Anda di halaman 1dari 47

PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH


PENELITIAN DANPENGEMBANGAN (BAPPEDALITBANG)

INDIKATOR EKONOMI MAKRO


KABUPATEN TEGAL
Kenapa perlu analisis indeks ekonomi makro?
• Standardisasi >> sama di semua daerah, tidak abstrak.
• Dapat digunakan untuk menganalisis kebijakan publik >>
pemilihan prioritas dalam perencanaan, evaluasi hasil
pembangunan.
• Data series sudah tersedia dalam bentuk data sekunder >> tidak
perlu survey primer.
• Terdapat beberapa jenis data.
INDIKATOR EKONOMI MAKRO
1. Inflasi
2. Ketimpangan: Indeks Gini, Indeks Williamson
3. Kemiskinan
4. Tingkat Pengangguran Terbuka
5. PDRB: Pertumbuhan Ekonomi, Struktur Ekonomi, LQ
6. Tabel Input-Output
7. Mengkombinasikan dan mengartikan multi-indikator
1. Inflasi
Definisi
• Keadaan dalam perekonomian di mana terjadi kenaikan harga-harga secara
umum.
• Supply vs demand di pasar (barang, jasa, uang), cost push.

Klasifikasi
• Ringan: <10% setahun
• Sedang: 10% - 30% setahun
• Berat: 30% - 100% setahun
• Hiper Inflasi: >100% setahun

Inflasi vs deflasi: mana yang dipilih?


1. Inflasi
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

Inflasi 2,74 4,13 7,79 8,48 3,64 2,67 3,38 2,95 2,56 2,36 1,53

Pertumbuhan 6,39 5,23 6,73 5,03 5,45 5,92 5,38 5,51 5,56 -1,48 3,72

Nett growth 3,65 1,1 -1,06 -3,45 1,81 3,25 2 2,56 3 -3,84 2,19

Review
• Inflasi Kab Tegal relatif rendah.
• Pertumbuhan ekonomi relatif moderat (stabil di atas 5%, walaupun tidak progresif).
• Covid memberikan tekanan pada pertumbuhan, dan untungnya inflasi masih dapat
terjaga.
• Faisal Basri: pengendalian inflasi menggunakan cara injak kaki >> subsidi >> program
perlindungan sosial (PKH, bantuan pangan nontunai, bantuan sembako, BLT, kartu
prakerja, bantuan UMKM, diskon tarif listrik), subsidi gaji, subsidi LPG, subsidi BBM.
2. Ketimpangan
Jenis dan Definisi
• Ketimpangan pendapatan: diukur dengan Indeks Gini.
• Ketimpangan wilayah: diukur dengan Indeks Williamson.
• Apakah datanya tersedia?

Klasifikasi
• Rentang: 0 – 1.
• Gini: < 0,4 rendah; 0,4 – 0,5 sedang; > 0,5 tinggi.
• Williamson: < 0,35 rendah; 0,35 – 0,5 sedang; > 0,5 tinggi.
2. Ketimpangan
0,35 0,28
• Indeks Gini 
ketimpangan 0,30
0,27
pendapatan.
• Indeks Williamson 0,25
0,26
 ketimpangan

indeks Williamson
Koefisien Gini

wilayah. 0,20
0,25
• Kondisi 0,15
ketimpangan Kab.
0,24
Tegal relatif 0,10
rendah.
0,23
• Update data 0,05

Williamson tidak
tersedia. 0,00
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
0,22

Gini 0,25 0,25 0,23 0,25 0,25 0,27 0,21 0,19 0,25 0,27 0,30 0,28 0,32 0,32 0,33 0,32
Williamson 0,24 0,27 0,27 0,27 0,27 0,27 0,28 0,27 0,27 0,27 0,27 0,25 0,26 0,26

Gini Williamson
2. Ketimpangan
• Kondisi
0,41 0,41
ketimpangan Kab.
0,4
0,391
Tegal relatif lebih
0,388
0,382 0,384 rendah
0,357
0,365
0,357 dibandingkan
ketimpangan
0,33 0,33
0,324 provinsi dan
0,311 nasional.
0,293
Apakah
ketimpangan yang
rendah
mengindikasikan
keberhasilan
pembangunan?
2014 2015 2016 2017 2018
Kab. Tegal Prov. Jateng Nasional
3. Kemiskinan
Definisi
• Garis kemiskinan: batas untuk mengelompokkan penduduk miskin dan tidak
miskin. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran per bulan di bawah garis kemiskinan (GK).
• Indeks kedalaman kemiskinan (P1): ukuran rata-rata kesenjangan
pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan.
Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari
garis kemiskinan.
• Indeks keparahan kemiskinan (P2): gambaran mengenai penyebaran
pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi indeks, semakin tinggi
ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.
3. Kemiskinan
Indikator 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

Garis Kemiskinan (Rp/kapita/bln) 282.861 308.270 319.758 332.298 365.334 390.520 404.655

Jumlah Penduduk Miskin (ribu jiwa) 143,50 144,20 141,80 114,10 109,90 117,50 123,52

Prosentase Penduduk Miskin (%) 10,09 10,1 9,9 7,94 7,64 8,14 8,6

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) (%) 1,5 1,03 1,27 1,41 0,64 1,08 1

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) (%) 0,36 0,21 0,27 0,44 0,09 0,19 0,19

Key note
• Jumlah penduduk miskin menurun pra covid, tetapi bertambah ketika terjadi pandemi. Kondisi
serupa terjadi pada prosentase penduduk miskin.
• Indeks P1 dan P2 tidak memiliki tren yang jelas >> kebijakan kurang berpengaruh (??)
• Indeks P1 naik pasca covid >> kebijakan PKE perlu didukung multi stakeholder.
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000

-
Kota Semarang 543.929

Kota Magelang 537.783

Kota Tegal 523.413

Kota Surakarta 511.216

Kota Salatiga 480.903

Kota Pekalongan 480.415

Pati 458.616

Kudus 450.992

Brebes 445.853
3. Kemiskinan

Demak 445.176

Klaten 436.896

Jepara 419.028

2015
Banyumas 417.086

Pekalongan 416.779

Semarang 416.395

Rembang 414.977

Sukoharjo 410.273

2019
Kendal 407.387

Tegal 404.655
Grobogan 404.456

Pemalang 401.857

Karanganyar 401.542
2021

Kebumen 390.599

Purbalingga 384.183
Garis Kemiskinan (Rp/kapita/bln)

Purworejo 376.127

Wonosobo 373.474

Blora 363.649

Cilacap 363.367

Sragen 363.349

Boyolali 361.922

Wonogiri 356.728

Magelang 353.608

Temanggung 336.034

Banjarnegara 328.679

Batang 318.330

JATENG 409.193
10
15
20
25

0
5
Kebumen 17,83

Wonosobo 17,67

Brebes 17,43

Pemalang 16,56

Purbalingga 16,24

Banjarnegara 16,23

Rembang 15,80

Sragen 13,83

Banyumas 13,66

Klaten 13,49

Demak 12,92
3. Kemiskinan

Grobogan 12,74

Purworejo 12,40

Blora 12,39

2015
Magelang 11,91

Cilacap 11,67

Wonogiri 11,55

2019
Karanganyar 10,68

Boyolali 10,62

Pekalongan 10,57

Kendal
2021
10,24

Pati 10,21

Temanggung 10,17

Batang 9,68

Kota Surakarta 9,40


Prosentase Penduduk Miskin (persen)

Tegal
8,60
Sukoharjo 8,23

Kota Tegal 8,12

Semarang 7,82

Kota Magelang 7,75

Kudus 7,60

Kota Pekalongan 7,59

Jepara 7,44

Kota Salatiga 5,14

Kota Semarang 4,56

JATENG 11,79
100
150
200
250
300
350
400

0
50
Brebes 314,95

Banyumas 232,91

Pemalang 215,08

Kebumen 212,92

Cilacap 201,71

Grobogan 175,72

Klaten 158,23

Magelang 154,91

Purbalingga 153,08

Demak 151,74
3. Kemiskinan

Banjarnegara 150,19

Wonosobo 139,67

Pati 128,74

2015
Tegal
123,52
Sragen 122,91

Wonogiri 110,46

Blora 107,05

2019
Boyolali 104,82

Rembang 101,40

Kendal 100,00

Karanganyar 95,41

Pekalongan 95,26
2021

Jepara 95,22

Purworejo 88,80
Jumlah Penduduk Miskin (ribu jiwa)

Kota Semarang 84,45

Semarang 83,61

Temanggung 79,09

Batang 74,91

Sukoharjo 73,84

Kudus 67,06

Kota Surakarta 48,78

Kota Pekalongan 23,49

Kota Tegal 20,27

Kota Salatiga 10,14

Kota Magelang 9,44


0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
4,00
4,50
5,00
Kebumen 3,24
Brebes 3,04
Banjarnegara 2,97
Pemalang 2,92
Rembang 2,77
Wonosobo 2,75
Sragen 2,39
Banyumas 2,35
Demak 2,31
Purbalingga 2,10
Kota Surakarta 1,83
Blora 1,82
Klaten 1,79
Batang 1,76

2015
3. Kemiskinan

Boyolali 1,76
Pekalongan 1,75
Pati 1,69
Grobogan 1,66

2019
Magelang 1,63
Karanganyar 1,61
Wonogiri 1,57
Temanggung 1,57

2021
Kendal 1,51
Kota Pekalongan 1,51
Cilacap 1,48
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) (Persen)

Purworejo 1,36
Kudus 1,23
Kota Tegal 1,04
Tegal
1,00
Semarang 0,95
Sukoharjo 0,91
Jepara 0,88
Kota Magelang 0,85
Kota Salatiga 0,80
Kota Semarang 0,67
JATENG 1,91
Jateng.
rata-rata

kemiskinan.
kesenjangan

miskin thd garis

di bagian rendah
rata pengeluaran
• Indeks P1: ukuran

• Kondisi Kab. Tegal


penduduk dr garis
tinggi nilai indeks,
pengeluaran pddk

semakin jauh rata-

di bawah Indeks P1
secara relatif berada
kemiskinan. Semakin

KabKot di Jateng dan


-
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
1,40
1,60
1,80
Pemalang 0,77
Brebes 0,74
Kebumen 0,88
Sragen 0,60
Rembang 0,68
Banjarnegara 0,79
Banyumas 0,57
Demak 0,61
Wonosobo 0,65
Purbalingga 0,41
Kota Surakarta 0,54
Kota Tegal 0,24
Karanganyar 0,37

2015
Batang
3. Kemiskinan

0,48
Klaten 0,38
Kota Pekalongan 0,41
Pekalongan 0,39
Pati 0,42

2019
Kendal 0,33
Kota Magelang 0,15
Boyolali 0,38
Blora 0,40
Magelang 0,35

2021
Sukoharjo 0,21
Tegal
0,19
Kudus
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) (Persen)

0,27
Grobogan 0,37
Wonogiri 0,34
Kota Semarang 0,14
Semarang 0,18
Cilacap 0,30
Purworejo 0,28
Temanggung 0,39
Kota Salatiga 0,19
Jepara 0,17
JATENG 0,45
miskin.

Jateng.
• Indeks P2:

penyebaran
penyebaran

ketimpangan
semakin tinggi

pengeluaran di
pengeluaran di

miskin. Semakin

antara penduduk
antara penduduk

• Kondisi Kab. Tegal


tinggi nilai indeks,

ke bagian rendah)

di bawah Indeks P1
secara relatif berada

KabKot di Jateng dan


di tengah (cenderung
3. Kemiskinan
Posisi Relatif di Jateng (Sort dari besar) 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

Posisi Jmlh Pddk Miskin 14 14 13 15 15 15 14

Posisi Prosentase Penduduk Miskin 26 26 26 26 26 26 26

Posisi P1 26 31 28 22 31 26 29

Posisi P2 25 29 28 14 32 25 30

Key note
• Secara umum, indeks kemiskinan di Kab. Tegal relatif baik.
• Posisi jumlah dan prosentase penduduk miskin relatif stabil. Prosentase penduduk miskin relatif sedikit
dibanding kabkot lain.
• Posisi jumlah dan prosentase penduduk miskin relatif stabil >> business as usual (??), tidak ada akselerasi (??)
• Posisi Indeks P1 dan P2 naik turun >> kebijakan kurang berpengaruh (??)
3. Kemiskinan
Review Kondisi Eksisting
• Garis Kemiskinan Kab Tegal hampir sama dengan Garis Kemiskinan Prov. Jateng.
• Jumlah penduduk miskin bertambah di tahun 2021 dibandingkan 2019;
kemungkinan karena adanya covid.
• Prosentase pddk miskin 8,60% di tahun 2021 naik dibandingkan 2019 karena
pandemi; dibawah Jateng, Kab. Brebes, dan Kab. Pemalang.
• Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Keparahan Kemiskinan (P2) di bawah
Jateng, Kab. Brebes, Kab. Pemalang, dan Kota Tegal.
3. Kemiskinan
Review Kebijakan
• Pandemi berpengaruh pada penambahan angka kemiskinan di Kab. Tegal.
• Pandemi menjadikan Indeks P1 dan P2 tahun 2021 naik dengan gap yang cukup tinggi
dibanding 2019.
• Perlu akselerasi dan inovasi kebijakan pengentasan kemiskinan agar posisi “jumlah
penduduk miskin” dan “prosentase penduduk miskin” relatif terhadap provinsi bisa
semakin baik.
• Perlu kolaborasi dengan program PKE. Jika PKE menyasar daerah dengan Indeks P1
tinggi, Pemkab perlu melengkapinya di kawasan lain yang belum tercover PKE >>
konsekuensi: hanya menurunkan P1, tetapi jumlah dan prosentase kurang terakselerasi.
• Intervensi kebijakan >> dilihat lebih detail karakteristik warga miskin: lokasi,
pendidikan yang ditamatkan, status pekerjaan, sektor bekerja, gender, dsb.
4. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Definisi
• TPT: ukuran yang menunjukkan besarnya penduduk usia kerja yang termasuk
dalam kelompok pengangguran. Dihitung dari perbandingan antara jumlah
pengangguran dengan jumlah angkatan kerja, dan biasanya dinyatakan dalam
persen.
• Penduduk usia kerja: penduduk berumur 15 tahun ke atas.
• Pengangguran: penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan, atau
mempersiapkan suatu usaha, atau merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan,
atau sudah diterima bekerja tetapi belum mulai bekerja.
• Angkatan kerja: kelompok penduduk yang berada di pasar kerja, kelompok yang siap
terlibat dalam kegiatan ekonomi produktif. Dalam hal ini terdiri dari mereka yang
bekerja (baik yang sedang bekerja maupun yang mempunyai pekerjaan tetapi
sementara tidak bekerja) dan mereka yang menganggur.
4. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Tingkat Pengangguran Terbuka (%) • TPT adalah persentase
12 jumlah pengangguran
terhadap jumlah
9,82
9,97 angkatan kerja.
10 9,52

8,47 8,34
8,12
• Kondisi Kab. Tegal
8 7,48 7,33
relatif selalu
7,24
7,07 6,93 7,07
mengalami
6,48 6,26
6,13
6,05 6,17
6,01 5,94
5,68
6,18
peningkatan.
6 5,61 5,5
5,3
4,99
4,57
5,23
5,95 • Gap dengan Prov.
4,47 4,44

4
Jateng dan Nasional
cenderung melebar.
2 • Perlu usaha keras
menurunkan
0 tingkat
2011 2012 2013 2014 2015 2017 2018 2019 2020 2021
pengangguran
Tegal Jateng Nasional terbuka.
5. PDRB
Definisi
• Nilai tambah bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di
wilayah domestik suatu negara yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi
dalam suatu periode tertentu tanpa memperhatikan apakah faktor produksi
yang dimiliki residen atau non-residen.

Pendekatan penyusunan
• Produksi, pengeluaran, dan pendapatan  ADHB, ADHK.

Kegunaan
• Struktur ekonomi, pertumbuhan ekonomi, PDRB perkapita, LQ, shift and
share, Indeks Williamson.
PDRB berdasar produksi
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
B Pertambangan dan Penggalian Simplifikasi:
C Industri Pengolahan
D Pengadaan Listrik dan Gas
• Sektor primer: A, B
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang • Sektor sekunder: C - F
F Konstruksi
• Sektor tersier: G – U
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
 Jasa lainnya: R (hiburan,
H Transportasi dan Pergudangan
rekreasi), S (aktivitas jasa
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
perorangan), T (rumah
J Informasi dan Komunikasi
tangga pemberi kerja utk
K Jasa Keuangan dan Asuransi
L Real Estat
kebutuhan sendiri), U
M, N Jasa Perusahaan
(badan internasional).
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
R, S, T, U Jasa lainnya
PDRB berdasar pengeluaran

Y = C + G + I + (x-m)
• Y: perekonomian daerah (PDRB)
• C: consumption (konsumsi)
• G: government spending (pengeluaran pemerintah)
• I: investment (investasi)
• x-m: net export (ekspor – impor)
PDRB berdasar pengeluaran

Y = C + G + I + (x-m)
• C: konsumsi RT dan LNPRT
• G: konsumsi pemerintah
• I: PMTB dan perubahan inventori
• x-m: ekspor – impor
Struktur Ekonomi
Struktur Ekonomi 2021 SEKTOR 2016 2017 2018 2019 2020 2021

Lainnya Pertanian Pertanian 13,78% 13,25% 12,87% 12,11% 12,56% 12,45%


18,12% 12,45%
Konstruksi
7,89% Industri Pengolahan 32,02% 32,35% 31,86% 32,12% 32,39% 32,57%
Industri
Jasa
Pengolahan Perdagangan 17,22% 17,01% 17,12% 17,33% 16,85% 16,91%
12,07%
32,57%
Perdagangan Konstruksi 7,78% 7,92% 7,99% 7,94% 7,84% 7,89%
16,91%
Jasa 12,12% 12,15% 12,29% 12,34% 12,41% 12,07%

Lainnya 17,07% 17,32% 17,86% 18,16% 17,95% 18,12%

Review singkat
• Sektor dominan dalam perekonomian • Kontribusi sektor pertanian dan perdagangan
Kab. Tegal  industri pengolahan, mengalami tren menurun, kontribusi sektor industri
perdagangan, pertanian, jasa. pengolahan cenderung meningkat  Kab. Tegal
mengalami transformasi struktural dari agraris
menjadi berbasis industri.
Pertumbuhan Ekonomi (pra covid)
Insight pertumbuhan sektoral:
Pertumbuhan Ekonomi Total dan Sektoral (%) 1. Sektor dominan
20 a) Sektor pertanian  selalu tumbuh
di bawah rata-rata pertumbuhan
ekonomi  perlu didorong karena
banyak penduduk bekerja di sektor
15 pertanian.
b) Sektor industri  tumbuh selalu di
atas rata-rata pertumbuhan
10 ekonomi  perlu dipertahankan.
c) Sektor perdagangan  tahun
2012-2015 selalu tumbuh di bawah
rata-rata pertumbuhan ekonomi 
5
perlu didorong karena banyak
penduduk bekerja di sektor
perdagangan.
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016
2. Sektor lain dengan pertumbuhan
pesat  infokom, jasa perusahaan,
jasa pendidikan.
-5
Kesimpulan: terjadi transformasi
Pertumbuhan Ekon Total Pertanian Industri Pengolahan struktural dari pertanian ke industri;
Perdagangan Infokom Jasa Perusahaan dan peningkatan pesat di sektor tersier
Jasa Pendidikan (infokom dan jasa). Sektor perdagangan
perlu didorong pertumbuhannya.
Pertumbuhan Ekonomi (pasca covid)
Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Insight pertumbuhan sektoral:
60% 1. Sektor jasa tumbuh dengan pesat,
tetapi juga merupakan sektor yang
50% paling terdampak covid. Dalam
proses pemulihan, relatif lebih
40%
cepat pulih.
2. Sektor perdagangan relatif mirip
30% dengan jasa, dengan skala lebih
rendah. Tetapi dengan kontribusi
20% sektoral yang besar, pengaruhnya
juga besar.
10%
3. Sektor pertanian cenderung turun
pertumbuhannya, tetapi pada saat
0% covid dapat menjadi bantalan
2016 2017 2018 2019 2020 2021 penopang pertumbuhan.
-10%
4. Sektor industri pengolahan tumbuh
dengan stabil, dan ketika covid
-20%
hanya sedikit mengalami
goncangan.
Pertanian Industri Pengolahan Perdagangan Jasa Konstruksi Lainnya
Pertumbuhan Ekonomi (covid dan pasca-covid)
5,92%
5,51% 5,56%
Pertumbuhan ekonomi selalu
5,38%
positif sebelum covid, mulai
3,72% pulih tahun 2021 meskipun
belum mencapai situasi
seperti pra-covid.

2016 2017 2018 2019 2020 2021


-1,48%

SEKTOR 2016 2017 2018 2019 2020 2021


Pertanian 3,06% 1,35% 2,49% -0,69% 2,18% 2,80% Highlight: pertanian,
Industri Pengolahan 7,27% 6,47% 3,90% 6,44% -0,66% 4,28%
perdagangan, jasa
Perdagangan 5,19% 4,06% 6,24% 6,81% -4,20% 4,07%
Konstruksi 5,35% 7,22% 6,50% 4,84% -2,68% 4,29%
Jasa 36,65% 35,61% 39,24% 39,35% -7,70% 7,16%
Lainnya 39,14% 43,34% 51,93% 44,19% -15,18% 30,44%
Tren Pertumbuhan Ekonomi
6 5,38 5,27 5,07 5,51 5,32 5,58 5,41
5,17 5,02 Pertumbuhan ekonomi Kab
3,72 3,69
4 3,32 Tegal mirip dengan tren di
2 provinsi dan nasional.
0 Pertumbuhan ekonomi Kab
2017 2018 2019 2020 2021
-2 -1,46
Tegal nomor 3 dalam
-2,07
-2,65 lingkup eks Karesidenan
-4
Kab. Tegal Prov. Jawa Tengah Nasional
Pekalongan.

Kabupaten Batang 4,88


Kabupaten Pemalang 4,19
Kabupaten Tegal 3,72
Kota Pekalongan 3,59
Kabupaten Pekalongan 3,54
Kota Tegal 3,12
Kabupaten Brebes 2,33
0 1 2 3 4 5 6
PDRB Perkapita
2016 2017 2018 2019 2020 2021

PDRB ADHK (juta rp) 21.182.917 22.322.100 23.552.548 24.861.496 24.492.666 25.402.911

Penduduk (jiwa) 1.425.998 1.428.884 1.431.375 1.433.464 1.435.147 1.436.484

PDRB Perkapita (juta


14,85 15,62 16,45 17,34 17,07 17,68
rp/jiwa/thn)

• PDRB Perkapita = PDRB / Jumlah penduduk.


• Menunjukkan tingkat produktivitas penduduk pada suatu wilayah.
• Seringkali digunakan sebagai pendekatan utk menghitung pendapatan
perkapita.
• Kondisi di Kab. Tegal  selalu meningkat kecuali tahun 2020 (covid).
Location Quotient (LQ)
Definisi
• Membandingkan tentang besarnya peranan suatu sektor disuatu daerah terhadap
besarnya peranan sektor tersebut ditingkat nasional*. Teknik ini digunakan untuk
mengidentifikasi potensi internal yang dimiliki daerah tersebut yaitu sektor basis dan
yang merupakan sektor basis (non basis).
• LQ bisa juga menggunakan jumlah tenaga kerja yang terlibat.
• Jenis: LQ statis dan LQ dinamis.

Definisi
• LQ : Nilai Location Quotient
• Si : PDRB Sektor i di Kabupaten Tegal
• S : PDRB total di Kabupaten Tegal
• Ni : PDRB Sektor i di Nasional*
• N : PDRB total di Nasional*
Location Quotient (LQ)
Posisi Relatif LQ Sektoral terhadap Prov
1,00

Q 0,80 P
0,60
A
0,40

C0,20
J
Static LQ

E K 0,00 R, S, T, U
-0,30 -0,20 -0,10 H 0,00 0,10 0,20 B 0,30 0,40
L-0,20 M, N I
F G
D -0,40

-0,60

O -0,80

-1,00
Dynamic LQ
Location Quotient (LQ)
Perkembangan LQ Sektor Primer terhadap Prov
2,00

B
1,00
A
Static LQ

A
0,00
-0,05 0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 0,35

-1,00 A
B
-2,00

-3,00

-4,00
Dynamic LQ
Location Quotient (LQ)
Perkembangan LQ Sektor Sekunder terhadap Prov
0,40

E 0,30

C 0,20

F 0,10
D
Static LQ

0,00 C
-0,30 -0,25 -0,20 -0,15 -0,10 -0,05 0,00
-0,10 D

-0,20
E
F
-0,30

-0,40

-0,50

-0,60
Dynamic LQ
Location Quotient (LQ)
Perkembangan LQ Sektor Tersier terhadap Prov
1,00

Q 0,80 P G
L 0,60 H
0,40 I
K J H G J
0,20
M, N I K
Static LQ

0,00
-0,15 -0,10 -0,05 0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 L
-0,20 M, N
-0,40 O
R, S, T, U P
-0,60
O Q
-0,80
R, S, T, U
-1,00
Dynamic LQ
Location Quotient (LQ)
Apa yang bisa dilihat dari perhitungan LQ?
• Sektor yang kuat: P dan R,S,T,U.
• Sektor dengan produksi relatif yang besar (surplus dan bisa meng”ekspor”), tetapi
pertumbuhannya tertinggal: B, I, G, dan M,N.
• Sektor dengan pertumbuhan yang bagus tetapi produksinya masih kurang untuk mencukupi
kebutuhan internal: Q, A, C, J
• Perkembangan sektor pertanian cenderung tertekan, jika tidak ada shock. Covid menjadikan
sektor pertanian menggeliat karena menjadi bantalan pertumbuhan ekonomi.
• Industri pengolahan menjadi sektor yang prospektif dengan tren yang bagus, kecuali saat
terpengaruh covid.
• Perdagangan memiliki tren yang bagus pra covid, tetapi pertumbuhannya terpengaruh oleh
covid. Meskipun demikian, perkembangannya masih relatif bagus (static LQ positif).
• Jasa pendidikan tumbuh dengan sangat baik dan juga dapat melayani penduduk dari luar
wilayah Kabupaten Tegal.
• Jasa Kesehatan cenderung menurun dari sisi static LQ (penduduk Kab. Tegal lebih memilih
layanan kesehatan dari luar kabupaten), tetapi pertumbuhannya bagus karena ada covid.
6. Tabel Input-Output
Definisi
• Tabel yang menggambarkan keterkaitan transaksi barang dan jasa antar sektor
produksi maupun sektor produksi terhadap sektor konsumsi dan sektor produksi
terhadap faktor produksi pada satu kurun waktu tertentu.
• Suatu model matematis untuk menelaah struktur perekonomian yang saling kait
mengkait antar sektor atau kegiatan ekonomi.

Manfaat
• Analisis dampak dan keterkaitan antar sektor, prediksi perekonomian (pengganda
dan backward-forward linkage), dan ketenagakerjaan.
6. Tabel Input-Output
Sektor Pengganda Output Beberapa perhitungan yang dapat
Industri Tekstil dan Pakaian Jadi 20 2,887665256 dilakukan
Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 21 2,843792543 • Pengganda output: nilai total dari
Industri Alat Angkutan 30 2,769308661 output yang dihasilkan oleh
Industri Barang dari Logam, Komputer, Barang
28 2,736926455 perekonomian untuk memenuhi
Elektronik, Optik dan Peralatan Listrik (atau akibat) adanya perubahan
Industri pengolahan lainnya, jasa reparasi dan satu unit uang permintaan akhir
32 2,716722531
pemasangan mesin dan peralatan
sektor tersebut.
Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik 26 2,600688146
• Angka pengganda output yang
Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional 24 2,447897604
terbesar adalah “Industri Tekstil
Industri Furnitur 31 2,29099627
Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL 29 2,290152882
dan Pakaian Jadi”, yaitu sebesar
2,89; mengandung pengertian
Industri Kertas dan Barang dari Kertas, Percetakan
23 2,279293014 bahwa pada setiap kenaikan
dan Reproduksi Media Rekaman
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 53 2,139324482 permintaan pada sektor tersebut
Industri Makanan Jadi 19 2,136169898 sebesar Rp. 1 akan meningkatkan
Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan
output keseluruhan sebesar Rp.
22 2,058972648 2,89.
Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya
6. Tabel Input-Output
Pengganda
Sektor Beberapa perhitungan yang dapat
Pendapatan
Jasa lainnya 54 1,18306 dilakukan
Jasa Pendidikan 52 1,12798 • Pengganda pendapatan: jumlah
Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan pendapatan rumahtangga total
37 1,12170
Reparasinya
yang tercipta akibat adanya
Perkebunan Lainnya 10 1,11451
tambahan satu unit uang
Tebu 8 1,10914
permintaan akhir di sektor tersebut.
Jasa Pertanian 13 1,10744
• Angka pengganda pendapatan yang
Teh 9 1,09547
terbesar adalah pada sektor “Jasa
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
51 1,08974 lainnya” yaitu sebesar 1,18;
dan Jaminan Sosial Wajib
Tanaman Jagung 2 1,08621
mengandung pengertian bahwa
setiap kenaikan permintaan sektor
Jasa Perusahaan 50 1,08482
ini sebesar Rp. 1 akan
Real Estate 49 1,08482
meningkatkan pendapatan
Informasi dan Komunikasi 44 1,08418 masyarakat sebesar Rp. 1,18.
Jasa Penunjang Keuangan 48 1,07718
Jasa Keuangan 45 1,07667
6. Tabel Input-Output
Pengganda
Pendapatan Beberapa perhitungan yang dapat
Jasa lainnya 54 1,18306 dilakukan
Jasa Pendidikan 52 1,12798
• Pengganda kesempatan kerja: efek
Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan
37 1,12170 total dari perubahan lapangan
Reparasinya
Perkebunan Lainnya 10 1,11451 pekerjaan di perekonomian akibat
Tebu

Teh
Data N/A
Jasa Pertanian

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan


8
13
9

51
1,10914
1,10744
1,09547

1,08974
adanya satu unit uang perubahan
permintaan akhir di suatu sektor.
• Angka pengganda tenaga kerja
terbesar adalah sektor pertanian,
dan Jaminan Sosial Wajib
yaitu sebesar 0,00000021, dimana
Tanaman Jagung 2 1,08621
peningkatan permintaan sektor ini
Jasa Perusahaan 50 1,08482
Rp. 100 juta akan meningkatkan
Real Estate 49 1,08482
permintaan tenaga kerja sebesar 21
Informasi dan Komunikasi 44 1,08418
orang.
Jasa Penunjang Keuangan 48 1,07718
Jasa Keuangan 45 1,07667
6. Tabel Input-Output
Input Output Beberapa perhitungan yang dapat
Sektor Jumlah
Terkait Terkait
dilakukan
54 Jasa lainnya 44 53 97
• Keterkaitan antar sektor: melihat
Industri Kimia, Farmasi dan Obat
24 42 53 95 jumlah sektor yang berkaitan, baik
Tradisional
26
Industri Karet, Barang dari Karet dan
42 53 95
sebagai input atau sebagai produk
Plastik yang dihasilkan.
42 Penyediaan Makan Minum 46 45 91
• “Jasa lainnya” membutuhkan 44
41 Penyediaan Akomodasi 46 43 89
sektor lain sebagai input dan
39 Angkutan 38 50 88
mendorong produksi 53 sektor lain.
Industri Kertas dan Barang dari Kertas,
23 Percetakan dan Reproduksi Media 35 52 87
Rekaman
Industri pengolahan lainnya, jasa reparasi
32 39 48 87
dan pemasangan mesin dan peralatan
20 Industri Tekstil dan Pakaian Jadi 36 49 85
Industri Barang dari Logam, Komputer,
28 Barang Elektronik, Optik dan Peralatan 33 52 85
Listrik
6. Tabel Input-Output
Sektor Backward Forward Beberapa perhitungan yang dapat
Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan dilakukan
22 1,3756387 1,8170289
Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya • Backward linkage: tingkat
Industri Barang dari Logam, Komputer, Barang rangsangan yang diciptakan oleh
28 1,40116709 1,78560778
Elektronik, Optik dan Peralatan Listrik pembangunan suatu industri
36 Konstruksi 1,14643378 1,81138136 terhadap perkembangan industri-
industri yang menyediakan input
19 Industri Makanan Jadi 1,11800248 1,33901098 (bahan baku) bagi industri tersebut.
18 Industri Bahan Makanan dan Minuman 1,04585488 1,37031752 • Forward linkage: tingkat rangsangan
21 Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 1,3117595 1,04377196
yang diciptakan oleh pembangunan
suatu industri terhadap
11 Ternak Dan Hasilnya 1,05512979 1,06647655 perkembangan industri-industri
29 Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL 1,01486875 1,0944046 yang menggunakan produk industri
yang pertama sebagai input (bahan
20 Industri Tekstil dan Pakaian Jadi 1,04556975 1,04603583
baku) mereka.
6. Tabel Input-Output
Melihat keterkaitan antar sektor
Kontribu Penggand Penggan Sektor Lain Backwar Forward
Sektor
si (%) a Output da Pdptn yg Terkait d Linkage Linkage
Tanaman padi (1) 4,34 1,44 0,58 32 0,94 0,97
Industri bahan makanan dan
18,19 1,78 0,84 71 1,05 1,37
minuman (18)
Industri makanan jadi (19) 4,60 2,14 0,68 76 1,12 1,34
Industri barang dari logam,
komputer, barang elektronik, 3,84 2,74 0,71 85 1,40 1,79
optik dan peralatan listrik (28)
Perdagangan besar & eceran (38) 11,90 1,28 1,07 36 0,90 1,82
Obyek wisata alam (43) 0,11 1,34 1,06 60 0,87 0,82

Sektor mana yg dipilih utk diintervensi? Apakah intervensi di sektor wisata worth it?
7. Mengkombinasikan dan mengartikan
multi-indikator
• Indeks ekonomi makro tidak bisa diartikan dan dianalisis sendiri, tetapi perlu
dilihat keterkaitan antar indeks.
 Pertumbuhan ekonomi tinggi, inflasi tinggi, indeks Gini tinggi.
 Kenapa tren kemiskinan rendah, pengangguran tinggi?
 Menentukan sektor prioritas: backward-forward, kontribusi sektoral, pengganda
tenaga kerja, pengganda pendapatan, sektor basis (LQ).
• Idealnya dilihat secara relatif dalam lingkup yang lebih besar, tidak hanya melihat
internal wilayah (misal kemiskinan, pengangguran).
• Semakin panjang data series, semakin baik hasil analisis.
7. Mengkombinasikan dan mengartikan
multi-indikator
• Next step: integrasi dengan aspek spasial.
• Lebih dari sekedar tabel.
• Berapa jumlahnya? Dimana? Bagaimana sebarannya? Bagaimana kondisinya jika dibandingkan
dengan wilayah lain? Bagaimana pengaruhnya?
• Prasyarat: basis data yang kuat. Susah membangun (perlu komitmen dan biaya besar), tapi jika
sudah ada akan mempermudah analisis kebijakan dan lebih mudah (dan murah) untuk meng-
update.
Apakah data
tersedia?
Jika tersedia, sampai
level apa? Contoh:
sebaran
fasilitas/tenaga
kesehatan >> hingga
level sebaran praktek
dokter dan bidan
desa.
Jika tersedia, dimana
lokasinya?
Breakdown hingga
Kecamatan, Desa?
Contoh data yg bisa
divisualisasikan:
penduduk miskin,
pengangguran,
fasilitas pendidikan,
fasilitas kesehatan,
infrastruktur.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai