakai dalam Industri Manufakturing untuk pengambilan data di
proses produksi yang kemudian diolah menjadi informasi dan hasil
yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan.
Jenis defect
Total
No. Periode produksi Gagal Total % Defect
Ketidakseragaman
(karung) timbang
warna (karung)
(karung)
1 I/Agu 525 2 10 12 2.29
2 II/Agu 560 5 13 18 3.21
3 III/Agu 556 5 8 13 2.34
4 IV/Agu 518 7 5 12 2.32
5 I/Sept 580 8 7 15 2.59
6 II/Sept 572 6 11 17 2.97
7 III/Sept 540 9 8 17 3.15
8 IV/Sept 576 5 12 17 2.95
Total 8 4427 47 74 121
Rata
553.375 5.87 9.25 2.72
-rata
Pada tabel 4.6 Check sheet diatas, dapat dilihat jumlah produksi
pakan ternak pada periode 1 bulan Agustus adalah 525 karung dan
diketahui presentase kecacat pada periode 1 sebesar 2.29 %, dengan
jumlah cacat pada ketidakseragaman warna sebanyak 2 karung dan
pada jenis cacat gagal timbang sebanyak 10 karung. Total produk cacat
pada periode 1 bulan Agustus sebanyak 12 karung.
52
Pada periode 3 bulan Agustus adalah 556 karung dan diketahui
presentase kecacat pada periode 3 sebesar 2.34, dengan jumlah cacat
pada ketidakseragaman warna sebanyak 5 karung dan pada jenis cacat
gagal timbang sebanyak 8 karung. Total produk cacat pada periode 3
bulan Agustus sebanyak 13 karung.
53
karung. Total produk cacat pada periode 4 bulan September sebanyak
17 karung.
4.3.3 Histogram
Langkah selanjutnya membuat Histogram, ini berguna untuk melihat
jenis kerusakan yang paling dominan. Berikut histrogram berdasarkan
tabel 4.6.
54
4.3.4 Diagram Pareto
Merupakan grafik batang khusus yang dapat digunakan sebagai alat
interpretasi dalam menentukan frekuensi atau tingkat kepentingan
relative dari berbagai persoalan atau sebab.
Jumlah % %
Jenis Defect
defect Defect Kumulatif
Ketidakseragaman
47 39% 39%
Warna
Gagal Timbang 74 61% 100%
Total 121 100%
Diagram Pareto
80 120%
70 100%
60
50 80%
40 60%
30 40%
20
10 20%
0 0%
Tidakseragaman warna Gagal timbang
Jumlah Defect
Presentase Kumulatif (%)
55
Sehingga berdasarkan hasil pada tabel 4.7, maka diperoleh sebuah
grafik seperti yang terlihat pada gambar 4.5.
CL=
∑ np (4.9)
∑n
CL=
∑ 121
∑ 4427
CL=0.02733
UCL=0.02733+3
√ 0.02733(1−0.02733)
525
(4.10)
UCL=0.04868
56
LCL=0.02733−3
√ 0.02733(1−0.02733)
525
(4.11)
LCL=0.00598
Total
produks Jumla
Period Propors
No. i h CL UCL LCL
e i
(karung defect
)
0,02733 0,04868 0,00598
1 I/Agu 525 12 0,0229
2 1 4
0,02733 0,04800 0,00666
2 II/Agu 560 18 0,032
2 3 2
III/ 0,02733 0,04807 0,00658
3 556 13 0,023
Agu 2 7 8
IV/ 0,02733 0,04882
4 518 12 0,023 0,00584
Agu 2 4
0,02733 0,04764 0,00702
5 I/Sept 580 15 0,026
2 3 1
0,02733 0,04778
6 II/Sept 572 17 0,030 0,00688
2 5
III/ 0,02733 0,04838 0,00628
7 540 17 0,031
Sept 2 2 3
IV/ 0,02733 0,04771 0,00695
8 576 17 0,030
Sept 2 3 1
Tota
4427 121 0,22 0,22 0,39 0,05
l
57
Berdasarkan peta kendali diatas dapat dilihat bahwa tidak ada yang
keluar dari garis batas kontrol atas dan bawah. Hal ini menunjukkan
tidak adanya proses yang berada diluar kontrol secara statistik. Karena
tidak adanya proses yang berada diluar batas pengendalian maka dari
itu tidak diperlukan adanya revisi dan data dapat digunakan untuk
pengolahan selanjutnya Dengan demikian proses telah berada dalam
kontrol dan dianggap telah memenuhi standar perusahaan.
X Y
12 2%
18 3%
13 2%
12 2%
15 3%
17 3%
17 3%
17 3%
58
Gambar 4.7 Scatter Diagram
(Sumber : Olah Data, 2022)
1. Man (Manusia)
Para pekerja yang melakukan pekerjaan yang terlibat dalam proses
produksi.
2. Material (Bahan)
59
Segala sesuatu yang dipergunakan oleh perusahaan sebagai
komponen produk yang akan diproduksi, terdiri dari bahan baku
utama dan bahan baku pembantu.
3. Machine (Mesin)
Mesin-mesin dan berbagai peralatan yang digunakan dalam proses
produksi.
4. Methode (Metode)
Instruksi kerja atau perintah kerja yang harus diikuti dalam proses
produksi.
5. Environment (Lingkungan)
Keadaan sekitar perusahaan yang secara langsung atau tidak
langsung mempengaruhi perusahaan secara umum dan
mempengaruhi proses produksi secara khusus.
Dapat dilihat pada table Check sheet 4.6 terlihat bahwa kerusakan
pada produk pakan ternak terdapat 2 jenis defect yaitu
ketidakseragaman warna dan gagal timbang. Diagram fishbone sebegai
alat bantu untuk menelusuri dari masing masing jenis kerusakan.
Berikut ini adalah penggunaan diagram fishbone untuk
ketidakseragaman warna dan gagal timbang.
60
1. Ketidakseragaman warna
61
2. Gagal timbang
62
63
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
5.1.2 Measure
Berdasarkan peta kendali diatas dapat dilihat bahwa tidak ada yang
keluar dari garis batas kontrol atas dan bawah. Hal ini menunjukkan
tidak adanya proses yang berada diluar kontrol secara statistik. Dengan
demikian proses telah berada dalam kontrol dan dianggap telah
memenuhi standar perusahaan.
5.1.3 Analyze
Cacat pada kemasan karung sobek disebabkan oleh banyak faktor.
Diantaranya adalah pada saat proses packaging produk jadi, kecepatan
mesin tidak stabil dikarenakan kurangnya perawatan atau maintenance
pada mesin, kurangnya juga pelatihan, kurangnya kesadaran bekerja
dan tidak adanya pengawasan pada para pekerja, pada lingkungan
gudang produk jadi akibat penempatan yang sembarang terdapat karung
sobek dikarenakan oleh hama. Dan yang terakhir kualitas material yang
buruk.
64
5.1.4 Improve
1. Mesin merupakan faktor utama terjadinya kecacatan pada kemasan
dikarenakan kurangnya perawatan dan pengawasan pada mesin perlu
melakukan maintenance.
2. Penerimaan kemasan karung kurang hati-hati dan teliti.
3. Gudang penyimpanan juga kurang terjaga menyebabkan banyaknya
serangga atau tikus didalam gudang harus dilakukannya pembersihan
rutin dan penataan inventori.
4. Kurangnya intruksi dan kurangnya kesaradaran pada para pekerja
juga salah satu akibat terjadinya cacat pada kemasan produk dengan
ini harus diberi wawasas dan edukasi pada pekerja, dan diadakan
pertemuan untuk mengavaluasi pekerjaan.
65
5.2.3 Histogram
Berdasarkan analisis yang dilakukan terdapat jenis cacat yang paling
dominan yaitu gagal timbang dengan jumlah kerusakan sebanyak 74 kg.
Sedangkan jumlah kerusakan pada ketidakseragaman warna sebanyak
47 kg.
5.2.5 P-Chart
Berdasarkan analisis data yang dilakukan terlihat pada P-Chart
bahwa tidak ada garis yang keluar dari garis batas kontrol atas dan
bawah. Hal ini menunjukkan tidak adanya proses yang berada diluar
kontrol secara statistik. Karena tidak adanya proses yang berada diluar
batas pengendalian maka dari itu tidak diperlukan adanya revisi dan
data dapat digunakan untuk pengolahan selanjutnya Dengan demikian
proses telah berada dalam kontrol dan dianggap telah memenuhi standar
perusahaan.
66
terhadap jumlah kecacatan maka semakin banyak jumlah produksi
semakin banyak jumlah kecacatan yang terjadi.
2. Gagal timbang
Faktor utama kecacatan pada gagal timbang yaitu disebabkan oleh
manusia, kurangnya konsentrasi manusia mempengaruhi pada saat
proses produksi dimana takaran pada proses mixing bahan baku
tidak tercampur dengan baik, setelan pada mesin terlalu panas dan
kadar abu mencapai 4-5 % sedangkan takaran yang dianjurkan oleh
CV.Chaijedang hanya 2-3 % hal ini menyebabkan produk mudah
hancur. Dan faktor selanjutnya yaitu pada material yang banyak
terkontaminasi paku dan kayu, faktor mesin yang sudah tua dan
temperatur tidak stabil juga berpengaruh pada kecatan produk, dan
yang terakhir lingkungan panas dan bising juga sangat menggangu
para pekerja.
67
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada CV. Chaijedang,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
68
dikarenakan kurangnya perawatan atau maintenance pada mesin dan
kurangnya juga pelatihan pada pekerja. Selanjutnya pada jenis cacat
ketidakseragaman warna faktor utamanya terjadinya cacat adalah pada
bagian mesin yang sudah tua menyebabkan suhu temperatur tidak stabil
dengan itu warna pada produk banyak yang tidak seragam. Yang terakhir
pada jenis cacat gagal timbang, faktor utama kecacatan pada gagal
timbang yaitu disebabkan oleh manusia, kurangnya konsentrasi manusia
mempengaruhi pada saat proses produksi dimana takaran pada proses
mixing bahan baku tidak tercampur dengan baik, setelan pada mesin
terlalu panas dan kadar abu mencapai 4-5 % sedangkan takaran yang
dianjurkan oleh CV.Chaijedang hanya 2-3 % hal ini menyebabkan produk
mudah hancur.
6.2 Saran
1. Bagi CV. Chaijedang hasil dari penelitian dengan pengendalian kualitas
menggunakan metode Six sisgma dan Statistical Process Control tersebut
diharapkan dapat memberikan saran pemikiran pada CV. Chaijedang
dengan melakukan pengendalian kualitas produk secara terus menerus dan
berkeseimbang (continuous improvment) dan kesadaran mengenai
pengendalian kualitas ini harus dimulai dari atasan perusahaannya sendiri,
diikuti dengan usaha-usaha yang nyata dari seluruh pekerjanya untuk
mencegah terjadinya kecacatan pada produk dimasa yang akan datang.
2. CV. Chaijedang perlu menggunakan metode statistik untuk dapat
mengetahui jenis kerusakan dan faktor yang menyebabkam kerusakan itu
terjadi. Dengan demikian perusahaan dapat melakukan tindakan
pencegahan untuk mengurangi produk cacat untuk produksi berikutnya.
3. Secara umum faktor kerusakan yang paling mempengaruhi kerusakaan
pada saat proses produksi yaitu faktor manusia. Seperti yang sudah
dibahas pada bagian diagram fishbone, faktor manusia sering muncul
sebagai faktor yang menyebabkan kecacatan itu terjadi. Suhu ruangan
yang panas menyebabkan konsentrasi pekerja kurang, yang terjadi pada
saat proses mixing dan penyetelan suhu pada mesin pekerja selalu kurang
69
konsentrasi. Dengan demikian perusahaan perlu menambahkan ventiliasi
agar suhu pada ruangan proses produksi stabil, menerapkan Standard
Operating Prosedure (SOP), melakukan maintenance dan perawatan rutin
pada mesin dan juga menetapkan standar yang ketat kepada suplier serta
menetapkan Quality control saat penerimaan bahan baku agar kualitas
terjaga.
70
DAFTAR PUSATAKA
Hernadewita, H., Ismail, M., Nurdin, M., & Kusumah, L. (2019). Improvement of
magazine production quality using six sigma method: case study of a PT.
XYZ. Journal of applied research on industrial engineering, 6(1), 71-79.
Kusumawati, A., & Fitriyeni, L. (2017). Pengendalian Kualitas Proses
Pengemasan Gula Dengan Pendekatan Six Sigma. Jurnal Sistem Dan
Manajemen Industri, 1(1), 43-48.
Widyarto, W. O., Firdaus, A., & Kusumawati, A. (2019). Analisis pengendalian
kualitas air minum dalam kemasan menggunakan metode six sigma. Jurnal
INTECH Teknik Industri Universitas Serang Raya, 5(1), 17-22.
Arwanda, D. T. S., Dahda, S. S., & Ismiyah, E. (2021). Upaya Pengendalian
Kualitas Untuk Mengurangi Defect Product Plywood Thin Panel Dengan
Metode Six Sigma Di Pt. Sumber Mas Indah Plywood. JUSTI (Jurnal Sistem
dan Teknik Industri), 2(1), 106-118.
Hasanah, F. (2019). Pengaruh tingkat religiusitas, pengetahuan, kualitas produk
dan kualitas pelayanan terhadap preferensi menabung mahasiswa universitas
muhammadiyah Palembang pada bank syariah. Balance: Jurnal Akuntansi
Dan Bisnis, 4(1), 485-495.
Kiki, E., Lie, D., Efendi, E., & Sisca, S. (2019). Analisis pengendalian kualitas
(qualitycontrol) untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan pada cv
bina tehnik pematangsiantar. SULTANIST: Jurnal Manajemen dan
Keuangan, 7(1), 24-33.
Fithri, P. (2019). Six Sigma Sebagai Alat Pengendalian Mutu Pada Hasil Produksi
Kain Mentah Pt Unitex, Tbk. J@ ti Undip: Jurnal Teknik Industri, 14(1), 43-
52.
Baldah, N. (2020). Analisis Tingkat Kecacatan Dengan Metode Six Sigma Pada
Line Tgsw. EKOMABIS: Jurnal Ekonomi Manajemen Bisnis, 1(01), 27-44.
Ahmad, F. (2019). Six sigma dmaic sebagai metode pengendalian kualitas produk
kursi pada ukm. JISI: Jurnal Integrasi Sistem Industri, 6(1), 11-17.
Ardhyani, I. W., & Santoso, S. (2020). Analisis Cacat Produk Kemasan Wafer Di
PT. TKT Mojokerto. Engineering and Sains Journal, 4(2).
Attaqwa, Y., Hamidiyah, A., & Ekoanindyo, F. A. (2021). Product Quality
Control Analysis with Statistical Process Control (SPC) Method in Weaving
Section (Case Study PT. I). International Journal of Computer and
Information System (IJCIS), 2(3), 86-92.
Andespa, I. (2020). Analisis Pengendalian Mutu Dengan Menggunakan Statistical
Quality Control (SQC) Pada PT. Pratama Abadi Industri (JX) Sukabumi. E-
Jurnal Ekon. dan Bisnis Univ. Udayana, 2, 129.
Wirawati, S. M. (2019). Analisis pengendalian kualitas kemasan botol plastik
dengan metode Statistical Process Control (SPC) di PT. Sinar Sosro KPB
Pandeglang. Jurnal Intent: Jurnal Industri Dan Teknologi Terpadu, 2(1), 94-
102.
71
Elyas, R., & Handayani, W. (2020). Statistical Process Control (Spc) Untuk
Pengendalian Kualitas Produk Mebel Di Ud. Ihtiar Jaya. Bisma: Jurnal
Manajemen, 6(1), 50-58.
Fadhilah, H. A., & Wahyudi, W. (2022). Analisa Pengendalian Kualitas Produk
Packaging Karton Box PT. X dengan Menggunakan Metode Statistical
Quality Control (SQC). Jurnal Serambi Engineering, 7(2).
Hutahaean, S. P. S. Pengendalian Kualitas Cpo dan Kernel Di Pks PT. XYZ
Dengan Menggunakan Metode Statistical Process Control (SPC). Jurnal TIN
Universitas Tanjungpura, 6(2).
Pratama, A. (2018). Analisis Produk Cacat Brake Wheel (PT. Panasonic) dengan
Menggunakan Metode Seventools di CV. Sumber Baja Perkasa. Integrated
Lab Journal, 5(2).
Ningrum, H. F. (2019). Analisis Pengendalian Kualitas Produk Menggunakan
Metode Statistical Process Control (SPC) Pada PT Difa Kreasi. Jurnal
Bisnisman: Riset Bisnis dan Manajemen, 1(2), 61-75.
Refangga, M. A., Gusminto, E. B., & Musmedi, D. P. (2018). Analisis
Pengendalian Kualitas Produk Air Minum Dalam Kemasan dengan
Menggunakan Statistical Process Control (SPC) dan Kaizen Pada PT. Tujuh
Impian Bersama Kabupaten Jember. e-Journal Ekonomi Bisnis dan
Akuntansi, 5(2), 164-171.
72